ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN HAMBATAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PADA UMKM BATIK
(Studi Kasus pada UMKM Batik di Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul)
S K R I P S I
Digunakan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
David Julian
NIM: 132114200
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN HAMBATAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PADA UMKM BATIK
(Studi Kasus pada UMKM Batik di Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul)
S K R I P S I
Digunakan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
David Julian
NIM: 132114200
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii Skripsi
ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN HAMBATAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PADA UMKM BATIK
Studi Kasus pada UMKM Batik di Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul
Oleh:
David Julian
NIM: 132114200
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
iii Skripsi
ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN HAMBATAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PADA UMKM BATIK
Studi Kasus pada UMKM Batik di Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul
Dipersiapkan dan ditulis oleh: David Julian
NIM: 132114200
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 15 Juni 2017
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Ak., CA ...…………... Sekretaris : Lisia Apriani, SE., M.Si., Ak., QIA., CA ...…………... Anggota : Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA ..….………... Anggota : Ilsa Haruti Suryandari, SE., SIP., M.Sc., Ak., CA ..….………... Anggota : Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA ..…….……...
Yogyakarta, 31 Juli 2017 Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Dekan
iv
Motto dan Persembahan
Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam Tuhan kita
Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang
kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.
Efesus 5:20-21
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk
:
Tuhan Yesus yang selalu menuntun dan menyertai setiap langkah di dalam perjalanan hidupku.
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN HAMBATAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PADA UMKM BATIK
Studi Kasus pada UMKM Batik di Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul
dan diajukan untuk diuji pada tanggal 15 Juni 2017 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpamemberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Juli 2017 Yang membuat Pernyataan,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : David Julian
Nomor Induk Mahasiswa (NIM) : 132114200
Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN HAMBATAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PADA UMKM BATIK
Studi Kasus pada UMKM Batik di Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan, dalam bentuk media lainnya untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalti saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan seharusnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 31 Juli 2017
Yang menyatakan,
vii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih terbesar saya untuk
Yesus Kristus karena kasih karunia-Nya yang tak ada habisnya. Saya tidak akan mampu menyelesaikan tugas akhir ini tanpa penyertaan-Nya. Saya berterima
kasih kepada-Nya untuk memberikan kehidupan yang indah dengan orang tua
yang luar biasa dan teman-teman dalam hidup saya. Saya juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA yang telah membantu saya menemukan dan memperbaiki topik untuk skripsi saya, menghabiskan
waktunya untuk memberi saya saran, masukan yang bermanfaat, koreksi, dan
dorongan moral dari awal sampai akhir skripsi ini selesai.
Saya mendedikasikan skripsi ini terutama untuk orang tua saya. Saya ingin
mengucapkan terima kasih saya kepada mereka untuk doa, cinta tak berujung,
inspirasi, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi saya, sehingga secara khusus
juga saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu saya,
Merlinda Erni untuk semua dukungannya yang tidak ada habis-habisnya dalam proses pembelajaran saya di Universitas Sanata Dharma. Saya juga berterima
kasih kepada saudara-saudara saya, Marchell dan Yosua yang memberi saya dukungan dalam menyelesaikan skripsi saya. Mereka selalu memberi saya
semangat ketika saya mulai menyerah dalam melakukan pengerjaan skripsi ini.
teman-viii
teman kelas MPAT-Skripsi dan keluarga Kelompok 17 KKN REG 53 USD.
Terakhir saya berterima kasih kepada semua orang yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu yang membantu saya menyelesaikan skripsi saya.
Akhir kata, saya berharap dengan adanya skripsi ini dapat memberikan
motivasi yang positif bagi yang menggunakan skripsi ini. Tak ada gading yang tak
retak, oleh karena itu sesuai dengan peribahasa tersebut, maka saya juga meminta
maaf, apabila terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... i
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
KATA PENGANTAR... vii
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Manfaat Penelitian... 4
E. Sistematika Penulisan... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 7
A. Legitimacy Theory... 7
B. Corporate Social Responsibility... 8
C. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)... 18
D. Kerangka Konseptual Penelitian... 20
BAB III METODE PENELITIAN... 22
A. Jenis Penelitian... 22
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 22
C. Populasi dan Populasi Sasaran... 22
D. Jenis dan Sumber Data... 24
E. Teknik Pengumpulan Data... 25
F. Variabel Penelitian dan Pengukuran... 27
G. Teknik Analisis Data... 30
H. Kerangka Pemecahan Masalah... 34
BAB IV GAMBARAN UMUM UMKM BATIK GIRILOYO... 35
A. Gambaran Umum UMKM Batik... 35
x
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 51
A. Karakteristik Responden Penelitian... 51
B. Penerapan Corporate Social Responsibility... 55
C. Hambatan dalam Penerapan Corporate Social Responsibility... 78
BAB VI PENUTUP... 99
A. Kesimpulan... 99
B. Keterbatasan Penelitian... 100
C. Saran... 101
DAFTAR PUSTAKA... 102
LAMPIRAN... 104
Lampiran A (Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara)... 105
Lampiran B (Transkrip Wawancara)... 107
Lampiran C (Kuesioner Penelitian)... 123
Lampiran D (Lampiran Profil UMKM Batik Tulis Giriloyo)... 130
Lampiran E (Daftar UMKM dan Kode Responden)... 135
Lampiran F (Data Penerapan CSR oleh UMKM Batik)... 136
Lampiran G (Perhitungan Indeks Penerapan CSR)... 143
Lampiran H (Data Hambatan dalam Menerapkan CSR)... 144
Lampiran I (Foto Proses Produksi)... 146
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori dan Aspek dalam Pedoman GRI G4... 13
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian... 27
Tabel 3.2 Pengukuran Penerapan CSR dengan perhitungan CSRi... 28
Tabel 3.3 Pengukuran Hambatan-hambatan Penerapan CSR... 29
Tabel 4.1 Profil UMKM Batik Tulis di Giriloyo, Wukirsari, Imogori Bantul... 48
Tabel 4.2 Profil Responden/Pengrajin Batik Tulis di Giriloyo, Wukirsari, Imogori Bantul... 49
Tabel 4.3 Penentuan Populasi Sasaran... 50
Tabel 5.1 Karakteristik UMKM berdasarkan Tahun Pendirian... 51
Tabel 5.2 Karakteristik UMKM berdasarkan Jumlah Karyawan... 52
Tabel 5.3 Karakteristik UMKM berdasarkan Rata-rata Penjualan Bulanan... 54
Tabel 5.4 Daftar Penerapan Program CSR pada Sung-sang Batik... 56
Tabel 5.5 Corporate Social Responsibility indeks UMKM Batik di Giriloyo... 58
Tabel 5.6 Statistik Deskriptif Variabel Corporate Social Responsibility (CSR)... 60
Tabel 5.7 Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Kategori Ekonomi... 63
Tabel 5.8 Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Kategori Lingkungan... 66
Tabel 5.9 Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Kategori Sosial... 70
Tabel 5.10 Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Sub Kategori Masyarakat... 75
Tabel 5.11 Daftar Hambatan dalam Menerapkan kegiatan CSR... 80
Tabel 5.12 Persentase Hambatan dalam Menerapkan Kegiatan CSR... 86
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kategori Pelaksanaan CSR oleh Pelaku Usaha di Indonesia... 15 Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian... 21 Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah... 34 Gambar 4.1 Logo Paguyuban Batik Tulis Giriloyo... 39 Gambar 4.2 Letak Lokasi Kawasan Industri Batik dan Sentra UMKM
xiii
ABSTRAK
ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN HAMBATAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PADA UMKM BATIK
Studi Kasus pada UMKM Batik di Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul
David Julian NIM: 132114200 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan Corporate Social
Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh Usaha Kecil Mikro dan Menengah
(UMKM) Batik di Giriloyo. Penelitian ini juga menunjukkan hambatan-hambatan yang ditemui pada penerapan CSR.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada 24 UMKM Batik tulis yang berlokasi di Giriloyo, Imogiri, Bantul. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner atau angket, wawancara, dan observasi. Teknik analisis yang digunakan yaitu dengan analisis deskriptif kualitatif untuk menjelaskan penerapan CSR pada UMKM serta berbagai hambatan yang muncul pada industri Batik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan Corporate
Social Responsibility (CSR) pada UMKM Batik di Giriloyo sudah dilakukan
secara luas yaitu dengan rata-rata tingkat penerapan kegiatan CSR sebesar 73,45%. Sedangkan hambatan yang sering ditemui oleh UMKM yaitu perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi menyebabkan inkonsistensi hasil produksi, terbatasnya sumber daya alam yang digunakan sebagai bahan baku pewarna alami dalam proses produksi dan ketidakmampuan UMKM batik dalam memberikan jaminan keselamatan kerja serta jaminan kesehatan bagi karyawan/pengrajinnya.
