• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK (Telaah Pendapat Surat Lukman Ayat 13) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK (Telaah Pendapat Surat Lukman Ayat 13) SKRIPSI"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

i

TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP

ANAK

(Telaah Pendapat Surat Lukman Ayat 13)

SKRIPSI

OLEH

MUHAMMAD FATKURROCHMAN

NIM: 111 11 165

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

Keluarga adalah inti dari peradaban dunia

Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan,

oleh kaenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar,

dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk (Imam

(8)

viii

PERSEMBAHAN Skripsiinikupersembahkanuntuk

1. Kedua orang tuaku,Bapak karnadi dan ibu sri fadillah yang menjadi pahlawan dan malaikatku, terimakasih untuk untaian do’a yang selalu tercurahkan, segala pengorbanan yang sungguh berbalas surga, serta nasehat-nasehat yang mengantarkan pada Jannah-Nya

2. Sungguhjasamutakkanpernahbisakubalas

3. Adik-adikku, Siti nasikah dan hafidhotul ilma yangtelahmemberikusemangatuntukterusmelangkah….

4. Teman-teman IAIN Salatigaangkatan 2011, terutamakepadakelas PAI E, terimakasih telah menjadi alasan untukku selalu tersenyum, banyak pelajaran berharga yang ku dapat dari kalian, sterimakasih untuk segala keceriaan dan kebersamaannya selama ini Bertemu kalian adalahsalahsatutakdir Allah yang akusyukuri

5. Teman-Teman dari Toko BC.MART, terima kasih telah memberiku pelajaran tentang bagaimana mengelola toko, dan telah memberi dukungan untuk selalu bisa tersenyum meski banyak beban berat yang menimpa 6. Teman-teman yang ada di pon-pes AL-FALAH, terimakasih kepada teman

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah, kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW., sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK (Telaah Pendapat Surat Lukman ayat 13)” dapat terselesaikan.

Dalam penyelesaian penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak baik berupa materi maupun spiritual. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih dan dengan diiringi doasemoga amal baik yang telah di berikan,mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT.

Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. H. RahmatHaryadi, M.PdselakuRektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selakuKetuaProgram StudiPendidikan Agama Islam. 3. Ibu Dra. Sri Suparwi selakuDosenPembimbingAkademik.

4. Bapak Drs. Mahfudz M.Agselaku Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dalam memberikan bimbingan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal keilmuan yang sangat berharga kepada penulis

6. Bapak, Ibu dan segenap keluarga yang telah memberikan doa restunya kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

7. Teman-temanku yang telah memberi dorongan unuk tetap semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

(10)

x

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya serta dapat menunjang pengembangan ilmu pengetahuan.

Salatiga,20 September2016 Penulis

(11)

xi ABSTRAK

Fatkurrochman, Muhammad. 2016. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak

(Telaah pendapat Surat Lukman ayat 13). Dosen Pembimbing: Drs. Machfudz,

M.Ag

Kata kunci: Tanggung Jawab Orang Tua dalam Surat Lukman Ayat 13 Penelitianinibertujuanuntukmenyikapitindakan-tindakan yang

kebanyakansekarangmenggunakanpendidikandengankekerasandanbagaimana orang tuadalammendidikanaknya yang sesuaidengansyariatIslam agar

menjadipenerusbangsa yang baik,

berimandandisertaidengankasihdansayangdanberdasarkanpendapat-pendapatparaulamatentangsuratLukmanayat 13. Pertanyaanutama yang ingin di jawabdalampenelitianiniadalah 1.Apasajakahkewajiban orang tuaterhadapanak? 2. BagaimanakahtelaahpendapatsuratLukmanayat 13 tentangkewajiban orang

tuaterhadappendidikananak?

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan dan untuk

pengumpulan data dilakukan dengan cara Menerangkan hubungan (munasabah) antara satu ayat dengan ayat yang lain dilanjutkan dengan Menjelaskan sebab-sebab turunya ayat (asbabun nuzul) kemudian Menganalisis mufrodat (kosa kata)

dan lafazd dari sudut pandang bahasa arab selanjutnya Memaparkan kandungan

ayat secara umum dan maksudnya kemudian Menerangkan unsur-unsur yang mengandung keindahan balaghoh serta Menjelaskan hukum yang dapat ditarik dari ayat yang dibahas dan Menerangkan makna dan maksud syara’ yang terkandung didalam ayat yang bersangkutan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa orang tua dalam mendidik anaknya sesuai dalam al-Quran surat Lukman ayat 13. Berdasarkan 3 pendapat yang telah dipaparkan yang pertama dari Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya

al-Misbahmenjelaskan bahwa orang tua dalam mendidik anaknya 1. Memberikan pendidikan tauhid serta menjauhi perbuatan zalim 2. mendidik menggunakan penyampaian dengan kata yang mengandung kasih sayang, 3.keteladanan orang tua yang notabenya sebagai contoh yang baik. Dan pendapat yang kedua dari Alamah Kamal Faqih Imani dalam kitab tafsirnya Nurul Quran menjelaskan bahwa orang tua dalam mendidik anaknya 1. Pendidikan tauhid 2. Perbuatan zalim/ syirik yang harus di hindari, menyekutukan Allah merupakan perbuatan dosa yang paling besar. Dan pendapat yang ketiga adalah dari Muhammad Hasby Assiddiqie dalam kitab tafsirnya an-Nur menjelaskan bahwa orang tua dalam mendidik anaknya 1. Menekankan pada menghindari perbuatan zalim yang merupakan dosa yang paling besar. Dari tiga pendapat dapat kita ambil bahwa orang tua dalam mendidik anaknya memiliki cara1. Pendidikan tauhid.

(12)

xii

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN LOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 4

C. TujuanPenelitian ... 4

D. Metode Penelitian ... 4

E. PenegasanIstilah ... 6

F. SistematikaPenulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. KerangkaTeoritikTafsirTahlili ... 11

B. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak ... 15

1. Tanggung Jawab Pendidikan Iman ... 18

(14)

xiv

3. Tanggung jawab pendidikan fisik...24

4. Tanggung jawab pendidikan intlektual... 27

5. Tanggung jawab pendidikan psikis... 29

6. Tanggung jawab pendidikan sosial... 30

7. Tanggung jawab pendidika seksual... 31

BAB III KOMPILASI PENDAPAT TENTANG SURAT LUKMAN AYAT 13 ... 38

A. Nama Lukman ... 38

B. Munasabah Surat Lukman Ayat 13... 40

C. Arti Perkata Surat Lukman Ayat 13 ... 45

D. Asba An-Nuzul ... 46

E. Pendapat Mufassir Tentang Surat Lukman Ayat 13 ... 47

1. Tafsir Al-Misbah (Quraish Sihab) ... 47

2. Tafsir Nurul Quran (Alamah Faqih Imani) ... 50

3. Tafsir An-Nur (Muhammad Hasbi Asy-Shiddiqie) . 52 BAB IV ANALISA PENDAPAT SURAT LUKMAN AYAT 13 .... 54

A. Analisa pendapat quraish sihab dalam kitab al-misbah . 54 B. Analisa pendapat alamah faqih imani dalam kitab tafsir Nurul quran ... 63

C. Analisa pendapat muhammad hasbi asy-syiddiqie dalam kitab an-nur ... 69

BAB V PENUTUP ... 74

(15)

xv

B. Saran ... 75 C. Penutup ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam menuntun umat islam menuju jalan yang benar, Islam juga memberikan pedoman yaitu al-Quran, di dalam al-Quran kita dapat mempelajarinya untuk menjadikanya sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari dan juga memberikan petunjuk yang lebih terarah baik dalam diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan.

Keluarga masa kini berbeda dengan keluarga masa dulu. Dalam ikatan keluarga, orang-orang melalui pengolakan dan perubahan yang hebat, khususnya mereka yang hidup di kota. Apabila di tinjau dari keluarga-keluarga di daerah yang belum mengalami ataupun menikmati hasil kemajuan teknologi, kemajuan dalam dunia industri dan sebagainya, maka gambaran mengenai ikatan dan fungsi keluarga adalah jauh berbeda apabila di bandingkan dengan keluarga yang berada di tengah segala kemewahan materi.

