• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGUKUR, MELETAKKAN DAN MEMOTONG PAKAIAN SESUAI DENGAN PESANAN GAR.OO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGUKUR, MELETAKKAN DAN MEMOTONG PAKAIAN SESUAI DENGAN PESANAN GAR.OO"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

SEKTOR GARMEN

MENGUKUR, MELETAKKAN DAN

MEMOTONG PAKAIAN SESUAI

DENGAN PESANAN

GAR.OO02.017.01

BUKU INFORMASI

(2)

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... 1

BAB I PENGANTAR ... 2

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi ...2

1.2. Penjelasan Modul ...2

1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC)...3

1.4. Pengertian-pengertian Istilah ...4

BAB II STANDAR KOMPETENSI ... 5

2.1. Peta Paket Pelatihan ...5

2.2. Pengertian Unit Standar ...5

2.3. Unit Kompetensi yang Dipelajari ...6

2.3.1. Judul Unit ...6

2.3.2. Kode Unit ...6

2.3.3. Deskripsi Unit ...6

2.3.4. Elemen Kompetensi ...6

2.3.5. Kriteria Unjuk Kerja ...6

2.3.6. Batasan Variabel ...7

2.3.7. Panduan Penilaian ...8

2.3.8. Kompetensi Kunci ...9

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ... 10

3.1. Strategi Pelatihan ...10

3.2. Metode Pelatihan ...10

BAB IV MATERI UNIT KOMPETENSI ... 12

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI ... 49

5.1. Sumber Daya Manusia ...49

5.2. Sumber-sumber Perpustakaan ...49

(3)

BAB I PENGANTAR

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Apakah pelatihan berdasarkan kompetensi?

Pelatihan berdasarkan kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan di tempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten. Standar Kompetensi dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja.

Apakah artinya menjadi kompeten ditempat kerja?

Jika anda kompeten dalam pekerjaan tertentu, anda memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap yang perlu untuk ditampilkan secara efektif ditempat kerja, sesuai dengan standar yang telah disetujui.

1.2. Penjelasan Modul 1.2.1. Desain Modul

Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/mandiri :

• Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang pelatih.

• Pelatihan individual/mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur/sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih.

1.2.2. Isi Modul 1) Buku Informasi

Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan. 2) Buku Kerja

Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri.

Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi :

• Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan

memahami informasi.

• Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian

keterampilan peserta pelatihan

• Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam

(4)

3) Buku Penilaian

Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :

• Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan.

• Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan.

• Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan.

• Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. • Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik.

• Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.2.3. Pelaksanaan Modul

Pada pelatihan klasikal, pelatih akan :

• Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.

• Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.

• Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan.

• Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada Buku Kerja.

Pada Pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan :

• Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. • Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada buku Kerja. • Memberikan jawaban pada Buku Kerja.

• Mengisikan hasil tugas praktik pada Buku Kerja.

• Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih.

1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC)

• Apakah Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency).

Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali.

• Anda mungkin sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah : 1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan

keterampilan yang sama atau

2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau 3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan

(5)

1.4. Pengertian-pengertian Istilah Profesi

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.

Standardisasi

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.

Penilaian / Uji Kompetensi

Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.

Pelatihan

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut ditempat kerja untuk mwncapai unjuk kerja yang ditetapkan.

Standar Kompetensi

Standar kompetensi adalah standar yang ditampilkan dalam istilah-istilah hasil serta memiliki format standar yang terdiri dari judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, ruang lingkup serta pedoman bukti.

Sertifikat Kompetensi

Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.

Sertifikasi Kompetensi

Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian / uji kompetensi.

(6)

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1. Peta Paket Pelatihan

Untuk mempelajari modul ini perlu membaca dan memahami modul-modul lain yang berkaitan diantaranya :

2.1.1. Karakteristik bahan dasar dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam pembuatan garmen

2.1.2. Bahan tekstil, hiasan, model jenis label, tiket dan komponen garmen yang digunakan pada tingkatan ini

2.1.3. Ukuran, warna, dan shades garmen

2.1.4. Memilih dan/atau memodifikasi pola atau blok 2.1.5. Menyesuaikan ukuran (grade) pola

2.1.6. Membuat marker 1&2

2.1.7. Persyaratan kualitas untuk melaksanakan pekerjaan pada tingkatan ini 2.1.8. Melaksanakan tes/pemeriksaan untuk mengecek kualitas produk 2.1.9. Mengatur kerja tim

2.1.10. Bekerja dalam lingkungan tim

2.1.11. Menerapkan prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat kerja

2.1.12. Melaksanakan pemeliharaan kecil 2.2. Pengertian Unit Standar

Apakah Standar Kompetensi?

Setiap Standar Kompetensi menentukan :

1) Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi. 2) Standar yang diperlukan untuk mendemonstrasikan kompetensi.

3) Kondisi dimana kompetensi dicapai.

Apa yang akan Anda pelajari dari Unit Kompetensi ini?

Anda akan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan dipersyaratkan untuk “Menerapkan prosedur-prosedur mutu”.

Berapa lama Unit Kompetensi ini dapat diselesaikan?

Pada sistem pelatihan berdasarkan kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam keterampilan tertentu.

Berapa banyak/kesempatan yang Anda miliki untuk mencapai kompetensi? Jika Anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih Anda akan mengatur rencana pelatihan dengan Anda. Rencana ini akan memberikan Anda kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi Anda sesuai dengan level yang diperlukan.

(7)

2.3. Unit Kompetensi yang Dipelajari

Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :

1) mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. 2) mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. 3) memeriksa kemajuan peserta pelatihan.

4) menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan criteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.

2.3.1. Judul Unit

Mengukur, Meletakkan dan Memotong Pakaian Menurut Pesanan 2.3.2. Kode Unit

GAR.OO02.017.01 2.3.3. Deskripsi Unit

Unit ini berisi tentang keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menunjukkan cara pemotongan secara berurutan dalam industri pakaian

2.3.4. Elemen Kompetensi

Mengukur dan menerjemahkan dimensi pakaian, Menetukan/ menetapkan disain dan pola yang diperlukan, Meletakkan dan memotong kain, Mendokumentasikan 2.3.5. Kriteria Unjuk Kerja

1. Memiliki ukuran pelanggan.

2. Ukuran pakaian diterjemahkan pada pemenuhan keinginan/ permintaan pelanggan (bila diperlukan).

3. Disain pakaian (dan kain yang sebaiknya dipakai) didiskusikan dan disetujui pelanggan (bila perlu).

4. Keinginan khusus pelanggan disatukan dalam disain (bila perlu).

5. Disain digambar pada pola atau memilih/ memodifikasi pola untuk memenuhi kemauan/ permintaan pelanggan.

6. Kain diperiksa untuk mengetahui kualitas, kecacatan, lebar, keadaan benang pada ujung kain, tingkat kelunturan untuk keperluan pembuatan tanda. 7. Kain diletakkan di meja, diperiksa kesesuaian garisnya untuk meyakinkan

keharmonisannya terhadap spesifikasi.

8. Kain dipotong sesuai persyaratan disain serta pengukuran pola

9. Semua hasil kerja dan dokumentasi yang sesuai disiapkan sesuai dengan prosedur perusahaan

2.3.6 Kemampuan Awal

Peserta pelatihan harus telah memiliki kemampuan awal pada pengetahuan Mengukur, Meletakkan dan Memotong Pakaian.

(8)

2.3.7. Batasan Variabel 1. Konteks umum

1.1 Pekerjaan meliputi mengukur, meletakkan kain dan cara menggunting dalam pembuatan pakaian.

1.2 Mungkin diperlukan pemilihan dan penilaian, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, dalam merencanakan dan memilih proses, prosedur atau hasil.

1.3 Pekerjaan dilakukan sesuai dengan kebutuhan peraturan tetap, persyaratan asuransi organisasi, peraturan kesehatan dan keselamatan kerja, prosedur penanganan secara manual dan peraturan kesehatan yang sesuai.

2. Lingkungan kerja meliputi

2.1 Pekerjaan dilakukan untuk produksi skala besar maupun skala kecil (eceran). 2.2 Tingkat kesulitan sesuai dengan jenis kain yang dipakai dan disainnya.

