BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini, peneliti melakukan review atas pelbagai kajian yang membahas mengenai kehidupan Fazlur Rahman, metodologinya dalam memahami Alquran, dan pengaruh metodologi tersebut di Indonesia. Peninjauan atas kajian-kajian tersebut ditujukan untuk menemukan kekurangan-kekurangan serta kelebihan-kelebihan dalam pembahasannya, memperoleh gambaran umum atau garis besar pembahasannya, dan posisi atau kontribusi kajian-kajian tersebut dalam skripsi ini. Pemeriksaan kekurangan-kekurangan atas kajian-kajian tersebut akan menjadi bekal bagi peneliti untuk menambahkannya dan menjadikannya sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini.
Pertama, buku karya Fazlur Rahman yang berjudul Islam dan Modernitas: Tentang Transformasi Intelektual, judul aslinya adalah Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ahsin Mohammad, dan diterbitkan oleh Pustaka pada tahun 2005. Pembahasan buku ini tidak terfokuskan pada metode memahami Alquran, tetapi pada tradisi intelektualisme Islam dan saran-saran yang harus ditempuh umat Islam dalam menempuh zaman modern melalui pendidikan ajaran Islam. Namun demikian, fokus perhatian peneliti pada buku Islam and Modernity ini terletak pada pendahuluannya, karena pada bagian ini ia merumuskan metode memahami Alquran, yakni berupa sebuah gerakan ganda.
Pada pembahasan mengenai metode memahami Alquran, Rahman menyatakan dukungannya atas hermeneutika versi Emilio Betti (hermeneutika objektif) yang memandang bahwa pemahaman adalah suatu proses di mana sesuatu yang hendak ditafsirkan harus ditempatkan pada kondisi di mana sesuatu itu pertama kali diciptakan (Rahman, 2005: 9-10). Namun demikian, dalam buku ini ia tidak memaparkan secara eksplisit alasan atas dukungannya kepada teori hermeneutika objektif tersebut. Adapun kekurangan buku ini ialah tidak adanya batasan ranah penggunaan metode tersebut, maksudnya ia tidak membicarakan pada ranah apa saja metodologinya itu dapat digunakan, misalnya hukum, teologi (kalam) ataupun pelbagai ranah lainnya. Buku ini dapat digunakan peneliti pada pembahasan mengenai pemikirannya tentang metode memahami Alquran berupa metode sebuah gerakan ganda dan latar belakang perumusan metode tersebut.
Kedua, buku karya Fazlur Rahman yang berjudul Metode dan Alternatif Neomodernisme Islam, diterbitkan oleh Mizan pada 1994. Buku yang disunting oleh Taufik Adnan Amal ini memuat lima buah artikel karya Rahman. Artikel pertama berjudul Wahyu Ilahi dan Nabi (judul aslinya ialah Divine Revelation and the Prophet). Pada artikel ini, ia mengungkapkan pandangannya mengenai hakikat wahyu Alquran dengan cara melakukan kaji banding terhadap dua orang pemikir asal Pakistan sebelumnya, Muhammad Iqbal dan Syah Wali Allah. Selain itu, artikel ini merupakan penegasan pernyataannya yang kontroversial mengenai hakikat wahyu Alquran, bahwa Alquran lahir dalam hati dan pikiran Muhammad saw. Artikel dapat peneliti gunakan dalam membahas mengenai pandangannya atas Alquran.
Artikel kedua berjudul Ke Arah Perumusan Metodologi Hukum Islam: Syaikh Yamani tentang “Kepentingan Umum” dalam Hukum Islam, judul aslinya ialah Towards Reformulating the Methodology of Islamic Law: Syaikh Yamani on “Publik Interest” in Islamic Law. Pada artikel ini, Fazlur Rahman memberi gambaran tentang pentingnya perumusan ulang metode yang digunakan untuk memperoleh prinsip-prinsip hukum Islam dari Alquran dan Sunnah Nabi saw. Pada artikel tentang Syaikh Yamani ini, doktor lulusan Oxford University tahun 1950 tersebut menyuguhkan perangkat sistematis dalam perumusan hukum-hukum Islam berdasarkan Alquran dan Sunnah Nabi saw. Namun metode yang disuguhkannya ini hanya baru berupa “embrio” bagi metode memahami Alquran yang lebih komprehensif (metode sebuah gerakan ganda), karena ia belum memaparkannya secara sistematis dan terbatas pada penafsiran hukum Islam saja. Artikel ini dapat digunakan oleh peneliti dalam melakukan pengkajian mengenai latar belakang Rahman merumuskan metode dalam memahami Alquran dan melacak latar belakang ia merumuskannya.
Menafsirkan Alquran merupakan judul artikel karya Rahman berikutnya, judul aslinya ialah Interpreting the Quran. Pada artikel ini, ia secara terbuka menyatakan kebutuhan umat Islam atas hermeneutika dalam memahami Alquran secara utuh. Menurutnya (Rahman, 1994: 54), tujuan penggunaan teori penafsiran teks ini ialah untuk memahami makna Alquran secara utuh atau sebagai suatu keseluruhan yang berkelindan.
