KONSEP DIRI LESBIAN
(SEBUAH ETNOGRAFI MENGENAI LESBIAN DI KOTA
MEDAN)
SKRIPSI
OLEH :
FEBRY EVA LOVINA SK
NIM : 080905020
ANTROPOLOGI SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PERNYATAAN ORIGINALITAS
KONSEP DIRI LESBIAN
(Sebuah Etnografi Mengenai Lesbian di Kota Medan)
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.
Medan, 16 April 2014 Febry Eva Lovina SK
ABSTRAK
Febry Eva Lovina Sembiring, 2014. Judul : Konsep Diri Lesbian (Sebuah Etnografi Mengenai Lesbian di Kota Medan).
Lesbian adalah suatu istilah bagi perempuan yang mengarahkan pilihan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan baik secara seks maupun jender. Isu seksualitas perempuan, khususnya lesbian, selama ini masih terpinggirkan baik dalam bidang akademik maupun politik. Hal ini dilakukan berlandaskan oleh agama, budaya, norma sosial, konsensus masyarakat atau kelaziman masyarakat patriarkal yang tidak memperhitungkan dan mendengar suara perempuan. Peminggiran tersebut juga disebabkan oleh akses informasi didominasi oleh peneliti laki-laki, dimana mereka sendiri enggan atau bahkan tidak mampu untuk menggali informasi atas praktek-praktek seksual yang dilakukan oleh perempuan, serta sikap ketidakpedulian mereka terhadap keragaman seksual. Akan tetapi, melihat kenyataan bahwa lesbian merupakan pihak yang mengalami diskriminasi berlapis, maka penelitian ini sangat mendesak untuk dilakukan melalui metode keilmuan antropologi.
Penulis juga menemukan bahwa pada abad ke-6 SM, terdapat catatan sejarah mengenai penyair wanita Sappho, yang mengepalai sekolah gadis di Mytilene di Pulau Lesbos. Nama pulau inilah yang kemudian pada zaman sekarang digunakan untuk menyebut homoseks perempuan. Ini merupakan satu-satunya catatan sejarah mengenai praktek lesbian yang berhasil didokumentasikan dalam kajian-kajian sejarah seksualitas perempuan. Perkembangan serta dinamika pergerakan lesbian baik di internasional, nasional hingga lokal pun disuguhkan secara lengkap oleh penulis dalam penelitian ini. Selain itu, penulis juga menyuguhkan kompleksitas kehidupan lesbian, mulai dari masalah-masalah yang kerap mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari hingga strategi yang mereka gunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Di Kota Medan, penulis menemukan beberapa istilah yang digunakan oleh informan untuk mendefenisikan dirinya terkait seksualitasnya, yaitu lesbian, lines dan belok atau koleb. Lines dan belok/koleb adalah istilah yang digunakan informan untuk menyamarkan istilah lesbian, yang dinilai lebih beresiko jika digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Istilah-istilah yang muncul dan kemudian mereka gunakan untuk mendefenisikan diri mereka merupakan subjektivitas yang tidak muncul begitu saja. Subjektivitas ini muncul akibat sistem patriarki yang sudah sejak lama melekat dalam budaya masyarakat Indonesia pada khususnya, yang kemudian mendorong semakin kuatnya heteroseksisme dan homophobia, bahkan di kalangan lesbian itu sendiri. Oleh karena itu, dunia lesbian adalah sebuah dunia yang kerumitannya sangatlah kompleks.
Kata kunci : Seksualitas, Lesbian, Konsep Diri Lesbian, Heteroseksisme, Homophobia
UCAPAN TERIMA KASIH
Skripsi ini saya persembahkan dengan perasaan haru dan bangga untuk
orangtua, kakak-kakak dan abang saya. Terima kasih untuk banyak cinta dan
kesabaran kalian menunggu selesainya pengerjaan skripsi ini. Banyak ide dan
waktu yang kita pertentangkan sejak saat pertama proses pengerjaan skripsi ini
dimulai. Tapi jika sekarang skripsi ini ada di hadapan kita, itu semua karena saya
ingin kalian tahu bahwa keinginan untuk membahagiakan kalian tidak pernah
lepas dari daftar prioritas yang saya lekatkan dalam hidup saya.
