• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILSAFAT HUKUM MENURUT XUN ZI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FILSAFAT HUKUM MENURUT XUN ZI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MENURUT XUN ZI

Makalah ini sebagai tugas untuk persiapan Penulisan Desertasi

dengan judul :

Negara Hukum Berlandaskan Kebajikan dan Keadilan

Menurut Filsafat Xun Zi

Dosen Pengampu :

Prof. DR. Soejadi S.H.

Oleh :

Oesman Arif

Nomor Mahasiswa :

03/1279/PS

Fakultas Pascasarjana

Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

November 2003

(2)

FILSAFAT HUKUM

MENURUT XUN ZI

Oleh Dr. Oesman Arif M.Pd.

Filsafat hukum perlu dipelajari manusia dalam hubungannya dengan mengatur dan mengamankan negara sepanjang sejarah. Pada jaman kuno orang Yunani telah memiliki pemikir yang membahas Filsafat Hukum misalnya Plato dan Aristoteles. Di Tiongkok pada jaman kuno juga sudah memiliki pemikir tentang Filsafat Hukum yaitu Xun Zi ( 320 S.M – 233 S.M). Aristoteles dengan Xun Zi meskipun sejaman tetapi mereka berada di tempat yang berbeda dan berjarak sangat jauh, mereka berdua belum saling kenal atau bertemu. Pemikiran mereka tentang Filsafat Hukum sangat berbeda, tetapi mempunyai kesamaan bahwa masyarakat negara itu harus diatur oleh hukum supaya negara aman dan tertib. Dalam hal ini terbukti bahwa semua manusia di dunia ini menyukai ketertiban dan keamanan dalam menjalani hidup ini.

Xun Zi yang hidup di negara Tiongkok yang wilayahnya sangat besar, jumlah penduduknya relatif banyak berpengaruh pada pemikirannya.Waktu itu Tiongkok telah menjadi negara besar dibawah raja dari dinasti Zou. Saat itu kekuasaan raja sudah lemah karena banyak rajamuda yang kedudukannya hanya gubenur, tetapi mempunyai kekuatan militer yang sangat besar. Para rajamuda ini saling berperang untuk menjadi kaisar, terutama rajamuda dari negeri Chin yang paling berambisi menjadi Kaisar. Pada tahun 221 S.M. negeri Chin ini dapat mengalahkan rajamuda yang lain dan mendirikan Kekaisaran Pertama atau Chin Shi Huang Di. Xun Zi merestui seorang muridnya bernama Li Shi membantu rajamuda Chin itu sebagai Perdana Menteti menaklukkan rajamuda-rajamuda di seluruh Tiongkok. Pada jaman dahulu tindakan Chin Shi Huang Di ini sepanjang sejarah Tiongkok dicela karena peperangan itu mengorban banyak jiwa. Namun pada akhir abad XX ini banyak filsuf Tiongkok yang memuji tindakan Chin Shi Huang Di, pertimbangan mereka apabila Chin

(3)

Shi Huang Di tidak berhasil menyatukan Tiongkok mungkin Tiongkok sampai sekarang tetap terpecah menjadi negara - negara kecil yang lemah.

Pemikiran Xun Zi dalam perjalanan sejarah filsafat Tiongkok pernah mengalami nasib yang tragis yaitu disingkirkan dari panggung sejarah Tiongkok sejak abad XII oleh pemikir-pemikir Neo Konfusianisme. Alasan penyingkiran itu tidak jelas, beberapa ahli sejarah Filsafat abad XX memberikan penafsiran yang berbeda-beda. Secara umum Xun Zi dianggap ikut mendukung tindakan Chin Shi Huang Di dalam menaklukkan seluruh Tiongkok dengan mengirimkan Li Shi menjadi Perdana Menteri di negeri Chin. Xun Zi adalah pemikir Konfusianisme pertama yang menekankan pentingnya hukum dilaksanakan dengan tegas. Xun Zi bukan penganjur aliran Legalisme, ia masih menekankan bahwa huhum itu harus dilandasi kebajikan dan keadilan. Aliran Legalisme dikembangkan oleh dua murid Xun Zi yaitu Han Fei Zi dan Li Shi, hal ini sebenarnya tidak disetujui oleh Xun Zi, dalam suatu perdebatan Xun Zi telah mengingatkan bahwa pemikiran muridnya itu tidak benar dan akan mendatangkan banyak musuh. Legalisme itu mengutamakan hukum tetapi mengabaikan moralitas seperti kebajikan, keadilan dan kesusilaan.