(17)

2

sehari-hari seperti seperti sandang dan pangan. Setiap anggota keluarga di butuhkan dan saling membutuhkan satu dengan yang lain, supaya mereka hidup lebih tenang dan senang, hasil kerja mereka harus di nikkmati bersama. Sedangkan keluarga zaman silam, keluarga yang belum terkena pengeruh penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin yang merupakan keluarga yang banyak fungsinya dan kuat ikatan keluarganya. Masing-masing anggota keluaraga mempunyai peranan yang penting dalam roda kehidupan serta di butuhkan oleh anggota keluarga lainya.

(18)

3

antara pribadi menjadi menjauh dan melemah, sehingga arti pribadi megalami suatu perubahan. Beberapa dasar individulistis tadi tidak lagi di penuhi bahkan tidak lagi di perhitungkan sama sekali, karna itu bisa timbul frustasi, yaitu keadaan tidak tercapainya suatu keinginan atau kebutuhan dasar yang mendorog tingkah laku sedemikian mendalamnya, sehingga timbul peristiwa-peristiwa yang tidak terduga, sekalipun lingkungan hidup sudah mencapai taraf kehidupan yang cukup tinggi, peraturan-peraturan yang kini sudah demikian berakar dan mengatur seluk-beluk kehidupan, akhirnya di langgar begitu saja, masalah seprti ini menginspirasi saya untuk menelusuri kewajiban-kewajiban apa yang harus di lakukan sebagai orang tua terhadap anaknya yang sesuai dengan syariat Islam.

Dilihat dari penjelasan di atas dapat dilihat mengenai betapa pentingnya peran sebagai orang tua. Dimasa era globalisasi saat ini yang semakin banyak pengeruh-pengeruh negatif terutama dari lingkungan, baik itu dari teman di kampung, sekolah, komunitas, organisasi dan lain sebagainya, sebagai orang tua maka harus lebih hati-hati dan teliti terhadap anak dalam urusan pendidikan yang di berikan atau yang sedang di lakuka oleh anak, serta berikan perhatian yang cukup untuk anak serta pendidikan yang baik dan sejalan dengan tuntunan Islam yang telah di terapkan di agama Islam.

(19)

4

ORANG TUA TERHADAP ANAK (Telaah Pendapat Surat Lukman Ayat 13). Judul ini dipilih karena untuk memperjelas apa saja yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap anak menurut pendapat Quraish Sihab, Alamah Faqih Imani dan Muhammad Hasby asy-Syiddiqi terhadap surat Lukman ayat 13.

B. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah kewajiban orang tua terhadap anak?

2. Bagaimana telaah pendapat Quraish Sihab, Alamah Faqih Imani dan Hasby Asy-Siddiqie mengenai surat Lukman ayat 13 tentang kewajiban orang tua terhadap pendidikan anak?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh titik terang mengenai pendidikan Islam dalam keluarga dalam perkembangan anak. Perumusan masalah di atas bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang :

1. Kewajiban orang tua dalam pendidikan akhlak terhadap anak

2. Bagaimana telaah Quraish Sihab, Alamah Faqih Imani dan Hasby Asy-Siddiqie mengenai surat Lukman ayat 13 tentang kewajiban orang tua terhadap pendidikan anak.

D. Metode penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dikategorikan dalam jenis penelitian kepustakaan

(20)

5

mencari dan mengumpulkan kepustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Tegasnya penelitian kepustakaan membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan. (Zed, 2004: 1). Dalam penelitian ini penulis harus mencari buku atau bahan bacaan untuk mencari naskah atau pendapat para ahli tafsir dan ahli fiqih tentang kewajiban orang tua terhadap anak yang sesuai dengan Syari’at Islam, kemudian dianalisa untuk mendapatkan tujuan penelitian.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah sumber primer yakni al-Qur’an, kemudian sumber sekunder yaitu tafsir-tasir, seperti misalnya Tafsir Al-Mishbah. Tafsir Nurul Qur’an. Kemudian ditambah lagi buku-buku penunjang yang pembahasanya menyangkut kewajiban orang tua terhadap anak seperti buku Teha Sugiyo yang berjudul “Keluarga Sebagai Sekolah Cinta” ini sebagai rujukan pemahaman penulis terhadap ayat yang sedang dikaji.

3. Metode Analisa Data

(21)

6

Adapun metode tafsir yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir tahlili. Metode tafsir tahlili adalah menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan memaparkan segala aspek yang terkandung dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup didalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. (Baidan, 2000: 151). Adapun langkah-langkah penerapan metode ini sebagaimana dijelaskan Farmawi antara lain, pertama, memulai uraianya dengan kosa kata diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat. Kedua, munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain Ketiga, menjelaskan sebab-sebab turunya ayat (asbabun nuzul). Keempat, memaparkan kandungan ayat secara umum dan maksudnya. Kelima, menerangkan unsur-unsur mengandung keindahan balaghoh (Farmawi, 1996:12).

E. Penegasan Istilah

Di dalam buku Teha Sugiyo menjelaskan “Keluarga adalah dasar kesejahteraan masyarakat, manusia tanpa keluarga adalah tanpa dasar

yang sangat vital bagi kebahagiaan manusia, keluarga juga mempunyai

arti yang esensial bagi kekuatan dan daya tahan suatu bangsa, andai kata

keluarga dihapuskan, bangsa akan sempoyongan dan ambruk”.

(22)

7

yang di atas akan berkurang apalagi yang patah lebih banyak akan mengakibatkan masalah yang fatal.

1. Kewajiban Orang Tua

Orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa orang tua adalah ayah/ibu kandung / orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli, dan sebagainya, orang-orang yang

dihormati/ disegani). Dilihat dari pengertian di atas bahwa pendidikan

anak merupakan tanggung jawab orang tua adalah jelas, hanya karena keterbatasan kemampuan orang tua seperti Sekolah, TPA, madrasah, pesantren dsb. Untuk mengajarkan ilmu dan ketrampilan.

pahala yang paling besar bagi orang tua adalah membina keluarga. Seperti diriwayatkan oleh Muslim: “Satu dinar engkau nafkahkan di jalan Allah SWT, satu dinar engkau bebaskan untuk budak, dan satu

dinar engkau nafkahkan untuk keluargamu. Yang paling besar

pahalanya adalah dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu

(Hidayat, 1994:12). Bisa disimpulkan secara ringkas bahwa tugas/ kewajiban orang tua secara garis besar meliputi: 1) memberi bekal pada anak yang sekarang hidup di dunia.2) kelak hidup di akhirat. 2. Anak

(23)

8

kepada orang tuanya. Anak juga perlu meminta kerelaan orang tuanya, karena kerelaan Allah tergantung dari kerelaan orang tua. Bahkan Nabi SAW menyatakan bahwa “Surga ada di bawah telapak kaki ibu”. Oleh

karena itu kewajiban anak terhadap orang tua perlu dijalankan. Kewajiban anak lainya adalah menuntut ilmu dan mengemalkanya dalam kehidupan sehari-hari.(Prayitno, 2004: 470)

3. Tafsir surat Lukman ayat 13

Artinya: “Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anakanya,

dalam keadaan dia menasehatinya “wahai anakku janganlah engkau

mempersekutukan Allah sesungguhya mempersekutukan Allah adalah

kedzaliman yang besar”.(QS. Lukman:13). (Fahrudin, 2011:413).

(24)

9

menghancurkan segala berhala di dalam wilayah kekuasaanya.(Tafsir Nurul Quran). (Imani, 2008:154-156)

Kata (

ُهُظِعَي

(ya’idhuhu terambil dari kata (

َظَعَو

) wa’azha yaitu nasehat

menyangkut berbagai kebijakan dengan cara yang menyentuh hati, ada juga yang mengartikan sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman. Penyebutan kata ini sesudah “dia berkata” untuk

memberi gambaran tentang bagaimana perkataan itu beliau sampaikan, yakni tidak membentak, tetapi penuh kasih sayang sebagaimana dipahami dari panggilan mesranya kepada anaknnya. Kata ini mengisyaratkan bahwa nasehat itu diisayaratkan bahwa nasehat itu dilakukan dari saat ke saat, bagaiman dipahami dari bentuk kata kerja

masa kini dan masa datang pada kata (

ُهُظِعَي

(ya’iduhu.

Sementara ulama yang memahami kata (

َظَعَو

) wa’azha dalam arti

ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman, berpendapat

(25)

10

tidak harus dikaitkan dengan kemusyrikan. Disisi lain, bersangka baik terhadap luqman jauh lebih baik dari bersangka buruk.

Kata )

َنُ ب

(bunayya adalah lafad yang menggambarkan kemugilan.

Asalnya adalah )ىنبا( ibny dari kata )نبا (ibn yakni anak laki-laki. Kemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang, dari sini kita dapat berkata bahwa ayat di atas memberi isyarat bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta didik. (Syihab, 2002:126-127).

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui secara keseluruhan isi atau materi-materi skripsi ini secara global, maka penulis perlu merumuskan skripsi ini kedalam beberapa bab:

Bab I: pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II: Landasan teori, berisi kerangka teoritik Tafsir Tahlili dan kewajiban-kewajiban orang tua terhadap anak

BAB III: Tafsir Quraish sihab, Alamah Faqih Imani dan Hasby Asy-Syiddiqi mengenai surat Lukman ayat:13

BAB IV: Analisa Tafsir Quraish sihab, Alamah Faqih Imani dan Hasby Asy-Syiddiqi tentang kewajiban orang tua terhadap anak dalam surat Lukman ayat:13

(26)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teoritik Tafsir Tahlili

Tafsir tahlili (analisis) adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjalelaskan kandungan ayat-ayat al-Quran dari seluruh aspeknya. Di dalam tafsirnya, penafsir mengikuti runtutan ayat sebagaimana yang telah tersusun di dalam mushaf. Penefsir memulai uraianya dengan mengemukakan arti kosa kata diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat. Serta mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-ayat juga menjelaskan hubungan ayat-ayat tersebut satu sama lain begitu pula penjelasan mengenai asbabun nuzul (Latar belakang turunya ayat) dan dalil-dalil yang berasal dari Rosul, sahabat, atau para tabi’in, yang terkadang bercampur baur dengan pendapat para penafsir itu sendiri dan diwarnai oleh latar belakang pendidikanya dan sering pula bercampur baur dengan pembahasan-pembahasan dan lainya yang dipandang dapat membantu memahami nash al-Quran tersebut. (Farmawi, 1996:12)

Quraish Sihab lebih lanjut menjelaskan bahwa “cara-cara efektif itu seperti mengandalkan pada arti harfiyah Asbab an-Nuzul, hadits atau

ayat-ayat lain yang mempunyai kata atau pengertian yang sama dengan

ayat-ayat yang sedang dikaji, sebatas kemampuanya dalam membentuk

dalam menerangkan makna sebagian yang sedang di tafsirkan sambil

(27)

12 1. Cara-cara Penilitian

Dalam metode tahlili terdapat cara-cara yang biasanya ditempuh dalam metode ini:

a. Menerangkan hubungan (munasabah) antara satu ayat dengan ayat yang lain.

b. Menjelaskan sebab-sebab turunya ayat (asbabun nuzul).

c. Menganalisis mufrodat (kosa kata) dan lafazd dari sudut pandang bahasa Arab.

d. Memaparkan kandungan ayat secara umum dan maksudnya. e. Menerangkan unsur-unsur yang mengandung keindahan balaghoh. f. Menjelaskan hukum yang dapat ditarik dari ayat yang dibahas

g. Menerangkan makna dan maksud syara’ yang terkandung di dalam ayat yang bersangkutan.

2. Kelebihan Dan Kekurangan Tafsir Tahlili

Sebagaimana metode-metode yang lain, metode tahlili (analisis) juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. (Baidan, 2000:53-62)

a. Kelebihan

1. Ruang Lingkup yang Luas

Metode ini dapat digunakan oleh mufasir dalam dua bentuknya:

matsur dan ra’y. Bentuk al-ra’y dapat lagi dikembangkan dalam

(28)

13 2. Memuat Berbagai Ide

Telah dikemukakan di atas, tafsir dengan metode tahlili (analisis) ini relatif memberikan kesempatan yang luas kepada mufasir untuk mencurahkan ide-ide dan gagasanya dalam menafsirkan al-Quran. Itu berarti pola penafsiran metode ini dapat menampung berbagai ide yang terpendam di dalam benak mufasir. Dengan dibukanya pintu selebar-lebarnya bagi mufasir untuk mengemukakan pemikiran-pemikiranya dalam menafsirkan al-Quran, maka lahirlah berbagai kitab yang berjilid-jilid seperti kitab Tafsir al-Thabari (15

jilid), Tafsir Ruh al-Ma’ani (16 jilid) dan lain sebagainya.

b. Kekurangan

1. Menjadikan Petunjuk Al-Quran secara Parsial

Seperti halnya metode global, metode tahlili juga dapat membuat petunjuk al-Quran bersifat persial atau terpecah-pecah, sehingga terasa seakan-akan al-Quran memberikan pedoman secara tidak utuh dan tidak konsisten karena diberikan pada suatu ayat berbeda dari penafsiran yang diberikan pada ayat-ayat lain yang sama denganya.

(29)

14

Katsir itu terasa sekali karena kata (سفَن) dan (سُفْنَا) itu keduanya secara etimologis berasal dari kata yang sama yaitu (ن), (ف), dan (س); sehinga berbentuk (سفن). Hanya perbedaanya terletak pada bentuk kata (سفن) dalam bentuk mufrad (tunggal) dan (سفنا) dalam bentuk jamak. Perubahan bentuk kata tunggal kepada jamak, hanya membewa perubahan konotasi dari kata tersebut, tidak membawa perubahan makna.(Baidan, 2000:67)

2. Melahirkan Penafsiran Subjektif

Dengan adanya peluang untuk mengemukakan ide-ide dan pemikiranya terkadang mufasir tidak sadar bahwa dia telah menafsirkan al-Quran secara subjektif, dan tidak mustahil pula ada diantara mereka yang menafsirkan al-Quran sesuai dengan kemauan hawa nafsunya tanpa mengindahkan kaidah-kaidah atau norma-norma yang berlaku. Hal itu mungkin karena metode analisis membuka pintu untuk untuk yang demikian.

3. Masuk Pemikiran Israiliyat

(30)

15

cerita ini merupakan maksud dari firman Allah. Atau lebih tegas lagi, itu adalah petunjuk Allah SWT, padahal belum tentu cocok dengan yang dimaksud Allah SWT didalam firmaNya tersebut. Disinilah letak negatifnya kisah-kisah Israiliyat tersebut.

4. Urgensi Metode Analisis

Keberadaan metode ini telah memberikan sumbangan yang sangat besar dalam melestarikan dan mengembangkankan khazanah intlektual Islam, khususnya dalam bisang tafsir al-Quran. Berkat metode ini maka lahir karya-karya tafsir yang besar-besar. Jika menjelaskan kandungan firman Allah dari berbagai segi seperti bahasa, hukum-hukum fiqh, teologi, filsafat, sain, dan sebagainya, maka disini metode tahlili (analisis) lebih berperan dan lebih diandalkan daripada metode-metode yang lain. Jadi dapat dikatakan, metode analisis mengkaji ayat-ayat al-Quran dari berbagai aspeknya sekaligus selama masih dalam kapasitas ayat tersebut. Namun pembahasanya tidak tuntas karena pada ayat lain yang juga membicarakan hal yang sama pembahasan tersebut akan muncul lagi dengan sedikit modifikasi: bertambah atau berkurang. B. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak

Dalam hadits dijelaskan bahwa “orang tua diwajibkan mendidik anaknya mulai dari lahir seperti dalam hadits yang diriwayatkan Dari

Abu Rafi’ dari ayahnya,ia berkata: aku pernah melihat Rasulullah SAW

(31)

16

Fatimah melahirkannya.” (HR. Abu Dawud). Dalam hadits ini

menjelaskan bagaimana seorang ayah telah mengajarkan anaknya tentang mengenal Allah SWT dengan cara mengadzani di telinga anak.