Menjalani keseharian sebagai pegiat isu LGBTIQ yang lebih dulu saya
lakoni, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengangkat isu ini sebagai tema
skripsi saya, tentunya memberikan cara berpikir baru bagi saya dan teman-teman
LGBTIQ. Untuk itu, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk
Bapak Dr. Fikarwin Zuska yang telah bersedia, tidak hanya sebagai pembimbing
skripsi saya, akan tetapi juga menjadi teman diskusi saya untuk mengkaji lebih
dalam isu seksualitas.
Kadang-kadang, banyak hal yang kita bicarakan diluar dari fokus
penelitian ini. Namun semuanya sangatlah berguna untuk menambah variasi
perspektif dalam melihat berbagai hal, terutama untuk isu seksualitas. Terima
kasih karena telah membuat saya semakin mencintai antropologi sebagai ilmu
yang membebaskan. Semoga selesainya skripsi ini tidak lantas membuat diskusi
Akhirnya, dan yang paling penting, saya ucapkan terima kasih untuk
seluruh informan saya. Tanpa kalian, tak ada yang bisa saya tuliskan di dalam
skripsi ini.
Untuk semua lesbian di Kota Medan dan dimanapun berada, saya
mengutip pernyataan Boelstorff, “Dan kepada semua orang Indonesia yang gay,
lesbian dan waria, di mana anda berada, anda tidak sendiri. Anda berkuasa, kreatif
dan berprestasi. Anda pantas mendapat hak dan kesempatan sama dengan orang
lain. Anda betul-betul orang Indonesia asli.”
Medan, 16 April 2014
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Email : planetvenus29@gmail.com
Febry Eva Lovina Sembiring Kembaren, dilahirkan di
Cingkes, sebuah desa di Kabupaten Simalungun pada 29
Januari 1990. Bungsu dari empat bersaudara. Pada usia 13
tahun, untuk pertama kalinya berangkat ke kota dan harus
tinggal sendirian untuk menempuh pendidikan lanjutan.
Karakter si bungsu manja yang dibawa dari rumah tak serta merta menjadikan
saya tidak punya impian yang besar. Sejak kecil bercita-cita kelak akan menjadi
seorang pengajar di perguruan tinggi. Untuk itu, ekspektasi terbesar saat ini
adalah menempuh pendidikan lanjutan S2 bahkan S3. Benci terhadap segala
bentuk penindasan terhadap manusia. Kelak suatu saat nanti, ilmu dan
pengalaman ini akan berguna untuk menghapuskan penindasan di berbagai tempat
maupun bentuk.
Sejak tahun 2013 menjabat sebagai Koordinator Umum Cangkang Queer dan
Sekretaris Perempuan Mahardhika Komite Kota Medan. Selain itu, sejak Maret
2014 yang lalu juga mulai menjabat sebagai Koordinator Wilayah
Sumatera-Kalimantan di dalam struktur kepengurusan Forum LGBTIQ Indonesia
2014-2015.
Pendidikan dan pengalaman belajar yang diperoleh semasa kuliah antara lain :
Pelatihan Pluralisme Angkatan III oleh Aliansi Sumut Bersatu. Berastagi. 2011
Pelatihan Penanganan Kasus Perempuan Korban Kekerasan oleh Aliansi Sumut Bersatu. Sibolangit. 2012
Pelatihan Mekanisme HAM Perempuan di ASEAN diselenggarakan oleh Yayasan Kalyanamitra. Medan. 2012
Teleconfrence Dialog Kebangsaan dan Diskusi Publik “Menghadapi Tantangan Kebangkitan Bangsa Indonesia Era Reformasi : Belajar dari
Pengalaman Perempuan Merawat Kebhinnekaan”. Medan. 2011.
Diskusi Publik “Toleransi dan Hak Transjender adalah Hak Warga Negara”. Aliansi Sumut Bersatu. Medan. 2011.
