PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH BATU BARA TERHADAP
KUAT TEKAN DAN PERILAKU TEGANGAN-REGANGAN
BETON MUTU TINGGI
Tugas Akhir
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat - Syarat Yang Diperlukan Untuk Memperoleh
Ijazah Sarjana Teknik
Disusun Oleh :
JUFRIADI
NIM : 10C10203109
Bidang : Struktur Jurusan : Teknik Sipil
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR
ALUE PEUNYARENG
–
ACEH BARAT
ii
LEMBARAN PENGESAHAN
Pengaruh Penggunaan Fly Ash Batu Bara Terhadap
Kuat Tekan Dan Perilaku Tegangan-Regangan
Beton Mutu Tinggi
Oleh :
Nama : Jufriadi NIM : 10C10203109 Bidang Studi : Struktur Program Studi : Teknik Sipil
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis telah dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul Pengaruh Penggunaan Fly Ash
Batu Bara Terhadap Kuat Tekan Dan Perilaku Tegangan-Regangan Beton
Mutu Tinggi. Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan kepada
alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ing. T. Budi Aulia, M. Ing selaku
Dosen Pembimbing I yang telah memberi nasehat dan bimbingan kepada penulis.
Selanjutnya kepada Bapak Andi Yusra, ST. MT selaku Dosen Pembimbing II
yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing serta
mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. Komala Pontas selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Teuku Umar.
2. Ibu Astiah Amir, ST. MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil.
3. Bapak Samsunan, ST. MT selaku Pembahas I dan Ibu Inseun Yuri Salena,
B.Sc. M.Sc selaku Pembahas II yang telah memberikan masukan kepada
penulis untuk perbaikan tulisan Tugas Akhir ini.
4. Bapak M. Ikhsan, ST. MT selaku Penasehat Akademik.
5. Dosen Pengajar dan Staf Akademik yang telah memberikan ilmu dan
pengalamannya kepada penulis.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dorongan baik secara
moril maupun materil untuk keberhasilan penulis.
7. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir
iv
Semoga Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi
mahasiswa Teknik Sipil. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan
laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kebaikan di
masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan untuk
semua pihak yang telah membantu, Amin.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Jika kita pernah mengalami kegagalan maka jangan menyerah,
tetap terus berdo`a dan berusaha serta harus timbul pemikiran
bahwa, mengapa mereka bisa dan mengapa kita tidak, maka dari
itu kita tetap terus berjuang, berjuang dan berjuang.
Jangan mencari kesalahan tapi carilah suatu penyelesaian agar
tercapai sebuah tujuan.
Bukanlah suatu aib jika kita gagal dalam suatu usaha, yang
merupakan aib adalah jika kita tidak bangkit dari kegagalan
tersebut.
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan kepada :
Ayahanda tercinta Abdul Salam dan Ibunda tercinta Salimah
yang selalu memberikan kasih sayang, do’a serta dorongan baik
secara moril maupun materil untuk keberhasilan penulis.
Saudara-saudara tercinta yakni Abang Jamalul Fatta, Kakak
Salmiati, Kakak Nurilla, Abang Agus Nawan dan Kakak
Yusniawati serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu
memberikan motivasi kepada penulis.
Kepada rekan-rekan satu Tim Penelitian dan juga Tim AJA yakni
Bang Yusluddin, Amalul Ahli serta Aulia Desri Datok Riski yang
akan penulis kenang untuk selama-lamanya, serta seluruh staf
yang ada di Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan
(LKBB) Unsyiah yang telah banyak membantu penulis.
Kepada teman-teman mahasiswa Teknik Sipil Universitas Teuku
Umar, khususnya angkatan 2010 serta semua teman-teman yang
tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
vi
PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH BATU BARA TERHADAP KUAT TEKAN DAN PERILAKU TEGANGAN-REGANGAN
BETON MUTU TINGGI
Beton merupakan campuran yang bahan dasarnya terdiri atas agregat, semen dan air. Dalam hal-hal tertentu dapat diberikan bahan tambahan (additive) atau bahan campuran (admixture) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh penggunaan fly ash batu bara terhadap kuat tekan dan perilaku tegangan-regangan beton mutu tinggi sekaligus sifat-sifat fisis dari agregat pembentuk beton yang digunakan. Penelitian ini direncanakan beton mutu tinggi yang menggunakan zat additive berupa fly ash batu bara dari limbah hasil pembakaran batu bara PLTU. Persentase fly ash batu bara yang digunakan yaitu 0%, 5%, 8%, 10% dan 15%. Bahan admixture yang dipakai merupakan Superplasticizer (Viscocrete-10) dengan dosis 1,5 % dari berat semen. Agregat yang digunakan adalah batu pecah dengan diameter agregat maksimum 16 mm. Gradasi butiran yang digunakan yaitu (0–2) mm, (2–5) mm, buah). Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat, semua agregat yang digunakan telah memenuhi standarisasi yang ada. Hasil pengujian kuat tekan, diperoleh kuat tekan rata-rata yang terbesar pada umur 28 hari adalah pada penggunaan 15% fly ash yaitu sebesar 60,361 MPa. Selanjutnya untuk umur 56 hari memiliki kuat tekan rata-rata tertinggi yaitu sebesar 66,963 MPa yakni pada persentase 15% penggunaan fly ash batu bara. Pada pengujian umur 56 hari rata-rata kuat tekannya meningkat dari umur 28 hari yaitu sebesar 10,47%. Dari grafik tegangan-regangan dapat diambil kesimpulan, bahwa tegangan dan regangan beton berada dibawah agregat dan diatas tegangan-regangan mortar serta pasta semen.
DAFTAR ISI
LEMBARAN JUDUL ... i
LEMBARAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
LEMBARAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
LEMBARAN ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR DAN GRAFIK ... xii
DAFTAR LAMPIRAN PERHITUNGAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Batasan Masalah ... 3
1.5 Lokasi Kegiatan ... 3
1.6 Hasil Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 5
2.1 Beton Mutu Tinggi ... 5
2.2 Agregat ... 6
2.3 Bahan Tambahan ... 8
2.3.1 Superplasticizer (viscocrete 10) ... 8
2.3.2 Fly ash hasil pembakaran batu bara ... 9
2.4 Sifat-Sifat Fisis Agregat ... 11
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Beton ... 12
viii
2.7 Kuat Tekan Beton ... 14
2.8 Pola Kehancuran ... 15
2.9 Analisa Mutu Pelaksanaan... 15
2.9 Analisa Varian ... 16
3.5.2 Pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat ... 22
3.5.3 Perencanaan campuran beton ... 23
3.5.4 Pembuatan benda uji ... 24
3.5.5 Perawatan benda uji ... 25
3.5.6 Pengujian kuat tekan silinder beton, mortar, - pasta semen dan agregat ... 25
4.1.3 Susunan butiran agregat (gradasi) ... 30
4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan ... 34
4.5.1 Kuat tekan silinder beton ... 34
4.5.2 Kuat tekan mortar ... 36
4.5.3 Kuat tekan pasta ... 37
4.5.4 Kuat tekan agregat ... 38
4.6 Hubungan Kuat Tekan Beton, Mortar, Pasta dan Agregat ... 39
4.7 Hubungan Tegangan-Regangan Beton ... 40
4.8 Pengamatan Visual ... 42
4.9 Pola Kehancuran ... 42
4.10 Seleksi Data ... 45
4.11 Analisis Varian ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
5.1 Kesimpulan ... 46
5.2 Saran ... 47
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kurva Stress-Strain untuk Agregat, Pasta Semen,-
Mortar dan Beton ... 13
Gambar 2.2 Sketsa Type Pola Retak ... 15
Gambar 3.1 Sketsa Proses Pengujian Kuat Tekan ... 26
Gambar 4.1 Diagram Nilai Slump Beton Mutu Tinggi ... 34
Gambar 4.2 Diagram Kuat Tekan Beton FABB pada Umur 28 Hari – dan Umur 56 Hari ... 35
Gambar 4.3 Grafik Kuat Tekan Beton FABB pada Umur28 Hari – dan Umur 56 Hari ... 36
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kuat Tekan Rata-rata antara Beton, – Mortar dan Pasta Pada Umur 56 Hari... 39