Dalam makalah ini penulis akan mengupas Filsafat Hukum dari Xun Zi diawali dengan dasar metafisikanya sampai pada pelaksanaannya dalam pemerintahan di beberapa negara pada jaman sekarang. Selama delapan ratus tahun nama Xun Zi disingkirkan dari daftar nama pemikir Konfusianisme tetapi ajarannya banyak dipraktekkan di Jepang. Pada pertengahan abad XX beberapa negara Asia yang disebut Empat Macan Asia juga menggunakan pemikirannya terutama di bidang hukum dan ekonomi. Pada akhir abad XX RRT dan Vietnam juga telah menyatakan dengan terbuka bahwa mereka menggunakan ajaran Konfusianisme dengan tiga tokoh besarnya yaitu Kong Zi , Meng Zi, dan Xun Zi( dalam Beijing Kongzi Qijinhui 1993).

(4)

Ajaran Konfusianisme tanpa ajaran Xun Zi memang belum lengkap, karena Ajaran Kong Zi dan ajaran Meng Zi menekankan pada pembinaan moral pribadi ( nei sheng) sedang Xun Zi menekankan pada moral kepemimpinan ( wai wang ). Dalam menjalankan pemerintahan negara tidak cukup hanya menghimbau dan mendidik rakyat mempunyai moralitas yang tinggi, tetapi konsep moral kepemimpinan yang baik harus ada. Para pemikir Tiongkok pada abad XX menyadari bahwa terpuruknya bangsa Tionghua selama abad ke XIX dan XX adalah karena konsep moral kepemimpinan sudah hilang dari Tiongkok. Para pemikir itu menyadari bahwa ajaran tentang moral kepemimpinan itu ada di dalam Ajaran Xun Zi.

1. Ajaran Metafisika Konfusianism

Xun Zi adalah pembela dan penerus ajaran Kong Zi, ia termasuk Rujiao (Konfusianisme), maka metafisikanya mengikuti ajaran Kong Zi.Pokok ajaran Rujiao yaitu Menggemilangkan Kebajikan yang sudah ada dalam diri manusia pemberian dari Tuhan yang disebut Tian Ming ( Perintah Tuhan ). Manusia diperintah Tuhan untuk berbuat kebajikan kepada sesama manusia (Qin Min), memberikan yang terbaik kepada umat manusia ( ze san). Kong Zi menegaskan demikian : Melayani manusia adalah cara untuk mengabdi kepada Tuhan ( shi ren er shi Tian ).

Filsafat Konfusianisme adalah Kosmosentris, alam semesta sebagai kesatuan dari

bagian-bagiannya yang tidak terpisahkan, atau dikatakan bahwa alam semesta adalah kesatuan organis yang terus berubah. Filsafat Kong Zi ini diungkapkan dengan perumpamaan (metaforik) dengan mengumpamakan air sungai yang terus mengalir

tak pernah putus dan tak pernah kembali. Manusia sebagai makluk hidup yang menghuni alam ini juga ikut berproses. Orang lahir sebagai bayi kemudian menjadi dewasa, menikah dan punya anak. Anak itu tumbuh dewasa orang

(5)

tuanya menjadi tua dan akhirnya mati, Begitulah proses itu berjalan terus. Seiring dengan proses yang

harus dijalani manusia, manusia harus bekerja memproses hidupnya sendiri menjadi lebih baik menjadi orang bijak ( Jun Zi ) yang dapat membangun dunia secara fisik maupun moral.

Alam ini teratur karena ada hukum yang mengaturnya disebut Dao, dibedakan tiga Dao, yang mengatur hubungan Tuhan dengan manusia disebut Tian Dao, yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia disebut Ren Dao, dan yang mengatur hubungan manusia dengan alam disebut Di Dao. Hukum negara termasuk hubungan antar manusia maka termasuk Ren Dao. Dasar dari Ren Dao( hubungan antar manusia) adalah kebajikan ( ren ). Arti kebajikan adalah cinta kasih, saling menolong, tidak merugikan orang lain, tidak mencelakakan orang lain. Namun sifat manusia menjadi buruk setelah bercampur dengan nafsu dan emosi, emosi yang membuat orang serakah yaitu rasa takut kehabisan harta. Orang-orang yang serakah ini nekad merampas milik orang lain dengan segala cara, kasar atau halus. Karena perbuatan orang serakah ini dalam masyarakat muncul bermacam-macam kejahatan. Untuk melindungi orang yang tidak serakah dan jujur negara harus mampu mencegah perbuatan jahat, caranya yaitu orang yang berbuat jahat harus dihukum berat agar yang telah berbuat jahat menjadi jera, dan yang belum berbuat jahat tidak berani berbuat jahat.