Training of Trainer (TOT) Pengorganisasian LBT oleh Ardhanary Institute. Jakarta. 2013.
Sekolah Feminis Lanjutan Perempuan Mahardhika. Bogor. 2013. LGBTIQ National Dialog III Forum LGBTIQ Indonesia. Bali. 2013 Pendidikan Ekonomi-Politik Perempuan Mahardhika. Medan. 2013 LGBTIQ National Dialogue IV Forum LGBTIQ Indonesia. Bogor. 2014 Peer Educator and Peer Counselor (PEPC) Camp diselenggarakan oleh
KATA PENGANTAR
Tidak pernah habisnya perbincangan mengenai seksualitas adalah alasan yang
melatarbelakangi penulis mengangkat isu ini di kajian akademik. Tidak banyak
yang tahu bahwa seksualitas merupakan aspek kehidupan yang menyeluruh
mencakup seks, jender, orientasi seksual, erotisme, kesenangan (pleasure),
keintiman dan reproduksi. Disanalah peran dunia akademis untuk mengkaji
sekaligus memperkenalkan konsep tersebut kepada publik. Dengan demikian,
kajian seksualitas diharapkan menjadi eksis di ranah akademis, khususnya
antropologi, sama hal nya dan sama pentingnya seperti kajian-kajian lain seperti
jender, lingkungan, politik, budaya korporasi, hukum dan lain sebagainya.
Saya memfokuskan penelitian ini pada konsep diri lesbian karena hal ini
merupakan salah satu kajian seksualitas yang penting dikaji dari perspektif
antropologi. Seperti kata Oscar Lewis, walaupun kita mempunyai banyak
informasi tentang geografi, sejarah, ekonomi, politik dan bahkan adat kebiasaan
dari sebuah lokasi penelitian beserta orang-orang di dalamnya, tapi kita sangat
sedikit mengetahui tentang psikologi mereka, bagaimana mereka berpikir dan
merasakan, apa yang mereka cemaskan, perdebatkan, harapkan, atau mereka
sukai. Oleh karena itulah, posisi penulis dalam penelitian ini, sama seperti yang
dikatakan Lewis : pelajar dan pelapor.
Budaya-budaya Nusantara sesungguhnya kaya akan fenomena pelembagaan
(institusionalisasi, pemranataan) homoseksualitas. Namun, fenomena serupa
khususnya mengenai relasi seks perempuan sesama jenis pada masa lalu hingga
saat ini dilakukan berlandaskan agama, budaya, norma sosial, konsensus
masyarakat atau kelaziman masyarakat patriarkal yang tidak memperhitungkan
dan mendengar suara perempuan. Bahkan, seksualitas secara umum dan relasi
seksual sesama perempuan di negara-negara non Barat selama ini kurang
mendapatkan perhatian dari para antropolog dan kalangan ilmu sosial lainnya.
Muncul belakangan daripada gerakan waria dan gay, gerakan lesbian baru
mulai massif sejak tahun 2000. Empat belas tahun sudah kiprah gerakan lesbian di
Indonesia, namun persoalan demi persoalan masih saja menjadi bayang-bayang
suram yang tidak kunjung lepas dari kompleksitas kehidupan lesbian khususnya di
Indonesia.
Di dalam tulisan ini, penulis menunjukkan kepada pembaca bahwa lesbian
kerap mengalami berbagai diskriminasi, stigma, penolakan hingga kekerasan, baik
kekerasan yang dilakukan oleh diri sendiri, keluarga, agama bahkan negara lewat
peraturan perundang-undangan yang diskriminatif terhadap LGBTIQ secara
umum dan lesbian secara khusus. Selanjutnya penulis juga membongkar beberapa
strategi yang dilakukan oleh informan dalam mengatasi masalah-masalah yang
mereka hadapi seperti menutupi identitas, keluar dari rumah, nongkrong, main
tunggal dan berorganisasi.
Ada beberapa istilah yang ditemukan oleh penulis ketika membongkar
masing memiliki makna yang berbeda-beda bagi informan. Perbedaan makna dan
konsep yang mereka defenisikan terhadap diri mereka sendiri juga berpengaruh
terhadap agenda perjuangan yang mereka rancang dalam kehidupan sehari-hari
maupun masa depan mereka. Ada yang menganggap perjuangan sebagai lesbian
adalah perjuangan untuk diri sendiri, adapula yang menganggap perjuangan itu
harus dilakukan secara kolektif.
Menjadi lesbian juga harus berhadapan dengan nilai-nilai heteronormatif yang
entah harus dituruti ataupun harus dilawan, menentukan pilihan tersebut bukanlah
perkara yang mudah dijalani. Pada akhirnya, hanya satu hal saja yang diinginkan
oleh lesbian : sebuah dunia yang lebih ramah terhadap siapapun, termasuk lesbian.
Medan, 16 April 2014
Penulis
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... i ABSTRAK ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Tinjauan Pustaka ... 9
1.3 Perumusan Masalah ... 27
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 28
1.5 Metode Penelitian ... 29
BAB II KONTEKS PENELITIAN 2.1 Seksualitas Lesbian Ditinjau secara Historis ... 35
2.1.1 Sejarah Homoseksual dari Masa ke Masa ... 35
a. Homoseksualitas Sebelum Abad 19 ... 35
b. Homoseksualitas setelah abad 19 ... 41
2.1.2 Catatan Sejarah Seksualitas Lesbian yang Minim ... 45
2.2 Situasi dan Kondisi Lesbian secara Internasional dan Nasional 47 2.2.1 Situasi dan Kondisi Lesbian secara Internasional ... 47
2.2.2 Situasi dan Kondisi Lesbian secara Nasional ... 49
2.3 Situasi dan Kondisi Lesbian di Kota Medan ... 55
2.3.1 Kota Medan secara Geografis dan Demografis ... 55
2.3.2 Kota Medan : Pluralisme atau Pluralitas? ... 56
2.3.3 Lesbian di Kota Medan ... 57
BAB III LESBIAN DI KOTA MEDAN 3.1 Munculnya Komunitas Lesbian di Kota Medan ... 59
3.1.1 Dari Sentul-Kantil hingga Butch-Femm ... 59
3.1.2 Tongkrongan Lesbian di Kota Medan ... 62
3.2 Masalah-masalah Lesbian... 66
3.2.1 Stigma, Diskriminasi hingga Penolakan ... 66
3.2.2 Kekerasan oleh Diri Sendiri ... 67
3.2.3 Kekerasan oleh Keluarga ... 68
3.2.4 Kekerasan oleh Agama... 70
3.2.5 Kekerasan oleh Negara ... 71
3.3 Berbagai Strategi Pemecahan Masalah pada Lesbian ... 76
3.3.1 Menutupi Identitas ... 76
3.3.2 Keluar dari Rumah ... 78
3.3.3 Nongkrong ... 79
3.3.4 Main Tunggal ... 79
BAB IV KONSEP DIRI LESBIAN
4.1 Lesbi, Lines Belok/Koleb dan Lesbian ... 82
4.1.1 Lesbi ... 82
4.1.2 Lines ... 83
4.1.3 Belok/koleb ... 83
4.1.4 Lesbian ... 85
4.2 Agenda Perjuangan yang Berbeda ... 88
4.2.1 Berjuang untuk diri sendiri ... 88
4.2.2 Berjuang secara kolektif ... 90
4.3 Nilai ... 93
4.3.1 Kekerasan terhadap Lesbian, suatu Kewajaran ataukah harus dilawan? ... 93
4.3.2 Mendambakan sebuah “pernikahan” ... 95
4.3.3 Relasi butchi dan femm ... 97
4.4 Lesbian dan Penafsiran Agama ... 98
4.5 Lesbian dan Seks Aman (Safe Sex) ... 99
4.6 Cita-cita Lesbian : Sebuah Dunia yang Lebih Ramah ... 100
KESIMPULAN DAN SARAN ... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 106 LAMPIRAN