• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Strategis

Suatu filosofi, cara berpikir dan cara mengelola organisasi merupakan pengetian dari manajemen strategis. Kata strategy berasal dari bahasa Yunani yaitu

“strategos” yang artinya merencanakan untuk menghancurkan musuh melalui

penggunaan sumber daya yang ada dengan efektif, apabila strategi diaplikasikan kedalam suatu lembaga usaha maka memiliki pengertian sebagai rencana oleh pemimpin organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (Trisnantoro, 2005). Manajemen strategi memiliki tiga elemen dasar yaitu analisis lingkungan, penetapan visi, misi dan obyektif, serta strategi sebagai elemen terakhir (Dirgantoro, 2007). Pengertian manajemen strategi yang dikeluarkan oleh Pacific Association of Supreme

Audit Institutions (2012) dalam Strategic Management and Operational Guidelines,

menyatakan bahwa manajemen strategi adalah proses dan koleksi yang komprehensif dari kegiatan yang sedang berlangsung dalam sebuah organisasi yang secara sistematis mengkoordinasikan dan menyelaraskan sumber daya dan tindakan dengan misi, visi dan strategi.

Pengertian strategi lainnya menyatakan bahwa strategi sangat penting digunakan untuk keberhasilan dalam bersaing (Sulastini, 2012). Strategi dalam manajemen pelayanan kesehatan oleh Sulastini (2012) menjelaskan tiga aspek yaitu:

a. Strategi digambarkan sebagai suatu pola dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan organisasi di dalam lingkungannya.

(2)

b. Strategi adalah suatu prilaku organisasi yang berhubungan dengan apa yang akan, sedang dan harus dilakukan.

c. Strategi merupakan rencana yang berpedoman pada masa depan yang berfungsi sebagai suatu perangkat panduan bagi manajemen.

Definisi analisis strategis menurut The Chartered Institute of Management

Accountants (2007), menjelaskan secara umum tahapan-tahapan yang perlu

dilakukan antara lain identifikasi dan evaluasi data yang relevan dengan perumusan strategi kemudian mencari informasi tentang lingkungan eksternal dan internal untuk dianalisis dan berbagai metode analisis yang dapat digunakan dalam analisis.

Menurut Achmadi (2008), manajemen strategis terdiri dari sembilan tugas kritikal, antara lain :

1. Memformulasikan misi perusahaan, termasuk pernyataan yang luas mengenai maksud, falsafah dan sasaran.

2. Mengembangkan profil perusahaan yang merefleksi kondisi internal dan kemampuan.

3. Menilai lingkungan eksternal perusahaan.

4. Menganalisis opsi perusahaan dengan menandingi sumber daya perusahaan dengan lingkungan eksternal.

5. Mengidentifikasi opsi yang yang diinginkan dengan memerhatikan misi perusahaan.

6. Memilih sekumpulan tujuan jangka panjang dan strategi total yang akan mencapai opsi yang paling diinginkan.

7. Mengembangkan tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan tujuan jagka panjang yang sudah ditentukan dari strategi secara keseluruhan.

(3)

8. Melaksanakan pilihan strategi dengan sumber daya yang sudah dianggarkan.

9. Menilai keberhasilan proses strategi sebagai masukan untuk proses pengambilan keputusan di masa yang akan datang.

2.2 Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan dilaksanakan dengan tujuan utama adalah untuk melihat kemungkinan-kemungkinan peluang serta ancaman yang dapat terjadi akibat perubahan yang ada baik pada lingkungan bisnis atau industri. Analisis lingkungan juga dibutuhkan dalam perencanaan strategi, karena perencenaan strategi memiliki pengertian yaitu sekumpulan keputusan serta tindakan strategis dengan memperhitungkan pengaruh lingkungan eksternal dan internal untuk menghasilan formulasi dan implemntasi lintas sistem fungsional termasuk menyeimbangkan kebijakan dan tindakan di seluruh tingkat manajemen (Achmadi, 2008). Analisis juga dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada didalam organisasi serta melihat bagaimana upaya yang dilakukan suatu organisasi dalam memanfaatkan peluang dan mengantisipasi ancaman yang datang (Dirgantoro, 2007).

2.2.1 Analisis Lingkungan Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor di dalam lingkungan organisasi yang cenderung lebih mudah untuk dikendalikan sedangkan faktor eksternal berada diluar organisasi dan faktor eksternal cenderung tidak dapat dikendalikan (Sulastini, 2012). Analisis lingkungan internal menghasilkan sejumlah informasi tentang kekuatan organisasi dan mengidentifikasi kelemahan-kelemahan yang ada di organisasi serta menentukan apakah kelemahan tersebut mempunyai makna strategi. Lingkungan eksternal dapat memberikan dampak positif ataupun negatif bagi organisasi yang

(4)

artinya faktor lingkungan eksternal tersebut dapat memberikan peluang namun sebaliknya dapat memberikan ancaman juga bagi organisasi tersebut (Rahmati, 2006). Komponen analisis internal menurut Trisnantoro (2005) antara lain:

a. Subsistem keuangan dapat dilihat sistem keuangan yang dipergunakan, keadaan staf keuangan, model akuntansi yang digunakan, kemampuan dalam mendeteksi kebocoran dalam sumber keuangan serta kemampuan proses pembiayaan pasien secara tepat dan cepat.

b. Subsistem klinik merupakan kegiatan inti rumah sakit. Terdiri dari tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, farmasis, ahli gizi dan berbagai profesi lainnya.

c. Subsistem pemasaran merupakan aspek internal yang relatif baru bagi rumah sakit. Pemasaran adalah aspek penting untuk menghadapi situasi yang kompetitif untuk meningkatkan citra dan peran rumah sakit di masyarakat.

d. Subsistem administrasi adalah kegiatan-kegiatan di rumah sakit yang bersifat administratif.

e. Subsistem informasi merupakan fungsi agar rumah sakit berjalan efektif dan efisien. Untuk subsistem ini perlu didukung teknologi informasi yang saat ini sudah berkembang dengan cepat.

f. Manajemen umum mencakup kondisi rumah sakit dalam melaksanakan perencanaan, pengangaran, pelaksanaan dan system pengendalian suatu kegiatan.

g. Budaya organisasi mempengaruhi bebagai kegiatan yang ada di subsistem. Dalam konteks kelemahan serta kekuatan rumah sakit,

(5)

budaya organisasi merupakan dasar dari subsistem yang ada. Rumah sakit yang memiliki budaya organisasi yang lemah tanpa adanya keyakinan bersama maka akan berpengaruh terhadap sub-sistem lainnya.

2.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal

Sedangkan menurut Trisnantoro (2005) untuk komponen faktor eksternal berdasarkan sistem kesehatan adalah:

a. Masyarakat yang dilihat dari sisi demografis terdiri dari jumlah penduduk, umur, jenis kelamin dan pendidikan. Kemudian derajat kesehatan masyarakat melihat kondisi kesehatan masyarakat dalam kurun waktu tertentu.

b. Pemerintah berperan sebagai regulator dan pembayar. Sebagai regulator pemerintah menetapkan dan merumuskan standar-standar, melakukan monitoring secara teknis, mendefinisikan paket-paket pemeliharaan kesehatan yang tepat, mengawasi melalui peraturan agar terjadi efisiensi pelayanan kesehatan.

c. Asuransi kesehatan akan berjalan kalau masyarakat menyadari risiko jatuh sakit. Artinya, apabila seseorang jatuh sakit maka biaya pengobatan sangat besar sehingga dapat menimbulkan kebangkrutan. Kekhawatiran akan bangkrut kalau jatuh sakit, mendorong masyarakat membeli premi asuransi kesehatan. Seperti yang terjadi pada asuransi lain, premi dapat menjadi mahal sehingga tidak terjangkau oleh sebagian masyarakat. Oleh karena itu, pada berbagai negara maju

(6)

pemerintah berperan membiayai masyarakat yang tidak mampu membeli premi.

d. Lembaga pendidikan tenaga kesehatan yang mendidik masyarakat untuk menjadi SDM kesehatan yang mampu mendukung aktivitas pelayanan kesehatan.

e. Teknologi medik, obat dan peralatan kesehatan merupakan faktor-faktor yang perlu di perhatikan. Teknologi kedokteran semakin berkembang dan mempunyai pilihan luas. Teknologi ini dapat memjadi peluang namun sekaligus sebagai ancaman. Selain itu, harga obat yang semakin mahal dapat menjadi ancaman bagi rumah sakit karena membebani masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut.

f. Pemberi hibah yang memberikan bantuan untuk berjalannya pelayanan kesehatan di suatu lembaga kesehatan.

Definisi lingkungan eksternal lainnya menurut Pacific Association of

Supreme Audit Institutions (2012) dalam Strategic Management and Operational

Guidelines adalah penilaian eksternal pada dasarnya berfokus pada ancaman dan

peluang. Ancaman merupakan faktor yang menghambat suatu organisasi dari mencapai tujuannya. Peluang adalah kebalikan dari ancaman dan dapat membantu organisasi tersebut dalam mencapai tujuannya. Faktor-faktor eksternal berikut dapat dipertimbangkan ketika mengevaluasi ancaman atau peluang yaitu kondisi ekonomi, pesaing baru, produk pengganti, setiap perubahan peraturan dan kebijakan pemerintah, perubahan dalam strategi pesaing, tindakan pemasok, perubahan geografis, dan setiap kemajuan teknologi.

(7)

Menurut Babatunde dan Adebisi (2012), analisis lingkungan eksternal juga diartikan sebagai analisis PEST yang merupakan singkatan dari "Politik, Ekonomi, Sosial-budaya, dan Teknologi". Analisis PEST menggambarkan kerangka faktor makro-lingkungan yang digunakan dalam pemindaian komponen lingkungan untuk manajemen strategis. Analisis PEST adalah bagian dari analisis eksternal ketika melakukan analisis strategis atau melakukan riset pasar, dan memberikan gambaran makro yang berbeda tentang faktor lingkungan, yang harus dipertimbangkan oleh sebuah perusahaan. Analisis PEST berguna sebagai alat strategi untuk pemahaman pertumbuhan pasar, posisi bisnis, potensi dan arah untuk operasi. Penjelasan tentang analisis PEST sebagai berikut:

1. Faktor-faktor politik menjelaskan bagaimana campur tangan perintah dalam perekonomian. Secara khusus, faktor-faktor politik meliputi bidang-bidang seperti kebijakan pajak, hukum perburuhan, lingkungan hukum, pembatasan perdagangan, tarif, dan stabilitas politik. Selain itu, pemerintah memiliki pengaruh besar pada kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur suatu bangsa.

2. Faktor ekonomi meliputi pertumbuhan ekonomi, suku bunga, nilai tukar dan tingkat inflasi. Faktor-faktor ini memiliki dampak besar pada bagaimana bisnis beroperasi dan membuat keputusan. Untuk misalnya, suku bunga mempengaruhi biaya perusahaan modal dan bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi tumbuh kembang suatu perusahaan.

3. Faktor sosial-budaya meliputi aspek budaya dan termasuk kesadaran kesehatan, tingkat pertumbuhan penduduk, distribusi usia, sikap karir dan penekanan pada keselamatan. Tren faktor sosial mempengaruhi

(8)

permintaan akan produk perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut beroperasi.

4. Faktor teknologi meliputi aspek otomatisasi, insentif teknologi dan tingkat perubahan teknologi. Mereka dapat menentukan hambatan masuk, tingkat produksi yang efisien dan dalam melakukan pengambilan keputusan. Selain itu, pergeseran teknologi dapat mempengaruhi biaya, kualitas, dan menyebabkan inovasi.