Tidak hanya membahas metodologi dalam memahami Alquran dan operasi metodologisnya, ia pun melakukan pembahasan serta kritik atas metode-metode
istinbath hukum Islam, yakni qiyas, istihsan, dan mashalih mursalah. Pembahasan metodologi dalam memahami Alquran ini cenderung pada analisis penafsiran hukum Islam. Adapun relevansi dan kontribusi artikel ini pada skripsi ini ialah pada pembahasan pemikirannya dalam memahami Alquran, dan menunjukkan latar belakangnya merumuskan metodologinya dalam memahami Alquran serta penggunaannya.
Dua buah artikel terakhir dalam buku yang disunting oleh Amal ini ialah Konsep Alquran tentang Tuhan, Alam Semesta dan Manusia, dan Beberapa Konsep Kunci Tentang Etika Alquran, judul asli artikel tersebut masing-masing ialah The Quranic Concept of God, the Universe and Man, dan Some Key Ethical Concept of the Quran. Secara garis besar, kedua artikel ini menjelaskan mengenai
1. Pandangan Rahman tentang konsep Tuhan, alam semesta, dan manusia, 2. Konsep-konsep etika Alquran yang terdiri dari iman, islam, dan taqwa.
Pada akhir pembahasan, Rahman memaparkan konsep egalitarianisme Islam,
Rahman memandang tidak begitu penting interpretasi teologis dalam menjelaskan Islam, tetapi yang terpenting adalah pengaktualan aturan-aturan Islam dalam membimbing motivasi etis manusia. Aturan-aturan Islam yang dimaksud olehnya dalam artikel ini ialah aturan-aturan moral yang terkandung dalam ajaran Islam. Melalui kedua artikel ini dapat terlihat jelas pandangannya mengenai Alquran dan ajaran Islam yang bersifat moral.
Relevansi dan kontribusi kedua artikel tersebut dalam skripsi ini ialah pada pembahasan pandangan Rahman atas Alquran dan bagaimana seharusnya
Alquran diaktualisasikan pada masa kini. Selain itu, melalui artikel ini peneliti dapat melihat struktur atau inti pemikirannya yang memandang arti penting moral dalam pola perilaku umat Islam dan pengaktualan ajaran Islam.
Buku karya Fazlur Rahman selanjutnya yang peneliti kaji ialah Tema Pokok Alquran, judul aslinya ialah Major Themes of the Qur’an, dan diterbitkan oleh Pustaka pada tahun 1996. Pada awal pembahasan, ia memaparkan kategori pengkaji Alquran non-Muslim yang didasarkan atas kecenderungan-kecenderungan dari karya-karya mereka, yakni:
1. Karya-karya yang berusaha mencari pengaruh Yahudi-Kristen di dalam Alquran,
2. Karya-karya yang mencoba untuk membuat rangkaian kronologis dari ayat-ayat Alquran, dan
3. Karya-karya yang bertujuan untuk menjelaskan keseluruhan atau aspek aspek yang tertentu saja di dalam ajaran Alquran (Rahman, 1996: xi).
Tidak hanya mengkritik karya-karya para pengkaji Alquran non-Muslim, ia pun memuji dan memberikan apresiasi atas karya-karya pengkaji Alquran non-Muslim lainnya, seperti Nöldeke, Montgomery Watt, Ignaz Goldziher, Toshihiko Izutsu dan lain-lain. Ia menyarankan agar buku-buku karya pengkaji Alquran non-Muslim ini untuk dikaji oleh umat Islam, walaupun, terdapat pendapat sebagian dari mereka yang tidak disepakainya.
Buku Tema Pokok Alquran ini membahas mengenai tema-tema teologis dan metafisis, seperti Tuhan, manusia sebagai individu, manusia anggota masyarakat, alam semesta, kenabian dan wahyu, eskatologi, dan yang terakhir setan dan kejahatan. Menurutnya (Rahman, 1996: ix), latar belakang spesifik atas turunnya wahyu pada ayat-ayat yang bertemakan teologi dan metafisika tidaklah
penting, oleh karenanya dalam buku ini ia menggunakan pendekatan menghubungkan suatu tema inti dalam Alquran yang kemudian dihubungkan atau diambil benang merah dengan tema-tema lainnya yang relevan.
Keempat, buku karya Fazlur Rahman yang berjudul Membuka Pintu
Ijtihad, judul aslinya ialah Islamic Methodology in History1, dan diterbitkan oleh
Pustaka pada tahun 1995. Buku ini membahas mengenai evolusi historis prinsip-prinsip penggunaan sumber-sumber hukum Islam. Pada bab pertama, ia mengemukakan analisisnya mengenai Sunnah, dan kemudian melakukan pembedaan atas Sunnah Nabi Muhammad saw. dan Sunnah sahabat Nabi saw. Profesor Pemikiran Islam pada Chicago University itu memandang bahwa Sunnah Nabi saw. memiliki validitas hingga masa kini pada sisi kandungan atau maknanya. Ia beranggapan bahwa Sunnah yang berasal dari Nabi saw. tidak dimaksudkan untuk bersifat spesifik, tetapi pasca wafatnya Muhammad saw. Sunnah tersebut berubah menjadi sesuatu yang tidak hanya spesifik tetapi mencakup pada penafsiran-penafsiran terhadap atasnya. Perubahan konsep dan pemahaman Sunnah ini kemudian berdampak pada rusaknya hubungan antara Sunnah, ijtihad, dan ijma’, terlebih lagi ketika munculnya gerakan pemurnian hadits.
