• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN FORMULASI PENGENCERAN BIOFERTILIZER (1:15) DENGAN VARIASI DOSIS DAN FREKUENSI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMBERIAN FORMULASI PENGENCERAN BIOFERTILIZER (1:15) DENGAN VARIASI DOSIS DAN FREKUENSI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SKRIPSI"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN FO DENGAN VA

PERTUMB

FA

ORMULASI PENGENCERANBIOFERTIL

VARIASI DOSIS DAN FREKUENSI TERH MBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAM

KACANG HIJAU (Vigna radiataL.)

SKRIPSI

FATIKHATUS SHOLIKHAH

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

TILIZER(1:15) RHADAP

AMAN

(2)
(3)
(4)
(5)

PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai referensi kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penulis dan harus menyebutkan sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah. Dokumen skripsi ini adalah hak milik Universitas Airlangga.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam juga senantiasa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’ Alaihi Wasallam sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul

“Pemberian Formulasi Pengenceran Biofertilizer (1:15) dengan Variasi Dosis dan Frekuensi terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)” disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan S1 pada program studi Biologi di Universitas Airlangga.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat kesalahan, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari semua pihak pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis, tetapi juga pembaca pada umumnya dan menjadi sumber informasi bagi kita semua.

Surabaya, Juni 2016

Penulis,

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Luapan syukur dan persimpuhan diri penulis sertakan hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’alaatas segala rahmat dan karuniaNya di sepanjang kehidupan, khususnya di empat tahun terakhir perjuangan menuntut ilmu di bangku kuliah. Segala nafas, waktu, kesempatan, dan nikmat yang Allah berikan telah menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Berkah kasih sayang dan tumpahan keringat orang tua serta keluarga tak luput menjadi buncahan semangat dan ambisi. Ibunda Endah Sutarti dan Almarhum Ayahanda Sutrisna, terima kasih yang tak terbatas untuk kedua orang tua terbaik yang selalu menyelimuti putra

putrinya dengan kasih sayang, alunan do’a yang tak putus disetiap nafas, dan juga pengorbanan jiwa raga yang tak akan terbayarkan. Allah hadirkan ciptaannya yang lain, Avif Nurrakhman, yang telah menjadi kakak terbaik dan pengganti ayahanda yang sempurna, terima kasih atas semangat dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis. Berikut penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Pembimbing skripsi Drs. Agus Supriyanto, M. Kes sebagai dosen pembimbing I/penguji I, dan Tri Nurhariyati, S. Si., M. Kes sebagai dosen pembimbing II/penguji II yang memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi. Drs. Salamun, M. Kes sebagai penguji III, dan Dr. Rosmanida, M. Kes sebagai penguji IV terima kasih atas saran dan nasehat yang sangat membangun bagi penulis.

2. Dosen Departemen Biologi sebagai orang tua penulis di kampus, penulis mengucapkan terima kasih atas segala ilmu yang telah disampaikan.

3. Sahabat Sri Lestari Ningsih, Wenda Pratiwi, Tri Wulandari dan Riski Eka Sari, terima kasih telah mewarnai selama empat tahun terakhir di kehidupan penulis, dan semoga takdir selalu menyatukan kita semua sampai menutup mata.

4. Sahabat Penelitian, sahabat Laboratorium Mikrobiologi, sahabat Kelompok Studi PEKSIA dan sahabat pengurus dan kepanitiaan di HIMBIO, terima

(8)

5. Kakak-kakak Biologi, Mbak Zahra, Mbak Riris, Mbak Arum, Mas Ogis, Mas Arif, Mbak Tri, Mbak Ayu, Mbak Nanas terima kasih atas segala dukungan dan nasehat yang berarti selama di dunia perkuliahan dan organisasi.

6. Adik-adik Biologi dan ITL, Fortunita, Fina, Inesavira, Deszan, Antien, Nabila, Binti, terima kasih atas semangat dan tingkah lucu yang menjadi hiburan yang berarti bagi penulis.

7. Bapak Suwarni selaku laboran Laboratorium Mikrobiologi Universitas Airlangga atas bantuan dan saran selama penelitian.

8. Teman-teman Biologi angkatan 2012 atas kerjasama, dorongan, dan bantuan selama awal perkuliahan hingga akhir pengerjaan skripsi.

Serta semua pihak yang membantu penulis dalam pengerjaan penelitian sampai penulisan skripsi yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Juni 2016

Penulis,

(9)

Fatikhatus Sholikhah. 2016. Pemberian Formulasi Pengenceran Biofertilizer

(1:15) dengan Variasi Dosis dan Frekuensi Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kacang Hijau (Vigna Radiata L.). Skripsi ini di bawah bimbingan Drs. Agus Supriyanto, M. Kes. Dan Tri Nurhariyati, S. Si., M. Kes. Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian formulasi pengenceran biofertilizer (1:15) dengan interaksi variasi dosis dan frekuensi terhadap pertumbuhan, produktivitas, dan nilai Relativity Agronomic Efectivity (RAE) terhadap produksi kacang hijau (Vigna radiata L.) pada lahan sawah. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 11 perlakuan, yaitu K- (tanpa pemberian pupuk), K+ (pemberian pupuk kimia), dan variasi interaksibiofertilizerdosis 5 mL (P1), 10 mL (P2), 15 mL (P3) dengan frekuensi satu kali (a), dua kali (b), tiga kali (c). Setiap perlakuan terdiri atas 3 ulangan. Mikroba dalambiofertilizerterdiri atasRhizobiumsp.,Azotobacter sp., Azospirillum sp., Bacillus subtiliis, Bacillus megaterium, Bacillus licheniformis, Pseudomonas putida, Pseudomonas fluorescens, Cellulomonas sp., Lactobacillus plantarum, dan Saccharomyces cerevisiae. Variabel terikat penelitian ini meliputi pertumbuhan (tinggi batang, jumlah daun, bintil akar) dan produktivitas (jumlah polong, berat polong, berat biji). Data pertumbuhan setiap minggu dianalisis secara deskriptif, data pertumbuhan saat panen dianalisis menggunakan uji Brown-Forsythe dan uji lanjutan berupa uji Games Howell dengan derajat signifikansi 0,05, sedangkan data produktivitas saat panen dianalisis menggunakan ANOVA satu arah dan uji lanjutan berupa uji Duncan dengan derajat signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian interaksi variasi dosis dan frekuensi biofertilizer berpengaruh terhadap pertumbuhan (tinggi batang, jumlah daun, bintil akar) dan produktivitas (jumlah polong, berat polong, berat biji). Pertumbuhan tinggi batang tertinggi pada K+ (63,70±4,73 cm) namun tidak signifikan dengan P3a, P3b, dan P3c. Jumlah daun tertinggi pada P3c, P3b, P3a (51,20 helai). Bintil akar tertinggi pada P3c (4,60±1,30). Sedangkan produktivitas jumlah polong tertinggi pada K+ (61,27±19,28), berat polong tertinggi pada K+ (58,10±16,07 g), dan berat biji tertinggi pada K+ (39,97±8,63 g) serta signifikan terhadap perlakuan biofertilizer (1:15). Nilai RAEbiofertilizer(1:15) kurang dari 100%.

Kata kunci : Biofertilizer, kacang hijau (Vigna radiata L.), pertumbuhan, produktivitas, RAE

(10)

Fatikhatus Sholikhah. 2016. Formulations Award Biofertilizer Dilution (1:15) with Dose and Frequency Variations on Growth and Productivity of Vigna radiataL.. This thesis is under the guidance of Drs. Agus Supriyanto, M. Kes. and Tri Nurhariyati, S.Si., M.Kes. Departement of Biology, Faculty of Science and Technology, Airlangga University, Surabaya.

ABSTRACT

This aim of this study was to know the effect of diluting formulations biofertilizer (1:15) in various interaction of doses and frequency on growth, productivity, and value Relativity Agronomic Efectivity (RAE) of Vigna radiata L. in paddy fields. This study was an experimental study with a Completely Randomized Design (CRD), consists of 11 treatments, it was K- (without fertilizer), K+ (treatment of chemical fertilizers), and various interaction of dose biofertilizer of 5 mL (P1), 10 mL (P2), 15 mL (P3) with a frequency of one (a), twice (b), three times (c). Each treatment consists of three replicates. The microbes in biofertilizer consisted of Rhizobium sp., Azotobacter sp., Azospirillum sp., Bacillus subtiliis, Bacillus megaterium, Bacillus licheniformis, Pseudomonas putida, Pseudomonas fluorescens, Cellulomonassp., Lactobacillus plantarum, and Saccharomyces cerevisiae. The dependent variables in this experiment were the growth (plant height, number of leaves, number of root nodules) and productivity (number of pods, pod weight, seed weight). The data of the every week growth was analyzed descriptively, while the data of the growth was analyzed by Brown-Forsythe test and advanced test called Games Howell with significance level of 0.05, while the data of productivity were analyzed by one-way ANOVA and advanced test called Duncan with significance level of 0.05. The results showed that the various interaction of doses and frequency of biofertilizer had effect on growth (plant height, number of leaves, number of root nodules) and productivity (number of pods, pod weight, seed weight). The highest of plant height in K+ tretment (63.70 ± 4.73 cm) but not significant with P3a, P3b and P3c treatments. The highest number of leaves on P3c, P3b, P3a treatments (51.20 piece). The highest number of nodule on P3c treatment (4.60 ± 1.30). While the productivity highest number of pods on K+ treatment (61.27 ± 19.28), the highest pod weight on K+ treatment (58.10 ± 16.07 g), and the highest seed weight on K+ treatment (39.97 ± 8.63 g) and biofertilizer significantly to treatment (1:15). RAE value of biofertilizer (1:15) is less than 100%.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PERNYATAAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Asumsi Penelitian ... 5

1.4 Hipotesis Penelitian... 6

1.4.1 Hipotesis kerja... 6

1.4.2 Hipotesis statistik ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 7

1.6 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1 Tinjauan Umum Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) ... 8

2.1.1 Klasifikasi tanaman kacang hijau varietas VIMA-I ... 8

2.1.2 Karakter morfologi tanaman kacang hijau varietas VIMA-I ... 9

2.1.3 Kandungan gizi dan manfaat tanaman kacang hijau ... 13

2.1.4 Syarat tumbuh tanaman kacang hijau... 14

2.2 Tinjauan Mengenai Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman ... 16

2.3 Tinjauan UmumBiofertilizer... 17

2.3.1 Mikroba fiksasi nitrogen ... 18

2.3.2 Mikroba pelarut fosfat ... 23

2.3.3 Mikroba perombak bahan organik ... 28

2.4 Tinjauan Mengenai Dosis dan Frekuensi PemupukanBiofertilizer... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 34

(12)

3.3.1 Variabel penelitian ... 37

3.4 Prosedur Penelitian ... 37

3.4.1 Pengkuran kuantitas mikrobabiofertilizerdan tanah pada media spesifik sebelum penanaman ... 37

3.4.2 Tahap penanaman kacang hijau ... 38

3.4.3 Tahap perawatan kacang hijau ... 39

3.4.4 Tahap pemanenan kacang hijau ... 39

3.4.5 Prosedur pengambilan data ... 40

3.4.6 Pengukuran kuantitas mikroba dalam tanah pada media spesifik setelah panen ... 41

3.5 Analisis Data ... 41

3.6 Alur Penelitian ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 44

4.1 Hasil Penelitian ... 44

4.1.1 Pertumbuhan tanaman kacang hijau pada umur 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 minggu setelah tanam ... 44

4.1.2 Pertumbuhan tinggi batang tanaman kacang hijau ... 49

4.1.3 Pertumbuhan jumlah daun tanaman kacang hijau ... 51

4.1.4 Pertumbuhan bintil akar tanaman kacang hijau ... 53

4.1.5 Produktivitas jumlah polong tanaman kacang hijau ... 55

4.1.6 Produktivitas berat polong tanaman kacang hijau ... 57

4.1.7 Produktivitas berat biji tanaman kacang hijau ... 59

4.2 Pembahasan ... 61

4.2.1 Pertumbuhan tinggi batang tanaman kacang hijau ... 61

4.2.2 Pertumbuhan jumlah daun tanaman kacang hijau... 65

4.2.3 Pertumbuhan bintil akar tanaman kacang hijau ... 66

4.2.4 Produktivitas tanaman kacang hijau ... 68

4.2.5 Efektivitas formulasi pengenceranbiofertilizer(1:15) terhadap hasil produktivitas tanaman kacang hijau ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 73

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA... xv

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Kandungan Gizi Kacang Hijau per 100 g Bahan ... 13

3.1 Perlakuan pemberianbiofertlizer ... 36

4.1 Rata-rata tinggi batang tanaman kacang hijau tiap minggu ... 45

4.2 Rata-rata jumlah daun tanaman kacang hijau tiap minggu ... 47

4.3 Rata-rata tinggi batang akhir tanaman kacang hijau ... 50

4.4 Rata-rata jumlah daun akhir tanaman kacang hijau ... 52

4.5 Rata-rata bintil akar tanaman kacang hijau ... 54

4.6 Rata-rata jumlah polong tanaman kacang hijau ... 56

4.7 Rata-rata berat polong tanaman kacang hijau ... 58

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Batang tanaman kacang hijau... 9

2.2 Daun tanaman kacang hijau ... 10

2.3 Akar tanaman kacang hijau ... 10

2.4 Bunga tanaman kacang hijau ... 11

2.5 Polong tanaman kacang hijau ... 11

2.6 Biji tanaman kacang hijau ... 12

2.7 Rhizobiumsp. dengan TEM ... 20

2.8 Azospirillumsp. dengan TEM... 21

2.9 Azotobactersp. denganelectron micrograph ... 22

2.10 Bacillus megaterium... 24

2.11 Bacillus subtilis... 25

2.12 Bacillus licheniformis... 26

2.13 Pseudomonas putida... 27

2.14 Pseudomonas fluorescenesdenganepifluorescensmicrograph... 28

2.15 Cellulomonassp. dengan pewarnaan Gram ... 29

2.16 Lactobacillus plantarumdengan SEM... 30

2.17 Saccharomyces cereviceaedengan SEM ... 31

3.1 Skema Alur Penelitian... 43

4.1 Grafik rata-rata tinggi batang kacang hijau tiap minggu ... 45

4.2 Grafik rata-rata jumlah daun kacang hijau tiap minggu ... 47

4.3 Diagram pengaruh variasi interaksi dosis dan frekuensibiofertilizer (1:15) terhadap tinggi batang akhir kacang hijau ... 50

4.4 Diagram pengaruh variasi interaksi dosis dan frekuensibiofertilizer (1:15) terhadap jumlah daun akhir kacang hijau ... 52

4.5 Diagram pengaruh variasi interaksi dosis dan frekuensibiofertilizer (1:15) terhadap bintil akar kacang hijau ... 54

4.6 Diagram pengaruh variasi interaksi dosis dan frekuensibiofertilizer (1:15) terhadap jumlah polong kacang hijau ... 56

4.7 Diagram pengaruh variasi interaksi dosis dan frekuensibiofertilizer (1:15) terhadap berat polong kacang hijau ... 58

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Hasil pengukuran mikroba dalam sampelbiofertilizerdan tanah 2 Pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiataL.)

3 Produktivitas tanaman kacang hijau (Vigna radiataL.)

4 Hasil uji statistik pertumbuhan dan produktivitas tanaman kacang hijau (Vigna radiataL.)

5 Hasil penghitunganRelativity Agronomic Effectivity(RAE) 6 Hasil produktivitas kacang hijau di lahan

7 Bahan penelitian 8 Alat penelitian

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu tanaman pangan

dari kacang-kacangan yang mempunyai peranan penting dalam menunjang

peningkatan gizi makanan bagi masyarakat sebagai pengganti beras. Kacang hijau

memiliki manfaat yang beragam, khususnya sebagai makanan olahan yang

memiliki tinggi kandungan vitamin terutama vitamin B1, kalori, protein dan

karbohidrat.

Di Indonesia, kacang hijau menduduki urutan ketiga jenis tanaman

kacang-kacangan sebagai tanaman pangan setelah kacang tanah dan kacang

kedelai (Sumarji, 2013). Tingkat produksi kacang hijau pada tahun 2012 sampai

dengan 2014 mengalami fluktuasi khususnya di daerah Provinsi Jawa Timur. Pada

tahun 2012 diperoleh produksi sebesar 66.772 ton, pada tahun 2013 produksi

sebesar 57.686 ton, dan pada tahun 2014 besar produksi kacang hijau adalah

60.310 ton (Anonim, 2015). Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar dan

kebutuhan masyarakat yang terus meningkat yang dilihat dari fakta data yang

diperoleh, menyebabkan potensi permintaan pasar terhadap kacang hijau semakin

banyak (Trustinah dalam Zebua et al., 2012). Menurut Ditjen Tanaman Pangan

(2012) dalam Trustinah et al. (2014), untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

yang tidak diimbangi dengan produksi kacang hijau menimbulkan kegiatan impor

(17)

2

Untuk mengatasi kendala dalam kebutuhan terhadap kacang hijau, pada

akhirnya para petani menggunakan pupuk kimia untuk meningkatkan kesuburan

tanah dan hasil produksi. Hal tersebut menjadikan petani tergantung pada pupuk

kimia, dengan perilaku melebihi dosis yang dianjurkan dan tidak spesifik lokasi

(Mezuan et al., 2002). Selain itu, keberadaan pupuk kimia sering mengalami

kelangkaan, akibatnya petani harus membeli pupuk dengan harga lebih mahal,

terlebih semenjak diberlakukannya kebijakan pengurangan dan penghapusan

subsidi harga pupuk yang kemudian mempengaruhi harga jual produk pertanian

(Darwis dan Nurmanaf, 2004). Selain itu, penggunaan pupuk kimia memiliki

dampak negatif terhadap lingkungan.

