• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DIRI LESBIAN (SEBUAH ETNOGRAFI MENGENAI LESBIAN DI KOTA MEDAN) SKRIPSI OLEH : FEBRY EVA LOVINA SK NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP DIRI LESBIAN (SEBUAH ETNOGRAFI MENGENAI LESBIAN DI KOTA MEDAN) SKRIPSI OLEH : FEBRY EVA LOVINA SK NIM :"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DIRI LESBIAN

(SEBUAH ETNOGRAFI MENGENAI LESBIAN DI KOTA

MEDAN)

SKRIPSI

OLEH :

FEBRY EVA LOVINA SK

NIM : 080905020

ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PERNYATAAN ORIGINALITAS

KONSEP DIRI LESBIAN

(Sebuah Etnografi Mengenai Lesbian di Kota Medan)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, 16 April 2014 Febry Eva Lovina SK

(3)

ABSTRAK

Febry Eva Lovina Sembiring, 2014. Judul : Konsep Diri Lesbian (Sebuah Etnografi Mengenai Lesbian di Kota Medan).

Lesbian adalah suatu istilah bagi perempuan yang mengarahkan pilihan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan baik secara seks maupun jender. Isu seksualitas perempuan, khususnya lesbian, selama ini masih terpinggirkan baik dalam bidang akademik maupun politik. Hal ini dilakukan berlandaskan oleh agama, budaya, norma sosial, konsensus masyarakat atau kelaziman masyarakat patriarkal yang tidak memperhitungkan dan mendengar suara perempuan. Peminggiran tersebut juga disebabkan oleh akses informasi didominasi oleh peneliti laki-laki, dimana mereka sendiri enggan atau bahkan tidak mampu untuk menggali informasi atas praktek-praktek seksual yang dilakukan oleh perempuan, serta sikap ketidakpedulian mereka terhadap keragaman seksual. Akan tetapi, melihat kenyataan bahwa lesbian merupakan pihak yang mengalami diskriminasi berlapis, maka penelitian ini sangat mendesak untuk dilakukan melalui metode keilmuan antropologi.

Penulis juga menemukan bahwa pada abad ke-6 SM, terdapat catatan sejarah mengenai penyair wanita Sappho, yang mengepalai sekolah gadis di Mytilene di Pulau Lesbos. Nama pulau inilah yang kemudian pada zaman sekarang digunakan untuk menyebut homoseks perempuan. Ini merupakan satu-satunya catatan sejarah mengenai praktek lesbian yang berhasil didokumentasikan dalam kajian-kajian sejarah seksualitas perempuan. Perkembangan serta dinamika pergerakan lesbian baik di internasional, nasional hingga lokal pun disuguhkan secara lengkap oleh penulis dalam penelitian ini. Selain itu, penulis juga menyuguhkan kompleksitas kehidupan lesbian, mulai dari masalah-masalah yang kerap mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari hingga strategi yang mereka gunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Di Kota Medan, penulis menemukan beberapa istilah yang digunakan oleh informan untuk mendefenisikan dirinya terkait seksualitasnya, yaitu lesbian, lines dan belok atau koleb. Lines dan belok/koleb adalah istilah yang digunakan informan untuk menyamarkan istilah lesbian, yang dinilai lebih beresiko jika digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Istilah-istilah yang muncul dan kemudian mereka gunakan untuk mendefenisikan diri mereka merupakan subjektivitas yang tidak muncul begitu saja. Subjektivitas ini muncul akibat sistem patriarki yang sudah sejak lama melekat dalam budaya masyarakat Indonesia pada khususnya, yang kemudian mendorong semakin kuatnya heteroseksisme dan homophobia, bahkan di kalangan lesbian itu sendiri. Oleh karena itu, dunia lesbian adalah sebuah dunia yang kerumitannya sangatlah kompleks.

Kata kunci : Seksualitas, Lesbian, Konsep Diri Lesbian, Heteroseksisme, Homophobia

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Skripsi ini saya persembahkan dengan perasaan haru dan bangga untuk

orangtua, kakak-kakak dan abang saya. Terima kasih untuk banyak cinta dan

kesabaran kalian menunggu selesainya pengerjaan skripsi ini. Banyak ide dan

waktu yang kita pertentangkan sejak saat pertama proses pengerjaan skripsi ini

dimulai. Tapi jika sekarang skripsi ini ada di hadapan kita, itu semua karena saya

ingin kalian tahu bahwa keinginan untuk membahagiakan kalian tidak pernah

lepas dari daftar prioritas yang saya lekatkan dalam hidup saya.

Menjalani keseharian sebagai pegiat isu LGBTIQ yang lebih dulu saya

lakoni, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengangkat isu ini sebagai tema

skripsi saya, tentunya memberikan cara berpikir baru bagi saya dan teman-teman

LGBTIQ. Untuk itu, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk

Bapak Dr. Fikarwin Zuska yang telah bersedia, tidak hanya sebagai pembimbing

skripsi saya, akan tetapi juga menjadi teman diskusi saya untuk mengkaji lebih

dalam isu seksualitas.

Kadang-kadang, banyak hal yang kita bicarakan diluar dari fokus

penelitian ini. Namun semuanya sangatlah berguna untuk menambah variasi

perspektif dalam melihat berbagai hal, terutama untuk isu seksualitas. Terima

kasih karena telah membuat saya semakin mencintai antropologi sebagai ilmu

yang membebaskan. Semoga selesainya skripsi ini tidak lantas membuat diskusi

(5)

Akhirnya, dan yang paling penting, saya ucapkan terima kasih untuk

seluruh informan saya. Tanpa kalian, tak ada yang bisa saya tuliskan di dalam

skripsi ini.

Untuk semua lesbian di Kota Medan dan dimanapun berada, saya

mengutip pernyataan Boelstorff, “Dan kepada semua orang Indonesia yang gay,

lesbian dan waria, di mana anda berada, anda tidak sendiri. Anda berkuasa, kreatif

dan berprestasi. Anda pantas mendapat hak dan kesempatan sama dengan orang

lain. Anda betul-betul orang Indonesia asli.”

Medan, 16 April 2014

Penulis

(6)

RIWAYAT HIDUP

Email : planetvenus29@gmail.com

Febry Eva Lovina Sembiring Kembaren, dilahirkan di

Cingkes, sebuah desa di Kabupaten Simalungun pada 29

Januari 1990. Bungsu dari empat bersaudara. Pada usia 13

tahun, untuk pertama kalinya berangkat ke kota dan harus

tinggal sendirian untuk menempuh pendidikan lanjutan.

Karakter si bungsu manja yang dibawa dari rumah tak serta merta menjadikan

saya tidak punya impian yang besar. Sejak kecil bercita-cita kelak akan menjadi

seorang pengajar di perguruan tinggi. Untuk itu, ekspektasi terbesar saat ini

adalah menempuh pendidikan lanjutan S2 bahkan S3. Benci terhadap segala

bentuk penindasan terhadap manusia. Kelak suatu saat nanti, ilmu dan

pengalaman ini akan berguna untuk menghapuskan penindasan di berbagai tempat

maupun bentuk.

Sejak tahun 2013 menjabat sebagai Koordinator Umum Cangkang Queer dan

Sekretaris Perempuan Mahardhika Komite Kota Medan. Selain itu, sejak Maret

2014 yang lalu juga mulai menjabat sebagai Koordinator Wilayah

Sumatera-Kalimantan di dalam struktur kepengurusan Forum LGBTIQ Indonesia

2014-2015.

Pendidikan dan pengalaman belajar yang diperoleh semasa kuliah antara lain :

(7)

 Pelatihan Pluralisme Angkatan III oleh Aliansi Sumut Bersatu. Berastagi. 2011

Pelatihan Penanganan Kasus Perempuan Korban Kekerasan oleh Aliansi Sumut Bersatu. Sibolangit. 2012

Pelatihan Mekanisme HAM Perempuan di ASEAN diselenggarakan oleh Yayasan Kalyanamitra. Medan. 2012

Teleconfrence Dialog Kebangsaan dan Diskusi Publik “Menghadapi Tantangan Kebangkitan Bangsa Indonesia Era Reformasi : Belajar dari

Pengalaman Perempuan Merawat Kebhinnekaan”. Medan. 2011.

Diskusi Publik “Toleransi dan Hak Transjender adalah Hak Warga Negara”. Aliansi Sumut Bersatu. Medan. 2011.

Training of Trainer (TOT) Pengorganisasian LBT oleh Ardhanary Institute. Jakarta. 2013.

Sekolah Feminis Lanjutan Perempuan Mahardhika. Bogor. 2013. LGBTIQ National Dialog III Forum LGBTIQ Indonesia. Bali. 2013  Pendidikan Ekonomi-Politik Perempuan Mahardhika. Medan. 2013  LGBTIQ National Dialogue IV Forum LGBTIQ Indonesia. Bogor. 2014 Peer Educator and Peer Counselor (PEPC) Camp diselenggarakan oleh

(8)

KATA PENGANTAR

Tidak pernah habisnya perbincangan mengenai seksualitas adalah alasan yang

melatarbelakangi penulis mengangkat isu ini di kajian akademik. Tidak banyak

yang tahu bahwa seksualitas merupakan aspek kehidupan yang menyeluruh

mencakup seks, jender, orientasi seksual, erotisme, kesenangan (pleasure),

keintiman dan reproduksi. Disanalah peran dunia akademis untuk mengkaji

sekaligus memperkenalkan konsep tersebut kepada publik. Dengan demikian,

kajian seksualitas diharapkan menjadi eksis di ranah akademis, khususnya

antropologi, sama hal nya dan sama pentingnya seperti kajian-kajian lain seperti

jender, lingkungan, politik, budaya korporasi, hukum dan lain sebagainya.

Saya memfokuskan penelitian ini pada konsep diri lesbian karena hal ini

merupakan salah satu kajian seksualitas yang penting dikaji dari perspektif

antropologi. Seperti kata Oscar Lewis, walaupun kita mempunyai banyak

informasi tentang geografi, sejarah, ekonomi, politik dan bahkan adat kebiasaan

dari sebuah lokasi penelitian beserta orang-orang di dalamnya, tapi kita sangat

sedikit mengetahui tentang psikologi mereka, bagaimana mereka berpikir dan

merasakan, apa yang mereka cemaskan, perdebatkan, harapkan, atau mereka

sukai. Oleh karena itulah, posisi penulis dalam penelitian ini, sama seperti yang

dikatakan Lewis : pelajar dan pelapor.

Budaya-budaya Nusantara sesungguhnya kaya akan fenomena pelembagaan

(institusionalisasi, pemranataan) homoseksualitas. Namun, fenomena serupa

(9)

khususnya mengenai relasi seks perempuan sesama jenis pada masa lalu hingga

saat ini dilakukan berlandaskan agama, budaya, norma sosial, konsensus

masyarakat atau kelaziman masyarakat patriarkal yang tidak memperhitungkan

dan mendengar suara perempuan. Bahkan, seksualitas secara umum dan relasi

seksual sesama perempuan di negara-negara non Barat selama ini kurang

mendapatkan perhatian dari para antropolog dan kalangan ilmu sosial lainnya.

Muncul belakangan daripada gerakan waria dan gay, gerakan lesbian baru

mulai massif sejak tahun 2000. Empat belas tahun sudah kiprah gerakan lesbian di

Indonesia, namun persoalan demi persoalan masih saja menjadi bayang-bayang

suram yang tidak kunjung lepas dari kompleksitas kehidupan lesbian khususnya di

Indonesia.

Di dalam tulisan ini, penulis menunjukkan kepada pembaca bahwa lesbian

kerap mengalami berbagai diskriminasi, stigma, penolakan hingga kekerasan, baik

kekerasan yang dilakukan oleh diri sendiri, keluarga, agama bahkan negara lewat

peraturan perundang-undangan yang diskriminatif terhadap LGBTIQ secara

umum dan lesbian secara khusus. Selanjutnya penulis juga membongkar beberapa

strategi yang dilakukan oleh informan dalam mengatasi masalah-masalah yang

mereka hadapi seperti menutupi identitas, keluar dari rumah, nongkrong, main

tunggal dan berorganisasi.

Ada beberapa istilah yang ditemukan oleh penulis ketika membongkar

(10)

masing memiliki makna yang berbeda-beda bagi informan. Perbedaan makna dan

konsep yang mereka defenisikan terhadap diri mereka sendiri juga berpengaruh

terhadap agenda perjuangan yang mereka rancang dalam kehidupan sehari-hari

maupun masa depan mereka. Ada yang menganggap perjuangan sebagai lesbian

adalah perjuangan untuk diri sendiri, adapula yang menganggap perjuangan itu

harus dilakukan secara kolektif.

Menjadi lesbian juga harus berhadapan dengan nilai-nilai heteronormatif yang

entah harus dituruti ataupun harus dilawan, menentukan pilihan tersebut bukanlah

perkara yang mudah dijalani. Pada akhirnya, hanya satu hal saja yang diinginkan

oleh lesbian : sebuah dunia yang lebih ramah terhadap siapapun, termasuk lesbian.

Medan, 16 April 2014

Penulis

(11)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... i ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tinjauan Pustaka ... 9

1.3 Perumusan Masalah ... 27

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 28

1.5 Metode Penelitian ... 29

BAB II KONTEKS PENELITIAN 2.1 Seksualitas Lesbian Ditinjau secara Historis ... 35

2.1.1 Sejarah Homoseksual dari Masa ke Masa ... 35

a. Homoseksualitas Sebelum Abad 19 ... 35

b. Homoseksualitas setelah abad 19 ... 41

2.1.2 Catatan Sejarah Seksualitas Lesbian yang Minim ... 45

2.2 Situasi dan Kondisi Lesbian secara Internasional dan Nasional 47 2.2.1 Situasi dan Kondisi Lesbian secara Internasional ... 47

2.2.2 Situasi dan Kondisi Lesbian secara Nasional ... 49

2.3 Situasi dan Kondisi Lesbian di Kota Medan ... 55

2.3.1 Kota Medan secara Geografis dan Demografis ... 55

2.3.2 Kota Medan : Pluralisme atau Pluralitas? ... 56

2.3.3 Lesbian di Kota Medan ... 57

BAB III LESBIAN DI KOTA MEDAN 3.1 Munculnya Komunitas Lesbian di Kota Medan ... 59

3.1.1 Dari Sentul-Kantil hingga Butch-Femm ... 59

3.1.2 Tongkrongan Lesbian di Kota Medan ... 62

3.2 Masalah-masalah Lesbian... 66

3.2.1 Stigma, Diskriminasi hingga Penolakan ... 66

3.2.2 Kekerasan oleh Diri Sendiri ... 67

3.2.3 Kekerasan oleh Keluarga ... 68

3.2.4 Kekerasan oleh Agama... 70

3.2.5 Kekerasan oleh Negara ... 71

3.3 Berbagai Strategi Pemecahan Masalah pada Lesbian ... 76

3.3.1 Menutupi Identitas ... 76

3.3.2 Keluar dari Rumah ... 78

3.3.3 Nongkrong ... 79

3.3.4 Main Tunggal ... 79

(12)

BAB IV KONSEP DIRI LESBIAN

4.1 Lesbi, Lines Belok/Koleb dan Lesbian ... 82

4.1.1 Lesbi ... 82

4.1.2 Lines ... 83

4.1.3 Belok/koleb ... 83

4.1.4 Lesbian ... 85

4.2 Agenda Perjuangan yang Berbeda ... 88

4.2.1 Berjuang untuk diri sendiri ... 88

4.2.2 Berjuang secara kolektif ... 90

4.3 Nilai ... 93

4.3.1 Kekerasan terhadap Lesbian, suatu Kewajaran ataukah harus dilawan? ... 93

4.3.2 Mendambakan sebuah “pernikahan” ... 95

4.3.3 Relasi butchi dan femm ... 97

4.4 Lesbian dan Penafsiran Agama ... 98

4.5 Lesbian dan Seks Aman (Safe Sex) ... 99

4.6 Cita-cita Lesbian : Sebuah Dunia yang Lebih Ramah ... 100

KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 106 LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016 , dengan ini kami

Status Penugasan Sekolah Induk Sekolah Bukan Induk Nomor Surat Tugas. Tanggal Surat Tugas

[r]

sulphur dioxide (S02), nitrogen dioxide (N02) and carbon monoxide LKJIHGFEDCBA (C O ) generated by waste gas flaring and their dispersion in ambient air were assessed.. The

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara perawatan payudara masa nifas dengan kualitas hidup ibu nifas di wilayah Puskesmas

(2) Biaya yang diperlukan untuk pemberian kesaksian terhadap kasus hukum dugaan tindak pidana korupsi oleh pejabat dan/atau pegawai sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri