SKRIPSI
KEAKTIFAN SISWA BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN
DATAR SEGIEMPAT MELALUI METODE
NUMBERED HEADS TOGETHER
PADA SISWA KELAS VII-A SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA
Oleh:
Wisnu Broto
NIM. 061414089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
SKRIPSI
KEAKTIFAN SISWA BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN
DATAR SEGIEMPAT MELALUI METODE
NUMBERED HEADS TOGETHER
PADA SISWA KELAS VII-A SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA
Oleh:
Wisnu Broto
NIM. 061414089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
Kedua Orangtuaku: Agus Kusumo Broto dan Windarsih
My Luv: Ika Sulisviandari
Semua orang yang selalu mendukung
dan menyayangi saya.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang saya sebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagai layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Juli 2012
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama
: Wisnu Broto
Nomor mahasiswa : 061414089
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul :
“
KEAKTIFAN SISWA BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN
DATAR SEGIEMPAT MELALUI METODE
NUMBERED HEADS TOGETHER
PADA SISWA KELAS VII-A SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA
”.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Unviersitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media
lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara
terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu memita ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian ini
pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.
Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 18 Juli 2012
Yang menyatakan
vii
ABSTRAK
Wisnu Broto, 2012. Keaktifan Siswa Belajar Matematika Materi Bangun
Datar Segiempat Melalui Metode
Numbered Heads Together
Pada Siswa
Kelas VII-A SMP BOPKRI 2 Yogyakarta. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam
pembelajaran matematika materi bidang datar segiempat dengan menggunakan
metode
Numbered Heads Together
pada siswa kelas VII-A SMP BOPKRI 2
Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah
siswa-siswi SMP BOPKRI 2 Yogyakarta kelas VII-A semester genap tahun ajaran
2010/2012 sedangkan objek yang diteliti adalah keaktifan siswa kelas VII-A SMP
BOPKRI 2 Yogyakarta dalam belajar matematika materi bangun datar segiempat.
Pengumpulan data diperoleh melalui dokumentasi pembelajaran, lembar
pengamatan aktivitas siswa dan wawancara siswa. Dokumentasi rekaman video
pembelajaran dan wawancara dilakukan transkripsi dan dianalisis secara kualitatif
deskriptif, sedangkan data lembar pengamatan dikumpulkan menjadi kumpulan
data yang dianalisis menggunakan persentase.
viii
ABSTRACT
Wisnu Broto, 201
2. Students’ activity learning Mathematic
on Quadrilateral
topic using Numbered Head Together Method in class VII-A BOPKRI 2
Yogyakarta Junior High School. Thesis. Mathematic Education Study
Program, Mathematics and Science Education Department, Faculty Of
Teacher Training and Education , Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This study aims to own determine how far students activity in learning
Quadrilateral materials using
Numbered Heads Together
method in class VII-A
students BOPKRI 2 Yogyakarta Junior Academic year 2010/2011.
This studies includes qualitative descriptive study. The subject of this study are
students class VII-A BOPKRI 2 Yogyakarta Junior High School year 2012/2012
while the object which is researched is students’activity class VII
-A Junior High
School BOPKRI 2 Yogyakarta in learning mathematic quadrilateral materials.
The collection of the data are obtained through learning documentation, students
activities observation sheet and students inteview. While, Recorded
documentation learning video and interview is done by transcription and
analyzation with descriptive qualitative, and observation data sheet collected
become which are analyzed using presentation.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT
, berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Namun karena kuasa dan
campur tangan-Nya tantangan dan masalah tersebut mampu penulis hadapi.
Skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa bantuan, saran, dan
nasehat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
Bapak Rohadi, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2.
Bapak Dr. M. Andy Rudhito, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
3.
Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan
penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyusun skrisi ini.
4.
Bapak Drs. Sugiarto Pudjohartono, M.T dan Ibu Elisabet Ayunika Permata
Sari S.Pd., M.Sc.,
selaku dosen penguji skripsi ini.
5.
Segenap Dosen Pendidikan Matematika tempat penulis menimba ilmu di
Universitas Sanata Dharma.
6.
Segenap
Staff
Sekretariat JPMIPA yang telah membantu segala sesuatu
mengenai administrasi selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma.
7.
Bapak Yulius, S.Pd dan Bapak Suwasdi, S.Pd, selaku Kepala Sekolah dan
Guru Matematika kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta. Terimakasih
x
8.
Siswa kelas VII-A SMP BOPKRI 2 Yogyakarta yang menjadi subjek
penelitian.
9.
Kedua orang tuaku beserta saudara-saudaraku Bapak Agus Kusumo Broto,
Ibu Windarsih, Mbak Yuni Wulandari dan Adik Wahyu Priono.
Terimakasih atas semua yang diberikan kepada penulis. Pak, Mak maafkan
saya karena membuat kalian lama menunggu kelulusan saya.
10.
Bapak Drs. H. Lanjariyanto, Ibu Dra. Hj. Rindiyanti, Bapak Tukiman, Ibu
Teguh Rahayu
(Almh)
, Adik Ika Sulisviandari, dan Adik Lutfhiatun Fatimah.
Terima kasih karena menerima penulis kedalam keluarga yang baru.
11.
Teman-teman seperjuangan, Budi Kurniyanto, Dedi Deasensius, dan Pendi
Santoso. Terima kasih karena membantu penulis merekam video saat
mengambil data di sekolah.
12.
Dan semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, walaupun
demikian semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 18 Juli 2012
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT
... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB. I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ... 1
B.
Identifikasi Masalah ... 5
C.
Pembatasan masalah ... 6
D.
Rumusan Masalah ... 6
E.
Batasan Istilah ... 6
F.
Tujuan Penelitian ... 8
xii
BAB. II LANDASAN TEORI
A.
Pembelajaran Kooperatif ... 10
B.
Metode
Numbered Heads Together
(NHT) ... 16
C.
Keaktifan Siswa ... 18
D.
Bidang Datar Segiempat ... 21
BAB. III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian ... 42
B.
Subjek dan Objek Penelitian ... 43
C.
Waktu dan Tempat Penelitian ... 43
D.
Metode Pengumpulan Data ... 43
E.
Instrumen Pengumpulan Data ... 44
F.
Teknik Analisis Data ... 48
BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A.
Deskripsi dan Analisis Hasil Penelitian
... 51
B.
Hasil dan Analisis Instrumen Pengamatan ... 77
C.