2.3 Menerjemahkan pengukuran kedalam pola sesuai dengan keadaan individu, misalnya postur, bentuk dsb.

2.4 Tugas peletakan dihubungkan dengan pengerjaan peletakan dimana ukuran bentuk dan harga kain sangat signifikan.

2.5 Pengukuran, pemotongan dan pemilihan pola atau penggantinya mungkin dalam pembuatan dikombinasikan untuk mengukur spesialisasi cara pengguntingan. 2.6 Prosedur dan praktek keselamatan pada saat bekerja dengan alat/mesin

pemotong sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan oleh pabrik, penguasa dan perusahaan.

2.7 Prosedur pendokumentasian diterapkan untuk berbagai pekerjaan dan pendokumentasian yang biasa dipakai dalam perusahaan.

2.8 Kompetensinya diterapkan menurut panduan umum pada kemajuan dan hasil. 2.9 Pengetahuan dan keterampilan diterapkan pada berbagai tugas dan/atau peran

yang luas.

2.10 Kompetensi dipakai dalam pekerjaan rutin, metode dan prosedur. 3. Sumber informasi atau dokumen meliputi

3.1 Spesifikasi pekerjaan. 3.2 Gambar disain/ sketsa. 3.3 Prosedur pengaturan kerja.

3.4 Anggota organisasi atau orang luar. 3.5 Prosedur, kualitas dan standar. 3.6 Persyaratan (para) pelanggan. 4. Konteks tempat kerja meliputi

4.1 Prosedur dan praktek organisasi kerja yang sesuai dengan tata cara pengukuran, peletakan dan pemotongan dalam pembuatan pakaian.

4.2 Kondisi pelayanan, pengesahan dan persetujuan industri meliputi. 4.3 Praktek standar kerja.

4.4 Pelaporan kegiatan meliputi komunikasi verbal dan tertulis sesuai dengan prosedur dan kebijakan organisasi.

4.5 Komunikasi mungkin lisan, tertulis atau visual dan terdiri dari data sederhana. 4.6 Bertanggungjawab terhadap pemeliharaan kualitas pekerjaannya dan bila

diperlukan, menyumbangkannya untuk peningkatan kualitas dari hasil seksi atau tim.

(9)

4.7 Keamanan, lingkungan, pengurusan rumah tangga dan kualitas ditunjukkan dengan mesin/peralatan pabrik, peraturan kekuasaan dan perusahaan.

5. Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dapat dimasukkan 5.1 Peraturan keamanan dan kesehatan kerja sesuai dengan kegiatan bengkel. 5.2 Peraturan kompensasi pekerja.

2.3.8. Panduan Penilaian

1. Aspek-aspek bukti kritis yang perlu diperhatikan

1.1 Pengujian/ penilaian harus sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan untuk: 1.1.1. Memiliki ukuran yang tepat dari pelanggan.

1.1.2. Meyakinkan bahwa disain sudah sesuai dengan pelanggan.

1.1.3. Berkomunikasi secara efektif dan berhubungan dengan pelanggan pada saat menunjukkan ide-ide dan disain-disain

1.1.4. Meletakkan dan mencocokan bahan dengan pola 1.1.5. Memotong bahan

1.1.6. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dalam melaksanakan pekerjaan

1.1.7. Menyimpan/memelihara catatan yang tepat. 2. Pengujian setiap unit yang saling terkait

2.1 Unit ini tidak perlu diuji dalam hubungannya dengan unit lain. 3. Pengetahuan dan keterampilan yang dipersyaratkan

3.1 Persyaratan pengetahuan 3.1.1 Konstruksi pakaian. 3.1.2 Metode pembuatan.

3.1.3 Perlengkapan kain misalnya berat, mengkerut, penumpukan, sifat dan bentuk pola.

3.1.4 Pentingnya kondisi ujung kain dan sinar serta karakteristiknya

3.1.5 Aspek keselamatan dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan perusahaan.

3.1.6 Prosedur tempat kerja dan proses pelaporan. 3.1.7 Proses pelaporan

3.1.8 Peraturan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja serta etika praktek.

3.2 Persyaratan Keterampilan dalam:

3.2.1 Mempergunakan teknik yang tepat untuk pelaksanaan peletakan dan pengguntingan

3.2.2 Menerapkan semua praktek keselamatan yang sesuai bila bekerja di industri pakaian

3.2.3 Berkomunikasi secara efektif dengan individu, kelompok kerja dan pengawas.

3.2.4 Menyimpan catatan

3.2.5 Pendokumentasian dan transfer informasi

(10)

4. Implikasi sumber

4.1 Mengakses pada keadaan / situasi tata cara pengukuran, peletakan dan pemotongan baik secara nyata ataupun simulasi.

4.2 Ini meliputi wilayah kerja atau simulasi, bahan, peralatan, dan informasi spesifikasi pekerjaan, sesuai dengan peraturan dan prosedur keselamatan, standar kualitas, prosedur organisasi dan persyaratan (para) pelanggan.

5. Konsistensi kinerja

5.1 Menerapkan persyaratan pengetahuan dan keterampilan bila: 5.1.1 Mengatur pekerjaan.

5.1.2 Menyelesaikan tugas.

5.1.3 Mengidentifikasi peningkatan.

5.1.4 Menerapkan peringatan keselamatan sesuai dengan tugas.

5.1.5 Menguji kemampuan operasional peralatan tertentu yang dipakai dan proses pekerjaan.

5.2 Menunjukkan bukti penerapan prosedur kerja yang sesuai meliputi: 5.2.1 Kebijakan tentang bahaya dan prosedur termasuk etika praktek. 5.2.2 Prosedur kerja dan instruksi mengerjakannya.

5.2.3 Prosedur kualitas (bila ada).

5.2.4 Sampah, polusi dan proses penanganan daur ulang.

5.3 Bertindak cepat, kecelakaan dan kejadian dilaporkan sesuai dengan peraturan tetap serta prosedur perusahaan.

5.4 Memperhatikan dan beradaptasi seperlunya terhadap perbedaan budaya di bengkel, termasuk cara bersikap dan berhubungan dengan sesama staf dan lainnya.

5.5 Pekerjaan diselesaikan secara sistematis dengan memperhatikan secara rinci tanpa merusak barang, peralatan maupun orang.

6. Konteks pengujian

6.1 Pengujian dilaksanakan di tempat kerja atau dalam lingkungan simulasi yang sesuai

2.3.9. Kompetensi Kunci

NO KOMPETENSI KUNCI TINGKAT

1. Mengumpulkan, Mengorganisir dan menganalisa Informasi 2 2. Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 2 3. Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 2 4. Bekerja dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 2

6. Memecahkan masalah 2

7. Menggunakan teknologi 2

Kompetensi kunci dibagi dalam tiga tingkatan kemampuan Tingkatan 1 Melaksanakan kegiatan

Tingkatan 2 Mengelola kegiatan

(11)

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1. Strategi Belajar

Belajar dalam suatu sistem Berdasarkan Kompetensi berbeda dengan yang sedang “diajarkan” di kelas oleh Pelatih. Pada sistem ini Anda akan bertanggung jawab terhadap belajar Anda sendiri, artinya bahwa Anda perlu merencanakan belajar Anda dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3.1.1 Persiapan/perencanaan

1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar Anda.

2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah anda miliki.

4) Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan Anda. 3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran

1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktik yang terdapat pada tahap belajar.

2) Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan Anda.

3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktik

1) Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh Pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya.

2) Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih tentang konsep sulit yang Anda temukan.

3.1.4 Implementasi

1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman.

2) Mengamati indicator kemajuan personal melalui kegiatan praktik. 3) Mempraktikkan keterampilan baru yang telah Anda peroleh. 3.1.5 Penilaian

Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar Anda.

3.2. Metode Belajar

Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.

(12)

Belajar secara mandiri

Belajar secara mandiri membolehkan Anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, Anda disarankan untuk menemui Pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

Belajar Berkelompok

Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk dating bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, Pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.

Belajar terstruktur

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh Pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topic tertentu.

