• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH SIKAP, MEREK DAN FAKTOR BUDAYA TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN (Studi kasus pada Bakpao Merek Larissa di Surakarta) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada program Studi Manajemen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PENGARUH SIKAP, MEREK DAN FAKTOR BUDAYA TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN (Studi kasus pada Bakpao Merek Larissa di Surakarta) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada program Studi Manajemen"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada program Studi Manajemen

oleh : Mahendra Joesoef

NIM : 042214102

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

JURUSAN MANAJEMEN, FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

“Hadapilah Hidup Ini dengan Senyum, Maka Segala Permasalahan Yang

Dihadapi Akan Terasa Ringan”

“ Mencapai Kesuksesan Tidaklah Mudah, Ia Akan Bekerja Melewati Malam Di

(6)

vi

(7)

x

Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat dan kasih-Nya penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Sikap, Merek dan Faktor Budaya terhadap Minat Beli Konsumen”. Studi Kasus pada Bakpao Merek Larissa di Surakarta.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari adanya bantuan pihak lain yang

dengan tulus ikhlas dan rela mengorbankan waktu dan pikiran untuk membimbing

penulis sampai penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Akt. Q.I.A., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak V. Mardi Widyadmono, SE., M.B.A., selaku Ketua Program Studi

Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Ibu Ike Janita Dewi, S.E, M.B.A. Ph.D., selaku Dosen Pembimbing II yang

telah banyak memberikan bimbingan, koreksi, dan saran dalam penulisan

(8)

xi

5. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata dharma,

Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis

menempuh kuliah.

6. Mamaku yang selalu memberikan doa, dukungan, motivasi serta

nasehat-nasehat dalam penyusunan skripsi ini.

7. Untuk semua orang yang tidak dapat kusebutkan satu persatu, terima kasih

banyak atas dukungan dan partisipasinya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Untuk

itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca

untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

menjadi bahan masukan bagi rekan-rekan yang sedang menyusun skripsi.

Yogyakarta, Maret 2009

Penulis,

(9)
(10)

viii

TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN Studi Kasus pada Bakpao Merek Larissa Surakarta

Mahendra Joesoef

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) ada tidaknya perbedaan sikap dan merek yang lebih tinggi pada produk bakpao merek Larissa dengan produk bakpao merek bukan Larissa; 2) ada tidaknya pengaruh etnisitas terhadap minat beli konsumen pada produk bakpao; 3)ada tidaknya pengaruh sikap terhadap minat beli konsumen.

Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus pada Konsumen Bakpao Larissa Surakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada partisipan. Populasi penelitian ini adalah Konsumen Bakpao Merek Larissa Surakarta. Sampel yang diteliti sebanyak 100 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah Random Assigment. Uji validitas menggunakan teknik Korelasi Pearson’s Product Moment dan Uji Reliabilitas menggunakan rumus Spearman Brown. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji T-Test, Analisis Regresi Linier Sederhana, Uji Asumsi Klasik.

(11)

ix

Case Study in on Larissa-Branded Bakpao of Surakarta Mahendra Joesoef

Management Study Program, Faculty of Economy Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

The purposes of this research were to know whether there were: 1) differences of attitude towards Larissa-branded bakpao product with non Larissa branded Bakpao product 2) whether there was ethnicity’s influence on consumer’s attitude 3) effect of attitude on purchase intention.

This research was conducted on the consumers of Larissa Bakpao in Surakarta. Were collected by distributing questionnaire to participants. The participants studied were 100 persons Validity test was conducted using Pearson’s product Moment Correlation and Reliability Test was conducted using the Spearman Brown’s Formulation. The technique of data analysis used in this research was T-test and simpler linear regression analysis.

(12)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 4

(13)

xiii

Terhadap Suatu Merek ... 15

C. Produk ... 17

D. Tingkatan Produk ... 18

E. Klasifikasi Produk... 19

F. Loyalitas Konsumen ... 21

G. Perilaku Konsumen ... 21

H. Teori Perilaku Konsumen ... 22

I. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen... 25

J. Nilai Pelanggan ... 27

K. Kepuasan Pelanggan ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 29

D. Variabel Penelitian ... 30

E. Jenis dan Sumber Data ... 32

F. Metode Pengumpulan Data ... 32

G. Pemilihan Partisipan ... 33

H. Skenario Eksperimen ... 33

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 36

(14)

xiv

C. Nilai-Nilai Utama Perusahaan ... 47

D. Prinsip Operasi Perusahaan ... 48

E. Struktur Organisasi Perusahaan ... 50

F. Pengembangan Produk Baru ... 52

G. Tantangan Perusahaan... 53

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 54

B. Identitas Responden ... 56

C. Uji t-test ... 59

D. Uji Asumsi Klasik ... 64

E. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Suatu produk yang telah lama beredar di pasaran tentunya memberikan

nilai tersendiri bagi konsumen yang telah mengkonsumsinya. Konsumen akan

mengetahui banyak mengenai produk itu setelah konsumen mencoba

mengkonsumsi dan menikmati produk itu untuk memenuhi kebutuhannya,

daripada hanya sekedar mengetahui dari iklan semata atau informasi dari

pihak lainnya. Loyalitas dari konsumen akan produk itu sangat penting guna

mempertahankan posisi perusahaan di pasar dan sekaligus untuk menjamin

penjualan dan laba yang diperoleh.

Loyalitas konsumen dari suatu produk akan turut pula menentukan

pola pembelian kembali oleh konsumen terhadap produk tersebut dan

sebaliknya juga pola pembelian kembali oleh konsumen terhadap produk

tersebut akan menunjukkan loyalitas konsumen terhadap produk tersebut.

Tentunya merek produk, citra perusahaan, dan rasa produk akan menciptakan

loyalitas konsumen. Atribut-atribut yang disebutkan diatas yang dapat

mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap produk tersebut. Hal ini tidak

terlepas juga dengan bakpao Larissa, sebagai salah satu perusahaan yang

menghasilkan produk makanan bagi masyarakat. Di samping pentingnya

loyalitas konsumen akan produk, juga diperlukan suatu strategi ke depan

untuk tetap bertahan bahkan memenangkan persaingan secara berkelanjutan

(16)

produk yang sejenis. Maka dalam hal ini bakpao Larissa juga terus

mempertahankan atribut produk yang selam ini telah memberikan loyalitas

bagi konsumennya, juga harus mempunyai strategi bisnis ke depan guna tetap

menjadimarket leaderdi Surakarta dan di Yogyakarta khususnya untuk masa yang akan datang.

Dalam situasi ini tentulah diperlukan langkah dan kebijakan yang tepat

dari perusahaan bakpao Larissa untuk tetap bertahan dan semakin maju dalam

bisnisnya untuk tetap tumbuh dan berkembang. Selain perilaku konsumen

yang semakin variatif harus dipahami dan dicermati juga diperlukan suatu

strategi ke depan untuk memenangkan persaingan, sebab disadari pula bahwa

era sekarang ini yang mampu bersaing dan bahkan memenangkan

persainganlah yang akan tetapsurvive.

B. Perumusan Masalah

Bertitik tolak pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah faktor sikap dan merek mempunyai perbedaan yang lebih tinggi

pada produk bakpao merek Larissa dengan produk bakpao merek bukan

Larissa?

2. Apakah Etnis Tionghoa cenderung lebih kritikal dibanding dengan Etnis

Non Tionghoa?

(17)

C. Batasan Masalah

Agar masalah yang diteliti jelas dan tidak terlalu luas, serta sesuai

dengan yang dianalisis, maka penulis membuat batasan masalah yaitu :

1. Konsumen yang dimaksud adalah pembeli atau pelanggan bakpao Larissa.

2. Loyalitas merek: Ukuran kedekatan atau keterkaitan pelanggan pada

sebuah merek. Ukuran ini menggambarkan tentang mungkin tidaknya

konsumen beralih ke merek lain, terutama jika merek itu mengalami

perubahan baik menyangkut harga maupun atribut yang lainnya.

Selain itu penulis juga membatasi bahwa perencanaan strategi dalam

penelitian ini hanya untuk perencanaan strategi di bidang pemasaran saja.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah sikap dan merek mempunyai perbedaan yang

lebih tingi pada produk bakpao merek Larissa dengan produk bakpao

merek bukan Larissa.

2. Untuk mengetahui apakah Etnis Tionghoa cenderung lebih kritikal

dibanding dengan Etnis Non Tionghoa.