Hal itu dapat dikuatkan oleh adanya hadist di bawah ini yang Artinya: ”Setiap anak yang dilahirkan, adalah fitrah.Tinggal kedua orang

tuanyalah yang akan menjadikannya sebagai seorang Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.”(HR.Bukhari). Dalam hadits ini menjelaskan bahwa

semua anak yang baru saja dilahirkan itu adalah fitrah. Tinggal kedua orang tuanya, bagaimana cara mendidik anaknya, sesuai dengan ajaran Islam atau ajaran lainya.

Sejak lahir kita dihadapkan pada tugas menjadi individu: mampu berfungsi sebagai mandiri dan efektif sebagai pribadi yang sesungguhnya, kita harus melalui sejumblah tahap pertumbuhan. Tiap-tiap tahap terkait dengan meningkatnya keterpisahan dengan seseorang, yang dibarengi dengan menurunya ketergantungan emosional dan fisik terhadap orang tua. Ketika seorang anak melampaui sebuah tahap perkembangan (makan makanan padat, bicara, berjalan, berhubungan dengan teman-teman,

pergi ke sekolah, meninggalkan rumah dan seterusnya) keterpisahan anak

dengan orang tua semakin meningkat, sejalan dengan meningkatnya kemandirian anak. (Syapiro, 2003:220)

(32)

17

secara lengkap, Harga yang harus dibayar akibat pemisahan dini seperti itu adalah kemungkinan terbentuknya individu yang belum lengkap, individu yang tidak memiliki empati atau tidak tahu cara berkomunikasi secara efektif. Mereka menjadi “orang dewasa semu (pseudo-adult)” yang lebih

pandai menirukan tingkah laku orang dewasa dari pada merasakan emosi orang dewasa.

Anak, secara psikologis tidak bisa memisahkan diri dari orang tuanya, Anak akan menjadi anak-anak yang beruntung pada orang tua untuk memberikan dukungan penting. Orang dewasa yang kekanak-kanakan seperti itu akan kesulitan menjalin hubungan sebagai orang dewasa dan kemungkinan kita tidak pernah benar-benar siap menjadi orang tua. Perpisahan yang dibutuhkan seorang anak tidak harus diartikan secara fisik. Yang penting ada batas-batas psikis antara orang tua dan anak.

Tugas utama orang tua adalah menjaga agar anak-anak selau aman memupuk kemandirian anak sesuai dengan usianya. Tugas yang membutuhkan kesabaran dan ketepatan waktu. Banyak orang tua menganggap meningkatnya kemandirian anak-anak sebagai penolakan terhadap pribadi mereka, jika mereka berkreasi dengan terus bergantung dengan anak, mereka akan menghambat perkembangan anak, sebaliknya jika mereka terlalu antusias menyambut kemandirian anak, anak yang mungkin merasa ditolak. (Syapiro, 2003:221).

(33)

18

dibagi menjadi 7 bagian: 1). Tanggung jawab pendidikan iman, 2). Tanggung jawab pendidikan akhlak, 3). Tanggung jawab pendidikan fisik, 4). Tanggung jawan pendidikan intlektual, 5). Tanggung jawab pendidikan psikis, 6). Tanggung jawab pendidikan sosial, 7). Tanggung jawab pendidikan seksual. (Ulwan, 1981:141)

1. Tanggung Jawab Pendidikan Iman

Pendidikan Iman adalah mengikat anak dengan dasar-dasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar syariah, sejak anak mulai mengerti dan dapat memahammi sesuatu.

Dasar-dasar Iman adalah segala sesuatu yang ditetapkan dengan jalan khobar secara benar. Berupa hakekat keimanan dan masalah goib, seperti beriman kepada Allah SWT, beriman kepada malaikat, beriman kepada kitab-kitab samawi, beriman kepada semua Rosul, beriman bahwa manusia ditanya oleh dua malaikat, beriman kepada siksa kubur, hari berbangkit, hisab, surga, neraka, dan seluruh perkara goib.

Rukun Islam adalah setiap ibadah yang bersifat badani dan harta yaitu sholat, shaum, zakat, dan haji bagi orang yang mampu melaksanakanya.

Dasar-dasar syariat adalah segala yang berhubungan dengan jalan ilahi dan ajaran-ajaran Islam, berupa ibadah, aqidah, akhlak, perundang-undangan, peraturan dan hukum.(Ulwan, 1981:151-152)

(34)

19

dasar-dasar iman dan rukun-rukun Islam pada anak. Berikut sebagian petunjuk dan wasiat Rosulullah SAW:

a. Membuka Kehidupan Anak Dengan Kalimat La Illaha Illal-Lah

Dari ibnu abbas ra, dari Nabi SAW. Bahwa beliau bersabda:

َ ع

Artinya: ”Bacalah kepada anak-anak kamu kalimat pertama dengan la ilaha illAllah (tidak ada tuhan selain Allah)”

Maksud dari hadits diatas adalah agar kalimat tauhid dan syi’ar masuk Islam itu merupakan suatu yang pertama masuk kedalam pendengaran anak , kalimat yang diucapkan oleh lisanya dan lafazh pertama yang difahami anak.

b. Memberi Nama yang Baik Sabda Rosulullah SAW:

(35)

20

Pemberian nama yang baik bagi anak adalah awal dari sebuah upaya pendidikan terhadap anak. Ada yang mengatakan “apa arti sebuah nama”. Ungkapkan ini tidak selamanya benar Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah doa. Dengan pemberian nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya. Adapun setelah kita memberi nama yang baik,dan telah mendidiknya dengan baik pula, terkadang akhlak yang ada pada anak tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka kita kembalikan dengan Allah SWT. Nama yang baik dengan akhlak yang baik,itulah yang kita harapkan.

c. Mendidik Anak untuk Sholat dan Menyediakan Tempat Tidur Terpisah antara Laki-laki dan Perempuan

Islam mengajarkan ‘hijab’ sejak dini.Meskipun terhadap sesama

muhrim, bila telah berusia tujuh tahun tempat tidur mereka harus gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah

tempat tidur mereka (putra-putri).”

(36)

21

d. Mendidik Anak Untuk Mencintai Rosul, Ahli Baitnya Dan Membaca Al-Quran

Ath-Tabrani meriwayatkan dari Ali ra. Bahwa Nabi bersabda:

َ ن عَ للَّاَ ي ض رَ،َ ب لا طَ بِ أَ ن بَ ي ى عَنع

Artinya: ”Didiklah anak-anak kamu pada tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai ahli baitnya dan membaca al-Quran sebab orang-orang yang memelihara al-Quran itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain dari pada

perlindunga-Nya beserta Nabi-Nya dan orang-orang yang suci."

Beberapa hal yang diajarkan kepada mereka adalah cara-cara berperang Rosulullah SAW. Perjalanan hidup para sahabat, kepribadian para pemimpin yang agung dan berbagi peperangan yang mengerikan dalam sejarah.

Maksud dari hadits di atas adalah agar anak-anak mampu meneladani perjalanan hidup orang terdahulu, baik mengenai gerakan, kepahlawana dan jihat mereka. Disamping itu agar anak-anak terikat pada sejarh, baik perasaan maupun kejayaan, termasuk dalam kerikatan mereka terhadap al-Quran.

2. Tanggung Jawab Pendidikan Moral atau Akhlak

Maksud pendidikan moral adalah pendidikan mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa hingga dia menjadi seorang

(37)

22

Pendidikan Iman itu merupakan faktor yang meluruskan tabiat bengkok dan memperbaiki kemanusiaan tanpa pendidikan Iman ini, maka perbaikan, ketentraman dan moral tidak akan tercipta.

