• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN PADA ETIKA IKLAN Studi Kasus pada Iklan Produk Krim Pemutih Wajah Pond’s

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN PADA ETIKA IKLAN Studi Kasus pada Iklan Produk Krim Pemutih Wajah Pond’s"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN PADA ETIKA IKLAN

Studi Kasus pada Iklan Produk Krim Pemutih Wajah Pond’s

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma

Disusun Oleh:

Nama : Mirsanindya Prestiana Nim : 062214078

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN PADA ETIKA IKLAN

Studi Kasus pada Iklan Produk Krim Pemutih Wajah Pond’s

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma

Disusun Oleh:

Nama : Mirsanindya Prestiana Nim : 062214078

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

 

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

”AKU TAK AKAN PERNAH MENYERAH KARENA HIDUP ADALAH

ANUGERAH, BAIK BURUKNYA ADALAH YANG TERBAIK YANG

TUHAN BERI PADAKU”

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya sebab Ia

yang memelihara kamu.

(1 Petrus 5:7)

KU PERSEMBAHKAN SKRIPSI INI UNTUK

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak menjiplak karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 08 Juli 2010

(7)

 

ABSTRAK

ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN PADA ETIKA IKLAN Studi Kasus pada Iklan Produk Krim Pemutih Wajah Pond’s

Mirsanindya Prestiana Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk krim pemutih wajah Pond’s berdasarkan usia responden, pendidikan responden, dan merk krim pemutih yang digunakan responden. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 100 orang responden.

Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 responden dimana 50 kuesioner untuk pengguna Pond’s dan 50 kuesioner untuk bukan pengguna Pond’s. Teknik analisis yang digunakan adalah Anova Oneway yang digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk krim pemutih wajah Pond’s berdasarkan usia, serta Independent Sample t-Test yang digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk krim pemutih wajah Pond’s berdasarkan pendidikan responden dan merk krim pemutih yang digunakan responden.

Dari hasil Anova Oneway maupun Independent Sample t-Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi konsumen berdasarkan usia responden, pendidikan responden, dan merk krim pemutih wajah yang digunakan responden.

(8)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF CONSUMERS PERCEPTION ON ADVERTISEMENT ETHICS

Case Study of Pond’s Lightening Face Cream Advertisement

Mirsanindya Prestiana Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

The objective of the research is to identify whether any difference of consumers perception on ethics of Pond’s lightening face cream advertisement based on respondents age, education, and brand of lightening cream used by them. The research is a case study with research sample as 100 respondents.

The research is done by giving questionnaire to the 100 respondents, 50 of them are Pond’s questionnaires and 50 others are not Pond’s questionnaires. The analysis technique used is Anova Oneway to identify whether any difference of consumers perception on ethics of Pond’s lightening face cream advertisement based on age and uses Independent Sample t-Test to identify whether any difference of consumers perception on ethics of Pond’s lightening face cream advertisement based on respondents education and brand of lightening face cream.

From the result of Anove Oneway and Independent Sample t-Test, it found out that there is no difference of consumers perception on ethics of Pond’s lightening face cream advertisement based on respondents age, education, and brand of lightening face cream.

   

 

(9)

 

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Mirsanindya Prestiana

Nomor Mahasiswa : 062214078

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakan Universitas Sanata Dharma ilmiah saya yang berjudul:

Analisis Persepsi Konsumen Pada Etika Iklan, Studi Kasus pada Iklan Produk Krim Pemutih Wajah Pond’s

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal: 31 Juli 2010

Yang menyatakan

(Mirsanindya Prestiana)

 

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah atas karunia dan rahmatnya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun

guna melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan berbagai pihak,

untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. YP. Supardiyono, Akt., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak V. Mardi Widyatmono, S.E., M.B.A., selaku Ketua Program Studi

Manajemen Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak A. Yudi Yuniarto SE, MBA selaku dosen pembimbing I, yang telah

mengarahkan dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan

kesungguhan hati.

4. Bapak Drs. Hendra Poerwanto G. M. Si selaku dosen pembimbing II yang

juga telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran

dan kesungguhan hati.

5. Ayah dan Ibuku tercinta yang senantiasa membimbing dan mengasihi aku.

6. Kedua kakakku tercinta yang juga telah mendukung aku.

7. Sahabat-sahabatku yang aku sayangi yang selalu menyemangati aku saat aku

(11)

 

8. Lukas, yang juga telah menyemangati aku dan memotivasi aku untuk terus

belajar.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena

keterbatasan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan masukan yang membangun dari para pembaca guna

meyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi

bahan masukan bagi berbagai pihak yang memerlukan.

Yogyakarta, 8 Juli 2010

Penulis

 

 

 

 

 

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.. ... ii

HALAMAN PENGESAHAN. ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN. ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ... v

ABSTRAK. ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

KATA PENGANTAR. ... ix

DAFTAR ISI. ... xi

DAFTAR TABEL.. ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Sistematika penulisan………. 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

(13)

 

B. Perilaku Konsumen ... 8

C. Persepsi ... 10

D. Pengertian Etika ... 15

E. Pengertian Iklan dan Periklanan ... 17

F. Iklan yang Melanggar Etika ... 21

G. Penelitian Sebelumnya. ... 21

H. Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 23

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 23

D. Variabel Penelitian ... 24

E. Definisi Operasional. ... 25

F. Populasi dan Sampel ... 25

G. Teknik Pengambilan Sampel... 27

H. Sumber Data. ... 27

I. Teknik Pengumpulan Data ... 28

J. Teknik Pengujian Instrumen ... 28

K. Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 35

A. Profil Perusahaan Unilever Indonesia ... 35

(14)

C. Produk Pond’s ... 40

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN DATA. ... 43

A. Analisis Data Deskriptif ... 43

B. Teknik Pengujian Instrumen ... 46

C. Analisis Data Kuantitatif. ... 48

D. Pembahasan. ... 51

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. ... 52

A. Kesimpulan. ... 52

B. Saran. ... 52

C. Keterbatasan . ... 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(15)

 

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Tabel Anova Oneway... 30

Tabel III.2 Tabel Independent Sample t-Test.. ... 31

Tabel III.3 Uji Independent Sample t-Test berdasarkan Pendidikan

Responden. ... 32

Tabel III.4 Uji Independent Sample t-Test berdasarkan Merk Krim

Pemutih yang Digunakan Responden . ... 32

Tabel III.5 Anova Oneway: Analisis Perbedaan Persepsi Konsumen berdasarkan

Usia Responden ... 33

Tabel III.6 Hasil Uji Independent Sample t-Test: Analisis Perbedaan Persepsi

Konsumen berdasarkan Pendidikan Responden. ... 34

Tabel III.7 Hasil Uji Independent Sample t-Test: Analisis Perbedaan Persepsi

Konsumen berdasarkan Merk Krim Pemutih yang Digunakan. ... 34

Tabel V.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden. ... 44

Tabel V.2 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ... 45

Tabel V.3 Karakteristik Responden berdasarkan Merk Krim Pemutih

Wajah yang Digunakan. ... 46

Tabel V.4 Hasil Uji Validitas ... 47

Tabel V.5 Hasil Uji Anova Berdasarkan Usia Responden. ... 49

Tabel V.6 Hasil Uji Independent Sample t-Test Persepsi Konsumen pada Etika

(16)

Tabel V.7 Hasil Uji Indenpent Sample t-Test Persepsi Konsumen pada Etika Iklan

berdasarkan Merk Krim Pemutih yang Digunakan. ... 51

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perkembangan media baik media cetak maupun elektronik

mengalami perkembangan yang sangat pesat dan telah menjangkau hampir di

seluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia. Pesatnya perkembangan media

menimbulkan berbagai peluang terutama peluang penyebaran informasi yang

sangat cepat dan dapat diakses maupun disaksikan jutaan manusia di berbagai

tempat. Dengan adanya peluang tersebut para pebisnis tidak menyia-nyiakan

kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari bisnis yang digelutinya. Pada

mulanya, para pebisnis di dalam memasarkan produk maupun jasa adalah

dengan cara mendatangi para calon konsumen dan menawarkan secara face to

face serta penyebaran informasi dari mulut ke mulut sebelum terjadi transaksi

jual beli.