3. Untuk mengetahui apakah sikap akan mempengaruhi minat beli konsumen

(18)

E. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Bagi Perusahaan Bakpao Larissa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada bakpao

Larissa untuk membuat kebijakan dan keputusan di waktu mendatang

terutama berkaitan dengan kebijakan pemasaran produk dan strategi untuk

memenangkan persaingan di masa mendatang khususnya untuk wilayah

Yogyakarta

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan

sebagai acuan untuk penelitian bagi peneliti selanjutnya.

3. Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu wahana utuk

memperdalam dan menerapkan pengetahuan penulis dalam penulis dalam

ilmu manajemen dan ilmu lainnya yang terkait yang sudah diperoleh

selama ini, untuk memecahkan persoalan-persoalan nyata dilapangan.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

(19)

BAB II : Landasan Teori

Meliputi uraian berbagai teori-teori dan pengertian-pengertian di

bidang manajemen pemasaran dan khususna perilaku konsumen

serta konsep perencanaan strategi untuk memenangkan

persaingan. Dimana hal ini semua yang akan mendukung dan

menjadi acuan dalam penulisan skripsi. Bagian akhir ini juga

berisi hipotesis.

BAB III : Metode Penelitian

Meliputi jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, tempat dan

waktu penelitian, metode pengumpulan data, metode pengukuran

data dan metode analisis data.

BAB IV : Gambaran Umum Perusahaan

Meliputi gambaran informasi tentang perusahaan yang menjadi

tempat dilakukannya penelitian.

BAB V : Analisis Data dan Pembahasan

Meliputi uraian tentang hasil pengolahan data, analisa data,

pembahasan, dan jawaban dari masalah yang diajukan.

BAB VI : Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan Penelitian

Meliputi kesimpulan yang diambil dari penelitian dan saran-saran

kepada pihak perusahaan disertai pernyataan penulis akan

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Merek

Brand atau Merek merupakan nama atau simbol yang bersifat

membedakan, dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang

penjual atau sekelompok penjual tertentu. Merek memberi tanda pada

konsumen mengenai sumber merek tersebut, dan melindungi konsumen

maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan

produk-produk yang tampak identik.

Nilai-nilai dari merek yang dimiliki oleh perusahaan dapat

menyampaikan 5 tingkat gambaran merek kepada konsumen, yaitu:

1. Atribut:

Merek pertama-tama akan mengingatkan konsumen terhadap atribut yang

dimiliki oleh suatu produk.

2. Manfaat:

Suatu merek lebih daripada fungsi serangkaian atribut. Pada dasarnya

konsumen tidak membeli atribut, akan tetapi mereka membeli manfaat.

Atribut diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional,

terlebih lagi aspek emosional.

3. Nilai:

Merek harus dapat mencerminkan sesuatu hal mengenai nilai-nilai

pembeli.

(21)

4. Budaya

Merek juga mewakili budaya tertentu, yang lebih identik pada customer

habit.

5. Kepribadian:

Perlu diketahui juga bahwa merek dapat menggambarkan kepribadian dari

pemakainya.

Elemen-elemen Brand Equity atau ekuitas merek merupakan

seperangkat asset dan liabilitas pembentuk merek yang berkaitan dengan suatu

merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang

diberikan oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan

perusahaan.

Asset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek dapat

dikelompokan ke dalam lima kategori:

1. Brand Loyalty(Loyalitas merek)

Loyalitas merek merupakan ukuran kedekatan atau keterikatan

pelanggan pada sebuah merek. Ukuran ini menggambarkan tentang

mungkin tidaknya konsumen berlaih ke merek lain, terutama jika merek

tersebut mengalami perubahan baik yang menyangkut harga ataupun

atribut lainnya. Konsumen yang loyal pada umumnya akan melanjutkan

penggunaan merek terserbut, walaupun dihadapkan dengan banyak

alternative merek produk pesaing yang menawarkan karakteristik produk

(22)

Beberapa fungsi yang dapat diberikan Brand Loyalty kepada perusahaan yaitu:

a) Mengurangi biaya pemasaran.

b) Meningkatkan perdagangan.

c) Menarik minat pelanggan baru.

d) Memberi waktu untuk merespon ancaman pesaing.

Loyalitas konsumen terhadap merek terdiri dari lima kategori yang

memiliki tingkatan loyalitas mulai dari yang paling rendah sampai yang

paling tinggi sehingga membentuk piramida loyalitas merek.

Tingkatan loyalitas merek dibagi menjadi:

a. Switcher(konsumen yang berpindah-pindah)

Pembeli yang berada pada tingkat ini disebut sebagai pelanggan yang

berada pada tingkat yang paling dasar, dan juga sama sekali tidak

loyal. Pembeli pada tingkat ini tidak mau terikat pada merek apapun,

karena karakteristik konsumen yang berada pada kategori ini pada

umumnya adalah mereka yang sensitif terhadap harga. Mereka

menganggap bahwa suatu produk (apapun mereknya) dianggap telah

memadai serta hanya memiliki peranan yang kecil dalam keputusan

untuk membeli.

b. Habitual Buyer(pembelian yang berdasarkan kebiasaan)

Pembeli yang berada pada tingkat ini, dikategorikan sebagai pembeli

yang puas dengan merek yang telah mereka konsumsi.para pembeli

tipe ini memilih merek hanya sebagai faktor kebiasaan. Karakteristik

konsumen yang termasuk dalam kategori ini adalah jarang

(23)

c. Satisfied Buyer(pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

Pembeli pada tingkat ini dikategorikan sebagai pembeli yang puas

dengan merek yang mereka konsumsi, namun konsumen mungkin saja

berpindah ke merek lain dengan menanggung switch cost yang terkait

dengan waktu, uang, manfaat, ataupun resiko kinerja yang melekat

dengan tindakan mereka dalam peralihan merek.

d. Liking the Brand(pembeli yang menyukai merek)

Pada tingkat ini, konsumen sungguh-sungguh menyukai merek. Pada

tingkat ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek.

Preferensi mereka dilandaskan pada suatu asosiasi, seperti simbol,

rangkaian pengalaman dalam menggunakan merek produk.

e. Commited Buyer (pembeli yang setia)

Pada tingkatan ini, pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka

memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek bahkan

merek sudah menjadi hal yang sangat penting bagi mereka, baik

karena fungsi operasional maupun emosional dalam mengekspresikan

jati diri. Salah satu aktualisasi loyalitas konsumen pada tingkat ini

ditunjukkan dengan tindakan merekomendasikan dan mempromosikan

merek tersebut pada pihak lain.

2. Brand Awareness(Kesadaran Nama)

Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang pembeli untuk

mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian

dari kategori produk tertentu. Kesadaran merek membutuhkan jangkauan

kontinum dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah

(24)

Jangkauan kontinum ini diwakili oleh 4 tingkat kesadaran merek,

yaitu:

a. Top of Mind(puncak pikiran)

Merek produk yang pertama kali disebutkan oleh konsumen secara

spontan dan menempati tempat khusus atau istimewa dibenak

konsumen.

b. Brand Recall(pengingatan kembali merek)

Mencerminkan merek-merek apa saja yang diingat oleh konsumen

setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Dimana

merek-merek yang disebutkan kedua, ketiga dan seterusnya merupakan merek-merek

yang menempati Brand Recall dalam benak konsumen.

c. Brand Recognition(pengenalan merek)

Merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek yang merupakan

pengenalan merek dengan bantuan, misalnya dengan bantuan daftar

merek, daftar gambar, atau cap merek. Dan merek yang masuk dalam

ingatan konsumen disebut Brand Recognition.

d. Unware of Brand(tidak menyadari merek)

Merupakan tingkatan merek yang paling rendah dalam piramida Brand

Awareness, dimana konsumen tidak menyadari akan eksistensi suatu

merek.

Peran Brand Awareness terhadap Brand Equity dapat dipahami

dengan membahas bagaimana Brand Awareness menciptakan suatu nilai.

(25)

a) Anchor to other association which can be attached.

Pada dasarnya suatu merek dapat memiliki hubungan dengan hal-hal

lain.

b) Familiarity-liking.

Suatu upaya mengenalkan sebuah merek dengan cara menimbulkan

suatu hal yang familiar. Suatu kebiasaan dapat menimbulkan

keterkaitan, kesukaan yang kadang-kadang berpengaruh dalam

membuat keputusan.

c) Substance atau commitment.

