• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN KELAS III DI MI NURUL HUDA RAJI DEMAK TAHUN AJARAN 2014/2015 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN KELAS III DI MI NURUL HUDA RAJI DEMAK TAHUN AJARAN 2014/2015 - Test Repository"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK

BAHASAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN KELAS III

DI MI NURUL HUDA RAJI DEMAK

TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

LANGGA CINTIA DESSI

NIM 11510089

JURUSAN TARBIYAH

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)
(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK

BAHASAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN KELAS III

DI MI NURUL HUDA RAJI DEMAK

TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

LANGGA CINTIA DESSI

NIM 11510089

JURUSAN TARBIYAH

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:

Nama : Langga Cintia Dessi

NIM : 11510089

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD

TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN

KELAS III DI MI NURUL HUDA RAJI DEMAK TAHUN AJARAN 2014/2015

telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

(5)

SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN HUBUNGAN ANTAR

SATUAN KELAS III DI MI NURUL HUDA RAJI DEMAK TAHUN AJARAN

2014/2015

DISUSUN OLEH

LANGGA CINTIA DESSI

NIM : 11510089

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 20 Februari 2015 dan

telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji Ketua Panitia : Peni Susapti, M.Si.

Sekretaris Penguji : Dr. Winarno, S.Si., M.Pd.

Penguji I : Drs. Bahroni, M.Pd.

Penguji II : Sri Guno Najib Caqoqo. S.Pd.I., MA.

Salatiga, 20 Februari 2015 Ketua STAIN Salatiga

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Langga Cintia Dessi

NIM : 11510089

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 12 Januari 2015 Yang menyatakan,

(7)

MOTTO

Artinya: (2) ... Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. (3) Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya .... (4) ... Dan barang siapa yang bertakwa kepada

Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.

(QS. Ath-Thalaq: 2,3,4 )

(8)

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Somo Santoso dan Ibu Yuliyanti yang

selalu memberikan do’a, dukungan dan kasih sayang yang tak terhingga.

Terimakasih Ibu... Terimakasih Bapak...

2. Kedua adikku tersayang, adik Ria dan Wicak yang selalui mewarnai hidupku dengan canda dan tawa.

3. Lek Nawir, Lek Lia, Lek Ronah, yang telah menjadi orang tua kedua bagiku yang selalu memberikan dukungan dan nasehat.

4. Dosen pembimbing skripsiku Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd. 5. Para Dosenku.

6. Sahabat-sahabatku dan teman-teman seperjuangan PGMI angkatan 2010 yang telah berjuang bersama.

(9)

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kehadirat junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya pada yaumul akhir nanti.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Adapun judul skripsi ini adalah

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN KELAS III DI MI NURUL

HUDA RAJI DEMAK TAHUN AJARAN 2014/2015”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) STAIN Salatiga.

3. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd., selaku Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan, pengarahan, dengan sabar dan bijaksana sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat hingga studi ini selesai.

5. Bapak dan Ibu staf perpustakaan yang telah membantu menyediakan fasilitas untuk mencari sumber yang relevan dengan skripsi ini.

(10)

7. Bapak Sulaiman S.Pd.I., selaku Guru Kelas III MI Nurul Huda Raji yang telah berkenan bekerjasama dengan penulis sehingga penelitian dapat berlangsung. 8. Bapak (Somo Santoso) dan Ibu (Yuliyanti) tercinta yang senantiasa

mendo’akan dan memberikan semangat untuk penulis.

9. Adik-adik tersayang Ria dan Wicak yang selalu menjadi sumber motivasi bagi penulis.

Atas jasa mereka, penulis hanya dapat mendo’akan semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran matematika untuk pendidikan Madrasah Ibtidaiyah.

Salatiga, 12 Januari 2015

(11)

ABSTRAK

Dessi, Langga Cintia. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Hubungan Antar Satuan Kelas III Di MI Nurul Huda Raji Demak Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Winarno, S.Si.,M.Pd.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif NHT dan hasil belajar

Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar satuan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika, yang ditunjukkan dengan nilai sebagian besar siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada pokok bahasan hubungan antar satuan. Hal ini diduga dikarenakan kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Peneliti ingin mencoba menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Penelitian yang peneliti ambil adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan mengelompokkan siswa ke dalam kelompok untuk berpikir bersama dengan ciri utamanya penunjukan siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar satuan kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak tahun ajaran 2014/2015? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar satuan setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak tahun ajaran 2014/2015.

Guna menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Nurul Huda Raji Demak yang berjumlah 25 siswa , terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga kali siklus pembelajaran. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data dalam penelitian ini diambil melalui tes, wawancara, observasi, serta dokumentasi. Data dianalisis secara statistik menggunakan rumus persentase.