Hasil dan Analisis Instrumen Wawancara ... 82
D.
Rangkuman Hasil Analisis ... 86
BAB. V PENUTUP
A.
Kesimpulan ... 90
B.
Kontribusi dan Keterbatasan Penelitian ... 90
xiii
DAFTAR PUSTAKA ... 92
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
Keterangan
Halaman
3.1
Pedoman penyusunan (kisi-kisi) lembar pengamatan
45
3.2
Pedoman penyusunan (kisi-kisi) lembar wawancara
47
4.1
Aktifitas siswa
77
4.2
Skor aktifitas siswa
78
4.3
Data aktifitas siswa
80
4.4
Kriteria aktif
81
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Keterangan
Halaman
2.1
Persegi
22
2.2
Sisi-sisi persegi yang berhadapan sejajar
22
2.3
Diagonal persegi sama panjang
22
2.4
Sudut persegi dibagi dua sama besar
23
2.5
Diagonal persegi berpotongan saling tegak lurus
23
2.6
Keliling dan luas persegi
24
2.7
Persegi panjang
25
2.8
Diagonal persegi panjang sama panjang dan saling
membagi dua sama besar
26
2.9
Keliling dan luas persegi panjang
26
2.10
Jajargenjang
27
2.11
Panjang sisi-sisi
jajargenjang
yang berhadapan sama
panjang dan sejajar
28
2.12
Sudut-sudut
jajargenjang
yang berhadapan sama besar
28
2.13
Jumlah pasangan sudut jajargenjang yang saling
berdekatan adalah 180º
29
2.14
Diagonal jajargenjang saling membagi dua sama panjang
29
2.15
Keliling jajargenjang
29
2.16
Luas jajargenjang
30
xv
2.18
Diagonal belah ketupat merupakan sumbu simetri
31
2.19
Diagonal belah ketupat saling membagi dua sama panjang
dan saling berpotongan tegak lurus
32
2.20
Sudut-sudut belah ketupat yang berhadapan sama besar
dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya
32
2.21
Keliling dan luas belah ketupat
33
2.22
Layang-layang
34
2.23
Masing-masing sepasang sisi layang-layang sama panjang
35
2.24
Sudut layang-layang yang berhadapan sama besar
35
2.25
Keliling dan luas layang-layang
36
2.26
Trapesium
38
2.27
Trapesium sebarang
38
2.28
Trapesium sama kaki
39
2.29
T
rapesium
siku-siku
39
2.30
Jumlah sudut trapesium yang berdekatan di antara dua
sisi sejajar adalah 180º
40
2.31
Keliling trapesium
40
2.32
Luas trapesium
41
4.1
Aktifitas diskusi siswa pertemuan 1
52
4.2
Beberapa siswa bertanya kepada guru
53
4.3
Aktifitas siswa mengerjakan soal
54
4.4
Aktifitas siswa presentasi kelompok
57
4.5
Aktifitas diskusi siswa pertemuan 2
59
4.6
Aktifitas diskusi siswa pertemuan 3
64
4.7
Aktifitas presentasi kelompok pertemuan 3
67
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Keterangan
A.1
Rencana pelaksanaan pembelajaran
A.2
Lks persegi panjang
xvi
A.4
Lks jajar genjang
A.5
Lks belah ketupat
A.6
Lks layang-layang
A.7
Lks trapesium
B.1
Lembar pengamatan aktivitas siswa pertemuan 1
B.2
Lembar pengamatan aktivitas siswa pertemuan 2
B.3
Lembar pengamatan aktivitas siswa pertemuan 3
B.4
Lembar pengamatan aktivitas siswa pertemuan 4
B.5
Lembar pengamatan aktivitas siswa pertemuan 5
B.6
Lembar pengamatan aktivitas siswa pertemuan 6
B.7
Tabel hasil pengamatan
C.1
Transkripsi pertemuan 1
C.2
Transkripsi pertemuan 2
C.3
Transkripsi pertemuan 3
C.4
Transkripsi pertemuan 4
C.5
Transkripsi pertemuan 5
C.6
Transkripsi pertemuan 6
C.7
Transkripsi wawancara
D.1
Surat ijin observasi dan penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang
memungkinkan kepada anak didik untuk mengembangkan bakat dan
kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan
berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan
masyarakat. Namun dewasa ini banyak orang berpendapat bahwa mutu
pendidikan saat ini cukup rendah. Rendahnya mutu pendidikan ini dapat di lihat
atau dirasakan langsung di lingkungan sekitar kita.
Salah satu contohnya adalah hasil ujian nasional. Mengutip salah satu
berita yang ada di internet di
posting
hari rabu, 28 April 2010
(http://regional.kompas.com/read/2010/04/28/08461180/Duh.Tak.Lulus.UN.Bunuh.Diri). JAMBI,
KOMPAS.com - Mengejutkan! Wahyu Ningsih (19), siswi sebuah SMKN di
Muaro Jambi yang kemarin ditemukan tewas menelan racun jamur tanaman itu
ternyata peraih nilai ujian nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia tertinggi.
Ningsih, demikian kawannya biasa memanggil, memiliki nilai Bahasa Indonesia
delapan. Dalam SMS yang ia kirim sebelum menelan racun itu, mengaku sangat
syok karena amplop berisi keterangan kelulusan itu menjelaskan bahwa almarhum
Rendahnya mutu pendidikan dapat dipengaruhi oleh mungkin karena
diduga sulitnya pelajaran yang dipelajari misalnya matematika. Matematika oleh
kebanyakan siswa merupakan suatu pelajaran yang sukar dibandingkan dengan
mata pelajaran lain. Adanya pendapat seperti ini juga menyebabkan siswa
cenderung untuk menghafal dari pada memahami konsep-konsep dalam
matematika. Sehingga konsep-konsep dasar hampir tidak dipahami. Siswa
cenderung untuk menghafal konsep-konsep tanpa pemahaman. Sehingga akan
berakibat pada rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep matematika.
Rendahnya pemahaman siswa terhadap matematika dapat dilihat dari rendahnya
nilai hasil tes matematika dibandingkan hasil tes pelajaran lain.