Pada Paedagog psikolog dan sosiolaog barat dan bangsa-bangsa lainya sangat menaruh perhatian akan adanya pertalian yang erat antara Iman dan moral dan akidah dengan perbuatan. Sehingga mereka mengeluarkan berbagai petunjuk, pendapat dan arah pandangan yang mengatakan bahwa ketentraman kebaikan dan moral itu tidak akan tercipta tanpa adanya din dan iman kepada Allah SWT. (Ulwan, 1981:174)

Berikut ini penyusun sajikan beberapa pendapat dan pandangan mereka:

a. Peagot, seorang filosof Jerman mengatakan, “moral tanpa agama

adalah kosong.”

b. Pemimpin India yang terkenal, Ghandi, mengatakan “agama dan moral yang luhur adalah satu keatuan yang tidak dapat

dipisahkan. Agama adalah roh moral, sedangkan moral

merupakan suasana dari ruh itu. Dengan kata lain, agama

memberikan makan, menumbuhkan dan membangkitkan moral,

seperti halnya air memberikan makan dan menumbuhkan

tanaman.”

c. Seorang hakim Inggris, Dinang, mengatakan “kecamanya terhadap sorang mentri ingris yang telah mencemarkan hubungan

moral: “tanpa agama, tidak mungkin moral itu akan ada, dan

(38)

23

adalah satu-satunya sumber yang terpeliharadan dapat

membedakan moral baik dan buruk. Agama lah yang mengikatkan

manusia untuk meneladani teladan yang paling luhur. Dan

agamalah yang membetasi egoisme seseorang, menahan

kewenang-wenangan insting, kebiasanya dan menanamkan

perasaan halus yang hidup dan menjadi dasar berdirinya moral.”

d. Khan, seorang filosof kenamaan mengatakan,”moral itu tidak akan tercipta tanpa adanya tiga keyakinan: keyakinan kepada tuhan,

kekalnya ruh dan adanya perhitungan setelah mati.

Tidak aneh jika Islam memperhatikan pendidikan anak-anak dari aspek moral ini dapat mengeluarkan petunjuk yang sangat berharga di dalam melahirkan anak dan kebiasaan-kebiasaan yang tinggi.

Berikut ini sebagian dari wasiat dan petunjuk Rosul di dalam upaya mendidik anak dari aspek moral:

At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ayyub bin Musa dari ayahnya bahwa Rosulullah SAW bersabda:

َ ا اَصلى الله عليه وسلمَ للَّاَ و ل رَ ن أَ ه د جَ ن عَ ه ب أَ ن ع

"َ:

?

َ ل نََ ن مَ ه د ل َ ٌد لا َ ل نََا م

َ ن س حَ ب د أَ ن مَ ل ض ف أ

Artinya: “Tidak ada suatu pemberian yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama daripada pemberian budi pekerti yang baik.”

(39)

24

Berdasarkan hadits-hadits paedagogis ini dapat disimpulkan bahwa para pendidik, terutama ayah dan ibu, mempunyai tanggung jawab sangat besar dalam mendidik anak-anak dengan kebaikan dan dasar-dasar moral.

3. Tanggung Jawab Pendidikan Fisik

Beberapa tanggung jawab dalam Islam yang dipilkulkan kepada para ayah, ibu dan pengajar adalah tanggung jawab pendidikan fisik.(Ulwan, 1981:219)

Berikut metode praktis yang digariskan islam didalam mendidik fisik anak-anak, agar para pendidik dapat mngetahui besarnya tanggung jawab dan amanat yang diserahkan Allah SWT kepada kalian:

a. Kewajiban Memberi Nafkah Kepada Keluarga dan Anak





Artinya: “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada

ibu dengan cara yang patut. (al-Baqarah: 233). (Fahrudin, 2011:38)

Jika seseorang ayah akan mendapat pahala yang besar karena menafkahi keluarga, maka sebaliknya ia akan berdosa bila menelantarkan dan tidak menafkahinya atau bakhil kepada keluarga dan anak-anaknya, padahal ia mampu. Perhatikanlah apa yang disabdakan Nabi SAW mengenai saksi bagi oarang-orang yang menelantarkan keluarga mereka dan bagi orang-orang yang tidak menafkahi keluarga dan anak-anaknya.

(40)

25

Artinya:“Cukup seorang itu berdosa seorang yang menahan (hartanya) terhadap orang yang berhak mendapatkan nafkahnya.”

Termasuk menafkahi keluarga ialah seorang ayah hendaknya menyediakan bagi keluarganya makanan yang baik, tempat tinggal yang baik, dan pakaian yang baik, sehingga fisik mereka tidak mudah terserang penyakit, terhindar dari padanya, dan kebal terhadapanya. b. Mengikuti Aturan-aturan yang Sehat dalam Makan, Minum dan Tidur.

Diantara petunjuk Nabi SAW, perihal makanan adalah meghindari makanan yang beracun dan dilarang makan dan minum berlebihan. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad At-Tirmidzi dan lainya bahwa Rosulullah SAW bersabda:

Artinya:“ Tidak ada tepat yeng dipenuhi anak adam yang lebih buruk dari pada perutnya. Cukuplah bagi anak adam beberapa suap saja

yang dapat menenggakan tulang belakangnya. Tetapi , apabila

terpaksa melakukanya maka hendaklah sepertiga (dari perutnya untuk

minumnya, dan sepertiganya lagi untuk pernafasanya.”

c. Mencegah Diri dari Penyakit Menular

Hal ini berdasarkan hadits berikut: diriwayatkan oleh Muslim, Ibnu Majah, dan selain keduanya, dari hadits Jabir bin Abdullah r.a bahwa dalam delegasi tsaqip ada seorang laki-laki yag berpenyakit kusta. Maka Nabi SAW mengurus seseorang kepadanya untuk mengatakan:

(41)

26

Dalam Shohih Bukhori dan Muslim, dari hadits Abu Hurairah r.a bahwa Rosulullah SAW telah bersabda:

ٌَل ج رَ نِ ث د ح فَُّى ر هُّزلاَ ا اٌَر م ع مَ ا ا

Artinya:“Janganlah sekali-kali orang sakit mendatangi orang yang sehat”

Oleh karena itu, diantara kewajiban bagi para pendidik, terutama para ibu, apabila salah seorang dari anak mereka ditimpa suatu penyakit menular, hendaklah mereka memisahkanya dari anak-anak lain sehingga penyakit tersebut tidak menular kepada yang lain. Dan seorang pendidik juga wajib mengobati anaknya jika anak mengalami penyakit.

d. Membiasakan Anak untuk Zuhud dan Tidak Tenggelam dalam Kenikmatan

Makasudnya, ketika anak pada usia baligh, anak dapat menjelaskan kewajiban jihad dan mendakwahkan jalan Allah dengan cara yang paling sempurna.

(42)

27 4. Tanggung Jawab Pendidikan Intlektual

Pendidika intlektual adalah pembentukan dan pembinaan berfikir anak dengan segala sesuatuyang bermanfaat, ilmu pengetahuan hukum, peradaban ilmiah dan modernisme serta kesadaran berfikir dan berbudaya. Dengan demikian ilmu, rasio dan peradaban anak benar-benar dapat terbina.

Jika disetiap tanggung jawab yang dilaksanakan oleh para pendidik harus dijelaskan fase-fase yang harus dilalui, maka penysun berpendapat bahwa pendidik intlektual ini berpusat kepada tiga permasalahan berikut ini:

a. Kewajiban Mengajar

Islam memandang bahwa tanggung jawab ini sangat penting. Sebab, Islam telah membebani para pendidik dan orangtua dengan tanggung jawab yang besar didalam mengajar anak-anaknya, menumbuhkan sikap pengembangan ilmu dan budaya, serta memusatkan seluruh fikiran untuk mencapai pemahaman secara mendalam. Pengetahuan yang mendasar, pengenalan yang matang dan benar. Dengan demikian, akal mereka akan matang, kecerdasan mereka akan tampak.

Artinya:“Adakah sama orang-orang yang mengetaui dengan

orang-orang yang tidak mengetahui. (Q.S AZ-Zumar: 9). (Fahrudin, 2011:

460 )

(43)

28

Penyadaran berfikir adalah mengikatkan anak dengan al-Islam, baik sebagai agama maupun negara (daulah). Al-Quran, baik sebagai sistem maupun perundang-undangan, Sejarah Islam, baik sebagai kejayaan maupun kemuliaan, kebudayaan Islam yang umum, baik sebagai ruh maupun pemikiran, dan gerakan dakwah Islam.