Kesadaran akan merek dapat menandakan keberadaan, komitmen yang

penting bagi suatu perusahaan.

d) Brand to consider.

Penyeleksian suatu kelompok merek yang telah dikenal sebagai suatu

upaya mempertimbangkan merek mana yang akan diputuskan untuk

digunakan. Keputusan pemilihan ini biasanya dipengaruhi oleh ingatan

konsumen terhadap merek yang paling diingat.

3. Perveived Quality(Persepsi kualitas)

Persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap

keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan

berkenaan dengan maksud yang diharapkan konsumen. Persepsi terhdap

kualitas keseluruhan dari produk atau jasa tersebut dapat menentukan nilai

dari produk atau jasa tersebut dan berpengaruh langsung kepada keputusan

(26)

Persepsi kualitas tidak dapat ditetapkan secara objektif, karena

akan melibatkan hal-hal apa saja yang dianggap penting bagi pelanggan.

Sedangkan antara pelanggan yang satu dengan yang lainnya memiliki

kepentingan yang relative berbeda terhadap suatu produk dan jasa.

Terdapat beberapa dimensi yang mendasari penilaian persepsi

kualitas terhadap produk antara lain:

1. Karakteristik produk.

2. Kinerja merek.

3. Feature (bagian tambahan/elemen sekunder pada produk)

4. Kesesuaian dengan spesifikasi.

5. Keandalan.

6. Ketahanan.

7. Pelayanan

8. Hasil akhir (fit and finish)

Secara umum persepsi kualitas dapat menghasilkan beberapa

nilai-nilai, yaitu:

a. Alasan konsumen untuk membeli.

b. Differensiasi atau positioning produk.

c. Harga optimum.

d. Kepentingan berbagi saluran distribusi.

e. Perluasan merek.

4. Brand Association(Asosiasi merek)

Asosiasi merek merupakan segala kesan yang muncul dan terkait

(27)

mencerminkan pencitraan suatu merek terhdap suatu kesan tertentu dalam

kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut, produk,

geografis, harga, pesaing, dll. Suatu merek yang telah mapan sudah pasti

akan memiliki posisi yang lebih menonjol daripada pesaing, bila didukung

oleh asosiasi yang kuat.

Berbagai Asosiasi merek yang saling berhubungan akan

membentuk suatu rangkain yang disebut Brand Image, semakin banyak

asosiasi yang saling berhubungan, maka semakin kuat Brand Image yang dimiliki merek tersebut. Image merek yang baik sangat penting dimata

konsumen, karena dapat menjadi value added dalam pengambilan

keputusan pemilihan merek.

Fungsi Asosiasi merek dalam pembentukan Brand Equity adalah sebagai berikut:

1. Membantu penyusunan informasi merek.

2. Membedakan merek tersebut dengan merek yang lainnya.

3. Sebagi alas an konsumen untuk membeli.

4. Menciptakan sikap positif terhadap merek tersebut.

5. Sebagai landasan untuk melakukanBrand Expansion.

Selain itu merek juga memberikan manfaat baik bagi

produsen,distributor, dan bagi konsumen itu sendiri.

Manfaat bagi produsen:

1. Merek memudahkan penjual memproses pesanan dan menelusuri

(28)

2. Merek memberikan perlindungan hukum atas tampilan produk yang

unik sehingga tidak dapat ditiru oleh pesaingnya.

3. Merek memberikan penjual kesempatan untuk menarik pelanggan

yang setia dan menguntungkan.

4. Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar.

5. Merek yang baik membantu membangun citra perusahaan.

Manfaat bagi distributor:

1. Memudahkan penanganan produk.

2. Mengidentifikasi pemasok.

3. Menjaga mutu produk.

4. Meningkatkan preferensi produk.

Sedangkan manfaat bagi konsumen yaitu membantu

mengidentifikasi perbedaaan mutu dan dapat memilih produk secara lebih

efisien. Dan dalam pemilihan nama merek perlu memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

1. Merek harus menyampaikan sesuatu mengenai manfaat atau kualitas

produk.

2. Merek mudah diucapkan, dikenal, dan diingat.

3. Merek harus berbeda dari yang lain.

4. Merek harus terdaftar dan memiliki perlindungan hukum.

Demikian halnya dengan bakpao Larissa. Penulis berargumentasi

bahwa merek dapat membentuk suatu image produk selain itu dengan

adanya merek, konsumen akan lebih mudah mengingat produk tersebut.

(29)

kesempatan kepada penjual untuk menarik minat konsumen untuk

membeli suatu produk, merek juga membantu membangun citra

perusahaan dan dengan adanya merek, proses pemesanan produk

lebih mudah.

Sehingga dalam hal ini, penulis merumuskan hipotesis yaitu:

H1 : Faktor sikap dan merek mempunyai perbedaan yang lebih tinggi pada

produk bakpao merek Larissa dengan produk bakpao merek bukan

Larissa.

a. Sikap terhadap Bakpao larissa dengan merek Larissa lebih tinggi

dibandingkan dengan bakpao bukan Larissa dengan merek

Larissa.

b. Sikap terhadap Bakpao bukan Larissa dengan merek Larissa lebih

tinggi dibandingkan dengan bakpao Larissa dengan merek bukan

Larissa.

c. Sikap terhadap Bakpao Larissa dengan merek bukan Larissa lebih

tinggi dibandingkan dengan bakpao bukan Larissa dengan merek

bukan Larissa.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesetiaan Konsumen Terhadap Suatu Merek

(30)

2. Adanya kesamaan mutu, kualitas atau pelayanan dari jenis barang atau jasa

pengganti.

3. Adanya resiko perubahan biaya akibat barang atau jasa pengganti dan

berubahnya tingkat kepuasan yang didapat dari merek baru dibanding

dengan pengalaman terhadap merek sebelumnya yang pernah digunakan

Konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya akan

membeli produk dengan merek tertentu. Apabila merek yang dipilih

konsumen itu dapat memuaskan kebutuhan dan keinginannya, maka

konsumen akan mempunyai suatu ingatan yang kuat terhadap merek tersebut.

Dalam keadaan semacam ini, kesetiaan konsumen akan mulai timbul,

berkembang dan dalam pembelian berikutnya, konsumen tersebut akan

memilih produk dengan merek yang telah memberinya kepuasan sehingga

akan terjadi pembelian yang berulang-ulang terhadap merek tersebut.

Kesetiaan merek juga terbentuk melalui proses pembelajaran, yaitu

suatu proses dimana konsumen melalui pengalamannya berusaha

menggunakan merek yang paling sesuai untuknya, dalam arti produk dari

merek tersebut dapat memberikan kepuasan yang sesuai dengan harapan dan

kebutuhannya. Konsumen akan terus menerus mencoba berbagai macam

merek sebelum menemukan merek yang benar-benar cocok. Kesetiaan merek

biasanya mengakibatkan repeat buying dan recommended buying. Jika

konsumen puas akan performance suatu merek maka konsumen akan membeli

(31)

lain akan kelebihan merek tersebut. Jika konsumen sering membeli produk

tersebut maka dapat dikatakan tingkat kesetiaan merek itu tinggi, sebaliknya

jika konsumen tidak terlalu puas akan produk dan cenderung untuk membeli

produk dengan merek yang berbeda maka kesetiaan merek rendah. Kepuasan

konsumen perlu dipelihara dan ditingkatkan agar dapat menciptakan dan

mempertahankan kesetiaan konsumen terhadap merek.

C. Produk

Dalam mengembangkan sebuah program untuk mencapai pasar yang

diinginkan maka sebuah perusahaan perlu merancang produk yang dapat

memuaskan kebutuhan konsumen dan keinginan pasar. Produk menurut

Dharmmesta (1984:94) didefinisikan sebagai berikut:

Produk adalah suatu sifat yang kompleks baik dapat dirasakan maupun tidak dapat dirasakan termasuk kemasan, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya.

Sedangkan menurut Kotler (1989:3) menyatakan bahwa:

Produk adalah segala sesuatu yang bias ditawarkan kepada pasar agar diperhatikan, diminta, dipakai dan dikonsumsi sehingga mungkin bisa memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen.

Dari kedua definisi diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa produk

adalah suatu sifat kompleks baik yang dapat dirasakan maupun tidak dapat

dirasakan, termasuk kemasan, warna, bentuk, harga, prestise perusahaan dan

(32)

pasar agar diperhatikan, diminta atau dikonsumsi sehingga bisa memuaskan

keinginan atau kebutuhan konsumen.