Namun dengan perkembangan media yang sangat pesat, hal itu sudah

jarang terjadi. Para pebisnis kini lebih cenderung menggunakan media dalam

memasarkan produk kepada para calon konsumen seperti televisi, radio, koran,

majalah, dan sebagainya. Semakin ketatnya persaingan bisnis mengakibatkan

para pebisnis menjadi sangat gencar dalam memperebutkan pangsa pasar yang

jumlahnya terbatas. Segala cara pun dilakukan tidak terkecuali dalam

melakukan periklanan. Namun, dari semua pebisnis yang ada, tidak semuanya

(18)

melakukan cara yang dapat dikatakan tidak etis dalam memperebutkan pangsa

pasar. Hal yang tidak etis dan paling banyak kita jumpai adalah di dalam

periklanan banyak produsen dan media yang dalam beriklan tidak

mengindahkan etika budaya setempat bahkan ada kecenderungan melecehkan

pihak lain. Menjadi pertanyaan adalah mengapa para pemasang iklan dan

media periklanan tidak mengindahkan kode etik di dalam beriklan, apakah

dengan iklan yang berlebihan bahkan dapat dikatakan melanggar etika justru

mudah diingat oleh para calon konsumen sehingga menimbulkan rasa

penasaran akan produk yang ditawarkan untuk mencoba dan menggunakan

produk tersebut, dan bagaimanakah persepsi masyarakat pada etika iklan-iklan

yang ditampilkan oleh media, apakah masyarakat cenderung menerima

iklan-iklan tersebut tanpa adanya persepsi apapun akan iklan-iklan-iklan-iklan tersebut ataukah

sebenarnya masyarakat (konsumen) sebenarnya memiliki persepsi tersendiri

pada iklan-iklan yang ditayangkan media. Oleh sebab itu penulis berusaha

memperoleh jawaban tersebut melalui penelitian yang berjudul “ Analisis Persepsi Konsumen pada Etika Iklan”, studi kasus pada iklan produk krim pemutih wajah Pond’s. Alasan penulis melakukan studi kasus pada produk krim pemutih wajah adalah karena produk krim pemutih wajah banyak

digunakan oleh konsumen terutama para wanita. Untuk itulah penulis ingin

mengetahui bagaimana persepsi mereka pada iklan produk krim pemutih yang

(19)

3

 

B.Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk krim

pemutih wajah Pond’s berdasarkan merk krim pemutih wajah yang

digunakan responden ?

2. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk krim

pemutih wajah Pond’s berdasarkan usia responden ?

3. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk krim

pemutih wajah Pond’s berdasarkan pendidikan responden ?

C.Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan-permasalahan

yang telah dikemukakan. Pembatasan ini bertujuan mempersempit ruang

lingkup permasalahan agar tidak keluar dari permasalahan yang telah ada.

Batasan-batasan tersebut :

1. Persepsi konsumen pada etika iklan produk krim pemutih wajah

berdasarkan usia responden, pendidikan responden, dan merk krim

pemutih wajah yang digunakan responden.

(20)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini :

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada

etika iklan produk krim pemutih wajah Pond’s berdasarkan merk krim

pemutih wajah yang digunakan responden.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada

etika iklan produk krim pemutih wajah Pond’s berdasarkan usia

responden.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada

etika iklan produk krim pemutih wajah Pond’s berdasarkan pendidikan

responden.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini :

1. Bagi Universitas Sanata Dharma, hasil penelitian ini dapat untuk

menambah referensi bacaan di Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) dan

perpustakaan.

2. Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat

menambah pengetahuan tentang persepsi konsumen dan etika

(21)

5

 

F.Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis membahas tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis membahas tentang konsep atau

teori yang berkaitan dengan topik penelitian, serta

membahas tentang penelitian sebelumnya, dan hipotesis

penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini penulis membahas tentang jenis penelitian,

subyek dan obyek penelitian, waktu dan lokasi penelitian,

variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan

sampel, teknik pengambilan sampel, sumber data, teknik

pengumpulan data, teknik pengujian instrument, dan

teknik analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM

Dalam bab ini penulis membahas tentang profil

perusahaan Unilever Indonesia, susunan dewan komisaris

(22)

BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN DATA

Dalam bab ini penulis membahas tentang karakteristik

responden dan analisis data.

BAB VI : KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN

Dalam bab ini penulis membahas tentang kesimpulan

(23)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pemasaran, Manajemen Pemasaran, dan Konsep Pemasaran

1. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan

yang penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan

apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan produk serta

nilai dengan pihak lain (Kotler dan Armstrong, 2001:7).

2. Manajemen Pemasaran

Manajemen Pemasaran adalah proses menganalisis, merencanakan,

mengkoordinasikan, dan mengendalikan program-program yang

mencakup pengkonsepan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari

produk, jasa dan gagasan yang dirancang untuk menciptakan dan

memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pasar sasaran untuk

mencapai tujuan perusahaan (Kotler dan Armstrong, 1999:18).

3. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran (marketing concept) adalah ketika suatu organisasi

memusatkan seluruh upayanya untuk memuaskan pelanggan secara

menguntungkan (Cannon, 2008:20). Konsep pemasaran terdiri dari empat

(24)

a. Pasar Sasaran

Perusahaan-perusahaan akan berhasil secara gemilang bila mereka

secara cermat memilih (sejumlah) pasar sasarannya dan

mempersiapkan program pemasaran yang dirancang khusus untuk

masing-masing pasar tersebut.

b. Kebutuhan Pelanggan

Perusahaan dapat mendefinisikan pasar sasaran, tetapi gagal

memahami kebutuhan pelanggan secara akurat.

c. Pemasaran Terpadu

Bila semua departemen di suatu perusahaan bekerja sama untuk

melayani kebutuhan pelanggan, hasilnya adalah pemasaran terpadu.

d. Kemampuan Menghasilkan Laba

Tujuan terakhir konsep pemasaran adalah membantu organisasi

mencapai tujuan organisasi.

B.Perilaku Konsumen

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Ada beberapa pengertian perilaku konsumen menurut beberapa ahli,

diantaranya :

a. Menurut Wozniak (dalam Umar, 2003:11) adalah suatu bagian dari

aktivitas-aktivitas kehidupan manusia, termasuk segala sesuatu yang

teringat olehnya akan barang atau jasa yang dapat diupayakan

(25)

9

 

b. Menurut Engel (dalam Amirullah, 2002:2) perilaku konsumen

didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara

langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan

barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang

mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.

c. Menurut Mowen dan Minor (2002:6) perilaku konsumen

didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying unit) dan

proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan

pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide.

d. Menurut Setiadi (2003:3) perilaku konsumen adalah tindakan yang

langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan

menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang

mendahului dan menyusuli tindakan ini.