Jadi, sejak anak mulai sadar dan mengerti, hendaknya memperenalkan anak kepada hakekat-hakekat berikut ini:

a. Keabadian Islam dan kesesuainya untuk setiap masa dan tempat, karena universalitas, keabadian, inovasi dan kontinuitasnya yang menjadi kelebihan Islam.

b. Nenek moyang kita terdahulu tidak mampu mencapai kejayaan, kecuali dengan berpegang teguh kepada Islam dan peraturan-peraturan al-Quran.

c. Membeberkan rencana-rencana yang digariskan oleh musuh-musuh Islam. Antara lain, rencana zionisme, kolonialisme dan lain sebagianya. Semua rencana ini secara keseluruhanya menjurus pada penghapusan akidah Islamiyyah di muka bumi.

d. Membeberkan budaya Islam yang menjadi kebudayaan seluruh dunia disepanjang lintasan sejarah.

Dari Sa’ad bin Abi Waqosh ra. Berkata:“kami mengajarkan peperangan Rosulullah SAW. Kepada anak-anak kami mengajarkan

(44)

29

Di dalam Ikhya’nya al-Ghozali mewasiatkan: “Dengan mengajarkan

al-Quran kepada anak, hadits-hadits akhbar, berbagi hikayat

orang-orang baik, kemudian sebagian hukum diniyyah.”

c. Pemeliharaan Kesehatan Berfikir

Tangung jawab ini berpusat pada upaya menjauhkan meraka dari kerusakan-kerusakan terbesar yang tersebar dimasyarakat. Karena kerusakan-kerusakan itu mempunyai dampak yang besar terhadap akal, ingatan dan fisik manusia secara umum. Para dokter dan ahli kesehatan sepakat memperingatkan bahwa kerusakan-kerusakan yang terjadi dimasyarakat diantaranya: mimum-minuman keras, kebiasaan onani, merokok, rangsangan-rangsangan seksual.

5. Tanggung Jawab Pendidikan Psikis

Yang dimaksud pendidikan psikis ialah mendidik anak supaya bersikap berani, berterus terang, merasa sempurna, suka berbuat baik terhadap orang lain menahan diri ketika marah dan senang kepada seluruh bentuk keutamaan psikhis dan moral secara keseluruhan.

Islam memerintahkan kepada mereka untuk membebaskan anak dari setiap faktor yang menghalangi kemuliaanya, menghancurkan eksistensi dan kepribadianya, serta menjadikan dirinya tidak memandang kehidupan ini dengan pandangan yang diliputi dengan kedengkian, kebencian dan pessimistis.

(45)

30

sifat-sifat berikut ini: sifat minder, sifat penakut, sifat rasa rendah diri, sifat hasut, sifat pemarah.

Jika para pendidik melepaskan anak-anak, murid dan orang yang berhak mendapatkan pendidikan dari mereka dari sifat-sifat minder, pengcut, rendah diri, hasud, dan pemarah, berarti telah menanamkan dasar-dasar psikologis yang mulia di dalam jiwa mereka yang berwujud dengan ketabahan dan keberanian yang penuh dengan sopan santun, perasaan sempurna, sanggup memikul tanggung jawab, mengutamakan orang lain, kecintaan dan kelemah lembutan. Bahkan dengan upaya melepaskan ini berarti mereka telah mempersiapkan anak-anak untuk menjadi pemuda-pemuda harapan masa depan yang akan menghadapi kehidupan dengan senyum optimis, tekat membaja dan akhlak yang luhur.

6. Tanggung Jawab Pendidikan Sosial

Yang di maksud dengan pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikis yang mulia dan bersumber pada akidah Islam yang abadi dan persaan keimanan yang mendalam, agar di dalam masyarakat nanti ia bisa tampil dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.

(46)

31

a. Penanaman Dasar-dasar Psikis yang Mulia

Takwa, persaudaraan, kasih sayang, mengutamakan orang lain,pemberian maaf, keberanian

b. Pemeliharaan Hak-hak Orang Lain

Hak terhadap kedua orang tua, hak terhadap saudara-saudara, hak terhadap guru, hak terhadap teman, hak terhadap orang besar. c. Pelaksanaan Tata Kesopanan Sosial

Adab makan dan minum, adab memberi salam, adab meminta izin, adab di dalam majlis, adab berbicara, adab bergurau, adab mengucapkan selamat, adab menjenguk orang sakit, adab berta’ziah, adab bersin dan menguap.

d. Pengawasan dan Kritik Sosial

Sebagai makhluk sosial, manusia hidup bersama orang lain, dalam hidup bersama manusia tidak bisa hidup dengan seenaknnya 7. Tanggung Jawab Pendidikan Seksual

Yang dimaksud pendidikan seksual adalah upaya pengajaran, penyadaran danpenerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak, sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan perkawinan.

(47)

32

Fase pertama, usia 7-10 tahun, disebut masa tamyis (masa pra-prubertas). Pada masa ini anak diberi pelajaran tentang etika meminta izin dan memandang sesuatu.

Fase kedua, 10-14 tahun, disebut masa murohaqoh (masa peralihan atau masa pubertas) pada masa ini anak di jauhkan dari berbagai rangsangan seksual.

Fase ketiga, 14-16 tahun, disebut masa baligh (masa adolesen). Jika anak sudah siap menikah, maka masa ini anak diberi pelajaran tentang etika (adab) mengadakan hubungan seksual.

Fase keempat, setelah masa edolesen, disebut masa pemuda. Pada masa ini anak diberi pelajaran tentang adab etika melakukan isti’faat (menjaga dari perbuatan zina), jika memang ia belum mampu melangsungkan pernikahan.

Yang terahir agar para pendidik dapat mengetahui bahwa cara-cara mendidik dan mengerahkan anak, disamping mengetahui bahwa Islam tidak akan pernah meninggalkan satu aspek pun dari berbagai aspek pendidikan. Islam akan senantiasa menunjukanya kepada para pendidik, sehingga mereka dapat menjalankan kewajiban terhadap anak-anak didik secara sempurna.

a. Adab-adab Meminta Izin

(48)

33

Ada tiga keadaan, sehingga seorang anak harus meminta izin kepada keluarga mereka:

Pertama, sebelum sholat fajar, sebab, ketika itu biasanya orang-orang masi

tidur di tempat tidur mereka.

Kedua, pada waktu dhuhur, sebab, ketika itu orang-orang biasanya

meninggalkan pakaian bersama keluarganya.

Ketiga, setelah sholat isya’. Sebab, waktu itu adalah waktu tidur dan

beristirahat.

Meminta izin dalam tiga waktu ini mempunyai nilai pedagogis tentang dasar-dasar etika bersama keluarga. Sehingga apabila anak memasuki kamar keluarganya, ia tidak akan terkejutkan oleh suatu keadaan yang tidak baik untuk di lihat.

Jika seorang anak sudak menginjak masa dewasa atau masa edolesen, hendaknya para pendidik mengajarkan etika meminta izin di tiga waktu ini kepada mereka. Firman Allah SWT:

امِهِلابَ ق انِم َنايِذَّلا َنَذاآَتاسَمَك ااوُ نِذاآَتاسَيالَ ف َمُلُالْا ُمُكانِم ُلاَفاط الْا َغَلَ بَذِاَو

Artinya: ”Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, hendaklah

mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum meminta izin”

(QS. an-Nur:59). (Fahrudin, 2011: 953).

(49)

34

ketika anak telah menginjak masa pemuda, ia akan menjadi teladan yang hidup dalam kemnuliaan akhlak dan terpujinya perbuatan

b. Adab Memandang

Diantara masalah penting yang harus menjadi pusat perhatian para pendidik adalah membiasakan anak untuk menerapkan adab memandang, sejak anak masih berada pada masa tamyiz. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat mengetahui masalah-masalah yang dihalalkan dan diharamkan. Sehingga, ketika anak sudah memaasuki masa baligh (adolesen) dan telah mencapai masa taklifny, ia telah dibekali dengan akhlak yang lurus dan mantap.

Adapun adab (etika) memandang yang harus diajarkan dan dibiasakan kepada anak adalah:

c. Adab Memandang Muhrim

Setiap wanita yang diharamkan bagi laki-laki untuk mengawininya, disebut wanita-wanita muhrim. Dan setiap laki-laki yang diharamkan bagi wanita untuk kawin denganya adalah muhrim, sedang orang yang termasuk dalam kelompok muhrim ini adalah:

1) Wanita-Wanita Muhrim Karena Pertalian Keturunan

Semua itu berjumblah 7 orang seperti disebutkan Allah SWT dalam firmaNya:

(50)

35

bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki dan

anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan. (Q.S

an-Nisa:23). (Fahrudin, 2011:82 )

2) Wanita-Wanita Muhrimah Karena Pertalian Perkawinan

Mereka itu berjumblah empat orang ialah: istri ayah, istri anak, ibu istri (mertua), anak-anak perempuan dari istri.