Selain sukarnya mata pelajaran, rendahnya mutu pendidikan juga dapat
disebabkan oleh cara guru dalam penyapaian materi pelajaran. Kita mengerti
masih banyak guru yang mengajar dengan cara ceramah dan mencatat semua
materi dipapan tulis sementara siswa hanya duduk mendengarkan dan mencatat
apa yang diberikan oleh guru. Siswa menjadi kurang aktif karena ilmu yang
diperoleh hanya berasal dari guru, bukan dari pengalaman belajar siswa dalam
memecahkan masalah dalam pembelajaran. Akibatnya memungkinkan siswa
belajar dengan cara menghafal. Demikian pula pada siswa SMP BOPKI 2
Yogyakarta kelas VII-A mereka masih mempunyai kondisi seperti diatas bahkan
terlihat kurang aktif dalam pembelajaran matematika materi bangun datar
Suasana belajar yang sehat dan kondusif bagi siswa untuk belajar
matematika dapat mencakup suasana belajar tanpa tekanan, penuh tantangan,
penuh kebebasan, penuh penghargaan, penuh kehangatan, penuh
pengalaman-pengalaman sukses serta aturan yang jelas. Jika guru mampu menciptakan suasana
tersebut di dalam kelas kemungkinan besar konsep diri siswa terhadap pelajaran
matematika menjadi positif. Dengan demikian, jika konsep diri siswa terhadap
pelajaran matematika positif maka diharapkan prestasi belajar siswa juga
meningkat.
Pendidikan merupakan proses pengembangan pengetahuan dan karakter
serta sikap hidup diri manusia. Dari paparan tersebut kita dapat mengetahui bahwa
keberhasilan pendidikan tidak hanya dilihat dari prestasi akademik saja, tetapi
bagaimana setiap individu mampu mengembangkan pengetahuannya dalam
kehidupan nyata maupun dari sikap atau tingkah laku yang dilakukan sehari-hari.
Sering kali tidak menyadari bahwa cara belajar mereka sejak sekolah dasar
hingga perguruan tinggi tidak berubah-ubah. Misalnya, cara mempelajari dengan
hafalan (Hakim, 2005 : 63). Kebanyakan guru masih menerapkan pembelajaran
konvensioanal dimana guru sebagai pusat pembelajaran
yang “siap mentransfer”
ilmunya langsung kepada siswa, dengan kata lain guru aktif sedangkan siswa pasif
selama kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran konvensional guru juga
kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan
pembelajaran seperti mengungkapkan ide-ide atau gagasan-gagasan matematika.
Sedangkan di dalam proses pembelajaran matematika, aktivitas
pembelajaran, yaitu siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran dan guru
sebagai pengelola proses pembelajaran. Sehingga akan terjadi kerjasama atau
interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan sumber
belajarnya. Untuk itu, perlu dicari suatu alternatif pembelajaran matematika yang
dapat meningkatkan aktivitas belajar dan memberi kesempatan pada siswa untuk
mengungkapkan ide atau gagasan matematikanya secara optimal, sehingga siswa
menjadi lebih kreatif.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa dalam
belajar matematika, model pembelajaran kooperatif juga belum dicoba di SMP
BOPKI 2 Yogyakarta kelas VII-A.
Menurut Kagan (1994 :8 dalam Rismianti dan Susento, 2006),
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berisi
serangkaian aktivitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa
sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur
antar pelajar dalam grup yang bersifat sosial dan masing-masing pelajar
bertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani.
Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil saling bantu membantu satu sama lain. Tiap kelompok-kelompok terdiri dan
3 sampai 5 siswa, dengan latar belakang yang heterogen.
Dari sekian banyak metode-metode kooperatif, peneliti memilih
pembelajaran kooperatif metode
Numbered Heads Together
. Hal itu dikarenakan
siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai pemahaman yang maksimal. Dibandingkan beberapa
metode kooperatif, menurut peneliti metode
Numbered Heads Together
ini cukup
sederhana akan tetapi cukup efektif dalam pembelajaran matematika. Siswa
menjadi aktif, saling membantu dalam belajar matematika dan yang terpenting
tujuan pembelajaran matematika itu tercapai.
B.
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
a.
Rendahnya mutu pendidikan SMP BOPKI 2 Yogyakarta kelas VII-A.
b.
Guru mengajar masih dengan cara konvensional (cara ceramah).
c.
Pembelajaran matematika yang belum kondusif.
d.
Belum digunakannya pembelajaran kooperatif
Numbered Head Together
salah
satu metode kooperatif yang menekankan pada aktivitas dan saling membantu
dalam pembelajaran.
e.
Siswa SMP BOPKI 2 Yogyakarta kelas VII-A mereka masih terlihat kurang
aktif dalam pembelajaran matematika, belum dicoba model pembelajaran
kooperatif yang merupakan salah satu alternatif untuk membuat siswa aktif
C.
Pembatasan masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka akan
lebih terfokus apabila penelitian ini dibatasi pada :
1.
Keaktifan siswa dalam belajar matematika materi bangun datar segiempat.
2.
Metode yang digunakan adalah metode kooperatif
Numbered Head Together.
3.
Materi yang digunakan adalah materi bangun datar segiempat.
4.
Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa SMP kelas VII-A SMP
BOPKRI 2 Yogyakarta.
D.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah di atas, dapat rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana keaktifan siswa belajar matematika materi bangun datar segiempat
yang terjadi melalui penggunaan metode
Numbered Head Together
pada siswa
kelas VII-A SMP BOPKRI 2 Yogyakarta.
E.
Batasan Istilah
Istilah-istilah dalam rumusan pertanyaan di atas didefinisikan sebagai
berikut:
1.
Yang di teliti dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa belajar matematika
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
Numbered Head
2.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok yang bekerja sama menyelesaikan permasalahan
dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran.
3.
Model pembelajaran kooperatif
Numbered Head Together (NHT)
adalah
salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menggunakan kelompok
belajar dan pemberian nomor. Guru membagi siswa menjadi beberapa tim
beranggota tiga sampai lima orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa
pada masing-masing tim memiliki nomor satu sampai lima. Kemudian
selanjutnya guru memberikan soal.
4.
Yang dimaksud keaktifan siswa dalam penelitian ini adalah keaktifan yang
dilihat dari kegiatan siswa mengemukakan pendapatnya, mengajukan
pertanyaan kepada guru atau teman, menjawab pertanyaan guru atau teman,
membantu teman yang belum memahami materi bangun datar segiempat,
mengerjakan apa yang diperintahkan dalam LKS, melakukan yang diperintah
oleh guru dalam diskusi kelompok di kelas dan saat siswa melakukan
presentasi di depan kelas.