(12)

DAFTAR ISI

SAMPUL ...i

LEMBAR BERLOGO ...ii

JUDUL ...iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iv

PENGESAHAN KELULUSAN ...v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...vi

MOTTO ...vii

PERSEMBAHAN ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

ABSTRAK ...xi

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xvii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah...7

C.Tujuan Penelitian ...7

D.Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ...8

E. Kegunaan Penelitian ...8

F. Definisi Operasional ...10

G.Metode Penelitian ...13

H.Sistematika Penulisan ...20

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Model Pembelajaran Kooperatif ...22

(13)

a. Definisi Pembelajaran ...22

b. Tujuan Pembelajaran ...23

c. Unsur-Unsur Pembelajaran ...24

d. Prinsip-prinsip Pembelajaran di Sekolah Dasar ...25

2. Model Pembelajaran ...26

a. Definisi Model Pembelajaran ...26

b. Macam-macam Model Pembelajaran ...27

3. Pembelajaran Kooperatif ...28

a. Definisi Pembelajaran Kooperatif ...28

b. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif ...30

c. Perbedaan antara Kelompok Kooperatif dan Kelompok Kecil ...32

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ...33

e. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif .34 f. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif ...38

g. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif ...39

h. Pengelompokan dalam Pembelajaran Kooperatif ...42

B. Numbered Head Together (NHT)...43

1. Definisi Numbered Head Together (NHT) ...43

2. Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) ...44

3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) ...47

C.Hasil Belajar ...48

1. Belajar ...48

a. Definisi Belajar ...48

b. Prinsip-prinsip Belajar ...49

c. Tujuan Belajar ...50

2. Hasil Belajar ...50

(14)

D.Mata Pelajaran Matematika ...54

1. Hakikat Matematika ...54

2. Pembelajaran Matematika di SD/MI ...55

3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika di SD/MI ...56

4. Ruang Lingkup ...58

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika MI Kelas III Semester I ...59

E. Materi Hubungan Antar Satuan ...60

1. Hubungan Antar Satuan Waktu ...60

2. Hubungan Antar Satuan Panjang ...62

3. Hubungan Antar Satuan Berat ...63

F. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Dalam Pembelajaran Matematika ...64

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A.Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ...68

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ...73

C.Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ...79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ...86

B.Pembahasan ...111

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ...114

B. Saran ...114

DAFTAR PUSTAKA ...116 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif ...31

Tabel 2.2 Perbedaan Antara Kelompok Kooperatif dan Kelompok Kecil ...32

Tabel 2.3 Langkah-langkah Penerapan Numbered Head Together (NHT) ...45

Tabel 2.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika MI Kelas III Semester I ...59

Tabel 4.1 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I ...86

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ...88

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I ...91

Tabel 4.4 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II ...97

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Guru Siklus II ...99

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II ...101

Tabel 4.7 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus III ...106

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Guru Siklus III ...108

Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Siswa Siklus III ...110

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian Tindakan ...14

Gambar 2.1 Struktur Pemikiran Model Pembelajaran Kooperatif ...30

Gambar 4.1 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ...88

Gambar 4.2 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ...98

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus I

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa Siklus II

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Siklus III Lampiran 7 Lembar Pre Test Siklus I Lampiran 8 Lembar Post Test Siklus I Lampiran 9 Lembar Post Test Siklus II Lampiran 10 Lembar Post Test Siklus III Lampiran 11 Lembar Pedoman Wawancara Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 13 Pembagian Kelompok

Lampiran 14 Nilai Ulangan Harian Tahun Ajaran 2013/2014

Lampiran 15 Surat Tugas Pembimbing Lampiran 16 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 17 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 18 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 19 Nilai SKK Mahasiswa

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah sebuah ilmu pasti yang memang selama ini menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan di dunia ini. Semua kemajuan zaman, perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia tidak terlepas dari

unsur matematika. Tanpa ada matematika, tentu saja peradaban manusia tidak akan pernah mencapai kemajuan seperti sekarang ini (Fathani, 2009:5).

Senada dengan pendapat di atas Jannah (2011:52) mengemukakan bahwa matematika merupakan dasar bagi ilmu-ilmu lain, terutama ilmu yang berkutat dengan angka dan hitung-hitungan. Sehingga mempelajari

matematika secara tidak langsung juga membuka pintu bagi ilmu-ilmu eksak lainnya untuk dipelajari. Firman Allah dalam Al-Qur’an surah Yunus ayat 5:



Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan

(19)

Ilmu matematika sebagai ilmu hitung pada dasarnya adalah ilmu yang memiliki fungsi luas dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini, baik orang bodoh

maupun pandai secara akademik, tanpa sadar selalu menggunakan ilmu matematika dalam kehidupan sehari-hari, meski dalam konsep yang

sederhana (Jannah, 2011:21).

Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada jenjang sekolah dasar. Berkaitan dengan hal tersebut, Daryanto dan

Rahardjo (2012:240) menyatakan bahwa, “Mata pelajaran matematika perlu

diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk

membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,

kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama”. Belajar matematika

merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

berikutnya. Karena dengan belajar matematika, kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif (Susanto, 2013:183).

Harus diakui, selama ini memang tidak mudah mengajarkan matematika kepada siswa. Dalam realita di lapangan matematika menjadi

momok yang menakutkan bagi sebagian siswa. Dalam lingkup matematika, berhitung, rumus-rumus, angka, merupakan hal yang menakutkan, membuat kepala pusing, membosankan, menguras pikiran dan sangat tidak disukai oleh

siswa. Dalam hal ini Jannah (2011:25) berpendapat bahwa, “Yang membuat

matematika kelihatan susah dan menjadi momok menakutkan dikalangan

(20)

bisa dipungkiri bahwa selama ini penggunaan metode yang kurang bervariasi dan cenderung bersifat monoton dengan menggunakan metode konvensional

ceramah masih menjadi permasalahan klasik dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hal ini diungkapkan oleh Ahmadi dan Amri (2011:95).

Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan, prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih subtansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.

Berdasarkan hasil pengamatan awal peneliti, kondisi pembelajaran seperti di atas peneliti temukan dalam proses pembelajaran matematika di MI

Nurul Huda Raji. Guru masih menerapkan metode konvensional ceramah, sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung masih ditemukan ada

siswa yang tengah mengantuk terutama siswa yang duduk di barisan belakang, mengerjakan tugas lain, bermain, mengobrol dengan temannya, dan

berceloteh sendiri. Peneliti juga menemukan bahwa siswa sangat pasif sekali dan merasa enggan bila diminta oleh guru untuk maju ke depan mengerjakan tugas yang telah diberikan. Kondisi seperti ini mengakibatkan kurangnya

perhatian dan aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga dapat mengakibatkan rendahnya daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan

(21)

Berdasarkan hasil wawancara awal peneliti dengan wali kelas III selain menggunakan metode konvensional ceramah, guru juga menerapkan

metode kerja kelompok, namun metode kelompok yang diterapkan masih sebatas kerja kelompok yang bersifat tradisional yang menempatkan siswa

dalam kelompok-kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Metode semacam ini tentu kurang memberikan hasil yang maksimal terhadap hasil belajar siswa dikarenakan kurang memperhatikan keterlibatan seluruh

anggota kelompok, sering ditemukan ada beberapa siswa yang santai hanya sekedar ikut-ikutan dan tidak berkontribusi dalam kegiatan diskusi kelompok.

Hubungan antar satuan merupakan pokok bahasan yang diajarkan pada siswa kelas III semester I. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan wali kelas III hasil belajar pada pokok bahasan tersebut kurang memuaskan. Pada

pokok bahasan tersebut siswa masih mengalami kesulitan. Hal tersebut dikarenakan siswa masih kurang paham dengan dasar-dasar satuan tersebut

sehingga kesulitan bila diminta untuk mengubahnya ke satuan yang lain. Berdasarkan pengamatan tentang pembelajaran matematika pada

ulangan harian pokok bahasan hubungan antar satuan pada tahun ajaran 2013/2014 di MI Nurul Huda Raji diperoleh data dari 30 siswa hanya 13 siswa yang mencapai ketuntasan minimal. Berdasarkan data tersebut

menunjukkan bahwa baru 43,33% siswa yang mencapai KKM. KKM untuk mata pelajaran matematika di MI Nurul Huda adalah 65.

(22)

pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika. Menurut Bourne dalam Fathani (2009:19) matematika sebagai

konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pelajar dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu

pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Hanbury dalam Yamin dan Ansari (2009:94) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran matematika yang

sesuai dengan teori konstruktivisme, yaitu: (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2)

belajar matematika menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bermanfaat, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dengan temannya.

Salah satu model pembelajaran yang berbasiskan teori konstruktivisme sosial dan dapat mengakomodasi kepentingan untuk melibatkan siswa secara

aktif berinteraksi dengan lingkungannya dalam mengatasi masalah rendahnya hasil belajar matematika adalah model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. (Roger dalam Huda, 2013:29).

Melalui pembelajaran kooperatif akan membantu mempermudah

(23)

bertanya, dan saling menjelaskan. Penyampaian gagasan oleh siswa dapat mempertajam, memperdalam, memantapkan, atau menyempurnakan gagasan

itu karena memperoleh tanggapan dari siswa lain atau guru (Yamin dan Ansari, 2009:15).

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Unsur-unsur tersebut antara lain saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu, interaksi promotif, komunikasi antar anggota dan pemrosesan

kelompok (Suprijono, 2013:58).

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama merupakan varian dari model pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto

(2009:82) Numbered Head Together (NHT) dirancang untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran

dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ciri khasnya adalah guru menunjuk salah satu nomor (siswa) secara acak untuk

mempresentasikan hasil kegiatan berpikir besama kelompoknya. Pemanggilan siswa secara acak akan menjamin keterlibatan total semua siswa, karena dengan pemanggilan secara acak siswa menjadi siap semua. Model Numbered Head Together (NHT) juga dapat meningkatkan tanggung jawab dan kerjasama diantara anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok selain

(24)

diwujudkan dengan memberikan bantuan berupa penjelasan dari siswa yang lebih mampu kepada siswa yang kurang mampu.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah ini sangat menarik untuk diangkat menjadi suatu penelitian dengan judul “PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD

TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN

HUBUNGAN ANTAR SATUAN KELAS III DI MI NURUL HUDA

RAJI DEMAK TAHUN AJARAN 2014/2015”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan

hubungan antar satuan kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak tahun ajaran 2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui peningkatan hasil

(25)

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data

yang terkumpul (Arikunto, 2010:110).

Berdasarkan definisi di atas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai

berikut: “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar satuan kelas III di MI Nurul

Huda Raji Demak tahun ajaran 2014/2015”.