Menurut Cahyono (2008), penggunaan pupuk kimia menyebabkan

pencemaran tanah berupa berubahnya kondisi fisik, kimiawi dan biologi tanah,

kondisi ini tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman dan beberapa mikroba tanah,

sehingga dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan berkurangnya

produktivitas tanaman. Sedangkan menurut Campbell et al. (2003), mineral

berlebih yang diperoleh dari pupuk kimia dan tidak diserap oleh tumbuhan

merupakan pemborosan karena tercuci secara cepat dari tanah oleh air hujan dan

irigasi, aliran mineral tersebut memasuki air tanah dan akhirnya mencemari air

sungai dan danau. Keadaan ini mengakibatkan pemborosan biaya dan

menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Berawal dari permasalahan

tersebut, perlu dikembangkan suatu teknologi yang sesuai dengan lingkungan

(18)

Salah satu solusi dalam mengatasi masalah yang timbul akibat penggunaan

pupuk kimia adalah menggunakan biofertilizer (pupuk hayati) yang lebih murah

secara ekonomis sehingga dapat menghemat biaya pertanian karena biofertilizer

merupakan pupuk yang mengandung agen hayati atau biasa disebut biang

sehingga petani dapat memperbanyak sendiri (Anonim, 2015) dan secara ekologis

lebih ramah lingkungan. Biofertilizer merupakan suatu amandemen yang

mengandung mikroorganisme bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah

dan kualitas hasil tanaman, melalui peningkatan aktivitas biologi.

Mikroorganisme yang umum digunakan sebagai bahan aktif biofertilizer ialah

mikroba penambat nitrogen, pelarut fosfat dan dekomposer (Subba Rao, 1982).

Penelitian Chusnia (2012) pada tanaman kacang hijau menunjukkan

adanya peningkatan pertumbuhan dan produktivitas tanaman kacang hijau sebagai

pengaruh penggunaanbiofertilizertanpa pengenceran dengan formulasi 9 mikroba

yaitu Rhizobium sp., Azotobacter sp., Azospirillum sp., Bacillus megaterium,

Bacillus subtilis, Pseudomonas sp., Lactobacillus sp., Cellulomonas sp., dan

Saccharomyces cereviceae yang diaplikasikan pada media tanam tanah pada

polybag. Akan tetapi media tanam tanah dalam polybag memiliki beberapa

kelemahan jika dibandingkan dengan lahan sawah. Menurut Danu (2012), media

tanam dalam polybag memiliki kelemahan yaitu sekali pakai dan mudah rusak,

selain itu menurut Prasetyo dalamMaslahatin (2014) media tanampolybaghanya

mempunyai daya tahan terbatas yaitu 2-3 kali pemakaian untuk media tanam,

(19)

4

Pemberian biofertilizer tanpa pengenceran jika diaplikasikan pada lahan

sawah untuk mendukung produktivitas tanaman khususnya kacang hijau dinilai

kurang efisien dan membutuhkan biaya yang cukup besar. Pengenceran

biofertilizer adalah salah satu upaya untuk menghemat biaya pertanian dalam

budidaya tanaman kacang hijau khususnya di lahan sawah. Pengenceran

dilakukan agar tanaman dapat menerima semua unsur yang terkandung dalam

pupuk, memudahkan mobilitas unsur hara dalam tanaman, dan membuat

pemberian pupuk merata ke seluruh bagian tanaman (Andrea, 2014). Solihin

(2011) menyatakan aplikasi pengenceran 0,5 literbiofertilizer dengan 14 liter air

mampu meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman sengon di Desa

Sukadamai, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor dan juga mampu

mempercepat pertumbuhan tanaman famili Fabaceae. Sedangkan berbagai

penelitian, belum ditemukan penelitian mengenai aplikasi biofertilizer pada

tanaman kacang hijau yang dilakukan pengenceran dengan air terlebih dahulu,

khususnya pada formulasi pengenceran 1:15.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian

mengenai pemberianbiofertilizerpada tanaman kacang hijau menggunakan media

yang aplikatif yaitu lahan sawah yang dilakukan pengenceran menggunakan air

dengan formulasi pengenceran biofertilizer yaitu 1:15, dengan tujuan untuk

mengetahui dosis optimal biofertilizer terhadap pertumbuhan dan produktivitas

tanaman kacang hijau pada lahan sawah yang belum diketahui standarisasi

(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah interaksi variasi dosis dan frekuensi pemberian formulasi

pengenceran biofertilizer (1:15) yang berbeda berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiataL.)?

2. Apakah interaksi variasi dosis dan frekuensi pemberian formulasi

pengenceran biofertilizer (1:15) yang berbeda berpengaruh terhadap

produktivitas tanaman kacang hijau (Vigna radiataL.)?

3. Berapakah nilai Relative Agronomic Efectivity (RAE) formulasi

pengenceran biofertilizer (1:15) pada produksi tanaman kacang hijau

(Vigna radiataL.)?

1.3 Asumsi Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa konsorsium mikroba yaitu

Rhizobium sp., Azotobacter sp., Azospirillum sp., B. megaterium, B. subtilis, B.

licheniformis, P. putida, P. fluorescens, Cellulomonas sp., L. plantarum dan S.

cereviceaeyang terdiri atas bakteri pemfiksasi nitrogen dapat memfiksasi nitrogen

dari atmosfer sehingga mudah diikat oleh tanaman, bakteri pelarut fosfat dapat

melarutkan fosfat sehingga mudah diserap oleh tanaman, serta mikroba

dekomposer yang mampu mendegradasi bahan organik yang dibutuhkan sehingga

(21)

6

dalam satu formula membentuk biofertilizer dan diberikan pada tanaman kacang

hijau dengan pengenceran agar pupuk merata ke seluruh bagian tanaman dan

memudahkan tanaman menerima semua unsur yang terkandung di dalam pupuk

dengan pengenceran 1:15 dalam dosis dan frekuensi yang optimal akan

mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman kacang hijau menjadi

lebih baik.

1.4 Hipotesis Penelitian 1.4.1 Hipotesis kerja

Jika interaksi dosis dan frekuensi tepat pemberian formulasi pengenceran

biofertilizer(1:15) pada tanaman kacang hijau, maka dapat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan produktivitas tanaman kacang hijau menjadi maksimal.

1.4.2 Hipotesis statistik

H0a : Tidak ada pengaruh interaksi variasi dosis dan frekuensi yang berbeda

pada pemberian formulasi pengenceran biofertilizer (1:15) terhadap

pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiataL.)

H1a : Ada pengaruh interaksi variasi dosis dan frekuensi yang berbeda pada

pemberian formulasi pengenceran biofertilizer (1:15) terhadap

pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiataL.)

H0b : Tidak ada pengaruh interaksi variasi dosis dan frekuensi yang berbeda

pada pemberian formulasi pengenceran biofertilizer (1:15) terhadap

(22)

H1b : Ada pengaruh interaksi variasi dosis dan frekuensi yang berbeda pada

pemberian formulasi pengenceran biofertilizer (1:15) terhadap

produktivitas tanaman kacang hijau (Vigna radiataL.)

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh interaksi variasi dosis dan frekuensi pemberian

formulasi pengenceran biofertilizer (1:15) yang berbeda terhadap

pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiataL.).

2. Mengetahui pengaruh interaksi variasi dosis dan frekuensi pemberian

formulasi pengenceran biofertilizer (1:15) yang berbeda terhadap

produktivitas tanaman kacang hijau (Vigna radiataL.).

3. Mengetahui nilai Relative Agronomic Efectivity (RAE) formulasi

pengenceran biofertilizer (1:15) pada produksi tanaman kacang hijau

(Vigna radiataL.).

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada

masyarakat khususnya petani tentang dosis dan frekuensi yang tepat pemberian

biofertilizer untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas kacang hijau

(Vigna radiataL.) pada lahan sawah dan dapat menjaga kualitas, kuantitas, serta

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiataL.) 2.1.1 Klasifikasi tanaman kacang hijau varietas VIMA-I

Kacang hijau dikenal dengan beberapa nama, seperti mungo, mung bean,

green bean(Inggris), danchoroko(bahasa Swahili, India). Di Indonesia, kacang hijau

juga memiliki beberapa nama daerah, seperti artak (Madura), kacang wilis (Bali),

buwe (Flores), dan tibowang candi (Makassar) (Astawan, 2009). Sedangkan menurut

kedudukan dalam taksonomi tumbuhan, kacang hijau varietas VIMA-I

diklasifikasikan sebagai berikut.