2. Pentingnya Perilaku Konsumen

Memahami alasan mengapa suatu bidang studi perlu dikaji adalah

suatu keharusan mengingat hakikat suatu pembelajaran adalah untuk

mencapai tingkat pemahaman akan bidang studi tetentu yang pada

akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap praktik-praktik di

lapangan studi tentang perilaku konsumen dipelajari karena 2 alasan

utama (Amirullah, 2002:3) :

a. Perilaku konsumen penting dalam kehidupan setiap hari.

Kalau saja setiap konsumen memiliki perilaku yang konstan, mungkin

(26)

mengingat konsumen selalu berinteraksi dengan lingkungannya, maka

secara otomatis perilaku itu akan berubah-ubah bahkan dalam hitungan

hari. Perilaku konsumen di sini penting untuk memahami mengapa dan

apa saja yang mempengaruhi perubahan perilaku konsumen.

b. Perilaku konsumen penting untuk pengambilan keputusan.

Setiap keputusan yang diambil oleh konsumen pasti didasarkan pada

alasan-alasan tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Proses pengambilan keputusan konsumen sangat terkait dengan

masalah kejiwaan dan faktor eksternal. Dengan memahami perilaku

konsumen, pemasar akan mudah untuk menggambarkan bagaimana

prose keputusan itu dibuat.

C. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Berikut ini dijelaskan beberapa pengertian mengenai pengertian persepsi

diantaranya:

a. Persepsi berasal dari bahasa Latin perceptio yang berarti menerima

atau mengambil. Persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai

stimuli dipilih, diorganisir, dan diinterpretasi menjadi informasi yang

bermakna. Stimuli adalah input dari obyek tertentu yang dilihat oleh

konsumen melalui satu atau beberapa panca indera (Ferrinadewi,

2008:42).

b. Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk

(27)

11

 

berarti dan masuk akal mengenai dunia (Schiffman dan Kanuk,

2004:137).

2. Unsur-unsur Persepsi. Berikut adalah unsur-unsur persepsi menurut

Schiffman dan Kanuk (2004:137):

a. Sensasi

Sensasi merupakan respon yang segera dan langsung dari alat panca

indera terhadap stimuli yang sederhana (iklan, kemasan, merk).

Penerimaan panca indera adalah organ tubuh manusia (mata, telinga,

hidung, mulut, dan kulit) yang menerima masukan panca indera.

Fungsi panca indera adalah melihat, mencium, merasa, dan meraba.

b. Ambang Absolut

Ambang absolut adalah tingkat terendah dimana seseorang dapat

mengalami sensasi. Penyesuaian panca indera merupakan masalah

yang menjadi perhatian berbagai pemasang iklan nasional. Karena itu,

mereka berusaha mengubah kampanye iklan secara teratur. Beberapa

pemasar mencari media yang tidak lazim untuk menempatkan

iklan-iklan ke dalam usaha memperoleh perhatian.

c. Ambang Diferensial

Ambang diferensial adalah perbedaan minimal yang dapat dirasakan

antara dua macam stimuli yang hampir serupa. Ambang diferensial

dapat disebut juga j.n.d. (just noticeable difference) yang dapat

(28)

d. Persepsi Subliminal

Persepsi Subliminal adalah proses dimana stimulus yang terlalu lemah

atau terlalu kuat untuk dapat disadari oleh satu sel atau lebih penerima.

3. sDinamika Persepsi. Berikut adalah dinamika persepsi menurut Schiffman

dan Kanuk (2004:144) :

a. Seleksi Berdasarkan Persepsi

1). Sifat Stimulus

Stimuli pemasaran meliputi banyak variabel yang mempengaruhi

persepsi konsumen seperti keadaan produk, ciri fisiknya, rancangan

kemasan, merk, iklan di media cetak, dan iklan TV.

2). Harapan

Seseorang biasanya melihat apa yang mereka harapkan untuk dilihat

dan apa yang mereka harapkan untuk dilihat biasanya berdasarkan

pada apa yang diketahui, pengalaman sebelumnya atau harapan.

Dalam pemasaran, seseorang cenderung merasakan produk dan

sifat-sifat produk menurut harapan.

3). Motif

Seseorang cenderung memperhatikan hal-hal yang mereka butuhkan

atau inginkan. Semakin kuat kebutuhan tersebut, semakin besar

kecenderungan untuk mengabaikan stimuli yang tidak ada

hubungannya di lingkungannya.

4. Pengelompokkan Persepsi. Di bawah ini pengelompokkan persepsi menurut

(29)

13

 

a. Figur dan Dasar

Stimuli yang kontras dengan lingkungannya cenderung lebih besar

untuk diperhatikan. Suara harus lebih keras atau lebih lunak, warna

lebih cemerlang atau lebih pucat. Ilustrasi visual yang paling

sederhana yang terdiri terdiri dari suatu figur di atas suatu dasar (yaitu

latar belakang). Figur tersebut dianggap lebih jelas karena berbeda

dengan dasarnya, kelihatan dapat dilihat dengan baik, solid, dan

menjadi latar depan. Dasar biasanya dianggap sebagai tidak tentu,

tidak jelas, dan berkesinambungan. Para pemasang iklan harus

merencanakan iklan dengan teliti untuk memastikan agar stimulus

yang mereka harapkan mendapat perhatian menjadi diperhatikan,

dipandang sebagai figur dan bukan sebagai dasar.

b. Pengelompokkan

Individu cenderung mengelompokkan stimuli sehingga stimuli

tersebut membentuk gambar atau kesan yang menyatu. Persepsi

mengenai stimuli sebagai kelompok-kelompok atau

potongan-potongan informasi, daripada sebagai kepingan-kepingan kecil

informasi yang berlainan, mempermudah ingatan mereka maupun

untuk mengingatnya kembali. Pengelompokkan dapat digunakan

secara menguntungkan oleh para pemasar untuk menyatakan secara

tidak langsung arti-arti tertentu yang diingini dalam hubungan dengan

(30)

c. Penyelesaian

Setiap individu memiliki kebutuhan untuk memperoleh penyelesaian.

Walaupun pola stimuli yang mereka terima tidak lengkap, namun

mereka cenderung merasakannya sebagai lengkap; yaitu mereka

secara sadar atau bawah sadar mengisi potongan-potongan yang

hilang.

5. Interpretasi Penafsiran Persepsi. Berikut adalah interpretasi penafsiran

persepsi menurut Schiffman dan Kanuk (2004:154) :

a. Penampilan Fisik

Seseorang cenderung menguhubungkan sifat-sifat orang tertentu

dengan orang lain yang mungkin mirip, baik yang disadari

kesamaannya maupun tidak. Karena alasan ini, pemilihan model untuk

iklan di media cetak maupun di televisi mungkin merupakan unsur

pokok dalam kemampuan membujuk yang menentukan. Penampilan

model yang menarik lebih persuasif dan mempunyai pengaruh yang

lebih positif terhadap sikap dan perilaku konsumen daripada model

yang terlihat biasa saja.

b. Stereotip

Stereotip menimbulkan harapan mengenai bagaimana situasi, orang,

atau peristiwa tertentu akan terjadi dan berbagai stereotip ini

merupakan faktor penentu yang penting bagaimana stimuli tersebut

(31)

15

 

c. Petunjuk yang Tidak Relevan

Ketika diperlukan untuk membuat pertimbangan yang sulit melalui

persepsi, para konsumen seringkali memberikan respon terhadap

stimuli yang tidak relevan.

d. Kesan Pertama

Kesan pertama cenderung abadi. Namun, dalam membentuk kesan

yang seperti itu, penerima belum mengetahui stimuli mana yang

relevan, penting, atau yang dapat diramalkan akan menjadi perilaku

nantinya. Karena kesan pertama seringkali abadi, maka

memperkenalkan produk baru sebelum disempurnakan dapat

menimbulkan bencana bagi sukses di kemudian hari. Informasi yang

diberikan sesudah itu mengenai manfaatnya, walaupun benar,

seringkali akan ditiadakan oleh ingatan pada daya gunanya semula.

e. Terlalu Cepat Mengambil Kesimpulan

Konsumen mungkin hanya mendengar bagian awal dari suatu pesan

iklan dan langsung menarik kesimpulan mengenai produk atau jasa

yang diiklankan.