Fazlur Rahman menginginkan adanya pemahaman Alquran dan Sunnah yang disesuaikan dengan masa kini, dan ijtihad harus dilakukan oleh umat Muslim dengan segala daya kemampuan. Namun, tokoh utama neomodernis Islam tersebut tidak memberikan “rambu-rambu” kepada umat Muslim yang hendak
melakukan ijtihad. Dalam buku ini, peneliti dapat melihat concern pemikirannya mengenai pentingnya nilai-nilai dalam sebuah tindakan atau teks yang material. pandangannya atas Alquran dan bagaimana seharusnya Alquran dipahami.
Kelima, buku karya Fazlur Rahman berikutnya yang peneliti review ialah Islam, diterbitkan oleh Pustaka pada tahun 2003. Ketika diterbitkan di Pakistan untuk pertama kalinya, buku ini menuai banyak kritik atas pandangannya yang menganggap bahwa Alquran adalah sepenuhnya kalam Allah swt., dan dalam arti biasa adalah perkataan Muhammad saw (Rahman, 2003: 33). Melalui buku ini peneliti dapat menemukan pandangannya atas Alquran yang memandang bahwa semangat mendasar dari ajaran Alquran adalah nilai moral. Pandangannya atas Alquran dalam buku ini dapat membantu peneliti dalam menemukan karakteristik metode memahami Alquran yang dikemukakannya.
Adapun kontribusi buku ini dalam skripsi yang peneliti tulis ialah dapat digunakan dalam pembahasan mengenai pandangan Rahman atas Alquran. Pembahasan pandangannya itu sangat bermanfaat ketika kita akan mengkaji metodologinya dalam memahami Alquran. Karena pembahasan pandangannya ini akan berdampak pada penemuan akar metodologisnya dalam memahami Alquran.
Keenam, artikel Rahman yang peneliti review berjudul Beberapa Pendekatan dalam Kajian atas Islam: Suatu Tinjauan Kritis, yang terdapat dalam jurnal Ulumul Qur’an volume III, no 2 tahun 1992. Pada pembahasannya, ia mengemukakan pelbagai metode atau pendekatan dalam mengkaji Islam. Mantan Direktur Lembaga Riset Islam Pakistan ini mencoba menghapus “kabut” permasalahan seputar kajian atas Islam normatif maupun Islam historis. Dalam
artikel ini, ia juga menganalisis dilema orang Islam dengan orang non-Islam, dan pendekatan historis versus pendekatan sastra dalam memahami Islam. Ia pun mencoba membangun “jembatan” bagi kaum Muslim dan non-Muslim agar dapat bekerja sama dalam mencapai apresiasi atau pemahaman intelektual atas Islam dengan subjek yang mengkaji Islam berpikiran terbuka dan, jika mungkin, secara simpatik membiasakan diri dengannya. Tulisannya ini dapat peneliti gunakan dalam pembahasan mengenai latar belakang beliau merumuskan metodologinya dalam memahami Alquran.
Ketujuh, tulisan Fazlur Rahman yang berjudul Gerakan Pembaharuan
dalam Islam di Tengah Tantangan Dewasa Ini2. Dalam tulisan ini, ia mengkaji
gerakan-gerakan pembaruan Islam yang dimulai dari gerakan Wahabbi di Saudi Arabia pada abad ke-19 hingga gerakan pembaruan Islam yang dilakukannya, neo-modernisme. Menurutnya (Rahman, 1985: 32), gerakan-gerakan pembaruan yang pernah terjadi di dalam sejarah Islam memiliki kekurangan yang hampir sama, yakni tidak memiliki metode yang jelas, sistematis, dan dalam menafsirkan Alquran. Arti penting penafsiran yang sistematis atas Alquran adalah untuk menghindari pertumbuhan ijtihad yang sewenang-wenang dan liar. Penafsiran Alquran pertama kali harus melakukan pembahasan mengenai Tuhan, hubungan Tuhan dengan manusia dan alam, dan peran-Nya dalam sejarah manusia dan masyarakat (Rahman, 1985: 36). Penafsiran-penafsiran tersebut akan menemukan hakikat pentingnya Tuhan dalam kehidupan manusia yang kemudian mendasari ajaran-ajaran moral dan hukum Alquran (Rahman, 1985: 36).
2
Tulisan Fazlur Rahman ini terkumpul dalam sebuah buku yang berjudul Gerakan
Melalui tulisan ini, peneliti menemukan pemaparan Rahman mengenai pentingnya merumuskan metode tafsir Alquran. Peneliti memperoleh pula alasan pemisahan metodologi dilakukan olehnya dalam membahas tema-tema metafisik dan tema-tema hukum ataupun moral. Oleh karena itu, peneliti dapat menggunakan artikel karyanya ini dalam membahas mengenai latar belakang ia merumuskan metodologinya tersebut.
Berikutnya ialah artikel karya Rahman berjudul Membangkitkan Kembali Visi Alquran: sebuah Catatan Otobiografis yang terdapat dalam jurnal al Hikmah. Secara garis besar, tulisan ini membahas secara sekilas latar belakang kehidupannya dan motivasinya dalam merumuskan metode penafsiran Alquran. Selain itu, ia juga memaparkan pengalaman atau pengembaraan intelektualnya selama kuliah di Oxford University yang kelak mempengaruhi pemikirannya.