Division : Spermatophyta

Classis : Magnoliophyta

Order : Fabales

Family : Fabaceae

Genus :Vigna

Species :Vigna radiataL. var. VIMA-I (Puluhulawa, 2014)

Kacang hijau merupakan komoditi yang penting karena menghasilkan bahan

pangan (Leatemia dan Rumthe, 2011). Tanaman kacang hijau termasuk tanaman

pangan dan tergolong dalam keluarga polong-polongan (Fabaceae) yang sudah lama

(24)

bg

(25)

ak

bt

dn

(26)

ba

ba

pl

(27)

bj

(28)

minuman, bahan campuran soun, tepung hunkue, dan kue-kue (Trustinah, 2014).

Kacang hijau merupakan sumber gizi, terutama karena kandungan protein nabati yang

cukup tinggi.

Kandungan gizi dalam kacang hijau cukup tinggi serta mineral yang

terkandung di dalamnya juga sangat lengkap. Nilai kandungan gizi dalam 100 g

kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1Kandungan Gizi Kacang Hijau per 100 g Bahan

No Kandungan Gizi Kandungan/100g bahan Satuan

1. Energi 345,00 kalori

2. Protein 22,00 g

3. Lemak 1,20 g

4. Karbohidrat 62,90 g

5. Air 10,00 g

6. Kalsium 125,00 mg

7. Fosfor 320,00 mg

8. Zat besi 67,0 mg

9. Vitamin A 157,00 mg

10. Vitamin B1 0,64 mg

11. Vitamin C 6,00 mg

12. Natrium 6,00 mg

13. Kalium 1132,00 mg

14. Serat 4,44 g

Sumber: (Rukmana, 1997); (Duke, 1981).

Kandungan kalsium dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat untuk

memperkuat tulang. Kacang hijau juga mengandung rendah lemak yang sangat baik

bagi mereka yang ingin menghindari konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak yang

(29)

14

dari kacang hijau tidak mudah berbau. Selain itu asam lemak tak jenuh pada kacang

hijau menjadikan kacang ini baik jika dikonsumsi bagi penderita obesitas untuk

menurunkan berat badan (Triyonoet al., 2010).

Lemak kacang hijau tersusun atas 73% asam lemak tak jenuh dan 27% asam

lemak jenuh. Umumnya kacang-kacangan mengandung lemak tak jenuh. Asupan

lemak tak jenuh tinggi penting untuk menjaga kesehatan jantung. Kacang hijau juga

mengandung vitamin B1 yang berguna untuk pertumbuhan. Vitamin B1 merupakan

bagian dari koenzim yang berperan penting dalam oksidasi karbohidrat untuk diubah

menjadi energi (Triyonoet al., 2010).

Manfaat lain dari tanaman kacang hijau adalah dapat melancarkan buang air

besar. Selain itu juga dapat digunakan untuk pengobatan hepatitis, terkilir, beri-beri,

demam nifas, kepala pusing/vertigo, memulihkan kesehatan, kencing kurang lancar,

kurang darah, dan jantung mengipas (Achyad dan Rasyidah, 2006).

2.1.4 Syarat tumbuh tanaman kacang hijau

Kacang hijau dapat ditanam di lahan sawah pada musim kemarau atau di

lahan tegalan pada musim hujan (Anonim, 2005). Menurut Trustinah (2014), kacang

hijau memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya,

yaitu berumur genjah (55 65 hari), toleran kekeringan, dan dapat ditanam pada

daerah yang kurang subur sehingga potensial dikembangkan di lahan-lahan

(30)

1. Iklim

Berdasarkan indikator di daerah sentrum produsen keadaan iklim yang ideal

untuk tanaman kacang hijau adalah daerah yang bersuhu 25oC 27oC dengan

kelembaban udara 50% 80%, curah hujan 50 mm 200 mm perbulan, dan cukup

mendapat sinar matahari (tempat terbuka). Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi

produktivitas kacang hijau. Tanaman ini cocok ditanam pada musim kering

(kemarau) yang rata-rata curah hujannya rendah. Di daerah curah hujan tinggi,

kacang hijau mengalami banyak hambatan dan gangguan, misalnya mudah rebah dan

terserang penyakit. Produktivitas tanaman kacang hijau pada musim hujan umumnya

lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas pada musim kemarau (Rukmana,

1997).

2. Tanah

Hal yang penting diperhatikan dalam pemilihan lokasi untuk kebun kacang

hijau adalah tanahnya subur, gembur banyak mengandung bahan organik (humus),

aerasi dan draenasinya baik, serta mempunyai kisaran pH tanah 5,5 – 6,5 (Bimasri,

2014). Tanah yang ber pH lebih rendah dari 5,8 perlu dilakukan pengapuran (liming).

Fungsi pengapuran adalah untuk meningkatkan nitrogen sebagai ion ammonium dan

nitrat agar tersedia bagi tanaman, membantu memperbaiki kegemburan serta

meningkatkan pH tanah mendekati netral (Rukmana, 1997). Biasanya jenis tanah

yang baik bagi jagung, padi, dan kedelai juga baik bagi pertumbuhan kacang hijau

(31)

16

Lahan yang digunakan untuk budidaya kacang hijau sebaiknya di dataran

rendah hingga 500 m dpl. Curah hujan yang rendah cukup ditoleransi tanaman kacang

hijau khususnya pada tanah yang diairi seperti padi. Tanah yang ideal adalah tanah

ber pH 5,8 dengan kandungan fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang

yang cukup agar bisa mengoptimalkan produktivitas tanaman kacang hijau

(Andrianto dan Indarto, 2004)

2.2 Tinjauan Mengenai Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman

Pertumbuhan merupakan penambahan ukuran karena organisme multisel

tumbuh dari zigot, penambahan itu bukan hanya dalam volume, tetapi juga dalam

bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma dan tingkat kerumitan. Penambahan

volume (ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur pembesaran ke satu atau

dua arah, seperti panjang (misalnya tinggi batang), diameter (misalnya diameter

batang), atau luas (misalnya luas daun) (Salisbury dan Ross, 1995). Sedangkan

menurut Dewi (2012), pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran dan massa yang

dapat diketahui dengan mengukur tinggi tanaman, berat basah ataupun berat kering

akar tanaman. Berat kering lebih disukai untuk menaksir pertumbuhan tanaman,

karena mencerminkan akumulasi senyawa organik yang disintesis tanaman dari

senyawa anorganik. Unsur hara yang diserap tanaman dari lingkungan juga memberi

kontribusi pada berat kering tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995).

(32)

tumbuh mencapai ukuran tertentu, maka struktur tubuh tumbuhan tersebut akan

mengalami penuaan dan mati (Sudjadi dan Laila, 2007).

Dewi (2012) menyatakan bahwa produktivitas merupakan kemampuan

tanaman untuk menghasilkan produk yang dapat diukur setelah pemanenan.

Sedangkan menurut Gardner et al. (1991), produktivitas tanaman merupakan jumlah

pertumbuhan yang dapat dicapai oleh suatu tanaman pada waktu periode tertentu.

Dalam produktivitas tanaman budidaya modern, produktivitas suatu tanaman

ditunjukkan untuk memaksimalkan laju pertumbuhan melalui manipulasi genetik dan

lingkungan sehingga mendapat hasil panen yang juga maksimal. Dengan kata lain,

produktivitas suatu tanaman bisa diartikan sebagai sebuah hasil akhir dari suatu

tanaman yang diperoleh setelah proses pertumbuhan selesai. Selain itu produktivitas

juga diartikan sebagai produksi per satuan luas lahan yang digunakan dalam pertanian

dan diukur dalam satuan ton per hektar (ton/ha). Sedangkan produksi merupakan

hasil panen dari luas lahan petani selama satu kali musim tanam yang diukur dalam

satuan kilogram (kg) (Sucipto, 2013).

2.3 Tinjauan UmumBiofertilizer

Biofertilizer atau pupuk hayati merupakan pupuk yang mengandung

mikroorganisme bermanfaat yang dapat mendorong pertumbuhan dan meningkatkan

kebutuhan nutrisi tanaman (Anonim, 2011). Menurut Gunalan (1996),

mikroorganisme yang bermanfaat adalah sejumlah jamur dan bakteri yang secara

(33)

18

ketersediaan hara, pengontrol organisme pengganggu tanaman, pengurai bahan

organik dan pembentuk humus, pemantap agregat, serta perombak persenyawaan

agrokimia. Pemanfaatan beberapa jenis mikroba tanah dapat membantu ketersediaan

hara bagi tanaman seperti hara nitrogen dan fosfat, selain itu ada mikroba tanah yang

berperan dalam mempercepat dekomposisi bahan organik (Rahmawati, 2005).

Rao (1994) mendefinisikan biofertilizer sebagai preparasi yang mengandung

sel-sel strain efektif mikroba penambat nitrogen, pelarut fosfat atau selulolitik yang

digunakan pada biji, tanah, atau tempat pengomposan dengan tujuan meningkatkan

jumlah mikroba tersebut dan mempercepat proses mikrobiologi tertentu untuk

menambah banyak ketersediaan hara dalam bentuk tersedia yang dapat diasimilasi

tanaman.