D. Pengertian Etika

Etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau

tidak dipraktekkan walaupun seharusnya dipraktekkan. Etika juga dapat

berarti apa yang harus dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus

(32)

etika mengemukakan dua kelompok teori yang berbeda (Schiffman dan

Kanuk, 2004:9-11) :

1. Teleologi, berkaitan dengan nilai moral atas perilaku yang ditentukan besarnya nilai tersebut berdasarkan akibatnya. Menurut teleologi, untuk

menjadi etis keputusan harus didasarkan pada apa yang terbaik bagi

setiap orang yang terlibat.

2. Utilitarianisme, teori teleologis dapat diringkaskan sebagai “yang terbaik bagi kebanyakan orang”. Bagi para utilitarian, etika dinilai

berdasarkan analisis cost benefit : jika bermanfaat bagi masyarakat

(atau bagi segmen masyarakat tertentu) melebihi biaya-yaitu, jika lebih

banyak orang yang dapat diuntungkan daripada yang dirugikan,

perilaku tertentu dianggap etis.

3. Deontologi, berhubungan dengan metode dan maksud yang terkandung dalam perilaku tertentu. Berbagai teori deontologis memusatkan

perhatian pada hasil-hasil tindakan-tindakan tertentu, dan teori tersebut

cenderung lebih menitikberatkan pada nilai-nilai pribadi dan sosial

daripada nilai-nilai ekonomi.

Etika jelas merupakan jalan dua arah. Agar proses pemasaran bekerja secara

bermanfaat bagi seluruh masyarakat, para pelaku pasar dan konsumen

(33)

17

 

E. Pengertian Iklan dan Periklanan

1. Iklan

Iklan merupakan bagian yang sangat penting dalam perusahaan karena

iklan berperan sebagai salah satu media penyampaian informasi kepada

konsumen dalam memperkenalkan produknya. Iklan adalah segala

bentuk pesan tentang suatu produk, disampaikan melalui suatu media,

dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian

atau seluruh masyarakat. (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia).

2. Periklanan

Periklanan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah

organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak

target melalui media bersifat misal seperti televisi, radio, koran, majalah,

direct mail (pengeposan langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan

umum (Lee dan Johnson, 2004: 3).

a. Fungsi Periklanan

Periklanan menjalankan sebuah fungsi informasi. Iklan

mengkomunikasikan informasi produk, ciri-ciri, dan lokasi penjualan.

Periklanan menjalankan sebuah fungsi persuasif. Iklan membujuk

konsumen untuk membeli merk-merk tertentu. atau mengubah sikap

mereka terhadap produk atau perusahaan tersebut (Lee dan Johnson,

2004:10).

(34)

Karena kemungkinan dipermainkannya kebenaran dan terjadinya

manipulasi merupakan hal-hal rawan dalam bisnis periklanan, maka

perlu adanya kontrol tepat yang dapat mengimbangi kerawanan

tersebut. Pada umumnya, pengontrolan harus dilakukan oleh

pemerintah, para pengiklan sendiri, dan masyarakat luas (Bertens,

2000:274-276).

1). Kontrol Oleh Pemerintah

Di sini, pemerintah memiliki tugas penting yaitu melindungi

masyarakat/konsumen dari keganasan periklanan.

2). Kontrol Oleh Para Pengiklan

Cara paling ampuh untuk mengatasi masalah etis tentang

periklanan adalah pengaturan diri (self-regulation) oleh dunia

periklanan. Biasanya hal itu dilakukan dengan menyusun kode

etik, sejumlah norma dan pedoman yang disetujui oleh profesi

periklanan itu sendiri. Indonesia memiliki Tata Krama dan Tata

Cara Periklanan Indonesia yang disempurnakan yang dikeluarkan

oleh :

a). AMLI (Asosiasi Perusahaan Media Luar-griya Indonesia)

b). APPINA (Asosiasi Perusahaan Pengiklan Indonesia)

c). ASPINDO (Asosiasi Pemrakarsa dan Penyantun Iklan

Indonesia)

d). ATVLI (Asosiasi Televisi Lokal Indonesia)

(35)

19

 

f). GPBSI (Gabungan Perusahaan Bioskop Indonesia)

g). PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia)

h). PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia)

i). SPS (Serikat Penerbit Suratkabar)

j). Yayasan TVRI (Televisi Republik Indonesia)

3). Kontrol Oleh Masyarakat

Masyarakat luas harus diikutsertakan dalam mengawasi mutu etis

periklanan. Dalam hal ini suatu cara yang terbukti membawa

banyak hasil dalam menetralisasi efek-efek negatif dari periklanan

adalah mendukung dan menggalakan lembaga-lembaga konsumen

seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).

4). Penilaian Etis Terhadap Iklan

Refleksi tentang masalah-masalah etis di sekitar praktek

periklanan merupakan contoh yang bagus mengenai kompleksitas

pemikiran moral. Di sini, prinsip-prinsip etis ternyata tidak cukup

untuk menilai moralitas sebuah iklan. Dalam penerapannya, masih

ada faktor lain. Menurut Bertens (2000:277), faktor tersebut :

a). Maksud Pengiklan

Maksudnya, jika maksud pengiklan tidak baik, dengan sendirinya

moralitas iklan tersebut menjadi tidak baik pula. Jika pengiklan

tahu bahwa produk yang diiklankan merugikan konsumen atau

dengan sengaja ia menjelekkan produk milik pesaing, iklan

(36)

iklan yang menyesatkan, tentu iklan menjadi tidak etis.

Sebaliknya, jika pengiklan mengeluarkan iklan yang

menyesatkan, tapi maksudnya tidak demikian, iklan itu

barangkali kurang profesional tetapi tidak bias dinyatakan

kurang etis.

b). Isi Iklan

Menurut isinya, iklan harus benar dan tidak boleh mengandung

unsur yang menyesatkan.

c). Keadaan Publik yang Tertuju

Di sini, keganasan iklan harus diimbangi pula dengan sikap

publik yang kritis. Yang dimaksud dengan publik di sini adalah

orang dewasa yang normal dan mempunyai informasi cukup

tentang produk atau jasa yang diiklankan.

d). Kebiasaan di Bidang Periklanan

Periklanan dipraktekkan dalam rangka suatu tradisi. Seperti

halnya bidang-bidang lain, tradisi menentukan apa yang boleh

dan apa yang tidak boleh dilakukan. Di mana ada tradisi

periklanan yang sudah lama dan terbentuk kuat, tentu masuk

akal saja, bila beberapa iklan lebih mudah diterima daripada di

mana praktek periklanan baru mulai dijalankan pada skala

besar.