3) Wanita-wanita Muhrimat karena Menyusui Firman Allah SWT:

Artinya: ”Ibu-ibumu yang menyusukan kamu dan saudara perempuan sepenyusuan” (Q.S. an-Nisa: 23). (Fahrudin, 2011: 82 )

Sabda Rosulullah SAW:

Artinya: ”Saudara sesusu haram untuk dikawini sebagaimana diharamkanya kawin dengan saudara keturunan”. (H.R.Muslim dan Ashhabu as-Sunah)

Wanita-wanita yang haram untuk dikawini lantaran pertalian keturunan, seperti ibu, anak perempuan, saudara perempuan, saudara perempuan dari ayah, saudara perempuan dari ibu, anak perempuan dari saudara laki-laki, da anak perempuan dari saudara perempuan, juga haram dikawini wanita-wanita yang ada pertalian penyusuan, seperti ibu yang menyusukan, anak perempuan dari susuan, saudara perempuan dari susuan, dan seterusnya.

(51)

36 BAB III

KOMPILASI PENDAPAT TENTANG

SURAT LUKMAN AYAT 13

A. Nama Lukman

Lukman yang disebut dalam surat ini adalah seorang tokoh yang di perselisihkan identitasnya. Orang Arab mengenal dua tokoh yang bernama Lukman. Pertama, Lukman Ibn Ad. Tokoh ini mereka agungkan karena wibawa, kepemimpinan, ilmu, kefasihan dan kepandaiannya. Ia kerap sekali dijadikan sebagai pemisalan dan perumpamaan. Tokoh kedua adalah Lukman al-Hakim yang terkenal dengan kata-kata bijak dan perumpaan-perumpamaanya. Yang dimaksud Lukman yang ada di surat Lukman ayat 13 adalah Lukman yang nomer dua yaitu Lukman al-Hakim yang terkenal dengan kata-kata bijak dan perumpamaanya.

Diriwayatkan bahwa, Suwayd Ibn ayh-Syamit suatu ketika datang ke Mekah. Suwayd adalah orang yang cukup terhormat dikalangan masyarakatnya. Lalu Rosulullah mengajaknya untuk masuk Islam. Suwayd berkata kepada RosulullahSAW “mungkin apa yang ada padamu sama

dengan apa yang ada padaku” RosulullahSAW berkata, “apa yang ada

padamu?” Suwayd menjawab, “kumpulan hikmah Lukman.” Kemudian

RosululahSAW berkata, “tunjukanlah padaku.” Suwayd pun

menunjukanya, lalu RosulullahSAW berkata, “sungguh perkataan yang

(52)

37

diturunkan AllahSWT kepadaku untuk menjadi petunjuk dan

cahaya.”RosulullahSAW lalu membacakan al-Quran kepadanya dan

mengajaknya masuk Islam.

Ada Atsar yang Gharib berasal dari Qatadah diriwayatkan dari Ibn

Abi Khatim mengatakan Allah mempersilahkan Luqman memilih antara kenabian dan hikmah lalu Luqman lebih memilih hikmah dari kenabian. Qatadah mengatakan kemudian Jibril datang kepada Luqman ketika sedang tidur lalu meninggalkan hikmah kepadanya atau memencarkan hikmah kepadanya dan Luqman terbagun dengan mengucapkan kata hikmah tersebut. Said mengatakan saya mendengar dari Qatadah dan mengatakan bahwa dikatakan kepada Luqman bagaimana engkau memilih hikmah dari kenabian sementara Tuhanmu telah memberi pilihan. Luqman mengatakan jika Tuhanmu mengutusku dengan kenabian sebagai beban maka pasti aku akan mengharap keberuntungan dari-Nya dan aku pasti akan berharap untuk melaksanakannya. Namun Tuhanku memberikan pilihan dan aku khawatir aku tidak mampu melaksanakan kenabian, maka hikmah lebih aku sukai. Riwayat ini dari Said bin Bashir dan di dalamnya terdapat kelemahan yang beberapa ulama telah membicarakan (AllahSWT yang tahu). Dan ta’wil yang diriwayatkan Said Abi Urwah dari Qatadah tentang firman AllahSWT)

ُةَمكالْا ُنَماقُل اَنا يَ تَا دَقَلَو

(yang mendalam tentang keislaman

dan dia bukan Nabi serta tidak diberikan wahyu dan firman Allah di atas

(53)

38

Maksdunya AllahSWT memerintahkan Luqman untuk beryukur kepada AllahSWT atas apa yang diberikanNya dan karunia yang khusus diberikan kepadaNya melebihi orang lain pada zamannya. Kemudian AllahSWT

telah berfirman

(

اهِسافَ نِل ارُكاشَياََّنَّاَفرُكاشَي انَمو

(

( artinya sesungguhnya manfaat

syukur dan pahalanya akan kembali kepada orang-orang yang bersyukur

sebagaimana firman AllahSWT

(

امِهِسفَنَلاَف اِلْاَص وُلَمَع انَمَو

) dan AllahSWT juga

telah berfirman

(

اديَِحَ ِّنَغ َالله َّنِاَف رافا انَمَو

)

AllahSWT tidak membutuhkan

hambaNya dan kekufuran hamba tidak merugikan AllahSWT. Jika penduduk bumi seluruhnya kufur kepadaNya maka AllahSWT adalah dzat yang tidak membutuhkan makluk lain, tiada Tuhan selain AllahSWT dan tiada menyembah selain kepadaNya

Dipetik dari Ibnu Abbas berkata: “Lukman bukanlah seorang Nabi maupun Raja, tetapi beliau hanyalah seorang pengembalaternakan yang

berkulit hitam. Lalu Allah telah memerdekakanya dan sesungguhnya Dia

ridho dengan segala kata-kata dan wasiat Lukman. maka karena itu, kisah

ini diceritakan didalam al-Quran agar kita semua dapat mengambil

pedoman dan berpegang dengan wasiat-wasiatnya.”

Sahabat Nabi SAW. Ibn umar ra. Menyatakan bahwa Nabi bersabda: “aku berkata benar, bahwa Lukman bukanlah seorang Nabi,

tetapi dia adalah seorang hamba AllahSWT yang banyak menampung

(54)

39

SWT, maka Allah SWT mencintainya, menganugrahkan kepadanya

hikamah.” Suatu ketika dia tidur disiang hari, tiba-tiba dia mendengar

suara memanggilnya seraya berkata: “Hai Lukman maukah engkau

dijadikan kholifah yang memerintah dibumi”? Lukman menjawab, “kalau

Tuhanku memberiku pilihan , maka aku memilih afiat (perlindungan) tidak

memilih ujian. Tetapi bila itu ketetapan-NYA, maka akan kuperkenanan

dan kupatuhi, karena kau tau tahu bahwa itu ketetapan AllahSWT bagiku,

pastilah dia melindungiku dan membantuku. Para malaikat yang tidak

dilihat oleh Lukman bertanya: “mengapa demikian?” Luqman menjawab:”

kerena memerintah/penguasa adalah kedudukan yang paling sulit dan

paling keruh. Kezaliman menyelubunginya dari segala penjuru. Bila

seorang adil maka wajar ia selamat, dan bila ia keliru , keliru pula ia

menelusuri jalan ke surga. Seorang yang hidup hina di dunia lebih aman

dari pada ia hidup mulia (dalam pandangan manusia). Dan siapa memilih

dunia dengan megngabaikan akhirat, maka pasti ia dirayu oleh dunia dan

dijerumuskan olehnya dan ketika itu ia tidak memperoleh sesuatu di

akhirat.” Para malaikat sangat kagum dengan ucapanya. Selanjutnya

(55)