2. Indikator Keberhasilan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ini dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator keberhasilan yang dapat dirumuskan oleh

peneliti adalah sebagai berikut: hasil belajar siswa kelas III yang mencapai KKM pada pokok bahasan hubungan antar satuan mengalami

peningkatan pada setiap tahapan siklus pembelajaran dengan ketuntasan

klasikal mencapai siswa yang tuntas belajar pada akhir pelaksanaan siklus pembelajaran.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas

(26)

Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran ilmu pengetahuan dalam pemilihan model pembelajaran, khususnya pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada pelajaran matematika di MI Nurul Huda Raji Demak.

2. Manfaat praktis

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, guru, siswa dan sekolah.

a. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman secara langsung dalam proses pembelajaran matematika melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sehingga dapat diterapkan dan dikembangkan kelak saat terjun di lapangan sebagai

model pembelajaran alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. b. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru

(27)

c. Bagi siswa

1) Memperoleh pengalaman suasana belajar baru yang

menyenangkan dan berkesan pada pelajaran matematika sehingga akan meningkatkan hasil belajar matematika.

2) Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya khususnya pada materi hubungan antar satuan.

3) Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam kegiatan diskusi.

d. Bagi sekolah

1) Memberikan kontribusi bagi perbaikan dalam proses pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada khususnya dan kemajuan sekolah pada umumnya.

2) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran MI Nurul Huda Raji,

karena terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

F. Definisi Operasional

(28)

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif

Menurut Poerwadarminta (2006:1258) penerapan adalah pemasangan;

pengenaan; perihal mempraktekkan.

Menurut Poerwadarminta (2006:773) model adalah contoh; pola; acuan;

ragam (macam).

Menurut Trianto (2009:17) pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi

siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Huda (2013:31) menyatakan bahwa dalam konteks pengajaran, pembelajaran kooperatif sering kali didefinisikan sebagai pembentukan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut

untuk bekerja sama dan saling meningkatkan pembelajarannya dan pembelajaran siswa-siswa lain.

Jadi, penerapan model pembelajaran kooperatif adalah mempraktekkan pola pembelajaran dengan mengarahkan siswa dalam hal pembentukan

kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama dalam meningkatkan pembelajaranya dan anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Numbered Head Together (NHT)

(29)

ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Huda, 2013:138). Ciri utama dari Numbered Head Together (NHT) yaitu pembagian siswa ke dalam kelompok-kelompok dan diberi nomor. Setiap kelompok akan diberi tugas dan diminta untuk berpikir bersama.

Kemudian, guru akan memanggil salah satu nomor secara acak untuk mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompoknya.

3. Meningkatkan

Meningkatkan adalah menaikkan (derajat, taraf, dsb); mempertinggi; memperhebat (produksi dsb) (Poerwadarminta, 2006:1280).

4. Hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2005:22).

Hasil belajar siswa ditunjukkan dengan nilai post test pada akhir proses pembelajaran.

5. Matematika

Matematika adalah ilmu hitung atau ilmu tentang perhitungan

(30)

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang istilah dalam Bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research

(CAR). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran

(Susilo, 2010:16). Sedangkan pendapat lain mengemukakan PTK adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan

merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di

kelasnya (Kunandar, 2011:46).

Penelitian Tindakan kelas ini, dilakukan secara kolaboratif dan

partisipatif oleh peneliti dalam praktik pembelajarannya. Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas karena melalui penelitian ini

peneliti dapat berkolaborasi dan berpartisipasi dalam merancang, melaksanakan dan merefleksikan pembelajaran guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas melalui model pembelajaran

Numbered Head Together (NHT).

Model yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini

(31)

observasi, dan refleksi. Skema PTK dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini:

Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian Tindakan Diambil dari Arikunto (2010:137)

2. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Nurul Huda Raji yang beralamat di Desa Raji RT.04, RW.02, Kecamatan/Kabupaten

Demak. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Nurul Huda Raji Demak yang berjumlah 25 siswa, yang terdiri dari 8

siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Karakteristik siswa secara lebih detail dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Usia rata-rata 8 tahun.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

(32)

b. Tingkat kemampuan siswa rata-rata sedang ( 8 siswa masuk kategori prestasi tinggi, 14 siswa kategori sedang, dan 3 siswa kategori

rendah).

c. 1 orang siswa sering tidak masuk.

d. Siswa sering tidak mengerjakan PR.

e. Siswa kurang memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung. f. Siswa malu bertanya.

g. Latar belakang ekonomi orang tua sebagian besar buruh tani dan tani.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester I yaitu bulan Oktober-November yang terdiri dari 3 siklus. Penelitian pembelajaran matematika dilaksanakan beberapa kali sesuai dengan jam pelajaran matematika yang

ada di MI Nurul Huda Raji yaitu pada hari Selasa dan Rabu. Waktu pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan siklus I, tanggal 28 Oktober 2014. b) Kegiatan siklus II, tanggal 29 Oktober 2014.

c) Kegiatan siklus III, tanggal 4 November 2014. 3. Langkah-langkah

Tahap-tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari

(33)

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam

sebuah penelitian. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi:

1) Merancang desain pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), yaitu dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP).

2) Mempersiapkan media yang akan digunakan.

3) Membuat lembar kerja siswa (LKS), lembar evaluasi siswa serta lembar pengamatan.

4) Membuat topi penomoran siswa.

5) Mengelompokkan siswa ke dalam kelompok heterogen. b. Tindakan (acting)

Tindakan (acting) adalah implementasi isi rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas (Arikunto, 2010:139).