5.
Siswa dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-A SMP SMP BOPKRI 2
Yogyakarta tahun ajaran 2010/ 2011.
6.
Materi bidang datar segiempat sesuai dengan materi dan kurikulum Nasional
tahun 2006 untuk siswa SMP kelas VII semester genap. Bidang datar untuk
siswa SMP kelas VII terdiri dari persegi, persegi panjang, belah ketupat,
Dari batasan di atas yang dimaksud dengan judul keaktifan siswa belajar
matematika materi bangun datar segiempat melalui metode
Numbered Head
Together
pada siswa kelas VII-A SMP BOPKRI 2 Yogyakarta, yaitu
mengkondisikan pembelajaran dengan menggunakan metode
Numbered Head
Together
untuk memaksimalkan aktifitas pembelajaran sehingga tercipta
pembelajaran yang menyenangkan dan siswa terpacu untuk belajar dan
berkerjasama. Dalam penelitian ini materi pembelajaran adalah bangun datar
segiempat.
F.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
oleh peneliti dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar keaktifan
siswa dalam belajar matematika materi bangun datar segiempat pada siswa SMP
kelas VII-A SMP BOPKRI 2 Yogyakarta menggunakan metode
Numbered Head
Together.
G.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :
1.
Bagi guru dan calon guru matematika
a)
Dapat menjadi bekal untuk memahami dan mengenali kondisi siswa
secara individual dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika.
b)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan
mengenali dan mengetahui kondisi psikologis anak di kelas.
2.
Bagi penulis penelitian ini memberi pengalaman yang menarik dalam
rangka menambah pengetahuan sebagai seorang calon guru.
3.
Bagi peneliti lain hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pembelajaran Kooperatif
Menurut Kagan (1994 :8 dalam Rismianti dan Susento, 2006),
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berisi
serangkaian aktivitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa
sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi
terstruktur antar pelajar dalam grup yang bersifat sosial dan masing-masing
pelajar bertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani.
Menurut Kagan (1994 :8 dalam Rismianti dan Susento, 2006)
pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran pada
kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Tujuannya untuk
meningkatkan pemahaman suatu materi. Setiap anggota tidak hanya
bertanggung jawab terhadap apa yang dipelajari, tetapi juga bertanggung
jawab membantu teman sekelompok untuk memperoleh prestasi dalam
kelompok. Dalam kelompok, siswa mendiskusikan jawaban sampai semua
anggota kelompok memahami jawaban.
Menurut Widyantini (2006) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dan siswa yang berkemampuan tinggi,
sedang dan rendah. Tujuaannya agar siswa yang berkemampuan tinggi dapat
Pembelajaran ini juga membuat setiap siswa bertanggung jawab terhadap
kelompoknya, karena nilai siswa akan menjadi nilai kelompok. Siswa juga
akan belajar berkomunikasi dan mengeluarkan pendapat yang dimulai dari
kelompok kecil. Siswa yang biasanya kurang aktif akan mulai berani
berpendapat karena yang dihadapi adalah kelompok kecil, kemudian
lama-kelamaan siswa akan berani berpendapat dalam kelompok besar (kelas).
Menurut Kagan (1994 :8-15 dalam Rismianti dan Susento, 2006), ada
lima prinsip yang harus dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
(1). saling ketergantungan positif, (2). tanggung jawab perseorangan, (3).
tatap muka, (4). komunikasi antar anggota, dan (5). keberagaman
pengelompokan.
(1)
Saling ketergantungan positif
Pencapaian suatu tujuan individual dihubungkan dengan pencapaian
tujuan pelajar lain sehingga terjalin kerjasama yang harmonis antar
pelajar. Kerjasama dan usaha anggota-anggota kelompok akan
menentukan keberhasilan kelompok.
(2)
Tanggung jawab perseorangan
Pelajar mempunyai komitmen yang kuat untuk mengerjakan tugas karena
dia hams mempertanggungjawabkan aktivitasnya sehingga tidak
mengganggu kinerja tim.
(3)
Tatap Muka
Setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
Kesediaan para anggota kelompok untuk saling mendengarkan dan
mengutarakan pendapat mereka.
(5)
Keberagaman pengelompokan
Pelajar bekerja dalam kelompok yang anggotanya beragam baik dari segi
kemampuan, ketertarikan, etnis maupun jenis kelamin dan status sosial
mereka.
Menurut Arends (2008) Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat
banyak pendekatan yang dapat digunakan, yaitu
Student Teams Achievement
Divisions
(STAD),
Jigsaw
,
Group Investigation
(GI),
Think-Pair-Share
,
Numbered Heads Together
(NHT),
Team Assited Individualization
atau
Team
Accelerated Instruction
(TAI).
a.
Student Teams Achievement Divisions
(STAD)
Pembelajaran dengan pendekatan ini dikembangkan oleh Robert Slavin
dan rekan-rekan sejawatnya di Johns Hopkins University. Pendekatan
pembelajaran ini merupakan tipe pendekatan yang paling sederhana dan
paling mudah dipahami (Slavin, 1994, 1995, dalam Arends 2008).
Langkah-langkah penerapan pendekatan tipe ini menurut Widyantini
(2006) adalah :
a)
Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan kompetensi
dasar yang akan dicapai siswa.
b)
Guru memberikan tes atau kuis kepada siswa secara individual
c)
Guru membentuk beberapa kelompok, dengan kemampuan yang
berbeda-beda.
d)
Bahan atau materi didiskusikan dalam kelompok sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai. Pembelajaran dengan pendekatan ini
menurut Slavin (1995), biasanya digunakan untuk penguatan materi.
Guru memfasilitasi siswa untuk membuat rangkuman, mengarahkan,
dan memberikan penegasan terhadap materi.
e)
Guru memberikan tes atau kuis kepada siswa secara individual.
f)
Guru memberikan penghargaan kelompok berdasarkan peningkatan
kemampuan belajar siswa yang diperoleh dari tes/kuis
b.
Jigsaw
Metode ini dikembangkan dan diuji oleh Ellioat Aronson, dan
rekan-rekan sejawatnya (Aronson dan Patnoe, 1997, dalam Arends 2008).
