• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORANKEMAJUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS BAGI PESANTREN (IbP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORANKEMAJUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS BAGI PESANTREN (IbP)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORANKEMAJUAN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

IPTEKS BAGI PESANTREN (IbP)

IbP PROMOSI KONSUMSI PANGAN KAYA BESI HEM

UNTUK MENCEGAH ANEMI PADA SANTRIWATI

Oleh :

Sri Maywati, SKM., M. Kes / NIDN 0402077701

Lilik Hidayanti, SKM., M.Si / NIDN 0411037701

Lilik Hidayanti, SKM., M.Si / NIDN : 0411037701

Sri Maywati, SKM., M.Kes/NIDN : 0402077701

UNIVERSITAS SILIWANGI

Juli, 2017

(2)
(3)

3 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI ... i RINGKASAN... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1Analisis Situasi ... 1 1.2Permasalahan Mitra... 3

BAB II TARGET LUARAN ... 7

BAB III METODE PELAKSANAAN ... 8

BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ... 12

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

BAB VI RENCANA TAHAP SELANJUTNYA ... 16

BAB VII SIMPULAN ... 17

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(4)

4

RINGKASAN

IbP Promosi Konsumsi Pangan Kaya Besi Hem untuk Mencegah Anemi pada Santriwati

Oleh :

Sri Maywati, Lilik Hidayanti

Kejadian anemia terutama pada santriwati jumlahnya masih sangat banyak. Anemia dapat menyebabkan penderitanya mudah mengalami kecapaian sehingga akan menganggu aktivitas. Anemi juga menyebabkan seseorang mudah mengantuk dan kurang berkosentrasi sehingga apabila terjadi pada anak sekolah dapat menyebabkan penurunan prestasi belajar. Di samping itu, Remaja sebagai calon ibu apabila menderita anemia kelak dapat melahirkan bayi yang BBLR sehingga dapat berdampak pada penurunan kualitas SDM di masa yang akan datang.

Hasil pengamatan yang dilakukan terkait dengan penyebab anemia pada santriwati menunjukkan : 1). Rendahnya konsumsi zat besi hem pada santriwati; 2) masih banyak Santriwati kurus dengan IMT kurang dari 18,5; serta 3) Konsumsi makanan jajanan yang tidak bergizi.

Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan kesehatan di pesantren dilakukan dengan mengusulkan kegiatan Ipteks bagi Pesantren (IbP) Promosi Konsumsi Pangan Kaya Besi Hem untuk Mencegah Anemia pada Santriwati yang bekerja sama dengan dua (2) pondok pesantren (Ponpes) di Kota Tasikmalaya yaitu Ponpes Sabilulhuda dan Ponpes Ibadurrahman sebagai mitra. Kegiatan yang disepakati dengan mitra adalah 1) Kegiatan berbagi cerita asupan sumber besi melalui metode pemicuan, 2) Promosi jenis zat besi (besi hem, non hem, pemacu dan penghambat), 3) Promosi makanan jajanan kaya besi hem, 4) Demonstrasi penyusunan dan pembuatan menu makanan kaya besi hem. Luaran yang dihasilkan dari kegiatan IbP ini adalah 1) Buku saku panduan pencegahan anemi pada remaja putri dan 2) Artikel Jurnal yang akan diterbitkan di jurnal Pengabdian masyarakat.

(5)

5

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Analisis Situasi

Kota Tasikmalaya dikenal sebagai kota santri, karena terdapat banyak sekali pondak pesantren di kota ini. Di pondok pesantren para santri termasuk santriwati memiliki aktivitas yang padat hingga larut malam. Tingginya aktivitas fisik membutuhkan energi tinggi yang diperoleh dari asupan makanan sehari-hari. Apabila asupan gizi tidak terpenuhi maka santriwati berisiko untuk menderita masalah gizi kurang salah satu diantaranya adalah anemia.

Anemia memberikan keluhan penderitanya mudah mengalami kecapaian sehingga akan menganggu aktivitasnya. Anemi juga menyebabkan seseorang mudah mengantuk dan kurang berkosentrasi sehingga apabila terjadi pada anak sekolah dapat menyebabkan penurunan prestasi belajar. Di samping itu, Remaja sebagai calon ibu apabila menderita anemia kelak dapat melahirkan bayi yang BBLR sehingga dapat berdampak pada penurunan kualitas SDM di masa yang akan datang.