Pada tahap ini guru mengimplementasikan tindakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah dibuat sebelumnya.

c. Pengamatan (observing)

(34)

perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari tindakan (aksi) yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data.

d. Refleksi (reflecting)

Refleksi adalah kegiatan merenungkan kembali apa yang sudah

terjadi. Pada tahap refleksi guru dan tim pengamat melakukan upaya evaluasi dengan cara berdiskusi terhadap berbagai masalah yang muncul di kelas yang diperoleh dari analisis data sebagai bentuk dari

pengaruh tindakan yang telah dirancang. Melalui refleksi ini maka peneliti akan menentukan keputusan untuk siklus lanjutan ataukah

berhenti karena masalahnya telah terpecahkan. 4. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian

tindakan ini adalah: a. Soal Tes.

b. Lembar pedoman wawancara.

c. Lembar pedoman pengamatan (observasi).

5. Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah data-data yang berhubungan dengan hasil belajar siswa.

Pengumpulan data sebagai berikut: a. Tes

(35)

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Tes digunakan untuk data tentang hasil belajar

siswa. b. Wawancara

Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer) (Arikunto, 2010:198). Wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang pokok bahasan yang kurang memenuhi KKM dan metode yang sering diterapkan di kelas

sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. c. Observasi

Menurut Arikunto (2010:199), “Observasi adalah metode

pengumpulan data dengan melakukan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan

seluruh alat indra”. Menurut Kunandar (2011:73) objek observasi

adalah seluruh proses tindakan terkait, pengaruhnya, keadaan dan

kendala tindakan direncanakan pengaruhnya, serta persoalan lain yang timbul dalam konteks terkait.

d. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

(36)

sebagainya (Arikunto, 2010:201). Dokumentasi dapat berupa foto-foto kegiatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, data diri siswa, dan

jadwal mata pelajaran. 6. Analisis Data

Analisis data adalah menganalisis data yang telah terkumpul guna mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2011:85). Analisis data dilakukan

peneliti bersama dengan kolaborator yaitu guru matematika kelas III dengan cara memberikan tes formatif berupa tes tertulis pada setiap akhir

proses pembelajaran (post test). Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis. Kemudian data dianalisis per siklus untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang telah dicapai. Dalam hal ini, untuk

membuktikan hipotesis maka hasil penelitian akan dilakukan analisis menggunakan statistik untuk menghitung ketuntasan klasikal dengan

menggunakan rumus persentase:

P =

Keterangan :

P : Angka persentase

F : Frekuensi siswa yang tuntas

(37)

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini

terdiri dari tiga bagian yaitu, bagian awal, bagian inti, bagian akhir laporan. Dari bagian-bagian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagian awal skripsi terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan keaslian tulisan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar,

abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. 2. Bagian isi skripsi, terdiri dari lima bab yaitu:

Bab I. Pendahuluan, dalam hal ini peneliti, menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, manfaat

penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II. Kajian pustaka, terdiri dari analisa teori yang berkaitan dengan penelitian, yaitu model pembelajaran kooperatif

Numbered Head Together (NHT), hasil belajar dan pelajaran matematika.

Bab III. Pelaksanaan penelitian, yaitu bab yang menguraikan tentang

deskripsi pelaksanaan siklus I, siklus II, dan siklus III. Bab IV. Hasil penelitian dan pembahasan, yaitu bab yang

(38)

refleksi keberhasilan dan kegagalan), dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V. Penutup, yaitu bab yang menguraikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

(39)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pembelajaran

a. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk

interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah

usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2009:17).

Daryanto dan Rahardjo (2012:19) berpendapat bahwa pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan

aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagai suatu sistem, sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai

tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan.

(40)

material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang

guru untuk mengarahkan siswanya belajar secara aktif dengan melakukan interaksi dua arah dengan penyediaan sumber belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

b. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang hasil

pembelajaran apa yang diharapkan. Tujuan ini bisa sangat umum, sangat khusus atau dimana saja dalam kontinu khusus (Uno, 2006:19). Menurut Robert F. Mager dalam Uno (2006:35) tujuan

pembelajaran sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.

Sedangkan Fred Percival dan Henry Ellington dalam Uno (2006:35) berpendapat bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang

jelas dan menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapai dicapai sebagai hasil belajar.

Berdasarkan beberapa definisi tujuan pembelajaran di atas

dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku atau keterampilan apa yang hendak dicapai oleh siswa pada tingkat

(41)

c. Unsur-unsur Pembelajaran

Daryanto dan Rahardjo (2012:20) mengemukakan semua

pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan

(practice), penampilan hasil (performance).

1) Persiapan (preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar

untuk belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali.

2) Penyampaian (presentation)

Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang

mengawali proses belajar secara positif dan menarik. 3) Latihan (practice)

Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap

inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung. 4) Penampilan hasil (performance)

Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi

pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Tujuan tahap

(42)

d. Prinsip-prinsip Pembelajaran di Sekolah Dasar

Menurut Susanto (2013:87-88) pembelajaran di sekolah dasar

mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Prinsip motivasi adalah upaya guru untuk menumbuhkan

dorongan belajar, baik dari dalam diri anak atau dari luar diri anak, sehingga anak belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

2) Prinsip latar belakang adalah upaya guru dalam proses belajar mengajar memerhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap

yang telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan.