(13)

BAB IV

MATERI UNIT KOMPETENSI

Isi

Referensi GAR.OO02.017.01 – 1 Meletakkan bahan/kain Referensi GAR.OO02.017.01 – 2 Serat kain

Referensi GAR.OO02.017.01 – 3 Perencanaan layout pola

Referensi GAR.OO02.017.01 – 4 Menggunakan bahan/kain polos

Referensi GAR.OO02.017.01 – 5 Menggunakan kain bermotif kotak-kotak dan bergaris Referensi GAR.OO02.017.01 – 6 Teknik pemotongan

Referensi GAR.OO02.017.01 – 7 Prosedur pengawasan kualitas

Referensi GAR.OO02.017.01 – 8 Pengikatan, pemasangan tiket dan penyimpanan

Referensi tambahan

Samuels, R. & Hoffman R., ‘A cut above the rest, A guide to cutting and marker making for the apparel industry’, Publishing and Production Project, Sydney, 1994 Solinger, J., The apparel manufacturing handbook analysis principles and practice,

2nd Edition, Textile Book Service, New Jersey, USA, 1988

Cooklin, G., Introduction to Clothing Manufacture, Blackwell Scientific Publications, Melbourne, 1994

Ladbury, A., A Comprehensive A-Z of FABRICS, choosing, handling, wearing, cleaning, sewing, Magnam Books, London.

Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung, Pemotongan Bahan Tunggal, STTT, Bandung, 2003.

(14)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 1

Meletakkan bahan/kain

Terminologi yang digunakan pada pemotongan Serat

Alur serat kain mengarah ke arah yang sama seperti halnya benang yang paralel menuju ke pinggiran bahan.

Interlock join (splice)

Jumlah lembaran yang diperlukan pada saat membuka gulungan yang baru atau membuang bagian yang rusak untuk meyakinkan kelengkapan komponen telah dipotong.

Meletakkan bahan atau melebarkan

Hal yang dilakukan untuk mendapatkan lembaran. Bulu pendek di permukaan bahan

Bulu-bulu pendek pada bagian permukaan bahan tekstil seperti beludru. Lembar

Satu lembar bahan tekstil. Perkiraan sebelum penentuan

Panjang maksimum bahan tekstil yang dibutuhkan untuk garmen yang akan dibuat. Pinggiran bahan

Pinggiran bahan sempit yang ditenun rapat pada kedua sisi bagian lebar bahan tekstil.

Shades

Perbedaan warna bahan tekstil dari hasil celupan yang berbeda namun dengan warna yang sama.

Meja potong

Meja panjang dengan bagian atas meja setinggi pinggang untuk meletakkan dan memotong bahan menjadi bagian komponen yang siap untuk digabungkan.

(15)

Referensi GAR.OO02.017.01 - 1

Terminologi yang digunakan pada pemotongan – lanjutan Penahan kain (End catcher or end guide rail)

Balok berat, dirancang untuk menahan bagian ujung bahan tekstil dan menjaganya agar tidak bergerak pada saat lembaran berikutnya diletakkan.

Lapisan

Jumlah lembaran kain yang diletakkan berlapis-lapis sehingga dapat dipotong satu kali jalan.

Penataan

Pengaturan lembaran pola pada marker.

Marker

Marker dapat berupa kertas marker atau lembaran pola yang digambar langsung pada bagian atas bahan tekstil. Biasanya dilakukan dengan menggunakan kapur jahit. Lembaran pola diatur agar penggunaan kain lebih hemat dan memudahkan pemotongan secara efisien.

Torehan (Notch)

Potongan berbentuk lurus atau ‘V’ di pinggir bahan tekstil untuk menandai lembaran-lembaran yang harus disambung atau pada bagian keliman yang perlu disesuaikan selama membuat garmen.

Notching

Kegiatan memotong atau membuat cekris pada lembaran yang dipotong pada posisi yang sesuai.

Bahan yang ditenun (Woven fabrics)

Merupakan bahan tekstil yang mempunyai benang lusi dan pakan ditenun menggunakan alat penenun. Dapat dibuat dari serat alami, sintetis atau serat campuran dan benang campuran.

Bahan tekstil yang tidak ditenun (Non-woven fabrics)

Bahan tekstil yang tidak ditenun seperti bahan tekstil yang dibuat dari bahan yang diolah secara kimia, biasanya digunakan untuk lapisan atau pengeras, misalnya viselin.

Kerusakan

Kerusakan yang ditemukan oleh tukang potong pada marker atau tumpukan bahan termasuk:

• Tidak semua lembaran yang perlu dipotong diberi tanda pada markerMarker tidak sama lebar dengan bahan/kain

(16)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 1

Terminologi yang digunakan pada pemotongan – lanjutan • Panjang tumpukan bahan tidak sama dengan panjang marker Pemotongan bahan tunggal

Memotong bahan sebagai contoh untuk komponen atau seluruh garmen, biasanya tidak lebih dari empat lembar bahan, dengan menggunakan gunting sebagai alat pemotong.

Peralatan & perkakas pemotongan bahan tekstil Jepitan

Alat yang dirancang untuk menjepit lembaran kain sehingga dapat dipindahkan dan dipotong dengan mudah.

Garis potongan

Garis yang digambar pada marker untuk memberi tanda bagian bahan tekstil yang akan dipotong.

Gunting

Alat pemotong dengan tangan yang memiliki dua buah mata pisau yang digabungkan dengan mur dan baut, dirancang untuk memotong satu lembar atau beberapa lembar bahan tekstil sekaligus.

Pemberat

Balok besi dengan atau tanpa pegangan, terdapat dalam beragam ukuran berguna untuk menahan bahan tekstil saat dipotong.

Peralatan dan perlengkapan lain yang dibutuhkan: Kapur tulis atau pensil

Peniti

Pita meteran

Pelubang untuk posisi kupnat Potongan pola atau marker

(17)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 1

Informasi penting tentang bahan tekstil dan bahan lainnya

Bahan tekstil yang simetris atau dua arah

Bahan tekstil ini dapat diletakkan berhadapan satu sama lain kearah mana saja tanpa mempengaruhi hasil akhir garmen. Ini memungkinkan bahan tekstil diletakkan pada kedua arah di meja potong.

Harus diperhatikan juga perihal bagian bahan yang baik dan buruk.

Bahan tekstil yang tidak simetris atau satu arah

Bahan tekstil ini harus diletakkan dengan tumpukan yang menghadap pada satu arah, apakah seluruhnya menghadap satu arah atau seluruhnya menghadap ke arah yang lain. Pola hanya dapat diletakkan pada satu arah, tidak dapat pada kedua arah.

Bahan tekstil ini termasuk juga bahan yang berbulu, bahan yang dirajut dimana benang vertikalnya menghadap ke arah yang sama dan bahan tekstil yang mempunyai desain khusus.

Hanya satu arah

Bahan tekstil ini harus diletakkan dengan seluruh lembarannya menghadap arah yang sama polanya juga harus menghadap ke arah yang sama.

Bahan tekstil yang termasuk kelompok ini yang mempunyai bulu lebat dan yang mempunyai desain khusus.

Demonstrasi oleh guru/pelatih

Menyiapkan untuk peletakan bahan

Jenis dan lebar bahan tekstil yang akan digunakan harus diperiksa pada semua instruksi pada lembar kerja.

Meja potong kira-kira harus setinggi pinggang dan mempunyai panjang yang cukup untuk menempatkan perkiraan panjang bahan tekstil yang akan diletakkan. Semua peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan harus dikumpulkan sebelum memulai dan diperiksa apakah layak untuk digunakan.

(18)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 1

Demonstrasi oleh guru/pelatih

Meletakkan lembaran bahan

Lebarkan bahan tekstil di atas meja potong sesuai panjang yang dikehendaki dan lakukan ini dua kali, dan jika perlu, dapat dilakukan berulang kali. Periksa tegangan bahan pada setiap lembaran untuk memastikan tidak ada panjang yang tidak sama, atau bahan berkerut dalam lembaran. Bagian pinggir bahan tekstil harus lurus dan setiap lapisan pinggirannya harus

tumpang tindih secara tepat dan paralel sampai pinggiran meja potong. Identifikasi kerusakan pada bahan, lalu beri tanda sebagai pertimbangan dalam peletakkan pola pada kain.

(19)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 2 Serat kain

Semua bahan yang ditenun mempunyai benang lusi dan pakan. Benang lusi semuanya mengarah secara paralel dengan pinggiran bahan tekstil dan lebih kuat. Benang pakan mengarah ke arah yang sebaliknya dan lebih rapuh.