Pada penggunaannya, biofertilizer dapat digunakan sebagai substitusi dari

pupuk kimia, pemakaian pupuk anorganik (Urea, TSP, KCl dan lain-lain) dapat

ditinggalkan, dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan jalan memperbaiki

struktur tanah dan mengoptimalkan mikroba yang bekerja dalam tanah, meningkatkan

hasil panen, serta kesediaan hara makro maupun mikro terpenuhi, dan aktifitas

mikroorganisme tanah untuk membantu kesuburan tanah juga terjaga (Maslahatin,

2014). Berikut kelompok mikroba yang tergabung dalam formulasibiofertilizer.

2.3.1 Mikroba fiksasi nitrogen

(34)

khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu nitrogen juga penting dalam

pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis.

Meskipun di dalam tanah banyak tersusun atas nutrien-nutrien, tetapi banyak

dari nutrien-nutrien tersebut tidak dapat digunakan oleh tanah secara langsung.

Diketahui N2 di atmosfer tersedia melimpah dengan prosentase kurang lebih 80%,

namun pada kenyataannya nitrogen tersebut merupakan nutrien terbatas untuk

pertumbuhan tanaman, karena N di atmosfer tidak dapat diambil untuk dipergunakan

tanaman. Disisi lain, kini telah diketahui ada beberapa bakteri yang dapat memfiksasi

nitrogen (Rai, 2006).

Mikroba sebagai agen pemfiksasi nitrogen, memenuhi kebutuhan akan unsur

N yang dapat dipenuhi melalui sumber N dalam berbagai senyawa organik maupun

melakukan penambatan nitrogen dari udara, baik melaui simbiotik maupun

non-simbiotik (Simanungkalitet al., 2006).

Fiksasi nitrogen secara simbiotik dilakukan oleh mikroba-mikroba yang

umumnya hidup di sekitar perakaran tanaman kacang-kacangan (legum) yang biasa

dikenal dengan nama kolektif rhizobia. Kolektif rhizobia yaitu mikroba tanah yang

mampu melakukan fiksasi nitrogen udara melaui simbiosis dengan tanaman

kacang-kacangan (Simanungkalit et al., 2006). Sementara itu, fiksasi nitrogen secara

non-simbiotik dilakukan oleh mikroba-mikroba yang hidup bebas di dalam tanah.

Beberapa spesies bakteri yang bisa memfiksasi nitrogen adalah Azotobacter

chroocorum, Azotobacter beijerinckii, Azotobacter vibelandii, Azotobacter paspali,

(35)
(36)
(37)
(38)

(IAA) dan polisakarida ekstraseluler. IAA yang disekresikan bakteri memacu

pertumbuhan akar secara langsung dan menstimuli pemanjangan atau pembelahan sel

atau secara tidak langsung (Patten dan Glick, 2002).

2.3.2 Mikroba pelarut fosfat

Unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar,

khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu fosfat juga berfungsi sebagai

bahan baku untuk pembentukan sejumlah protein serta mempercepat pembungaan,

pemasakan biji dan buah (Lingga dan Marsono, 2000).

Ketersediaan fosfat dalam tanah jarang yang melebihi 0,01% dari total P.

Sebagian besar bentuk fosfat terikat oleh koloid tanah sehingga tidak tersedia bagi

tanaman (Husen et al., 2006). Pada tanah masam, fosfat akan bersenyawa dengan

alumunium membentul Al-P, sedangkan pada kondisi basa, fosfat akan bersenyawa

dengan kalsium membentuk Ca-P yang sukar larut. Alternatif untuk meningkatkan

efisiensi pemupukan fosfat dalam mengatasi rendahnya fosfat tersedia adalah dengan

memanfaatkan mikroorganisme pelarut fosfat yang tidak tersedia menjadi tersedia,

sehingga dapat diserap oleh tanaman. Mikroorganisme ini diketahui mampu

memproduksi asam amino, vitamin, serta substansi pemacu pertumbuhan seperti IAA

dan giberelin yang dapat membantu pertumbuhan tanaman (Ponmurugan dan Gopi,

2006). Selain itu mikroorganisme ini juga mampu menahan penetrasi patogen akar

karena sifat mikroba yang cepat mengkolonisasi akar dan menghasilkan senyawa

(39)

Gambar 2.10Bacillus megaterium

(40)

Gambar 2.11Bacillus subtilis

(41)
(42)

Gambar 2.13 Pseudomonas putida

(43)
(44)

Gambar 2.15 Cellulomonassp. dengan pewarnaan Gram

(45)

Gambar 2.16 Lactobacillus plantarum dengan SEM

(46)
(47)

32

pengomposan. Saccharomyces cereviceae akan mendegradasi karbohidrat, pati,

glukosa menjadi karbon dioksida dan air (Eulis, 2009).

2.4 Tinjauan Mengenai Dosis dan Frekuensi PemupukanBiofertilizer

Pemupukan adalah penambahan bahan atau zat pada tanah untuk melengkapi

kandungan unsur hara yang tidak mencukupi untuk pertumbuhan dan produktivitas

tanaman (Sutedjo, 1999). Pemupukan secara organik mampu berperan memobilisasi

atau menjembatani hara yang sudah ada dalam tanah sehingga mampu membentuk

partikel ion yang mudah diserap oleh akar tanaman. Efisiensi pemupukan haruslah

dilakukan, karena kelebihan dosis merupakan pemborosan yang berarti mempertinggi

pengeluaran disamping berpengaruh negatif terhadap kesuburan tanah. Kastono

(1999) menyatakan bahwa pemupukan mempunyai dua tujuan utama yaitu mengisi

perbekalan zat hara tanaman yang cukup dan memperbaiki atau memelihara kondisi

tanah, dalam hal struktur, kondisi pH, serta potensi pengikat terhadap zat hara

tanaman.

Masfufah (2012) menyatakan bahwa pemupukan tidak semata-mata diberikan

langsung pada tanaman, akan tetapi harus memperhatikan waktu, cara pemupukan,

dan dosis pupuk yang sesuai. Agar pemberian lebih efektif, maka waktu pemupukan

harus disesuaikan dengan jenis pupuk yang digunakan, fase pertumbuhan tanaman,

(48)

karena penggunaan dosis yang tidak tepat dapat membuat pertumbuhan tanaman

terhambat bahkan mati.

Pada penelitian Chusnia (2012), diketahui dosis optimal biofertilizer yang

tanpa dilakukan pengenceran dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas

tanaman kacang hijau paling baik adalah pada dosis 15 mL dan frekuensi pemberian

sebanyak tiga kali pada media tanah dalam polybag. Sedangkan pada penelitian

Masfufah (2012) menunjukkan bahwa pada dosis 10 mL pemberian biofertilizer

mampu memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan tinggi tanaman maupun

produktivitas buah tomat (Lycopersicon esculentum) dengan media tanam berupa

tanah maupun tanah yang dicampur dengan kompos.

Pertumbuhan tanaman bayam (Amaranthus hybridus L.) pada pemberian

biofertilizer berbahan baku limbah cair tepung ikan dengan konsentrasi 100%

menunjukkan hasil kurang baik terhadap pertumbuhan tinggi tanaman (Sholichah,

2016). Begitu juga dengan penelitian Nitasari (2016), yang menunjukkan pada

perlakuan biofertilizer berbahan baku molase dengan konsentrasi 100% dan 75%

(49)

34

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di areal persawahan Desa

Lemujut, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sebagai

tempat budidaya tanaman kacang hijau sekaligus tempat pengambilan data,

Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Airlangga, Surabaya, sebagai tempat pengukuran kuantitas mikroba

dalambiofertilizer dan tanah. Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan, bulan

Juni 2015 sampai Maret 2016 pada musim kemarau.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.2.1 Bahan penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang

hijau (Vigna radiata L.), biofertilizer dari Kelompok Tani Desa Lemujut, pupuk

kimia (Vitonic Super), insektisida (Match 50EC). Media spesifik yang digunakan

untuk pengukuran kuantitas mikroba yaitu Nfb (Nitrogen free bromothymol blue)

(semi solid) yang terdiri atas asam malat 0,5 g; KOH 0,4 g; K2HPO4 0,05 g;

FeSO4 0,005 g; MnSO4 0,001 g; MgSO4 0,01 g; NaCl 0,002 g; CaCl2 0,002 g;

Na2MoO2 0,001 g; bromotimol biru 0,3 mL; Agar 1,75 g serta 100 mL akuades,

media Pikovskaya terdiri atas glukosa 1 g; Ca3PO40,5 g; (NH4)2SO40,05 g; KCl

(50)

terdiri atas CMC 1 g; KNO3 0,075 g; MgSO4.7H2O 0,02 g; KH2PO4 0,05 g;

FeSO4.7H2O 0,002 g; CaCl2.2H2O 0,004 g;yeast extract 0,05 g; agar 17 g; serta

akuades 100 mL. Media tanam menggunakan lahan sawah di Desa Lemujut

Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Bahan lain yang

digunakan alkohol 70%, dan spirtus yang digunakan untuk sterilisasi alat dan

lingkungan kerja, akuades steril, kapas,aluminium foil, dantissue.