Segala sesuatu di alam ini memiliki dua sifat yang berlawanan tetapi berpasangan, yaitu sifat Yang ( positif ) dan Yin (negatif). Kebajikan adalah bersifat positif kejahatan adalah negatif, maka untuk mengimbangi kebjikan ( ren ) yang bersifat positif itu tidak dengan kejahatan ( negatif ) tetapi dengan keadilan ( yi ) yang juga bersifat negatif. Dalam filsafat Konfusianisme kebajikan ( ren ) itu bersifat yang dan keadilan ( Yi ) itu bersifat yin. Contoh lain : materi itu bersifat yin , sedang bentuk itu bersifat Yang. Perbuatan manusia itu bersifat Yin sedangkan tujuan dari perbuatan itu bersifatYang. Dalam segala hal keberadaan

(6)

Yin dan Yang itu harus seimbang, artinya bagi makluk yang hidup unsur Yang itu harus lebih dominan dari pada sifat Yin. Misalnya dalam suatu negara kebajikan harus lebih dominan dari pada keadilan, kalau kebajikan lebih dominan itu artinya sedikit kejahatan maka negara itu aman, tetapi kalau banyak orang diadili itu artinya banyak kejahatan, itu tanda negara tidak aman.

Menurut Xun Zi Negara adalah kodrat manusia, rakyat sebagai unsur dari negara nasibnya tergantung dari kondisi negara, bagian dari organisme tidak ada artinya kalau organisme itu mati, sebaliknya saat organisme itu hidup unsur.dari organisme maih berfungsi. Pandangan Xun Zi yang organismik ini berbeda dengan pandangan kaun liberalis yang berpendapat bahwa negara akan kaya kalau rakyat diberi kebebasan untuk memperkaya dirinya sendiri. Pandangan kaum kapitalis liberal adalah materialisme mekanistik ( Whitehead 1929 hal : ). Negara kalau sudah runtuh seperti orang yang sudah mati tidak dapat dihidupkan lagi, harus dibangun negara baru yang wilayahnya dan rakyatnya sudah berbeda.

Pandangan Xun Zi tentang negara yang organismik ini juga berkaitan dengan filsafat hukumnya, hukum dalam negara fungsinya juga seperti hukum alam yang mengatur perjalanan musim, menentukan sifat-sifat benda, memberi warna bulu burung dan sebagainya. Hukum negara untuk menjaga ketertiban masyarakat sehingga semua orang merasa aman bekerja, anak-anak memperoleh pendidikan yang baik, tidak ada penipuan dan penindasan oleh orang yang lebih kuat kepada yang lebih lemah, orang cacad dan yatim piatu dipelihara oleh negara. Para pejabat tidak korup semua bekerja untuk kepentingan bersama. Hukum itu harus berdasar kebajikan (ren) dan keadilan (yi) yang diwujudkan dalam aturan kesusilaan (li), kemudian diperkuat menjadi hukum (fa) dengan sangsi yang tegas (Xing). Bagi orang baik sebenarnya dengan adanya aturan kesusilaan sudah cukup, tetapi bagi orang yang jahat tidak cukup, kerena mereka tidak bermoral maka harus dipagari dengan hukum yang tegas. Prof. Notonagoro mengatakan bahwa hukum adalah kekecewaan metafisik, yang dimaksud ialah perbuatan manusia yang seharusnya baik,

(7)

karena secara kodrati manusia adalah makluk yang paling unggul di jagad ini, tetapi justru banyak manusia yang tidak menunjukkan keunggulannya itu sebaliknya mereka berbuat lebih buruk dari binatang rendah seperti para koruptor dan pejabat yang memeras rakyat.

Bagi Xun Zi kejahatan dalam bentuk apapun harus dibasmi habis, korbankan mereka yang mengacaukan masyarakat itu demi keselamatan seluruh bangsa dan negara. Beberapa negara Asia yang menganut ajarannya dengan tegas membasmi para koruptor dan penjahat pada segala kelas, dengan cara demikian rakyat bisa hidup tenang dan negaranya menjadi maju, banyak pemilik modal yang merasa aman berinvestasi di sana. Setelah penjahat dan koruptor dibasmi fasilitas umum dibangun agar orang dapat melakukan aktivitasnya dengan benar..

