• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis penerapan corporate social responsibility dan hambatan penerapan corporate social responsibility pada UMKM Batik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis penerapan corporate social responsibility dan hambatan penerapan corporate social responsibility pada UMKM Batik"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN HAMBATAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PADA UMKM BATIK

(Studi Kasus pada UMKM Batik di Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul)

S K R I P S I

Digunakan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

David Julian

NIM: 132114200

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN HAMBATAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PADA UMKM BATIK

(Studi Kasus pada UMKM Batik di Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul)

S K R I P S I

Digunakan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

David Julian

NIM: 132114200

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

ii Skripsi

ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN HAMBATAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PADA UMKM BATIK

Studi Kasus pada UMKM Batik di Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul

Oleh:

David Julian

NIM: 132114200

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

(4)

iii Skripsi

ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN HAMBATAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PADA UMKM BATIK

Studi Kasus pada UMKM Batik di Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul

Dipersiapkan dan ditulis oleh: David Julian

NIM: 132114200

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 15 Juni 2017

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Ak., CA ...…………... Sekretaris : Lisia Apriani, SE., M.Si., Ak., QIA., CA ...…………... Anggota : Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA ..….………... Anggota : Ilsa Haruti Suryandari, SE., SIP., M.Sc., Ak., CA ..….………... Anggota : Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA ..…….……...

Yogyakarta, 31 Juli 2017 Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma Dekan

(5)

iv

Motto dan Persembahan

Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam Tuhan kita

Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang

kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.

Efesus 5:20-21

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk

:

 Tuhan Yesus yang selalu menuntun dan menyertai setiap langkah di dalam perjalanan hidupku.

(6)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN HAMBATAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PADA UMKM BATIK

Studi Kasus pada UMKM Batik di Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul

dan diajukan untuk diuji pada tanggal 15 Juni 2017 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpamemberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 31 Juli 2017 Yang membuat Pernyataan,

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : David Julian

Nomor Induk Mahasiswa (NIM) : 132114200

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN HAMBATAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PADA UMKM BATIK

Studi Kasus pada UMKM Batik di Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan, dalam bentuk media lainnya untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalti saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan seharusnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 31 Juli 2017

Yang menyatakan,

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih terbesar saya untuk

Yesus Kristus karena kasih karunia-Nya yang tak ada habisnya. Saya tidak akan mampu menyelesaikan tugas akhir ini tanpa penyertaan-Nya. Saya berterima

kasih kepada-Nya untuk memberikan kehidupan yang indah dengan orang tua

yang luar biasa dan teman-teman dalam hidup saya. Saya juga ingin mengucapkan

terima kasih kepada Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA yang telah membantu saya menemukan dan memperbaiki topik untuk skripsi saya, menghabiskan

waktunya untuk memberi saya saran, masukan yang bermanfaat, koreksi, dan

dorongan moral dari awal sampai akhir skripsi ini selesai.

Saya mendedikasikan skripsi ini terutama untuk orang tua saya. Saya ingin

mengucapkan terima kasih saya kepada mereka untuk doa, cinta tak berujung,

inspirasi, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi saya, sehingga secara khusus

juga saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu saya,

Merlinda Erni untuk semua dukungannya yang tidak ada habis-habisnya dalam proses pembelajaran saya di Universitas Sanata Dharma. Saya juga berterima

kasih kepada saudara-saudara saya, Marchell dan Yosua yang memberi saya dukungan dalam menyelesaikan skripsi saya. Mereka selalu memberi saya

semangat ketika saya mulai menyerah dalam melakukan pengerjaan skripsi ini.

(9)

teman-viii

teman kelas MPAT-Skripsi dan keluarga Kelompok 17 KKN REG 53 USD.

Terakhir saya berterima kasih kepada semua orang yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu yang membantu saya menyelesaikan skripsi saya.

Akhir kata, saya berharap dengan adanya skripsi ini dapat memberikan

motivasi yang positif bagi yang menggunakan skripsi ini. Tak ada gading yang tak

retak, oleh karena itu sesuai dengan peribahasa tersebut, maka saya juga meminta

maaf, apabila terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... i

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

KATA PENGANTAR... vii

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

E. Sistematika Penulisan... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 7

A. Legitimacy Theory... 7

B. Corporate Social Responsibility... 8

C. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)... 18

D. Kerangka Konseptual Penelitian... 20

BAB III METODE PENELITIAN... 22

A. Jenis Penelitian... 22

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 22

C. Populasi dan Populasi Sasaran... 22

D. Jenis dan Sumber Data... 24

E. Teknik Pengumpulan Data... 25

F. Variabel Penelitian dan Pengukuran... 27

G. Teknik Analisis Data... 30

H. Kerangka Pemecahan Masalah... 34

BAB IV GAMBARAN UMUM UMKM BATIK GIRILOYO... 35

A. Gambaran Umum UMKM Batik... 35

(11)

x

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 51

A. Karakteristik Responden Penelitian... 51

B. Penerapan Corporate Social Responsibility... 55

C. Hambatan dalam Penerapan Corporate Social Responsibility... 78

BAB VI PENUTUP... 99

A. Kesimpulan... 99

B. Keterbatasan Penelitian... 100

C. Saran... 101

DAFTAR PUSTAKA... 102

LAMPIRAN... 104

Lampiran A (Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara)... 105

Lampiran B (Transkrip Wawancara)... 107

Lampiran C (Kuesioner Penelitian)... 123

Lampiran D (Lampiran Profil UMKM Batik Tulis Giriloyo)... 130

Lampiran E (Daftar UMKM dan Kode Responden)... 135

Lampiran F (Data Penerapan CSR oleh UMKM Batik)... 136

Lampiran G (Perhitungan Indeks Penerapan CSR)... 143

Lampiran H (Data Hambatan dalam Menerapkan CSR)... 144

Lampiran I (Foto Proses Produksi)... 146

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan Aspek dalam Pedoman GRI G4... 13

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian... 27

Tabel 3.2 Pengukuran Penerapan CSR dengan perhitungan CSRi... 28

Tabel 3.3 Pengukuran Hambatan-hambatan Penerapan CSR... 29

Tabel 4.1 Profil UMKM Batik Tulis di Giriloyo, Wukirsari, Imogori Bantul... 48

Tabel 4.2 Profil Responden/Pengrajin Batik Tulis di Giriloyo, Wukirsari, Imogori Bantul... 49

Tabel 4.3 Penentuan Populasi Sasaran... 50

Tabel 5.1 Karakteristik UMKM berdasarkan Tahun Pendirian... 51

Tabel 5.2 Karakteristik UMKM berdasarkan Jumlah Karyawan... 52

Tabel 5.3 Karakteristik UMKM berdasarkan Rata-rata Penjualan Bulanan... 54

Tabel 5.4 Daftar Penerapan Program CSR pada Sung-sang Batik... 56

Tabel 5.5 Corporate Social Responsibility indeks UMKM Batik di Giriloyo... 58

Tabel 5.6 Statistik Deskriptif Variabel Corporate Social Responsibility (CSR)... 60

Tabel 5.7 Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Kategori Ekonomi... 63

Tabel 5.8 Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Kategori Lingkungan... 66

Tabel 5.9 Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Kategori Sosial... 70

Tabel 5.10 Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Sub Kategori Masyarakat... 75