Menggunakan Jigsaw, siswa-siswa ditempatkan dalam tim belajar yang
heterogen. Berbagai materi disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan
setiap siswa bertanggung jawab mempelajari satu porsi materinya. Para
anggota kelompok yang berbeda, tetapi membahas materi yang sama
berkumpul untuk saling membantu mempelajari topik tersebut. Setelah
itu, siswa kembali ke kelompok. Hampir sama dengan STAD, tidak ada
kuis tetapi hasil belajar dievaluasi dengan permainan akademik seperti
cerdas cermat, skor tim secara keseluruhan ditentukan oleh presentasi
kelompok asal dan mengajarkan sesuatu yang telah dipelajari dalam
c.
Group Investigation
(GI)
Pendekatan ini dirancang oleh Herbert Thelen (dalam Arends 2008), dan
disempurnakan oleh Sharan dan rekan-rekan sejawatnya di Tel Aviv
University (Arends, 2008). GI merupakan pendekatan kooperatif yang
paling kompleks dan paling sulit diimplementasikan. Dalam pendekatan
ini, guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen. Kemudian
siswa memilih topik-topik untuk dipelajari, melakukan investigasi
mendalam terhadap sub-sub topik yang dipilih, kemudian menyiapkan
dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
Menurut Arends (2008) pendekatan pembelajaran yang lain juga
termuat dalam pendekatan struktural. Pendekatan struktural dikembangkan
oleh Spencer Kagan (1992, 1998). Pendekatan ini menekankan penggunaan
struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Pendekatan ini mengharuskan siswa untuk bekerja secara interpenden di
kelompok-kelompok kecil dan ditandai oleh
reward
kooperatif dan bukan
reward
individual. Struktur pendekatan ini dirancang untuk mengajarkan
ketrampilan sosial atau kelompok. Macam-macam dari pendekatan struktural
ini adalah
Think-Pair-Share
dan
Numbered Heads Together
(NHT).
a)
Think-Pair-Share
Pendekatan pembelajaran ini dikembangkan oleh Frank lyman
(1985, dalam Arends 2008), dengan struktur pembelajaran sebagai
1)
Thinking
: guru mengajukan sebuah pertanyaan yang terkait dengan
pelajaran dan meminta siswa untuk menggunakan alokasi waktu untuk
memikirkan sendiri jawabannya
2)
Pairing
: setelah itu guru meminta siswa untuk berpasang-pasangan dan
mendiskusikan segala sesuatu yang siswa pikirkan atas pertanyaan dari
guru.
3)
Shairing
: langkah terakhir, guru meminta pasangan-pasangan siswa
untuk
berbagi
sesuatu
yang
sudah
dibicarakan
berpasangan
masingmasing dengan seluruh kelas.
b)
Numbered Heads Together
(NHT)
Numbered Heads Together
(NHT) dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat. Teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat
kerjasama mereka yang akibatnya siswa terdorong aktif dalam
pembelajaran dan kegiatan berkelompok, misalnya aktif dalam bertanya
pada guru dan teman, menjawab pertanyaan teman, menyampaikan ide,
mencatat hasil kerja kelompok, dan menyampaikan hasil kerja kelompok.
Langkah-langkah
Numbered Heads Together
dimulai dari guru
membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil, setiap anggota
kelompok memperoleh nomor yang berbeda dan mempunyai tanggung
jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tugas itu
memanggil nomor kelompok. Siswa yang merasa mempunyai nomor itu
maju untuk menjelaskan jawaban pada seluruh siswa.
B.
Metode
Numbered Heads Together
(NHT)
Spencer Kagan (1998, dalam Arends 2008) menjelaskan bahwa, untuk
melibatkan siswa dalam reviu berbagai materi yang dibahas dalam sebuah
pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman siswa tentang isi pelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran metode
Numbered Heads Together
menurut Kagan (1998, dalam Arends 2008) adalah sebagai berikut :
a.
Langkah 1 :
numbering
Guru membagi siswa menjadi beberapa tim beranggota tiga sampai lima
orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing-masing
tim memiliki nomor satu sampai lima.
b.
Langkah 2 :
questioning
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Bentuk pertanyaan
merupakan variasi dari guru.
c.
Langkah 3 :
heads together
Siswa menyatukan "kepalanya" untuk menemukan jawabannya dan
memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya.
d.
Langkah 4 :
answering
Guru memanggil sebuah nomor siswa dan masing-masing kelompok
yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya dan memberikan
Menurut Widyantini (2006), pada umumnya
Numbered Heads Together
(NHT) digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman
pembelajaran
atau
mengecek
pemahaman
siswa
terhadap
materi
pembelajaran.
Sedangkan langkah-langkah metode
Numbered Heads Together
(Widyantini, 2006) adalah sebagai berikut :
a.
Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b.
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok (1 kelompok berisi 4-5
siswa), dengan kemampuan yang heterogen.
c.
Setiap siswa mendapat nomor yang tidak sama.
d.
Guru memberikan apersepsi kepada siswa-siswa.
e.
Guru memberikan tugas untuk dikerjakan dan didiskusikan dalam
kelompok.
f.
Setelah kerja kelompok selesai, guru memanggil salah satu nomor. Siswa
yang merasa memiliki nomor maju untuk menjelaskan hasil kerja
kelompok kepada kelompok besar (kelas).
g.
Siswa lain boleh memberi tanggapan ataupun sanggahan. Setelah selesai
guru kemudian memanggil nomor baru untuk menjelaskan hasil kerja
kelompok. Sebelum pembelajaran selesai guru beserta semua siswa
membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran.
Dari dua pendapat di atas penulis menyimpulkan langkah-langkah
widyantini (2006). Tetapi langkah-langkah yang disebutkan widyantini
tersebut merupakan pengembangan dari empat langkah metode
Numbered
Heads Together
yang disebutkan oleh kagan (1992) yaitu:
numbering,
questioning,
heads together, answering.
C.
Keaktifan Siswa
Secara
harafiah,
aktif
berarti
giat
bekerja
atau
berusaha
(
http://kamusbahasaindonesia.org/aktif
), sedangkan keaktifan berarti kegiatan
atau kesibukan (
http://kamusbahasaindonesia.org/keaktifan
).
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang
dilakukan terhadap siswa. Oleh sebab itu, penyusunan pengetahuan
hendaklah menempatkan siswa sebagai peserta yang aktif (Lie, 2008:5)
Budi (2001 : 46) mengatakan bahwa ukuran dari kualitas pembelajaran
tidak terletak pada baiknya guru menerangkan, tetapi pada kualitas dan
kuantitas belajar siswa, dalam arti seberapa banyak dan seberapa sering siswa
terlibat secara aktif.