2. Negara Hukum Menurut Xun Zi

Negara hukum adalah negara yang menempatkan kekuasaan tertinggi pada hukum bukan pada seorang penguasa absolut (Notohamijoyo, 1970 hal: 14). Pada jaman Xun Zi (abad III S M) di Tiongkok Pemerintahan negara dipegang oleh raja, apabila rajanya bijaksana negaranya makmur rakyat sejahtera, sebaliknya apabila rajanya bodoh dan jahat negara kacau dan rakyat menderita. Xun Zi mengungkapkan bahwa keadaan ini tidak benar, apabila rajanya jahat maka rakyat memberontak seperti yang terjadi pada raja Xia Zie dan Zou Xin. Xun Zi mengajarkan agar negara itu diatur oleh undang-undang sehingga raja tidak dapat berbuat sewenang-wenang, dengan kata lain tindakan raja itu dikendalikan oleh para menteri yang bijaksana.

Xun Zi menyarankan sumber undang-undang untuk mengatur pemerintahan itu adalah kitab Klasik yang jumlahnya enam. Kitab klasik ini memuat perintah raja purba yang bijaksana, nasihat-nasihat para raja itu kepada penggantinya, juga memuat sejarah masa lampau dengan komentar dari Kong Zi, juga memuat aturan kesusilaan yang mengatur perilaku raja dan pembantu-pembantunya, juga kewajiban rakyat kepada negara, kewajiban raja kepada

(8)

rakyatnya. Saran Xun Zi ini sejak dinasti Han ( 206 S.M.) dilaksanakan, semua pejabat negara dari menteri sampai poejabat terbawah harus menempuh ujian negara dengan bahan ujian isi Kitab Klasik.Semua raja juga harus mempelajari Kitab Klasik ini Sistem ujian negara ini berjalan terus hingga berakhirnya dinasti Ching ( 1911 ).Pada akhir abad XX ini Kitab Klasik itu dipelajari kembali di kalangan intelektual Tiongkok terutama para filsufnya.

Menurut Xun Zi hukum negara harus selalu disesuaikan dengan perkembangan jaman, mengikuti kemajuan peradaban manusia. Di jaman modern ini Undang-Undang Dasar negara besar seperti Amerika Serikat juga mengakami perubahan ( Bagir Manan 2000, hal 1 ). Selain Kitab Klasik sumber hukum adalah kecerdasan ( zhi ) dan hatinurani manusia ( Lu ). Untuk memutuskan perkara di pengadilan peran hakim sangat penting maka ia harus cerdas dan memiliki hatinurani agar keputusannya memberi rasa keadilan kepada masyarakat. Jaman sekarang keputusan hakim juga harus memenuhi rasa keadilan ( Bismar Siregar , 1996 Hal: 3 ).

Penegakan hukum dalam negara hukum itu mutlak, karena menentukan keberhasilan pembangunan moral bangsa dan pembangunan ekonomi rakyat. Apabila hukum tidak ditegakkan yang paling dirugikan adalah rakyat kecil, mereka tidak berdaya menghadapi pemerasan para pejabat korup dan penjahat berdarah dingin. Pada abad XIX Pemerintahan Dinasti Ching sangat lemah, negara kacau maka banyak orang yang meninggalkan negeri Tiongkok dan merantau ke luar negeri.

Menurut Rudolf Stammler (1856 – 1938 ), hukum mempunyai sifat 1, berasal dari kemauan yuridis , 2, menggabungkan manusia secara lahiriah,3 , menguasai kehidupan sosial manusia 4, kekuatannya mutlak.( Huijbers ,1982 hal 53 ). Pendapat Stammler ini nomor 2, 3, 4, dpat dibenarkan oleh Xun Zi , namun yang nomor 1 yaitu hukum berasal dari kemauan yuridis ini atinya hukum tidak normatif. Menurut Xun Zi hukum itu normatif karena bersumber pada norma yang sudah diterapkan pada masa lalu, dalam pelaksanaan selanjutnya diadakan

(9)

perubahan bila sudah tidak sesuai, tujuan dari perubahan itu untuk mempertahankan nilai kebajikan dan keadilan dan rasa susila masyarakat. Misalnya di negeri Barat sekarang aborsi tidak dilarang, karena masyarakat sudah menerima, Xun Zi lebih mengutamakan pertimbangan moral, aborsi adalah pembunuhan manusia yang tidak berdosa, membunuh manusia tidak berdosa adalah melanggar rasa keadilan. Hukum yang mengijinkan aborsi adalah hukum yang tidak berlandaskan kebajikan dan keadilan.

Filsafat hukum Xun Zi ini disebut Valutional Political Theory, menurut Thomas F. Jenkin, yaitu dengan landasan moral menenrukan norma-norma perilaku politik. Valutional political theory mencoba mengatur hubungan antar anggota masyarakat sedemikian rupa sehingga di satu pihak memberi kepuasan perorangan, dan di pihak lain membimbingnya menuju suatu struktur masyarakat politik yang stabil dan dinamis( Busro dan Busroh 1984, hal: 24 ).

Dasar dari rasa keadilan manusia menurut Konfusianisme dari hatinurani, dari rasa tepasalira ( Zhongshu ), apa yang tidak engkau inginkan orang lain berbuat terhadapmu jangan kau perbuat pada orang lain. Sebaliknya kalau kau ingin tegak bantulah orang lain tegak, kalau kau ingin sukses bantulah orang lain sukses ( Zhong Yong bab XII ). Xun Zi mendukung pendapat ini, ia berpendapat bahwa rasa tepasalira manusia itu tergantung dari sensitivitas orangnya, orang yang berpendidikan baik ( well educated ) pengetahuannya luas dan mendalam, orang ini lebih sensitive dari pada orang yang kurang baik pendidikannya. Dalam masyarakat terpelajar seharusnya pelanggaran hukum tidak banyak seperti dalam masyarakat tidak terpelajar, namun kenyataanya dalam masyarakat terpelajar kejahatannya lebih mengerikan misalnya pembobolan bank, money politic, korupsi, kolusi, nepotisme.( Homer 1973 . hal : 5 ).

Xun Zi , Kong Zi dan Meng Zi membedakan dua macam manusia a, orang bermoral dan bijak disebut junzi , b, orang yang bermoral buruk disebut xiaoren . Orang yang bermoral baik bila memiliki kemampuan atau kepandaian untuk menolong yang lemah dan membutuhkan pertolongan, sebaliknya orang

(10)

yang bermoral buruk bila memiliki kemampuan atau kepandaian untuk kepentingan diri sendiri. Menurut Xun Zi orang yang bermoral buruk harus diwaspadai dan jangan diberi jabatan penting, keburukan moral itu sudah menjadi watak dasar ( ben xing e ).Untuk mengetahui baik buruk watak manusia dilihat perilakunya masa lalu.

(11)

SUMBER BACAAN

Bagir Manan, 2000,Teori dan Politik Konstitusi, Ditjen Dikti. Departeman Pendidikan

Nasional.

Bismar Siregar, 1996 .Rasa Keadilan. Pt Bina Ilmu. Surabaya.

Busro, H. Abubakar dan Busroh, Abubakar , 1984 ,Hukum Tata Negara . Ghalia Indonesia.

Homer, Dubs. 1973.The Works Of Hsun Tse . Taiwan.

Huijbers, Theo. 1982 .Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah Penerbit Kanisius.

Notohamidjojo, O. 1970 .Makna Negara Hukum. Universitas Kristen dan IKIP Satya

Referensi

Dokumen terkait

didapatkan hasil bahwa 60% siswi berprilaku baik dalam menjaga genitalia eksternanya dan 40% siswi berprilaku buruk dalam menjaga genitalia eksternanya Melihat

Sistem penjaminan mutu Insitusi dan prodi berjalan dengan baik. Penerapan standar dan prosedur mutu melalui tahapan prosedur kerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

Pada konteks tindakan berdasarkan Hermeneutik Kritis Jurgen Habermas dalam buku The Theory of Communication Action, ada empat tindakan yang dibagi oleh Habermas

Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan antara kelas dengan penerapan metode GI dan kelas dengan penerapan metode TGT terhadap hasil belajar

Representasi makna keadilan dari dialog di atas adalah sebagai berikut: terlihat pada percakapan di atas, terlihat nilai moral keadilan pada tokoh Pastor

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37 ayat (2) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 31 Tahun 2018

1 2 3 4 CPU Upgrade Error Kemudahan Penggunan Monitor Error Kemudahan Penggunaan Keyboard Error Kemudahan Penggunaan Mouse Error Kemudahan Penggunaan

Pada kedua stasiun ini juga, kecepatan arusnya tidak terlalu kuat sehingga memudahkan bagi ikan-ikan tersebut untuk makan seperti genus Siganus yang merupakan ikan herbivora