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Kuat Tekan Rata-rata antara Agregat – dengan Beton Umur 56 Hari... 39
Gambar 4.6 Kurva Hubungan Tegangan-Regangan pada Umur 28 Hari – antara Agregat, Beton, Mortar dan Pasta 15% FABB ... 41
Gambar 4.7 Kurva Hubungan Tegangan-Regangan pada Umur 56 Hari – antara Agregat, Beton, Mortar dan Pasta 15% FABB ... 41
Gambar 4.8 Pola Kehancuran Columnar untuk 0% Fly Ash Umur 28 Hari 43 Gambar 4.9 Pola Kehancuran Shear untuk 5% Fly Ash Umur 28 Hari .... 43
Gambar 4.10 Pola Kehancuran Columnar untuk 8% Fly Ash Umur 28 Hari 44 Gambar 4.11 Pola Kehancuran Cone and Split untuk 10% Fly Ash Umur – 28 Hari ... 44
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sifat Kekuatan Berbagai Beton Mutu Tinggi ... 5
Tabel 2.2 Kandungan Kimia Fly Ash ... 10
Tabel 2.3 Hasil Pemeriksaan Daya Tahan Agregat ... 11
Tabel 2.4 Data Analisa Varian Klasifikasi Dua Arah Model - Efek Tetap ... 17
Tabel 2.5 Analisa Varian untuk Klasifikasi Dua Arah Model - Efek Tetap ... 17
Tabel 3.1 Data Teknis Sika Viscocrete-10... 19
Tabel 3.2 Rencana Benda Uji Beton, Mortar, Pasta dan Agregat ... 21
Tabel 3.3 Cara Menghitung Komposisi Campuran Beton ... 23
Tabel 3.4 Perhitungan Berat Material yang Dibutuhkan untuk 1 m3 = 1000 ltr Beton ... 24
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Perhitungan Berat Volume. ... 28
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Perhitungan Berat Jenis Agregat ... 29
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Perhitungan Absorbsi Agregat... 29
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Perhitungan Berat Jenis dan – Absorbsi Fly Ash ... 30
Tabel 4.5 Nilai Fineness Modulus (FM) Agregat... 31
Tabel 4.6 Komposisi Kandungan Kimia Fly Ash ... 32
Tabel 4.7 Komposisi Material untuk 1 m3 Beton ... 32
Tabel 4.8 Hasil Pemeriksaan Temperatur Adukan Beton pada – Fly Ash Batu Bara ... 33
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Kuat Tekan untuk Benda Uji Beton ... 35
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Kuat Tekan untuk Benda Uji Mortar ... 37
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Kuat Tekan untuk Benda Uji Pasta ... 38
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Kuat Tekan untuk Benda Uji Agregat... 38
xii
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR DAN GRAFIK
Lampiran A.3.1.a Gambar Bagan Alir Penelitian ... 49
Lampiran A.3.2.a Foto-Foto Pelaksanaan Penelitian ... 51
Lampiran A.3.3.a Foto-Foto Pengamatan Visual ... 62
Lampiran A.3.4 Grafik Susunan Butiran ... 66
Lampiran A.3.5.a Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Agregat, Beton,- Mortar dan Pasta FA. 0% Umur 28 Hari ... 67
Lampiran A.3.6.a Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Agregat, Beton,- Mortar dan Pasta FA. 5% Umur 28 Hari ... 69
Lampiran A.3.7.a Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Agregat, Beton,- Mortar dan Pasta FA. 8% Umur 28 Hari ... 71
Lampiran A.3.8.a Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Agregat, Beton,- Mortar dan Pasta FA. 10% Umur 28 Hari ... 73
Lampiran A.3.9.a Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Agregat, Beton,- Mortar dan Pasta FA. 15% Umur 28 Hari ... 75
Lampiran A.3.10.a Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Agregat, Beton,- Mortar dan Pasta FA. 0% Umur 56 Hari ... 77
Lampiran A.3.11.a Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Agregat, Beton,- Mortar dan Pasta FA. 5% Umur 56 Hari ... 79
Lampiran A.3.12.a Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Agregat, Beton,- Mortar dan Pasta FA. 8% Umur 56 Hari ... 81
Lampiran A.3.13.a Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Agregat, Beton,- Mortar dan Pasta FA. 10% Umur 56 Hari ... 83
DAFTAR LAMPIRAN PERHITUNGAN
Lampiran B.4.1.a Perhitungan Berat Volume (Bulk Density) Agregat ... 87
Lampiran B.4.2.a Perhitungan Berat Jenis (Specific Gravity) dan Absorbsi 90
Lampiran B.4.3 Perhitungan Berat Jenis (Specific Gravity) dan Absorbsi-
Pada Fly Ash Batu Bara ... 95
Lampiran B.4.4.a Perhitungan Susunan Butiran (Sieve Analysis) Agregat . 96
Lampiran B.4.5.a Perhitungan Modulus Kehalusan Butiran Agregat ... 101
Lampiran B.4.6 Perhitungan Kombinasi dari Agregat (0-2 mm),-
(2-5 mm), (5-8 mm), (8-11 mm) dan (11-16 mm)-
Untuk Mencari Nilai Perbandingan Yang Diinginkan .... 106
Lampiran B.4.7.a Perhitungan Mix Design Beton Silinder (Ø=15,-
T=30)cm dengan Persentase 0% dari Zat-
Tambahan (1/3) ... 107
Lampiran B.4.8.a Perhitungan Kuat Tekan B.U Beton (Ø=15, T=30) cm-
Pada Umur 28 Hari ... 122
Lampiran B.4.9.a Perhitungan Kuat Tekan B.U Beton (Ø=15, T=30) cm-
Pada Umur 56 Hari ... 125
Lampiran B.4.10 Perhitungan Kuat Tekan Benda Uji Agregat ... 128
Lampiran B.4.11.a Seleksi Data Berat Benda Uji Beton (Ø=15, T=30) cm-
Pada Umur 28 Hari ... 129
Lampiran B.4.12.a Seleksi Data Berat Benda Uji Beton (Ø=15, T=30) cm-
Pada Umur 56 Hari ... 132
Lampiran B.4.13.a Perhitungan Tegangan-Regangan Agregat ... 135
Lampiran B.4.14 Perhitungan Analisis Varian Untuk Mengetahui-
Pengaruh Fly Ash Batu Bara Terhadap Kuat Tekan-
Beton Umur 28 Hari dan 56 Hari ... 139
Lampiran B.4.15 Tabel Kutipan Untuk Menentukan Persentase Titik-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan secara terus-menerus
yang diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat dan kesejahteraan secara
umum. Dalam pelaksanaannya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
memacu adanya pengembangan kreatifitas setiap orang sebagai modal agar
pembangunan dapat dilaksanakan secara lebih baik. Seiring dengan hal tersebut,
peningkatan mutu, efisiensi, dan produktivitas dari setiap kegiatan pembangunan
terutama yang terkait dengan sektor fisik mutlak harus dilakukan, seperti halnya
sektor bangunan yang saat ini terus mengalami peningkatan.
Dalam dunia konstruksi bangunan, penelitian untuk mendapatkan
produk-produk konstruksi yang lebih baik terus dilakukan. Beton yang merupakan salah
satu material penting dari sebuah bangunan. Sesuai dengan perkembangan
teknologi beton yang demikian pesat, terutama mengenai beton mutu tinggi yang
menggunakan nilai FAS yang kecil serta adanya penggunaan zat tambahan
(additive) dan zat admixture superplasticizer, maka sangat diperlukan
penelitian-penelitian lanjutan agar diperoleh bahan-bahan baru yang bisa digunakan sebagai
alternatif pengganti untuk pembuatan beton mutu tinggi tersebut. Penggunaan zat
tambahan (additive) membuat harga beton mutu tinggi sangat mahal, sehingga
perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan zat tambahan pengganti
yaitu fly ash batu bara yang harganya lebih murah dan sesuai dengan
potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah setempat khususnya daerah Aceh Barat.
Melihat kondisi saat ini, dimana mulai banyak berkembang pertambangan
batu bara yang diikuti oleh perindustrian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
yang banyak menghasilkan limbah yaitu limbah fly ash dari hasil pembakaran
batu bara di PLTU. Penggunaan bahan limbah tersebut di atas masih terbatas
2
yang berasal dari batu bara sebagai bahan tambahan masih mungkin untuk
dikembangkan untuk menghasilkan beton mutu tinggi dengan harga yang lebih
murah dengan tetap mempertahankan sifat-sifat mekanis beton mutu tinggi yang
sesuai dengan standar yang berlaku.
1.2 Identifikasi Masalah
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pengaruh penggunaan zat tambahan fly ash batu bara
terhadap kuat tekan beton mutu tinggi ?
2. Bagaimanakah sifat-sifat fisis dari agregat yang digunakan apakah sesuai
dengan standarisasi yang ada ?
3. Bagaimanakah perbandingan kuat tekan beton tersebut dengan perbedaan
umur pengujian dan juga variasi bahan tambahan fly ash batu bara ?