Usman (1995 : 22) menjelaskan aktifitas belajar murid yang dimaksud
adalah aktifitas jasmaniah maupun aktifitas mental. Aktifitas belajar murid
dapat digolongkan kedalam beberapa hal.
1.
Aktifitas visual
(visual activities)
seperti membaca, menulis, melakukan
eksperimen, dan demonstrasi.
2.
Aktivitas lisan
(oral activities)
seperti bercerita, membaca sajak, Tanya
3.
Aktivitas mendengarkan
(listening activities)
seperti mendengarkan
penjelasan guru, ceramah, mengarahkan.
4.
Aktifitas menulis
(writing activities)
seperti mengarang, membuat
makalah, membuat surat.
Lebih lanjut, Usman (1997:21) mengatakan aktivitas siswa sangat
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswalah yang seharusnya
banyak aktif, sebab siswa sebagai subjek didik adalah yang merencanakan,
dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.
Hamalik (2007:175-176) mengatakan penggunaan aktivitas besar
manfaatnya bagi pembelajaran karena:
1.
Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2.
Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
integral.
3.
Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.
4.
Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5.
Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
6.
Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara
orang tua dengan Guru.
7.
Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga
mengembangkan pemahaman serta berpikir kritis serta menghindarkan
verbalistis.
kehidupan di masyarakat.
Wijaya (1988:188) menjelaskan belajar-mengajar sesungguhnya dapat
dicapai melalui proses yang bersifat aktif. Dalam melakukan ini, siswa
menggunakan seluruh kemampuan dasar untuk melakukan berbagai kegiatan
untuk melakukan berbagai kegiatan agar memperoleh hasil belajar.
Oleh karena besarnya manfaat penggunaan aktivitas belajar, maka
diperlukan kegiatan pembelajaran yang mengupayakan keaktifan siswa.
Menurut Wijaya (1988: 188-189), ciri-ciri kegiatan belajar mengajar
yang mengupayakan keaktifan siswa yaitu:
1.
Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat perencanaan
proses belajar-mengajar.
2.
Adanya keterlibatan intelektual emosional siswa baik melalui kegiatan,
mengalami, menganalisis, berbuat, maupun pembentukan sikap.
3.
Adanya keikitsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi
yang cocok untuk berlangsungnya proses belajar-mengajar.
4.
Guru bertindak sebagai fasilitator dan koordinator belajar siswa.
5.
Menggunakan multimetode dan multimedia.(Mohammad Ali, 1983:24
dalam wijaya 1988:189).
Dalam kegiatan pembelajaran, keaktifan siswa merupakan faktor yang
penting dan dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Menurut
Budi (2001:59), cara siswa aktif dalam kegiatan kelompok antara lain
bertanya pada guru dan teman, menjawab pertanyaan teman, menyampaikan
Didalam penelelitian ini peneliti menggunakan perangkingan dalam
menentukan kriteria aktif. Kriteria itu terdiri dari tiga tingkatan, yaitu aktif,
cukup aktif atau sedang, dan kurang aktif.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan
siswa merupakan syarat berlangsungnya proses pembelajaran. Keaktifan
siswa dalam proses tersebut sangat diperlukan karena segala sesuatu yang
dikerjakan dan diperbuat siswa akan lebih mudah terekam dalam ingatan
siswa dan akan lebih mudah diingat dan dikenal kembali dibandingkan
dengan siswa yang tidak mengerjakan dan tidak mencoba. Keaktifan siswa
yang tinggi dengan sedikit bantuan dari guru akan memudahan siswa dalam
memahami materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
D.
Bidang Datar Segiempat
Sebelum masuk kedalam pokok bahasan perlu diketahui definisi matematis
yang terkait dalam penelitian.
Definisi Luas Daerah Bidang Datar
Daerah A dikatakan mempunyai L satuan luas jika dan hanya jika daerah A
itu tepat dapat ditutupi oleh L satuan luas.
a.
Persegi
1)
Pengertian Persegi
Persegi adalah
segiempat yang sisi berdekatannya sama panjang dan
A B C D
Gambar 2.1 persegi
2)
Sifat-sifat
Persegi
a.
Panjang sisi-sisi yang berhadapan sejajar.
A B
C D
A B
C D
Gambar 2.2 sisi-sisi persegi yang berhadapan sejajar
Apabila saya lipat di tengah-tengahnya maka A berhimpit dengan D,
B berhimpit dengan C, dan
AB
berhimpit dengan
DC
. Hal ini berarti
AB sama dengan DC. Oleh karena itu,
AD
sejajar
BC
dan
AB
sejajar
DC
.
b.
Diagonal-diagonalnya sama panjang dan saling membagi dua sama
panjang.
A B
C D
A B
C D
O
A B
C D
C D
A B
O
Gambar 2.3 diagonal persegi sama panjang
putar persegi ABCD sejauh setengah putaran (180º), dengan
diagonal AC
dan diagonal BC
berpotongan di titik O. Dari
menempati
C, B tepat menempati
D. Hal ini berarti OA sama
dengan OC dan OB sama dengan OD.
c.
Setiap sudut persegi dibagi dua sama besar oleh
diagonal-Gambar 2.4 sudut persegi dibagi dua sama besar
Putar persegi ABCD menurut diagonal BD, diperoleh bahwa
ABD
menempati tepat
CBD, sehingga
ABD sama dengan
B
CD dan
d.
Diagonal-diagonalnya berpotongan saling tegak lurus
A B
Gambar 2.5 diagonal persegi berpotongan saling tegak lurus
Dengan pusat titik O, putar persegi ABCD seperempat putaran (90°)
berlawanan arah jarum jam. maka akan memperoleh bahwa
(i)
AOB tepat menempati
BOC, sehingga
AOB sama dengan
(ii)
BOC tepat menempati
COD, sehingga
BOC sama dengan
COD;
(iii)
COD tepat menempati
AOD, sehingga
COD sama dengan
AOD;
(iv)
AOD tepat menempati
AOB, sehingga
AOD sama dengan
AOB.
AOB =
AOD =
COD =
BOC =
= 90º
3)
Keliling dan Luas Persegi
K
L
M
N
Gambar 2.6
keliling dan luas persegi
Persegi KLMN dengan sisi-sisinya KL, LM, MN, dan KN. Keliling
suatu bangun datar adalah jumlah semua panjang sisi-sisinya. Tampak
bahwa panjang KL= 4 satuan panjang.