Anemia pada anak usia 5 - 14 tahun di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang ditandai dengan kadar Hb kurang dari 12,0 g/dL masih sebesar 26,4% (Balitbangkes 2013). Anemia pada remaja atau anak sekolah dari berbagai penelitian di Indonesia berkisar 36% - 43%. Namun pada siswi pondok pesantren prevalensi anemia lebih tinggi. Hasil penelitian Pondok Pesantren (Ponpes) Modern Selamat Kendal, anemia pada santriwati sebesar 93,50% dan di Ponpes Putri Bani Umar Al Karim Kendal sebesar 83,90% (Kustyaningsih 2007). Anemia pada santriwati di Ponpes darul Ulum Jombang sebesar 53,5 % (Nur Sya’bani, 2016), dan di Ponpes Mranggen Kabupaten Demak sebesar 74,6% (Astuti R 2014).

Kejadian anemia pada remaja putri antara lain disebabkan karena kehilangan darah saat menstruasi, status kesehatan, status gizi kurang (kurus) dengan IMT kurang dari 18,5 dan rendahnya asupan fe. Rendahnya asupan fe merupakan faktor yang paling sering menyebabkan anemia (WHO 2001).

(6)

6

Zat besi dalam makanan dibedakan menjadi dua, zat besi non hem yang tingkat penyerapan dalam tubuhnya rendah dan zat besi hem dengan tingkat penyerapan yang tinggi. Di samping itu, ada makanan yang dapat memacu penyerapan zat besi yaitu meat faktor dan vitamin c. Sedangkan makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi adalah the. Untuk mencegah terjadinya anemia maka harus ditingkatkan konsumsi zat besi hem.

Karakteristik santriwati di pondok pesantren Al falah dan Sabilulhuda rata-rata berusia 9-20 tahun yang merupakan usia remaja dan sudah mengalami menstruasi. Hasil pengukuran IMT yang dilakukan kepada 59 santriwati menunjukkan bahwa ada 32 orang (56 %) yang memiliki IMT < 20 yang masuk kategori kurus. Temuaan lain adalah rendahnya asupan makronutrien (energi dan protein) yang menyebabkan rendahnya asupan mikronutrien termasuk zat besi. Berdasarkan hasil wawancara diketahui, penyebabnya adalah karena banyak santriwati yang sering membatasi asupan makanannya karena takut gemuk. Di samping itu, kebiasaan jajan santriwati yang sebagian besar adalah makanan dengan kandungan energi, protein dan vitamin yang rendah seperti keripik, cilok, cimol, dll. Kondisi ini menyebabkan santriwati di kedua ponpes tersebut rawan mengalami anemia.

Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka kami akan berkontribusi dengan melaksanakan kegiatan Ipteks bagi Pesantren (IbP) Promosi Konsumsi Pangan Kaya Besi Hem untuk Mencegah Anemi pada Santriwati. Promosi pangan kaya besi hem merupakan upaya untuk mencegah agar santriwati tidak menderita anemi. Pelaksanaan kegiatan IbP dilakukan bekerjasama dengan 2 (dua) pondok pesantren (Ponpes) di Kota Tasikmalaya yaitu Ponpes Sabilulhuda dan Ibadurrahman sebagai mitra. Hasil pertemuan dan diskusi dengan mitra disepakati bahwa upaya pemecahan masalah untuk mencegah terjadinya anemi pada santriwati yang akan dilakukan adalah berbagi cerita asupan besi hem santriwati melalui metode pemicuan, promosi makanan kaya besi hem, demonstrasi penyusunan menu makanan kaya besi hem, serta pelatihan penghitungan kandungan zat besi dalam makanan.

(7)

7 1.2. Permasalahan Mitra dan Solusi

Permasalahan Mitra 1 (Ponpes Sabilulhuda) dan Mitra 2 (Ponpes Ibadurrahman) hampir sama sehingga ada persamaan solusi yang diberikan dan disepakati oleh semua pihak.