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari tiga perangkat faktor yaitu lingkungan jauh, lingkungan industri dan lingkungan operasional (Suyanto, 2007a). Lingkungan jauh terdiri dari faktor-faktor bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan keadaan operasi suatu perusahaan, antara lain adalah faktor teknologi, demografi, politik, ekonomi, sosial-budaya dan ekologi. Mengenali peluang dan ancaman lingkungan jauh akan membantu suatu organisasi dalam mengembangkan visi dan misi yang jelas serta mampu merancang strategi untuk mencapai tujuan jangka panjang (Suyanto, 2007b). Untuk lingkungan industri terdiri dari persaingan antara anggota industri, hambatan masuk, produk substitusi, daya tawar pembeli dan pemasok. Lingkungan berikutnya adalah lingkungan operasional yang meliputi posisi bersaing, profil pelanggan, kreditor, pemasok dan pasar tenaga kerja. Analisis yang penting dalam lingkungan operasional adalah memahami pelanggan perusahaan, baik pelnggan konsumen maupun industri. Profil pelanggan konsumen dapat disusun menurut informasi geografis, demografis, psikografis, perilaku dan manfaat. Sedangkan informasi industri mencakup variabel operasional, pendekatan pembelian, fakor situasional dan karakteristik pribadi (Suyanto, 2007b). 2.3 Rumah Sakit

(9)

Rumah sakit oleh Muninjaya (2011) diartikan sebagai salah satu sub-sistem pelayanan kesehatan kesehatan yang menyelenggarakan dua jenis pelayanan yaitu pelayanan kesehatan serta pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan medik, penunjang medik, rehabilitasi medik dan layanan keperawatan, sdangkan untuk pelayanan administrasi terdiri dari pelayanan yang bersifat adminstratif. Rumah sakit juga memiliki pengertian sebagai institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Depkes RI, 2009).

Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 menjelaskan bahwa tugas sebuah rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut rumah sakit harus melaksanakan fungsinya yaitu memberikan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai standar pelayanan rumah sakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan, penyelenggaraan pelatihan bagi SDM demi meningkatkan kemampuan pegawai rumah sakit untuk memberikan jasa pelayanan serta penelitian dan pengembangan teknologi di bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dirumah sakit tesebut.

Klasifikasi rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan dikategorikan dalam 2 bagian yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum akan memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit sedangkan rumah sakit khusus hanya akan memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu. Rumah sakit juga dibedakan dari segi pengelolaannya yaitu rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan rumah sakit privat yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit (Depkes RI, 2009). Berikutnya

(10)

adalah klasifikasi berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan untuk rumah sakit umum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MenKes/PER/III/2010:

a. Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.

2.4 Analisis Lingkungan di Beberapa Rumah Sakit

Berikut adalah beberapa penelitian mengenai analisis lingkungan di beberapa rumah sakit dengan tujuan untuk perumusan manajemen strategis :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Refiana dan Hasbi (2008) adalah tentang analisis faktor lingkungan eksternal dan internal RSUD Ulin Banjarmasin.

(11)