Keliling ABCD
= KL + LM + MN + KN
= (4 + 4 + 4 + 4) satuan panjang
= 16 satuan panjang
dapat disimpulkan bahwa keliling persegi adalah
Keterangan:
K = keliling
s = panjang sisi
Luas persegi adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisinya.
Luas persegi KLMN sama dengan hasil kali banyak satuan kearah
panjang KL
dikalikan
banyak satuan kearah
panjang
LM.
L = (4
x
4) satuan luas
= 16 satuan luas
Jadi, luas persegi adalah
Keterangan:
L = luas
s = banyak satuan kearah (selanjutnya disingkat panjang sisi)
b.
Persegi Panjang
1)
Pengertian Persegi Panjang
Persegipanjang adalah segiempat yang sisi-sisi yang berhadapan sama
panjang dan satu sudutnya siku-siku. Lihat gambar 2.7
.
A BC D
Gambar 2.7 persegi panjang
2)
Sifat-sifat
Persegi Panjang
Diagonal-diagonalnya sama panjang dan saling membagi dua sama
besar.
A B C D
A B
C D
A B
C D
C D
A B
O O
Gambar 2.8 diagonal persegi panjang sama panjang dan saling membagi dua sama besar
putar persegi ABCD sejauh setengah putaran (180º), dengan diagonal
AC
dan diagonal BC
berpotongan di titik O. Dari pemutaran tersebut,
diperoleh O tepat menempati
O, A tepat menempati
C, B tepat
menempati
D.
Hal ini berarti OA sama dengan OC dan OB sama dengan OD. Lihat
gambar 2.8
3)
Keliling dan Luas Persegi panjang
A
B
C
D
Gambar 2.9 keliling dan luas persegi panjang
Persegi panjang ABCD dengan sisi-sisinya AB, BC, CD, dan AD.
Keliling suatu bangun datar adalah jumlah semua panjang sisi-sisinya.
Tampak bahwa panjang AB = CD = 5 satuan panjang dan panjang AD
= BC = 3 satuan panjang.
Keliling ABCD
= AB + BC + CD + AD
= (5 + 3 + 5 + 3) satuan panjang
Selanjutnya, garis AB disebut
panjang
(p) dan BC disebut
lebar
(l).
Secara umum dapat disimpulkan bahwa keliling persegi panjang dengan
panjang p dan lebar l adalah
Keterangan:
K = keliling
Luas persegi panjang adalah luas daerah yang dibatasi oleh
sisi-sisinya.
Luas persegi panjang ABCD hasil kali banyak satuan kearah panjang
AB
dengan
BC.
L= (5
x
3) satuan luas
= 15 satuan luas
Jadi, luas persegi panjang dengan panjang p dan lebar l adalah
Keterangan:
L = luas
c.
Jajargenjang
a.
Pengertian Jajargenjang
Jajargenjang adalah segiempat yang sisi-sisi yang berhadapan sama
panjang. Lihat gambar 2.10
A B
C D
Gambar 2.10 Jajargenjang
K = 2(p + l) atau K = 2p + 2l.
2)
Sifat-sifat
Jajargenjang
a.
Panjang sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
A B
Gambar 2.11 panjang sisi-sisi jajargenjang yang berhadapan sama panjang dan sejajar
Perhatikan jajargenjang ABCD. Putarlah
ABD setengah putaran
(180º) pada titik O, sehingga diperoleh AB tepat menempati
DC dan
AD tepat menempati
BC. Akibatnya, AB sama dengan DC dan AD
sama dengan BC.
b.
Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
A B
Gambar 2.12 Sudut-sudut jajargenjang yang berhadapan sama besar
Jika jajargenjang diputar setengah putaran (180º) maka diperoleh
A
tepat menempati
C,
ABD tepat menempati
BDC, dan
ADB
tepat menempati
CBD.
Akibatnya
A sama dengan
C,
ABD sama dengan
BDC, dan
ADB sama dengan
CBD, sedemikian sehingga
A =
C,
B =
ABD +
CBD, dan
D =
ADB +
BDC.
c.
Pada setiap jajargenjang jumlah pasangan sudut yang saling
B C D
C B
D A
.
O
Gambar 2.13 jumlah pasangan sudut jajargenjang yang saling berdekatan adalah 180º
A +
D =
A +
B = 180º
C +
B =
C +
D = 180º
d.
Pada setiap jajargenjang kedua diagonalnya saling membagi dua
sama panjang.
A B
C D
.
OGambar 2.14 diagonal jajargenjang saling membagi dua sama panjang
Jika
ABD diputar setengah putaran (180º) pada titik O, akan
diperoleh OA tepat menempati OC dan OB tepat menempati OD.
Hal ini menunjukkan bahwa OA sama dengan OC dan OB sama
dengan OD. Padahal OA + OC = AC dan OB + OD = BD.
3)
Keliling dan Luas Jajargenjang
A B
C D
Gambar 2.15 keliling jajargenjang
Jajargenjang ABCD dengan sisi-sisinya AB, BC, CD, dan AD. Keliling
Keliling ABCD sama dengan hasil penjumlahan panjang AB, panjang
BC, panjang CD, panjang AD. Jadi dapat dirumuskan
K = AB + BC + CD + AD
K = 2(AB + BC )
Keterangan:
K = keliling
Perhatikan gambar Jajargenjang berikut
A B
C D
A B
C D
E A B
C D
E
C/D D
E A/B E
Gambar 2.16 luas jajargenjang
Dari gambar 2.16 dapat disimpulkan bahwa luas jajargenjang ABCD
sama dengan hasil kali alas dengan
tinggi.
Jadi, luas jajargenjang adalah
Keterangan:
L = luas
a = alas
t = tinggi
d.
Belah Ketupat
1)
Pengertian Belah ketupat
A B
C D
Gambar 2.17 belah ketupat
2)
Sifat-sifat
Belah Ketupat
a.
Semua sisi-sisi belah ketupat sama panjang.
Lihat gambar 2.17. Dari pencerminan tersebut
akan tepat
menempati
dan
akan tepat menempati
, sehingga AB
sama dengan BC dan AD sama dengan DC. Karena
ABD sama
kaki maka AB sama dengan AD. Akibatnya AB = BC = AD = DC.
b.
Kedua diagonal pada belah ketupat merupakan sumbu simetri.