3) Prinsip pemusatan perhatian adalah usaha untuk memusatkan

perhatian anak dengan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan lebih terarah untuk mencapai tujuan yang hendak

dicapai.

4) Prinsip keterpaduan, guru dalam menyampaikan materi

hendaknya mengaitkan suatu pokok bahasan dengan pokok bahasan lain, atau subpokok bahasan dengan subpokok bahasan lain agar anak mendapat gambaran keterpaduan dalam proses

perolehan hasil belajar.

5) Prinsip pemecahan masalah adalah situasi belajar yang yang

(43)

6) Prinsip menemukan adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki anak untuk mencari, mengembangkan hasil perolehannya

dalam bentuk fakta dan informasi.

7) Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu suatu kegiatan yang

dilakukan berdasarkan pengalaman untuk mengembangkan dan memperoleh pengalaman baru.

8) Prinsip belajar sambil bermain, merupakan kegiatan yang dapat

menimbulkan suasana yang menyenangkan bagi siswa dalam belajar, karena dengan bermain pengetahuan, keterampilan, sikap,

dan daya fantasi anak berkembang.

9) Prinsip perbedaan individu, yakni upaya guru dalam proses belajar mengajar yang memerhatikan perbedaan individu dari

tingkat kecerdasan, sifat, dan kebiasaan atau latar belakang keluarga.

10) Prinsip hubungan sosial, adalah sosialisasi pada masa anak yang sedang tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial.

2. Model Pembelajaran

a. Definisi Model Pembelajaran

Joyce dalam Trianto (2009:22) menyatakan model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

(44)

komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam

mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Menurut Arends dalam Suprijono (2013:46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Menurut Suprijono (2013:46) model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas

peneliti menyimpulkan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pola atau pedoman dalam

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan, yang termasuk di dalamnya adalah langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran (sintaksnya), tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai, dan lingkungan pembelajaran.

b. Macam-macam Model Pembelajaran

(45)

yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi

kelas.

3. Pembelajaran Kooperatif

a. Definisi Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut Slavin dalam Isjoni (2013:12) adalah suatu model pembelajaran dimana

siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok

heterogen.

Johnsons, et al (2010:4) menyebutkan pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) adalah proses belajar mengajar yang

melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang

memungkinkan siswa untuk bekerja secara bersama-sama di dalamnya

guna memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran satu sama lain. Sedangkan Riyanto (2012:267) berpendapat bahwa

pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill.

Menurut Artzt & Newman dalam Trianto (2009:56) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama

(46)

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Parker dalam Huda (2013:29) mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana

pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai

tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis, pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam

kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto,

2009:56).

Berdasarkan berbagai pendapat mengenai definisi

pembelajaran kooperatif di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling berdiskusi memahami suatu konsep dan saling bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah. Pembelajaran kooperatif dapat mengasah

(47)

Secara ringkas struktur pemikiran pembelajaran kooperatif dapat digambarkan seperti pada gambar 2.1:

Gambar 2.1 Struktur Pemikiran Model Pembelajaran Kooperatif Diambil dari Suprijono (2013:68)

b. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

Sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase. Keenam fase tersebut dapat diketahui pada

tabel 2.1 di bawah ini:

Landasan Teori Teori Belajar Kontruktivis Hakikat Sosiokultural

(48)

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

Fase-fase Perilaku Guru

Fase 1: Present goals and set.

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan peserta didik.

Menjelaskan tujuan

pembelajaran dan

mempersiapkan peserta didik agar siap belajar.

Fase 2: Present information.

Menyajikan informasi.

Mempresentasikan informasi

kepada peserta didik secara verbal.

Fase 3: Organize students into learning teams.

Mengorganisir peserta didik ke

dalam tim-tim belajar.

Memberikan penjelasan kepada

peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.

Fase 4: Assist team work and study.

Membantu kerja tim dan belajar.

Membantu tim-tim belajar

selama peserta didik

mengerjakan tugasnya.

Fase 5: Test on the materials.

Mengevaluasi.

Menguji pengetahuan peserta

didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan

(49)

Fase-fase Perilaku Guru

Fase 6: Provide recognition.

Memberikan pengakuan atau

penghargaan.

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi

individu maupun kelompok.

(Suprijono, 2013:65)

c. Perbedaan Antara Kelompok Kooperatif dan kelompok Kecil

Kelompok kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok

kecil, Ellis dan Whalen mengungkapkan perbedaan-perbedaan mendasar antara pembelajaran kooperatif dan belajar kelompok kecil,

yaitu:

Tabel 2.2 Perbedaan Antara Kelompok Kooperatif dan Kelompok Kecil

Kelompok Kooperatif Kelompok Kecil

Interpedensi positif. Interaksi verbal berhadap-hadapan.

Tidak ada intepedensi. Siswa

bekerja sama hanya untuk

kesuksesannya sendiri. Bahkan tak

jarang mereka mencocokkan

jawaban mereka dengan jawaban

teman-temannya hanya untuk

memperoleh nilai yang maksimal bagi diri mereka sendiri.