3.2.2 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini ada dua kelompok. Untuk

alat yang digunakan di laboratorium adalah tabung reaksi (Pyrex), rak tabung

reaksi, cawan petri, pipet volum (Pyrex), labu Erlenmeyer (Herma dan Duran),

gelas beaker, gelas ukur (Pyrex),autoclave(OSK 6500, ALP Co. Ltd), timbangan

analitik (Shimadzu), kompor listrik,magnetic stirrer,water bath, inkubator, oven,

Laminar Air Flow(ESCO),Colony Counter(Galaxy 230), shaker(GLF), spatula,

pengaduk kaca, bunsen, handsprayer, seal/selotip, kertas coklat, label dan baki.

Sedangkan di lapangan menggunakan alat yaitu cangkul, jerigen (ukuran 15 liter),

ember plastik, syringe (ukuran 25 mL), pH meter, penggaris/meteran, timbangan

digital, kantong plastik, tali rafia, kertas HVS, pensil dan kamera.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan 11 jenis perlakuan yang terdiri atas perlakuan dari

kombinasi variasi dosis biofertilizer yang telah diencerkan dengan air

(51)

36

pemberian masing-masing dosis yaitu 1 kali yaitu pada 1 minggu setelah tanam, 2

kali yaitu pada 1 dan 3 minggu setelah tanam, dan 3 kali yaitu pada 1, 3 dan 5

minggu setelah tanam, 2 perlakuan kontrol yaitu kontrol negatif dilakukan tanpa

pemberian pupuk (hanya air) serta kontrol positif dilakukan dengan pemberian

pupuk kimia (Vitonic Super). Perlakuan pemberianbiofertilizerdapat dilihat pada

Tabel 3.1.

Tabel 3.1Perlakuan pemberianbiofertilizer No Perlakuan

1. K

-2. K+

3. P1a

4. P1b

5. P1c

6. P2a

7. P2b

8. P2c

9. P3a

10. P3b

11. P3c

Jumlah ulangan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga Keterangan:

K- : Tanpa pemberianbiofertilizer(hanya air)

K+ : Pupuk kimia (Vitonic Super)

P1a :Biofertilizerdosis 5 mL dengan frekuensi 1 kali

P1b :Biofertilizerdosis 5 mL dengan frekuensi 2 kali

P1c :Biofertilizerdosis 5 mL dengan frekuensi 3 kali

P2a :Biofertilizerdosis 10 mL dengan frekuensi 1 kali

P2b :Biofertilizerdosis 10 mL dengan frekuensi 2 kali

P2c :Biofertilizerdosis 10 mL dengan frekuensi 3 kali

P3a :Biofertilizerdosis 15 mL dengan frekuensi 1 kali

P3b :Biofertilizerdosis 15 mL dengan frekuensi 2 kali

(52)

banyaknya sampel atau ulangan dalam penelitian, diperoleh dari rumus Faderer

(Arifiyah, 2007). Rumus Faderer adalah sebagai berikut:

(n-1) (t-1)≥15

Keterangan:

n = jumlah sampel atau ulangan

t = jumlah perlakuan

3.3.1 Variabel penelitian

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu:

a. Variabel bebas : Interaksi dosis (5, 10, dan 15 mL) dan frekuensi

pemberianbiofertilizer(1, 2, dan 3 kali)

b. Varibel terikat : Pertumbuhan tanaman kacang hijau meliputi

tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), dan

jumlah bintil akar serta produktivitas meliputi

jumlah polong, berat kering polong (g) dan berat

kering biji (g)

c. Variabel terkendali : Varietas tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.

var. VIMA-I)

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pengukuran kuantitas mikroba dalam biofertilizer dan tanah pada media spesifik sebelum penanaman

Tahap sebelum penanaman kacang hijau adalah melakukan pengukuran

kuantitas mikroba dalam biofertilizer dan tanah pertanian yang akan digunakan

(53)

38

dalam biofertilizer dan tanah dilakukan dengan cara menetapkan keberadaan

mikroba menggunakan media spesifik serta didampingi perhitungan MPN (Most

Probable Number) untuk media Nfb semi solid, sedangkan untuk media

Pikovskaya dan media CMCA didampingi dengan perhitungan TPC (Total Plate

Count). Cara menumbuhkan mikroba pada beberapa media spesifik yaitu dengan

terlebih dahulu menghomogenkan sampel yaitu biofertilizer dan tanah dengan

akuades steril, kemudian dilanjutkan dengan seri pengenceran.

Pada metode MPN menggunakan Nfb semi solid dilakukan dengan cara

membagi tiga seri pengenceran tiap sampelnya, masing-masing sampel sudah

terdapat tiga buah tabung reaksi berisi 6 mL media Nfb semi solid. Seri pertama

berisi 10 mL sampel, seri kedua berisi 1 mL sampel dan seri ketiga berisi 0,1 mL

sampel dan diinkubasi selama 7 x 24 jam. Pada metode TPC menggunakan media

Pikovskaya dan media CMCA dilakukan dengan mengambil 1 mL suspensi

mikroba dari beberapa pengenceran kemudian ditumbuhkan pada 10 mL media

spesifik dan diinkubasi selama 3 x 24 jam. Selain itu juga dilakukan perhitungan

koloni mikroba yang terbentuk dari hasil TPC biofertilizer dan tanah

menggunakanColony Counter.

3.4.2 Tahap penanaman kacang hijau

1. Persiapan lahan

Lahan dilubangi sedalam 5 cm dengan jarak tiap lubang yaitu 30 cm x 40

cm. Lahan yang digunakan untuk pertumbuhan kacang hijau adalah lahan bekas

(54)

dilakukan pengolahan tanah (Tanpa Olah Tanah = TOT), melainkan hanya

tunggul padi dipotong pendek dan dibersihkan.

2. Penanaman dan pemupukan kacang hijau

Penanaman kacang hijau dilakukan dengan sistem tugal, yaitu menanam 2

biji kacang hijau pada tiap lubang. Pada tiap perlakuan terdapat tiga pengulangan

dan setiap pengulangan ada lima tanaman. Dosis pemupukan terdiri atas 5 mL, 10

mL, dan 15 mL biofertilizer yang sudah diencerkan menggunakan air dengan

perbandingan 1:15. Frekuensi pemupukan terdiri atas tiga perlakuan yaitu 1 kali

pemupukan yaitu pada 1 minggu setelah tanam, 2 kali pemupukan yaitu pada 1

dan 3 minggu setelah tanam, dan 3 kali pemupukan yaitu pada 1, 3, serta 5

minggu setelah tanam.

3.4.3 Tahap perawatan kacang hijau

Penyiangan terhadap gulma yang tumbuh di sekitar tanaman kacang hijau

dilakukan dua kali dari tanaman mulai ditanam sampai panen. Penyiangan

pertama dilakukan saat tanaman kacang hijau berumur dua minggu dan

penyiangan kedua dilakukan saat tanaman kacang hijau berumur empat minggu

(Anonim, 2005). Penyemprotan insektisida (Match 50EC) satu kali pada satu

musim tanam yaitu pada umur lima minggu setelah tanam untuk membunuh hama

dan penyakit yang menyerang tanaman.

3.4.4 Tahap pemanenan kacang hijau

Pemanenan dilakukan apabila polong tanaman kacang hijau sudah

berwarna coklat. Pemanenan dilakukan dengan cara polong dipetik dan segera

(55)

40

polong yaitu dengan cara dipukul-pukul dan dikupas agar biji terlepas dari kulit

polong.

3.4.5 Prosedur pengambilan data

a. Pengukuran pertumbuhan tanaman kacang hijau

Pengumpulan data diperoleh dari pengukuran tiga parameter, yaitu tinggi

batang tanaman dimulai dari permukaan tanah sampai pangkal daun paling tinggi

(cm), jumlah daun (helai) dan jumlah bintil akar. Pengukuran tinggi batang

tanaman dan jumlah daun dilakukan saat tanaman kacang hijau berumur satu

minggu sampai enam minggu yang dilakukan pada tiap minggu. Pengukuran

tinggi batang tanaman dilakukan dengan menggunakan penggaris/meteran.