Konsep produk tidak hanya terbatas pada benda fisik saja, segala

sesuatu yang berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dapat

dikatakan sebagai produk. Disamping barang dan jasa, produk mencakup pula

manusia, tempat, organisasi, kegiatan dan gagasan.

Dalam hal ini produk bakpao Larissa merupakan produk fisik dan

merupakan barang yang tahan lama untuk disimpan. Walaupun tidak memakai

bahan pengawet, bakpao Larissa dapat bertahan cukup lama dengan disimpan

di lemari pendingin. Rasa dari produk juga tidak berubah walaupun disimpan

cukup lama di lemari pendingin (freezer).

Dalam hal ini faktor kemasan, harga, bentuk produk sangat

berpengaruh terhadap loyalitas konsumen dimana bentuk kemasan dari produk

yang baik dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk tersebut.

Faktor harga juga berpengaruh sehingga dalam penetapan harga diperlukan

pertimbangan-pertimbangan sehingga harga yang akan ditetapkan dapat

dijangkau oleh konsumen. Selain itu bentuk dari produk juga mempengaruhi

sikap konsumen dalam membeli produk dimana dengan bentuk produk yang

unik, kualitas yang baik maka konsumen akan lebih tertarik untuk membeli

produk tersebut disbanding jika suatu produk tidak mempunyai bentuk yang

(33)

D. Tingkatan Produk

Kalau lebih jauh lagi menurut Kotler (1989:4), sesungguhnya suatu produk

mempunyai tiga tingkatan pengertian. Tiga tingkatan tersebut yaitu:

1. Inti produk, merupakan tingkat yang paling dasar dari tingkatan produk.

Inti produk ini merupakan hal yang paling substansial dari suatu produk,

sesuatu yang sebenarnya dibeli oleh konsumen, maka tugas seorang

pemasar adalah menjual manfaat intinya dan bukanlah ciri-ciri produknya.

2. Wujud produk merupakan pengubahan dari inti produk yang berupa

gagasan yang hendak dijual menjadi suatu wujud fisik produk, misalnya

gagasan tentang produk diwujudkan dalam bentuk bakpao, roti, dan

sebagainya. Wujud produk ini sedikitnya mempunyai lima karakteristik,

yaitu: kualitas, ciri khas, model, merek dan kemasan.

3. Produk tambahan merupakan bentuk penyempurnaan produk dengan

memberikan jasa dan manfaat tambahan pada suatu produk sehingga

menjadi produk yang disempurnakan.

Dengan memelihara hal tersebut, maka seorang pemasar akan

menjumpai banyak peluang untuk selalu berinovasi terhadap

produknya.

E. Klasifikasi Produk

Klasifikasi produk menurut Kotler (1989:54) bisa dilakukan atas

berbagi macam sudut pandang. Berdasarkan daya tahan produk dapat

(34)

1. Barang tidak tahan lama

Barang yang biasanya habis dikonsumsi satu atau beberapa kali

pemakaian. Misalnya: sabun, roti, mie instant,dll.

2. Barang tahan lama

Barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak

pemakaian. Contohnya: alat-alat elektronik, mobil, dll.

3. Jasa

Merupakan aktivitas, manfaat yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya:

bengkel, salon, hotel, dll.

Selain berdasarkan daya tahannya, produk dapat diklasifikasikan

berdasarkan siapa konsumennya. Berdasarkan criteria tersebut produk dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Barang konsumen

Merupakan barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir,

barang konsumen dapat dibedakan menjdai empat jenis, yaitu:

a) Convenience goods adalah barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian yang tinggi (sering dibeli), dibutuhkan dalam

waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum dalam

pembandingan dan pembeliannya.

b) Shopping goods adalah barang-barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai

barang yang tersedia. Contohnya: alat-alat rumah tangga, pakaian,

(35)

c) Specialty goods adalah barang-barang yang memiliki karakteristik dan atau identifikasi mereka yang unik pada umumnya konsumen bersedia

melakukan usaha-usaha khusus untuk membelinya. Misalnya: model

pakaian yang dirancang oleh perancang terkenal seperti Ramli,

Christian Dior.

d) Unsought goods adalah barang-barang yang tidak diketahui oleh konsumen ataupun jika sudah diketahui konsumen pada umumnya

tidak terpikirkan untuk membelinya. Contonya: peti mati,

ensiklopedia.

2. Barang industri

Barang-barang yang dikonsumsi oleh industriawan (konsumen antara)

untuk keperluan lain, yaitu:

a) Untuk diubah, diproduksi menjadi barang lain kemudian dijual

kembali

b) Untuk dijual kembali (oleh pedagang) tanpa dilakukan transformasi

fisik (proses produksi)

F. Loyalitas Konsumen

Dalam ilmu ekonomi istilah loyalitas konsumen memiliki arti yang

menunjukkan pada kesetiaan konsumen akan suatu produk. Menurut Kotler

(1989:54), loyalitas konsumen adalah :

Loyalitas konsumen adalah ukuran kedekatan atau keterikatan pelanggan pada sebuah merek dimana ukuran ini menggambarkan tentang mungkin tidaknya konsumen beralih ke merek lain.

(36)

menjadi konsumen, yang mempunyai kekuatan dan sikap positif atas perusahaan itu

G. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan bagian dari kegiatan manusia. Perilaku

konsumen berubah-ubah dan berbeda satu dengan yang lain, karena kegiatan

tiap manusia berbeda-beda sesuai dengan pengaruh sosial yang semakin

mendesak. Kebutuhan konsumen semakin meningkat, sehingga para

pengusaha harus dapat memanfaatkan setiap peluang yang ada, maka dari itu

perlu dilakukan suatu penelitian sebagai langkah awal untuk mengetahui

perilaku konsumen.

(Dharmmesta dan Handoko, 1987:10) mendefinisikan perilaku

konsumen sebagai berikut:

Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa termasuk didalam proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.

Analisis perilaku konsumen yang realistis hendaknya menganalisis

juga proses-proses yang tidak dapat atau sulit diamati, yang selalu menyertai

setiap pembelian. Mempelajari perilaku konsumen tidak hanya mempelajari

apa yang dibeli atau dikonsumsi, tetapi juga dimana, bagaimana kebiasaannya,

dan dalam kondisi apa barang-barang dan jasa-jasa dibeli.

H. Teori Perilaku Konsumen

Agar dapat memahami proses motivasi yang mendasari dan

(37)

perlu mempelajari beberapa teori sosiologis, dan teori antropologis

(Dharmmesta dan Handoko, 1987:27)

1. Teori Ekonomi Mikro

Menurut ahli ekonomi klasik, keputusan pembelian merupakan hasil

perhitungan ekonomis rasional yang sadar, pembeli individual berusaha

menggunakan barang-barang yang memberikan kegunaan (kepuasan)

paling banyak, sesuai dengan selera dan harga-harga relatif.

Teori ini disempurnakan oleh ahli-ahli ekonomi neo klasik yang disebut

juga teori keputusan marjinal. Teori ini kemudian dikembangkan oleh

Alfred Marshall menjadi apa yang disebut teori kepuasan modern.

Menurut teori ini setiap konsumen akan mendapatkan kepuasan

maksimum, dan konsumen akan meneruskan pembeliannya terhadap suatu

produk untuk jangka waktu yang lama, jika konsumen tersebut sudah

memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya.

2. Teori Psikologis

Teori ini selalu dipengaruhi oleh kekuatan lingkungan. Ada beberapa teori

yang termasuk teori psikologis yang secara garis besar dapat dibagi dalam

dua teori yaitu (Dharmmesta dan Handoko, 1987:30):

a) Teori Belajar

Teori ini didasarkan pada tiga komponen yaitu: dorongan, petunjuk,

dan tanggapan. Beberapa teori yang menjelaskan penafsiran dan

peramalan proses belajar konsumen ini adalah:

(38)

Menurut teori ini, proses belajar merupakan suatu tanggapan dari

seseorang terhadap rangsangan apa yang dihadapinya.