Tulisan Rahman ini tidak merekam perjalanan kehidupannya, melainkan aspek-aspek tertentu saja yang kemudian hari mempengaruhi pemikirannya. Meskipun demikian, peneliti memperoleh informasi baru mengenai kehidupannya, berupa pengakuan mengenai kehidupan keagamannya yang dipengaruhi pendidikan agama di dalam keluarganya. Oleh karena itu, tulisan ini dapat peneliti gunakan dalam menyusun latar belakang kehidupan dan latar belakang ia merumuskan metodologi menafsirkan Alquran.
Artikel karya Fazlur Rahman lainnya yang dijadikan sumber rujukan dalam skripsi ini berjudul Islamisasi Ilmu, Sebuah Respons yang tercantum dalam jurnal Ulumul Qur’an volume III, no 4 tahun 1992. Artikel ini mengungkapkan pandangannya atas fenomena Islamisasi ilmu. Menurutnya, Islamisasi ilmu harus
dilakukan dengan cara penggunaan ilmu-ilmu yang didapat dari “luar” Islam dengan prinsip-prinsip moral. Dari tulisan ini peneliti menemukan konsistensi dari pemikirannya yang menekankan moralitas dalam ajaran Islam yang besifat sosiologis.
Sumber berikutnya ialah karya terakhir Fazlur Rahman yang berjudul Gelombang Perubahan dalam Islam : Studi tentang Fundamentalisme Islam (judul aslinya ialah Revival and Reform in Islam) dan diterbitkan oleh Rajawali Press pada tahun 2000. Pada buku ini, ia mengkaji pelbagai pemikiran Islam yang didasarkan pada sumber-sumber abad pertengahan dan para pemikir besar seperti al Ghazali dan Ibnu Taimiyyah. Ia menegaskan bahwa Islam sebagai keyakinan yang dinamis, akar-akarnya tidak terletak pada wajah tradisi yang beku tetapi ada di dalam penafsiran, inovasi dan reformasi yang berkesinambungan. Walaupun secara eksplisit buku ini tidak memaparkan pelbagai hal menyangkut metodologi memahami Alquran, melalui buku ini peneliti dapat memahami lebih dalam mengenai latar belakang ia merumuskan metodologi memahami Alquran dan motivasi-motivasi yang mendasarinya.
Kajian yang membahas mengenai metodologi Fazlur Rahman dalam memahami Alquran pernah dilakukan oleh Ahmad Syukri Saleh pada tahun 2007, yakni pada buku yang awalnya merupakan disertasi beliau di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Secara garis besar, kajian ini membahas mengenai pelbagai aspek menyangkut metodologi Rahman dalam menafsirkan Alquran, baik latar belakang perumusan hingga pengaruhnya terhadap beberapa pemikir Islam berikutnya. Selain itu, yang menarik dari kajian Saleh ini ialah ia memaparkan
perkembangan metodologi tafsir Alquran dan diberikan pula contoh penafsiran dari sebagian metodologi tersebut.
Adapun kekurangan kajian Saleh ini ialah tidak dijelaskan secara komprehensif mengenai pengaruh pemikiran Rahman di Indonesia, walaupun ia menyebutkan beberapa pemikir Islam di Indonesia yang terpengaruh oleh pemikirannya itu. Kekurangan lainnya ialah ia mencantumkan rumusan pandangan dunia Alquran, dalam hal ini pembahasan mengenai tema-tema metafisik atau teologis, ke dalam penerapan metode sebuah gerakan ganda. Menurut peneliti, Rahman tidak menggunakan metode tersebut dalam membahas pandangan dunia Alquran, melainkan metode sintetis-logis yang mana ia menafsirkan suatu tema Alquran dan kemudian mengkaitkannya dengan tema-tema lainnya secara logis.
Kajian berikutnya ialah yang dilakukan oleh Taufik Adnan Amal pada tahun 1996 dan diterbitkan oleh Mizan. Secara garis besar, kajian ini menjelaskan metode yang digunakan Rahman dalam merumuskan hukum Islam. Selain itu, ia membahas pula secara luas pelbagai unsur-unsur pemikiran Rahman dan kontroversi-kontroversi pemikirannya di negeri asalnya, Pakistan. Pada kajian ini, ia menunjukkan bahwa Rahman terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran Islam yang berada di benua India, seperti Sayyid Ahmad Khan ataupun Syah Wali Allah. Adapun kekurangan yang terdapat dalam kajian ini ialah tidak dibahasnya pengaruh hermeneutika Betti dalam metodologi professor pemikiran Islam pada Chicago University tersebut.
Berikutnya ialah kajian yang dilakukan oleh Sibawaihi3 pada tahun 2007, yang diterbitkan oleh Jalasutra. Kajian ini membahas metode hermeneutika yang Rahman gunakan dalam menafsirkan Alquran. Selain itu, ia mencantumkan pula beberapa contoh tafsir Alquran, baik tema-tema hukum atupun teologis-metafisis, yang Rahman lakukan dengan menggunakan metodologinya tersebut. Ketika membahas mengenai latar belakang kehidupan Fazlur Rahman, ia membahasanya secara umum dan jika dikaitkan dengan buku karya Amal, pembahasannya itu tidak lebih dari pengulangan dari karya tersebut. Dengan demikian, buku karya Sibawaihi ini tidak begitu memberi informasi baru mengenai latar belakang kehidupan tokoh utama neomodernisme tersebut bagi peneliti dalam penulisan skripsi ini.