40 B. Munasabah Surat Lukman Ayat 13

Dalam surat Lukman ayat 12 yang menjelaskan bagaimana seorang Lukman yang telah di anugrahi oleh AllahSWTHikmah, sambil menjelaskan beberapa butir hikmah yanng pernah beliau sampaikan pada anaknya. Ayat 12 mengatakan:





































Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah menganugrahkan hikmah kepada Lukman, yaitu: bersyukurlah kepada Allah dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang kufur, maka sesungguhnya Allah maha kaya lagi maha terpuji.” (Syihab, 2002:291)

Allah telah memberikan pemahaman dalam agama, ketepatan dalam berpendapat, dan kebenaran dalam ucapan kepada seseorang hamba yang saleh dan selalu bertaubat kepadanya, yaitu luqman. AllahSWT juga memerintahkannya untuk mensyukuri nikmat-nikmatnya dengan cara melakukan ketaatan padanya serta meninggalkan kemaksiatan. Barang siapa melaksanakan hal ini maka pada hakikatnya dia memberi manfaat pada dirinya sendiri, karena manfaatnya akan kembali pada dirinya juga. Sebab, AllahSWT tidak membutuhkan semesta alam. Kepatuhan seseorang tidak berguna bagiNYA begitu pula kedurhakaan seseorang tidak mengakibatkan bahaya bagiNYA.”(Al-Qorni, 2007:372)

Kata “

َو

”(dan) pada awal surat Lukman ayat 12 berhubungan

(56)

41















































Artinya: “Dan diantara manusia ada yang membeli ucapan yang melengahkan” ia berfungsi menghubungkan kisah an-nadhr Ibn harits itu dan kisah Lukman disini atas dasar persamaan keduanya dalam daya tarik kejadian dan keanehanya. Yang pertama keanehan dalam kesesatan, dan

yang kedua perolehan hidayah dan hikmah. Demikian pendapat Ibn Asyur.

An-Nadhr Ibn Harits adalah seorang penyair setan setelah adanya Abu Jahal. Mengapa dia dijuliki demikian oleh pengikut Nabi MuhammadSAW? Karena ketajaman lidah dan kelicikannya terhadap Muhammad SAW. an-Nadhr Ibn Harits adalah orang pertama yang menentang azab bila ia salah. Atau menentang Nabi Muhammad membuat rumah dari emas bila benar ia seorang Nabi

Al-Biqa’i menghubungkanya dengan sifat AllahSWT Aziz, al-Hakim atau yang maha perkasa lagi maha bijaksana atau satu kalimat yang di hasilkan oleh kesimpulan ayat yang lalu tentang orang kafir. Seakan-akan ayat ini menyatSeakan-akan: Allah telah menyesatkan mereka berdasarkan

hikmah kebijaksanaanNYA dan sungguh kami (Allah) telah

menganugrahkan hikmah kepada Lukman.

(57)

42

diperintahkan untuk merenungkan anugrah Allah kepada Lukman itu dan mengingat serta mengingatkan orang lain. Ayat ini berbunyi: dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya dalam keadaan dia dari saat ke saat dia menasehatinya bahwa “wahai anaku sayang! Janganlah engkau mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun dan jangan juga

mempersekutukanya sedikit persekutuan pun lahir maupun batin,

persekutuan yang jelas maupun tersembunyi. Sesungguhnya syirik, yakni

mempersekutukan Allah, adalah kezaliman yang sangat besar. Itu adalah

penempatan sesuatu yang sangat agung pada tempat yang sangat buruk. Dalam ayat 14 dan ayat berikutnya dinilai oleh banyak ulama bukan bagian dari pengajaran Lukman kepada anaknya. Lukman disisipkan al-Quran untuk menunjukan betapa kehormatan dan kebaktian kepada orang tua menempati tempat kedua setalah pengagungan kepada AllahSWT. Memang sering kali menggandengkan perintah menyembah Allah dan perintah berbakti kepada orang tua seperti dalam surat:

al-Anam 151























































































(58)

43

dengan dia berbuat baiklah terhadap kedua orang tua, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji baik yang nampak diantaranya maupun yang tersembunyi dan janganlah kmu membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami.”

al-Isra’ 23





























































Artinya:“Dan tuhanmu memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuatbaik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam memeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu

mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kmau

membentak mereka dan ucapkanlah perkataan kepada mereka perkataan yang mulia.”

(59)

44

Thahir Ibn Asyur berpendapat bahwa jika kita menyatakan bahwa Lukman bukan seorangnabi, ayat ini adalah sisipan yang sengaaja diletakan setelah wasiat Lukman yang lalu tentang keharusan mengesakan Allah dan mensyukurinya, dengan sisipan ini, Allah menggambarkan betapa dia sejak dini telah melimpahkan anugerah kepada hamba-hambanya dengan mewasiatkan anak agar berbakti kepada kedua orang tua. Dengan demikian, anugerah ini mencakup Lukman sebagai ganjaran atas perhatianya memulai nasehatnya kepada anaknya agar memeperhatikan hak Allah, jangan sampai dipersekutukan. Di sini, Allah menunjukan bahwa Dia bersegera mendahului siapapun untuk memberi anugerah kebajikan terhadap siapa yang memberi perhatian terhadap haknya. Pendapat ini dikuatkan oleh disandingkanya perintah bersyukur kepada Allah dengan penghormatan kepada kedua ibu bapak. (Syihab, 2002:298)

Apakah kandungan ayat diatas merupakan nasehat Lukman secara langsung atau tidak? Yang jelas, ayat diatas menyatakan : dan kami

wasiatkan, yakni berpesan yang amat kukuh, kepada semua manusia

(60)

45

kami itu adalah bersyukurlah kepadaku! Karena aku menciptakan kamu dan menyediakan semua sarana kebahagiaan kamu, dan bersyukur pulalah kepada kedua orang tua kamu karena mereka yang aku jadikan perantara kehadiran kamu dipentas bumi ini. Kesyukuran ini mutlak kamu kamu lakukan karena hanya kepada Kulah (tidak kepada selain aku (Allah)) kembali kamu semua, wahai manusia, untuk kamu pertanggungjawabkan kesyukuran itu.(Syihab, 2002:300)

C. Arti Perkata Surat Lukman Ayat 13

























ْذِإ َو

:Dan ketika

لا

:Jangan

َلاَق

:Berkata

ْك ِرْشُت

:Kamu menyekutukan

ُناَمْقُل

:

Lukman

َِللّاِب

:Allah

ِهِنلإ

:Kepada putranya

َنِإ

:Sesungguhnya

وُه َو

:Dan dia

َك ْرِ شلا

:Mempersekutukan Allah

ُهُظِعَي

:Dia menasehatinya

مْلُظَل

:Adalah kedzaliman



:Wahai anaku

ميِظَع

:Yang besar

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi nasehat kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian implementasi penerimaan siswsa baru tingkat sekolah dasar menggunakan kebijakan menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia no 17

Guru memberikan kesempatan pada anak untuk menanyakan dan memberikan pendapat tentang media yang dibawa oleh Guru6. Guru menyampaikan kegiatan main dan gagasan yang dapat

Kemudian memiliki semangat dan kepedulian yang tinggi dari masyarakat terhadap tanggap bencana; (5) Ada tempat relokasi untuk hunian tetap yang telah disediakan oleh pemerintah

Akan tetapi, pemberian ekstrak daun jambu biji dapat meningkatkan jumlah limfoblast, baik yang diberikan tanpa campuran (kelompok 4) ataupun yang diberikan dalam

Pendekatan yang perlu dilakukan adalah melakukan rotasi karyawan secara berkala ke berbagai bidang kerja yang tersedia dalam organisasi untuk belajar lebih dalam,

cenderung dipengaruhi oleh faktor psycho-biography nya yang dibesarkan oleh lingkungan militer sehingga membentuk pribadinya disiplin dan tegas, ini pun tampak

Sistem adalah hubungan satu unit dengan unit-unit lainnya yang saling berhubungan satu sama lainnya dan yang tidak dapat dipisahkan serta menuju suatu kesatuan dalam

ii) Mengikuti petunjuk Site Engineer / Quantity Engineer atau Pejabat Pembuat Komitmen dalam melaksanakan tugasnya... Anugerah Karya Mandiri 39 dikerjakan dan memberikan