2. Teori Kesadaran

Menurut teori ini, proses belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor

seperti sikap, keyakinan, dan pengalaman masa lalu.teori ini lebih

menekankan pada proses pemikiran seseorang karena sangat

menentukan dalam pembentukan pola perilakunya.

a) Teori Bentuk dan Bidang

Menurut teori ini, perilaku secara umum adalah hasil interaksi

yang tampak antara individu dengan lingkungan psikologis,

karena lingkungan psikologis dapat mempengaruhi seseorang

dalam memuaskan kebutuhannya.

b) Teori Psikoanalitis

Teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia merupakan hasil

kerja sama antara tiga aspek dalam struktur kepribadian

manusia, yaitu:Id, ego, dansuperego.Idadalah aspek biologis

yang merupakan wadah dari dorongan-dorongan yang ada

dalam diri manusia. Ego adalah aspek psikologis darii kepribadian manusia yang timbul karena kebutuhan organisasi

untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata. Superego adalah aspek sosiologis dari kepribadian, yang menyalurkan

(39)

tidak bertentangan dengan norma-norma sosial dan adapt

kebiasaan masyarakat.

c) Teori Sosiologis

Teori ini lebih mengarah pada kegiatan-kegiatan kelompok, seperti

keluarga, teman-teman sekerja, perkumpulan olahraga dan

sebagainya. Perusahaan diharapkan dapat menentukan

lapisan-lapisan sosial mana yang mempunyai pengaruh paling besar

terhadap permintaan akan produk yang dihasilkan.

e) Teori Antropologis

Teori ini menekankan perilaku dari suatu kelompok masyarakat.

Namun kelompok masyarakat yang diutamakan dalam teori ini

bukannya kelompok kecil, melainkan kelompok yang besar atau

kelompok yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan,

kultur, dan kelas sosial. Faktor-faktor tersebut merupakan petunjuk

penting mengenai nilai-nilai yang dianut oleh seorang konsumen.

I. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen a. Faktor Individual

Setiap orang mempunyai sikap, bakat, minat, motivasi, dan selera yang

berbeda-beda. Pola konsumsi mungkin juga dipengaruhi oleh faktor

emosional, sebagian lagi perlu bantuan ilmu psikologi untuk

menjelaskannya. Tetapi ada juga faktor objektif, seperti umur, kelompok

(40)

mempengaruhi tidak hanya apa saja yang dikonsumsi tetapi juga kapan,

berapa, model-modelnya dan sebagainya.

b. Faktor Ekonomi

Selain harga barang, pendapatan konsumen dan adanya substitusi, ada

beberapa hal lain yang ikut berpengaruh terhadap loyalitas seseorang atau

keluarga.

1) Lingkungan fisik.

2) Kekayaan yang sudah dimiliki.

3) Pandangan atau harapan mengenai penghasilan di masa datang.

4) Besarnya keluarga.

5) Tersedia tidaknya kredit murah untuk konsumsi.

c. Faktor Sosial

Orang hidup dalam masyarakat harus menyesuaikan diri dengan

lingkungan sosialnya seperti yang telah disebutkan bahwa gaya hidup

orang kaya suka ditiru oleh golongan masyarakat lainnya (demonstration

effect) padahal pola konsumsi golongan orang kaya sebagian besar hanya

untuk pamer (conspicuous consumption).

d. Faktor Budaya

Pertimbangan berdasarkan agama dan adat kebiasaan dapat membuat

keputusan pembelian yang jauh berbeda dengan apa yang diandalkan

dalam teori.

Dalam hal ini faktor budaya sangat berpengaruh terhadap loyalitas

(41)

terjadi saat ini adalah etnis Tionghoa cenderung mempunyai pandangan

yang cukup luas tentang bakpao. Dilihat dari sejarahnya etnis Tionghoa

telah banyak mengenal berbagai macam jenis, berbagai rasa dari bakpao

sehingga etnis Tionghoa akan cenderung memiliki pengetahuan yang lebih

luas tentang produk bakpao. Sedangkan etnis non Tionghoa belum

mengenal secara luas produk bakpao cenderung memiliki pola pembelian

yang tinggi dan cenderung setia kepada satu merek.

Sehingga dalam hal ini penulis dapat merumuskan hipotesis yaitu:

H2 : Etnis Tionghoa cenderung lebih kritikal terhadap produk bakpao

dibanding dengan Etnis Non Tionghoa.

J. Nilai Pelanggan

Menurut Kotler (1989) yang dimaksudkan dengan pelanggan adalah:

Pelanggan adalah pihak yang memaksimumkan nilai. Mereka membentuk harapan akan nilai dan bertindak berdasarkan harapan tersebut.

Nilai bagi pelanggan (customer delivered value) adalah nilai pelangan total dan biaya pelanggan total. Nilai pelanggan total (total customer value) adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan oleh pelanggan dari produk atau

jasa tertentu. Biaya pelanggan total (total customer cost) adalah sekumpulan biaya yang diharapkan oleh konsumen yang dikeluarkan untuk mengevaluasi,

mendapatkan, menggunakan dan membuang produk atau jasa.

K. Kepuasan Pelanggan

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul

(42)

hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dari

persepsi/kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja berada di bawah harapan,

pelanggan tidak puas, tetapi jika kinerja memenuhi harapan atau bahkan

melebihi dari harapan, maka pelanggan/konsumen puas atau amat puas.

Perusahaan pada umumnya memfokuskan pada kepuasan tinggi

Karena para pelanggan yang kepuasannya hanya cukup, mudah untuk berubah

pikiran bila mandapatkan tawaran yang lebih baik. Mereka yang amat puas

lebih sukar untuk mengubah pilihannya. Kepuasan yang tinggi menciptakan

kelekatan emosional terhadap merek tertentu, bukan hanya

kesukaan/prefesional rasional. Hasilnya adalah kesetiaan pelanggan yang

tinggi.

Pelanggan yang sangat puas dapat dilihat dari :

1. Tetap setia terhadap suatu produk.

2. Membeli lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan produk

baru dan memperbaharui produk-produk yang ada.

3. Membicarakan hal-hal yang baik tentang perusahaan dan

produknya.

4. Menawarkan gagasan tentang prosuk kepada perusahaan.

Dalam hal ini, sikap dari konsumen sangat berpengaruh terhadap suatu

produk. Jika konsumen merasa puas dengan suatu produk maka sikap

konsumen tersebut akan cenderung setia terhadap produk tersebut. Selain itu

pandangan konsumen akan suatu produk juga mempunyai pengaruh terhadap

kepuasan konsumen. Jika konsumen mempunyai pandangan yang baik

terhadap suatu produk maka dengan sendirinya loyalitas konsumen dapat

(43)

Sehingga dalam hal ini penulis merumuskan hipotesis yaitu:

H3 : Sikap konsumen mempunyai pengaruh terhadap minat beli konsumen

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen. Penelitian ini

dilakukan dengan membagi partisipan menjadi dua kelompok. Masing-masing

kelompok akan dikumpulkan di suatu ruangan dan akan diberikan suatu

skenario yang berbeda untuk masing- masing kelompok.

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat penelitian: Perusahaan Bakpao Larissa Surakarta, dengan alamat:

Jl. S. Mahakam No. 6, Kelurahan: Kedung Lumbu, Kecamatan: Pasar

Kliwon, Surakarta.

2. Waktu penelitian: bulan Agustus sampai bulan Oktober 2008

3. Jam penelitian: 10.00 – 12.00

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah responden yang terlibat secara langsung dalam

penelitian dan mereka yang memberikan informasi yang berhubungan

dengan objek penelitian. Subjek penelitian ini adalah kelompok partisipan

yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang merupakan

konsumen bakpao merek Larissa dan kelompok yang bukan merupakan

konsumen bakpao merek Larissa.

(45)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang akan diteliti. Dalam penelitian ini,

yang menjadi objek penelitian adalah faktor-faktor seperti merek, bentuk

produk, rasa produk, dan faktor budaya dalam pembelian produk bakpao

merek Larissa.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi

penyebab perubahan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah:

a) Merek

b) Sikap

1. Sikap konsumen terhadap bentuk suatu produk.

2. Sikap konsumen terhadap rasa produk yang ditawarkan.

3. Sikap konsumen terhadap bentuk produk.

4. Sikap konsumen terhadap kualitas bakpao ini.

5. Persepsi konsumen terhadap tekstur bakpao ini.

6. Persepsi konsumen terhadap rasa dari bakpao ini.

7. Kepuasan konsumen setelah mengkonsumsi bakpao ini.

c) Faktor budaya

1. Etnis Tionghoa lebih sering memberikan kritik mengenai isi

bakpao yang terlalu sedikit

2. Etnis Tionghoa lebih sering memberikan kritik tentang kulit

(46)

3. Etnis Tionghoa sering mengeluh soal harga.

4. Etnis Tionghoa senang mengkritik tentang pelayanan.

Yang dimaksud dengan lebih kritikal yaitu Etnis Tionghoa

cenderung lebih sering melakukan kritik terhadap produk bakpao

dan lebih sering melakukan komplain terhadap produk bakpao. Ini

dikarenakan Etnis Tionghoa lebih mempunyai pandangan atau

pengetahuan yang lebih luas tentang produk bakpao dibandingkan

dengan Etnis Jawa yang belum banyak mempunyai wawasan yang

luas tentang prtoduk bakpao.