Adapun kekurangan kajian Sibawahi ini ialah tidak dibahasnya pengaruh pemikiran Rahman di Indonesia. Kekurangan lainnya ialah tidak dijelaskan alasan-alasan dari pernyataannya mengenai distorsi yang kerap menjangkit metodologi tafsir Alquran sebelumnya (metode tahilili, muqarin, ijmali, dan maudhu’i), pemaparan mengenai perbedaan antara hermeneutikanya Betti dengan metotodologi Rahman tersebut. Meskipun begitu, buku karya Sibawaihi ini sangat kompehensif dalam mengkaji metodologi Rahman dalam memahami Alquran dan peneliti dapat menggunakannya sebagai sumber dalam membahas metodologi memahami Alquran.
3
Penulis adalah dosen pada Fakultas Tarbiyah di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Berikutnya ialah kata pengantar yang ditulis oleh Ebrahim Moosa (salah seorang murid Rahman) dalam buku karya Rahman yang berjudul Gelombang Perubahan dalam Islam : Studi tentang Fundamentalisme Islam pada tahun 2002. Walaupun Moosa tidak memaparkan secara komprehensif metodologi Rahman dalam memahami Alquran, tulisan ini dapat dianggap cukup menarik karena ia mengutarakan kritik-kritik atas pemikiran Rahman perihal metodologinya dalam memahami Alquran dan menganalisis persamaan serta perbedaan antara hemeneutikanya Betti dengan hermeneutika yang Rahman gunakan dalam memahami Alquran. Namun demikian, kritisismenya itu tidak ditunjukan dalam mengkritisi tidak diterapkannya teori sebuah gerakan ganda pada tema-tema teologis. Selain itu, ia pun tidak memaparkan atau mengungkap pengaruh pemikiran Rahman ini pada pemikiran-pemikiran Islam berikutnya.
Kata pengantar ini dapat peneliti gunakan dalam menjelaskan latar belakang kehidupan atau biografi Rahman, karena dalam kata pengantar ini dijelaskan sedikit mengenai latar belakang keluarga dan kecenderungan keagamaannya. Selain itu, tulisan ini dapat membantu peneliti dalam menemukan kekurangan-kekurangan metodologi Rahman dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya dalam merumuskan metodologi dalam memahami Alquran.
Berikutnya ialah kajian yang dilakukan oleh Ghufron A. Mas’adi pada tahun 1997. Secara garis besar, buku ini mengungkapkan mengenai metodologi yang digunakan Fazlur Rahman ketika memformulasikan dan memperbarui hukum Islam. Dalam pembahasan buku ini, ia melacak metodologi-metodologi hukum Islam tradisional dan menghubungkannya dengan metodologi yang
Rahman gunakan. Langkahnya ini ditujukan untuk menemukan “akar” metodologis dari pemikiran Rahman tersebut. Kajiannya ini hampir mirip dengan kajian yang dilakukan Amal pada tahun 1996, karena kedua pengkaji tersebut membahas mengenai pemikiran Rahman dalam memperoleh kesimpulan-kesimpulan (istinbath) hukum Islam. Namun yang membedakan keduanya ialah pada pelacakan akar pemikiran Rahman tersebut pada pemikir-pemikir Islam terdahulu. Dalam kajian ini ia menunjukkan bahwa pemikiran hukum Rahman bukanlah sesuatu hal yang baru, melainkan pernah ada sebelumnya, dan ia beranggapan bahwa pemikiran Rahman ini adalah kelanjutan dari pemikir Islam sebelumnya. Selain itu, Mas’adi melampirkan beberapa pemikiran hukum Islam yang dibahas Rahman dalam beberapa artikel-artikel ataupun buku-buku yang ia publikasikan.
Adapun kekurangan dari kajian yang dilakukan Mas’adi ialah tidak dipaparkannya pengaruh hermeneutika Betti terhadap metodologi Rahman dalam memahami Alquran, walaupun ia sudah mengindikasikan adanya pemihakkan Rahman pada hermeneutika yang dikemukakan oleh Betti tersebut. Selain itu, ia juga tidak membahas mengenai pengaruh pemikiran Rahman tersebut di Indonesia Berikutnya ialah kajian yang dilakukan oleh Abd A’la pada tahun 20034. Buku ini mengungkapkan pembaruan pemikiran teologi yang dikemukakan oleh Rahman. Secara garis besar, buku ini memaparkan pemikiran teologi Rahman dan membedakannya dengan teologi-teologi yang berkembang sebelumnya. Selain itu,
4
Kajian A’la ini merupakan disertasinya di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, pada tahun 1999. Penulis adalah dosen di Fakultas Adab, dan Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel, Surabaya.
ia juga menunjukkan pandangan Rahman perihal keterikatan bidang teologi dan bidang-bidang dalam Islam lainnya, misalnya fikih dan etika.