Tabel 1.1 Permasalahan dan solusi untuk Mitra 1 dan Mitra 2

No Permasalahan Penyebab

Masalah

Solusi yang disepakati

1. Anemi Gizi Besi

Rendahnya konsumsi zat besi hem

1.Berbagi cerita asupan sumber besi melaui metode pemicuan

2.Promosi jenis zat besi (besi hem, non hem, pemacu dan penghambat) 3.Promosi makanan jajanan kaya

besi hem

4.Demonstrasi penyusunan dan pembuatan menu makanan kaya besi hem

5.Pelatihan Penghitungan kandungan zat besi dalam makanan

Santriwati kurus Konsumsi makanan jajanan yang tidak bergizi

(8)

8

BAB II

TARGET DAN LUARAN

2.1 Target

Target yang ditetapkan dalam Ipteks bagi Pesantren (IbP) Bina Santri Sehat adalah :

1. Mitra dapat mengevaluasi diri mereka sendiri terkait dengan asupan sumber besi yang dikonsumsinya

2. Mitra mengetahui dan memahami mengenai pangan kaya besi hem, pemacu dan penghambat penyerapan besi dalam tubuh

3. Mitra mampu mengenali dan memilih makanan jajanan yang kaya besi hem 4. Mitra mampu menyusun menu bergizi yang kaya zat besi hem

5. Mitra mampu menghitung masukan besi dari makanan yang dikonsumsi

2.2 Luaran

Luaran dari program IbP ini adalah :

1. Buku saku panduan pencegahan anemi pada remaja putri

(9)

9

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1Metode Pendekatan Masalah

Kasus anemia yang terjadi pada santriwati di pondok pesantren jumlahnya lebih banyak dibandingkandengan yang terjadi pada remaja umumnya. Anemi yang dihadapi oleh para santriwati di pesantren disebabkan oleh rendahnya konsumsi zat besi hem, masih banyak santriwati yang kurus, serta sebagian besar konsumsi makanan jajanan yang tidak bergizi. Tahapan yang dilakukan oleh tim agar santriwati menjadi tahu, mau dan mampu menerapkan upaya pencegahan terjadinya anemi meliputi tahapan sadar, tertarik, uji coba, evaluasi, dan adopsi konsep.

Penggunaan prinsip ini memungkinkan mitra mengetahui, menemukan dan menyadari sendiri kekurangan serta kesalahan yang dilakukan, sehingga solusi yang diberikan melalui transfer Ipteks merupakan solusi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan oleh mitra. Melalui proses seperti ini diharapkan inovasi yang diberikan memiliki tingkat keberlanjutan yang tinggi dan menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh mitra.

Upaya penyadaran dilakukan dengan berbagi cerita terkait asupan sumber besi melalui metode pemicuan untuk mengetahui kondisi eksisting yang selama ini dilakukan oleh para santriwati terkait dengan asupan zat besi dan kemudian mereka mampu melakukan evaluasi diri. Penyampaian informasi melalui (1) promosi Promosi jenis zat besi (besi hem, non hem, pemacu dan penghambat), dan (2) Promosi makanan jajanan kaya besi hem. Upaya memberikan contoh agar mitra mampu dan terbiasa melakukan melalui demonstrasi penyusunan menu makanan kaya besi hem dan pelatihan Penghitungan kandungan zat besi dalam makanan.

(10)

10

Secara garis besar proses yang dilakukan agar mitra tahu, mau dan mampu melaksanaan program pencegahan anemi, digambarkan sebagai berikut :

Permasalahan Mitra 1 Permasalahan Mitra 2

Pencegahan Anemi :

1. Rendahnya konsumsi zat besi hem 2. Masih banyak santriwati kurus

3. Konsumsi makanan jajanan yang tidak bergizi

SOLUSI

1. Berbagi cerita asupan sumber besi santriwati melalui metode pemicuan 2. Promosi jenis zat besi (besi hem, non hem, pemacu dan penghambat) 3. Promosi makanan jajanan kaya besi hem

4. Demonstrasi penyusunan menu makanan kaya besi hem 5. Pelatihan Penghitungan kandungan zat besi dalam makanan

Hasil

Tidak ada kasus anemia pada santriwati

Pencegahan anemi:

1. Rendahnya konsumsi zat besi hem 2. Masih banyak santriwati kurus

3. Konsumsi makanan jajanan yang tidak bergizi

(11)

11

3.2Tahapan Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan yang disusun sebagai upaya pencegahan terjadinya Anemia pada santriwati meliputi lima (5) tahapan, yaitu :

1. TAHAP PERTAMA : merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kesadaran kepada mitra mengenai prilaku konsumsi makan yang telah dilakukan selama ini. Mitra diharapkan dapat melakukan evaluasi diri terhadap pola makan yang telah dilakukan

Kegiatan yang dilakukan adalah pemicuan dengan cara membagi mitra dalam 2 kelompok, masing-masing kelompok didampingi oleh satu orang fasilitator. Setiap peserta diberikan waktu 5-10 menit untuk bercerita mengenai pola makan yang telah dijalaninya selama ini. Kemudian dilanjutkan dengan analisis oleh fasilitator dan diakhiri dengan evaluasi yang dilakukan oleh masing-masing peserta.