Sebagai aturan umum, garmen dipotong sesuai dengan lebar permukaan bahan dan mengarah secara vertikal. Ada beberapa alasan untuk ini: pada proses tenun benang lusi ditahan dengan tegangan pada mesin tenun, kemudian benang pakannya ditenun. Jadi benang lusi harus cukup kuat untuk menahan tegangan ini dan benang pakannya boleh lebih rapuh dari benang ini. Apabila ada perbedaan kekuatan antara dua benang ini, benang lusi umumnya lebih kuat dari keduanya. Pada proses penenunan benang lusi diregangkan sementara benang pakannya tidak diregangkan. Untuk alasan ini, benang lusi lebih lurus kalau digunakan untuk kerutan, dan menghasilkan lipatan yang baik apabila digunakan untuk lipitan.

Lembaran pola dapat dipotong berdasarkan bias atau menyilang dengan syarat:

a. Fitur rancangan – garis dan kotak dipotong dengan sudut yang berbeda akan menghasilkan desain yang unik.

b. Tegangan alami – bahan tekstil yang dipotong pada bias mempunyai karakteristik tegangan alami, ini memungkinkan pemotongannya agak rumit. Rancangannya pas dengan bentuk tetapi tetap nyaman.

c. Draperi – lipatan, kerutan dan rok yang berkerut lembut digantung lebih baik apabila dipotong dengan bias. Efek dari pemotongan dengan bias meningkat sesuai dengan pilihan jenis bahan tekstil, misalnya, krep, satin, dan wool halus.

(20)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 2

Posisi serat

Demonstrasi oleh guru/pelatih

Saat arah serat sudah ditentukan dan diberi tanda pada pola, letakkan pola sesuai dengan posisi arah serat.pada bahan. Jika tidak dilakukan maka akan menghasilkan garmen yang salah. Gambar 1.

(21)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 3

Perencanaan layout pola

Tujuan dari penempatan lembaran pola adalah: a. Merencanakan layout yang ekonomis

b. Memotong semua lembaran pola sesuai dengan lembar kerja dan arah serat yang benar

c. Mempunyai sisa bahan yang lebih banyak apabila memungkinkan

Demonstrasi oleh guru/pelatih

Panduan merencanakan layout

• Lakukan pemeriksaan pola untuk meyakinkan semua lembaran pola sudah ada. • Pisahkan lembaran pola yang hanya membutuhkan satu potongan saja, apabila ada. • Pemeriksaan bahan tekstil secara hati-hati untuk mengetahui apabila ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan saat meletakkan lembaran pola, misalnya, periksa apakah memiliki tekstur atau berbulu. Lihat Kegiatan Belajar GAR.OO02.017.01 – 4. Bahan tekstil mungkin juga mempunyai motif yang besar, sehingga perlu perencanaan untuk penempatan lembaran pola.

• Lembaran pola ditempatkan dengan urutan sebagai berikut: a. paling besar

b. paling rumit

c. lembaran yang melengkung diletakkan pada tempat yang paling memungkinkan d. lembaran yang kecil diletakkan diantara bagian-bagian yang besar

• Pertama-tama, letakkan potongan pola pada kain dengan arah serat mengarah ke pinggir bahan dengan menggunakan ‘mata’. Uji coba dengan berbagai kombinasi letak pola dan coba kombinasi yang berbeda dengan lipatan bahan yang berbeda untuk mendapatkan layout yang paling ekonomis. Yakinkan posisi garis serat pola sama dengan pinggiran bahan, ukur garis serat agar benar-benar paralel dengan pinggiran bahan, pada sudut yang tepat ke pinggiran bahan atau 900 ke pinggiran bahan (pada serat menyilang).

• Semua potongan pola harus selesai diletakkan sebelum merekatkan pola ke bahan atau menjiplak pola dengan kapur ke kain.

(22)

Catatan:

Dalam pemotongan sampel atau salah satu garmen, apabila memungkinkan bahan sebaiknya dibuat lapis dua untuk menghindari kesalahan dan untuk efisiensi waktu. Bahan tekstil yang baik harus dilipat bersamaan agar:

• bagian baik terhindar dari noda yang ada di tempat pemotongan • menghemat waktu pada saat memulai pembuatan.

Pengecualian terjadi apabila bahan tekstil perlu penyesuaian. Apabila motif bahan tekstil sulit dilihat dari bagian yang buruk, maka perlu dilakukan pemotongan bahan tunggal dengan bagian yang baik menghadap ke atas.

Apabila lembaran pola akan dipotong dengan satu lembar, pada umumnya diperlukan dua potong untuk setiap lembar pola. Oleh sebab itu pola harus dipotong satu persatu dengan bagian yang baik menghadap ke atas dan satu lagi dengan bagian buruk bahan menghadap ke atas. Gambar 2

(23)

Panduan merencanakan layout – lanjutan

Pada bahan yang sedikit, cara yang paling sesuai untuk menghemat bahan adalah dengan membuat bagian dari garmen menjadi lembaran, misalnya, lengan, bagian dalam celana panjang.

Pola lengan mungkin terlalu lebar untuk dipotong dari lebar bahan, apalagi jika lebar bahan 90cm, namun jika lebar lengan bagian belakang dipotong, maka jumlah bahan yang dibutuhkan akan berkurang. Garis sambungan diletakkan di bawah lengan sehingga tidak terlihat. Bagian garis sambungan harus pada seratnya dan kampuh ditambahkan pada setiap sisi agar pada saat konstruksi tidak mengurangi lebar lengan yang seharusnya. Gambar 3.

Proses yang sama juga dapat digunakan untuk bagian dalam celana panjang, dimana bagian depan dan belakang lembaran pola tidak akan cukup apabila diletakkan berdampingan pada satu lebar bahan.

Gambar 3

Membagi lengan untuk menghemat bahan

Tambahkan kampuh pada potongan Tiruan pola lengan Belakang Depan

Potong beberapa sentimeter dari pola lengan bagian belakang pada arah serat yang lurus

Lipat lembaran bahan sebelum meletakkan pola lengan

Lipat lembaran lengan dari bahan yang kecil/sedikit

(24)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 4

Menggunakan bahan/kain berbulu atau berserabut

Bahan dengan arah serat berwarna atau motif satu arah harus dipotong dengan lembaran pola diletakkan pada arah yang sama.

Bahan dengan arah adalah bahan yang disikat atau dinaikkan setelah ditenun untuk menghasilkan arah, permukaan yang timbul pada satu sisi.

Bahan Berbulu adalah bahan dibuat sehingga komponen dari benang naik pada sudut permukaan dari bahan, dapat yang ditenun atau dirajut.

Bahan yang berwarna lain. Beberapa bahan rajut/tenun dan bertekstur seperti satin dan brokat, juga ditangani sebagai bahan tekstil dengan satu arah, karena arahnya, refleksi cahaya dari permukaannya, membuat efek perbedaan warna.

Bahan tekstil dengan motif satu arah adalah bahan yang dipintal atau motif dicetak yang menghadap ke satu arah pada seluruh garmen.

Demonstrasi oleh guru/pelatih

Ke arah mana seharusnya arah bulu pendek menuju?

Serabut dan bulu pendek di permukaan bahan menangkap dan merefleksikan cahaya dengan intensitas yang berbeda, tergantung dari serabut dan bulu pendek di permukaan bahan mengarah ke atas atau ke bawah. Gambar 1

Serabut atau bulu pendek di permukaan bahan yang menghadap ke atas membuat bahan tekstil kelihatan lebih gelap dan lebih nyata warnanya, dan yang mengarah ke bawah menjadikan warnanya terlihat lebih muda dan lebih bercahaya. Bahan tekstil akan terasa kasar pada saat disentuh ke arah yang berlawanan dari serabut pendek di permukaan bahan dan halus pada arahnya.

Gambar 1 LEBIH GELAP MENGARAH KE ATAS MENGARAH KE BAWAH LEBIH TERANG

(25)

Menggunakan bahan/kain berbulu atau berserabut – lanjutan

Sebagai aturan umum, bahan tekstil yang mempunyai serabut pendek, misalnya beludru, serabutnya menuju ke arah bawah, dan untuk pintalan berbulu, misalnya bulu

velveteen dan cord, mengarah ke atas.