4. Bagaimanakah hubungan tegangan-regangan dari pengujian benda uji
beton tersebut ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian dan penulisan Tugas Akhir ini
ialah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan zat tambahan fly ash batu bara
terhadap kuat tekan beton mutu tinggi.
2. Untuk mengetahui sifat-sifat fisis dari agregat yang digunakan apakah
cocok agregat tersebut digunakan untuk campuran beton.
3. Mengetahui seperti apa perbandingan kuat tekan beton tersebut dengan
perbedaan umur pengujian yaitu pada umur 28 hari dan 56 hari serta
perbandingan dari variasi jumlah fly ash batu bara yang digunakan.
4. Untuk Mengetahui hubungan tegangan-regangan dari pengujian benda uji
beton dan hasil tersebut akan diplotkan dalam bentuk tabel dan juga grafik
1.4 Batasan Masalah
1. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I.
2. Agregat yang dipakai merupakan agregat dari Krueng Aceh, ukuran
agregatnya bervariasi yaitu (0-2) mm, (2-5) mm, (5-8) mm, (8–11) mm
dan (11–16) mm.
3. Bahan tambahan fly ash batu bara diambil dari PLTU Nagan Raya dan
persentase bahan tambahannya juga bervariasi yaitu 0%, 5%, 8%, 10% dan
15% dari berat semen.
4. Zat admixture yang digunakan yaitu superplasticizer tipe F(Viscocrete 10)
masing-masing 1,5% terhadap berat semen.
5. Benda uji beton yang digunakan adalah berbentuk silinder dengan ukuran
benda uji beton (Ø15cm, T=30cm dengan jumlah 30 buah), mortar
(Ø10cm, T=20cm dengan jumlah 30 buah) dan pasta (Ø10cm, T=20cm
dengan jumlah 30 buah) serta benda uji agregat berukuran (10 cm x 10 cm
x 10 cm berjumlah 3 buah).
6. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 28 hari dan pada umur 56 hari.
1.5 Lokasi Kegiatan
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknik Sipil Unsyiah yakni dari
pembuatan benda uji, perawatan sampai dengan pengujian semua dilakukan di
Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan (LKBB) Unsyiah. Untuk
perawatan dilakukan dengan cara direndamkan benda uji dalam air selama 28
hari dan 56 hari serta selama itu pula pengujian kuat tekan beton dilakukan.
1.6 Hasil Penelitian
Dari hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat, semua agregat yang
4
seperti pemeriksaan berat volume (bulk density), berat jenis (specific grafity),
analisa saringan (sieve analysis), penyerapan (absorbsi) dan kandungan bahan
organik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk pengujian kuat tekan
rata-rata terbesar pada umur 28 hari diperoleh dari penggunaan fly ash batu bara 15%
yaitu sebesar 60,361 MPa.Selanjutnya untuk kuat tekan rata-rata tertinggi pada
umur 56 hari diperoleh pada penggunaan 15% fly ash sebesar 66,963 MPa.
Jika dilihat dari keseluruhan pengujian benda uji, pada pengujian umur 56
hari rata meningkat dari pengujian umur 28 hari, yaitu peningkatan
rata-ratanya sebesar 10,47% dari keseluruhan persentase penggunaan fly ash batu bara.
Hal ini menunjukkan bahwa fly ash batu bara tersebut bisa dipakai sebagai
pengganti silica fume dan juga sebagai bahan tambahan untuk membuat beton
mutu tinggi. Dari grafik tegangan-regangan dapat diambil kesimpulan, bahwa
tegangan dan regangan beton berada dibawah agregat dan diatas
tegangan-regangan mortar serta pasta semen.
Dari analisis varian diperoleh F0 hitung Umur pengujian = 18,267 >
F0,005;1;16 = 4,49, F0 hitung persentase fly ash batu bara = 6,554 > F0,05;3;16 = 3,24
dan F0 hitung interaksi = 0,152 < F0,005;3;16 = 3,24. Hal ini menunjukkan bahwa
umur pengujian 28 dan 56 hari berpengaruh terhadap kuat tekan, variasi
persentase penggunaan fly ash batu bara juga berpengaruh terhadap kuat tekan,
tetapi interaksi keduanya kurang berpengaruh terhadap kuat tekan.
Berdasarkan hasil penelitian Mahdi (2008), beton mutu tinggi dengan
menggunakan silica fume 8%, superplasticizer (Sikament NN) 4% terhadap berat
semen, serta nilai faktor air semen 0,30 dan agregat dari Krueng Aceh
menghasilkan kuat tekan 77,778 MPa pada umur 28 hari. Hal ini menunjukkan
pemakaian zat tambahan silica fume pada beton mutu tinggi menghasilkan kuat
tekan yang lebih besar jika dibandingkan dengan menggunakan fly ash batu bara
15% kuat tekan rata-rata sebesar 60,361 MPa pada umur 28 hari. Selanjutnya jika
dibandingkan dengan pengujian pada umur 56 hari dengan penambahan 15% fly
ash batu bara, menghasilkan kuat tekan rata-ratanya yang juga masih dibawah dari
hasil penelitian Mahdi (2008) yaitu sebesar 69,23 MPa, dengan penggunaan nilai
5 BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Beton Mutu Tinggi
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan
tambahan. Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku elemen gabungan
(bahan-bahan penyusun beton), kita memerlukan pengetahuan mengenai karakterisitik
masing-masing komponen. Nawy (1985 : 8) mendefinisikan beton sebagai
sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.
Saat ini beton dikatakan sebagai beton mutu tinggi jika kekuatan tekannya
di atas 50 MPa (Supartono, 1998). Beberapa sifat kekuatan beton mutu tinggi
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sifat Kekuatan Berbagai Beton Mutu Tinggi
Jenis FAS Kuat Tekan w/c Rendah 0,20-0,35 100-170 MPa Pakai admixtures Compacted 0,05-0,30 70-240 MPa Kuat Tekan > 70 Mpa Sumber : Paul Nugraha dan Antoni, 2007
Seperti yang didefinisikan oleh American Concrete Institute (1997), beton
mutu tinggi adalah beton yang memiliki kekuatan lebih besar dari 6000 Psi atau
41,4 MPa. Selanjutnya Dobrowolski (1988), menyatakan bahwa beton mutu tinggi
adalah beton dengan kuat tekan lebih besar dari pada 6000 Psi dan digunakan
untuk mengecilkan ukuran kolom dan balok agar lebih menguntungkan pada
sendiri dikatakan bahwa beton mutu tinggi memiliki berat satuan yang lebih besar
dari beton mutu rendah, permeabilitasnya berkurang dan sifat thermalnya sama.
Menurut Newman dan Choo (2003), untuk meningkatkan kekuatan beton,
minimal ada tiga konsep dasar yang perlu diikuti, yaitu : pertama adalah
peningkatan kekuatan pasta semen, yang biasanya didapatkan dengan mengurangi
porositas pasta, dengan mengurangi rasio air – semen dan atau menggunakan
water reducing agent. Peningkatan kekuatan pasta semen juga dapat diperoleh
dengan pemakaian mineral admixtures seperti mikrosilika atau abu terbang.
Kedua adalah dengan pemilihan kualitas agregat yang baik. Ketiga adalah dengan
peningkatan kuat lekatan antara pasta semen dengan agregat, yang dapat
dilakukan dengan memberikan bahan tambahan seperti klinker atau juga
mikrosilika, serta pemilihan bentuk agregat yang sesuai.
Pozolan adalah bahan alam atau buatan yang sebagian terdiri dari
unsur-unsur silikat atau aluminat yang reaktif. Dalam ACI (1995), fume silika atau silika
fume merupakan hasil reduksi dari quartz murni dengan batu bara. Sebagian besar
silika fume memiliki warna terang sampai abu gelap, warna ini disebabkan oleh
kandungan karbon dan oksida karena secara umum silika fume mengandung
karbon yang tinggi sedangkan warna gelap disebabkan oleh kandungan
mikrosilika itu sendiri, dan bila tercampur dengan air akan berwarna hitam. Silika
fume terdiri dari partikel-partikel yang sangat halus dengan diameter 0,1 mili
mikron dan memiliki specific surface area sekitar 20.000 m2/kg. Sebagai additive,
dalam jumlah yang kecil dapat menghasilkan beton yang berkualitas dengan kuat
tekan yang tinggi.
2.2 Agregat
Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi.
Berdasarkan pengalaman, komposisi agregat berkisar 60-70% dari berat campuran
beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya
7
karakteristik agregat yang akan menentukan sifat mortar atau beton yang akan
dihasilkan.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam
atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara
agregat halus dan agregat kasar yaitu 4,80 mm (British Standard) atau 4,75 mm
(Standar ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukurannya lebih besar dari
4,75 mm dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4,75 mm.
Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, yang mencapai
70%-75% dari volume beton, sehingga agregat sangat berpengaruh terhadap sifat
sifat beton. Dengan agregat yang baik, beton dapat dikerjakan (workable), kuat,
tahan lama (durable) dan ekonomis (Nugraha dan Antoni, 2007).
Jenis agregat berdasarkan sumbernya dapat digolongkan menjadi :
a) Agregat alam, agregat alam adalah butiran mineral yang merupakan hasil
disintegrasi alami batu-batuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu
dengan memecah batu alami.
b) Agregat buatan merupakan agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan
khusus atau karena kekurangan agregat alam.
Menurut Mulyono (2005), karakteristik agregat sangat berpengaruh pada
mutu campuran beton. Sifat fisik dan mekanis (karakteristik) agregat yang
digunakan Indonesia harus memenuhi syarat SII 0052-80, “Mutu dan Cara Uji
Agregat Beton” dan ketentuan yang diberikan ASTM C-33-82, “Standard
Specification for Concrete Agregates”.
Indeks yang dipakai untuk ukuran kehalusan dan kekasaran butiran agregat
ditetapkan dengan modulus halus butir (Abrams, 1918). Modulus halus butir
(MHB) didefinisikan sebagai jumlah persentase kumulatif dari butir agregat yang
tertinggal di atas satu set ayakan (25 ; 19 ; 12,5 ; 10,5 ; 2,5 ; 1,2 ; 0,6 ; 0,3 ; 0,15)
2.3 Bahan Tambahan
2.3.1 Superplasticizer ( Viscocrete 10 )
Superplasticizer adalah bahan tambah kimia (chemical admixture) yang
akan melarutkan gumpalan-gumpalan dengan cara melapisi pasta semen sehingga
semen dapat tersebar secara merata pada adukan beton dan akan berpengaruh
dalam meningkatkan workability beton sampai pada tingkat yang cukup besar.
Superplasticizer pada campuran beton akan meningkatkan workability
campuran beton dan keistimewaan penggunaan superplasticizer dalam campuran
pasta semen maupun campuran beton antara lain :
1. Menjaga kandungan air dan semen agar tetap konstan sehingga didapat
campuran dengan workability yang tinggi.
2. Mengurangi kandungan air dan semen dengan FAS yang konstan dengan
meningkatkan kemampuan kerjanya sehingga menghasilkan beton dengan
kekuatan yang sama tetapi menggunakan semen yang lebih sedikit.
3. Tidak ada udara yang masuk. Penambahan 1% udara ke dalam beton dapat
menyebabkan pengurangan kekuatan beton rata-rata 6%. Untuk
memperoleh kekuatan yang tinggi, diharapkan dapat menjaga “air
content” di dalam beton serendah mungkin. Penggunaan superplasticizer
menyebabkan sedikit bahkan tidak ada udara yang masuk ke dalam beton.
4. Tidak adanya pengaruh korosi yang terjadi pada tulangan beton.
Penambahan superplasticizer menyebabkan partikel semen akan saling
melepaskan diri dan terdispersi, dengan kata lain superplasticizer mempunyai dua
fungsi yaitu, mendispersikan partikel semen dari gumpalan partikel dan mencegah
kohesi antar semen. Fenomena dispersi partikel semen dengan penambahan
superplasticizer dapat menurunkan viskositas pasta semen, sehingga pasta semen
lebih fluid (mudah alir). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan air dapat
diturunkan dengan penambahan superplasticizer.
Antoni (2007), peningkatan dosis superplasticizer dari 0,5% menjadi 1%
9
Pada penelitian ini bahan tambahan Superplasticizer yang digunakan
adalah Sika Viscocrete-10 yang merupakan generasi terbaru dari Superplasticizer
untuk beton dan mortar. Secara khusus dikembangkan untuk produksi beton
dengan kemudahan mengalir dan sifat mengalir yang tahan lama. Sesuai dengan
A.S.T.M. C 494-92 Type F.
Sika ViscoCrete-10 secara khusus cocok digunakan untuk campuran beton
yang membutuhkan waktu transportasi lama dan kelecakan (workability) lama,
kebutuhan pengurangan air yang sangat tinggi dan kemudahan mengalir
(flowability) yang sangat baik. Sika ViscoCrete-10 cocok digunakan pada
produksi beton pracetak dan beton ready mix. Sika ViscoCrete-10 memberikan
pengurangan air dalam jumlah besar, kemudahan mengalir yang sangat baik
dalam waktu bersamaan dengan kohesi yang optimal dan sifat beton yang
memadat dengan sendirinya.
Sika ViscoCrete-10 sebagai Superplasticizer yang sangat kuat bekerja
dengan berbagai mekanisme yang berbeda. Melalui penyerapan permukaan dan
efek sterical memisahkan butiran semen akan diperoleh sifat-sifat sebagai berikut:
Pengurangan air dalam jumlah besar, menghasilkan kepadatan tinggi,
beton mutu tinggi dan mengurangi permeabilitas.
Efek plasticizing (pengurang air) yang sangat baik, menghasilkan
kelecakan yang lebih baik, kemudahan pengecoran dan pemadatan.
Sehingga sangat cocok digunakan untuk beton yang memadat dengan
sendirinya (Self Compacting Concrete).
Mengurangi penyusutan dan keretakan.
Mengurangi karbonasi.
Meningkatkan sifat kedap air (Watertight)
2.3.2 Fly ash hasil pembakaran batu bara
Menurut Mulyono (2005 : 125) abu terbang (fly ash) didefinisikan sebagai
butiran halus hasil residu pembakaran batu bara atau bubuk batu bara. Fly ash
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal dihasilkan dari
yang dihasilkan dari batu bara jenis lignite atau subbitumius. Abu terbang kelas C
kemungkinan mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya. Kandungan
kimia yang dibutuhkan dalam fly ash tercantum dalam Tabel 2.2 (Mulyono, 2005 :
126).
Tabel 2.2 Kandungan Kimia Fly Ash
Senyawa Kimia Jenis F Jenis C
Kehilangan Panas, maksimum % 6.0A 6.0
A
Penggunaan sampai dengan 12 % masih diizinkan jika ada perbaikan kinerja atau hasil test
laboratorium menunjukkan demikian.
Sumber : Mulyono, 2005
Abu terbang merupakan limbah pembakaran batu bara yang butirannya
lebih halus dari pada semen portland, yang mempunyai sifat-sifat hidrolis. Pada
awalnya abu terbang ini digunakan sebagai bahan penambah semen dengan kadar
5 - 20% dengan maksud untuk menambah plastisitas adukan beton dan menambah
kekedapan beton (Suhud, 1993). Pada beton keras penggunaan abu terbang 10 –
15% sebagai bahan pengganti semen dapat menambah kekuatan beton (Surya,
2002; Udin, 1994).
Sebayang (2006), mengatakan semakin besar kadar abu terbang pada
adukan beton maka kelecakan beton makin bertambah. Penggunaan abu terbang
ternyata dapat membuat adukan menjadi kohesif dan tidak terjadi segregasi pada
adukan beton. Penggunaan abu terbang pada adukan beton memperlambat waktu
pengikatan awal dan pengikatan akhir beton. Kuat tekan beton alir abu terbang
pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari masih lebih rendah dibandingkan dengan
kuat tekan beton tanpa abu terbang dengan umur yang sama. Kuat tekan optimum
11
bahan pengganti sejumlah semen. Adukan beton terdiri dari 5 variasi, yaitu kadar
abu terbang 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%.
2.4 Sifat-sifat Fisis Agregat
Dasar digunakan untuk pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat adalah metode
American Concrete Institute (ACI), American Society for Testing and Materials
(ASTM), British Standard (BS) dan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI)
1971. Pemeriksaan sifat-sifat fisis dilakukan untuk menentukan apakah agregat
yang digunakan memenuhi syarat sebagai material pembentuk beton yang baik.
Data sifat-sifat fisis juga digunakan untuk merencanakan perbandingan campuran
beton.
Menurut (Mahdi, 2008) hasil pemeriksaan daya tahan agregat terhadap
agregat sumber Krueng Aceh memenuhi spesifikasi persyaratan yang telah
ditetapkan oleh AASHTO (1990). Hasil Pemeriksaan daya tahan agregat dapat
dilihat pada Tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Hasil Pemeriksaan Daya Tahan Agregat
No. Sifat-sifat Fisis Persyaratan Hasil Pemeriksaan Agregat (%) 1. Pelapukan < 12 % Berat 1,33
2. Keausan < 40 % Berat 27
3. Tumbukan < 30 % Berat 10
Sumber : Mahdi, 2008
Menurut (Mulyono, 2005) secara umum agregat yang baik haruslah
agregat yang mempunyai bentuk yang menyerupai kubus atau bundar, bersih,
keras, kuat, bergradasi baik dan stabil secara kimiawi. Tekstur permukaan agregat
sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton segar seperti kelecakan. Bentuk dan
tekstur permukaan agregat, terutama agregat halus sangat mempengaruhi
kebutuhan air campuran beton. Semakin banyak kandungan void pada agregat
mutu tinggi dipengaruhi juga oleh bentuk tekstur agregat, semakin kasar tekstur
semakin besar daya lekat antara partikel dan matriks semen. Kekuatan partikel
agregat, daya tahan agregat terhadap beban impak, ketahanan terhadap keausan
agregat juga mempengaruhi kekuatan beton.
Karakteristik bagian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur
permukaan memegang peranan penting terhadap sifat beton segar dan yang sudah
mengeras. Partikel dengan rasio luas permukaan terhadap volume yang tinggi
(sebagai contoh yang bentuknya pipih dan lonjong) dapat menurunkan workability
campuran beton. Partikel dengan bentuk pipih juga merugikan durabilitas beton
karena partikel-partikel ini cenderung terorientasi pada satu bidang sehingga air
dan gelembung udara dapat terbentuk di bagian bawahnya. Jumlah partikel
lonjong dan pipih yang melebihi 10-15% massa agregat kasar dianggap
merugikan. Sifat-sifat fisis seperti gradasi, bentuk partikel, tekstur permukaan,
kerapatan, penyerapan air, abrasi, kekalan, kadar lumpur, modulus kehalusan,
nilai crushing, reaksi agregat alkali, reaksi kotoran dan material berbahaya, serta
reaksi bahan-bahan garam sangat mempengaruhi mutu beton (Mulyono, 2006).
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Beton
Menurut Pujianto, et al. (2005), ada beberapa faktor utama yang
mempengaruhi mutu beton, di antaranya adalah :
- Faktor air semen (FAS, w/c) yang rendah.
- Kualitas agregat halus (pasir) dan Kualitas agregat kasar (batu pecah).
- Penggunaan admixture dan additive dengan kadar yang tepat.
- Prosedur yang benar dan cermat pada keseluruhan proses produksi beton.
- Pengawasan dan pengendalian yang ketat pada keseluruhan prosedur dan
mutu pelaksanaan yang didukung oleh koordinasi operasional yang
13 2.6 Perilaku Tegangan-Regangan
Mindess (2003) mengatakan beton adalah suatu material heterogen yang
sangat kompleks dimana reaksi terhadap tegangan tidak hanya tergantung dari
reaksi komponen individu tetapi juga interaksi antar komponen. Kompleksitas
interaksi diilustrasikan dalam Gambar 2.1, dimana ditunjukkan kurva
tegangan-regangan tertekan untuk beton dan mortar, pasta semen dan agregat kasar. Agregat
kasar adalah suatu material getas elastis linier, dengan kekuatan signifikan di atas
beton. Pasta semen mempunyai nilai modulus elastisitas rendah, tetapi kuat lebih
tinggi dibandingkan dengan mortar atau beton. Penambahan agregat halus ke
pasta semen menjadi mortar mengakibatkan suatu peningkatan modulus elastistas,
tetapi mereduksi kekuatan. Secara keseluruhan, perilaku beton adalah serupa
dengan unsur pokok mortar, sedangkan perilaku mortar dan beton secara
signifikan berbeda dari perilaku baik pasta semen atau agregat.
Gambar 2.1 : Kurva Stress-Strain untuk agregat, pasta semen, mortar dan beton
2.7 Kuat Tekan Beton
Mulyono (2005 : 9), menyatakan kuat tekan adalah kemampuan beton
untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan
mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang
dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan tekan beton adalah proporsi bahan-bahan penyusunnya,
metode perancangan, perawatan dan keadaan saat pengecoran dilaksanakan.
Menurut SNI 03-1974-1990 disebutkan bahwa benda uji standar yang
dapat digunakan dalam uji kuat tekan beton adalah silinder beton dengan diameter
15 cm dan tinggi 30 cm. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan untuk
menggunakan bentuk dan ukuran benda uji yang lain, dengan konsekuensi harus
diberikan koreksi terhadap nilai hasil pengujian yang diperoleh.
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar,
menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban bertingkat dengan
kecepatan peningkatan beban tertentu atas benda uji silinder beton sampai hancur.
Tata cara pengujian umumnya dipakai standar ASTM C39-86. Kuat tekan
masing-masing benda uji ditentukan oleh tegangan tekan yang tertinggi (f’c) yang dicapai
benda uji umur 28 hari akibat beban tekan selama percobaan (Dipohusodo,
1994:7).
Kuat tekan beton dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.1),
menurut (Anonim, 2004) :
′ =
...(2.1)dimana : f’c = Tegangan (MPa)
P = Beban (N)
A = Luas Penampang Benda Uji (mm2)
Besarnya regangan yang terjadi menurut Timoshenko (1986) yang dikutip
oleh mawaddah (2007 : 18), dapat dihitung dengan persamaan (2.2) berikut ini :
15 dimana : = Regangan beton
= Perpendekan benda uji (cm)
l = Panjang benda uji sebelum pembebanan (cm)
2.8 Pola Kehancuran
Pengamatan visual juga dilakukan untuk mengetahui pola kehancuran
yang terjadi pada benda uji. Menurut (Anonim, 2004) ada beberapa bentuk
kehancuran dari benda uji akibat pengujian kuat tekan, yaitu (a) cone, (b) cone
and split, (c) cone and shear, (d) shear dan (e) columnar seperti yang terlihat pada
Gambar. 2.2 berikut ini.
Sumber : Anonim, 2004
2.9 Analisa Mutu Pelaksanaan
Dari hasil pengujian diperoleh sejumlah data. Baik tidaknya data dilihat
dari standar deviasi. Standar deviasi dihitung dengan menggunakan persamaan 2.3
berikut :
1
identifikasi penyimpangan yang terjadi dalam kelompok data. Menurut Troxell
(1968), Cv adalah koefisien ragam sampel, yang dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 2.4.
%
Klasifikasi mutu pelaksanaan untuk pekerjaan penelitian di laboratorium
menurut Troxell (1968) adalah:
Cv 5% sangat baik;
5% Cv 7% baik;
7% Cv 10 % sedang; dan
Cv 10 % kurang baik
2.10 Analisa Varian
Analisa varian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
17
kuat tekan dan perilaku tegangan-regangan beton. Menurut Hines dan
Mongomery (1990 : 372), percobaan faktorial digunakan untuk mempelajari
secara serentak satu atau lebih faktor.
Metode pengolahan data yang dipilih adalah metode analisis varian untuk
klasifikasi dua arah model efek tetap. Susunan data untuk sebuah rancangan
faktorial dua arah model efek tetap diperlihatkan pada Tabel. 2.4. Prosedur
pengujian analisa varian untuk klasifikasi dua arah model efek tetap diperlihatkan
pada Tabel 2.5.
Tabel 2.4 Data Analisa Varian Klasifikasi Dua Arah Model Efek Tetap
Perlakuan Observasi
Sumber : Hines dan Montgomery, 1990.
Tabel 2.5 Analisa Varian untuk Klasifikasi Dua Arah Model Efek Tetap
Sumber Jumlah Derajat
Rata-rata Kuadrat F0 Hitung Varian Kuadrat Kebebasan
A Perlakuan SSA a-1 MSA = SSA F0 = MSA
Bila dari hasil analisis varian menginformasikan bahwa F0 > F0 ( ) ;
(a-1,N-a), atau dengan istilah lain F0 hitung lebih besar dari F tabel maka kuat tekan
beton dan perilaku tegangan-regangan beton dipengaruhi oleh penggantian
agregat dengan sebagian fly ash batu bara. Bila sebaliknya maka perbedaan tidak
berpengaruh nyata.
Jumlah kuadrat dihitung dengan persamaan-persamaan di bawah ini :
,
a = Jumlah perlakuan (umur pengujian)
b = Jumlah perlakuan (persentase fly ash batu bara)
a-1 = Derajat kebebasan SSperlakuan
n = Jumlah pengulangan benda uji
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dimulai dengan penyiapan material, pembuatan benda uji
dan pengujian benda uji.
3.1 Material
Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen portland,
agregat dari Krueng Aceh dan bahan tambahan fly ash batu bara dari PLTU Nagan
Raya. Semen yang digunakan adalah semen portland Tipe I. Pemeriksaan
laboratorium terhadap semen ini tidak dilakukan karena telah memenuhi Standar
Nasional Indonesia (SNI) 15-20490-1994. Pemeriksaan hanya dilakukan secara
visual terhadap kantong yang tidak robek dan keadaan butiran (tidak terdapat
gumpalan-gumpalan yang keras) pada semen tersebut.
Pemeriksaan terhadap agregat kasar dan agregat halus sebagai material
pembentuk beton untuk mendapatkan mutu material pembentuk beton perlu
dilakukan untuk mendapatkan mutu material yang baik sesuai dengan Anonim
(1982), Pemeriksaan ini dilakukan terhadap sifat-sifat agregat yang meliputi berat
jenis (specific gravity), penyerapan (absorbtion), berat volume (bulk density),
analis saringan (sieve analyisis), sifat-sifat ketahanan agregat dan kadar bahan
organik. Pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat kasar dan agregat halus didasarkan
pada standar ASTM.
Tabel 3.1 Data Teknis Sika Viscocrete-10
Dosis 0,5% - 1,8% dari berat semen
Berat Jenis 1,06 kg/l
Umur Pemakaian 12 bulan
Penyimpanan Ditempat yang teduh, kering
20
Bahan tambahan fly ash batu bara didapat dari hasil pembakaran tanur
tinggi PLTU Nagan Raya dan untuk superplasticizer yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sika viscocrete N-10, data teknis sika viscocrete-10 dapat
dilihat pada tabel 3.1 diatas.
3.2 Pengambilan Material
Pada penelitian ini material agregat yang digunakan diambil dari Sungai
Krueng Aceh. Material tersebut akan diperiksa di laboratorium Fakultas Teknik
UNSYIAH.
Fly ash batu bara diambil dari dapur tanur tinggi PLTU Nagan Raya,
dimana suhu pembakaran ditanur tersebut adalah 9800C, kemudian dilakukan
penyaringan dengan menggunakan ayakan no. 200, sehingga di dapat fly ash batu
bara yang lolos saringan ayakan tersebut.
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dibuat benda uji seluruhnya berjumlah 30 buah dengan
bentuk silinder (Ø 15 cm, T = 30 cm), benda uji mortar dengan bentuk silinder (Ø
10 cm, T = 20 cm) 30 buah, benda uji pasta semen dengan bentuk silinder (Ø 10
cm, T = 20 cm) 30 buah dan benda uji agregat dengan bentuk kubus 3 buah.
Variasi benda uji dilakukan dengan membedakan jenis bahan tambah pozolan (fly
ash) dan persentase penambahannya yaitu 0%, 5%, 8%, 10% dan 15%.
Selanjutnya untuk penambahan superplasticizer 1,5 % dari berat semen
digunanakan untuk keseluruhan benda uji.
Rencana pengambilan data untuk benda uji silinder (Ø15 cm, T = 30 cm),
pengambilan data untuk benda uji mortar (Ø10 cm, T = 20 cm), dan pengambilan
data untuk benda uji pasta semen (Ø10 cm, T = 20 cm), serta pengambilan data
Tabel 3.2 Rencana Benda Uji Beton, Mortar, Pasta Semen dan Agregat.
No. Jenis Benda Uji
Umur Jumlah Benda Uji dengan Variasi
persentase FABB
Peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan material agregat adalah :
- Sekop.
- Gelas ukur
- Pelat kaca.
- Tongkat besi untuk pemadatan.
- Satu set saringan
- Wadah.
- Oven.
- Timbangan dari berbagai kapasitas dan ketelitian.
22
Peralatan yang digunakan untuk pengecoran dan pemeriksaan adukan
beton adalah :
- Mesin pengaduk beton (concrete mixer) berkapasitas 90 liter.
- Peralatan pengukuran slump (kerucut Abram’s).
- Pengukuran temperature/suhu (termometer).
- Palu karet.
- Cetakan benda uji beton, mortar dan Pasta.
Peralatan yang digunakan untuk pengujian kuat tekan dan hubungan
tegangan-regangan adalah sebagai berikut :
- Mesin pembebanan merk ton industrie kapasitas 100 ton dan 400 ton.
- Mesin pembebanan portable Compression Testing Machine No. MIC-10-
1-12, berkapasitas 100 ton buatan pabrik Marvi Jepang.
- Rangka pengukuran modulus elastisitas.
- Transduser (LVDT/Linear Variable Displacement Transducer).
- Data logger TDS-302.`
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi :
1. Pengadaan material.
2. Pemeriksaan kandungan kimia fly ash.
3. Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi fly ash.
4. Pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat.
5. Perencanaan mutu beton.
6. Persiapan cetakan.
3.5.2 Pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat
Pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat meliputi pemeriksaan :
1. Berat jenis (ASTM C.128-93).
3. Berat volume (ASTM C. 127-88).
4. Analisa saringan (ASTM C. 136-93).
5. Pemeriksaan kandungan bahan organik yang dilakukan terhadap agregat
halus yang didasarkan pada ASTM C. 40-7-3 (percobaan warna
Abram’s-Harder) yaitu dengan cara merendamkan agregat halus bersama larutan
Natrium Hidroksida (NaOH) 3%.
3.5.3 Perencanaan campuran beton
Perencanaan komposisi campuran beton (concrete mix design)
direncanakan berdasarkan metode perbandingan berat material pembentuk beton.
Untuk rancangan campuran beton mutu tinggi ini diperkirakan kekuatan tekan
rencana 70 Mpa untuk benda uji silinder 15/30 cm, faktor air semen 0,30,
persentase fly ash batu bara yang digunakan 0%, 5%, 8%, 10% dan 15% dari
berat semen yang diambil berdasarkan penggunaan bahan tambah pozolan yang
telah diteliti pada penelitian-penelitian yang terdahulu. Superplasticizer yang
digunakan 1,5% dari berat semen. Agregat kasar yang digunakan adalah batu
pecah dengan diameter agregat maksimum 16 mm. Gradasi butiran yang
digunakan dalam perencanaan ini adalah (0–2) mm, (2–5) mm, (5–8) mm, (8–11)
mm, dan (11–16) mm. Perbandingan campuran material dihitung atas dasar berat
dan disesuaikan dengan berat jenis masing-masing material. Berikut adalah tabel
langkah-langkah untuk menghitung mix design.
Tabel 3.3 Cara menghitung komposisi campuran beton.
No. Langkah Perhitungan
1 Menentukan mutu beton benda uji yang akan digunakan (70 MPa).
2 Menentukan nilai FAS yang dipakai (0,3).
3 Memperkirakan berat volume beton mutu tinggi (2550 kg/m3).
4 Menentukan berat jenis dari masing-masing material pembentuk beton.
24
Tabel 3.4 Perhitungan berat material yang dibutuhkan untuk 1 m3 = 1000 lt beton.
No. Nama bahan yang dibutuhkan Jumlah
(kg/m³)
1 Semen 550,00
2 Fly ash batu bara (0 % dari berat semen) 0,00
3 Superplasticizer (Viscocrete – 10) 8,25
4 Air 165,00
5 Agregat (70% dari volume beton)
- Fine aggregate (0-2) mm = 70% x 2550 x 30% 535,50
- Coarse aggregate (2-5) mm = 70% x 2550 x 10% 178,50
(5-8) mm = 70% x 2550 x 15% 267,75
(8-11) mm = 70% x 2550 x 15% 267,75
(11-16) mm = 70% x 2550 x 30% 535,50
3.5.4 Pembuatan benda uji
Sebelum pekerjaan pengecoran dimulai, masing-masing material
pembentuk beton ditimbang beratnya sesuai dengan perbandingan campuran yang
diperoleh dari rancangan campuran beton (mix design). Oleh karena itu, dari
perbedaan semen dan pasir serta benda uji yang digunakan, maka pembuatan
benda uji dilakukan dalam beberapa kali pengecoran.
Sebelum dilakukan pengecoran, molen dibersihkan terlebih dahulu dari
bahan-bahan yang tertinggal didalamnya, demikian pula alat-alat untuk mengukur
kadar air dalam mortar serta kerucut slump harus dalam keadaan baik. Selanjutnya
molen terlebih dahulu dibasahi dengan air demikian juga dengan wadah
penampungan mortar. Hal ini bertujuan agar mortar beton tidak melekat pada
wadah sehingga mudah dikeluarkan setelah beton teraduk rata. Persiapan
selanjutnya adalah mengolesi cetakan silinder yang telah disediakan sebelumnya
dengan oli, pengolesan oli ini bertujuan untuk memudahkan pembukaan cetakan
benda uji setelah beton mengeras.
Setelah semua persiapan selesai, pengadukan material beton dilakukan
batu pecah ukuran 11-16 mm, 8-11 mm, 5-8 mm, 2-5 mm, dan 0-2 mm, kemudian
semen, silica fume, superplasticizer yaitu Viscocrete N 10 dan air secara berurutan
dengan tujuan mencegah terjadinya penggumpalan campuran beton. Lamanya
waktu pengadukan sekitar 15 menit. Setelah material teraduk rata, lalu mortar
yang dihasilkan dituangkan ke dalam kereta sorong untuk dibawa ke tempat
cetakan benda uji.
Setelah proses pengadukan selesai, selanjutnya adukan mortar diperiksa
kekentalannya melalui pengujian slump dengan menggunakan kerucut Abram’s
seperti yang disyaratkan oleh ASTM C. 143-78. Kerucut Abram’s adalah kerucut
terpancung (konis) yang terbuat dari plat logam dengan diameter atas 10 cm,
diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm. Kerucut diletakkan diatas plat baja
berukuran 45 cm x 45 cm dan dilengkapi dengan tongkat besi berdiameter 16 mm
dan panjang 60 cm, dangan salah satu ujungnya yang dibulatkan untuk
pemadatan. Mortar dimasukkan kedalam kerucut sebanyak tiga lapisan dengan
volume tiap lapisannya sama. Tiap lapisan dipadatkan dengan cara ditumbuk
sebanyak 25 kali tinggi jatuh tongkat 15 cm. Pengukuran nilai slump dilakukan
dengan cara mengukur turunnya permukaan beton segar setelah kerucut ditarik
vertikal keatas. Pengukuran nilai slump didasarkan pada metode ASTM C.
143-78. Selanjutnya untuk suhu mortar dan suhu kamar diukur dengan alat
termometer.
3.5.5 Perawatan benda uji
Perawatan dilakukan dengan cara diletakkan di Laboratorium Konstruksi
dan Bahan Bangunan (LKBB) Unsyiah dan direndamkan dalam air tawar selama
umur pengujian yaitu pada umur 28 hari dan 56 hari. Tiga jam sebelum dilakukan
pengujian, benda uji diangkat dan diangin-anginkan sehingga didapat benda uji
dalam keadaan kering permukaan.
3.5.6 Pengujian kuat tekan silinder beton, mortar, pasta dan agregat
Pengujian kuat tekan silinder beton, mortar dan pasta dilakukan pada umur
26
disiapkan maka pengujian kuat tekannya langsung dilaksanakan. Pengujian
dilakukan dengan mesin penguji kuat tekan merek Ton Industrie kapasitas 100 ton
dan 400 ton. Sebelum pengujian, benda uji ditimbang beratnya dan diukur
dimensinya. Pembebanan kuat tekan dilakukan perlahan-perlahan dengan beban 2
sampai 4 N/mm2/detik sampai benda uji hancur sesuai dengan SNI 03-1973-1990
(Anonim : 1990). Besar beban yang menyebabkan benda uji hancur merupakan
data yang akan digunakan untuk memperoleh kuat tekan beton. Posisi beban yang
diberikan pada benda uji dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Untuk mendeteksi regangan aksial pada setiap penambahan beban, maka
dipasang tranduser yang dipasang pada frame gauge guna mengukur perpendekan
benda uji. Tranduser yang digunakan merek Tokyo Sokki Kenkyujo Co. Ltd.
buatan Jepang. Setiap hasil pembacaan dial dicetak pada kertas printing paper
p-60 dengan menggunakan data logger TDS-302 yang datanya langsung tercatat
pada alat tersebut.
Gambar : 3.1 Sketsa Proses Pengujian Kuat Tekan
3.6 Analisis Data
Data hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat dihitung nilai rata-ratanya
yang bertujuan untuk mengetahui kualitas agregat yang digunakan apakah
memenuhi yang disyaratkan sebagai agregat pembentuk beton. Data berat jenis
dan analisa saringan selanjutnya digunakan pada perencanaan campuran beton.
Data beban dari pengujian benda ui tersebut diolah menjadi tegangan
beton kemudian hasilnya dilakukan seleksi data untuk melihat penyebaran data
dan tingkat ketelitian pelaksanaan. Data beban dan pembacaan dial dari data
logger akan digunakan untuk menghitung tegangan dan regangan serta kurva
tegangan-regangan beton.
Setelah itu data kuat tekan tersebut di analisa dengan metode analisis
varian untuk klasifikasi dua arah model efek tetap dengan tujuan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh penggunaan zat tambahan (fly ash batu
bara) sebagai pengganti silica fume terhadap kuat tekan dan perilaku
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
Didalam bab ini diuraikan tentang hasil pengolahan data dan juga
pembahasannya. Hasil dan pembahasan yang dimaksud meliputi hasil
pemeriksaan agregat, penggambaran daerah gradasi agregat campuran, komposisi
campuran beton, berat benda uji, kuat tekan beton, mortar, pasta dan agregat,
hubungan tegangan-regangan dan hasil analisis statistik pengaruh zat tambahan
terhadap kuat tekan beton mutu tinggi.
4.1 Sifat-Sifat Fisis Agregat
Data pendukung penelitian diperoleh dari hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis
agregat. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa agregat yang digunakan
memenuhi syarat sebagai material pembentuk beton.
4.1.1 Berat volume
Perhitungan berat volume agregat diperlihatkan pada Lampiran B.4.1.a
sampai B.4.1.c halaman 87 sampai 89. Hasil perhitungan berat volume rata-rata
yang diperoleh untuk setiap jenis agregat diperlihatkan pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan perhitungan berat volume.
29
Agregat yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai
material pembentuk beton sebagaimana yang disarankan oleh Orchard (1979)
yaitu berat volume agregat yang baik lebih besar dari 1,445 kg/l dan Troxell
(1968) yaitu berat volume agregat kasar lebih besar dari 1,560 kg/l dan untuk
pasir halus lebih besar dari 1,400 kg/l.
4.1.2 Berat jenis dan absorbsi
Perhitungan berat jenis dan absorbsi agregat diperlihatkan pada Lampiran
B.4.2.a sampai dengan B.4.2.e halaman 90 sampai 94. Hasil perhitungan berat
jenis dan absorbsi yang diperoleh untuk setiap jenis agregat diperlihatkan pada
Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 Perhitungan berat jenis dan absorbsi fly ash diperlihatkan
pada Lampiran B.4.3 halaman 95. Hasil perhitungan berat jenis dan absorbsi fly
ash diperlihatkan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan perhitungan berat jenis agregat
No Jenis Agregat Berat Jenis Referensi SG (SSD) SG (OD) Troxell(1968) 1. Coarse Aggregate (11-16mm) 2,734 2,690
2,500 - 2,800
Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan perhitungan absorbsi agregat
No Jenis Agregat Absorbsi (%) Referensi Orchard (1979) 1. Coarse Aggregate (11-16mm) 1,657
0,400 – 1,900 2. Coarse Aggregate (8-11 mm) 1,708
3. Coarse Aggregate (5-8 mm) 1,120
Tabel 4.4 Hasil pemeriksaan perhitungan berat jenis dan absorbsi fly ash
permukaan (SSD) yang digunakan telah memenuhi ketentuan yang disarankan
oleh Troxell (1968) yaitu untuk kerikil berkisar antara 2,5 – 2,8 dan untuk pasir
berkisar antara 2,0 – 2,6. Sedangkan berat jenis agregat kering oven (OD) yang
diperoleh masih masuk dalam kategori yang ditentukan oleh Troxell (1968) yaitu
untuk kerikil berkisar antara 2,5 – 2,8 dan untuk pasir berkisar antara 2,0 – 2,6.
Selanjutnya pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai absorbsi kerikil, pasir kasar,
dan pasir halus yang diperoleh masih sesuai dengan nilai absorbsi yang ditentukan
oleh Orchard (1979) yaitu 0.4% sampai dengan 1.9%. Pada tabel 4.4 diperlihatkan
hasil berat jenis dan absorbsi dari fly ash yaitu fly ash batu bara. Berat jenis fly ash
yang digunakan lebih kecil dari yang ditentukan oleh ACI Committee 226.
4.1.3 Susunan butiran agregat (gradasi)
Data yang diperoleh dari analisa saringan digunakan untuk melihat
susunan butiran agregat yang digunakan dalam campuran beton. Hasil
perhitungan susunan butiran diperlihatkan pada Lampiran B.4.4.a sampai dengan
B.4.4.e halaman 96 sampai 100. Nilai fineness modulus yang diperoleh dari
analisa saringan dapat dilihat pada Tabel 4.5. Fineness modulus tersebut telah
memenuhi ketentuan ASTM (Anonim, 2004) yaitu diantara 5.5 – 8.0 untuk
kerikil, diantara 2.9 – 3.2 untuk pasir kasar dan diantara 2.2 – 2.6 untuk pasir
31
Tabel 4.5 Nilai Fineness Modulus (FM) Agregat.
No. Jenis
1. Coarse Aggregate (11-16mm) 8.000
5,500 – 8,000 5,000 – 8,000
2004) yaitu antara 4.0 – 7.0. Perhitungan nilai fineness modulus agregat campuran
diperlihatkan pada Lampiran B.4.6 halaman 106. Dari hasil perhitungan dapat
dilihat bahwa susunan butiran agregat campuran berada pada daerah “3”
(Anonim, 1979) yang berarti susunan butiran agregat yang digunakan adalah baik
sekali. Grafik susunan butiran agregat campuran diperlihatkan pada Lampiran
A.3.3. halaman 66.
4.1.4 Kandungan bahan organik.
Hasil pemeriksaan kandungan bahan organik pada agregat halus
menunjukkan bahwa warna larutan yang timbul adalah kuning muda. Hal ini
menandakan bahwa pasir yang digunakan untuk campuran beton termasuk dalam
kategori tidak mengandung bahan organik berlebihan dan dapat digunakan untuk
campuran beton.
4.2 Pemeriksaan Kandungan Kimia Fly Ash.
Pemeriksaan Kandungan kimia untuk zat tambahan dilakukan oleh
BARISTAND Industri Banda Aceh. Hasil pemeriksaan diperlihatkan pada Tabel
Tabel 4.6 Komposisi Kandungan Kimia Fly Ash
Fly Ash (FA) Parameter Uji Satuan Metode Uji Hasil
Batu Bara
SiO2 % Gravimetri 26,65
AL2O3 % Gravimetri 9,60
Fe2O3 % AAS 17,56
SO3 % Titrimetri 2,51
Berdasarkan hasil penelitian dari Laboratorium Penguji BARISTAND
Industri Banda Aceh yang ditunjukkan pada Tabel 4.6 di atas, menjelaskan bahwa
fly ash batu bara yang digunakan dalam penelitian ini adalah fly ash batu bara
termasuk kedalam kategori kelas C, hal ini sesuai dengan ketentuan yang
dicantumkan pada Tabel 2.2 (Mulyono, 2005 : 126).
4.3 Rancangan Campuran Beton.
Perhitungan rancangan campuran (mix design) beton untuk semua jenis zat
tambahan diperlihatkan pada Lampiran B.4.7.a sampai dengan B.4.7.e halaman
107 sampai 121. Hasil rancangan campuran beton untuk 1 m³ beton tertera pada
Tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7 Komposisi material untuk 1 m3 beton
Fly
33 4.4 Sifat Beton Segar
4.4.1 Temperatur
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan adukan pada setiap pengecoran
diperlihatkan pada Tabel. 4.8. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa temperatur
adukan beton telah memenuhi ketentuan yang disyaratkan yaitu lebih kecil dari
320C.
Tabel 4.8 Hasil pemeriksaan temperatur adukan beton pada fly ash batu bara
Bahan Tambahan FA (%) Temperatur
Kamar Mortar Beton
Fly Ash Batu Bara
0 29,0 30,0
5 29,0 30,0
8 28,0 30,0
10 29,0 30,0
15 28,0 29,0
Rata-Rata 28,60 29,80
Standar Deviasi 0,55 0,45
Covarian (%) 1,92 1,50
Kategori Sangat Baik Sangat Baik
Dari Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan temperatur
kamar berkisar antara 28–29 0C. Sedangkan hasil pemeriksaan temperatur mortar
beton berkisar antara 29-30 0C untuk keseluruhan variasi persentase fly ash batu
bara. Selanjutnya dari data tersebut dapat dihitung standar deviasi dan hasil
perhitungannya termasuk kedalam kategori data sangat baik.
4.4.2 Slump
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan nilai slump pada setiap
pengecoran diperlihatkan pada Gambar 4.1. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
Dari Gambar
penimbangan berat b
dengan Lampiran B.4
uat tekan beton dilakukan pada saat benda uji b
da uji yang diuji terlebih dahulu ditimbang
t benda uji silinder ini dapat dilihat pada Lam
.4.12.a halaman 129 dan 132.
gujian kuat tekan beton dilakukan sesuai deng
kuat tekan beton yang diperoleh, diperlihatkan
piran B.4.9.a halaman 122 dan 125. Data hasil
mur 28 hari dan 56 hari diperlihatkan pada Tab
0 5 8 10 15
Persentase Fly Ash
ram Nilai Slump Beton Mutu Tinggi
lai Slump Beton Dengan Variasi Persentase Fly A
n penambahan zat
kan dengan beton
a campuran beton
ji berumur 28 hari
Tabel 4.9 Hasil pengu
paling optimum pad
Selanjutnya nilai rega
berkisar antara 0,001
tekan rata-rata yang te
gujian kuat tekan untuk benda uji beton (Ø 15
Kuat Tekan
4.9 terlihat kuat tekan rata-rata beton pada um
ada penambahan 15% fly ash yaitu sebesa
gangan maksimum rata-rata beton terlihat mem
012 – 0,0019. Sedangkan nilai persentase pe
g tertinggi pada umur 56 hari dibandingkan um
akni pada 0% fly ash dan 5% fly ash.
abel 4.9 di atas dapat digambarkan ke dalam g
-rata seperti pada Gambar 4.2 di bawah ini.
.00
0% 5%
8%
10%
15%
Persentase Fly Ash
ungan Kuat Tekan, Persentase Fly Ash dan
Umur Pengujian
Um
Um
ram kuat tekan beton FABB pada umur 28 hari
& T 30) cm
umur 28 hari yaitu
grafik hubungan
dan
Umur 28 Hari
Umur 56 Hari
Pada Gambar
maksimum yang dih
Selanjutnya Gambar 4
umur 56 hari diband
disebabkan oleh adan
proses kimiawi antar
beton menjadi semaki
4.4.2 Kuat tekan m
Pengujian kua
hari dan 56 hari. Ben
penimbangan berat b
dengan Lampiran B.4
mortar dilakukan sesu
yang diperoleh, diper
halaman 123 dan 126
r 4.3 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
andingkan dengan kuat tekan pada umur 2
enda uji yang diuji terlebih dahulu ditimbang
t benda uji mortar ini dapat dilihat pada Lam
4.12.b halaman 130 dan 133. Metode pengu
esuai dengan uraian 3.5.6 halaman 27. Data ku
perlihatkan pada Lampiran B.4.8.b dengan La
6. Data hasil pengujian kuat tekan mortar pad
atkan pada Tabel 4.10 dibawah ini. 0%
5%
8%
10%
15%
Persentase Fly Ash
0% 5% 8% 10% 15%
Hari 56.211 56.211 51.684 56.588 60.361
Hari 63.756 63.756 56.588 63.945 66.963
ik kuat tekan Beton FABB pada umur 28 hari d
tekan rata-rata
ly ash batu bara.
an kuat tekan pada
28 hari, hal ini
kuat tekan mortar
Lampiran B.4.9.b
pada umur 28 hari Umur 28 Hari
Umur 56 Hari
37
Tabel 4.10 Hasil pengujian kuat tekan untuk benda uji mortar (Ø 10 & T 20) cm
Persentase
Dari Tabel 4.10 terlihat kuat tekan rata-rata mortar pada umur 56 hari yang
paling optimum pada 0% fly ash yaitu sebesar 62,059 MPa. Selanjutnya nilai
regangan maksimum rata-rata mortar terlihat memiliki nilai yang berkisar antara
0,0018 – 0,0028. Sedangkan nilai persentase peningkatan tertinggi kuat tekan
rata-rata pada umur 56 hari dibandingkan umur 28 hari yaitu sebesar 18,519%
yaitu pada penambahan 8% fly ash batu bara.
4.4.3 Kuat tekan pasta.
Pengujian kuat tekan pasta dilakukan pada saat benda uji berumur 28 hari
dan 56 hari. Benda uji yang diuji terlebih dahulu ditimbang beratnya, hasil
penimbangan berat benda uji pasta ini dapat dilihat pada Lampiran B.4.11.c
dengan Lampiran B.4.12.c halaman 131 dan 134.
Metode pengujian kuat tekan pasta dilakukan sesuai dengan uraian 3.5.6
halaman 27. Data kuat tekan pasta yang diperoleh, diperlihatkan dari Lampiran
B.4.8.c dengan B.4.9.c halaman 124 dan 127. Data hasil pengujian kuat tekan