Dalam hal ini, saya membedakan antara Etnis Tionghoa dan Etnis

Jawa berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut :

a) Etnis Tionghoa adalah orang-orang yang mengidentifikasi

dirinya sebagai Etnis Tionghoa.

b) Etnis Tionghoa cenderung mempunyai ciri-ciri fisik (misalnya:

kulit yang lebih terang, mata yang lebih sipit).

c) Etnis Tionghoa merupakan keturunan pertama, kedua, dan

ketiga dari orang yang berasal dari negeri China.

d) Yang bersangkutan mengkomunikasikan secara langsung

maupun tidak langsung dirinya sebagai Etnis Tionghoa.

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

(47)

E. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data:

 Data Primer adalah data yang diperoleh penulis dari objek penelitian

yang belum diolah dengan metode kuesioner dan eksperimen kepada

konsumen yang membeli produk bakpao merek Larissa.

2. Sumber Data:

 Sumber Data Primer diperoleh dari: konsumen yang membeli dan yang

tidak membeli produk bakpao merek Larissa.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Kuesioner yaitu metode pengumpulan data dengan cara menyusun

sejumlah pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada sejumlah responden

untuk memperoleh sejumlah jawaban yang dibutuhkan tentang identitas

dan penilaian responden terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

konsumen dalam membeli atau tidak membeli produk bakpao

merek Larissa.

Untuk teknik pengumpulan data melalui metode kuesioner, daftar

pertanyaan memiliki beberapa item sebagai variasi jawaban tiap variabel

untuk pertanyaan yang berhubungan dengan variabel penelitian diberi

alternatif jawaban 5 kategori dengan skor 1 sampai 5 yang disesuaikan

(48)

a. Sangat setuju, dengan skor 1

b. Setuju, dengan skor 2

c. Netral, dengan skor 3

d. Kurang setuju, dengan skor 4

e. Sangat tidak setuju, dengan skor 5

G. Pemilihan Partisipan

Yang dimaksud dengan pemilihan partisipan yaitu dengan membagi

partisipan menjadi empat kelompok secara Random Assigment. Pemilihan partisipan dilakukan oleh peneliti sehingga peneliti mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya. Dalam pemilihan partisipan, peneliti membagi menjadi dua

kelompok partisipan yang berdasarkan pada kriteria yang telah ditentukan oleh

peneliti. Kelompok pertama yaitu kelompok yang merupakan konsumen

produk bakpao merek Larissa. Kelompok kedua yaitu kelompok yang bukan

merupakan konsumen produk bakpao merek Larissa. Masing-masing

kelompok terdiri dari 25 orang yang akan diberikan suatu kondisi atau situasi

tertentu.

H. Skenario Eksperimen

Dalam membagi partisipan ke kelompok-kelompok, peneliti

menggunakan Random Assigment yaitu teknik pemilihan partisipan yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama kepada responden untuk

(49)

Pada kelompok partisipan pertama yaitu peneliti akan memberikan

suatu skenario yaitu memberikan produk bakpao Larissa dengan merek

Larissa dan konsumen akan diberikan waktu selama 5 menit untuk mencoba

rasa bakpao tersebut kemudian peneliti akan memberikan sejumlah pertanyaan

kepada partisipan untuk dijawab sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan

dari jawaban tersebut. Gambar merek yang diberikan kepada kelompok

partisipan pertama adalah sebagai berikut :

Gambar 1 : gambar merek bakpao Larissa

Pada kelompok partisipan kedua yaitu peneliti akan memberikan suatu

skenario yaitu memberikan suatu skenario dimana partisipan akan diberikan

produk bakpao bukan Larissa dengan merek Larissa sehinnga partisipan

menganggap bahwa produk bakpao yang diberikan adalah bakpao merek

Larissa. Peneliti akan memberikan waktu selama 5 menit kepada partisipan

untuk mencoba rasa bakpao tersebut kemudian peneliti akan memberikan

(50)

menarik kesimpulan dari jawaban tersebut. Gambar merek yang diberikan

untuk kelompok kedua sama seperti gambar merek untuk kelompok pertama.

Pada kelompok partisipan ketiga, peneliti akan memberikan suatu

skenario yaitu memberikan suatu skenario dimana partisipan akan diberikan

produk bakpao Larissa tetapi disini peneliti memanipulasi merek yaitu

dengan mengganti merek Larissa dengan merek Clarissa. peneliti akan

memberikan waktu selama 5 menit kepada partisipan untuk mencoba rasa

bakpao tersebut kemudian peneliti akan memberikan sejumlah pertanyaan

kepada partisipan untuk dijawab sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan

dari jawaban tersebut. Gambar merek yang akan diberikan kepada kelompok

partisipan ketiga adalah sebagai berikut :

Gambar 2 : gambar merek bakpao Clarissa

Pada kelompok partisipan keempat, peneliti akan memberikan suatu

skenario dimana partisipan akan diberikan produk bakpao bukan Larissa dan

tidak menggunakan merek Larissa. Peneliti akan memberikan waktu selama

(51)

peneliti akan memberikan sejumlah pertanyaan kepada partisipan untuk

dijawab sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan dari jawaban tersebut.

I. Teknik Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas yaitu uji yang digunakan untuk mengetahui seberapa cermat

suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya sebagai alat ukur. Pengujian

validitas dilakukan dengan menghitung antara nilai dari tiap-tiap

pernyataan dengan skor total.

rxy

=

keterangan :

rxy: koefisien korelasi antara x dan y

∑x : jumlah skor butir

∑y : jumlah skor total

∑xy: jumlah kali antara x dan y

n : jumlah sampel

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu

pengukuran memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan

pengukuran pada subyek yang sama. Setelah koefisien korelasi item

(52)

rumus Spearman Brown adalah sebagai berikut (Usman dan Purnomo, 2000:262)

r

bb

=

Keterangan :

rbb: koefisien korelasi antara item yang bernomor genap dan bernomor ganjil.

rxy: koefisien reliabilitas.

J. Teknik Analisis Data 1. Uji T-Test

Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua digunakan teknik

analisis T-Test. Dari analisis ini akan diketahui apakah variabel mana yang

mempunyai pengaruh terhadap minat beli konsumen pada produk bakpao

merek Larissa.

Pada teknik ini, penulis membandingkan antara sikap antara

kelompok pertama terhadap kelompok kedua, kelompok kedua dengan

kelompok ketiga, kelompok ketiga dengan kelompok keempat dengan

menggunakan analisis T-Test. Analisis T-Test digunakan untuk menguji

rata-rata dua sampel yang saling berhubungan.

Rumusan T-Test yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif yang

(53)



X = Rata-rata sampel 1

2

X = Rata-rata sampel 2

1

S = Simpangan baku sampel 1

2

S = Simpangan baku sampel 2

2 1

S = Varians sampel 1

2 2

S = Varians sampel 2

r = Korelasi antara dua sampel

2. Analisis Regresi Linier Sederhana

Untuk menguji hipotesis ketiga digunakan teknik analisis regresi linier

sederhana. Dari analisis ini akan diketahui apakah sikap konsumen akan

mempengaruhi minat beli konsumen terhadap bakpao Larissa.

a. Mencari persamaan regresi linier sederhana dengan rumus (Sugiyono,

2003: 244)

Y = a + bX + e

Keterangan :

Y : Variabel terikat (minat konsumen)

a : Harga konstan

b : Koefisien regresi

(54)

Nilai a dan b dicari dengan metode kuadrat terkecil (Sugiyono, 2003:

b. Untuk menguji signifikansi koefisien regresi sederhana digunakan uji t

dengan rumus (Algifari, 2000: 19)

t =

b

S b

keterangan

t : nilai t hitung yang dicari

b : koefisien regresi

Sb : simpangan baku

Untuk menguji signifikansi koefisien regresi (b) digunakan taraf

nyata 5% dengan ketentuan sebagai berikut :

Ho adalah hipotesis yang menyatakan bahwa sikap konsumen tidak

berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada produk bakpao

Larissa

Ho adalah hipotesis yang menyatakan bahwa sikap konsumen

berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada produk bakpao

(55)

Kesimpulannya Ho diterima jika thitung≤ttabeldan Ho ditolak jika thitung

≥ttabel

3. Uji Asumsi Klasik Model Regresi Sederhana

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model

regresi linier sederhana dalam menganalisis telah memenuhi asumsi klasik.

Model regresi linier sederhana akan lebih tepat digunakan, jika memenuhi

asumsi berikut ini (Sunyoto, 2007 : 89-105) :

a. Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas

Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi sederhana

dimana akan diukur tingkat keeratan hubungan/ pengaruh variabel

bebas melalui besaran koefisien korelasi (r). Dikatakan terjadi

multikolinieritas, jika koefisien korelasi variabel bebas lebih besar dari

0,60 (pendapat lain: 0,50 dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi

multikolinieritas, jika koefisien korelasi variabel bebas lebih kecil atau

sama dengan 0,60 (r≤0,60).

Atau dalam menentukan ada tidaknya multikolinieritas dapat

digunakan cara lain yaitu dengan :

1) Nilai toleranceadalah besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan secara statistik (α).

2) Nilai variance inflation factor (VIF) adalah faktor inflasi penyimpangan baku kuadrat.

Nilaitolerance (α) dan variance inflation factor(VIF) dapat dicari

(56)

a) Besar nilaitolerance(α) : α= 1 / VIF

b) Besar nilaivariance inflation factor(VIF) : VIF = 1 /α

Variabel bebas mengalami multikolinieritas jika :

α hitung <αdan VIF hitung > VIF

Variabel bebas tidak mengalami multikolinieritas jika :

α hitung >αdan VIF hitung < VIF b. Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas

Dalam persamaan regresi linier sederhana perlu juga diuji

mengenai sama atau tidak varians dari residual observasi yang satu

dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai mempunyai

varians yang sama disebut terjadi homoskedastisitas dan jika variansnya

tidak sama/berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas. Persamaan

regresi yang baik jika tidak terjadi homoskedastisisitas.

Analisis uji asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS melalui grafik scatterplot antara Z prediction (ZPRED) yang merupakan

variabel bebas (sumbu X = Y hasil prediksi) dan nilai residualnya

(ZRESID) merupakan variabel terikat (sumbu Y = Y prediksi – Y riil).

Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil pengolahan data anta ZPRED dan ZRESID menyebar di bawah maupun

di atas titikorigin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola

(57)

Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar maupun

bergelombang-gelombang.

c. Uji Asumsi Klasik Normalitas

Selain uji asumsi klasik multikolinieritas dan heteroskedastisitas,

uji asumsi klasik yang lain adalah uji normalitas, dimana akan menguji

data variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) pada persamaan regresi

yang dihasilkan. Berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal.

Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel

bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau

normal sama sekali. Uji asumsi klasik normalitas dalam diktat ini ada

dua cara yang dibahas yaitu :

1) Cara Statistik

Dalam menguji data variabel bebas data variabel terikat

berdistribusi normal atau tidak pada cara statistik ini melalui nilai

kemiringan kurva (skewness = α3) atau nilai keruncingan kurva (kurtosis=α4) diperbandingkan dengan nilai Z tabel.

Rumus nilai Z untuk kemiringan kurva (skewness) : Zskewness=skewness/√6/N atau Zα3 =α3/√6/N Rumus nilai Z untuk keruncingan kurva (kurtosis) : Zkurtosis=kurtosis/√24/N atau Zα4/α4/√24/N Dimana N = banyak data

(58)

a) Variabel (bebas dan terikat) berdistribusi normal jika Z hitung

(Zα3 atau Zα4) < Z tabel.

b) Variabel berdistribusi tidak normal jika Z hitung (Zα3 atau

Zα4) > Z tabel.

2) GrafikHistogramdanNormal Probability Plots

Cara grafik histogram dalam menentukan suatu data

berdistribusi normal atau tidak, cukup membandingkan antara data

riil/nyata dengan garis kurva yang terbentuk, apakah mendekati

normal atau memang normal sama sekali. Jika data riil membentuk

garis kurva cenderung tidak simetris terhadap mean (U), maka dapat dikatakan data berdistribusi tidak normal dan sebaliknya.

Cara grafikhistogram, lebih sesuai untuk data yang relatif banyak,

dan tidak cocok untuk data yang sedikit karena interpretasinya

dapat menyesatkan.

Cara normal probability plot lebih handal daripada cara grafik histogram, karena cara ini membandingkan data riil dengan data distribusi normal (otomatis oleh komputer) secara kumulatif.

Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika garis data riil

mengikuti garis diagonal.

d. Uji Asumsi Klasik Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah

autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi

(59)

timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu

periode t (berada) dengan kesalahan pengganggu periode t-1

(sebelumnya).

Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah

autokorelasi dengan ujiDurbin-Watson(DW), dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2)

b. Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2

atau -2≤DW≤+2

(60)

44 A. Sejarah umum perusahaan

Pada tahun 1995, seorang yag bernama Ny. Irawan Joesoef

memutuskan untuk memulai bisnis bakpao. Dimana saat itu usaha pabrik

plastik yang dirintisnya mengalami kebangkrutan. Ny Irawan Joesoef berpikir

bahwa usaha bakpao belum ada di kota Solo. Dengan semangatnya Ny Irawan

Joesoef terus mencari resep-resep untuk membuat bakpao tetapi pada waktu

itu usaha ini sulit berkembang selain merupakan usaha baru, para konsumen

juga belum mengetahui tentang produk bakpao ini. Tetapi Ny Irawan Joesoef

tidak begitu saja menyerah, ia terus mencari bagaimana membuat bakpao yang

mempunyai rasa yang enak dan mampu menarik minat konsumen untuk

membeli produk bakpao yang dibuatnya.

Dalam merintis usaha ini tidaklah mudah, Ny Irawan Joesoef harus

melakukan riset terus menerus untuk menemukan resep dan komposisi yang

tepat untuk produk bakpao yang dibuatnya. Dan akhirnya ia pun menemukan

resep dan komposisi yang cocok untuk produknya.kemudian ia juga berpiir

bagaimana cara memasarkan produknya tersebut.pertama ia jual produknya di

rumahnya sendiri dengan membuat spanduk kecil sehingga orang dapat

mengetahui produk bakpao nya. Selain itu Ny Irawan Joesoef juga melakukan

promosi dengan menyebarkan brosur-brosur. Walaupun telah melakukan

(61)

konsumen yang membeli bakpao, ia tetap tidak ingin menyerah karena ia

berpikir bahwa usaha bakpao ini mempunyai prospek yang baik untuk masa

depan. Dan dengan melakukan banyak cara untuk memasarkan produknya

tersebut usaha ini perlahan-lahan mulai dikenal oleh masyarakat luas.

Pertama berdiri, Ny Irawan Joesoef hanya membuat produk bakpao

dengan empat rasa yaitu rasa ayam, rasa kacang hijau, rasa coklat, dan rasa

kacang tanah. Kemudian ia juga berpikir untuk memberi merek untuk usaha

yang dirintisnya tersebut. Dengan bantuan anak-anaknya, ia berpikir nama apa

yang cocok untuk dijadikan merek produknya tersebut. Ia bermimpi suatu saat

nanti produknya akan semakin dikenal oleh orang dan laris sehingga ia

mempunyai ide untuk memberi nama usahanya tersebut dengan nama Larissa,

dimana nama Larissa terinspirasi dari mimpinya tersebut. Kemudian anaknya

pertama mulai membuat sketsa gambar untuk merek Larissa dan dicetak untuk

dibuat boks sehingga konsumen yang membeli produk tersebut akan mudah

mengingat merek Larissa dengan pemberian boks tersebut.

B. Visi dan misi perusahaan

a. Visi perusahaan adalah : memberikan yang terbaik kepada setiap orang.

Maksudnya adalah Bakpao Larissa ingin memberikan semua yang terbaik

kepada setiap orang baik dalam hal produk bakpao sendiri maupun dalam

hal pelayanan.

b. Misi perusahaan adalah : menjadi pilihan utama. Maksudnya yaitu untuk

(62)

setiap orang yang mencari produk bakpao yang berkualitas dan terjangkau.