Memotong garmen dari bahan tekstil yang berarah

Apabila menggunakan bahan tekstil berserabut atau berbulu pendek, letakkan bahan secara merata di atas meja dan raba perlahan seluruh permukaannya dengan telapak tangan. Jika bahan tekstil terasa halus, serabutnya mengarah pada arah yang sama dengan arah telapak tangan. Apabila terasa kasar, berarti serabutnya menuju ke arah yang berlawanan dengan arah telapak tangan.

• Tentukan menuju ke arah mana serabut atau bulu pendek dari bahan tekstil, atau arah mana yang diinginkan untuk rancangan suatu busana. Pada bagian buruk dari bahan, beri tanda dengan kapur jahit bagian akhirnya yang akan menjadi bagian atas busana.

• Letakkan semua lembaran pola di atas bahan dengan bagian atas selalu mengarah ke arah yang sama. Gambar 2

Gambar 2

Menjahit bahan tekstil berserabut atau berbulu pendek

• Bahan tekstil berserabut atau berbulu pendek cenderung licin ketika dijahit. Karenanya, perlu menyematkan jarum pentul pada sudut yang benar sampai ujung lalu menjahitnya di atas jarum pentul.

• Lebih baik menggunakan jahitan yang lebih lebar dari rata-rata, dan akan membantu bila menurunkan tegangan pada sepatu penekan jika kain terus menerus melorot/slip.

(26)

Menggunakan bahan/kain berbulu atau berserabut – lanjutan Mengepres bahan tekstil berserabut atau berbulu pendek

• Pres pada sisi bagian buruk ke arah serabut, gunakan tekanan dan uap sesedikit mungkin. Ketika bahan tekstil masih panas, sikat sesuai arah serat.

• Pres bahan berbulu dengan cara yang serupa, kecuali pada sisi berbulu diletakkan berlawanan arah dengan papan jarum atau handuk tebal. Pres perlahan.

Jenis-jenis bahan yang ditenun Tenun lusi

Memotong bahan yang lemas, misalnya, beludru: tenunan utuh atau memutar, misalnya, bahan handuk, tali.

Beludru

Bahan tekstil berbulu lusinya dipotong adalah salah satu yang ujung benangnya menjadi permukaan. Pada mulanya tenunan terbuat dari sutra, namun sekarang juga digunakan serat-serat yang lain.

Ada berbagai variasi dari beludru polos. Yang paling utama adalah:

Beludru brokat: Bulunya membentuk pola dengan latar belakang yang sangat stabil. Ada bidang diantara motif atau pola yang tidak ada bulu nya. Bulu yang tidak dikehendaki pada bidang ini dibuang setelah ditenun dengan mengecatnya menggunakan pasta dari bahan kimia sehingga dapat menghilangkan bulu, tetapi struktur dasarnya tidak akan hilang karena terbuat dari serat yang tahan terhadap penanganan ini.

Beludru yang diembos. Bulunya rata pada saat penyelesaian dengan mengembos bidang tertentu untuk menghasilkan motif.

Beludru Nace mempunyai struktur dasar yang ditenun dengan satu warna, dan bulunya dengan warna lain. Konsekuensinya sesuai dengan arah melihatnya warna dasarnya menunjukkan derajat variasi dan memberikan efek cahaya.

Beludru Panne: Adalah beludru yang ringan dan bulunya berada pada satu arah. Bulunya lebih panjang dari dress velvet, namun lebih pendek dari plush velvet.

Bahan handuk

Adalah bahan tekstil dengan benang berbulu, pada umumnya dibuat dari katun dan kadang disebut juga Turkish Towelling. Dapat berupa rajutan berwarna atau bermotif. Efek yang mirip dapat dihasilkan dengan cara tufting atau rajut.

(27)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 4

Jenis-jenis bahan yang ditenun – lanjutan

Pakan berbulu

Pakan berbulu potongan, misalnya, beludru tiruan, corduroy, velour

Corduray

Adalah bahan tekstil dengan pakan berbulu dimana bulunya membentuk tali yang ada pada bagian panjang bahan. Biasanya tinggi, halus dan umumnya dibuat dari katun. Bulunya dapat dicetak. Berbagai variasi berat dan lebar tali tersedia.

Flannel

Bahan tenunan polos atau keper/twill yang permukaannya halus apabila dipegang dan bahannya agak lembut dan naik. Aslinya terbuat dari wool dan sekarang campuran.

Flannellette

Imitasi katun dari flannel wool. Secara halus, benang pintal digunakan pada pakan dan benang tersebut bereaksi pada gerakan mesin yang bekerja. Bahan ini dapat dicat, dicetak atau diwarnai.

Suede cloth

Bahan imitasi kulit suede yang dibuat dengan memberikan serat pendek timbul yang sangat padat.

(28)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 5

Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak

Demonstrasi oleh guru/pelatih

Jenis-jenis bahan bergaris

Terdapat tiga arah utama yang digunakan untuk bahan bergaris, misalnya, vertikal (ke arah lebar), horisontal (ke arah panjang) dan garis diagonal. Arah dapat menghasilkan versi yang seimbang (balanced) atau tidak seimbang (unbalanced). Gambar 1

(29)

Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak – lanjutan Jenis-jenis bahan berkotak

Kotak adalah kombinasi garis yang mungkin dibuat dengan tekstur atau warna yang berbeda dari latar belakangnya. Cara-cara menangani bahan kotak-kotak sama dengan bahan bergaris. Gambar 2

Gambar 2

Garis yang seimbang/sejajar dan garis yang tidak seimbang/sejajar

Pola garis merupakan faktor pertimbangan terpenting pada saat membeli dan meletakkan bahan. Garis-garis seperti halnya kotak-kotak dapat seimbang atau tidak seimbang. Untuk menentukan jenis garis, lipat bahan sepanjang bagian tengah garis yang dominan. Garis dominan ini biasanya garis yang paling lebar, garis pada bagian tengah rancangan atau garis berwarna paling cerah. Jika anda mendapatkan kesulitan dalam melakukankannya, lipat bahannya. Garis yang paling terlihat berarti garis yang dominan. Lipatlah sudut kain ke belakang (seperti pada gambar). Jika garisnya cocok berarti garis tersebut seimbang. Jika garisnya tidak cocok, berarti garisnya tidak seimbang. Gambar 3

Gambar 3

(30)

Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak – lanjutan Memilih bahan bergaris

Pilih jenis garis dengan seksama. Ingat, garis horisontal cenderung membuat orang terlihat pendek dan garis vertikal membuat orang terlihat tinggi. Garis yang lebih tipis membuat anda terlihat lebih ramping dari pada garis yang tebal, dan garis horisontal akan lebih menekankan pada bagian dada dan pinggul. Jadi, periksalah dahulu bentuk busana yang ingin dibuat sebelum memilih garis yang tipis, tebal, vertikal dan horisontal. Garis vertikal paralel dengan pinggiran bahan dan garis horisontal mengahampar dari pinggir ke pinggir pada lebar bahan. Akan lebih mudah bekerja dengan pola yang lembarannya sedikit karena sangat sulit bahkan tidak mungkin untuk mencocokkan garis berpola rumit. Diperlukan kain yang lebih banyak jika membuat garmen dari bahan bergaris. Jumlah kain yang dibutuhkan tergantung pada:

• ukuran pola • bentuk garmen

• jumlah dan ukuran potongan • lebar garis (motif)

• frekuensi pengulangan garis

Jumlah bahan tambahan yang dibutuhkan untuk bahan bergaris berkisar antara 30 – 50 cm. Untuk bahan berkotak diperlukan lebih banyak lagi.

Memilih pola untuk bahan bergaris dan bahan berkotak

Pada saat memilih pola atau model, pilihlah desain yang sederhana dengan jumlah sambungan yang sangat sedikit. Busana berpotongan sedikit yang dibuat dengan garis yang tidak putus, lurus atau bias, akan memberikan hasil yang baik. Hindari rancangan dengan garis princess, kupnat horisontal yang panjang, kedutan melingkar dan rancangan dengan kerutan yang banyak.

