• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Belajar adalah suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan atau keluarganya sendiri (Syah, 2004:89). Pendidikan akan terbentuk dengan adanya proses belajar. Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah atau madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Apabila suatu lembaga sudah tidak mengutamakan suatu proses belajar yang terjadi pada siswa maka bisa dipastikan keberhasilan siswa tidak akan maksimal.

Matematika merupakan bagian dari pendidikan. Peranan matematika semakin penting sejak sejarah perkembangan peradaban manusia sampai sekarang, baik bagi perkembangan peradaban manusia secara keseluruhan (misalnya bagi perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi) maupun bagi perkembangan setiap individu. Selain itu, matematika juga berfungsi sebagai alat bantu dan pelayanan ilmu, artinya tidak hanya untuk matematika itu sendiri tetapi untuk ilmu-ilmu yang lain, baik untuk kepentingan teoritis maupun kepentingan praktis sebagai aplikasi dari matematika.

Menyadari pentingnya peranan matematika dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 37 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Melalui pembelajaran matematika, siswa diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, cermat, efektif, dan efisien dalam memecahkan masalah.

(2)

Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa memasuki abad 21 keadaan sumber daya manusia Indonesia masih belum kompetitif, dan sampai saat ini mutu pendidikan di Indonesia masih sangat rendah bila dibandingkan dengan negara lain, khususnya untuk mata pelajaran matematika. Penguasaan matematika siswa Indonesia berada pada peringkat 38 dari 45 negara atau berada dibawah rata-rata internasional (Laporan TIMMS, 2011). Satu tahun berikutnya, Indonesia masih pada peringkat 38 dari 42 negara dan lebih dari separuh pelajar Indonesia dikategorikan berada di bawah standar rata-rata skor Internasional (Laporan TIMMS, 2012).

Fakta mengenai rendahnya mutu pendidikan di Indonesia khususnya untuk mata pelajaran matematika tersebut menunjukkan belum tercapainya tujuan pembelajaran matematika. Salah satu yang mengindikasikan bahwa tujuan pembelajaran matematika belum tercapai secara optimal adalah terkait kemampuan untuk memahami serta mengenali konsep-konsep matematika yang berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan. Seperti pada tujuan matematika pada pendidikan menengah menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006, bahwa siswa harus memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

Begitu kompleksnya unsur-unsur dalam matematika, dari banyaknya definisi, penggunaan simbol-simbol yang bervariasi dan rumus-rumus yang beraneka macam, mengharapkan siswa untuk lebih mengutamakan pemahaman konsep dalam matematika. Disamping itu, matematika merupakan mata pelajaran yang terurut, bertingkat dan berkelanjutan. Jadi, apabila siswa menguasai konsep materi prasyarat maka siswa akan mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya. Keberhasilan penguasaan konsep dasar matematika pada siswa menjadi pembuka jalan dalam penyampaian konsep matematika selanjutnya sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami konsep matematika pada materi selanjutnya.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Dra. Kristina Sri Rahayu selaku guru matematika kelas VIII SMP N 16 Surakarta pada hari Sabtu, 24 Agustus

(3)

2013 salah satu materi yang sulit dikuasai oleh siswa adalah fungsi. Oleh karena itu, penanaman konsep fungsi harus kuat agar ingatan siswa tentang fungsi lebih bertahan lama (tidak mudah lupa). Disamping itu, konsep himpunan saling berkaitan dengan konsep fungsi, tanpa menguasai konsep himpunan siswa akan kesulitan untuk dapat memahami konsep fungsi yang lebih kompleks. Materi himpunan kelas VII Semester II merupakan dasar untuk belajar materi fungsi kelas VIII semester I. Dengan menguasai konsep himpunan seperti pengertian himpunan dan hubungan antar himpunan siswa dapat lebih mudah untuk memahami konsep fungsi yaitu pengertian fungsi, nilai fungsi, dan pengertian korespondensi satu-satu yang diberikan di kelas VIII Semester I.

Hal yang menjadi permasalahan dalam penyampaian konsep baru yang masih berkaitan dengan konsep materi sebelumnya adalah perbedaaan pemahaman konsep dasar yang telah ada dalam pikiran siswa. Konsep siswa sebagai dasar untuk menguasai konsep dikategorikan menjadi tiga yaitu tidak memahami konsep, terjadi miskonsepsi, dan memahami konsep. Pengkategorian pemahaman konsep ini berdasarkan pengkategorian pemahaman konsep oleh Edmund A. Marek (dalam Abraham, 1992). Berdasarkan hasil pengalaman peneliti pada saat wawancara di luar subyek penelitian, yaitu saat peneliti mengikuti PPL (Program Pengalaman Lapangan) pada tahun ajaran 2012/2013 peneliti menemui beberapa siswa yang masih mengalami miskonsepsi tentang konsep himpunan. Siswa dapat mengelompokkan subjek tertentu berdasarkan pengertian himpunan tetapi siswa tidak dapat menuliskan himpunan ke dalam notasi himpunan. Sehingga siswa kesulitan untuk menyelesaikan persoalan fungsi yang lebih kompleks yang tentunya tidak terlepas dari konsep dasarnya sendiri yaitu himpunan. Ada juga siswa yang telah memahami konsep himpunan sehingga dapat lebih mudah memahami konsep fungsi yang lebih kompleks. Perbedaan konsep dasar siswa ini tentunya menjadi satu masalah bagi guru dalam menjelaskan materi fungsi yang baru. Peneliti tertarik untuk meneliti derajat pemahaman di SMP Negeri 16 Surakarta dimana menurut Dra. Kristina Sri Rahayu selaku guru matematika kelas VIII SMP N 16 Surakarta dapat ditemukan berbagai derajat/tingkatan pemahaman di SMP Negeri 16 Surakarta. Kesulitan

(4)

siswa untuk memperoleh hasil yang bagus pada materi fungsi dimungkinkan adanya pemahaman konsep yang kurang tepat, atau berbeda-beda dari masing-masing siswa. Konsep fungsi yang dimiliki siswa ini akan dikaitkan dengan konsep himpunan yang dipelajari sebelumnya sehingga diharapkan dapat mendeskripsikan lebih jelas bagaimana derajat pemahaman konsep pada siswa.

Berdasarkan derajat pemahaman yang dikemukakan oleh Marek (dalam Abraham, 1992: 112), miskonsepsi merupakan salah satu derajat pemahaman konsep yaitu derajat yang ketiga. Dimana derajat pemahaman tersebut digolongkan menjadi enam yaitu tidak ada respon, tidak memahami, miskonsepsi, memahami sebagian dan terjadi miskonsepsi, memahami sebagian dan tidak terjadi miskonsepsi, serta memahami konsep.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk menyelidiki tingkatan pemahaman konsep fungsi siswa kelas VIII SMP N 16 Surakarta pada materi fungsi ditinjau dari konsep himpunan. Tingkatan pemahaman siswa terhadap suatu konsep disebut sebagai derajat pemahaman konsep. Konse himpunan difokuskan pada materi prasyarat mengenai himpunan di kelas VII yang harus dikuasai oleh siswa sebelum mempelajari fungsi di kelas VIII. Konsep himpunan akan dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu tidak memahami konsep, miskonsepsi, dan memahami konsep.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana derajat pemahaman konsep fungsi pada siswa kelas VIII SMP N 16 Surakarta yang memahami konsep himpunan?

2. Bagaimana derajat pemahaman konsep fungsi pada siswa kelas VIII SMP N 16 Surakarta yang mengalami miskonsepsi konsep himpunan?

3. Bagaimana derajat pemahaman konsep fungsi pada siswa kelas VIII SMP N 16 Surakarta yang tidak memahami konsep himpunan?

(5)

C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan derajat pemahaman konsep fungsi pada siswa kelas VIII SMP N 16 Surakarta yang memahami konsep himpunan.

2. Mendeskripsikan derajat pemahaman konsep fungsi pada siswa kelas VIII SMP N 16 Surakarta yang mengalami miskonsepsi konsep himpunan.

3. Mendeskripsikan derajat pemahaman konsep fungsi pada siswa kelas VIII SMP N 16 Surakarta yang tidak memahami konsep himpunan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kepala sekolah, guru, calon guru, dan siswa pada umumnya. Manfaat yang penulis harapkan adalah sebagai berikut.

1. Memberikan informasi kepada Kepala Sekolah, guru, dan calon guru matematika tentang derajat pemahaman konsep fungsi pada siswa kelas VIII SMP N 16 Surakarta ditinjau dari konsep himpunan. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran bagi guru kelas VII tentang sejauh mana pemahaman siswa mengenai konsep himpunan sehingga dapat menjadi masukan bagi guru untuk merancang pembelajaran maupun tugas yang sesuai untuk meningkatkan pemahaman konsep himpunan pada siswa, segera mengatasi terjadinya miskonsepsi, dan memberikan perhatian yang lebih pada siswa yang belum memahami konsep sama sekali. Disamping itu juga memberi gambaran bagi guru matematika kelas VIII tentang sejauh mana pemahaman siswa mengenai konsep himpunan sehingga dapat menjadi masukan bagi guru untuk merancang pembelajaran maupun tugas yang sesuai sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep fungsi berdasarkan konsep himpunan yang telah dimiliki siswa.

2. Memberikan gambaran kepada siswa kelas VIII SMP N 16 Surakarta tentang sejauh mana pemahaman konsep fungsi ditinjau dari konsep himpunan sehingga dapat menjadi masukan bagi siswa untuk lebih meningkatkan

(6)

pemahaman konsepnya dan segera mengatasi terjadinya ketidakpahaman maupun miskonsepsi.

3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian lanjutan atau yang sejenis.

Referensi

Dokumen terkait

Diisi dengan bidang ilmu yang ditekuni dosen yang bersangkutan pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

Berdasarkan pengamatan kemampuan berbahasa siswa pada siklus 1 telah mengalami peningkatan dari pratindakan walaupun belum mencapai persentase KKM yang telah ditentukan.

Emisi surat utang korporasi di pasar domestik selama Januari 2018 mencapai Rp7,67 triliun atau naik 2,84 kali dibandingkan dengan Januari 2018, berdasarkan data oleh

Jika setelah berakhirnya perjanjian kerja ke-2 ternyata PIHAK KEDUA tidak diajukan untuk pengangkatan sebagai karyawan tetap oleh PIHAK PERTAMA, maka perjanjian kerja kontrak

menunjukkan bahwa setiap taraf perlakuan, yaitu penambahan Dekstrin dan proporsi Asam Sitrat : Natrium Bikarbonat memberikan jumlah rangking kesukaan rasa yang

KTU/staf administrasi berkewajiban mengembalikan atau menyampaikan koreksian tersebut ke dosen pengusul proposal, disertai surat pemberitahuan dan bukti hasil koreksi