F. Iklan yang Melanggar Etika

(37)

21

 

1. Iklan tersebut memuat pernyataan yang berlebihan.

2. Iklan tersebut memperdayakan.

3. Iklan tersebut hambar.

4. Model peran persuasif untuk produk-produk yang tidak pantas.

5. Iklan dilakukan dengan pemasaran jarak jauh.

6. Pemilihan sasaran iklan yang tidak tepat.

G. Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah

penelitian yang berjudul :

1. Analisis Daya Tarik Iklan TV, study kasus pada masyarakat kompleks

Puri Gejayan Indah, Gebang Permai, Griya Perwita Asri II, Yogyakarta.

Penulis : Yosep Mahardika Pramono (982214016)

Hasil Penelitian :

a. Tipe iklan TV yang dapat menimbulkan daya tarik bagi konsumen

adalah tipe iklan humor.

b. Atribut iklan TV yang dapat menimbulkan daya tarik bagi konsumen

adalah atribut iklan scenes/skenario iklan.

c. Peran iklan TV dalam proses pengambilan keputusan konsumen

adalah sebagai bahan informasi tambahan.

2. Pengaruh Iklan TV Terhadap Persepsi Konsumen, study kasus pada

iklan sabun Lux dan iklan Hp Nokia.

Penulis : Leni Andriani (992214008)

(38)

a. Untuk iklan produk pada kondisi keterlibatan konsumen tinggi,

variabel isi iklan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

persepsi konsumen, sedangkan untuk variabel frekuensi tayang

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persepsi konsumen.

b. Untuk iklan produk pada kondisi keterlibatan rendah, variabel isi

iklan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persepsi

konsumen, sedangkan untuk variabel frekuensi tayang tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persepsi konsumen.

H. Hipotesis

H1 : Ada perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk krim pemutih wajah Pond’s berdasarkan usia responden.

H2 : Ada perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk krim pemutih wajah Pond’s berdasarkan pendidikan responden.

H3 : Ada perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk krim

pemutih wajah Pond’s berdasarkan merk krim pemutih wajah yang

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut Bambang dan Nur (dalam Munte, 2009:46) membagi jenis penelitian

berdasarkan tujuan penelitian menjadi tiga yaitu studi eksplorasi, studi

deskriptis, dan pengujian hipotesis. Berdasarkan pengujian Bamabang dan Nur

tersebut, maka penelitian ini termasuk pengujian hipotesis.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah para responden wanita yang merupakan

konsumen produk krim pemutih wajah.

2. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah persepsi para responden wanita yang

merupakan konsumen produk krim pemutih wajah.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian : Maret 2010 s.d Mei 2010

2. Lokasi Penelitian : di beberapa wilayah Yogyakarta yaitu Jalan Kaliurang,

Condong Catur, Demangan Baru, Mrican, dan Nagan

(40)

D.Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Menurut Brown (dalam Sarwono, 2006:53) variabel didefinisikan

sebagai “something that may vary or differ”. Independen variabel

(variabel bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain,

sedangkan dependen variabel (variabel terikat) adalah variabel yang

memberikan reaksi/respon jika dihubungkan dengan variabel bebas.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah etika iklan

dan sedangkan variabel terikat adalah persepsi konsumen.

2. Definisi dan Indikator Variabel

a. Etika berarti nilai-nilai dan norma-norma sejauh dipraktekkan atau

tidak dipraktekkan. Etika juga dapat berarti apa yang harus

dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau

tidak dilakukan. (Bertens, 2000:263) Indikator etika iklan dalam

penelitian ini adalah isi iklan.

b. Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu

untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam

gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia (Schiffman

dan Kanuk, 2004:137). Indikator persepsi dalam penelitian ini

adalah baik atau tidak baiknya responden menilai etika iklan

(41)

25

 

c. Pengukuran Variabel

Cara pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan Skala

Likert’s. Skala Likert’s digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang

kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2010:12)

E.Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan uraian tentang pengertian konsep atau

variabel ke dalam suatu definisi (Sumarni dan Wahyuni, 2006:26). Agar lebih

mudah dimengerti maka penulis berusaha untuk mendefinisikan istilah-istilah

yang ada :

1. Etika berarti nilai-nilai dan norma-norma sejauh dipraktekkan atau tidak

dipraktekkan. Etika juga dapat berarti apa yang harus dilakukan dan

khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak dilakukan (Bertens,

2000:263).

2. Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk

memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti

dan masuk akal mengenai dunia (Schiffman dan Kanuk, 2004:137).

F.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan kumpulan elemen yang dapat digunakan

untuk membuat beberapa kesimpulan atau generalisasi (Widayat, 2004:93).

(42)

konsumen krim pemutih wajah di beberapa wilayah Yogyakarta yaitu Jalan

Kaliurang, Condong Catur, Demangan Baru, Mrican, dan Nagan Lor.

2. Sampel

Sampel merupakan sub kelompok dari populasi yang dipilih dalam

penelitian (Widayat, 2004:93). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel

adalah sebagian wanita yang merupakan konsumen krim pemutih wajah di

beberapa wilayah Yogyakarta yaitu Jalan Kaliurang, Condong Catur,

Demangan Baru, Mrican, dan Nagan Lor. Sampel yang diambil berjumlah

100 orang responden. Pengambilan sampel sebanyak 100 orang tersebut

berdasarkan pertimbangan bahwa besarnya populasi yang tidak terhingga

sehingga ada keyakinan bahwa sampel berjumlah 100 dapat diperoleh.

Selain itu, meskipun penelitian ini tidak semata penelitian deskriptif,

namun tentang jumlah sampel penulis juga mempertimbangkan pendapat

Fraenkel dan Wallen (dalam Widayat, 2006:105) yang menyebutkan bahwa

besar sampel minimum untuk penelitian deskriptif adalah sebanyak 100

sampel. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan

kuesioner, ini dimaksudkan untuk informasi yang diperlukan bagi

penelitian.

G.Teknik Pengambilan sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

convenience sampling. Dalam teknik pengambilan sampel ini, yang diambil

sebagai anggota sampel adalah orang-orang atau elemen yang mudah ditemui

(43)

27

 

Dalam penelitian ini, yang dimaksud kemudahan adalah kemudahan

jangkauan wilayah pengambilan sampel di beberapa wilayah Yogyakarta yaitu

Jalan Kaliurang, Condong Catur, Demangan Baru, Mrican, dan Nagan Lor.

H.Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data asli yang dikumpulkan oleh peneliti untuk

menjawab risetnya secara khusus (Istijanto, 2009:44). Data primer yang

dibutuhkan dalam penelitian ini adalah hasil jawaban kuesioner yang

berkaitan dengan persepsi konsumen pada etika iklan produk krim

pemutih wajah Pond’s.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil dari literatur/internet dan

bahan-bahan kuliah. Dalam penelitian ini data sekunder berkaitan dengan

persepsi konsumen dan etika iklan produk krim pemutih wajah Pond’s.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode

kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang

lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan

pengguna (Riduwan, 2010:25).

J. Teknik Pengujian Instrumen

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

(44)

instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel

yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari

gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Mengukur validitas, menggunakan korelasi product moment.

Rumus :

Rxy = korelasi product moment

N = jumlah subjek

x = skor butir

y = skor faktor

2. Reliabilitas

Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan

adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006:41).

Mengukur reliabilitas, menggunakan Spearman Brown.