xiv
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF IMPLEMENTATION OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY AND THE OBSTACLES IN IMPLEMENTATION OF
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ON MSMEs BATIK Case Studies on MSMEs Batik at Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul
questionnaires, interview, and observations. Moreover, the analysis technique is descriptive-qualitative analysis to explain the application of CSR in MSMEs as well as the variety of obstacles found in Batik industry.
The results showed that the application of Corporate Social Responsibility (CSR) in MSMEs Batik at Giriloyo has been widely implemented at 73.45%. While the obstacles of the implementation of CSR were unpredictable climate change which can cause production inconsistencies, limitation of raw materials such as natural dyes in the production process, and the inability of the MSMEs in providing safety and health guarantee for the employees.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada tahun 1997 hingga 1998, telah terjadi peristiwa penting dalam sejarah
perekonomian beberapa negara di dunia tanpa terkecuali di Indonesia. Indonesia
merupakan salah satu negara yang terkena dampak parah akibat krisis moneter. Di
tengah gejolak krisis ekonomi yang melanda Indonesia sebagian besar Usaha
Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM) mampu menunjukkan kinerja yang luar biasa,
yaitu sebagai salah satu pelaku ekonomi yang mampu bertahan terhadap krisis.
Tidak dapat dipungkiri bahwa memang salah satu sektor penting yang menopang
perekonomian Indonesia adalah dari sektor UMKM (Widyanto, 2007).
UMKM merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang pendiriannya
berdasarkan inisiatif seseorang. Melalui sektor inilah semua aspek yang berkaitan
dengan pola kehidupan manusia bersumber, mulai dari sektor konsumsi, pangan
dan papan. Seiring berjalannya waktu, kini jumlah UMKM bertambah pesat.
Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM yang merujuk pada data Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, jumlah UMKM pada tahun 2008 berjumlah 51,41
juta dan mengalami pertumbuhan jumlah rata-rata sebesar 2,40 persen tiap
tahunnya sehingga pada tahun 2012 berjumlah 56,54 juta.
Jumlah industri UMKM yang bertambah banyak akan memberikan dampak
sosial masyarakat serta lingkungan yang bervariasi. Hal ini dimungkinkan karena
sebagian besar pelaku UMKM hanya mengelola usahanya dengan seadanya tanpa
mempedulikan dampak yang terjadi. UMKM dan masyarakat harus menciptakan
suatu bentuk hubungan yang bersifat saling menguntungkan. Namun pada
kenyataannya tidak demikian, menurut Harahap (2002) dampak yang muncul
dalam setiap kegiatan operasional UMKM ini dipastikan akan membawa akibat
kepada lingkungan di sekitar tempat usaha dalam aktivitas operasionalnya. Dampak
negatif yang paling sering muncul dalam setiap adanya penyelenggaraan
operasional UMKM adalah polusi atau pencemaran, limbah produksi, kesenjangan,
dan lain sebagainya.
Menurut Daniri (2008:1) keadaan sosial masyarakat pada era globalisasi
sekarang ini telah memunculkan pandangan yang berbeda terhadap suatu
perkembangan bisnis disekitarnya. Sekarang masyarakat tidak hanya menuntut agar
UMKM menghasilkan produk, melainkan juga menuntut agar dapat bertanggung
jawab terhadap masyarakat melalui kepedulian terhadap masalah sosial yang
terjadi. Masyarakat masa kini menjadi semakin kritis dan mampu melakukan
kontrol sosial terhadap dunia usaha dan bisnis. Perubahan tingkat kesadaran
masyarakat ini menimbulkan kesadaran baru tentang pentingnya melaksanakan apa
yang kita kenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR).
Kesadaran mengenai pentingnya melakukan program CSR ini menjadi trend
global dengan semakin maju dan terbukanya teknologi informasi, sehingga
mengharuskan perusahaan secara serius untuk mempraktikan CSR. Menurut
Kodrat (2009:60) keterbukaan ini mendorong kesadaran masyarakat akan
pentingnya dampak perusahaan pada kondisi sosial dan lingkungannya.
Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan mulai melaksanakan
perusahaan adalah mencapai laba (profit), menyejahterakan orang (people) dan
menjamin keberlanjutan hidup dari lingkungan (planet). Konsep ini mengacu pada
definisi dari Global Compact Initiative (GCI) (2002) yang dikenal dengan konsep
3P yaitu: People (health, safety and welfare), Profit (efektivity, efficiency, flexibility
and creativity) dan Planet (environmental quality and disturbances) (Kodrat,
2009:261).
Penelitian ini penting untuk dilakukan karena belum banyak penelitian yang
membahas penerapan CSR pada UMKM, selain itu ada dua hal penting lainnya.
Pertama, secara kuantitas UMKM sangat banyak, sehingga diharapkan UMKM ini
juga mampu memberikan banyak kontribusi terhadap masyarakat dan lingkungan
sekitanya. Kedua, mengingat dampak yang dihasilkan melalui aktivitas produksi
yang semakin dirasakan oleh masyarakat, baik dampak permasalahan sosial
maupun pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu, akuntansi dituntut untuk dapat
memberikan perannya dalam mengidentifikasi aktivitas UMKM guna mengurangi
dampak yang timbul akibat aktivitas UMKM. Diharapkan dengan adanya penelitian
ini maka dapat memberikan dampak bagi UMKM untuk tetap memperhatikan
keadaan sosial dan lingkungan di sekitarnya. Berdasarkan latar belakang yang telah
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang dapat
diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan Corporate Social Responsibility pada UMKM batik di
Giriloyo Imogiri Bantul Yogyakarta?