Tabel 5.11 Daftar Hambatan dalam Menerapkan kegiatan CSR... 80

Tabel 5.12 Persentase Hambatan dalam Menerapkan Kegiatan CSR... 86

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kategori Pelaksanaan CSR oleh Pelaku Usaha di Indonesia... 15 Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian... 21 Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah... 34 Gambar 4.1 Logo Paguyuban Batik Tulis Giriloyo... 39 Gambar 4.2 Letak Lokasi Kawasan Industri Batik dan Sentra UMKM

(14)

xiii

ABSTRAK

ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN HAMBATAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PADA UMKM BATIK

Studi Kasus pada UMKM Batik di Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul

David Julian NIM: 132114200 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan Corporate Social

Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh Usaha Kecil Mikro dan Menengah

(UMKM) Batik di Giriloyo. Penelitian ini juga menunjukkan hambatan-hambatan yang ditemui pada penerapan CSR.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada 24 UMKM Batik tulis yang berlokasi di Giriloyo, Imogiri, Bantul. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner atau angket, wawancara, dan observasi. Teknik analisis yang digunakan yaitu dengan analisis deskriptif kualitatif untuk menjelaskan penerapan CSR pada UMKM serta berbagai hambatan yang muncul pada industri Batik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan Corporate

Social Responsibility (CSR) pada UMKM Batik di Giriloyo sudah dilakukan

secara luas yaitu dengan rata-rata tingkat penerapan kegiatan CSR sebesar 73,45%. Sedangkan hambatan yang sering ditemui oleh UMKM yaitu perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi menyebabkan inkonsistensi hasil produksi, terbatasnya sumber daya alam yang digunakan sebagai bahan baku pewarna alami dalam proses produksi dan ketidakmampuan UMKM batik dalam memberikan jaminan keselamatan kerja serta jaminan kesehatan bagi karyawan/pengrajinnya.

(15)

xiv

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF IMPLEMENTATION OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY AND THE OBSTACLES IN IMPLEMENTATION OF

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ON MSMEs BATIK Case Studies on MSMEs Batik at Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul

questionnaires, interview, and observations. Moreover, the analysis technique is descriptive-qualitative analysis to explain the application of CSR in MSMEs as well as the variety of obstacles found in Batik industry.

The results showed that the application of Corporate Social Responsibility (CSR) in MSMEs Batik at Giriloyo has been widely implemented at 73.45%. While the obstacles of the implementation of CSR were unpredictable climate change which can cause production inconsistencies, limitation of raw materials such as natural dyes in the production process, and the inability of the MSMEs in providing safety and health guarantee for the employees.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 1997 hingga 1998, telah terjadi peristiwa penting dalam sejarah

perekonomian beberapa negara di dunia tanpa terkecuali di Indonesia. Indonesia

merupakan salah satu negara yang terkena dampak parah akibat krisis moneter. Di

tengah gejolak krisis ekonomi yang melanda Indonesia sebagian besar Usaha

Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM) mampu menunjukkan kinerja yang luar biasa,

yaitu sebagai salah satu pelaku ekonomi yang mampu bertahan terhadap krisis.

Tidak dapat dipungkiri bahwa memang salah satu sektor penting yang menopang

perekonomian Indonesia adalah dari sektor UMKM (Widyanto, 2007).

UMKM merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang pendiriannya

berdasarkan inisiatif seseorang. Melalui sektor inilah semua aspek yang berkaitan

dengan pola kehidupan manusia bersumber, mulai dari sektor konsumsi, pangan

dan papan. Seiring berjalannya waktu, kini jumlah UMKM bertambah pesat.

Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM yang merujuk pada data Badan

Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, jumlah UMKM pada tahun 2008 berjumlah 51,41

juta dan mengalami pertumbuhan jumlah rata-rata sebesar 2,40 persen tiap

tahunnya sehingga pada tahun 2012 berjumlah 56,54 juta.

Jumlah industri UMKM yang bertambah banyak akan memberikan dampak

sosial masyarakat serta lingkungan yang bervariasi. Hal ini dimungkinkan karena

sebagian besar pelaku UMKM hanya mengelola usahanya dengan seadanya tanpa

mempedulikan dampak yang terjadi. UMKM dan masyarakat harus menciptakan

(17)

suatu bentuk hubungan yang bersifat saling menguntungkan. Namun pada

kenyataannya tidak demikian, menurut Harahap (2002) dampak yang muncul

dalam setiap kegiatan operasional UMKM ini dipastikan akan membawa akibat

kepada lingkungan di sekitar tempat usaha dalam aktivitas operasionalnya. Dampak

negatif yang paling sering muncul dalam setiap adanya penyelenggaraan

operasional UMKM adalah polusi atau pencemaran, limbah produksi, kesenjangan,

dan lain sebagainya.

Menurut Daniri (2008:1) keadaan sosial masyarakat pada era globalisasi

sekarang ini telah memunculkan pandangan yang berbeda terhadap suatu

perkembangan bisnis disekitarnya. Sekarang masyarakat tidak hanya menuntut agar

UMKM menghasilkan produk, melainkan juga menuntut agar dapat bertanggung

jawab terhadap masyarakat melalui kepedulian terhadap masalah sosial yang

terjadi. Masyarakat masa kini menjadi semakin kritis dan mampu melakukan

kontrol sosial terhadap dunia usaha dan bisnis. Perubahan tingkat kesadaran

masyarakat ini menimbulkan kesadaran baru tentang pentingnya melaksanakan apa

yang kita kenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR).

Kesadaran mengenai pentingnya melakukan program CSR ini menjadi trend

global dengan semakin maju dan terbukanya teknologi informasi, sehingga

mengharuskan perusahaan secara serius untuk mempraktikan CSR. Menurut

Kodrat (2009:60) keterbukaan ini mendorong kesadaran masyarakat akan

pentingnya dampak perusahaan pada kondisi sosial dan lingkungannya.

Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan mulai melaksanakan

(18)

perusahaan adalah mencapai laba (profit), menyejahterakan orang (people) dan

menjamin keberlanjutan hidup dari lingkungan (planet). Konsep ini mengacu pada

definisi dari Global Compact Initiative (GCI) (2002) yang dikenal dengan konsep

3P yaitu: People (health, safety and welfare), Profit (efektivity, efficiency, flexibility

and creativity) dan Planet (environmental quality and disturbances) (Kodrat,

2009:261).

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena belum banyak penelitian yang

membahas penerapan CSR pada UMKM, selain itu ada dua hal penting lainnya.

Pertama, secara kuantitas UMKM sangat banyak, sehingga diharapkan UMKM ini

juga mampu memberikan banyak kontribusi terhadap masyarakat dan lingkungan

sekitanya. Kedua, mengingat dampak yang dihasilkan melalui aktivitas produksi

yang semakin dirasakan oleh masyarakat, baik dampak permasalahan sosial

maupun pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu, akuntansi dituntut untuk dapat

memberikan perannya dalam mengidentifikasi aktivitas UMKM guna mengurangi

dampak yang timbul akibat aktivitas UMKM. Diharapkan dengan adanya penelitian

ini maka dapat memberikan dampak bagi UMKM untuk tetap memperhatikan

keadaan sosial dan lingkungan di sekitarnya. Berdasarkan latar belakang yang telah

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang dapat

diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan Corporate Social Responsibility pada UMKM batik di

Giriloyo Imogiri Bantul Yogyakarta?

2. Apakah yang menjadi hambatan-hambatan dalam menerapkan Corporate

Social Responsibility pada UMKM batik di Giriloyo Imogiri Bantul

Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menjawab rumusan masalah diatas, yaitu untuk:

1. Mengetahui penerapan Corporate Social Responsibility pada UMKM batik

di Imogiri Bantul Yogyakarta.