Bahan berkotak kecil dapat lebih mudah disesuaikan daripada kotak kotak yang lebar, karenanya dapat dibuat berbagai variasi model.

Bahan berkotak bisa lebih sulit dipotong daripada bahan bergaris, karena kotak terdiri dari garis horisontal dan vertikal.

Hasil akhir garmen akan dipengaruhi oleh cara pengaturan untuk memotong bahan bergaris dan bahan berkotak.

(31)

Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak – lanjutan Mencocokkan garis dan kotak untuk pemotongan

Apabila potongan pola tidak akurat dari awal, bahan bergaris atau bahan berkotak tidak cocok saat dilebarkan, maka pada saat dijahitpun tidak akan cocok.

Bahan bergaris dan bahan berkotak harus dicocokkan pada garis sambungan, BUKAN pada garis potong. Pada saat meletakkan bahan, tunggal atau lapis dua, yakinkan bahwa garis dari kedua lapisan itu berada langsung di atasnya. Untuk menghindari pergeseran, beri pemberat pada bahan atau gunakan jarum pentul.

Letakkan bagian kain yang baik menghadap keatas sehingga motifnya terlihat jelas untuk dapat dicocokkan

Gambar 4

(32)

Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak – lanjutan Meletakkan pola untuk garis horisontal yang sejajar (seimbang)

Cara meletakkan pola tergantung dari jenis garis yang dipilih. Garis yang paling mudah untuk diletakkan adalah garis horisontal yang sejajar (balanced). Gambar 5

Gambar 5

Buat tanda arah serat di sudut yang tepat pada garis. Mulailah dengan menentukan posisi keliman (gaun, rok atau blus/atasan) pada seluruh lembaran pola yang sesuai, dan beri tanda yang jelas pada pola. Letakkan posisi garis kelim ini pada bagian bawah dari garis paling dominan sebagai langkah awal. Dengan meletakkan garis kelim pada garis dominan, maka berarti garis dominan akan jatuh pada bagian dada dan pinggul, sesuaikan garis kelim sehingga tidak berada pada garis dada dan pinggul. Jika garis kelim mempunyai lengkungan yang jelas, letakkan garis dominan pada bagian tengah belakang atau tengah muka garmen untuk mendapatkan tampilan yang diinginkan. Yakinkan semua pusat sambungan mempunyai garis yang cocok. Jika ada kupnat dada, sambungan samping akan dicocokkan dari garis keliman garmen ke atas hingga posisi kupnat dada. Hal ini akan meyakinkan bahwa hampir semua sambungan pinggir cocok. Sambungan yang tidak cocok di atas kupnat dada tidak akan terlihat karena terletak pada bagian bawah lengan. Gambar 6

Kupnat dada Gambar 6

(33)

Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak – lanjutan

Jika busana memiliki lengan yang tetap, cocokkan garis-garis pada takik kerung lengan depan dengan takik yang ada ditempat persambungan. Garis pada bagian kerung lengan belakang tidak selalu cocok.

Cara-cara ini diterapkan pada bahan berkotak-kotak yang seimbang.

Meletakkan bahan pada bahan tekstil bergaris vertikal sejajar

Pada bahan bergaris vertikal yang sejajar, letakkanlah lembaran pola dengan tanda garis serat sejajar dengan garis. Letakkan pola tengah muka dan tengah belakang pada garis dominan. Jika pola belakang memiliki keliman tengah belakang, buatlah garis keliman, BUKAN garis potongan, di tengah garis dominan sehingga ketika telah dijahit akan terlihat garis yang tidak patah/menyambung. Jika ingin garis terlihat menyambung terus pada seluruh pakaian, letakkan garis dominan pada bagian tengah lengan dengan menggunakan puncak bahu sebagai posisi acuan. Gambar 7

Gambar 7

Pada rok ‘A-line’, garis vertikal akan membentuk ‘chevron’ (sambungan sudut) pada bagian keliman samping. Lebar rok akan menentukan sudut dari ‘chevron’. Letakkan bagian tengah muka rok pada garis dominan lalu cocokkan dengan keliman pinggir. Garis yang dominan mungkin tidak tepat jatuh pada bagian tengah belakang, namun ini tidak terlalu penting dibandingkan dengan mendapatkan ‘chevron’ yang sempurna. Jika tidak mungkin untuk mencocokkan seluruh bagian, pertimbangkanlah di bagian mana yang terlihat jelas sekali bila tidak cocok.

(34)

Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak – lanjutan

Meletakkan pola pada bahan tekstil bergaris horisontal tidak seimbang

Cara-cara menangani bahan bergaris horisontal tidak seimbang serupa dengan cara penanganan untuk bahan bergaris horisontal sejajar.

Letakkan garis dominan di pinggir bawah garmen, kecuali jika penempatan ini

menyebabkan garis dominan berada di posisi yang tidak diinginkan, seperti pada garis dada atau pinggul.

Dengan cara serupa dengan garis horizontal, beri tanda posisi keliman pada pola

dengan jelas dan sejajarkan dengan garis kasar pada posisi tegak lurus pada garis yang ada pada bahan tekstil.

Perbedaan yang paling penting antara garis sejajar dan tidak seimbang, adalah bahwa semua lembaran pola harus diletakkan pada arah yang sama untuk meyakinkan garis yang tidak seimbang tidak diulangi pada bagian garmen yang lain. Yaitu pada bagian bawah lengan, bagian depan garis keliman, bagian belakang garis keliman, dst,

semuanya diletakkan pada arah bagian kanan atau semua diletakkan pada bagian arah kiri.

Untuk pakaian dua-potong misalnya rok dan atasan dari bahan yang sama, semua lembaran pola harus diletakkan pada arah yang sama hingga garis akan terlihat menyambung dari atas sampai bawah. Gambar 8.

Cara-cara ini juga diterapkan pada bahan berkotak tidak seimbang.

(35)

Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak – lanjutan

Meletakkan pola bahan tekstil bergaris vertikal yang tidak seimbang

Ada dua cara untuk mengatur garis vertikal yang tidak seimbang pada garmen. Gambar 9

1. Garis yang diulang dapat berkesinambungan pada garmen.

Gambar 9

2. Garis dapat menjadi refleksi dari garis itu sendiri seperti bayangan pada kaca, pada kedua sisi atau pada sambungan tengah.

Gambar 10

Tidak masalah efek yang ditimbulkannya, tanda garis yang berserat selalu paralel dengan garisnya.

(36)

Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak – lanjutan Garis yang berkesinambungan pada pakaian/garmen

Garis yang dominan dipilih untuk bagian tengah belakang dan posisi bagian tengah depan. Jenis garmen tersebut harus dipotong bahannya secara tunggal atau ganda untuk mendapatkan garis lurus yang berkesinambungan.

Gambar 11

Garis diulangi mungkin terlalu lebar atau terlalu sempit untuk dapat dicocokkan dengan sempurna pada seluruh garmen. Jika itu masalahnya maka lebih baik memiliki

sambungan samping yang sedikit tidak sesuai pada bagian tengah depan atau belakang. Ingatlah, untuk layout pola jenis ini sambungan bahu tidak akan cocok atau tidak akan membentuk ‘chevron’ pada keliman samping.

Efek cermin

Untuk mendapatkan efek cermin, pola harus mempunyai sambungan tengah yang lurus dan paralel dengan arah serat. Seluruh lembaran pola harus dipotong secara tunggal, dan setengahnya lagi merupakan pengulangan (kebalikan) dari yang pertama pada saat diletakkan. Gambar 12.

Catatan: Bahan tekstil yang berbulu (dengan arah yang spesifik) tidak dapat digunakan untuk efek cermin.

(37)

Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak – lanjutan

Gambar 12

Garis pada sambungan sisi akan membentuk ‘chevron’. Pada bahan bergaris lainnya, letakkan garis sambungan BUKAN garis potongan pada bagian tengah, pada garis dominan pada bagian tengah sehingga potongan yang dijahit akan terlihat menyambung. Untuk garmen berkerah, batasi garis pada bagian tengah belakang garmen.

Kerah dan manset

Kerah harus diletakkan pada arah panjang dari motif, sehingga garis yang dominan yang ada pada kerah akan mempunyai arah garis yang sama pada bagian badan dari kemeja. Gambar 13

Manset juga harus diletakkan pada arah panjang dari motif. Penempatan garis harus identik pada masing-masing manset.