2. Apakah yang menjadi hambatan-hambatan dalam menerapkan Corporate
Social Responsibility pada UMKM batik di Giriloyo Imogiri Bantul
Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menjawab rumusan masalah diatas, yaitu untuk:
1. Mengetahui penerapan Corporate Social Responsibility pada UMKM batik
di Imogiri Bantul Yogyakarta.
2. Mengetahui berbagai bentuk hambatan-hambatan yang ditemui oleh UMKM
batik di Imogiri Bantul Yogyakarta terkait penerapan Corporate Social
Responsibility.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dengan yaitu:
1. Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada
perkembangan ilmu dibidang akuntansi dan penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dalam bidang akuntansi
terkait dengan penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada
2. Bagi UMKM batik, penelitian ini dapat memberikan masukan kepada para
pengrajin batik mengenai pentingnya kesadaran untuk meningkatkan
perhatiaan terhadap tanggung jawab sosial. Dengan lebih memperhatikan hal
tersebut, tentu pada jangka panjangnya akan medatangkan dampak positif
bagi UMKM batik itu sendiri dimasa mendatang.
3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai
aktivitas yang dilakukan oleh UMKM batik dalam kegiatan operasionalnya
dengan lebih memperhatikan dampaknya terhadap tanggung jawab sosial.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang permasalahan dalam
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
serta sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan teori pendukung yang digunakan sebagai
landasan dalam melaksanakan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini memuat jenis penelitian, populasi dan sampel, jenis dan
sumber data, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM UMKM BATIK GIRILOYO
Bab ini memberikan gambaran secara lengkap mengenai data yang
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang hasil dari penelitian yang dilakukan,
analisis terhadap data dan temuan yang diperoleh.
BAB VI PENUTUP
Bab ini memberikan kesimpulan hasil penelitian dan analisis data
yang dilakukan pada bab sebelumnya dan keterbatasan pada saat
proses penelitian. Serta penulis turut memberikan saran-saran bagi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Legitimacy Theory
Teori legitimasi mengatakan bahwa organisasi secara terus menerus mencoba
untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan dan
norma-norma masyarakat dimana mereka berada. Kedudukan perusahaan sebagai
bagian dari masyarakat ditunjukkan dengan operasi perusahaan yang sering kali
mempengaruhi masyarakat sekitarnya. Eksistensinya dapat diterima sebagai
anggota masyarakat, sebaliknya eksistensinya pun dapat terancam bila perusahaan
tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dalam masyarakat
tersebut atau bahkan merugikan anggota komunitas tersebut (Anggraini, 2011).
Legitimasi menjadi hal penting bagi perusahaan karena legitimasi masyarakat
kepada perusahaan sangat mempengaruhi keberadaan perusahaan di tengah
masyarakat. Dalam rangka mempertahankan keberadaan perusahaan di tengah
masyarakat, maka perusahaan akan berusaha untuk menjalankan bisnisnya sesuai
dengan norma dan nilai sosial ditempat perusahaan tersebut beroperasi. Teori
legitimasi ini menganjurkan perusahaan untuk memperhatikan kepentingan
masyarakat dalam menjalankan bisnisnya. Uyar, et al. (2015) menyatakan bahwa
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan perusahaan
merupakan cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mendapatkan,
memperpanjang dan untuk mempertahankan legitimasi masyarakat.
Implikasi teori legitimasi terhadap pertanggungjawaban Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) yaitu bahwa pengungkapan tanggungjawab sosial
dilakukan UMKM dalam upayanya untuk mendapatkan legitimasi dari komunitas
dimana UMKM itu berada. Legitimasi ini pada tahapan berikutnya akan
mengamankan UMKM dari hal-hal yang tidak diinginkan. Lebih jauh lagi
legitimasi ini akan meningkatkan reputasi UMKM yang pada akhirnya akan
memberikan nilai positif bagi UMKK tersebut.
B.Corporate Social Responsibility
1. Pengertian Corporate Social Responsibility
Ada banyak pihak dan lembaga di seluruh dunia yang mendefinisikan
Corporate Social Responsibility (CSR). Dewasa ini, definisi Corporate Social
Responsibility (CSR) masih belum ada satupun yang disetujui secara global,
karena definisi CSR dan komponen CSR dapat berbeda-beda antar negara satu
dengan yang lainnya. Namun pada umumnya CSR berbicara mengenai
hubungan antara perusahaan dan stakeholders yang di dalamnya terdapat
nilai-nilai pemenuhan ketentuan hukum, maupun penghargaan terhadap masyarakat
dan lingkungan (Mardikanto, 2014). World Business Council for Sustainable
Development (2002) mendefinisikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk
berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bekerja
dengan karyawan, keluarga mereka, masyarakat setempat dan masyarakat pada
umumnya untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Secara umum CSR ini berbicara tentang hubungan antara perusahaan
dengan stakeholder untuk menjalin hubungan baik dengan stakeholder,
perusahaan harus memperhatikan keinginan semua stakeholder, seperti
kepedulian terhadap masyarakat dan kegiatan lain yang menarik perhatian
stakeholder. Negara-negara maju sangat memperhatikan isu mengenai
lingkunagan dan sosial seperti Hak Asasi Manusia (HAM), pendidikan, tenaga
kerja, efek rumah kaca, perubahan iklim, penipisan ozon, hujan asam, limbah
bahan berbahaya dan beracun, pembalakan liar, pencemaran air dan udara serta
rusaknya keanekaragaman hayati di dunia (Angela, 2015).
Menjelang akhir 2010, tepatnya pada tanggal 1 November 2010, telah
dirilis ISO 26000 tentang International Guidance for Social Responsibility.
Menurut Mardikanto (2014) dirilisnya ISO 26000 pada tahun 2010 (guidance
on Social Responsibility) telah menyadarkan para pihak, bahwa tanggung
jawab sosial bukan semata-mata menjadi kewajiban korporat, tetapi telah
menjelma sebagai tanggung jawab kita semua, baik lembaga private maupun
lembaga publik, indvidu maupun entitas, organisasi yang mengejar laba atau
yang menamakan dirinya nir-laba. Lebih lanjut, ISO 26000, memberikan
definisi yang jelas tentang tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab
organisasi terkait dengan dampak, keputusan dan kegiatan di masyarakat dan
lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis yang memberikan
kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan, kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat; memperhitungkan harapan pemangku kepentingan, adalah sesuai
dengan hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma perilaku
internasional dan terintegrasi di seluruh organisasi dan dipraktikkan dalam
2. Prinsip-Prinsip Corporate Social Responsibility
Menurut Golodets (2006) dalam Mardikanto (2014), mengemukakan
prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) yang meliputi:
a. Mengembangkan mutu produk dan layanan bagi konsumen.
b. Menciptakan keselamatan kerja, melalui pengembangan produk dan
sumberdaya manusia.
c. Mengatasi keluhan masyarakat berdasarkan hukum, baik yang
menyangkut pajak, ketenagakerjaan, lingkungan dan yang lainnya.
d. Integritas dan hubungan timbal balik dengan semua stakeholder.
e. Melakukan bisnis yang efisien, menciptakan nilai tambah ekonomi dan
mengembangkan keunggulan bersaing guna memperoleh manfaat bagi
pemilik/pemegang saham dan masyarakat.
f. Berkomitmen terhadap evolusi masyarakat sipil melalui kemitraan dan
pengembangan proyek-proyek sosial.