2. Mengetahui berbagai bentuk hambatan-hambatan yang ditemui oleh UMKM

batik di Imogiri Bantul Yogyakarta terkait penerapan Corporate Social

Responsibility.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan dengan yaitu:

1. Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada

perkembangan ilmu dibidang akuntansi dan penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dalam bidang akuntansi

terkait dengan penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada

(20)

2. Bagi UMKM batik, penelitian ini dapat memberikan masukan kepada para

pengrajin batik mengenai pentingnya kesadaran untuk meningkatkan

perhatiaan terhadap tanggung jawab sosial. Dengan lebih memperhatikan hal

tersebut, tentu pada jangka panjangnya akan medatangkan dampak positif

bagi UMKM batik itu sendiri dimasa mendatang.

3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai

aktivitas yang dilakukan oleh UMKM batik dalam kegiatan operasionalnya

dengan lebih memperhatikan dampaknya terhadap tanggung jawab sosial.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang permasalahan dalam

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan teori pendukung yang digunakan sebagai

landasan dalam melaksanakan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memuat jenis penelitian, populasi dan sampel, jenis dan

sumber data, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM UMKM BATIK GIRILOYO

Bab ini memberikan gambaran secara lengkap mengenai data yang

(21)

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil dari penelitian yang dilakukan,

analisis terhadap data dan temuan yang diperoleh.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memberikan kesimpulan hasil penelitian dan analisis data

yang dilakukan pada bab sebelumnya dan keterbatasan pada saat

proses penelitian. Serta penulis turut memberikan saran-saran bagi

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Legitimacy Theory

Teori legitimasi mengatakan bahwa organisasi secara terus menerus mencoba

untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan dan

norma-norma masyarakat dimana mereka berada. Kedudukan perusahaan sebagai

bagian dari masyarakat ditunjukkan dengan operasi perusahaan yang sering kali

mempengaruhi masyarakat sekitarnya. Eksistensinya dapat diterima sebagai

anggota masyarakat, sebaliknya eksistensinya pun dapat terancam bila perusahaan

tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dalam masyarakat

tersebut atau bahkan merugikan anggota komunitas tersebut (Anggraini, 2011).

Legitimasi menjadi hal penting bagi perusahaan karena legitimasi masyarakat

kepada perusahaan sangat mempengaruhi keberadaan perusahaan di tengah

masyarakat. Dalam rangka mempertahankan keberadaan perusahaan di tengah

masyarakat, maka perusahaan akan berusaha untuk menjalankan bisnisnya sesuai

dengan norma dan nilai sosial ditempat perusahaan tersebut beroperasi. Teori

legitimasi ini menganjurkan perusahaan untuk memperhatikan kepentingan

masyarakat dalam menjalankan bisnisnya. Uyar, et al. (2015) menyatakan bahwa

pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan perusahaan

merupakan cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mendapatkan,

memperpanjang dan untuk mempertahankan legitimasi masyarakat.

Implikasi teori legitimasi terhadap pertanggungjawaban Usaha Mikro Kecil

dan Menengah (UMKM) yaitu bahwa pengungkapan tanggungjawab sosial

(23)

dilakukan UMKM dalam upayanya untuk mendapatkan legitimasi dari komunitas

dimana UMKM itu berada. Legitimasi ini pada tahapan berikutnya akan

mengamankan UMKM dari hal-hal yang tidak diinginkan. Lebih jauh lagi

legitimasi ini akan meningkatkan reputasi UMKM yang pada akhirnya akan

memberikan nilai positif bagi UMKK tersebut.

B.Corporate Social Responsibility

1. Pengertian Corporate Social Responsibility

Ada banyak pihak dan lembaga di seluruh dunia yang mendefinisikan

Corporate Social Responsibility (CSR). Dewasa ini, definisi Corporate Social

Responsibility (CSR) masih belum ada satupun yang disetujui secara global,

karena definisi CSR dan komponen CSR dapat berbeda-beda antar negara satu

dengan yang lainnya. Namun pada umumnya CSR berbicara mengenai

hubungan antara perusahaan dan stakeholders yang di dalamnya terdapat

nilai-nilai pemenuhan ketentuan hukum, maupun penghargaan terhadap masyarakat

dan lingkungan (Mardikanto, 2014). World Business Council for Sustainable

Development (2002) mendefinisikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk

berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bekerja

dengan karyawan, keluarga mereka, masyarakat setempat dan masyarakat pada

umumnya untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Secara umum CSR ini berbicara tentang hubungan antara perusahaan

dengan stakeholder untuk menjalin hubungan baik dengan stakeholder,

perusahaan harus memperhatikan keinginan semua stakeholder, seperti

(24)

kepedulian terhadap masyarakat dan kegiatan lain yang menarik perhatian

stakeholder. Negara-negara maju sangat memperhatikan isu mengenai

lingkunagan dan sosial seperti Hak Asasi Manusia (HAM), pendidikan, tenaga

kerja, efek rumah kaca, perubahan iklim, penipisan ozon, hujan asam, limbah

bahan berbahaya dan beracun, pembalakan liar, pencemaran air dan udara serta

rusaknya keanekaragaman hayati di dunia (Angela, 2015).

Menjelang akhir 2010, tepatnya pada tanggal 1 November 2010, telah

dirilis ISO 26000 tentang International Guidance for Social Responsibility.

Menurut Mardikanto (2014) dirilisnya ISO 26000 pada tahun 2010 (guidance

on Social Responsibility) telah menyadarkan para pihak, bahwa tanggung

jawab sosial bukan semata-mata menjadi kewajiban korporat, tetapi telah

menjelma sebagai tanggung jawab kita semua, baik lembaga private maupun

lembaga publik, indvidu maupun entitas, organisasi yang mengejar laba atau

yang menamakan dirinya nir-laba. Lebih lanjut, ISO 26000, memberikan

definisi yang jelas tentang tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab

organisasi terkait dengan dampak, keputusan dan kegiatan di masyarakat dan

lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis yang memberikan

kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan, kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat; memperhitungkan harapan pemangku kepentingan, adalah sesuai

dengan hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma perilaku

internasional dan terintegrasi di seluruh organisasi dan dipraktikkan dalam

(25)

2. Prinsip-Prinsip Corporate Social Responsibility

Menurut Golodets (2006) dalam Mardikanto (2014), mengemukakan

prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) yang meliputi:

a. Mengembangkan mutu produk dan layanan bagi konsumen.

b. Menciptakan keselamatan kerja, melalui pengembangan produk dan

sumberdaya manusia.

c. Mengatasi keluhan masyarakat berdasarkan hukum, baik yang

menyangkut pajak, ketenagakerjaan, lingkungan dan yang lainnya.

d. Integritas dan hubungan timbal balik dengan semua stakeholder.

e. Melakukan bisnis yang efisien, menciptakan nilai tambah ekonomi dan

mengembangkan keunggulan bersaing guna memperoleh manfaat bagi

pemilik/pemegang saham dan masyarakat.

f. Berkomitmen terhadap evolusi masyarakat sipil melalui kemitraan dan

pengembangan proyek-proyek sosial.