(45)

29

 

Keterangan :

= xx

r koefisien reliabilitas

= gg

r koefisien koreksi product moment taraf nyata 5 %

K.Teknik Analisis Data

1. Analisis persentase

Untuk mengetahui karakteristik pengguna krim pemutih wajah yang

diteliti, dianalisis dengan analisis persentase yaitu analisis yang digunakan

untuk menarik kesimpulan dari beberapa peristiwa yang bersifat relatif dan

sulit diukur dengan metode kuantitatif. Hasil tersebut diperoleh dari

jawaban kuesioner bagian 1, tentang profil pengguna yang meliputi usia

responden, pendidikan responden, dan merk krim pemutih wajah yang

digunakan responden. Rumus persentase yanag digunakan adalah :

% A=

A = jumlah yang dianalisis

A + B = jumlah responden

2. Anova Satu Jalan (oneway)

Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian hipotesis dengan

anova satu jalan adalah sebagai berikut ( Sugiono, 2003: 195):

a. Menghitung Jumlah kuadrat total:

(46)

b. Menghitung Jumlah Kuadrat Antar kelompok

c. Menghitung jumlah kuadrat dalam:

JKdalam = JKtotal - JKant

d. Menghitung mean kuadrat antar:

MKant = 1

m JKant

e. Menghitung mean kuadrat dalam:

MKdalam= M N JKdalam

f. Menghitung F hitung dengan cara membagi MK Antar dengan MK

dalam:

g. Menghitung F hitung dan F tabel

h. Membuat keputusan pengujian hipotesis H0 ditolak atau diterima

i. Memasukkan hasil perhitungan ke dalam tabel ringkasan Anova

oneway.

Tabel III.1 Tabel Anova oneway

Variabel Sumber Variasi Dk

(47)

31

 

Jika F hitung ≤ F tabel, maka H0 diterima dan HA ditolak. Ini berarti

tidak ada perbedaan persepsi, sedangkan bila F hitung ≥ F tabel , maka

H0 ditolak dan HA diterima berarti ada perbedaan persepsi berdasarkan

dari usia responden.

3. Independent Sample T Test

Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

rata-rata beberapa sampel yang tidak berhubungan. Jika ada perbedaan,

rata-rata manakah yang lebih tinggi. Data yang digunakan biasanya

berskala interval atau rasio. Untuk membahas masalah kedua dan ketiga

yaitu apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk

krim pemutih wajah Pond’s berdasarkan pendidikan responden dan merk

krim pemutih wajah yang digunakan, menggunakan Independent Sample

t-Test dengan α 5% dengan kriteria pengujian menurut Trihendradi (2005:

145) sebagai berikut:

Tabel III.2 Tabel Independent Sample t-Test Levene’s Test for Eguality of Variances

F Sig

(48)

a. Tabel Independent Sample t-Test pertama menguji apakah

kedua kelompok memiliki varian yang sama.

b. Hipotesis:

H0 = kedua kelompok memilki varian yang sama.

HA= kedua kelompok tidak memilki varian yang sama.

c. Apabila nilai Sig > α(0,05), maka H0 diterima.

Tabel III.3 Uji Independent Sample t-Test berdasarkan Pendidikan Responden

Variabel Pendidikan Dk

(df)

Mean t hitung t tabel 5%

Tabel III.4 Uji Independent Sample t-Test berdasarkan merk krim pemutih yang digunakan responden

1. Tabel Independent Sample t-Test digunakan untuk menguji apakah

kedua kelompok memiliki rata-rata yang sama.

Variabel Pengguna

Krim Pemutih

Dk (df)

(49)

33

 

2. Jika nilai t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan HA ditolak,

berarti tidak ada perbedaan persepsi.

d. Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:

t =

X = Rata-rata statistik untuk sampel pertama

_ 2

X = Rata-rata statistik untuk sampel kedua

SD

1= Standar deviasi untuk sampel pertama

SD2= Standar deviasi untuk sampel kedua

n1= Jumlah sampel pertama

n2= Jumlah sampel kedua

Tabel III.5 Anova Oneway

Analisis Perbedaan Persepsi Konsumen berdasarkan Usia Responden

(50)

Tabel III.6 Hasil Uji Independent Sample T-Test

Analisis Perbedaan Persepsi Konsumen berdasarkan Pendidikan Responden

No Variabel Responden Mean t Prob

1 Persepsi Tamatan

Perguruan Tinggi

Bukan Tamatan Perguruan Tinggi

Tabel III.7 Hasil Uji Independent Sample T-Test

Analisis Perbedaan Persepsi Konsumen berdasarkan Merk Krim Pemutih yang Digunakan

No Variabel Merk yang

digunakan

Mean t Prob

1 Persepsi Pond’s

(51)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A.Profil Perusahaan Unilever Indonesia

1. Sejarah Unilever Indonesia

  PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5

Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33

yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini

disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat

No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di

Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan

diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934

Tambahan No. 3.

Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi

tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever

Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir

Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT

Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman

dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari

1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998

Tambahan No. 39.

Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek

(52)

Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981

pada tanggal 16 November 1981.

2. Perluasan Unilever Indonesia

Pada tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan

perjanjian dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan

perusahaan baru yakni PT Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di

bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap,

saus cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan

Sakura dan merk-merk lain atas dasar lisensi perusahaan kepada PT Al.

Pada tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian

dengan Texchem Resources Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru

yakni PT Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor

dan impor barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos

Nomos. Pada tanggal 7 November 2003, Texchem Resources Berhad

mengadakan perjanjian jual beli saham dengan Technopia Singapore

Pte. Ltd, yang dalam perjanjian tersebut Texchem Resources Berhad

sepakat untuk menjual sahamnya di PT Technopia Lever kepada

Technopia Singapore Pte. Ltd.

Dalam Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8

Desember 2003, perusahaan menerima persetujuan dari pemegang

saham minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT

KI) dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi

(53)

37

 

antara perusahaan dan Unilever Overseas Holdings Limited pada

tanggal 21 Januari 2004. Pada tanggal 30 Juli 2004, perusahaan

digabung dengan PT KI. Penggabungan tersebut dilakukan dengan

menggunakan metoda yang sama dengan metoda pengelompokan

saham (pooling of interest). Perusahaan merupakan perusahaan yang

menerima penggabungan dan setelah penggabungan tersebut PT KI

tidak lagi menjadi badan hukum yang terpisah. Penggabungan ini sesuai

dengan persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

dalam suratnya No. 740/III/PMA/2004 tertanggal 9 Juli 2004.

Pada tahun 2007, PT Unilever Indonesia Tbk. (Unilever) telah

menandatangani perjanjian bersyarat dengan PT Ultrajaya Milk

Industry & Trading Company Tbk (Ultra) sehubungan dengan

pengambilalihan industri minuman sari buah melalui pengalihan merk

“Buavita” dan “Gogo” dari Ultra ke Unilever. Perjanjian telah terpenuhi

dan Unilever dan Ultra telah menyelesaikan transaksi pada bulan

Januari 2008.