2. TAHAP KEDUA : merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat mitra tertarik terhadap program yang diberikan.

Kegiatan melalui promosi Promosi jenis zat besi (besi hem, non hem, pemacu dan penghambat) dan Promosi makanan jajanan kaya besi hem

3. TAHAP KETIGA : merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada mitra melakukan Ujicoba

Kegiatan melalui program Demonstrasi penyusunan menu makanan kaya besi hem dan Pelatihan Penghitungan kandungan zat besi dalam makanan 4. TAHAP KEEMPAT : merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan

untuk melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan

Kegiatan melalui memaparkan hasil analisis recall dan hasil penghitungan asupan zat besi sebelum program dilakukan dan sesudah program dilakukan

5. TAHAP KELIMA : merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk memastikan mitra mengadopsi konsep

Kegiatan yang dilakukan melalui recall selama 3 hari secara tidak berurutan untuk mengetahui perubahan asupan makan mitra setelah program selesai diberikan

(12)

12

3.3 Kontribusi dan Partisipasi Mitra

Mitra 1 adalah Ponpes Sahibulhuda dan mitra 2 adalah Ponpes Ibadurrahman yang merupakan sebuah asrama pendidikan Islam tempat para santri tinggal dan belajar bersama. Kedua mitra merupakan pesantren aktif yang memiliki bangunan atau pondok sebagai tempat menginap para santri. Di samping itu, kedua mitra juga memiliki santriwati yang menginap di pondok pesantrennya.

(13)

13

BAB IV

KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

4.1 Kinerja LPPM Universitas Siliwangi dalam Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat

Kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah dilakukan oleh Universitas Siliwangi melalui LPPM antara lain PPM yang dilakukan oleh unit kerja dan dosen dengan sumber dana internal Universitas Siliwangi, DIKTI, maupun PPM KKN tematik dengan sumber dana dari Provinsi Jawa Barat. Kinerja PPM yang dilakukan oleh LPPM UNSIL terjadi peningkatan dari tahun ke tahun dilihat dari penambahan jumlah PPM. Berikut disampaikan PPM Universitas Siliwangi dalam 1 (satu) tahun terakhir : Tabel 4.1. Kinerja PPM Universitas Siliwangi

No Judul PPM Sumber

dana

1. Revitalisasi posyandu dalam upaya meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat

UNSIL

2. Pemberdayaan masyarakat desa melalui KKN tematik untuk mendukung peningkatan IPM

UNSIL & prov. Jabar 3. Pemberdayaan masyarakat desa melallui KKN

tematik untuk mendukung peningkatan IPM

UNSIL & prov. Jabar 4. KKN kebangsaan (UNHAS)

5. Pemberdayaan masyarakat desa melallui KKN tematik untuk mendukung peningkatan IPM

UNSIL & prov. Jabar

6. Ib-IKK Agribisnis Tanaman Hias Ib-IKK

DIKTI 7. Pelatihan Kesenian Kampung Naga Ds. Neglasari

Kecamatan Salawu Kab. Tasikmalaya

IbM DIKTI 8. IbM Perangkat Pembelajaran Berbasis Budaya

Sunda untuk Guru-guru MIPA SMP Kec. Karangnunggal Tasikmalaya

IbM DIKTI

9. IbM Untuk Pengrajin Kelom Geulis di Kec. Tamansari Kota Tasikmalaya

IbM DIKTI

4.2 Kepakaran Pengusul

Kualifikasi tim pengusul (ketua maupun anggota) dalam melaksanakan kegiatan IbP ini sangat baik, karena memiliki kemampuan yang tepat terkait dengan bidang IbP yang akan dilaksanakan. Ketua tim

(14)

14

pengusul adalah dosen yang memiliki keahlian di bidang promosi kesehatan dan mengajar mata kuliah Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan (Diklat Kes). Sedangkan anggota tim adalah dosen dengan keahlian di bidang gizi masyarakat dan mengampu mata kuliah gizi kesehatan masyarakat dan penentuan status giizi. Anggota tim pernah ikut serta dalam tim Pengabdian Masyarakat FIK UNSIL, konselor gizi dan menjadi narasumber gizi di berbagai instansi pemerintah. Tim pengusul merupakan dosen pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi yang memiliki kemampuan menganalisis masalah kesehatan termasuk di pesantren. Dalam melaksanakan kegiatan IbP ini, tim pengusul membagi tugas antara ketua dan anggota berdasarkan kemampuan dan kualifikasi masing-masing.