Kekurangan kajian ini ialah A’la tidak membedakan metode sebuah gerakan ganda dan metode yang Rahman gunakan dalam pembahasan tema-tema teologis dan metafisis. Ia hanya mengkritik ketidakkonsistenan Rahman dalam metodologinya itu. Menurutnya (A’la, 2003: 89), metodologi Rahman memiliki dualisme dan tidak dapat dipertentangkan tetapi harus dipertanyakan. Selain itu, A’la tidak membahas mengenai pengaruh pemikiran Rahman tersebut dalam perkembangan pemikiran Islam di Indonesia, walaupun ia sudah membahas secara sekilas mengenai indikasi adanya pengaruh pemikiran tokoh utama neomodernisme Islam tersebut di Indonesia. Selain itu, A’la tidak menunjukkan letak perbedaan hermeneutikanya Betti dengan hermeneutika yang Rahman gunakan dalam menafsirkan atau memahami Alquran.
Kajian mengenai Rahman dilakukan pula oleh Sutrisno5 pada tahun 2006. Kajiannya ini sebagian besar merupakan draft disertasinya di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Secara garis besar, buku ini menjelaskan pelbagai metode yang digunakan Rahman dalam memperoleh pengetahuan, dan metodologi serta epistemologi yang melandasi pemikirannya dalam bidang pendidikan. Selain itu, ia memaparkan pula pengaruh pemikiran pendidikan Rahman ini terhadap sistem pendidikan perguruan tinggi di Indonesia.
5
Penulis merupakan salah seorang dosen pada Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Kekurangan kajian Sutrisno ini terletak pada pembahasannya mengenai pemikiran Rahman berupa metodologi memahami Alquran terletak pada hanya pemaparannya yang deskriptif tanpa analitis kritis atasnya. Maksudnya, ia hanya terfokus pada pemaparan metodologi tersebut saja tanpa dibandingkan serta ditemukan pengaruh pemikiran-pemikiran lain yang membentuknya. Pembahasan yang tidak cukup menarik ini akhirnya tidak dapat menunjukkan kekurangan-kekurangan dari pemikiran Rahman tersebut.
Kajian mengenai Rahman dilakukan pula oleh Dawam Rahardjo (1996), yang merupakan salah satu dari pembahasan dalam sebuah buku yang ditulis olehnya, Intelektual Intelegensia dan Perilaku Politik Bangsa: Risalah Cendekiawan Muslim. Secara garis besar, tulisannya ini membahas mengenai metode Rahman dalam menafsirkan Alquran dan aplikasi metode tersebut dalam kehidupan sosial kontemporer.
Kekurangan kajian Rahardjo ini ialah tidak dipaparkannya metodologi Rahman dalam memahami Alquran secara jelas. Oleh karenanya cukup sulit untuk memahami tulisan ini bagi pembaca yang tidak mengetahui metodologi tersebut sebelumnya. Berikutnya ialah pendapatnya yang menyatakan bahwa metode Rahman ini identik dengan metode penalaran analogi atau qiyas yang banyak digunakan oleh pemikir-pemikir Islam sebelumnya. Menurut peneliti, walaupun terdapat kemiripan di antara qiyas dan metode Rahman, tentunya sangat keliru jika dikatakan bahwa diantara keduanya itu identik karena Rahman sendiri mengatakan bahwa metodenya ini adalah qiyas yang disempurnakan penerapannya.
Tulisan lain yang berkenaan pemikiran Rahman mengenai metodologi memahami Alquran terdapat dalam kata pengantar yang ditulis oleh Jalaludin Rakhmat pada buku karya Taufik Adnan Amal yang terbit pada tahun 1996. Dilihat dari posisi pemihakkan penulisnya, Kang Jalal (sapaan akrab Jalaludin Rakhmat) dapat dikatakan memiliki netralitas, menimbang ia bukanlah seorang tokoh neomodernisme Islam, melainkan tokoh Syi’ah. Kenetralan tulisannya ini dapat dilihat dari esensi tulisannya ini dan penyampaian kritik-kritik olehnya terhadap pemikiran Rahman tersebut.
Tulisan-tulisan Kang Jalal memang memiliki ciri khasnya tersendiri, yakni pada gaya bahasa atau cara penyampaian pikirannya, kritik-kritik yang dilontarkannya perihal permasalahan yang sedang dibahas, dan selalu memberikan bahan pembanding sebagai alat analisis pembahasannya. Secara garis besar, ia memaparkan mengenai asal-usul pemikiran Rahman ini dan melakukan kritik atas metodologi Rahman dalam memahami Alquran ini. Pada pembahasan tersebut, ia membahas atau menganalisis kekurangan metode Rahman ini dengan menggunakan pendekatan asbabun nuzul.
Kekurangan kajian Kang Jalal ini terletak pada usahanya dalam menemukan kekurangan metodologi Rahman. Terlena oleh upayanya ini, ia tidak membahas metodologi yang Rahman gunakan dalam memahami Alquran secara komprehensif dan mememukan akar metodologis yang secara langsung mempengaruhi pemikirannya ini. Ia pun terlampau jauh menganalisis akar-akar metodologi Rahman ini pada zaman sahabat Nabi saw., dan tidak melihat
pengaruh hermeneutika Betti dalam metodologinya ini, dan pengaruhnya di Indonesia.
Berikutnya ialah kajian yang dilakukan oleh Rodliyah Khuza’i6 pada jurnal yang diterbitkan oleh Program Studi Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Bandung, pada tahun 2002. Secara garis besar, kajian ini membahas mengenai pelbagai aspek dalam gerakan neomodernisme Islam yang dikemukakan oleh Rahman, seperti kerangka metodologis (dalam hal ini metodologi Rahman dalam memahami Alquran), perbedaan neomodernisme Islam dengan gerakan pembaruan Islam lainnya, dan faktor-faktor yang mendorong munculnya gerakan neomodernisme Islam.