(38)

Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak – lanjutan Lembaran pola pada potongan serong

Lembaran pola dipotong secara serong untuk: • mendapatkan efek rancangan

• memudahkan untuk mengkonstruksi, misalnya, dapat menghindari keharusan untuk mencocokkan garis atau kotak.

Lembaran pola yang dipotong menyerong biasanya lembaran diletakkan secara ganda, misalnya, yoke, tutup kantong, dsb. Bagian dalam garmen harus dipotong lurus untuk mendukung bagian luar dan tidak tertarik. Gambar 14.

Gambar 14

Menggunakan bahan tekstil bergaris diagonal

Bahan dengan garis diagonal biasanya dicetak bukan ditenun. Semakin besar garis, sebaiknya semakin berhati-hati dalam menentukan model.

Pemilihan model yang paling cocok dengan garis diagonal yang dicetak adalah rok lurus, sambungannya sedikit, lengan pas dan kupnat lurus di bawah lengan.

Fitur model yang harus dihindari:

Kerah yang dipotong dengan lipatan dapat membuat garisnya atau motifnya berbeda arah pada bagian kiri dan bagian kanan. Gambar 15. Hal yang sama akan terjadi pada lipatan yang ditekuk.

Jika menginginkan kerah, disarankan jenis kerah berdiri atau model kerah Shanghai lebih sesuai.

(39)

Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak – lanjutan

Gambar 15

Model dengan sambungan serong tidak akan cocok. Garis diagonalnya akan bertemu secara tegak lurus. Gambar 16

Gambar 16

Rok dengan model ‘A-line’ mempunyai masalah yang sama, walaupun

ketidakcocokannya tidak begitu nyata. Rok lipit, apabila seluruh sambungan tidak lurus dan tanpa kerutan, sangat tidak mungkin dicocokkan.

Kupnat panjang yang serong akan menyebabkan masalah pada saat menggunakan garis diagonal. Pada saat dijahit, kupnat ini akan berbeda pada sisi kiri dan kanan dari garmen. Pada satu sisi badan garis

diagonal dapat dijahit kupnatnya, sementara pada sisi lainnya ada garis diagonal yang patah dan tidak cocok. Gambar 17

(40)

Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak – lanjutan

Lengan dolman, kimono atau lengan apa saja yang dipotong menjadi satu dengan bagian badan akan menyebabkan masalah. Pada satu lengan garis akan terlihat horisontal dan pada sisi lainnya akan terjadi vertikal. Gambar 18

Gambar 18

Model dengan bagian depan dan belakang berbeda lebarnya tidak mungkin dapat dicocokkan.

Layout bahan diagonal

• Sama dengan bahan tekstil cetakan atau tenunan yang tidak biasa,

layout pemotongan adalah bagian terpenting dari keseluruhan proses, dan oleh sebab itu memerlukan perencanaan yang seksama.

• Semua pencocokan dan penyesuaian harus dilakukan sebelum bahan tekstil dipotong

• Apabila memungkinkan, hindari keliman tengah depan untuk mengurangi pencocokan bagian focus dari garmen, atau alternatifnya buat menjadi sambungan sudut (chevron) dan menjadikannya ciri dari garmen.

• Untuk membuat layout pola dengan diagonal yang konsisten pada kedua bagian depan dan belakang, bahan tekstil harus dipotong secara tunggal, seluruh lembaran pola menghadap pada satu arah seperti pada layout

bahan berserat atau berbulu pendek. Dengan demikian lembaran pola yang memerlukan dua potongan polanya harus dibalik pada saat membuat potongan yang kedua.

Layout pola dengan mencocokkan diagonal pada posisi potongan dan garis kEliman, BUKAN garis potongan.

• Pada bahan tekstil diagonal dipotong menyerong, garis akan menjadi horisontal atau vertikal. Gunakan efek kontras ini pada saku, manset, lapisan, dll akan menjadikan garmen menarik dan tidak perlu

(41)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 6 Teknik pemotongan

Demonstrasi oleh guru/pelatih

• Siapkan peralatan pemotongan dan yakinkan bahwa guntingnya tajam • Genggam gunting untuk meyakinkan kontrol yang maksimum

• Tentukan tahapan pemotongan yang paling efisien, yaitu posisi yang dapat paling memungkinkan untuk memotong secara akurat. Hindari memotong pada sisi yang ‘tidak terlihat’.

• Potong dengan menggunakan tekanan yang panjang sehingga tidak terjadi garis potongan yang patah.

• Periksa kualitas hasil potongan apakah sesuai dengan spesifikasi pola • Tarik setiap satu lembar potongan dari tumpukan utamanya setelah

dipotong untuk persiapan pengikatan.

• Potong lubang dan beri tanda posisi untuk ujung kupnat dan fitur modelnya.

• Bersihkan meja dari potongan bahan tekstil setelah selesai memotong seluruhnya, periksa bahwa tidak ada potongan yang hilang.

(42)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 7

Prosedur pengawasan kualitas – lembar potongan

Demonstrasi oleh guru/pelatih

Contoh ceklis yang sesuai untuk melaksanakan pemeriksaan kualitas terhadap lembaran potongan.

No

Item

1. Meletakkan semua bagian yang dipotong di atas meja potong

2. Menghitung dan mengidentifikasi lembaran potongan sesuai dengan spesifikasi lembaran pola pada lembar kerja

3. Memeriksa apakah identifikasi dan tanda serta label pada setiap lembar potongan sesuai dengan identifikasi dari lembaran pola

4. Memeriksa ukuran dan bentuk pola terhadap setiap lembaran potongan – toleransi maksimum adalah 1 mm lebih

besar/lebih kecil

5. Yakinkan posisi lubang merefleksikan posisi yang diberi tanda pada lembaran pola – penyimpangan maksimum adalah 1 mm ke kiri atau ke kanan dari lubang pola.

6. Periksa kedalaman lubang – maksimum dalamnya 2 mm dari sisi potongan.

(43)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 8

Pengikatan, pemasangan tiket dan penyimpanan

Proses pengikatan adalah mengumpulkan bagian komponen garmen beserta

aksesorinya misalnya, lapisan, sambungan, zipper dsb, untuk membuat satu ikat yang lengkap sebagai persiapan konstruksi.

Terminologi yang digunakan pada tempat pemotongan

Batch (dye lot)

Seluruh rol dari bahan tekstil dicelup pada saat yang sama, pada tumpukan celupan yang sama, menjadikan seluruhnya mempunyai warna yang sama.

Ikat

Menggabungkan seluruh komponen dan aksesori yang diperlukan untuk melaksanakan tahapan produksi berikutnya, dan membuatnya menjadi satu paket yang lengkap. Komponen

Bagian-bagian dari pola garmen yang dipotong.

Shades

Sedikit perbedaan warna dari bahan tekstil. Ini disebabkan oleh pencelupan yang berbeda tetapi dalam warna yang sama.

Pita

Lembaran bahan tekstil yang kecil untuk mengikat ikatan menjadi satu unit. Biasanya ini dibuat dari sisa bahan potongan.

Hiasan

Tambahan potongan garmen selain dari komponen yang dipotong. Bisa berupa bahan pengisi, pelapis, rib, karet, dsb.

Aksesoris dan hiasan meliputi

Banding

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat ban pinggang celana. Kancing

(44)

Pengikatan, pemasangan tiket dan penyimpanan – lanjutan Tali (cord)

Digunakan untuk celana pendek, atasan, topi kerudung, baju renang, baju olahraga, jaket, dsb.

Elastik/karet

Bahan regang yang biasa digunakan pada ban pinggang, manset, pakaian anak-anak, pakaian dalam.

Fusing

Digunakan untuk membuat kaku dan membentuk berbagai bagian dari garmen. Zipper

Tersedia dalam berbagai warna dan ukuran sesuai dengan panjangnya bukaan. Label

Tanda dari bahan yang menyebutkan nama pembuatnya, ukuran garmen, jenis bahan, asal negara, instruksi pencucian, dsb.