Suatu misi adalah tujuan inti yang yang terbaik yang mungkin dapat

dicapai. Maksud dari Bakpao Larissa tentang perkataan mereka bahwa

merka ingin menjadi pilihan yang utama adalah mereka ingin Bakpao

Larissa menjadi hal pertama yang muncul dalam benak dalam benak setiap

orang. Misi Bakpao Larissa telah banyak bicara tentang ambisi mereka

untuk memajkan Bakpao Larissa. Hal ini pula yang membuat Bakpao

Larissa selalu mencoba untuk menjadi yang terbaik di bidang yang mereka

dalami.

C. Nilai-nilai utama perusahaan 1. Kebersamaan

Orang yang bekerja bersama-sama akan saling memperhatikan satu

sama lain. Mereka akan saling membantu sepanjang waktu. Mereka sadar

bahwa dengan mengerjakan bersama-sama akan lebih berarti daripada

mengerjakannya sendiri.

Kebersamaan adalah suatu nilai yang kuat dan penting bagi

perusahaan Bakpao Larissa. Hal inilah yang harus menjadi karakteristik

dan perilaku perusahaan. Kebersamaan telah berperan secara alami sejak

perusahaan berdiri, dimana perusahaan ini bermula dari kebersamaan

(63)

2. Semangat

Semangat adalah apa yang membimbing kita. Semangatlah yang

membuat perusahaan percaya bahwa bakpao Larissa dapat berkembang

lebih jauh, bekerja lebih keras dari saingannya, dan menempatkannya pada

standar kualitas yang lebih tinggi.

Dengan semangat yang tepat, suatu tantangan yang sulit dapat

menjadi suatu kesempatan, suatu kegagalan juga dapat menjadi suatu

kesempatan untuk mencoba lagi, dengan semangat yang dimiliki,

perusahaan akan merasa percaya diri dalam menghasilkan sesuatu yang

lebih banyak dari yang dapat dipikirkan.

3. Keuletan

Keuletan dalam hal ini juga sangat berpengaruh, dimana bekerja tanpa

keuletan belum tentu akan dapat bertahan dengan semakin munculnya

persaingan.

Keuletan dalam berwirausaha sangat dibutuhkan untuk memulai suatu

petualangan baru, tanpa keuletan suatu usaha tidak akan dapat berkembang

semakin luas.

D. Prinsip operasi perusahaan

Visi, misi, dan nilai-nilai utama perusahaan adalah semua elemen yang

menjatidirikan Bakpao Larissa. Untuk mengimplementasikannya, perusahaan

membutuhkan prinsip-prinsip operasi yang akan memandu perusahaan dalam

menjalankan kegiatannya. Perusahaan mengelompokkan prinsip-prinsip

(64)

1. Kesederhanaan dan efisiensi biaya

Pendekatan langsung harus selalu memandu perusahaan, karena

perusahaan bergantung pada pengembangan terus menerus di segala

bidang dalam operasinya, maka dari perusahaan harus mempunyai

orang-orang yang terampil dan ulet sehingga masalah yang timbul sehari-hari

dapat dengan mudah diatasi. Menekan jumlah biaya sangat membantu

perusahaan untuk menekan harga produknya, sehingga pada akhirnya akan

menguntungkan para pelanggan. Intinya yaitu :

a) Menghindari hirarki dan mengembangkan kesejajaran.

b) Memberikan metode latihan yang baik dan sederhana dengan solusi

biaya yang efektif.

c) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya dalam segala tindakan.

2. Fokus kepada pelanggan

Perusahaan harus mengetahui dengan cermat apa saja yang menjadi selera

dari para pelanggannya. Perusahaan juga harus memperhatikan dan

mengerti kondisi disekelilingnya dan harus mampu beradaptasi dengan

cepat pada perubahan-perubahan yang diinginkan pelanggannya. Intinya

yaitu :

a) Memperlakukan pelanggan dengan ramah, baik.

(65)

3. Kemampuan untuk terus bertahan

Sebagian orang menginginkan usaha yang dikerjakannya langsung

dapat dikenal banyak oleh masyarakat luas dan selalu ingin mendapatkan

hasil dengan cepat. Pendapat itu memang tidak salah tetapi perusahaan

akan mudah goyah karena tidak mempunyai fondasi yang kuat sehingga

yang sebaiknya dilakukan perusahaan adalah bagaimana perusahaan dapat

membangun suatu fondasi yang kuat sehingga perusahaan tidak hanya

bertahan untuk waktu yang singkat melainkan perusahaan mampu bertahan

untuk jangka waktu yang lama.

E. Struktur organisasi perusahaan

Setiap perusahaan pati mempunyai suatu struktur organisasi yang

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan tersebut, supaya

mekanisme kerja dalam perusahaan dapat berjalan dengan lancar baik untuk

masa sekarang dan masa yang akan datang. Demikian juga dengan Bakpao

Larissa yang juga mempunyai struktur organisasi untuk memperlancar

kegiatan usahanya. Struktur organisasi Bakpao Larissa sebagai berikut :

Berdasarkan struktur organisasi di atas, maka dapat dijelaskan

mengenai tugas, dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan yang ada

dalam struktur organisasi perusahaan. Tugas dan tanggung jawab

(66)

1. Pemilik perusahaan

a) Bertanggung jawab atas pengelolaan perusahaan.

b) Mengawasi semua kegiatan perusahaan dan mengatur keuangan

perusahaan.

2. Senior Manager

a) Bertanggung jawab atas keluar masuknya uang perusahaan.

b) Bertanggung jawab atas pembukuan.

c) Memeriksa jumlah barang yang keluar apakah sesuai dengan jumlah

uang yang diterima.

d) Membayar gaji karyawan.

e) Memeriksa stok produk dan bahan-bahan.

3. Junior Manager

a) Bertugas mengawasi kinerja karyawan.

b) Bertanggung jawab dalam membina karyawan untuk memberikan

pelayanan dengan baik.

Pemilik Perusahan

Senior Manager Junior Manager

(67)

c) Memberikan informasi kepada konsumen mengenai produk-produk

baru.

d) Mendengarkan kritikan dan saran dari konsumen mengenai

pelayanan, produk, dll.

e) Memeriksa penerimaan uang dari kasir untuk kemudian diserahkan

kepada senior manager.

4. Kasir

a) Bertugas melayani pembelian produk dari konsumen.

b) Bertugas menerima pembayaran dari konsumen.

c) Memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen.

d) Bertanggung jawab atas keluar masuknya uang dari konsumen.

e) Menerima pemesanan produk dari konsumen melalui telepon.

5. Karyawan

a) Bertugas membantu proses produksi.

b) Bertugas mencatat hasil produksi yang dihasilkan.

c) Memeriksa stok produk yang tersedia.

d) Mencatat keluar masuknya produk.

F. Pengembangan produk

Inspirasi untuk membuat produk baru dapat datang darimana saja,

kadang inspirasi itu datang karena perusahaan mengetahui dengan jelas apa

Gambar

Gambar 1 : gambar merek bakpao Larissa
Gambar 2 : gambar merek bakpao Clarissa
Tabel I
Tabel II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Those who like English state the following reasons: (1) nine students said that they liked to speak English because they wanted to be English teachers and or tour guides

”POTRET PRO-WOMAN POLICY” Studi tentang Pengaruh Tingkat Kemiskinan terhadap Tingkat Partisipasi Eks Wanita Tuna Susila dalam Program Pemberdayaan Eks Lokalisasi di Dupak

Indonesia telah meratifikasi Konvensi Jenewa 1949 tanpa reservasi apapun melalui Undang- undang Republik Indonesia (RI) Nomor 59 Tahun 1958, namun, untuk dapat

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL (INSTRUCTIONAL LEADERSHIP) KEPALA SEKOLAH DAN KOMITMEN GURU TERHADAP MUTU KINERJA MENGAJAR GURU SMP NEGERI DI KOTA SUKABUMI..

Bermain di rumah sakit dapat memperbaiki konsep - konsep yang salah tentang penggunaan dan peralatan dalam prosedur medis karena sambil bermain perawat menjelaskan

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis hubungan pengetahuan, sikap dan praktik/perilaku pengawas minum obat (PMO) dengan kesembuhan penderita

Para tetua yang ditokohkan dalam keluarga dan sekaligus salah seorang dari keluarga menanyakan apa gerangan tujuan kedatangan para tamu (para ahli waris calon

Hasil penelitian menggunakan uji statistik uji chi square menunjukkan bahwa hasil p = 0,006 (&lt; 0,05) ini berarti terdapat hubungan antara paparan debu dengan