3. Manfaat Corporate Social Responsibility

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dilihat dari dua

sudut pandang yang berbeda. Konsep yang pertama menyatakan bahwa tujuan

perusahaan adalah mencar profit, sehingga CSR merupakan bagian dari opersai

bisnis, sedangkan konsep yang kedua menyatakan bahwa tujuan perusahaan

adalah mencari laba (profit), menyejahterakan orang (people) dan menjamin

keberlanjutan hidup dari bumi (planet). Kedua konsep ini sangat berbeda

(26)

Melalui konsep tersebut maka manfaat CSR dapat dirincikan sebagai

berikut (Mardikanto, 2014):

a. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) bagi Masyarakat

Dengan memperhatikan masyarakat, perusahaan dapat berkontribusi

terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Perhatian terhadap

masyarakat ini dapat dilakukan dengan cara perusahaan melakukan

aktivitas-aktivitas serta pembuatan kebijakan-kebijakan yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kualitas hidup dan kompetensi

masyarakat diberbagai bidang.

b. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) bagi Lingkungan

Dengan memperhatikan lingkungan, perusahaan dapat ikut berpartisipasi

dalam usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas hidup

umat manusia dalam jangka panjang. Keterlibatan perusahaan dalam

pemeliharaan dan pelestarian lingkungan berarti perusahaan berpartisipasi

dalam usaha mencegah terjadinya bencana serta meminimalkan dampak

bencana yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan.

c. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) bagi Pemerintah

Pelaksanaan CSR juga memberikan manfaat bagi pemerintah. Melaui CSR

akan tercipta hubungan antara pemerintah dan perusahaan dalam

mengatasi berbagai masalah sosial, seperti kemiskinan rendahnya kualitas

pendidikan, minimnya akses kesehatan dan lain sebagainya. Tugas

(27)

ringan dengan adanya partisipasi dari pihak swasta (perusahaan) melalui

kegiatan CSR.

d. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) bagi Korporasi

Dengan melakukan CSR maka perusahaan mendapatkan banyak manfaat.

Beberapa manfaat yang langsung didapatkan oleh perusahaan apabila

melakukan CSR yaitu; dapat mempertahankan dan mendongkrak reputasi

serta citra merek perusahaan, mendapatkan pengakuan serta ijin

operasional secara sosial dari masyarakat, melebarkan akses sumberdaya

bagi operasi sosial dan membuka peluang pasar yang lebih luas.

4. Pengukuran Corporate Social Responsibility dengan GRI G4

Pengukuran yang digunakan untuk mengungkapkan Corporate Social

Responsibility pada penelitian ini mengacu pada standar khusus pengungkapan

yang dinyatakan dalam Global Reporting Initiative (GRI) G4. GRI adalah

jaringan organisasi non-pemerintah yang bertujuan mendorong keberlanjutan

dan pelaporan lingkungan, sosial, dan tata kelola. GRI mengeluarkan kerangka

kerja pelaporan keberlanjutan yang paling banyak dipergunakan didunia dalam

rangka mendorong transparansi yang lebih besar. Dengan menggunakan

standar khusus GRI G4 maka memungkinkan perusahaan memberikan

informasi sebanding tentang dampak serta kinerja ekonomi, lingkungan, dan

sosial. GRI G4 memuat Indikator untuk berbagai masalah keberlanjutan.

Misalnya, Indikator ini bisa mencakup pemakaian air, kesehatan dan

(28)

Berikut ini adalah tabel yang membahas secara rinci kategori serta aspek dalam

pedoman yang terdapat pada standar khusus Global Reporting Initiative (GRI)

G4;

Tabel 2.1

Kategori dan Aspek dalam Pedoman GRI G4

Kategori Ekonomi Lingkungan

Aspek Kinerja Ekonomi

Asesmen Pemasok atas Lingkungan

Mekanisme Pengaduan Masalah

(29)

5. Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility

Solihin (2011:161) mengemukakan bahwa perkembangan pelaksanaan

CSR untuk konteks Indonesia dapat dilihat dari dua perspektif yang berbeda.

Pertama, pelaksanaan CSR memang merupakan praktik bisnis secara

sukarela/voluntary (discretionary business practice) artinya pelaksanaan CSR

lebih banyak berasal dari inisiatif perusahaan dan bukan merupakan aktivitas

yang dituntut untuk dilakukan perusahaan oleh peraturan perundang-undangan

yang berlaku di Indonesia. Kedua, pelaksanaan CSR bukan lagi merupakan

discretionary business practice, melainkan pelaksanaannya sudah diatur oleh

undang-undang (bersifat mandatory). Sebagai contoh, Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) memiliki kewajiban untuk menyisihkan sebagian laba yang

diperoleh perusahaan untuk menunjang kegiatan sosial. Demikian halnya bagi

perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam

atau berkaitan dengan sumber daya alam, diwajibkan untuk melaksanakan CSR

sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74.

Selain dilihat dari segi dasar hukum pelaksanaannya, CSR di Indonesia

secara konseptual masuh harus dipilih antara pelaksanaan CSR yang dilakukan

oleh perusahaan besar (misalnya, perusahaan berbentuk korporasi) dan

pelaksanaan CSR oleh perusahaan mikro, kecil dan menengah (small-madium

enterprise–SME). Selama ini terdapat anggapan yang keliru bahwa

pelaksanaan CSR hanya diperuntukkan bagi perusahaan besar, padahal tidak

(30)

masyarakat dan lingkungan melainkan perusahaan mikro, kecil dan menengah

pun bisa memberikan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan.

Berikut adalah gambar yang menjelaskan kategori pelaksanaan CSR oleh

pelaku usaha di Indonesia (Solihin, 2011:163).

Gambar 2.1

Kategori Pelaksanaan CSR oleh Pelaku Usaha di Indonesia

Sumber: Solihin, 2011:163

6. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility pada UMKM

Pelaksanaan CSR oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah telah menjadi

sebuah hal yang penting. Hal tersebut dikarenakan banyaknya UMKM yang

bergerak dibidang industri dan manufaktur yang tidak sedikit dalam

menghasilkan dampak terhadap masyarakat dan lingkungan. Dengan

melaksanaan program CSR dinilai sebagai salah satu cara yang paling tepat

untuk mendapatkan pengakuan dan legitimasi dari masyarakat sekitar yang

berada di sekitar tempat usaha. Jangka panjangnya, para pelaku usaha akan

Pelaksanaan CSR

(31)

dapat menjalankan usahanya secara terus menerus (going concern). Sebagai

warga negara, para pelaku usaha yang tergolong pengusaha mikro, kecil dan

menengah harus tunduk kepada peraturan perundang-undangan yang

diberlakukan di Indonesia. Namun realita yang terjadi tampaknya tidak

demikian. Tidak sedikit para pengusaha UMKM yang kedapatan terbukti

melanggar serta tidak taat terhadap hukum. Padahal ketaatan terhadap hukum

merupakan salah satu katagori kewajiban dalam CSR yakni legal

responsibilities. Beberapa literasi berikut memberikan gambaran dampak

negatif yang ditimbulkan industri kecil bagi lingkungan sekitarnya akibat

ketidakpatuhan pengusaha terhadap hukum.

a. Industri kecil yang bergerak dibidang pembuatan kaos atau sablon di kota

Bandung masih banyak yang membuang limbah sisa pewarna sablon

mereka ke selokan atau sungai di sekitarnya tanpa memperhatikan

dampaknya terhadap kualitas air sungai dan lingkungan hidup.

b. Industri kecil yang bergerak dalam bidang kerajinan emas masih banyak

yang membuang limbah logam berat (air raksa) ke suangai dimana limbah

ini dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang sangat besar.

c. Industri fotokopi yang sebagian besar berbentuk industri kecil, masih

melayani fotokopi buku textbook satu buku penuh tanpa mengindahkan

undang-undang hak cipta dan hak kekayaan intelektual.

d. Para pedagang pasar tumpah ruah berjualan di bahu-bahu jalan tanpa

mengindahkan hak para pejalan kaki. Selain itu masih jamak ditemukan

(32)

sayuran, ikan dan buah-buahan dan membuang sampah sisa-sisa hasil

jualannya kesungai.

Beberapa literasi di atas menunjukkan perlunya pelaksanaan CSR oleh

perusahaan-perusahaan skala mikro, kecil dan menengah agar mereka pun

dapat meminimalisasi dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan operasi

perusahaannya. Kegiatan CSR yang dilakukan oleh UMKM pada umumnya

masih berkisar pada pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di

sekitarnya. Kendati demikian masih terdapat variabilitas penetapan besaran

kompensasi bagi para karyawan, sehingga ada perusahaan UMKM yang sudah

memenuhi standar upah minimum namun banyak juga yang belum mampu

memenuhinya. Selain itu, UMKM pada umumnya belum menerapkan aturan

secara baku mengenai hak dan kewajiban karyawan sesuai dengan

undang-undang ketenagakerjaan. Selain penyedia lapangan kerja bagi komunitas lokal,

bentuk pelaksanaan CSR pada umumnya yang dilaksanakan UMKM adalah

pemberian charity. Pemberian ini dapat berbentuk sumbangan, infak dan zakat

pada masyarakat yang dianggap kurang mampu yang ada berdekatan dengan

tempat perusahaan beroperasi.

UMKM yang melakukan kegiatan usaha dibidang sumber daya alam dan

atau berkaitan dengan sumber daya alam, seperti usaha yang melakukan

penggalian pasir atau penambangan batu kapur, batu bintang (obsidian) dan

berbagai bahan tambang lainnya, berkewajiban untuk melaksanakan program

CSR. Bila diamati secara sepintas, berbagai industri UMKM yang bergerak

(33)

pencemaran lingkungan yang besar. Dengan adanya fenomena dampak yang

diakibatkan atas proses industri, sudah sepantasnya bila UMKM tersebut

menganggarkan biaya CSR untuk mengatasi dampak negatif operasi

perusahaan terhadap lingkungan di sekitarnya.

C.Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) maka dapat didefinisikan

sebagai berikut:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah

atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha

besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

(34)

Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah

diatur dalam payung hukum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) digolongkan berdasarkan jumlah aset atau jumlah penjualan

tahunan yang dimiliki oleh sebuah usaha. Berikut adalah kriterianya.

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh

(35)

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Selain keriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berdasarkan

Undang-undang tersebut, menurut Rahmana (2008), keriteria UMKM juga

dikelompokkan berdasarkan sudut pandang perkembangannya. Berikut adalah

pengelompokan UMKM tersebut:

a. Livelihood Activities, merupakan usaha mikro kecil dan menengah yang

digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum

dikenal sebagai sektor informal. Contohnya pedakang kaki lima.

b. Micro Enterprise, merupakan usaha kecil menengah yang memiliki sifat

pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

c. Small Dynamic Enterprise, merupakan usaha mikro kecil menengah yang telah

memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan sub kontrak dan

ekspor.

d. Dast Moving Enterprise, merupakan usaha mikro kecil dan menengah yang

telah memiliki jwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi

usaha yang lebih besar.

D.Kerangka Konseptual Penelitian

Sebagai UMKM, kerajinan batik juga berdiri dan berkembang

ditengah-tengah kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan hidup disekitarnya.

(36)

agar mampu menekan dampak-dampak yang timbul akibat adanya proses bisnis.

Namun perlu dipahami bahwa ada tiga indikator fundamental yang harus

diperhatikan dalam melaksanakan tanggungjawab sosial, yaitu pada kategori

ekonomi, lingkungan dan sosial.

Pemilihan ketiga indikator dari CSR itu sendiri mengacu pada adanya standar

khusus yang dinyatakan dalam GRI G4. Akan tetapi pada penelitian ini, CSR

sebagai kebijakan yang harus dilakukan pelaku usaha dikaitkan dengan

hambatan-hambatan yang sering dihadapi oleh UMKM batik dalam menerapkan CSR. Hal ini

tidak lepas dari tuntutan masyarakat luas agar UMKM batik dalam proses

operasionalnya mendapatkan legitimasi dari masyarakat dan dapat mengurangi

dampak negatif yang ditimbulkan akibat keberadaannya. Berdasarkan uraian

tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konseptual penelitan sebagai berikut:

Gambar 2.2

Kerangka Konseptual Penelitian Corporate Sosial Responsibility

Kategori Ekonomi

Kategori Lingkungan

Kategori Sosial

Hambatan-hambatan Penerapan

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu studi kasus.

Menurut Sekaran (2009) Studi kasus meliputi analisis mendalam dan kontekstual

terhadap sebuah situasi. Langkah-langkah dari studi kasus yaitu merupakan

penelitian terhadap objek tertentu lalu kemudian data yang diperoleh akan dapat

diolah dan dianalisis, serta kesimpulan yang hanya berlaku pada objek yang diteliti

saja. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan analisis

deskriptif kualitatif untuk menjelaskan penerapan Corporate Social Responsibility

pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta berbagai hambatan-hambatan yang

muncul pada UMKM batik tulis di Imogiri Bantul Yogyakarta dalam menerapkan

CSR.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pengrajin batik yang ada di kampung batik tulis

Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul.

2. Waktu Penelitian

Proses pencarian data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017

hingga bulan April 2017.

C.Populasi dan Populasi Sasaran

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin batik tulis yang

terdapat dalam 12 kelompok batik tulis yang menjadi anggota Paguyuban Kampung

(38)

Batik Giriloyo Imogiri Bantul. Adapun banyaknya pengrajin batik tulis dalam 1

kelompok batik tulis jumlahnya bervariasi, yaitu mulai dari 10 hingga 60 pengrajin

batik tulis. Total keseluruhan pengrajin yang ada dalam 12 kelompok batik tulis

yang menjadi anggota Paguyuban Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul

sebanyak 238 UMKM batik.

Data yang akan diteliti dalam penelitian ini mencakup seluruh populasi yang

memiliki kriteria sesuai dengan sasaran peneliti. Keriteria dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti berdasarkan beberapa alasan. Yang menjadi alasan

utamanya adalah dikarenakan masih banyaknya pengrajin batik tulis di kampung

batik Giriloyo Imogiri Bantul yang pasif dalam menjalankan usahanya. Pasif ini

memiliki makna bahwa kerajinan batik ini hanya menjadi pekerjaan sampingan,

sehingga para pengrajin yang tergolong dalam pengrajin pasif ini tidak

memproduksi batik secara terus-menerus dalam kurun waktu tertentu. Alasan

selanjutnya untuk menunjukkan bahwa membatik adalah sebagai pekerjaan yang

utama yaitu, peneliti menentukan batas minimal karyawan/pekerja yang dimiliki

oleh UMKM pengrajin batik dan kepemilikan showroom oleh masing-masing

pengrajin sebagai tempat display/pemajangan dan penjualan hasil produk. Batas

minimal karyawan/pekerja yang dimiliki adalah 5 orang kecuali pemilik UMKM

batik. Showroom yang dimaksudkan adalah showroom pribadi (bukan merupakan

showroom milik paguyuban) atau yang dimiliki oleh setiap masing-masing UMKM

batik, sehingga setiap UMKM batik dapat menjual hasil produknya sendiri. Melalui

(39)

maka akan membuat UMKM batik serius dalam menjalankan usahanya sekaligus

menjadi bukti bahwa memproduksi batik merupakan pekerjaan yang utama.