Interlining

Bahan tipis yang digunakan untuk mendukung bahan utama

Lining

Bahan tipis yang ditambahkan pada bagian dalam garmen Meja pengikatan

Meja yang tingginya sepinggang untuk memilah-milah komponen, aksesori dan menggabungkannya menjadi satu ikat.

Troli

(45)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 8 Proses pengikatan

Demonstrasi oleh guru/pelatih

• Kumpulkan bagian-bagian komponen yang akan diikat

• Kumpulkan semua tiket dan label yang diperlukan untuk melengkapi ikatan

• Memeriksa jenis dan potongan komponen yang benar sesuai dengan lembar kerja

• Pisahkan lembaran-lembaran berdasarkan ukuran, warna apabila sesuai

• Periksa potongan-potongan dari kerusakan dan lakukan tindakan perbaikan

• Tumpuk jumlah lembaran potongan diatas satu sama lain, mulai denan potongan yang terbesar sampai ke yang terkecil dengan label dan aksesori yang sesuai misalnya, zipper, kancing, dst diletakkan pada bagian paling atas

• Gulung lembaran tersebut dan ikat menjadi satu untuk meyakinkan tidak ada lembaran yang jatuh dari ikat

• Tempelkan identitas tiket pada bagian luar ikat • Buat catatan pekerjaan sudah diselesaikan

(46)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 8 Memilih hasil potongan

Letakkan hasil potongan diatas meja dan kumpulkan aksesori yang sesuai.

Periksa bahwa hasil potongan dan aksesoris sesuai dengan persyaratan spesifikasi yang ada pada lembar kerja.

(47)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 8 Memilih hasil potongan – lanjutan

Memilih hasil potongan sesuai ukuran lembaran potongan, ukuran garmen dan warna apabila sesuai.

Mengikat hasil potongan

Kepada siapa harus melapor jika ada potongan yang hilang?

Mengikat hasil potongan, mulai dari lembaran yang paling besar dan lengkapi ikatan dengan aksesoris yang sesuai.

(48)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 8 Mengikat hasil potongan – lanjutan

Memeriksa lembar kerja untuk menentukan tiket dan label yang sesuai

Letakkan tiket dan label bersama-sama hasil ikatan

Laksanakan penghitungan lembaran untuk meyakinkan bahwa semua komponen ada pada ikat

(49)

Referensi GAR.OO02.017.01 – 8

Prosedur pemeriksaan kualitas – lembaran yang diikat

Demonstrasi oleh guru/pelatih

Contoh ceklis yang sesuai untuk melaksanakan pemeriksaan kualitas pada lembaran yang diikat.

No

Item

1. Letakkan semua bagian potongan dari tumpukan potongan diatas meja potong

2. Hitung dan identifikasi lembaran potongan sesuai dengan persyaratan yang ada pada lembar kerja

3. Periksa apakah ada komponen yang rusak 4. Periksa lembaran potongan yang tidak lengkap 5. Periksa warna yang benar dan jenis aksesorisnya 6. Periksa tiket dan labelnya benar

7. Periksa/hitung aksesorisnya misalnya, pinggiran potongan, tiket atau label, dst, sesuai dengan persyaratan pada lembar kerja

(50)

BAB V

SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI

5.1. Sumber Daya Manusia Pelatih

Pelatih Anda dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran Pelatih adalah untuk : a. Membantu Anda untuk merencanakan proses belajar.

b. Membimbing Anda melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar.

c. Membantu Anda untuk memahami konsep dan praktik baru dan untuk menjawab pertanyaan Anda mengenai proses belajar Anda.

d. Membantu anda untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang Anda perlukan untuk belajar Anda.

e. Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.

f. Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan. Penilai

Penilai Anda melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja. Penilai akan :

a. Melaksanakan penilaian apabila Anda telah siap dan merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan Anda.

b. Menjelaskan kepada Anda mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan Anda.

c. Mencatat pencapaian / perolehan Anda. Teman kerja/sesama peserta pelatihan

Teman kerja Anda/sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan. Anda juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan belajar/kerja Anda dan dapat meningkatkan pengalaman belajar Anda.

5.2. Sumber-sumber Perpustakaan

Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung proses pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan Pedoman Belajar ini. Sumber-sumber tersebut dapat meliputi :

1. Buku referensi (text book)/petunjuk kerja 2. Lembar kerja

3. Diagram-diagram, gambar 4. Contoh tugas kerja

(51)

Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada suatu unit kompetensi. Prinsip-prinsip dalam CBT mendorong kefleksibilitasan dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam suatu unit kompetensi tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk menggunakan sumber alternative lain yang lebih baik atau jika ternyata sumber-sumber yang direkomendasikan dalam pedoman belajar ini tidak tersedia/tidak ada.

Referensi tambahan

Samuels, R. & Hoffman R., ‘A cut above the rest, A guide to cutting and marker making for the apparel industry’, Publishing and Production Project, Sydney, 1994 Solinger, J., The apparel manufacturing handbook analysis principles and practice,

2nd Edition, Textile Book Service, New Jersey, USA, 1988

Cooklin, G., Introduction to Clothing Manufacture, Blackwell Scientific Publications, Melbourne, 1994

Ladbury, A., A Comprehensive A-Z of FABRICS, choosing, handling, wearing, cleaning, sewing, Magnam Books, London.

Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung, Pemotongan Bahan Tunggal, STTT, Bandung, 2003.

5.3. Peralatan & perkakas pemotongan bahan tekstil Jepitan

Alat yang dirancang untuk menjepit lembaran kain sehingga dapat dipindahkan dan dipotong dengan mudah.

Garis potongan

Garis yang digambar pada marker untuk memberi tanda bagian bahan tekstil yang akan dipotong. Gunting

Alat pemotong dengan tangan yang memiliki dua buah mata pisau yang digabungkan dengan mur dan baut, dirancang untuk memotong satu lembar atau beberapa lembar bahan tekstil sekaligus.

Pemberat

Balok besi dengan atau tanpa pegangan, terdapat dalam beragam ukuran berguna untuk menahan bahan tekstil saat dipotong.

Peralatan dan perlengkapan lain yang dibutuhkan:

Kapur tulis atau pensil Peniti

Pita meteran

Pelubang untuk posisi kupnat Potongan pola atau marker

(52)

ATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

SEKTOR GARMEN

MENGUKUR, MELETAKKAN DAN

MEMOTONG PAKAIAN SESUAI

DENGAN PESANAN

GAR.OO02.017.01

BUKU KERJA

DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.

(53)

DAFTAR ISI

Daftar Isi ...1 BAB I STANDAR KOMPETENSI ...2

1.1 Unit Kompetensi yang Dipelajari ...2 1.2 Judul Unit ...2 1.3 Kode Unit ...2 1.4 Deskripsi Unit ...2 1.5 Kemampuan Awal ...2 1.6 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja ...3 1.7 Batasan Variabel ...3 1.8 Panduan Penilaian ...4 1.9 Kompetensi Kunci ...6

BAB II TAHAPAN BELAJAR ...7 BAB III TUGAS TEORI DAN UNJUK KERJA ...9

Gambar

Gambar 1  LEBIH GELAP MENGARAH KE ATAS  MENGARAH KE BAWAH LEBIH TERANG

Referensi

Dokumen terkait

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia

Manfaat yang diharapkan adalah mengetahui/mengerti kondisi termal (suhu, kelembaban, kecepatan angin dan radiasi matahari) dalam ruang perpustakaan kaitannya dengan

Equality rights, yaitu azas/prinsip dalam kaidah Hukum Internasional yang menjelaskan bahwa setiap negara yang melakukan hubungan pada dasarnya berkedudukan sama,

Jika terdapat bukti objektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo yang dicatat pada

menyediakan data keuangan yang dapat digunakan oleh sistem informasi di berbagai

Ini menunjukkan bahwa good corporate governance yang diproksikan dengan dewan komisaris, dewan direksi, komite nominasi dan remunerasi, dan komite manajemen risiko berpengaruh

cermin dan lampu gantung yang jatuh menimpa korban (pubs.usgs.gov). Respon ‘jongkok, berlindung, pegangan’ yang dilakukan dengan cepat dapat mengurangi resiko celaka

Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Luas Wilayah Daerah terhadap Alokasi Belanja Modal Studi Empiris di. Provinsi Jawa