Kronologi :

1920-30 Import oleh van den Bergh, Jurgen and Brothers

1933 Pabrik sabun – Zeepfabrieken NV Lever – Angke, Jakarta

1936 Produksi margarin dan minyak oleh Pabrik van den Bergh

NV – Angke, Jakarta

1941 Pabrik komestik – Colibri NV, Surabaya

(54)

1965-66 Di bawah kendali pemerintah

1967 Kendali usaha kembali ke Unilever berdasarkan

undang-undang penanaman modal asing

1981 Go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta

1982 Pembangunan pabrik Ellida Gibbs di Rungkut, Surabaya

1988 Pemindahan Pabrik Sabun Mandi dari Colibri ke Pabrik

Rungkut, Surabaya

1990 Terjun di bisnis teh

1992 Membuka pabrik es krim

1995 Pembangunan pabrik deterjen dan makanan di Cikarang,

Bekasi

1996-98 Penggabungan instalasi produksi – Cikarang, Rungkut

1999 Deterjen Cair NSD – Cikarang

2000 Terjun ke bisnis kecap

2001 Membuka pabrik teh – Cikarang

2002 Membuka pusat distribusi sentral Jakarta

2003 Terjun ke bisnis obat nyamuk bakar

2004 Terjun ke bisnis makanan ringan

2005 Membuka pabrik sampo cair – Cikarang

2008 Terjun ke bisnis minuman sari buah

3. Misi Unilever Indonesia

(55)

39

 

b. Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi

kebutuhan dan aspirasi konsumen.

c. Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan

komunitas.

d. Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses.

e. Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang

tinggi.

f. Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan

dan memberikan imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang

saham.

g. Mendapatkan kehormatan kerena integritas tinggi, peduli kepada

masyarakat dan lingkungan hidup.

B.Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan

1. Dewan Komisaris

Presiden Komisaris : Louis Willem Gunning

Komisaris : Theodore Permadi Rachmat

Kuntoro Mangkusubroto

Cyrillus Harinowo

Bambang Subianto

2. Direksi

Presiden Direktur : Maurits Daniel Rudolf Lalisang

(56)

Mohammad Effendi Soeparsono

Josef Bataona

Surya Dharma Mandala

Debora Herawati Sadrach

Andreas Moritz Egon Rompis

C.Produk Pond’s

1. Sejarah Pond’s

Krim Pond’s ditemukan di Amerika Serikat sebagai obat oleh ilmuwan Theron T. Pond pada tahun 1846. Pond mengambil sari pati

teh penyembuh dari witch hazel, dan mendapati bahwa sari pati

tersebut dapat menyembuhkan goresan kecil dan penyakit lain. Tidak

lama kemudian produk tersebut dikenal dengan nama Pond’s Extract.

Menjelang 1910an, Pond’s menjadi merk yang paling terkenal di

antara merk-merk yang lain. Mengkhususkan diri pada krim

pembersih Pond’s, perusahaan Pond’s memulai kampanye niaga yang

kemudian menjadi terkenal karena banyak kaum selebritis yang

terlibat di dalamnya.

2. Kegiatan (aktivasi) Pond’s

a. Pond’s Miracle Lab

  Karena Pond's memasuki pasar masstige atau premium

(57)

41

 

perlu didukung dengan aktivasi premium dan massive. Agar misi

ini terjawab Pond's meluncurkan aktivasi Miracle Labnya yang

tidak hanya sekedar membawa produk Pond’s premium melalui

counter kecantikan seperti yang dilakukan produk kulit lain,

namun membawa total citra Pond’s ke tingkat yang lebih tinggi

yang menghadirkan produk anti penuaan dini yang lebih mutakhir,

lebih utama, dengan perhatian para ahli yang lebih besar pada Anti

Penuaan Dini sebagai andalan produk. Oleh karena itu dalam

aktivasi ini Pond's menciptakan gebrakan besar dan kemudian

diikuti dengan amplifikasi berita secara luas sehingga hal ini

membantu menimbulkan citra dalam persepsi masyarakat tentang

Pond’s sebagai produk premium terdepan dalam kategori

anti-penuaan dini.

b. Pond’s White Class

Alasan utama mengapa Pond’s melakukan aktivasi ini

adalah karena masih banyaknya pelanggan yang salah mengerti

tentang pelembab. Mereka merasa bahwa mereka tidak

memerlukan pelembab karena mereka masih terlalu muda, merasa

bahwa pelembab hanya akan membuat kulit mereka menjadi

berminyak, dan masih banyak lagi alasan lain mengapa mereka

memilih untuk tidak menggunakan pelembab. Namun demikian,

Pond’s merasa perlu untuk mengadakan kampanye pendidikan

(58)

konsumen dengan memperkenalkan dan menekankan pada manfaat

penggunaan pelembab sejak dini. Pesan kampanye kami adalah

“Dengan Pond’s, Putih dan Bersinar itu Mudah”, yang

menyampaikan dua manfaat: baik fisik dan emosional karena kami

menekankan bahwa kulit yang lebih putih memberi anda lebih

banyak kesempatan untuk menikmati hidup ini.

c. Pond’s Beautylogy

Untuk menarik kaum muda yang menjadi sasaran pasar

produk pembersih, Pond's mulai melakukan aktivasi Beautylogy ini

pada awal tahun 2007. Tujuan utama aktivasi ini adalah

menyampaikan pesan yang mendidik dan membuat kampanye

yang menyenangkan untuk kelompok sasaran kaum muda

Indonesia sambil membangun pesan inti Pond’s “satu solusi untuk

memecahkan 5 masalah anda”. Dalam aktivasi acara dari satu

tempat ke tempat lain Pond's juga memperkenalkan Bunga Citra

Lestari sebagai Duta Merknya, sosok sempurna untuk mewakili

kalangan wanita remaja dewasa ini.

(59)

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN DATA

A.Analisis Data Deskriptif

Karakteristik responden dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan usia

responden, pendidikan responden, dan merk krim pemutih wajah yang

digunakan responden. Data mengenai responden ini hanya untuk melihat

karakteristik responden yaitu responden wanita yang merupakan pengguna

krim pemutih wajah di beberapa wilayah Yogyakarta yaitu Jalan Kaliurang,

Condong Catur, Demangan Baru, Mrican dan Nagan Lor. Responden

berjumlah 100 orang. Persentase karakteristik responden dihitung dengan

teknik analisis persentase responden. Dari jumlah tersebut, menunjukkan

karakteristik responden sebagai berikut :

a. Usia responden

Berdasarkan usia responden, penulis membagi 3 kelompok syaitu

kelompok usia di bawah 22 tahun, 22-33 tahun, dan di atas 33 tahun.

Data karakteristik responden berdasarkan usia dapat ditunjukkan pada

(60)

Tabel V.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden

Usia Jumlah Persentase (%)

< 22 tahun 37 37 %

22-33 tahun 43 43 %

> 33 tahun 20 20 %

Total 100 100 %

Sumber : Data primer yang diolah, 2010

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang

berusia kurang dari 22 tahun adalah sebanyak 37 orang atau

sebanyak 37 %, responden yang berusia 22-33 tahun sebanyak 43

orang atau sebesar 43 %, dan responden yang berusia lebih dari 33

tahun sebanyak 20 orang atau sebesar 20 %. Dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa menurut usia responden, responden terbanyak

adalah responden berusia 22-33 tahun yaitu sebanyak 20 orang atau

sebesar 20 %.

b. Pendidikan responden

Berdasarkan pendidikan responden, terdiri atas 2 kelompok

yaitu kelompok tamatan perguruan tinggi dan bukan tamatan

perguruan tinggi. Data karakteristik responden berdasarkan

(61)

45

 

Tabel V.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah Persentase

(%)

Tamatan Perguruan Tinggi 28 28 %

Bukan Tamatan Perguruan Tinggi 72 72 %

Total 100 100 %

Sumber : Data primer diolah, 2010

Dari data tersebut di atas, dapat dilihat bahwa responden

yang merupakan tamatan perguruan tinggi adalah sebanyak 28

orang atau sebesar 28 %, sedangkan responden yang merupakan

bukan tamatan perguruan tinggi adalah sebanyak 72 orang atau

sebesar 72 %. Dalam penelitian ini, yang dimaksud tamatan

perguruan tinggi adalah responden yang merupakan tamatan D3,

S1, dan S2. Kelompok ini masuk dalam lain-lain (kuesioner).