Tabel 4.2 Uraian Tugas Tim IbP

No Kedudukan

dalam Tim

Bidang Keahlian Uraian Tugas

1. Sri Maywati, SKM., M.Kes (Ketua Tim pengusul)

Promosi Kesehatan 1. Berbagi cerita asupan sumber besi santriwati melalui metode pemicuan 2. Promosi jenis zat besi

(besi hem, non hem, pemacu dan penghambat) 3. Promosi makanan jajanan

kaya besi hem 2. Lilik Hidayanti, SKM., M.Si (Anggota Tim ) Gizi Kesehatan Masyarakat 1. Demonstrasi penyusunan menu makanan kaya besi hem

2. Pelatihan Penghitungan kandungan zat besi dalam makanan

(15)

15

BAB V

HASIL DAN LUARAN

Deskripsi Pondok Pesantren

Mitra 1 adalah pondok pesantren Ibadurahman Tasikmalaya merupakan lembaga pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal tingkat SMP dan SMA/K. Siswa atau disebut santri mengikuti program pendidikan formal dengan model boarding school atau siswa menginap di asrama yang disediakan oleh pihak sekolah. Mitra 2 adalah pondok pesantren Sabilul Huda yang hanya menyelenggarakan pendidikan informal dalam bentuk pendidikan pesantren saja. Siswa atau santri berusia setara sekolah SMP dan SMA/K mengikuti pendidikan formal di luar pesantren atau di sekolah umum lainnya namun santri menginap di asrama pesantren. Pada dasarnya kedua pesantren memiliki pola kehidupan yang sama yaitu siswa tinggal di area pondok pesantren sehingga keperluan makan dan kepeluan lainnya dipenuhi secara mandiri atau melalui pengelola pesantren.

Deskripsi karakteristik santriwati Umur santriwati

Umur santriwati berkisar antara 11 tahun sampai 23 tahun dengan rerata 14,4 tahun.

Berat badan santriwati

Berat badan santriwati berkisar antara 30,0 kg sampai 79,2 kg dengan rerata 47,9 kg. Berat badan santriwati dipengaruhi oleh pola makan dan ritme aktifitas fisik yang dilakukan sehari-hari. Sebagian besar tergolog kategori normal sesuai dengan usianya menurut IMT berdasarkan kategori WHO. Namun beberapan orang yang berdasarkan angka IMT termasuk normal juga memilliki penampilan fisik yang cenderung kurus karena angka IMT berada pada batas margin bawah dari kategori IMT.

Tinggi badan santriwati

Tinggi badan santriwati berkisar antara 138 cm sampai 162 kg dengan rerata 150,38 cm. Fase remaja adalah masa pertumbuhan sehingga tinggi badan ini tidak mutlak

(16)

16

karena masih terus bertambah tinggi seiring masa pertumbuhan dan pertambahan usia anak.

Status gizi santriwati

Kategori status gizi santriwati

Status gizi n %

Kurus 2 2,1

Normal 86 90,5

Gemuk 7 7,4

Jumlah 95 100,0

Indeks massa tubuh (IMT) sebagai salah satu indikator status gizi berkisar antara 14,88 sampai 30,99 dengan nilai rata-rata sebesar 21,15. Berdasarkan tabel di atas sebagian besar santriwati memiliki kategori status gizi normal.

Hasil pre-test pengetahuan santriwati tentang anemia besi dan makanan kaya hem

Nilai pada pre-test sebelum pelatihan minimal adalah 2 (9,68% jawaban yang benar) dan maksimal 22 (70,97% jawaban benar) dengan rata-rata sebesar 36,06% jawaban benar.

Hasil post test pengetahuan santriwati tentang anemia besi dan makanan kaya hem

Nilai pada post-test setelah pelatihan minimal adalah 8 (25,81% jawaban yang benar) dan maksimal 29 (93,55% jawaban benar) dengan rata-rata sebesar 58,06% jawaban benar.