3. Manfaat Corporate Social Responsibility
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dilihat dari dua
sudut pandang yang berbeda. Konsep yang pertama menyatakan bahwa tujuan
perusahaan adalah mencar profit, sehingga CSR merupakan bagian dari opersai
bisnis, sedangkan konsep yang kedua menyatakan bahwa tujuan perusahaan
adalah mencari laba (profit), menyejahterakan orang (people) dan menjamin
keberlanjutan hidup dari bumi (planet). Kedua konsep ini sangat berbeda
Melalui konsep tersebut maka manfaat CSR dapat dirincikan sebagai
berikut (Mardikanto, 2014):
a. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) bagi Masyarakat
Dengan memperhatikan masyarakat, perusahaan dapat berkontribusi
terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Perhatian terhadap
masyarakat ini dapat dilakukan dengan cara perusahaan melakukan
aktivitas-aktivitas serta pembuatan kebijakan-kebijakan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kualitas hidup dan kompetensi
masyarakat diberbagai bidang.
b. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) bagi Lingkungan
Dengan memperhatikan lingkungan, perusahaan dapat ikut berpartisipasi
dalam usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas hidup
umat manusia dalam jangka panjang. Keterlibatan perusahaan dalam
pemeliharaan dan pelestarian lingkungan berarti perusahaan berpartisipasi
dalam usaha mencegah terjadinya bencana serta meminimalkan dampak
bencana yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan.
c. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) bagi Pemerintah
Pelaksanaan CSR juga memberikan manfaat bagi pemerintah. Melaui CSR
akan tercipta hubungan antara pemerintah dan perusahaan dalam
mengatasi berbagai masalah sosial, seperti kemiskinan rendahnya kualitas
pendidikan, minimnya akses kesehatan dan lain sebagainya. Tugas
ringan dengan adanya partisipasi dari pihak swasta (perusahaan) melalui
kegiatan CSR.
d. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) bagi Korporasi
Dengan melakukan CSR maka perusahaan mendapatkan banyak manfaat.
Beberapa manfaat yang langsung didapatkan oleh perusahaan apabila
melakukan CSR yaitu; dapat mempertahankan dan mendongkrak reputasi
serta citra merek perusahaan, mendapatkan pengakuan serta ijin
operasional secara sosial dari masyarakat, melebarkan akses sumberdaya
bagi operasi sosial dan membuka peluang pasar yang lebih luas.
4. Pengukuran Corporate Social Responsibility dengan GRI G4
Pengukuran yang digunakan untuk mengungkapkan Corporate Social
Responsibility pada penelitian ini mengacu pada standar khusus pengungkapan
yang dinyatakan dalam Global Reporting Initiative (GRI) G4. GRI adalah
jaringan organisasi non-pemerintah yang bertujuan mendorong keberlanjutan
dan pelaporan lingkungan, sosial, dan tata kelola. GRI mengeluarkan kerangka
kerja pelaporan keberlanjutan yang paling banyak dipergunakan didunia dalam
rangka mendorong transparansi yang lebih besar. Dengan menggunakan
standar khusus GRI G4 maka memungkinkan perusahaan memberikan
informasi sebanding tentang dampak serta kinerja ekonomi, lingkungan, dan
sosial. GRI G4 memuat Indikator untuk berbagai masalah keberlanjutan.
Misalnya, Indikator ini bisa mencakup pemakaian air, kesehatan dan
Berikut ini adalah tabel yang membahas secara rinci kategori serta aspek dalam
pedoman yang terdapat pada standar khusus Global Reporting Initiative (GRI)
G4;
Tabel 2.1
Kategori dan Aspek dalam Pedoman GRI G4
Kategori Ekonomi Lingkungan
Aspek Kinerja Ekonomi
Asesmen Pemasok atas Lingkungan
Mekanisme Pengaduan Masalah
5. Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility
Solihin (2011:161) mengemukakan bahwa perkembangan pelaksanaan
CSR untuk konteks Indonesia dapat dilihat dari dua perspektif yang berbeda.
Pertama, pelaksanaan CSR memang merupakan praktik bisnis secara
sukarela/voluntary (discretionary business practice) artinya pelaksanaan CSR
lebih banyak berasal dari inisiatif perusahaan dan bukan merupakan aktivitas
yang dituntut untuk dilakukan perusahaan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia. Kedua, pelaksanaan CSR bukan lagi merupakan
discretionary business practice, melainkan pelaksanaannya sudah diatur oleh
undang-undang (bersifat mandatory). Sebagai contoh, Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) memiliki kewajiban untuk menyisihkan sebagian laba yang
diperoleh perusahaan untuk menunjang kegiatan sosial. Demikian halnya bagi
perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam
atau berkaitan dengan sumber daya alam, diwajibkan untuk melaksanakan CSR
sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74.
Selain dilihat dari segi dasar hukum pelaksanaannya, CSR di Indonesia
secara konseptual masuh harus dipilih antara pelaksanaan CSR yang dilakukan
oleh perusahaan besar (misalnya, perusahaan berbentuk korporasi) dan
pelaksanaan CSR oleh perusahaan mikro, kecil dan menengah (small-madium
enterprise–SME). Selama ini terdapat anggapan yang keliru bahwa
pelaksanaan CSR hanya diperuntukkan bagi perusahaan besar, padahal tidak
masyarakat dan lingkungan melainkan perusahaan mikro, kecil dan menengah
pun bisa memberikan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan.
Berikut adalah gambar yang menjelaskan kategori pelaksanaan CSR oleh
pelaku usaha di Indonesia (Solihin, 2011:163).
Gambar 2.1
Kategori Pelaksanaan CSR oleh Pelaku Usaha di Indonesia
Sumber: Solihin, 2011:163
6. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility pada UMKM
Pelaksanaan CSR oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah telah menjadi
sebuah hal yang penting. Hal tersebut dikarenakan banyaknya UMKM yang
bergerak dibidang industri dan manufaktur yang tidak sedikit dalam
menghasilkan dampak terhadap masyarakat dan lingkungan. Dengan
melaksanaan program CSR dinilai sebagai salah satu cara yang paling tepat
untuk mendapatkan pengakuan dan legitimasi dari masyarakat sekitar yang
berada di sekitar tempat usaha. Jangka panjangnya, para pelaku usaha akan
Pelaksanaan CSR
dapat menjalankan usahanya secara terus menerus (going concern). Sebagai
warga negara, para pelaku usaha yang tergolong pengusaha mikro, kecil dan
menengah harus tunduk kepada peraturan perundang-undangan yang
diberlakukan di Indonesia. Namun realita yang terjadi tampaknya tidak
demikian. Tidak sedikit para pengusaha UMKM yang kedapatan terbukti
melanggar serta tidak taat terhadap hukum. Padahal ketaatan terhadap hukum
merupakan salah satu katagori kewajiban dalam CSR yakni legal
responsibilities. Beberapa literasi berikut memberikan gambaran dampak
negatif yang ditimbulkan industri kecil bagi lingkungan sekitarnya akibat
ketidakpatuhan pengusaha terhadap hukum.
a. Industri kecil yang bergerak dibidang pembuatan kaos atau sablon di kota
Bandung masih banyak yang membuang limbah sisa pewarna sablon
mereka ke selokan atau sungai di sekitarnya tanpa memperhatikan
dampaknya terhadap kualitas air sungai dan lingkungan hidup.
b. Industri kecil yang bergerak dalam bidang kerajinan emas masih banyak
yang membuang limbah logam berat (air raksa) ke suangai dimana limbah
ini dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang sangat besar.
c. Industri fotokopi yang sebagian besar berbentuk industri kecil, masih
melayani fotokopi buku textbook satu buku penuh tanpa mengindahkan
undang-undang hak cipta dan hak kekayaan intelektual.
d. Para pedagang pasar tumpah ruah berjualan di bahu-bahu jalan tanpa
mengindahkan hak para pejalan kaki. Selain itu masih jamak ditemukan
sayuran, ikan dan buah-buahan dan membuang sampah sisa-sisa hasil
jualannya kesungai.
Beberapa literasi di atas menunjukkan perlunya pelaksanaan CSR oleh
perusahaan-perusahaan skala mikro, kecil dan menengah agar mereka pun
dapat meminimalisasi dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan operasi
perusahaannya. Kegiatan CSR yang dilakukan oleh UMKM pada umumnya
masih berkisar pada pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di
sekitarnya. Kendati demikian masih terdapat variabilitas penetapan besaran
kompensasi bagi para karyawan, sehingga ada perusahaan UMKM yang sudah
memenuhi standar upah minimum namun banyak juga yang belum mampu
memenuhinya. Selain itu, UMKM pada umumnya belum menerapkan aturan
secara baku mengenai hak dan kewajiban karyawan sesuai dengan
undang-undang ketenagakerjaan. Selain penyedia lapangan kerja bagi komunitas lokal,
bentuk pelaksanaan CSR pada umumnya yang dilaksanakan UMKM adalah
pemberian charity. Pemberian ini dapat berbentuk sumbangan, infak dan zakat
pada masyarakat yang dianggap kurang mampu yang ada berdekatan dengan
tempat perusahaan beroperasi.
UMKM yang melakukan kegiatan usaha dibidang sumber daya alam dan
atau berkaitan dengan sumber daya alam, seperti usaha yang melakukan
penggalian pasir atau penambangan batu kapur, batu bintang (obsidian) dan
berbagai bahan tambang lainnya, berkewajiban untuk melaksanakan program
CSR. Bila diamati secara sepintas, berbagai industri UMKM yang bergerak
pencemaran lingkungan yang besar. Dengan adanya fenomena dampak yang
diakibatkan atas proses industri, sudah sepantasnya bila UMKM tersebut
menganggarkan biaya CSR untuk mengatasi dampak negatif operasi
perusahaan terhadap lingkungan di sekitarnya.
C.Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) maka dapat didefinisikan
sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah
diatur dalam payung hukum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) digolongkan berdasarkan jumlah aset atau jumlah penjualan
tahunan yang dimiliki oleh sebuah usaha. Berikut adalah kriterianya.
1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Selain keriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berdasarkan
Undang-undang tersebut, menurut Rahmana (2008), keriteria UMKM juga
dikelompokkan berdasarkan sudut pandang perkembangannya. Berikut adalah
pengelompokan UMKM tersebut:
a. Livelihood Activities, merupakan usaha mikro kecil dan menengah yang
digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum
dikenal sebagai sektor informal. Contohnya pedakang kaki lima.
b. Micro Enterprise, merupakan usaha kecil menengah yang memiliki sifat
pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
c. Small Dynamic Enterprise, merupakan usaha mikro kecil menengah yang telah
memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan sub kontrak dan
ekspor.
d. Dast Moving Enterprise, merupakan usaha mikro kecil dan menengah yang
telah memiliki jwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi
usaha yang lebih besar.
D.Kerangka Konseptual Penelitian
Sebagai UMKM, kerajinan batik juga berdiri dan berkembang
ditengah-tengah kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan hidup disekitarnya.
agar mampu menekan dampak-dampak yang timbul akibat adanya proses bisnis.
Namun perlu dipahami bahwa ada tiga indikator fundamental yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan tanggungjawab sosial, yaitu pada kategori
ekonomi, lingkungan dan sosial.
Pemilihan ketiga indikator dari CSR itu sendiri mengacu pada adanya standar
khusus yang dinyatakan dalam GRI G4. Akan tetapi pada penelitian ini, CSR
sebagai kebijakan yang harus dilakukan pelaku usaha dikaitkan dengan
hambatan-hambatan yang sering dihadapi oleh UMKM batik dalam menerapkan CSR. Hal ini
tidak lepas dari tuntutan masyarakat luas agar UMKM batik dalam proses
operasionalnya mendapatkan legitimasi dari masyarakat dan dapat mengurangi
dampak negatif yang ditimbulkan akibat keberadaannya. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konseptual penelitan sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual Penelitian Corporate Sosial Responsibility
Kategori Ekonomi
Kategori Lingkungan
Kategori Sosial
Hambatan-hambatan Penerapan
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu studi kasus.
Menurut Sekaran (2009) Studi kasus meliputi analisis mendalam dan kontekstual
terhadap sebuah situasi. Langkah-langkah dari studi kasus yaitu merupakan
penelitian terhadap objek tertentu lalu kemudian data yang diperoleh akan dapat
diolah dan dianalisis, serta kesimpulan yang hanya berlaku pada objek yang diteliti
saja. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan analisis
deskriptif kualitatif untuk menjelaskan penerapan Corporate Social Responsibility
pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta berbagai hambatan-hambatan yang
muncul pada UMKM batik tulis di Imogiri Bantul Yogyakarta dalam menerapkan
CSR.
B.Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pengrajin batik yang ada di kampung batik tulis
Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul.
2. Waktu Penelitian
Proses pencarian data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017
hingga bulan April 2017.
C.Populasi dan Populasi Sasaran
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin batik tulis yang
terdapat dalam 12 kelompok batik tulis yang menjadi anggota Paguyuban Kampung
Batik Giriloyo Imogiri Bantul. Adapun banyaknya pengrajin batik tulis dalam 1
kelompok batik tulis jumlahnya bervariasi, yaitu mulai dari 10 hingga 60 pengrajin
batik tulis. Total keseluruhan pengrajin yang ada dalam 12 kelompok batik tulis
yang menjadi anggota Paguyuban Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul
sebanyak 238 UMKM batik.
Data yang akan diteliti dalam penelitian ini mencakup seluruh populasi yang
memiliki kriteria sesuai dengan sasaran peneliti. Keriteria dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti berdasarkan beberapa alasan. Yang menjadi alasan
utamanya adalah dikarenakan masih banyaknya pengrajin batik tulis di kampung
batik Giriloyo Imogiri Bantul yang pasif dalam menjalankan usahanya. Pasif ini
memiliki makna bahwa kerajinan batik ini hanya menjadi pekerjaan sampingan,
sehingga para pengrajin yang tergolong dalam pengrajin pasif ini tidak
memproduksi batik secara terus-menerus dalam kurun waktu tertentu. Alasan
selanjutnya untuk menunjukkan bahwa membatik adalah sebagai pekerjaan yang
utama yaitu, peneliti menentukan batas minimal karyawan/pekerja yang dimiliki
oleh UMKM pengrajin batik dan kepemilikan showroom oleh masing-masing
pengrajin sebagai tempat display/pemajangan dan penjualan hasil produk. Batas
minimal karyawan/pekerja yang dimiliki adalah 5 orang kecuali pemilik UMKM
batik. Showroom yang dimaksudkan adalah showroom pribadi (bukan merupakan
showroom milik paguyuban) atau yang dimiliki oleh setiap masing-masing UMKM
batik, sehingga setiap UMKM batik dapat menjual hasil produknya sendiri. Melalui
maka akan membuat UMKM batik serius dalam menjalankan usahanya sekaligus
menjadi bukti bahwa memproduksi batik merupakan pekerjaan yang utama.
Berdasarkan pemaparan alasan di atas dalam menentukan kriteria, maka
peneliti memberikan tiga kriteria yang ditetapkan untuk menentukan populasi
sasaran (destinated population) adalah sebagai berikut:
1. Pengrajin memproduksi kain batik tulisnya setiap hari atau aktif berproduksi.
2. Pengrajin batik memiliki jumlah karyawan minimal 5 orang pekerja.
3. Pengrajin memiliki showroom sebagai tempat pemajangan dan penjualan hasil
produk.
D.Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari pemilik usaha beserta
karyawan kerajinan batik tulis. Data yang dibutuhkan secara langsung dari pemilik
usaha berkaitan dengan karakteristik UMKM seperti, profil pemilik (agama,
pendidikan, pekerjaan utama, posisi dan jumlah tanggungan), permodalan,
karyawan, pemasaran, konsumen dan sumber bahan baku. Selain informasi di atas,
data yang penting untuk diperoleh dari pemilik usaha yaitu mengenai penerapan
CSR pada tempat usahanya serta mendapatkan keterangan berkaitan dengan
hambatan yang dialami saat menerapkan CSR. Lalu data yang dibutuhkan dari
karyawan adalah data yang berkaitan dengan proses produksi dan aktivitas produksi
kerajinan batik tulis. Sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari pengurus
paguyuban kampung batik tulis giriloyo. Data yang dibutuhkan dari pengurus
paguyuban kampung batik giriloyo berupa list/daftar pengrajin batik tulis yang
batik yang memenuhi keriteria, sehingga dapat digunakan untuk menentukan
sampel dalam penelitian ini. Sumber data dapat diperoleh dari pengurus Paguyuban
Batik Tulis Giriloyo dan para pemilik usaha kerajinan batik tulis di Giriloyo
Wukirsari Imogiri Bantul. Sumber data diperoleh melalui teknik wawancara,
observasi dan penyebaran kuesioner atau angket.
E.Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan dilakukan adalah menggunakan
teknik-teknik sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pemilik usaha kerajinan batik tulis di
kampung batik Giriloyo Wukirsari Imogiri Bantul yang telah memenuhi
keriteria sebagai sampel penelitian. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan metode wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan beberapa
informasi. Informasi tersebut diantaranya:
a. Gambaran umum UMKM (sejarah usaha, lokasi, karyawan, sumber bahan
baku, proses produksi, konsumen, sumber pendanaan/permodalan dan
pemasaran),
b. Profil lokasi penelitian, dan
c. Profil responden.
Selain tiga poin informasi di atas, dalam wawancara peneliti juga turut
menggali informasi yang berkaitan dengan penerapan Corporate Social
Responsibility (CSR) beserta hambatan-hambatannya pada UMKM batik di
2. Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan di tempat produksi dengan
melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas operasional usaha
kerajinan batik. Pengamatan ini berfokus pada pengrajin dalam melakukan
proses produksi batik tulis dan kegiatan yang dilakukan pengrajin dalam
rangka menekan dampak yang dihasilkan dari proses produksi. Tujuan dalam
pengamatan secara langsung ini untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah
dalam proses produksi, tahapan-tahapan yang ada dalam proses produksi serta
mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengrajin batik dalam menekan
dampak hasil aktivitas produksi batik. Dalam pengamatan, peneliti juga akan
melakukan pendokumentasian secara visual baik dalam bentuk foto maupun
video selama observasi berlangsung, sehingga dapat berguna untuk kemudian
hari setelah waktu observasi berakhir.
3. Kuesioner
Kuesioner/angket dalam penelitian ini hanya disebarkan kepada pemilik
usaha kerajinan batik tulis yang telah memenuhi keriteria untuk dinyatakan
sebagai sampel. Kuesioner dalam penelitian ini berisi pertanyaan dengan jenis
isian singkat, checklist dan pilihan berganda. Tujuan dari penyebaran
kuesioner/angket penelitian ini adalah untuk memperoleh data berupa
gambaran umum usaha, profil responden dan profil tempat usaha. Selain itu
pada bagian pertanyaan checklist dan pilihan ganda bertujuan untuk
mengetahui penerapan CSR yang dilaksanakan UMKM batik berdasarkan GRI
muncul dalam melaksanakan CSR. Berikut adalah tabel kisi-kisi kuesioner
penelitian mengenai penerapan CSR menurut GRI G4 dan Hambatan UMKM
dalam menerapkan CSR berdasarkan pada indikator yang terdapat dalam GRI
G4.
Kategori Ekonomi (G4-EC) 1-6
Kategori Lingkungan (G4-EN) 7-36
Kategori Sosial (G4-LA, HR, SO, PR) 37-70 2
F.Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel
1. Corporate Social Responsibility
Pengukuran variabel Corporate Social Responsibility dilakukan dengan
memberikan nilai 1 pada item yang dilaksanakan oleh pengrajin batik dan
memberikan nilai 0 pada item yang tidak dilaksanakan oleh pengrajin batik.
Penilaian dilakukan dengan membandingkan item yang ada berdasarkan pada
GRI G4 yang dilaksanakan oleh pengrajin batik dengan jumlah seluruh item
yang dinyatakan dalam GRI G4 sebanyak 70 item. Hasil dari item Corporate
Social Responsibility yang telah dilaksanakan oleh pengrajin batik selanjutnya
mengetahui tingkat penerapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan
(Angela, 2015).
Rumus untuk menghitung CSRi adalah:
Keterangan:
CSRi : Corporate Social Responsibility index
V : Jumlah item pernyataan yang dilaksanakan oleh pengrajin batik
M : Jumlah seluruh item pernyataan
Tabel 3.2
Pengukuran Penerapan CSR dengan perhitungan CSRi
Hasil CSRi Keterangan
Semakin tinggi CSRi atau mendekati 1
UMKM batik semakin banyak dalam
melaksanakan item-item CSR melalui item
pernyataan penerapan CSR.
Semakin rendah CSRi atau mendekati 0
UMKM batik semakin sedikit dalam
melaksanakan item-item CSR melalui item
pernyataan penerapan CSR. CSRi = V
2. Hambatan dalam Menerapkan Corporate Social Responsibility
Hambatan maupun kendala yang ditemukan dikelompokkan berdasarkan
tiga kategori yang terdapat pada Corporate Social Responsibility yang
dinyatakan dalam GRI G4. Pengukuran pada variabel hambatan-hambatan
dalam menerapkan CSR menggunakan skala nominal dengan pilihan jawaban
tidak berpendapat, tidak setuju dan setuju. Skala nominal adalah skala yang
paling sederhana di mana angka yang diberikan kepada suatu kategori tidak
menggambarkan kedudukan kategori tersebut terhadap kategori lainnya tetapi
hanya sekedar kode maupun label (Umar, 2007:44).
Pengisian jawaban dilakukan melalui kuesioner/angket yang berbentuk
daftar checklist pernyataan yang diberikan. Berikut ini keterangan pilihan
jawaban serta tabel keterangan jawabannya:
1 2 3
Tidak Berpendapat
Tidak Setuju Setuju
Tabel 3.3
Pengukuran Hambatan-hambatan Penerapan CSR
Jawaban Keterangan
Tidak Berpendapat UMKM batik tidak memberikan pendapat atas hambatan dalam menerapkan CSR
Tidak Setuju (TS) UMKM batik menyadari bahwa tidak menjadi hambatan dalam menerapkan CSR
G.Teknik Analisis Data
Teknik yang dilakukan dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menjawab permasalahan “Bagaimana penerapan Corporate Social
Responsibility pada UMKM batik di Giriloyo Imogiri Bantul Yogyakarta?”,
ada beberapa langkah yang digunakan dalam menganalisis data. Berikut ini
adalah langkah-langkahnya:
a. Menjumlahkan hasil jawaban responden. Jawaban yang dijumlahkan
adalah jawaban responden yang menjawab dengan jawaban “YA”. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui berapa item pernyataan CSR yang telah
dijalankan oleh UMKM batik.
b. Menghitung indeks CSR. Menghitung indeks ini yaitu dengan cara
membandingkan jumlah jawaban “YA” dengan jumlah seluruh pernyataan yaitu sebanyak 70 item pernyataan.
c. Penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan diawali dengan
mendeskripsikan penerapan CSR yang dilakukan oleh UMKM batik
berdasarkan hasil Indeks CSRi. Mendeskripsikan data penerapan CSR
ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif statistika. Data
disajikan dalam bentuk statistik deskriptif agar lebih mudah dipahami
serta dibaca. Pada akhirnya penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara
menghitung rata-rata keseluruhan CSRi. Melalui rata-rata CSRi ini dapat
2. Untuk menjawab permasalahan “Apakah yang menjadi hambatan-hambatan dalam menerapkan Corporate Social Responsibility pada UMKM batik di
Giriloyo Imogiri Bantul Yogyakarta?”, ada beberapa langkah yang digunakan dalam menganalisis data. Berikut adalah langkah-langkahnya:
a. Melakukan wawancara kepada Ketua Paguyuban Batik Tulis Giriloyo.
Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk
mengetahui berbagai macam hambatan yang muncul dalam menerapkan
CSR. Pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan 3 kategori dan 4
sub-kategori pada CSR. Berikut ini adalah enam kisi-kisi pertanyaan yang
akan ditanyakan kepada Ketua Paguyuban untuk mengetahui apa saja
hambatan yang ditemui atau yang muncul saat menerapkan program
CSR:
1) Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi
hambatan dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang ekonomi?
2) Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi
hambatan dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang lingkungan?
3) Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi
hambatan dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang Sosial (Praktik
Ketenagakerjaan dan Kenyamanan Bekerja)?
4) Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi
hambatan dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang Sosial (Hak
5) Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi
hambatan dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang Sosial
(Masyarakat)?
6) Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi
hambatan dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang Sosial
(Tanggung Jawab Produk)?
b. Setelah memberikan enam pertanyaan di atas serta dengan adanya
berbagai macam perkembangan pertanyaan yang muncul pada saat
mewawancarai Ketua Paguyuban Batik Giriloyo, langkah selanjutnya
yang dilakukan adalah membuat daftar checklist pernyataan pada
kuesioner/angket. Kuesioner/angket memuat hambatan-hambatan dalam
menerapkan CSR. Daftar hambatan inilah yang selanjutnya diisi oleh
UMKM batik yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini.
Setelah memperoleh jawaban dari responden, selanjutnya membuat
tabulasi atas jawaban yang diberikan oleh responden penelitian tersebut.
Tabulasi hasil jawaban ini berguna untuk merapikan dan untuk
mempermudah dalam menganalisis data yang diperoleh. Tabulasi yang
dibuat memuat masing-masing jawaban berdasarkan tiga pilihan
jawaban.
c. Penarikan kesimpulan. Kesimpulan diperoleh dengan memilih hambatan
yang terdapat pada tiga kategori CSR dengan urutan/ranking pertama
yang berarti bahwa hambatan tersebut adalah hambatan yang paling
Pembuatan rangking atau urutan ini dilakukan berdasarkan pada hasil
persentase (%) jawaban “setuju” yang dipilih oleh responden dalam
penelitian ini. Berdasarkan persentase (%) hasil jawaban “setuju” yang
diperoleh, Berikut ini keterangan hasilnya:
Semakin tinggi % jawaban
setuju pada hambatan
tertentu
Maka hambatan tersebut semakin
sering untuk ditemui oleh UMKM
batik dalam menerapkan CSR
Semakin rendah % jawaban
setuju pada hambatan
tertentu
Maka hambatan tersebut semakin
jarang untuk ditemui oleh UMKM
H.Kerangka Pemecahan Masalah
Berdasarkan uraian pendahuluan, landasan teori dan metode penelitian,
peneliti mencoba memberikan gambaran umum mengenai kerangka pemecahan
masalah sebagai berikut:
Gambar 3.1
Kerangka Pemecahan Masalah
Mulai
Pengumpulan Data
Data Primer Data Sekunder
Wawancara, Kuesioner dan Observasi
Dokumen Terkait
Analisis Deskriptif
Kualitatif Analisis Data
Hasil
Kesimpulan
BAB IV
GAMBARAN UMUM UMKM BATIK GIRILOYO
A.Gambaran Umum UMKM Batik 1. Sejarah Batik di Indonesia
Batik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh
masyarakat Indonesia. Kata batik mempunyai beberapa pengertian. Menurut
Hamzuri (1989) dalam bukunya yang berjudul Batik Klasik, pengertian batik
merupakan suatu cara untuk memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi
bagian-bagian tertentu dengan menggunakan perintang. Zat perintang yang sering
digunakan ialah lilin atau malam. Kain yang sudah digambar dengan menggunakan
malam kemudian diberi warna dengan cara pencelupan. Setelah itu malam
dihilangkan dengan cara merebus kain. Akhirnya dihasilkan sehelai kain yang
disebut batik berupa beragam motif yang mempunyai sifat-sifat khusus.
Secara etimologi kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu ”tik” yang berarti titik/matik (kata kerja, membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah
”batik” (Anas (1997:14). Di samping itu mempunyai pengertian yang berhubungan
dengan membuat titik atau meneteskan malam pada kain mori. Hanggopuro (2002,
1-2) dalam buku Bathik sebagai Busana Tatanan dan Tuntunan menuliskan bahwa,
para penulis terdahulu menggunakan istilah batik yang sebenarnya tidak ditulis
dengan kata”Batik” akan tetapi seharusnya”Bathik”. Hal ini mengacu pada huruf
Jawa ”tha” bukan ”ta” dan pemakaian bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang tepat atau dikatakan salah. Berdasarkan etimologis tersebut sebenarnya
batik identik dikaitkan dengan suatu teknik (proses) dari mulai penggambaran motif
hingga pelorodan. Salah satu yang menjadi ciri khas dari batik adalah cara
penggambaran motif pada kain yaitu melalui proses pemalaman yaitu
menggoreskan cairan lilin yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan
cap.
Ditinjau dari perkembangannya, batik telah mulai dikenal sejak jaman
Majapahit dan masa penyebaran Islam. Batik pada mulanya hanya dibuat terbatas
oleh kalangan keraton. Batik dikenakan oleh raja dan keluarga serta pengikutnya.
Oleh para pengikutnya inilah kemudian batik dibawa keluar keraton dan
berkembang di masyarakat hingga saat ini. Berdasarkan sejarah perkembangannya,
batik telah berkembang sejak jaman Majapahit. Mojokerto merupakan pusat
kerajaan Majapahit dimana batik telah dikenal pada saat itu. Tulung Agung
merupakan kota di Jawa Timur yang juga tercatat dalam sejarah perbatikan. Pada
waktu itu, Tulung Agung masih berupa rawa-rawa yang dikenal dengan nama
Bonorowo, dikuasai oleh Adipati Kalang yang tidak mau tunduk kepada Kerajaan
Majapahit hingga terjadilah aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahit.
Adipati Kalang tewas dalam pertempuran di sekitar desa Kalangbret dan Tulung
Agung berhasil dikuasai oleh Majapahit. Kemudian banyak tentara yang tinggal di
wilayah Bonorowo (Tulung Agung) dengan membawa budaya batik. Merekalah
yang mengembangkan batik. Dalam perkembangannya, batik Mojokerto dan
Tulung Agung banyak dipengaruhi oleh batik Yogyakarta. Hal ini terjadi karena
pada waktu clash tentara kolonial Belanda dengan pasukan Pangeran Diponegoro,
sebagian dari pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri ke arah timur di daerah
dengan batik Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda
dan biru tua.
Batik di daerah Yogyakarta dikenal sejak jaman Kerajaan Mataram ke-I pada
masa raja Panembahan Senopati. Plered merupakan desa pembatikan pertama.
Proses pembuatan batik pada masa itu masih terbatas dalam lingkungan keluarga
kraton dan dikerjakan oleh wanita-wanita pengiring ratu. Pada saat upacara resmi
kerajaan, keluarga kraton memakai pakaian kombinasi batik dan lurik. Melihat
pakaian yang dikenakan keluarga kraton, rakyat tertarik dan meniru sehingga
akhirnya batikan keluar dari tembok kraton dan meluas di kalangan rakyat biasa.
2. Sejarah Batik Tulis Giriloyo
Asal-usul Batik Tulis Giriloyo (dalam wawancara yang dilakukan dengan
Ketua Paguyuban Batik Tulis Giriloyo) berawal seiring dengan berdirinya makam
raja-raja di Imogiri yang terletak di Bukit Merak pada tahun 1654. Pada waktu itu,
ketika Sultan Agung Hanyokrokusumo, cucu Panembahan Senopati, berniat
membangun makam. Beliau menemukan bukit yang tanahnya berbau harum dan
dirasa cocok untuk dibuat makam, namun ketika pemakaman sedang dibangun,
pamannya yang bernama Gusti Panembahan Juminah menyatakan keinginannya
untuk turut dimakamkan di tempat itu, dan ternyata yang meninggal terlebih dahulu
adalah pamannya tersebut. Oleh karena itu, yang pertama kali menempati makam
tersebut adalah Gusti Panembahan Juminah, bukan Sultan Agung
Hanyokrokusumo. Sultan Agung Hanyokrokusumo pun kecewa karena sebagai
dirinya. Untuk menghilangkan rasa kecewanya, Sultan Agung Hanyokrokusumo
pun mengalihkan pembangunan calon makam untuk dirinya di bukit lain yang oleh
penduduk setempat dinamakan “Bukit Merak” yang berada di wilayah Girirejo. Sejalan dengan proses pembangunan makam raja-raja tersebut, maka diperlukan
tenaga yang bertugas untuk memelihara dan menjaganya, oleh karena itu pihak
Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menugaskan para Abdi Dalem, yang dikepalai
oleh seseorang berpangkat Bupati. Banyaknya abdi dalem yang bertugas
memelihara komplek makam membuat kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan kraton mulai sering terjadi di wilayah sekitar makam termasuk kegiatan
membatik. Kegiatan membatik merupakan kegiatan tradisi kraton di mana para
pengrajinnya bertugas membuat bahan dasar busana keluarga kraton dengan
menggunakan malam cair yang dilukis pada selembar kain. Pada waktu itu kegiatan
membatik dilakukan oleh kaum hawa dari kalangan abdi dalem kraton saja. Seiring
berjalannya waktu, jumlah permintaan batik juga semakin banyak, sementara
jumlah pengrajin batik yang ada ternyata tidak memadai, kemudian para pengrajin
batik di Dusun Girirejo mendatangkan tenaga dari Dusun Giriloyo. Hubungan kerja
sama yang terjadi saat itu adalah: warga Giriloyo mengambil kain yang akan dibatik
dari Girirejo, kemudian pengerjaannya dilakukan di rumah masing-masing di
Giriloyo, dan setelah jadi barulah dibawa kembali ke Girirejo. Berawal dari
kegiatan inilah akhirnya warga Giriloyo mulai belajar keahlian membatik dan
3. Perkembangan dan Profil Paguyuban Batik Tulis Giriloyo
Gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006 mempengaruhi perkembangan usaha
batik di Wukirsari dan khususnya di Giriloyo. Kondisi desa Wukirsari hancur dan
aktivitas ekonomi masyarakat tidak berjalan maksimal. Hal ini turut mempengaruhi
jumlah pengrajin batik di Wukirsari paska gempa. Banyak pengrajin batik yang
beralih profesi menjadi TKI di luar negeri. Alih profesi tersebut sebenarnya sudah
mulai terasa sebelum gempa. Selain itu, kerajinan batik tulis makin tidak prospektif
setelah hadirnya batik cap yang diproduksi secara masal mulai menjamur, sehingga
membuat perajin batik tulis di Wukirsari enggan untuk mengembangkan usahanya.
Selanjutnya, untuk membantu menangani problematika tersebut maka beberapa
tokoh yang difasilitasi oleh lembaga swadaya masyarakat yaitu Institute of
Research and Empowermant (IRE) dan Jogja Heritage Society (JHS) berinisiatif
untuk melakukan pemberdayaan masyarakat dengan closing program mendirikan
Paguyuban Batik.
Gambar 4.1
Logo Paguyuban Batik Tulis Giriloyo