Sedangkan pengambilan data untuk bintil akar dilakukan setelah panen.

b. Pengukuran produktivitas tanaman kacang hijau

Pengukuran produktivitas tanaman kacang hijau dilakukan dengan

menghitung jumlah polong tiap perlakuan, menimbang berat kering polong (g),

dan menimbang seluruh biji kering (g) yang sudah dipisahkan dari kulit

polongnya baik yang rusak maupun yang tidak rusak menggunakan timbangan

analitik.

c. Penghitungan nilaiRelativity Agronomic Effectivity(RAE)

Uji efektivitas biofertilizer dilakukan untuk mengetahui pengaruh

biofertilizer yang diberikan terhadap tanaman kacang hijau. Menurut Iwantari

(2012), uji efektivitas biofertilizer yaitu untuk menentukan apakah suatu pupuk

(56)

RAE =

( ) ( )

( ) ( )

x 100%

Jika hasil yang diperoleh RAE≥ 100%, makabiofertilizer terbukti efektif

untuk digunakan. Jika hasil yang diperoleh RAE < 100%, makabiofertilizertidak

efektif untuk digunakan.

3.4.6 Pengukuran kuantitas mikroba dalam tanah pada media spesifik setelah panen

Tahap setelah pemanenan kacang hijau adalah melakukan pengukuran

kuantitas mikroba dalam tanah pertanian yang telah digunakan sebagai tempat

budidaya tanaman kacang hijau. Pengukuran kuantitas mikroba dalam tanah

dilakukan dengan cara menetapkan keberadaan mikroba menggunakan media

spesifik serta didampingi perhitungan MPN (Most Probable Number) untuk

media Nfb semi solid dan perhitungan TPC (Total Plate Count) untuk media

Pikovskaya dan media CMCA. Prosedur pengukuran kuantitas mikroba dalam

tanah setelah perlakuan sama dengan pengukuran kuantitas mikroba dalam

biofertilizer dan tanah sebelum penanaman kacang hijau. Tujuan dilakukan

pengukuran kuantitas mikroba dalam tanah setelah pemanenan adalah untuk

membandingkan jumlah mikroba yang ada di dalam tanah sebelum dan setelah

perlakuan.

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini kemudian dianalisis secara

(57)

42

setiap minggu yaitu berupa tinggi tanaman dan jumlah daun mulai umur 1 sampai

6 minggu setelah tanam dianalisis secara deskriptif.

Data pertumbuhan akhir yang terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, dan

bintil akar serta data produktivitas yang terdiri atas jumlah polong, berat polong,

dan berat biji tanaman kacang hijau yang diperoleh dari hasil penelitian secara

keseluruhan setelah panen diuji statistik menggunakan Statistical Product and

Service Solution (SPSS). Data tersebut diuji normalitas data menggunakan uji

Kolmogorov Smirvowdan dilanjutkan dengan uji homogenitas data menggunakan

uji Levene test. Apabila data normal dan homogen, kemudian data dianalisis

menggunakan Analysis of Varians (ANOVA) satu arah dengan derajat

signifikansi 0,05. Jika data hasil analisis ANOVA satu arah memiliki pengaruh

nyata, maka dilanjutkan dengan uji Ducan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk

uji beda antar perlakuan.

Pada data normal dan tidak homogen maka dilakukan uji dengan Brown

Forsythe, dan jika berpengaruh maka dilanjutkan dengan uji Games Howell.

Sedangkan apabila data tidak normal dan tidak homogen, maka diuji

menggunakan uji Kruskal-Wallis dan jika berpengaruh maka dilanjutkan dengan

ujiMann-Whitney.

(58)

3.6 Alur penelitian

Gambar 3.1Skema Alur Penelitian Analisis Data

Pemanenen dan Pengambilan Data Perawatan dan Pengamatan Penanaman dan Pemupukan

Persiapan Lahan

Pengukuran Kuantitas Mikroba dalam Biofertilizerdan Tanah pada Media Spesifik

Sebelum Penanaman

penyiraman

penyiangan

(59)

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Pengaruh variasi interaksi dosis dan frekuensi pengenceran biofertilizer

(1:15) pada tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) dapat diketahui melalui

pengamatan parameter pertumbuhan dan produktivitas. Parameter pertumbuhan

terdiri atas tinggi batang dan jumlah daun yang diamati pada tiap minggu dan

dianalisis secara deskriptif, selain itu data pertumbuhan seperti tinggi batang,

jumlah daun, dan jumlah bintil akar setelah panen dilakukan pengamatan dan uji

statistik. Sedangkan untuk parameter produktivitas yang terdiri atas jumlah

polong, berat polong, dan berat biji dilakukan pengamatan dan uji statistik.

4.1.1 Pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiataL.) pada umur 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 minggu setelah tanam

Pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) terdapat dua

parameter yaitu pertumbuhan tinggi batang dan pertumbuhan jumlah daun yang

diukur setiap rentan waktu satu minggu sekali yaitu pada interval waktu 1, 2, 3, 4,

5, dan 6 minggu setelah tanam. Pengukuran tinggi batang tanaman kacang hijau

dilakukan dengan cara mengukur tinggi batang tanaman mulai dari atas

permukaan tanah hingga ujung batang paling tinggi menggunakan mistar dengan

nilai akurasi 1 mm. Berikut disajikan hasil rata-rata pengukuran dan grafik

pertumbuhan tinggi batang tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada umur

(60)

Perlakuan Tinggi batang (cm)

1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST

K- 10,80±1,96 17,17±2,04 21,13±2,04 24,60±2,63 32,07±3,99 43,87±8,04

K+ 7,50±2,50 14,17±2,24 23,20±2,94 32,20±5,03 43,00±5,97 63,70±4,73

P1a 7,83±1,57 10,43±2,15 16,70±3,72 23,87±5,05 35,07±7,11 52,23±7,95

P1b 10,17±1,78 13,81±1,96 20,67±1,59 28,00±1,63 40,13±2,13 57,43±3,41

P1c 7,50±1,43 10,77±1,83 17,43±2,42 25,60±3,19 36,93±4,04 56,53±4,17

P2a 8,20±1,80 10,87±2,07 17,17±3,22 24,03±4,20 34,63±4,70 50,80±7,39

P2b 8,67±1,33 12,00±1,36 18,23±1,53 25,83±2,66 37,57±4,20 54,30±6,76

P2c 8,00±1,44 12,03±1,47 17,90±2,16 24,30±2,88 33,00±4,82 50,57±3,73

P3a 8,80±1,81 12,87±1,59 20,07±2,27 29,40±2,66 44,10±3,02 61,87±3,37

P3b 7,90±1,43 11,57±2,41 17,67±3,37 27,43±3,45 40,60±5,75 57,50±5,86

P3c 9,10±1,67 12,97±2,02 18,53±2,98 28,70±3,71 42,57±4,81 59,53±4,81

(61)

46

Keterangan: K-: Kontrol Negatif; K+: Kontrol Positif; P1a: Dosis 5 mL frekuensi satu kali; P1b: Dosis 5 mL frekuensi dua kali; P1c: Dosis 5 mL frekuensi tiga kali; P2a: Dosis 10 mL frekuensi satu kali; P2b: Dosis 10 mL frekuensi dua kali; P2c: Dosis 10 mL frekuensi tiga kali; P3a: Dosis 15 mL frekuensi satu kali; P3b: Dosis 15 mL frekuensi dua kali; P3c: Dosis 15 mL frekuensi tiga kali

Tabel 4.1 dan gambar 4.1 di atas memperlihatkan rata-rata pertumbuhan

tinggi batang tanaman kacang hijau dalam interval waktu satu sampai enam

minggu setelah tanam. Dari grafik tersebut, terlihat garis linier yang berarti tinggi

batang tanaman kacang hijau memiliki pertumbuhan yang terus meningkat.

Pertumbuhan tinggi batang tanaman kacang hijau tertinggi adalah pada kontrol

positif (K+) menggunakan pupuk kimia yaitu dengan rata-rata pada minggu

keenam sebesar 63,70±4,73 cm, diikuti dengan P3a yaitu perlakuan biofertilizer

(1:15) dosis 15 mL dan frekuensi 1 kali yaitu sebesar 61,87±3,37 cm. Sedangkan

pertumbuhan tinggi batang tanaman kacang hijau terendah yaitu pada kontrol

negatif (K-) tanpa perlakuan dengan rata-rata pada minggu keenam sebesar

43,87±8,04 cm.

Selain pertumbuhan tinggi batang tanaman kacang hijau, parameter

pertumbuhan tanaman kacang hijau yang dilakukan pengamatan setiap satu

minggu sekali yaitu jumlah daun. Pengukuran jumlah daun dilakukan dengan

menghitung banyaknya daun tiap tanaman. Berikut disajikan hasil pengukuran

dan grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.)

pada umur satu sampai enam minggu setelah tanam pada variasi interaksi dosis

dan frekuensi pemupukan.