(17)

17

Perubahan persentase jawaban benar pre test dan post test

Luaran dari pelatihan ini adalah

Tingkat pengetahuan adalah hal yang bisa berubah dalam waktu singkat, terbukti dari hasil pelatihan terjadi perubahan antara skor/nilai pada pretest (sebelum pelatihan) dan nilai post test (setelah pelatihan). Bersamaan dengan pengetahuan tentang anemia dan makanan kaya hem yang meningkat, juga terjadi peningkatan dalam hal pemahaman santriwati mengenai pemilihan bahan makanan yang kaya hem (zat besi) yang sangat diperlukan oleh tubuh. Santriwati juga dapat menyebutkan dan memilih bahan makanan yang mengandung zat besi hem dalam menu sehari-hari dan dalam pilihan makanan jajanannya. Serta memahami juga beberapa bahan makanan yang dapat menghambat ataupun mampu meningkatkan dari penyerapan zat besi hem.

BAB VI

RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA

Kegiatan yang selanjutnya adalah Menyusun laporan akhir

Menganalisis data hasil kegiatan

Menyusun draft jurnal pengabdian selengkapnya 0 20 40 60 80 100

min maks rerata

9,68 70,97 36,06 25,81 93,55 58,06

persentase skor pengetahuan sebelum

dan sesudah pelatihan

(18)

18

BAB VII SIMPULAN

Kesimpulan dari kegiatan IbP promosi konsumsi makanan kaya hem untuk mencegah anemia pada santriwati menunjukkan tingkat pengetahuan yang rendah sebelum mendapat pelatihan dan terjadi peningkatan pengetahuan setelah dilakukan kegiatan.

(19)

19

DAFTAR PUSTAKA

Arisman (2010). Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta, EGC. Astuti R, Rosidi A (2014). Kadar Hemoglobin pada Siswi Pondok Pesantren Putri

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Jawa Tengah. Seminar Nasional Hasilhasil Penelitian : “Peran Pangan Fungsional berbasis Lokal dalam peningkatan Derajat Kesehatan” Semarang, LPPM UNIMUS.

Balitbangkes, R. I. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

Is Rinieng Nur sya’bani (2016). Hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada santriwati (studi di asrama putri muzamzamah-chosyi`ah pondok pesantren darul ulum peterongan jombang). Jurnal unair, Surabaya

Kustyaningsih, E. (2007). Perbedaan Tingkat konsumsi Fe, vitamin C dan kadar hemoglobin pada santri putridi pondok pesantren dengan dan tanpa pelayanan gizi institusi (Studi di pondok pesantren Modern Selamat dan pondok pesantren putri Bani Umar Al Karim Kabupaten Kendal. . Program Studi Gizi. Semarang, Universitas Diponegoro

WHO (2001). Iron deficiency Anaemia. Assessment, Prevention, and control. A guide for programme managers. Genewa, World Health Organization

Gambar

Tabel 1.1 Permasalahan dan solusi untuk Mitra 1 dan Mitra 2
Tabel 4.2 Uraian Tugas Tim IbP

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Pengaruh kualitas layanan, kualitas produk, brand image

“Walaupun di dalam file tidak ditemukan data yang sangat sensitif seperti detail kartu kredit, tapi dengan beberapa data pribadi yang ada, maka bagi pelaku penjahat dunia maya

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti perlu mengidentifikasi dan membatasi permasalahan apa saja yang hendak diteliti

NO Program Indikator Target Target Per Tri bulan Kegiatan Indikator I II III IV 1 - Padi 0,89% - - - 0,89% - Jagung 3,49% - - - 3,49% - Kedelai 2,23% - - - 2,23% 70% -

Uji Spesifisitas dengan Dot Blotting terhadap Epidermal Growth Factor (EGF) yang Diisolasi dari Oosit Kumulus Komplek Sapi Setelah Dimaturasi1. Secara

Daging kodok adalah sumber protein hewani yang tinggi kandungan gizinya. Limbah kodok yang tidak dipakai sebagai bahan makanan manusia dapat dipakai untuk ransum binatang

Golongan etnik berhubungan dengan gaya hidup dan kebiasaan dalam masyarakat, yang dapat mengakibatkan perbedaan di dalam angka kesakitan (Notoatmodjo, 2011). Terdapat pola

Sindrom Koroner Akut (SKA) yang biasa dikenal dengan penyakit jantung koroner adalah suatu kegawatdaruratan pembuluh darah koroner yang terdiri dari infark