RSUD Ulin Banjarmasin merupakan salah satu rumah sakit pemerintah dibawah peyelenggaran Pemerintah Provinsi Kalimantan Selaan. RSUD Ulin terakreditasi B pendidikan. Penelitian ini ingin memformulasikan langkah awal perencanaan strategi yaitu dengan analisis lingkungan internal dan eksternal di RSUD Ulin Banjarmasin yang dapat mendukung dan memperkuat strategi yang akan dijalankan rumah sakit agar dapat memenuhi target yaitu menjadi rumah sakit kelas A pendidikan pada tahun 2010. Diawali dengan menggali informasi mengenai faktor-faktor lingkungan yang ada. Faktor lingkungan eksternal terdiri dari regulasi pemerintah, masyarakat, asuransi kesehatan, kompetitor dan perkembangan IPTEKDOK. Sedangkan faktor lingkungan internal terdiri dari kualitas pelayanan, penelitian dan pengembangan, sumber daya manusia, manajemen operasi, permodalan/keuangan, pemasaran dan perilaku organisasi. Setelah proses analisis lingkungan, dilanjutkan dengan analisa IFAS untuk menganalisis lingkungan internal, lalu analisa EFAS untuk lingkungan eksternal. Analisis terkhir menggunakan matrix SFAS yang merupakan gabungan analisa IFAS dan EFAS. Matrik SWOT juga akan digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis rumah sakit. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh rumah sakit dapat disesuaikan dengan kelemahan dan kekuatan yang ada, sehingga diketahui sejauh mana strategi yang saat ini dapat dilaksanakan manajemen rumah sakit dalam menghadapi lingkungannya. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa semua faktor lingkungan eksternal dan internal terindentifikasi sebagai variabel penting dalam formulasi strategi RSUD Ulin Banjarmasin.

(12)

2. Penelitian yang dilakukan oeh Permatasari (2013) di RS Bhayangkara Palembang pada tahun 2013 merupakan penelitian untuk merancang rencana strategis di rumah sakit tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pedekatan kuantitatif. Sampel yang digunakan berjumlah 23 orang yang terdiri dari 23 pejabat struktural. Teknik pengambilan sampel adalah sampling jenuh. Data kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi untuk menginterpretasikan data tersebut. Peneliti terlebih dahulu akan mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal, kemudian menganalisis posisi dan merumuskan rencana strategi serta memprioritaskan rencana pengembangan strategi RS. Bhayangkara Palembang. Variabel pada faktor internal yang akan diteiti adalah pemasaran, keuangan, kegiatan produksi-operasi, SDM dan sistem manajemen informasi. Sedangkan variabel faktor eksternal adalah politik, ekonomi, sosial dan teknologi medis sebagai faktor eksternal lingkungan jauh serta faktor eksternal lingkungan industri yang terdiri dari pendatang baru, kekuatan pesaing, produk pengganti, kekuatan pembeli dan kekuatan pemasok. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 46 faktor penentu keberhasilan pada RS Bhayangkara dengan 21 faktor kekuatan, 3 faktor kelemahan, 15 faktor peluang dan 7 faktor ancaman. Dari hasil penelitian tersebut membantu RS Bhayangkara dalam prioritas rencana strategi yaitu dengan meningkatkan kegiatan promosi, meningkatkan kualitas produk dan jasa pelayanan kesehatan rumah sakit, mencoba memiliki keunggulan pesaing, meningkatkan dan menjalin kemitraan yang efektif dengan pemasok.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data curah hujan yang diperlukan kemudian mencari hujan maksimum setiap tahunnya, melakukan analisis

Nilai dominansi paling rendah pada Situ Bungur mengindikasikan bahwa tidak adanya jenis makrozoobentos yang mendominasi pada perairan tersebut. Semakin optimum

Dalam menjalankan aktivitasnya melakukan pendampingan, narasumber juga mengajak masyarakat luas untuk berperan serta. Berbagai teknik dilakukan, seperti bergabung dengan

Penerapan strategi pembelajaran penemuan ter- bimbing (Guided Inquiry) yang lebih baik dalam me- ningkatkan motivasi belajar siswa Sekolah Dasar di- banding dengan

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

Proses supurasi akan berlanjut dengan peningkatan jumlah sekret purulen, penekanan pada membran timpani oleh akumulasi sekret ini kan menyebabkan

Vzajemni skladi so predvsem namenjeni investitorjem, ki želijo denarna sredstva investirati v nakup delnic delniških družb in drugih vrednostnih papirjev, a nimajo dovolj znanja

Penelitian ini menggunakan instrument pengumpulan dara berupa angket mengenai kelayakan, kemenarikan, dan kemudahan modul materi pengetahuan dasar geografi untuk