(62)

Perlakuan Jumlah daun (helai)

1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST

K- 4,60±1,06 6,00±1,46 9,80±1,52 16,60±2,50 20,80±5,00 29,80±5,94

K+ 6,20±1,52 7,60±1,55 12,40±1,55 22,67±4,62 33,20±4,36 49,80±5,37

P1a 3,00±1,46 5,80±1,37 10,80±1,37 15,80±2,21 27,80±6,78 37,40±8,27

P1b 3,20±1,52 5,80±1,37 11,60±1,24 16,80±2,40 31,40±7,79 46,20±6,56

P1c 3,00±1,46 5,00±1,13 11,60±1,68 17,60±4,12 29,80±9,45 49,20±8,60

P2a 3,60±1,55 6,00±1,85 10,60±1,55 17,80±4,87 31,80±11,70 49,40±8,58

P2b 4,00±1,46 6,00±1,46 11,00±1,13 16,80±2,11 26,00±5,07 45,20±5,17

P2c 3,20±1,52 5,40±1,06 11,40±1,06 16,00±1,46 25,80±4,74 46,80±4,46

P3a 4,40±1,24 6,20±1,52 11,00±1,60 19,60±4,52 32,67±11,81 51,20±7,67

P3b 3,20±1,52 5,40±1,06 10,80±1,37 18,80±5,05 31,40±7,54 51,20±4,78

P3c 2,60±1,24 5,40±1,06 10,60±1,06 18,20±3,55 31,40±6,02 51,20±4,51

(63)

48

Keterangan: K-: Kontrol Negatif; K+: Kontrol Positif; P1a: Dosis 5 mL frekuensi satu kali; P1b: Dosis 5 mL frekuensi dua kali; P1c: Dosis 5 mL frekuensi tiga kali; P2a: Dosis 10 mL frekuensi satu kali; P2b: Dosis 10 mL frekuensi dua kali; P2c: Dosis 10 mL frekuensi tiga kali; P3a: Dosis 15 mL frekuensi satu kali; P3b: Dosis 15 mL frekuensi dua kali; P3c: Dosis 15 mL frekuensi tiga kali

Tabel 4.2 dan gambar 4.2 di atas memperlihatkan rata-rata pertumbuhan

jumlah daun tanaman kacang hijau pada interval waktu satu sampai enam minggu

setelah tanam. Dari grafik tersebut, terlihat garis linier yang berarti jumlah daun

tanaman kacang hijau memiliki pertumbuhan yang terus meningkat. Pertumbuhan

jumlah daun tanaman kacang hijau tertinggi adalah pada P3c yaitu perlakuan

biofertilizer (1:15) dosis 15 mL dan frekuensi satu kali yaitu pada rata-rata

minggu keenam sebesar 51,20±4,51, disusul dengan perlakuan P3b yaitu

perlakuan biofertilizer (1:15) dosis 15 mL dan frekuensi dua kali sebesar

51,20±4,78, dan P3a yaitu perlakuan biofertilizer (1:15) dosis 15 mL dan

frekuensi tiga kali sebesar 51,20±7,67. Sedangkan pertumbuhan jumlah daun

tanaman kacang hijau terendah yaitu pada kontrol negatif (K-) tanpa perlakuan

dengan rata-rata pada minggu keenam sebesar 29,80±5,94.

(64)

4.1.2 Pertumbuhan tinggi batang tanaman kacang hijau (Vigna radiataL.)

Tinggi batang tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada minggu

keenam dilakukan pengamatan dan uji statistik untuk melihat pengaruh perlakuan

pemberian biofertilizer (1:15) dengan variasi interaksi dosis dan frekuensi.

Pengamatan tinggi batang dilakukan dengan cara mengukur batang mulai dari atas

permukaan tanah sampai ujung batang paling tinggi menggunakan mistar/meteran

dengan nilai akurasi 1 mm. Dari hasil pengamatan, diuji menggunakan

Kolmogorov Smirnowdidapatkan nilai signifikasi tiap perlakuan p lebih dari 0,05

maka data tersebut berdistribusi normal (lampiran 4). Hasil uji homogenitas

menggunakan Levene Test, tinggi batang pada variasi interaksi dosis dan

frekuensi pemupukan didapatkan nilai signifikasi 0,006 yang berarti data tersebut

tidak homogen. Selanjutnya dilakukan uji Brown-Forsythe menunjukkan nilai

signifikasi 0,000, artinya H0ditolak yaitu terdapat pengaruh variasi interaksi dosis

dan frekuensi terhadap tinggi batang tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.).

Kemudian dilakukan uji Games Howell untuk menunjukkan perbedaan antar

perlakuan (lampiran 4). Berikut disajikan tabel dan diagram tinggi batang

tanaman kacang hijau pada variasi interaksi dosis dan frekuensi biofertilizer

(65)

Tabel 4.3 Rata-rata t

ta tinggi batang akhir tanaman kacang hijau (Vi

Rata-rata tinggi batang (cm)

43,87±8,04a nifikan pada ujiGames Howelldengan taraf 0,05

gram pengaruh variasi interaksi dosis dan frekue 15) terhadap tinggi batang akhir tanaman kacang

ataL.)

Kontrol Negatif; K+: Kontrol Positif; P1a kuensi satu kali; P1b: Dosis 5 mL frekuensi dua

L frekuensi tiga kali; P2a: Dosis 10 mL frekue 2b: Dosis 10 mL frekuensi dua kali; P2c: Dosis 10

K+ P1a P1b P1c P2a P2b P2c P3a

Interaksi Dosis dan Frekuensi Pemupukan

50 dua kali; P1c: Dosis rekuensi satu kali; s 10 mL frekuensi

P3a P3b P3c

kan

(66)

4.1.3 Pertumbuhan jumlah daun tanaman kacang hijau (Vigna radiataL.)

Jumlah daun tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada minggu

keenam dilakukan pengamatan dan uji statistik untuk melihat pengaruh perlakuan

pemberian biofertilizer (1:15) dengan variasi interaksi dosis dan frekuensi.

Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung banyaknya jumlah

helai daun tiap tanaman. Dari hasil pengamatan diuji normalitas menggunakan

Kolmogorov Smirnow, didapatkan nilai signifikasi tiap perlakuan p lebih dari 0,05

maka data tersebut berdistribusi normal (lampiran 4). Hasil uji homogenitas

menggunakanLevene Test, jumlah daun pada variasi interaksi dosis dan frekuensi

pemupukan didapatkan nilai signifikasi 0,002 yang berarti data tersebut tidak

homogen. Selanjutnya dilakukan uji Brown-Forsythe menunjukkan nilai

signifikasi 0,000, artinya H0ditolak yaitu terdapat pengaruh variasi interaksi dosis

dan frekuensi terhadap jumlah daun tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.).

Kemudian dilakukan uji Games Howell untuk menunjukkan perbedaan antar

perlakuan (lampiran 4). Berikut disajikan tabel dan diagram jumlah daun tanaman

(67)

Tabel 4.4 Rata-rata j

ta jumlah daun akhir tanaman kacang hijau (Vigna radi

Rata-rata jumlah daun (helai)

29,80±5,94a nifikan pada ujiGames Howelldengan taraf 0,05

gram pengaruh variasi interaksi dosis dan frekue 15) terhadap jumlah daun akhir tanaman kacang

ataL.)

Kontrol Negatif; K+: Kontrol Positif; P1a kuensi satu kali; P1b: Dosis 5 mL frekuensi dua

L frekuensi tiga kali; P2a: Dosis 10 mL frekue 2b: Dosis 10 mL frekuensi dua kali; P2c: Dosis 10

K+ P1a P1b P1c P2a P2b P2c P3a

Interaksi Dosis dan Frekuensi Pemupukan

52 dua kali; P1c: Dosis rekuensi satu kali; s 10 mL frekuensi

P3a P3b P3c

kan

Gambar

Grafik rata-rata tinggi batang kacang hijau tiap minggu ................ 45
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Kacang Hijau per 100 g Bahan
Gambar 2.7 Rhizobium sp. dengan TEM
Gambar 2.8 Azospirillum sp. dengan TEM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Artikel ini akan mengenalpasti aspek persefahaman agama melibatkan hubungan muslim dan non muslim yang terkandung di dalam Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah (KBSM)

Selain itu, pupuk guano juga memiliki kandungan C/N ratio yang terendah, apabila C/N ratio rendah maka unsur makro dan mikro dalam pupuk dapat diserap tanaman untuk

tokoh utama dalam membentuk perpaduan kaum  Toleransi kaum melahirkan masyarakat cemerlang – saling menghormati  Sanggup berkorban  Semangat cintakan negara

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kota Parepare Tahun 20132018, sebagai dokumen perencanaan dan acuan penganggaran Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan

Perbaikan telah dilakukan pada kerusakan komponen utama tungku dan alat timbang dengan penggantian dan pemasangan komponen pemanas dan termokopel, sedang untuk

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa na’at yang terdapat pada buku Al Akhlaq Li Al Banin Juz 1 berjenis na’at haqiqi dengan jumlah 124 data, yang terdiri dari 104 data

Salah satu metode statistika yang dapat digunakan untuk menentukan model bila terjadi pembatasan pada variabel dependennya adalah model regresi tersensor.. Pada model

Telkomsel dan juga operator seluler lain membuat perilaku konsumen dalam mengambil keputusan tentang pembelian simcard khususnya kartu simPATI merupakan salah satu hal yang