(50)

Kelompok Kooperatif Kelompok Kecil

anggota kelompok harus

menguasai materi pelajaran.

siswa membiarkan saja jika ada teman satu kelompoknya bekerja

sendiri, sementara mereka tinggal mencopy-paste-nya jika sudah selesai.

Guru memonitor perilaku siswa

Guru tidak secara langsung mengobservasi perilaku siswa. Selama proses diskusi antar siswa

tak jarang guru mengerjakan tugas-tugas lain tanpa memerhatikan

perilaku siswa dalam proses diskusi tersebut.

Guru mengajarkan

keterampilan sosial yang dibutuhkan siswa untuk dapat

bekerja sama secara efektif.

Keterampilan sosial tidak diajarkan

secara sistematis.

(Huda, 2013:80)

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan

(51)

1) Hasil belajar akademik

Dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang

bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai

satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

e. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992) dalam

(52)

1) Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang

bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota

kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.

Menurut Huda (2013:47) interpedensi positif dapat dipahami dengan merujuk pada dua indikator utama, bahwa:

a) Setiap usaha anggota kelompok sangat dibutuhkan karena turut menentukan keberhasilan kelompok tersebut mencapai tujuannya (tidak ada satu pun anggota yang boleh bersantai

ria, sementara anggota lain bekerja keras).

b) Setiap anggota pasti memiliki kontribusi yang unik dan

berbeda-beda bagi kelompoknya karena masing-masing dari mereka bertanggung jawab atas setiap tugas yang dibagi

secara merata (tidak boleh ada satu pun anggota yang merasa diperlakukan tidak adil oleh anggota lain).

2) Kedua, interaksi antar siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk

(53)

dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan

mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide

mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

Menurut Suprijono (2013:60) interaksi yang semakin meningkat atau interaksi promotif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Saling membantu secara efektif dan efisien.

b) Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan.

c) Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien. d) Saling mengingatkan.

e) Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan

argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi.

f) Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. 3) Ketiga, tanggung jawab individual (akuntabilitas individu).

Tanggung jawab belajar individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak hanya sekedar

“membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman

sekelompoknya.

(54)

terlalu besar; (b) melakukan assesmen terhadap setiap siswa; (c) memberi tugas kepada siswa, yang dipilih secara random untuk

mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun kepada seluruh peserta didik di depan kelas; (d) mengamati setiap

kelompok dan mencatat frekuensi individu dalam membantu kelompok; (e) menugasi seorang peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa di kelompoknya; (f) menugasi peserta didik

mengajar temannya.

4) Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana

siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.

5) Kelima, proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika

anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung

(55)

lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin dalam Trianto ( 2009:61), adalah sebagai berikut:

a) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

b) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk

membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

c) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan

tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota

kelompok sangat bernilai.

f. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif

Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis,

bekerja sama, dan membantu teman (Isjoni, 2013:13).

Sadker dan sadker dalam Huda (2013:66) menjabarkan

(56)

1) Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi; hal ini

khususnya berlaku bagi siswa-siswa SD untuk mata pelajaran matematika.

2) Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar.

3) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman-temannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa

ketergantungan yang positif (interpedensi positif) untuk proses belajar mereka nanti.

4) Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa

terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda.

g. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

Kelemahan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern)

dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam, yaitu: 1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu

memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan

(57)

permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan 4) saat diskusi

kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif (Isjoni, 2013:25).

Slavin dalam Huda (2013:68) mengidentifikasi tiga kendala utama atau apa yang disebutnya pitfalls (lubang-lubang perangkap) terkait dengan pembelajaran kooperatif:

1) Free rider: jika tidak dirancang dengan baik, pembelajaran kooperatif justru berdampak pada munculnya free rider atau

“pengendara bebas”. Yang dimaksud free rider di sini adalah

beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya; mereka hanya “mengekor” saja apa yang

dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya yang lain. Free rider ini sering kali muncul ketika kelompok-kelompok kooperatif ditugaskan untuk menangani satu lembar kerja, satu proyek, atau satu laporan tertentu. Untuk tugas-tugas seperti ini, sering kali ada

satu atau beberapa anggota yang mengerjakan hampir semua pekerjaan kelompoknya, sementara sebagian anggota yang lain

justru “bebas berkendara”, berkeliaran kemana-mana.

(58)

mampu”. Misalnya, jika mereka ditugaskan untuk mengerjakan

tugas matematika, beberapa anggota yang dipersepsikan tidak

mampu berhitung atau menggunakan rumus-rumus dengan baik seringkali tidak dihiraukan oleh teman-temannya yang lain.

Bahkan, mereka yang memiliki skill matematika yang baik pun terkadang malas mengajarkan keterampilannya pada teman-temannya yang kurang mahir di bidang matematika. Bagi mereka,

hal ini hanya membuang-buang waktu dan energi saja.

3) Learning a part of task specialization: dalam beberapa metode tertentu, seperti jigsaw, group investigation, dan metode-metode lain yang terkait, setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian materi yang berbeda antar satu sama lain.

Pembagian semacam ini sering kali membuat siswa hanya fokus pada bagian materi yang menjadi tanggung jawabnya, sementara

bagian materi lain yang dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak digubris sama sekali, padahal semua materi tersebut saling

berkaitan satu sama lain.