Kekurangan kajian Khuza’i ini ialah ia tidak membahas pengaruh teori hermeneutika Betti terhadap metodenya itu, walaupun ia telah berupaya dalam mengkritisi dan menemukan pelbagai pengaruh pemikiran-pemikiran yang mempengaruhi metode Rahman. Selain itu, ia pun terlalu cepat untuk menyimpulkan bahwa metode Rahman tersebut ialah metode tafsir maudhu’i. Kekurangan kajian Khuza’i lainnya ialah tidak dibahas olehnya pengaruh gerakan neomodernisme (dalam hal ini kerangka metodologi yang digunakan neomodernisme dalam memahami Alquran) yang dipimpin oleh Rahman ini di Indonesia. Sedangkan pada penyajiannya, ia hanya memaparkan metodologi Rahman itu secara sekilas tanpa menganalisisnya secara komprehensif.
6
Penulis adalah dosen tetap Fakultas Ushuluddin Unisba, dan ketika tulisan ini dibuat ia tercatat sedang melanjutkan studninya di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada bidang Aqidah Filsafat.
Kajian yang memfokuskan pembahasannya pada hermeneutika yang digunakan Rahman dalam memahami Alquran terdapat pada karya Adnin Armas7 yang berjudul Filsafat Hermeneutika dan Dampaknya terdahap Studi Alquran, dan terdapat pada situs http://www.hotlinkfiles.com/files/1853009_n2mqy/Her meneutika.pdf. Artikel ini membahas asal mula munculnya hermeneutika, teori-teori hermeneutika dari Scheleirmacher hingga Jürgen Habermas, dan dampak dari beberapa teori hermeneutika dalam kajian Alquran.
Armas memfokuskan bahasan mengenai pengaruh hermeneutika terhadap pengkajian Alquran pada pemikiran tafsir Alquran yang dilakukan oleh Rahman. Menurutnya (Armas, ___: 23), tafsir Alquran yang dilakukan oleh Rahman terpengaruh oleh hermeneutika objektif yang dikemukakan Emilio Betti. Adapun metode tafsir Alquran yang dilakukan Rahman yang terpengaruh oleh Betti adalah metode sebuah gerakan ganda. Namun, menurutnya (Armas, ___: 24), Rahman tidak sepakat dengan pendapat Betti yang mengatakan bahwa makna bukan saja mencakup mental, tetapi juga lingkungan. Adopsi hermeneutika aliran objektif ini akan menimbulkan beberapa dampak dalam tafsir Alquran, seperti.
1. Penafsiran akan selalu terbuka dan perlu untuk direvisi ,
2. Penolakan terhadap hal-hal yang sifatnya permanen dalam tafsir Alquran, 3. Membuka ruang bagi munculnya tafsir dugaan dan tafsir keraguan,
4. Mempertahankan makna normatif dan historis dan menjadikan kebenaran sebagai konsep kondisional kepada budaya dan lingkungan historis (Armas, ___: 25).
Artikel karya Armas ini mengantarkan peneliti dalam menemukan dampak metodologi Rahman ini terhadap tafsir Alquran. Melalui tulisannya ini, peneliti
7
Penulis adalah salah satu peneliti di Institute for the Study of Islamic Thought and
Civilization (INSISTS), dan salah seorang dari sekian banyak pihak yang kontra terhadap
mendapatkan kekurangan-kekurangan dan gambaran atas metodologi Rahman yang terpengaruh oleh hermeneutika objektif versi Betti.
Tulisan lainnya yang membahas mengenai pemikiran Rahman dilakukan oleh Ugi Suharto8, dengan judul Apakah Alquran Memerlukan Alquran ?, dan dapat diakses di situs http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com _content&view=category&layout=blog&id=68&Itemid=68. Secara garis besar, tulisan ini membahas mengenai hermeneutika dan dampaknya terhadap tafsir Alquran. Dalam membahas mengenai pengaruh hermeneutika dalam tafsir Alquran, ia menganalisis dan mengkritisi metode sebuah gerakan ganda yang Rahman gunakan dalam memahami kandungan Alquran. Menurutnya, penggunaan hermeneutika dalam tafsir Alquran akan merubah ajaran-ajaran Islam dalam ajaran Islam yang sifatya sudah final, dan membawanya pada lingkaran hermeneutik.
Pada awal pembahasan, Suharto menelusuri pengertian hermeneutika dan kemudian memposisikannya pada penafsiran kitab suci kemudian membedakannya dengan tafsir Alquran. Menurutnya, hermeneutika untuk pertama kali digunakan oleh para teolog Yahudi dan Kriten untuk menemukan kebenaran Bibel. Ia pun mengkritisi kembali metode memahami Alquran yang Rahman ajukan bahwa tafsir Rahman atas Alquran tidak memiliki kejelasan karena hanya mengambil hal tertentu saja dari hermeneutika objektif Betti, seperti tafsiran harus dibawa kembali kepada pikiran yang menciptakannya, tetapi kemudian ia berbeda pandangan dengannya mengenai bentuk-bentuk penuh makna hanya terdapat
8
Penulis adalah peneliti di Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS), dan dosen di International Institute of Islamic Thought and Civilization-International
dalam mental penciptanya saja tetapi juga pada konteks sejarah ketika teks itu ditulis atau diciptakan.