Sedangkan yang dimaksud bukan tamatan perguruan tinggi adalah

responden yang merupakan tamatan SD, SMP, dan SMA. Dari data

tersebut, dapat disimpulkan bahwa menurut pendidikan, responden

terbanyak adalah responden yang merupakan bukan tamatan

perguruan tinggi yaitu sebanyak 72 orang atau sebesar 72 %.

3. Merk krim pemutih wajah yang digunakan responden

Berdasarkan merk krim pemutih wajah yang digunakan

responden, terdiri atas 2 kelompok yaitu pengguna Pond’s dan

pengguna bukan Pond’s. Untuk pembagian kuesioner berdasarkan

(62)

responden berdasarkan merk krim pemutih wajah yang digunakan

responden dapat dilihat pada tabel V.3 berikut ini :

Tabel V.3

Karakteristik Responden berdasarkan Merk Krim Pemutih Wajah yang Digunakan

Merk Jumlah Persentase (%)

Pond’s 50 50%

Bukan Pond’s 50 50 %

Total 100 100 %

Sumber : Data primer diolah, 2010

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa untuk pengguna merk

Pond’s dan pengguna merk bukan Pond’s berjumlah sama besar

yaitu 50 orang atau sebesar 50 %.

B.Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan

nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2. Dalam

hal ini n adalah jumlah sampel saat pengujian validitas. Jadi, n = 30.

Dan besarnya df dapat dihitung 30-2 = 28 dengan df = 28 dan alpha =

0,05 didapat r tabel = 0,361 (lihat r tabel pada df = 28 dengan uji 2 sisi).

Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka butir atau

(63)

47

 

(Imam Ghozali,2006:45). Adapun hasil uji validitas ditunjukkan sebagai

berikut :

Tabel V.4 Hasil Uji Validitas Variabel Corrected

Item-Total Correlation

r tabel Keterangan

Pernyataan 1 0,693 0,361 Valid

Pernyataan 10 0,391 0,361 Valid

Sumber : Data primer diolah, 2010

Hasil uji validitas di atas adalah hasil uji validitas 8

pernyataan. Di sini, penulis menghilangkan 2 item pernyataan

yaitu pernyataan 8 dan pernyataan 9 karena hasil uji validitas

kedua item pernyataan tersebut tidak valid atau < 0,361 (lihat

lampiran).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas suatu instrument menunjukkan hasil pengukuran

dari suatu instrument yang tidak mengandung bias atau bebas dari

(64)

pengukuran yang konsisten dan stabil (tidak berubah) dalam kurun

waktu dan berbagai item atau titik (point) dalam instrumen

(Suharso, 2009:106). Menurut Nunally (dalam Ghozali, 2006:41)

suatu butir pertanyaan dikatakan reliabel jika nilai koefisien yang

dihasilkan lebih besar dari 0,6 (r > 0,6). Dalam penelitian ini, nilai

koefisien reliabilitas adalah 0,890.

C. Analisis Data Kuantitatif

1. Untuk menentukan kriteria jawaban responden

Jawaban tiap-tiap pertanyaan Skor

a. Sangat Setuju 5

b. Setuju 4

c. Netral 3

d. Tidak Setuju 2

e. Sangat Tidak Setuju 1

Untuk memecahkan masalah 1 menggunakan Anova Oneway.

Pengujian Hipotesis 1:

H0 : Tidak ada perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk

krim pemutih wajah Pond’s berdasarkan usia responden.

H1 : Ada perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk krim

(65)

49

 

Tabel V.5

Hasil Uji Anova Berdasarkan Usia Responden

Variabel Df F Sig.

Persepsi 2:97 0,269 0,765

Sumber : Data primer diolah, 2010

Dari hasil uji anova di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk krim

pemutih wajah Pond’s berdasarkan usia responden. Hal ini dapat

diketahui dari nilai p > 0,05. Jadi, H0 diterima.

Untuk memecahkan masalah 2 dan 3 menggunakan Independent

Sample t-Test. Uji t digunakan untuk mengetahui apakah ada

perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk krim

pemutih wajah Pond’s berdasarkan pendidikan responden dan

merk krim pemutih yang digunakan responden.

Pengujian Hipotesis 2:

H0 : Tidak ada perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk

krim pemutih wajah Pond’s berdasarkan pendidikan responden.

H2: Ada perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk krim

pemutih wajah Pond’s berdasarkan pendidikan responden.

Tabel V.6

Hasil Uji Independent Sample t-Test Persepsi Konsumen pada Etika Iklan berdasarkan Pendidikan Responden

Variabel Df T Sig.

Persepsi 48 0,034 0,973

(66)

Dari hasil uji t di atas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

persepsi konsumen pada etika iklan berdasarkan pendidikan

responden. Hal ini dapat diketahui dari nilai p > 0,05. Jadi, H0

diterima.

Pengujian hipotesis 3:

H0 : Tidak ada perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan

produk krim pemutih wajah Pond’s berdasarkan merk

krim pemutih wajah yang digunakan responden.

H3 : Ada perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk

krim pemutih wajah Pond’s berdasarkan merk krim

pemutih wajah yang digunakan responden.

Tabel V.7

Hasil Uji Independent Sample t-Test Persepsi Konsumen pada Etika Iklan berdasarkan Merk Krim Pemutih

yang Digunakan Responden

Variabel Df T Sig.

Persepsi 80 - 1,476 0,144

Sumber : Data primer diolah, 2010

Dari hasil uji t di atas, menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan persepsi konsumen pada etika iklan produk krim

pemutih wajah Pond’s berdasarkan merk krim pemutih wajah

yang digunakan responden. Hal ini dapat diketahui dari nilai

Gambar

Tabel III.2 Tabel Independent Sample t-Test
Tabel III.3 Uji Independent Sample t-Test berdasarkan
Tabel III.5 Anova Oneway
Tabel III.6 Hasil Uji Independent Sample T-Test
+7

Referensi

Dokumen terkait

Membantu praktikan untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan peserta didik baik di kelas (dalam proses pembelajaran) maupun di luar kelas (luar jam belajar) sehingga

Analisis data menggunakan SPSS Versi 22 dengan pengujian hipotesis melalui statistik parametrik, uji perbedaan rata-rata (paired samples t-test dan independent

Judul : Peningkatan Pengetahuan ddan Keterampilan Tentang Penerapan Teknik Makrame Untuk meningkatkan Sumbr Daya Guru Pada Pelajaran KTK Bagi Guru SD DI Kecamatan Tugu

Dana Bagi Hasil (DBH) memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Sarbagita Provinsi Bali. Hal ini menunjukkan bahwa peorlehan

Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsumsi zat gizi bagi manula, konsumsi zat gizi rata-rata, status gizi manula melalui BB dan TB,

Suatu keunggulan kompetitif muncul ketika sebuah perusahaan dapat menghasilkan produk yang sama dengan yang dihasilkan pesaingnya dengan biaya yang lebih rendah (cost

Pengujian rangkaian pengondisi sinyal menggunakan masukan berupa tegangan dari catu daya pada modul kendali PID yang dihubungkan pada potensiometer sehingga didapatkan

Pada tugas akhir ini dilakukan pengamatan kesuburan perairan dengan analisis citra satelit Aqua MODIS Level 1b untuk konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan