• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANGGULANGAN MASALAH PENCEMARAN SAMPAH DAERAH PESISIR SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN EKOSISTEM PESISIR DAN HUTAN MANGROVE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENANGGULANGAN MASALAH PENCEMARAN SAMPAH DAERAH PESISIR SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN EKOSISTEM PESISIR DAN HUTAN MANGROVE."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

76 Dedication : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat IKIP PGRI Jember

PENANGGULANGAN MASALAH PENCEMARAN SAMPAH DAERAH PESISIR SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN

EKOSISTEM PESISIR DAN HUTAN MANGROVE

H.B.A. Jayawardana 1), Mochammad Maulana Trianggono 1)

1)

IKIP PGRI Jember

hepta2011@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari kepulauan dan dikelilingi oleh lautan.Banyak masyarakat Indonesia yang hidup di daerah pesisir.Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara darat dan laut yang meliputi wilayah sekitar 8% di permukaan bumi.Daerah pesisir sebagai suatu ekosistem menyimpan potensi sumber daya alam yang luar biasa.Kondisi daerah pesisir di Desa Wringin Putih, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi sudah sangat memprihatinkan karena tumpukan sampah yang tersebar hampir di sepanjang garis pantai.Tumpukan sampah yang ada di daerah pesisir ini merupakan limbah masyarakat sekitar pesisir dan sampah yang terbawa dari laut.Kondisi seperti ini sudah pasti mengganggu kelestarian ekosistem pesisir dan estetika hutan mangrove. Timbunan sampah juga akan mengakibatkan banjir rob dan pencemaran lingkungan. Pengabdian kepada masyarakat pesisir ini dilakukan melalui penyuluhan dan kegiatan pembersihan sampah di daerah pesisir yang bertujuan untuk melestarikan ekosistem pesisir dan memperindah estetika hutan mangrove.

Kata Kunci : Pembersihan Sampah, Banjir Rob, Pelestarian Ekosistem Pesisir.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang kaya. Kekayaan alam Indonesia meliputi daratan dan lautan.Indonesia memiliki daratan seluas 1.910.000 km2 dan luas lautan mencapai 6.279.000 km2.Luas lautan yang mencapai 70% dari total wilayah, membuat Indonesia dikenal sebagai negara maritim.Sebagai negara maritim, Indonesia mempunyai kekayaan laut yang luar biasa. Menurut Lestari (2015:1), Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia (setelah Kanada) yakni mencapai 99.093 km. Sebagai negara maritim, banyak

masya-rakat Indonesia yang hidup di daerah pesisir.

Daerah pesisir sebagai suatu ekosistem menyimpan potensi sumber daya alam yang luar biasa. Menurut Clrak (Fachrul, 2008:123), wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik karena ditemukan berbagai ekosistem mulai dari daerah pasang surut, estuari, hutan bakau/ mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan sebagainya.

Desa Wringin Putih, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur merupakan salah satu daerah pesisir yang ada di pulau Jawa. Menurut penuturan penduduk sekitar, Desa

(2)

Wri-Penanggulangan Masalah Pencemaran Sampah… (Jayawardana, Trianggono)

Dedication : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat IKIP PGRI Jember │77 ngin Putih sering mengalami

perma-salahan banjir rob dan abrasi air laut. Banjir rob adalah banjir yang diakibatkan oleh naiknya air laut ke daratan. Abrasi adalah pengikisan daerah pantai akibat gelombang atau arus laut.Permasalahan tersebut terjadi diduga karena kurangnya hutan mangrove di daerah tersebut.Hutan mangrove bagi daerah pesisir mempunyai fungsi yang sangat vital karena dapat menahan air masuk ke daratan dan juga sebagai penahan abrasi pantai.Menurut Wahyuningsih, et.al. (2016:255), dampak dari abrasi adalah terjadinya kemunduran garis pantai yang dapat mengancam bangunan maupun ekosistem yang berada di belakang wilayah garis pantai.

Permasalahan lain yang ada di pesisir pantai desa Wringin Putih tersebut adalah banyaknya sampah yang terdam-par di sekitar pantai. Berdasarkan observasi di lapangan, banyak sekali terdapat sampah anorganik yang sulit terurai oleh proses alamiah. Masalah sampah yang mencemari lautan di Indonesia perlu mendapat penanganan yang serius agar tidak merusak keindahan dan ekosistem laut itu sendiri.

Menurut Londo (2009: 5), selama ini perhatian terhadap dunia kelautan memang masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan perhatian terhadap daratan. Padahal, laut merupakan bagian terbesar (mencakup 70%) dari planet bumi.Potensi sumber daya alam laut juga jauh lebih besar dan beraneka ragam,

termasuk sumber daya

hayatinya.Implikasi dari rendahnya perhatian terhadap laut tersebut, maka kemampuan memanfaatkannya juga

masih rendah.Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menjadikan laut sebagai tempat pembuangan akhir sampah.Minimnya sarana pengolahan serta rendahnya kesadaran masyarakat dalam menangani sampah secara benar telah menjadikan laut sebagai sasaran pembuangan sampah.Beberapa laporan penelitian menye-butkan, sampah plastik kini telah menjadi faktor pembunuh beberapa jenis hewan laut, termasuk terumbu karang.Jambecket.al.(2015: 769) menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara penyumbang sampah ke lautan kedua terbesar di dunia. Pembuangan sampah ke lautan akan berdampak buruk bagi kehidupan ekosistem laut (Nasution,

et.al., 2016:1).Sampah berdampak buruk

bagi kehidupan flora dan fauna di lautan, pantai, dan juga daratan.

Menurut Hananto (2015:1), Sam-pah plastik dengan mudah dapat dijumpai di lautan, di pesisir pantai, hingga di sungai. Pantai tidak pernah sepi dari sampah plastik, mulai dari kantong plastik, botol minuman dan yang lainnya. Menurut Nasution (2013:1), sampah terutama plastik, berdampak sangat buruk bagi satwa termasuk ikan, penyu dan burung. Kantong plastik yang mengapung di lautan acap kali disantap penyu karena menyerupai ubur-ubur.Pecahan plastik yang berserakan di pantai dapat dimakan oleh burung karena warnanya menarik perhatian mereka.Partikel plastik yang terurai di lautan terakumulasi pada tubuh ikan dan pada akhirnya membahayakan kesehatan saat ikan tersebut dikonsumsi manusia.

(3)

Volume 1, Nomor 1, Maret 2017

│78 Dedication : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat IKIP PGRI Jember Permasalahan banjir rob, abrasi,

dan pencemaran sampah di daerah pesisir jika tidak segera ditangani dengan tepat dikhawatirkan akan menjadi bencana alam yang lebih besar. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan cara melakukan konservasi hutan mangrove dan melakukan kegiatan bersih-bersih pantai dengan melibatkan masyarakat sekitar. Konservasi hutan mangrove adalah upaya pelestarian hutan mangrove dengan cara menanam dan merawat pohon mangrove di sepanjang garis pantai. Selain itu, juga perlu dilakukan kegiatan pembersihan sampah agar pantai menjadi lebih indah dan terbebas dari bahan-bahan pencemar.

Masyarakat di daerah pesisir berperan penting dalam kegiatan konservasi dan bersih-bersih sampah ini.Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi atau penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran mereka agar lebih peduli terhadap lingkungan. Bersamaan dengan momentum peringatan Hari Santri Nasional, pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini beserta santri SMP dan SMA di bawah naungan Yayasan MinhajutThullab melakukan kegiatan konservasi dan bersih-bersih pantai hutan mangrove di daerah pesisir Desa Wringin Putih, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Kegiatan ini diharapkan dapat memupuk dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan.

METODE

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat pesisir ini dilaksanakan di Desa Wringin Putih, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi.Kegiatan ini dilaksanakan hari Jumat, 21 Oktober 2016, menjelang peringatan Hari Santri Nasional. Diperlukan suatu sistematika penge-lompokan khalayak sasaran dengan kriteria dan ciri-ciri yang jelas.Khalayak sasaran dalam pengabdian masyarakat adalah Santri SMP dan SMA yang berada dalam naungan Yayasan MinhajutThullab dan masyarakat sekitar pesisir Desa Wringin Putih, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi.

Kegiatan penanggulangan sampah ini dilakukan dengan metode penyuluhan dan gerakan nyata. Metode penyuluhan dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan secara langsung dengan Santri dan masyarakat sekitar pesisir untuk memberikan penyuluhan tentang penanggulangan sampah di daerah pesisir serta pelaksanaan kegiatan pembersihan sampah. Metode penyuluhan yang dilaksanakan meliputi pengukuran daya para santri dan masyarakat dengan cara mengajukan pertanyaan, observasi, dan pengidentifikasian faktor penunjang permasalahan.Tim pelaksana melakukan observasi melalui dialog/ wawancara terhadap para santri, pengasuh yayasan, masyarakat, dan pihak-pihak lain yang terlibat. Tim pelaksana juga melakukan observasi dengan melihat langsung kondisi di lapangan

Metode pelaksanaan dilakukan secara bersama-sama melakukan kegiatan pembersihan sampah di daerah

(4)

Penanggulangan Masalah Pencemaran Sampah… (Jayawardana, Trianggono)

Dedication : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat IKIP PGRI Jember │79 pesisir.Metode pelaksanaan yang

dilak-sanakan meliputi pemungutan sampah dan pemilahan sampah organik dan non-organik.Sampah organik berupa sampah siswa makhluk hidup yang masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar memasak (kayu bakar) dan pupuk. Sampah non-organik berupa sampah limbah rumah tangga seperti plastik, kain, kertas dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan untuk daur ulang dan bahan kerajinan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan Penyuluhan

Pengentasan masalah pencemaran sampah dilakukan dengan cara membangun kesadaran kepada mas-yarakat bahwa membuang sampah harus di tempat sampah, bukan di sungai ataupun di laut. Masyarakat perlu membudayakan gerakan 3R yaitu reduce

(mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang). Pemerintah daerah juga perlu menyediakan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) dan fasilitas untuk mengolahnya, sehingga masyarakat tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat.

Penyuluhan dilakukan di pagi hari (pukul 08.00 WIB) di lapangan yayasan MinhajutThullab bersama dengan pe-ngasuh yayasan, masyarakat sekitar pesisir, dan pihak terkait lainnya (seperti pada Gambar 1).

Gambar 1. Penyuluhan oleh Tim Pelaksana (Sumber: dokumentasi pelaksana)

Penyuluhan berisi informasi tentang konservasi daerah pesisir dalam upaya menjaga kelestarian ekosistem daerah pesisir dan hutan mangrove. Antusiasme peserta penyuluhan terlihat pada saat bertanya dan menjawab pertanyaan.

Masalah pencemaran sampah ada-lah masaada-lah kita bersama. Pencemaran sampah dapat diatasi dengan cara membangun kesadaran, dimulai dari kita sendiri. Apabila masing-masing dari kita sadar bahwa membuang sampah di sembarang tempat itu tidak baik, maka kita pasti tidak akan melakukannya. Biasakanlah diri kita untuk mencintai keindahan, kebersihan, dan kepedulian terhadap lingkungan. Kebiasaan yang baik tersebut lama-kelamaan akan membentuk karakter. Pembentukan karakter peduli lingkungan juga dapat dibangun sejak usia dini, mulai dari pendidikan keluarga, dan juga pendidikan formal maupun informal lainnya. Pendidikan karakter peduli terhadap lingkungan merupakan kunci sukses terciptanya keseimbangan ekosistem untuk kehidupan yang lebih baik.

(5)

Volume 1, Nomor 1, Maret 2017

│80 Dedication : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat IKIP PGRI Jember

Pelaksanaan Pembersihan Sampah

Pembersihan sampah dilakukan oleh tim pelaksana bersama-sama dengan santri dan masyarakat sekitar pesisir. Pelaksanaan pembersihan sampah dilakukan dengan gotong royong dengan cara berbaris di sepanjang garis pantai. Setelah berbaris, pelaksana kegiatan pembersihan sampah memungut sampah yang ada dalam jangkauannya sampai 50 meter di depannya (seperti pada Gambar 2).

Gambar 2. Pelaksanaan Pembersihan Sampah (Sumber: Dokumentasi Pelaksana)

Sampah dikumpulkan berdasarkan jenis sampahnya, yakni sampah organik dan anorganik.Sampah organik dapat berupa kayu dan daun kering.Sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk dan kayu bakar.Sampah organik dapat berupa sampah plastik, kain, kertas, dan lain-lain. Sampah anorganik juga masih dapat dimanfaatkan untuk didaur ulang menjadi bahan kerajinan tangan atau bahan baku plastik dan kertas. Sampah-sampah tersebut masih memiliki nilai ekonomis jika dimanfaatkan dengan baik dan kreatif.

Hasil Observasi

Hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berupa data deskriptif kualitatif, yaitu berupa gambaran atau laporan secara tertulis terhadap kegiatan yang telah dilakukan.Data tersebut diperoleh melalui metode observasi dan wawancara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.Data yang telah diperoleh dianalisis dan disajikan dalam bentuk narasi deskriptif.

Berdasarkan observasi dan wawancara selama kegiatan berlangsung, kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Kondisi Awal Sebelum Kegiatan Pemandangan disekitar pantai dan hutan mangrove ini sebenarnya sangat indah. Namun, dengan adanya pencemaran sampah, terlihat sangat mengganggu pemandangan (seperti pada Gambar 3 dan Gambar 4).

Gambar 3. Sampah yang Berserakan (Sumber: Dokumentasi Pelaksana)

(6)

Penanggulangan Masalah Pencemaran Sampah… (Jayawardana, Trianggono)

Dedication : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat IKIP PGRI Jember │81 Gambar 4. Pencemaran Sampah Daerah

Pesisir

(Sumber: Dokumentasi Pelaksana)

Keberadaan sampah tersebut juga dapat mengancam keseimbangan eko-sistem di pantai tersebut. Sampah yang berserakan tersebut dapat mengganggu daerah resapan air dan akan mengendapkan sampah dari laut, sehingga sampah akan semakin menumpuk, akibatnya ekosistem pesisir akan terganggu.

2. Kondisi Setelah Dilakukan Kegiatan Lahan-lahan yang tadinya kosong dan dipenuhi dengan sampah, saat ini sudah terisi dengan pohon mangrove seperti pada Gambar 5.

Gambar 5. Kondisi Daerah Pesisir yang sudah Bersih dari Sampah

(Sumber: Dokumentasi Pelaksana)

Pantai juga terlihat lebih bersih

sehingga nyaman untuk

dipandang.Dengan demikian diharapkan keseim-bangan ekosistem di pantai tersebut dapat kembali terjaga.

b. Hasil Wawancara

1. Sebagian besar khalayak sasaran mengaku senang dan puas mengikuti keseluruhan rangkaian kegiatan konservasi hutan mangrove dan bersih-bersih pantai ini.

2. Sebagian besar khalayak sasaran mengaku banyak memperoleh informasi dan wawasan mengenai pelestarian hutan mangrove di daerah pesisir.

3. Sebagian besar khalayak sasaran mengaku banyak memperoleh informasi dan wawasan mengenai pentingnya menjaga kebersihan pantai. 4. Sebagian besar khalayak sasaran mengaku untuk lebih peduli terhadap kelestarian dan kebersihan lingkungan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kualitatif kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Santri di SMP dan SMA di Yayasan Minhajut Thullab serta masyarakat sekitar pesisirmemberikan apresiasipositif terhadap pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyakarat ini. Hal ini terlihat dari hasil observasi bahwa para khalayak sasaran mengikuti keseluruhan rangkaian kegiatan pengabdian

(7)

Volume 1, Nomor 1, Maret 2017

│82 Dedication : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat IKIP PGRI Jember masyarakat ini dengan penuh disiplin

dan antusias.

2. Penanaman pohon mangrove berhasil dengan sukses. Hal ini terlihat dari lancarnya proses penanaman pohon mangrove tersebut.

3. Kegiatan bersih-bersih sampah juga berhasil dengan sukses. Hal ini terlihat dari kondisi pantai sekitar hutan mangrove yang tampak lebih bersih dan indah dari sebelumnya.

4.

Pengetahuan atau wawasan para

santri dan masyarakat sekitar tentang pentingnya konservasi hutan mangrove dan kebersihan pantai semakin meningkat. Hal ini terlihat dari keinginan mereka untuk senantiasa lebih peduli terhadap lingkungan untuk masa-masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Fachrul,Melati Ferianita. (2008). Metode

Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi

Aksara

Hananto,Akhyari. (2015). Jika Laut Dipenuhi Sampah, Lalu Bagaimana

Mengatasinya.Dikases dari

http://www.mongabay.co.id/2015/0 5/09/jika-laut-dipenuhi-sampah-bagaimana-mengatasinya/ pada tanggal 9 Desember 2016 pukul 14.10 WIB

Jambeck, Jenna R., et.al. (2015). Plastic Waste Inputs from Land into The Ocean. Sciencemag Vol. 345 Issue 6223

Lestari,Dewanti. (2015).Garis Pantai Indonesia Terpanjang Kedua di

Dunia. Diakses dari

http://www.antaranews.com/berita/ 487732/garis-pantai-indonesia-terpanjang-kedua-di-duniaTanggal 09 Desember 2016 Pukul 14.15 WIB

Londo,Paulus. (2009). Limbah dan

Sampah. Diakses dari

http://www.menlh.go.id/limbah-dan-sampah/ pada tanggal 12 Desember 2016 pukul 16.50 WIB Nasution,Arifsyah M. (2013). 10 Cara

Praktis Agar Pantai dan Laut Kita

Bebas Sampah.Dikases dari

http://www.greenpeace.org/seasia/ id/blog/10-cara-praktis-agar-

pantai-dan-laut-kita-beb/blog/46557/ pada tanggal 9 Desember 2016 pukul 14.20 WIB Wahyuningsih, Dwi Sri,et.al.(2016).

Efektivitas Upaya Mitigasi Abrasi Berbasis Ekosistem di Kabupaten Kulonprogo, DIY.Prosiding

Seminar Nasional Kelautan,

UniversitasTrunojoyo Madura, 27 Juli 2016

Gambar

Gambar 1. Penyuluhan oleh Tim Pelaksana  (Sumber: dokumentasi pelaksana)
Gambar 3. Sampah yang Berserakan  (Sumber: Dokumentasi Pelaksana)
Gambar  5.  Kondisi  Daerah  Pesisir  yang  sudah Bersih dari Sampah

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas siswa, respon siswa dan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Mekanika teknik

Klasifikasi Status Ketahanan Pangan Hasil Prediksi Berdasarkan Gambar 2 dan Gambar 3 dapat diketahui bahwa kabupaten-kabupaten yang terklasifikasi hampir sama namun terdapat

Sidik r agam menunjukkan bahw a penggunaan bokashi kotor an sapi pada tanaman padi saw ah member ikan pengar uh tidak nyata ter hadap ber at 1000 butir gabah ker

Hasil analisis statistik menunjukkan pengaruh nyata dan positif persepsi, dan kesadaran kesehatan terhadap keinginan membeli produk pangan organik pada umumnya, disamping

- Sistem informasi dan monitoring zakat - Sistem informasi dan monitoring wakaf - Penguatan sosialisasi - Kerjasama kelembagaan (Baznas, BWI, dll) - Kerangka aturan sektor

Teknologi Wireless Sensor Network (WSN) dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut. Pada penelitian ini dikembangkan sebuah prototype kanopi berpenggerak DC

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas hepatoprotektor ekstrak etanol rimpang temu giring (EERTG) dilihat dari aktivitas ALT, AST dan gambaran