Berdasarkan pemaparan alasan di atas dalam menentukan kriteria, maka

peneliti memberikan tiga kriteria yang ditetapkan untuk menentukan populasi

sasaran (destinated population) adalah sebagai berikut:

1. Pengrajin memproduksi kain batik tulisnya setiap hari atau aktif berproduksi.

2. Pengrajin batik memiliki jumlah karyawan minimal 5 orang pekerja.

3. Pengrajin memiliki showroom sebagai tempat pemajangan dan penjualan hasil

produk.

D.Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari pemilik usaha beserta

karyawan kerajinan batik tulis. Data yang dibutuhkan secara langsung dari pemilik

usaha berkaitan dengan karakteristik UMKM seperti, profil pemilik (agama,

pendidikan, pekerjaan utama, posisi dan jumlah tanggungan), permodalan,

karyawan, pemasaran, konsumen dan sumber bahan baku. Selain informasi di atas,

data yang penting untuk diperoleh dari pemilik usaha yaitu mengenai penerapan

CSR pada tempat usahanya serta mendapatkan keterangan berkaitan dengan

hambatan yang dialami saat menerapkan CSR. Lalu data yang dibutuhkan dari

karyawan adalah data yang berkaitan dengan proses produksi dan aktivitas produksi

kerajinan batik tulis. Sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari pengurus

paguyuban kampung batik tulis giriloyo. Data yang dibutuhkan dari pengurus

paguyuban kampung batik giriloyo berupa list/daftar pengrajin batik tulis yang

(40)

batik yang memenuhi keriteria, sehingga dapat digunakan untuk menentukan

sampel dalam penelitian ini. Sumber data dapat diperoleh dari pengurus Paguyuban

Batik Tulis Giriloyo dan para pemilik usaha kerajinan batik tulis di Giriloyo

Wukirsari Imogiri Bantul. Sumber data diperoleh melalui teknik wawancara,

observasi dan penyebaran kuesioner atau angket.

E.Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan dilakukan adalah menggunakan

teknik-teknik sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan pemilik usaha kerajinan batik tulis di

kampung batik Giriloyo Wukirsari Imogiri Bantul yang telah memenuhi

keriteria sebagai sampel penelitian. Teknik pengumpulan data dengan

menggunakan metode wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan beberapa

informasi. Informasi tersebut diantaranya:

a. Gambaran umum UMKM (sejarah usaha, lokasi, karyawan, sumber bahan

baku, proses produksi, konsumen, sumber pendanaan/permodalan dan

pemasaran),

b. Profil lokasi penelitian, dan

c. Profil responden.

Selain tiga poin informasi di atas, dalam wawancara peneliti juga turut

menggali informasi yang berkaitan dengan penerapan Corporate Social

Responsibility (CSR) beserta hambatan-hambatannya pada UMKM batik di

(41)

2. Observasi

Observasi dalam penelitian ini dilakukan di tempat produksi dengan

melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas operasional usaha

kerajinan batik. Pengamatan ini berfokus pada pengrajin dalam melakukan

proses produksi batik tulis dan kegiatan yang dilakukan pengrajin dalam

rangka menekan dampak yang dihasilkan dari proses produksi. Tujuan dalam

pengamatan secara langsung ini untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah

dalam proses produksi, tahapan-tahapan yang ada dalam proses produksi serta

mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengrajin batik dalam menekan

dampak hasil aktivitas produksi batik. Dalam pengamatan, peneliti juga akan

melakukan pendokumentasian secara visual baik dalam bentuk foto maupun

video selama observasi berlangsung, sehingga dapat berguna untuk kemudian

hari setelah waktu observasi berakhir.

3. Kuesioner

Kuesioner/angket dalam penelitian ini hanya disebarkan kepada pemilik

usaha kerajinan batik tulis yang telah memenuhi keriteria untuk dinyatakan

sebagai sampel. Kuesioner dalam penelitian ini berisi pertanyaan dengan jenis

isian singkat, checklist dan pilihan berganda. Tujuan dari penyebaran

kuesioner/angket penelitian ini adalah untuk memperoleh data berupa

gambaran umum usaha, profil responden dan profil tempat usaha. Selain itu

pada bagian pertanyaan checklist dan pilihan ganda bertujuan untuk

mengetahui penerapan CSR yang dilaksanakan UMKM batik berdasarkan GRI

(42)

muncul dalam melaksanakan CSR. Berikut adalah tabel kisi-kisi kuesioner

penelitian mengenai penerapan CSR menurut GRI G4 dan Hambatan UMKM

dalam menerapkan CSR berdasarkan pada indikator yang terdapat dalam GRI

G4.

Kategori Ekonomi (G4-EC) 1-6

Kategori Lingkungan (G4-EN) 7-36

Kategori Sosial (G4-LA, HR, SO, PR) 37-70 2

F.Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel

1. Corporate Social Responsibility

Pengukuran variabel Corporate Social Responsibility dilakukan dengan

memberikan nilai 1 pada item yang dilaksanakan oleh pengrajin batik dan

memberikan nilai 0 pada item yang tidak dilaksanakan oleh pengrajin batik.

Penilaian dilakukan dengan membandingkan item yang ada berdasarkan pada

GRI G4 yang dilaksanakan oleh pengrajin batik dengan jumlah seluruh item

yang dinyatakan dalam GRI G4 sebanyak 70 item. Hasil dari item Corporate

Social Responsibility yang telah dilaksanakan oleh pengrajin batik selanjutnya

(43)

mengetahui tingkat penerapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan

(Angela, 2015).

Rumus untuk menghitung CSRi adalah:

Keterangan:

CSRi : Corporate Social Responsibility index

V : Jumlah item pernyataan yang dilaksanakan oleh pengrajin batik

M : Jumlah seluruh item pernyataan

Tabel 3.2

Pengukuran Penerapan CSR dengan perhitungan CSRi

Hasil CSRi Keterangan

Semakin tinggi CSRi atau mendekati 1

UMKM batik semakin banyak dalam

melaksanakan item-item CSR melalui item

pernyataan penerapan CSR.

Semakin rendah CSRi atau mendekati 0

UMKM batik semakin sedikit dalam

melaksanakan item-item CSR melalui item

pernyataan penerapan CSR. CSRi = V

(44)

2. Hambatan dalam Menerapkan Corporate Social Responsibility

Hambatan maupun kendala yang ditemukan dikelompokkan berdasarkan

tiga kategori yang terdapat pada Corporate Social Responsibility yang

dinyatakan dalam GRI G4. Pengukuran pada variabel hambatan-hambatan

dalam menerapkan CSR menggunakan skala nominal dengan pilihan jawaban

tidak berpendapat, tidak setuju dan setuju. Skala nominal adalah skala yang

paling sederhana di mana angka yang diberikan kepada suatu kategori tidak

menggambarkan kedudukan kategori tersebut terhadap kategori lainnya tetapi

hanya sekedar kode maupun label (Umar, 2007:44).

Pengisian jawaban dilakukan melalui kuesioner/angket yang berbentuk

daftar checklist pernyataan yang diberikan. Berikut ini keterangan pilihan

jawaban serta tabel keterangan jawabannya:

1 2 3

Tidak Berpendapat

Tidak Setuju Setuju

Tabel 3.3

Pengukuran Hambatan-hambatan Penerapan CSR

Jawaban Keterangan

Tidak Berpendapat UMKM batik tidak memberikan pendapat atas hambatan dalam menerapkan CSR

Tidak Setuju (TS) UMKM batik menyadari bahwa tidak menjadi hambatan dalam menerapkan CSR

(45)

G.Teknik Analisis Data

Teknik yang dilakukan dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk menjawab permasalahan “Bagaimana penerapan Corporate Social

Responsibility pada UMKM batik di Giriloyo Imogiri Bantul Yogyakarta?”,

ada beberapa langkah yang digunakan dalam menganalisis data. Berikut ini

adalah langkah-langkahnya:

a. Menjumlahkan hasil jawaban responden. Jawaban yang dijumlahkan

adalah jawaban responden yang menjawab dengan jawaban “YA”. Hal

ini dilakukan untuk mengetahui berapa item pernyataan CSR yang telah

dijalankan oleh UMKM batik.

b. Menghitung indeks CSR. Menghitung indeks ini yaitu dengan cara

membandingkan jumlah jawaban “YA” dengan jumlah seluruh pernyataan yaitu sebanyak 70 item pernyataan.

c. Penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan diawali dengan

mendeskripsikan penerapan CSR yang dilakukan oleh UMKM batik

berdasarkan hasil Indeks CSRi. Mendeskripsikan data penerapan CSR

ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif statistika. Data

disajikan dalam bentuk statistik deskriptif agar lebih mudah dipahami

serta dibaca. Pada akhirnya penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara

menghitung rata-rata keseluruhan CSRi. Melalui rata-rata CSRi ini dapat

(46)

2. Untuk menjawab permasalahan “Apakah yang menjadi hambatan-hambatan dalam menerapkan Corporate Social Responsibility pada UMKM batik di

Giriloyo Imogiri Bantul Yogyakarta?”, ada beberapa langkah yang digunakan dalam menganalisis data. Berikut adalah langkah-langkahnya:

a. Melakukan wawancara kepada Ketua Paguyuban Batik Tulis Giriloyo.

Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk

mengetahui berbagai macam hambatan yang muncul dalam menerapkan

CSR. Pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan 3 kategori dan 4

sub-kategori pada CSR. Berikut ini adalah enam kisi-kisi pertanyaan yang

akan ditanyakan kepada Ketua Paguyuban untuk mengetahui apa saja

hambatan yang ditemui atau yang muncul saat menerapkan program

CSR:

1) Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi

hambatan dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang ekonomi?

2) Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi

hambatan dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang lingkungan?

3) Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi

hambatan dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang Sosial (Praktik

Ketenagakerjaan dan Kenyamanan Bekerja)?

4) Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi

hambatan dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang Sosial (Hak

(47)

5) Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi

hambatan dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang Sosial

(Masyarakat)?

6) Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi

hambatan dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang Sosial

(Tanggung Jawab Produk)?

b. Setelah memberikan enam pertanyaan di atas serta dengan adanya

berbagai macam perkembangan pertanyaan yang muncul pada saat

mewawancarai Ketua Paguyuban Batik Giriloyo, langkah selanjutnya

yang dilakukan adalah membuat daftar checklist pernyataan pada

kuesioner/angket. Kuesioner/angket memuat hambatan-hambatan dalam

menerapkan CSR. Daftar hambatan inilah yang selanjutnya diisi oleh

UMKM batik yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini.

Setelah memperoleh jawaban dari responden, selanjutnya membuat

tabulasi atas jawaban yang diberikan oleh responden penelitian tersebut.

Tabulasi hasil jawaban ini berguna untuk merapikan dan untuk

mempermudah dalam menganalisis data yang diperoleh. Tabulasi yang

dibuat memuat masing-masing jawaban berdasarkan tiga pilihan

jawaban.

c. Penarikan kesimpulan. Kesimpulan diperoleh dengan memilih hambatan

yang terdapat pada tiga kategori CSR dengan urutan/ranking pertama

yang berarti bahwa hambatan tersebut adalah hambatan yang paling

(48)

Pembuatan rangking atau urutan ini dilakukan berdasarkan pada hasil

persentase (%) jawaban “setuju” yang dipilih oleh responden dalam

penelitian ini. Berdasarkan persentase (%) hasil jawaban “setuju” yang

diperoleh, Berikut ini keterangan hasilnya:

Semakin tinggi % jawaban

setuju pada hambatan

tertentu

Maka hambatan tersebut semakin

sering untuk ditemui oleh UMKM

batik dalam menerapkan CSR

Semakin rendah % jawaban

setuju pada hambatan

tertentu

Maka hambatan tersebut semakin

jarang untuk ditemui oleh UMKM

(49)

H.Kerangka Pemecahan Masalah

Berdasarkan uraian pendahuluan, landasan teori dan metode penelitian,

peneliti mencoba memberikan gambaran umum mengenai kerangka pemecahan

masalah sebagai berikut:

Gambar 3.1

Kerangka Pemecahan Masalah

Mulai

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Wawancara, Kuesioner dan Observasi

Dokumen Terkait

Analisis Deskriptif

Kualitatif Analisis Data

Hasil

Kesimpulan

(50)

BAB IV

GAMBARAN UMUM UMKM BATIK GIRILOYO

A.Gambaran Umum UMKM Batik 1. Sejarah Batik di Indonesia

Batik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh

masyarakat Indonesia. Kata batik mempunyai beberapa pengertian. Menurut

Hamzuri (1989) dalam bukunya yang berjudul Batik Klasik, pengertian batik

merupakan suatu cara untuk memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi

bagian-bagian tertentu dengan menggunakan perintang. Zat perintang yang sering

digunakan ialah lilin atau malam. Kain yang sudah digambar dengan menggunakan

malam kemudian diberi warna dengan cara pencelupan. Setelah itu malam

dihilangkan dengan cara merebus kain. Akhirnya dihasilkan sehelai kain yang

disebut batik berupa beragam motif yang mempunyai sifat-sifat khusus.

Secara etimologi kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu ”tik” yang berarti titik/matik (kata kerja, membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah

”batik” (Anas (1997:14). Di samping itu mempunyai pengertian yang berhubungan

dengan membuat titik atau meneteskan malam pada kain mori. Hanggopuro (2002,

1-2) dalam buku Bathik sebagai Busana Tatanan dan Tuntunan menuliskan bahwa,

para penulis terdahulu menggunakan istilah batik yang sebenarnya tidak ditulis

dengan kata”Batik” akan tetapi seharusnya”Bathik”. Hal ini mengacu pada huruf

Jawa ”tha” bukan ”ta” dan pemakaian bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang tepat atau dikatakan salah. Berdasarkan etimologis tersebut sebenarnya

batik identik dikaitkan dengan suatu teknik (proses) dari mulai penggambaran motif

(51)

hingga pelorodan. Salah satu yang menjadi ciri khas dari batik adalah cara

penggambaran motif pada kain yaitu melalui proses pemalaman yaitu

menggoreskan cairan lilin yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan

cap.

Ditinjau dari perkembangannya, batik telah mulai dikenal sejak jaman

Majapahit dan masa penyebaran Islam. Batik pada mulanya hanya dibuat terbatas

oleh kalangan keraton. Batik dikenakan oleh raja dan keluarga serta pengikutnya.

Oleh para pengikutnya inilah kemudian batik dibawa keluar keraton dan

berkembang di masyarakat hingga saat ini. Berdasarkan sejarah perkembangannya,

batik telah berkembang sejak jaman Majapahit. Mojokerto merupakan pusat

kerajaan Majapahit dimana batik telah dikenal pada saat itu. Tulung Agung

merupakan kota di Jawa Timur yang juga tercatat dalam sejarah perbatikan. Pada

waktu itu, Tulung Agung masih berupa rawa-rawa yang dikenal dengan nama

Bonorowo, dikuasai oleh Adipati Kalang yang tidak mau tunduk kepada Kerajaan

Majapahit hingga terjadilah aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahit.

Adipati Kalang tewas dalam pertempuran di sekitar desa Kalangbret dan Tulung

Agung berhasil dikuasai oleh Majapahit. Kemudian banyak tentara yang tinggal di

wilayah Bonorowo (Tulung Agung) dengan membawa budaya batik. Merekalah

yang mengembangkan batik. Dalam perkembangannya, batik Mojokerto dan

Tulung Agung banyak dipengaruhi oleh batik Yogyakarta. Hal ini terjadi karena

pada waktu clash tentara kolonial Belanda dengan pasukan Pangeran Diponegoro,

sebagian dari pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri ke arah timur di daerah

(52)

dengan batik Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda

dan biru tua.

Batik di daerah Yogyakarta dikenal sejak jaman Kerajaan Mataram ke-I pada

masa raja Panembahan Senopati. Plered merupakan desa pembatikan pertama.

Proses pembuatan batik pada masa itu masih terbatas dalam lingkungan keluarga

kraton dan dikerjakan oleh wanita-wanita pengiring ratu. Pada saat upacara resmi

kerajaan, keluarga kraton memakai pakaian kombinasi batik dan lurik. Melihat

pakaian yang dikenakan keluarga kraton, rakyat tertarik dan meniru sehingga

akhirnya batikan keluar dari tembok kraton dan meluas di kalangan rakyat biasa.

2. Sejarah Batik Tulis Giriloyo

Asal-usul Batik Tulis Giriloyo (dalam wawancara yang dilakukan dengan

Ketua Paguyuban Batik Tulis Giriloyo) berawal seiring dengan berdirinya makam

raja-raja di Imogiri yang terletak di Bukit Merak pada tahun 1654. Pada waktu itu,

ketika Sultan Agung Hanyokrokusumo, cucu Panembahan Senopati, berniat

membangun makam. Beliau menemukan bukit yang tanahnya berbau harum dan

dirasa cocok untuk dibuat makam, namun ketika pemakaman sedang dibangun,

pamannya yang bernama Gusti Panembahan Juminah menyatakan keinginannya

untuk turut dimakamkan di tempat itu, dan ternyata yang meninggal terlebih dahulu

adalah pamannya tersebut. Oleh karena itu, yang pertama kali menempati makam

tersebut adalah Gusti Panembahan Juminah, bukan Sultan Agung

Hanyokrokusumo. Sultan Agung Hanyokrokusumo pun kecewa karena sebagai

(53)

dirinya. Untuk menghilangkan rasa kecewanya, Sultan Agung Hanyokrokusumo

pun mengalihkan pembangunan calon makam untuk dirinya di bukit lain yang oleh

penduduk setempat dinamakan “Bukit Merak” yang berada di wilayah Girirejo. Sejalan dengan proses pembangunan makam raja-raja tersebut, maka diperlukan

tenaga yang bertugas untuk memelihara dan menjaganya, oleh karena itu pihak

Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menugaskan para Abdi Dalem, yang dikepalai

oleh seseorang berpangkat Bupati. Banyaknya abdi dalem yang bertugas

memelihara komplek makam membuat kegiatan-kegiatan yang berhubungan

dengan kraton mulai sering terjadi di wilayah sekitar makam termasuk kegiatan

membatik. Kegiatan membatik merupakan kegiatan tradisi kraton di mana para

pengrajinnya bertugas membuat bahan dasar busana keluarga kraton dengan

menggunakan malam cair yang dilukis pada selembar kain. Pada waktu itu kegiatan

membatik dilakukan oleh kaum hawa dari kalangan abdi dalem kraton saja. Seiring

berjalannya waktu, jumlah permintaan batik juga semakin banyak, sementara

jumlah pengrajin batik yang ada ternyata tidak memadai, kemudian para pengrajin

batik di Dusun Girirejo mendatangkan tenaga dari Dusun Giriloyo. Hubungan kerja

sama yang terjadi saat itu adalah: warga Giriloyo mengambil kain yang akan dibatik

dari Girirejo, kemudian pengerjaannya dilakukan di rumah masing-masing di

Giriloyo, dan setelah jadi barulah dibawa kembali ke Girirejo. Berawal dari

kegiatan inilah akhirnya warga Giriloyo mulai belajar keahlian membatik dan

(54)

3. Perkembangan dan Profil Paguyuban Batik Tulis Giriloyo

Gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006 mempengaruhi perkembangan usaha

batik di Wukirsari dan khususnya di Giriloyo. Kondisi desa Wukirsari hancur dan

aktivitas ekonomi masyarakat tidak berjalan maksimal. Hal ini turut mempengaruhi

jumlah pengrajin batik di Wukirsari paska gempa. Banyak pengrajin batik yang

beralih profesi menjadi TKI di luar negeri. Alih profesi tersebut sebenarnya sudah

mulai terasa sebelum gempa. Selain itu, kerajinan batik tulis makin tidak prospektif

setelah hadirnya batik cap yang diproduksi secara masal mulai menjamur, sehingga

membuat perajin batik tulis di Wukirsari enggan untuk mengembangkan usahanya.

Selanjutnya, untuk membantu menangani problematika tersebut maka beberapa

tokoh yang difasilitasi oleh lembaga swadaya masyarakat yaitu Institute of

Research and Empowermant (IRE) dan Jogja Heritage Society (JHS) berinisiatif

untuk melakukan pemberdayaan masyarakat dengan closing program mendirikan

Paguyuban Batik.

Gambar 4.1

Logo Paguyuban Batik Tulis Giriloyo

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.2 Pengukuran Penerapan CSR dengan perhitungan CSRi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Dampak dan Besarnya Dampak Program CSR PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Terhadap Kondisi Usaha UMKM Mitra Binaan Sebelum Dan Sesudah Menerima Bantuan Modal Usaha

satu sistem yang dapat digunakan dalam manajemen keuangan UMKM adalah. anggaran komprehensif, dimana dengan anggaran, manajemen

Beberapa hal yang dapat menyebabkan CSR berpengaruh pada nilai perusahaan yaitu: (1) manajemen menyadari arti penting CSR sebagai investasi sosial jangka panjang,

Bertanggung jawab atas kegiatan usaha yang telah dilakukan Bertanggung jawab kepada pihak-pihak yang terlibat dengan urusan bisnis Bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan

Semua kain yang diproduksi oleh UMKM Batik Marenggo Natural Dyes menggunakan pewarna alam, dimana bahan-bahan untuk mewarnai batik menggunakan bahan baku yang berasal dari

Bantuan yang disalurkan oleh Bank Indonesia kepada UMKM diberikan dalam bentuk hibah tanpa mengharapkan imbalan dari hasil usaha yang dijalankan oleh pendiri UMKM

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tidak hanya dilakukan untuk pihak internal saja tetapi juga dilaksanakan untuk pihak eksternal dengan adanya Program BRIncubator

awal yang dimiliki kantor cabang adalah sebesar 25.000.000 untuk kasus- kasus tertentu dan kebutuhan kami dapat meminta tambahan dana CSR ke kantor pusat kami”56 Pada pencairan dana