.
A B
C D
.
OGambar 2.18 diagonal belah ketupat merupakan sumbu simetri
perhatikan diagonal AC dan BD pada belah ketupat ABCD. Jika
belah ketupat ABCD tersebut dilipat menurut ruas garis AC,
ABC
dan
ADC dapat saling menutupi secara tepat (berimpit). Oleh
karena itu,
AC
adalah sumbu simetri, sedemikian sehingga sisi-sisi
yang bersesuaian pada
ABC dan
ADC sama panjang. Demikian
halnya, jika belah ketupat ABCD dilipat menurut ruas garis BD.
ABD dan
BCD akan saling berimpitan. Dalam hal ini,
BD
adalah
sumbu simetri.
c.
Kedua diagonal belah ketupat saling membagi dua sama panjang
A B
Gambar 2.19 diagonal belah ketupat saling membagi dua sama panjang dan saling berpotongan tegak lurus
Putarlah belah ketupat ABCD sejauh setengah putaran (180°)
dengan pusat titik O, sehingga OA tepat menempati
OC dan OB
tepat menempati OD. Oleh karena itu, OA sama dengan OC dan
OB sama dengan OD. Akibatnya,
AOB sama dengan
COB dan
AOD sama dengan
COD, sedemikian sehingga
AOB +
BOC
= 180º (berpelurus).
AOB +
AOB = 180º
2
x
AOB
= 180º
AOB
= 90º
Jadi,
AOB =
BOC = 90º
d.
Pada setiap belah ketupat sudut-sudut yang berhadapan sama besar
dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.
A B
C D
.
Gambar 2.20 sudut-sudut belah ketupat yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya
Apabila belah ketupat ABCD berturut-turut dilipat menurut garis
menutup (berimpit). Hal ini berarti
A sama dengan
C dan
B
sama dengan
D. Akibatnya
ACD sama dengan
ACB
CAD sama dengan
CAB
BDC sama dengan
BDA
DBC sama dengan
DBA
3)
Keliling dan Luas Belah Ketupat
B
C
D
.
O
A
Gambar 2.21 keliling dan luas belah ketupat
Jika belah ketupat mempunyai panjang sisi
s
maka keliling belah
ketupat adalah
K = AB + BC + CD + DA
K = s + s + s + s
K = 4s
Keterangan:
K = keliling
s = panjang sisi
Dari gambar 2.21 dapat diketahui bahwa luas belah ketupat ABCD
sama dengan hasil penjumlahan Luas
ABC dengan Luas
ADC
L
= ½ x
AC x OB + ½ x
AC x OD
L
= ½ x
AC x
BD
L
= ½ x
x
Jadi, dapat disimpulkan
Keterangan:
L = luas
= panjang diagonal satu
= panjang diagonal dua
e.
Layang-layang
1)
Pengertian
Layang-layang
Layang-layang adalah segiempat dengan dua pasang sisi-sisi yang
berdekatan sama panjang. Lihat gambar 2.22
A
B
C D
Gambar 2.22 layang-layang
2)
Sifat-sifat
Layang-layang
a.
Pada setiap layang-layang, masing-masing sepasang sisinya sama
panjang.
A
B
C D
A
B
C D
C A
Gambar 2.23 masing-masing sepasang sisi layang-layang sama panjang
lipatlah layang-layang ABCD menurut garis BD, sehingga
diperoleh AD berhimpit
CD dan AB berhimpit BC. Hal ini berarti
AD sama dengan CD dan AB sama dengan BC.
b.
Pada setiap layang-layang, terdapat sepasang sudut berhadapan
yang sama besar.
A
B
C D
O
Gambar 2.24 sudut layang-layang yang berhadapan sama besar
Pada layang-layang ABCD tersebut, apabila dibalik menurut garis
BD akan diperoleh
DAB tepat menempati
DCB. Hal ini berarti
bahwa
DAB sama dengan
DCB.
c.
Salah satu diagonal layang-layang merupakan sumbu simetri.
Lihat gambar 2.24. Apabila layang-layang ABCD dilipat menurut
garis BD maka
akan tepat menempati
dan
akan tepat
menempati
, sedemikian sehingga AD sama dengan CD dan AB
sama dengan BC. Dengan kata lain,
ABD akan tepat berimpit
sumbu simetri. sedangkan, melipat segi tiga menurut garis
AC
pada
layang-layang ABCD tidak akan menemukan sumbu simetri.karena
dan
tidak akan tepat menempati
dan
secara tepat.
d.
Salah satu diagonal layang-layang membagi diagonal lainnya
menjadi dua bagian sama panjang dan kedua diagonal itu saling
tegak lurus.
Lihat gambar 2.23. Dengan melipat layang-layang ABCD menurut
garis BD
maka didapat:
(i)
A berhimpit C, O berhimpit O, dan OA berhimpit
OC, sehingga
OA sama dengan OC sama dengan
AC
(ii)
AOD berhimpit
COD, sehingga
AOD sama dengan
COD
=
= 90º
AOB berhimpit
BOC, sehingga
AOB sama dengan
BOC =
= 90º
Berdasarkan (i) dan (ii) dapat dikatakan bahwa
BD
tegak lurus
AC
dan OA sama dengan OC
3)
Keliling dan Luas Layang-layang
A
B
C D
O
y y
x x
Keliling layang-layang adalah penjumlahan panjang dari tiap sisi dari
layang. Dari gambar diatas, dapat diketahui keliling
layang-layang adalah
Keliling = AB + BC + CD + DA
K
= x + x + y + y
K
= 2x + 2y
K
= 2(x+y)
Keterangan:
K = keliling
x = sisi panjang
y = sisi pendek
Luas layang-layang ABCD sama dengan penjumlahan Luas
ABC +
Luas
ADC
L
= ½ x
AC x OB + ½ x
AC x OD
L
= ½ x
AC x
(OB + OD)
L
= ½ x
AC x
BD
L
= ½ x
x
Jadi, dapat disimpulkan
Keterangan:
L = luas
f.
Trapesium
1)
Pengertian Trapesium
A B
C D
Gambar 2.26 trapesium
Trapesium adalah bangun segi empat yang mempunyai tepat sepasang
sisi yang berhadapan sejajar.
Jenis-jenis trapesium secara umum ada tiga jenis trapesium sebagai
berikut.
(i)
Trapesium sebarang
A B
C D
Gambar 2.27 trapesium sebarang