Ketika membahas metodologi yang Rahman gunakan dalam memahami Alquran, tulisan Suharto ini hampir sama dengan tulisan Armas. Namun, yang membedakan keduanya ialah Suharto tidak begitu komprehensif dalam menunjukkan pengaruh Betti dalam pemikiran Rahman tersebut. Walaupun demikian, tulisan Suharto ini dapat peneliti gunakan dan mempertegas pengetahuan peneliti tentang metodologi Rahman menuai reaksi cukup keras dari kalangan konservatif. Adapun kontribusi tulisan ini ialah hampir sama dengan tulisan karya Armas, yakni menemukan dampak pengaruh metodologi Rahman dalam tafsir Alquran, dan perbedaan metodologi Rahman dengan hermeneutika Betti.
Kajian yang membahas mengenai pengaruh Fazlur Rahman dalam perkembangan pemikiran Islam di Indonesia dilakukan oleh Greg Barton9 pada tahun 1999. Secara keseluruhan kajian ini tidak membahas secara ekslusif mengenai pengaruh metodologi Rahman dalam memahami Alquran di Indonesia. Namun, kajian Barton ini sempat membahas pengaruh gerakan neomodernisme Islam yang dipimpin oleh Rahman di Indonesia. Salah satu pembahasan Barton ialah kajian mengenai pengaruh pemikiran Fazlur Rahman pada seorang sosok Nurcholish Madjid. Namun, kajian yang tebalnya lebih dari 500 halaman ini tidak membahas aspek-aspek pemikiran Cak Nur yang terpengaruh oleh pemikiran Rahman secara komprehensif.
9
Penulis adalah pengajar senior Studi Perbandingan Seni, Sains dan Agama pada Deakin University, di Geelong, Victoria, Australia, yang kini dikenal sebagai ahli Islam di Indonesia.
Kajian lainnya yang membahas mengenai pengaruh pemikiran Rahman terhadap pemikiran Islam di Indonesia kajian dilakukan oleh Azumardi Azra pada tahun 2000. Secara garis besar, tulisannya ini berusaha memetakan posisi pemikiran Cak Nur. Adapun kekurangan kajiannya ini terletak pada penjelasannya yang kurang komprehensif. Walaupun ia mengindikasikan adanya pengaruh Rahman dalam pemikiran Cak Nur, tetapi ia tidak menjelaskan aspek-aspek dari pemikiran Cak Nur tersebut yang terpengaruh oleh pemikiran Rahman.
Kajian yang membahas mengenai pengaruh metodologi Rahman dalam memahami Alquran di Indonesia dilakukan pula oleh Budhy Munawar-Rachman10 pada tahun 1995. Kajiannya ini tercantum dalam jurnal Ulumul Qur’an dan terdapat pula pada bukunya yang berjudul Islam Pluralis Wacana Kesetaraan Kaum Beriman (2004). Secara garis besar, kajian ini membahas mengenai perubahan gradual corak pemikiran Islam di Indonesia yang dimulai pada masa Masyumi dengan corak Islam politiknya, Islam Rasional yang dikemukakan oleh Djohan Effendi dan Harun Nasution, pembangunan peradaban Islam yang dikemukakan Nurcholish Madjid dan Kuntowijoyo, hingga kalangan Islam transformatif yang dikemukakan Adi Sasono dan Dawam Rahardjo.
Pembahasan mengenai pengaruh Rahman dalam pemikiran Cak Nur terdapat pada pembahasan corak pembangunan peradaban Islam. Ia memandang bahwa Cak Nur terpengaruh oleh Rahman dalam “pembumian” etika Alquran dan lebih concern pada tema tersebut (Munawar-Rachman, 1995: 15). Namun, ia tidak menganalisis lebih jauh mengenai pengaruh metodologi Rahman tersebut, dan
10
Penulis adalah Direktur Pelaksana pada Lembaga Studi Agama dan Filsafat, dan Wakil Direktur jurnal Ulumul Qur’an.
tidak membandingkan kedua pemikir Islam tersebut. Ia lebih fokus terhadap pemikiran Cak Nur dan tidak memperhatikan seberapa jauh pengaruh Rahman dalam diri Cak Nur. Namun demikian, kajian ini dapat membantu peneliti dalam menemukan pengaruh Rahman dalam pemikiran Cak Nur dan concern atau corak pemikiraannya.
Dari sedikitnya kajian yang membahas mengenai pengaruh metodologi Rahman dalam memahami Alquran di Indonesia, maka skripsi ini akan mengkaji lebih jauh mengenai metodologinya tersebut dan pengaruhnya di Indonesia. Pada pembahasan mengenai pengaruh metodologi Rahman di Indonesia, peneliti akan menguatkan penelitian atau kajian-kajian yang pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang mengatakan bahwa pemikiran Rahman tersebut mempengaruhi pemikiran Cak Nur. Adapun pembahasan mengenai pengaruh tersebut akan penulis khususkan pada aspek dalam pemikiran Cak Nur yang diindikasikan mendapatkan pengaruh dari metodologi Rahman.