Menurut Slavin dalam Huda (2013:69), ketiga kendala ini bisa diatasi jika guru mampu: (1) mengenali sedikit banyak karakteristik

dan level kemampuan siswa-siswanya, (2) selalu menyediakan waktu khusus untuk mengetahui kemajuan setiap siswanya dengan

(59)

yang paling penting (3) mengintegrasikan metode yang satu dengan metode yang lain.

h. Pengelompokan dalam Pembelajaran Kooperatif

Menurut Huda (2013:173) berdasarkan jenisnya, ada dua opsi

yang bisa digunakan guru untuk melakukan pengelompokan di ruang kelas mereka, yaitu:

1) Pengelompokan Permanen

Dinamakan pengelompokan permanen karena kelompok-kelompok yang dibentuk oleh guru ini akan bekerja sama beberapa

pertemuan. Kelompok-kelompok permanen cenderung memiliki anggota yang tetap.

Kelebihan kelompok permanen ini, salah satunya adalah

guru bisa benar-benar membentuk kelompok-kelompok yang

comparable karena didasarkan pada pertimbangan yang cukup matang akan performa akademik siswa-siswanya. Kelompok ini juga sangat menghemat waktu, memudahkan pengelolaan kelas,

dan meningkatkan semangat kerjasama karena siswa sudah saling mengenal dengan cukup baik dan terbiasa dengan cara belajar teman-teman satu kelompoknya.

Akan tetapi, kelemahan kelompok ini adalah

dibutuhkannya waktu yang tidak sebentar karena guru perlu

(60)

yang sekiranya bisa berfungsi untuk beberapa pertemuan ke depan. Perselisihan juga kemungkinan sering terjadi.

2) Pengelompokan Non Permanen

Berkebalikan dengan kelompok permanen, kelompok non

permanen sifatnya sementara. Kelebihan kelompok ini adalah proses pembentukannya yang tidak membutuhkan waktu lama sehingga guru bisa lebih cepat menjalankan proses pembelajaran.

Akan tetapi, kekurangan kelompok non permanen adalah sulitnya membangun interaksi antara siswa satu dengan siswa lain dalam

satu kelompok karena komposisi kelompok mereka selalu berubah-ubah setiap kali pertemuan. Selain itu, kelompok non permanen cenderung melibatkan siswa dalam proses

pembentukannya sehingga sangat sulit bagi guru untuk menyeleksi siswa-siswa berdasarkan performa akademik mereka.

B. Numbered Head Together (NHT)

1. Definisi Numbered Head Together (NHT)

Menurut Trianto (2009:82-83) Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran

(61)

tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Menurut Trianto (2009:82) dalam mengajukan pertanyaan kepada

seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:

a. Fase 1 : Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. c. Fase 3 : Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

d. Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang

nomornya sesuai, mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Menurut Hamid (2011:219) langkah-langkah guru dalam

pembelajaran NHT adalah:

a. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam kelompok

(62)

b. Guru memberikan tugas yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan dan masing-masing kelompok mengerjakannya

bersama kelompoknya.

c. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan

tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawaban yang mewakili dari kelompok tersebut.

d. Untuk membahas hasil dari setiap kelompok, guru memanggil nomor

kelompok tertentu untuk membahas jawaban mereka, kemudian memanggil nomor kelompok yang lain untuk memberi tanggapan atas

jawaban dari kelompok yang mempresentasikan jawabannya.

e. Terakhir guru memberikan kesimpulan terhadap jalannya pembahasan dan pembelajaran tersebut.

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran NHT di atas peneliti memodifikasi langkah-langkah pembelajaran NHT pada tabel 2.3 sebagai

berikut:

Tabel 2.3 Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran NHT

Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah

NHT Pendahuluan

a. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang.

Kemudian, setiap siswa diberi nomor.

b. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari

Langkah 1

Gambar

Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian Tindakan Diambil dari Arikunto (2010:137)
Gambar 2.1 Struktur Pemikiran Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.2 Perbedaan Antara Kelompok Kooperatif dan Kelompok Kecil
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang disampaikan oleh guru Akidah Akhlak berikut ini. Buku Kurikulum 2013 memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut. Yang pertama ini berisi cerita secara

Apabila dalam pembuktian kualifikasi saudara dapat memenuhi jadwal waktu pelaksanaan serta Pembuktian Kualifikasi dimaksud, maka akan dilanjutkan dengan Pembuktian

P : Apakah nilai-nilai kekeluargaan (Hibua Lamo) dapat dijadikan sebagai basis dalam merekonsiliasi kondisi masyarakat Desa Mamuya pasca perpecahan jemaat.. N : “kalau

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya untuk paket pekerjaan Perencanaan Pembangunan Sarana Dayah/Pesantren dengan ini kami undang

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di

b) Izin - izin Usaha yang dipersyaratkan (TDP, SITU/SIGU/Domisili) c) SIUJK (Jasa Konstruksi Bidang Instalasi Mekanikal dan Elektrikal). d) SBU Sub Klasifikasi MK001 Jasa

Pada kondisi yang tidak menentu, saya berani menjalankan usaha ini secara terus

Beberapa komponen yang masuk dalam indikator pendidikan di Jawa Timur yaitu Angka Partisipasi Murni, Angka Partisipasi Kasar, Angka Transisi, Angka Putus Sekolah,