• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. rangka berinteraksi dengan negara-negara lain. Pola interaksi hubungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. rangka berinteraksi dengan negara-negara lain. Pola interaksi hubungan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Internasional sangat diperlukan oleh suatu negara dalam rangka berinteraksi dengan negara-negara lain. Pola interaksi hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik oleh pelaku negara-negara maupun oleh pelaku-pelaku bukan negara.1 Hubungan internasional telah berkembang secara pesat sejak di tandatanganinya Perjanjian West Phalia tahun 1648.2 Hubungan internasional yang dilakukan antar negara sebagai subjek hukum internasional berlangsung dengan sangat dinamis dan harus dibina berdasarkan prinsip persamaan hak dan hak untuk menentukan nasib sendiri dengan tidak mencampuri urusan dalam negeri suatu negara.

Hubungan internasional diperlukan bukan hanya untuk kepentingan nasional suatu negara tetapi juga untuk kepentingan-kepentingan regional bahkan global dengan harapan kerjasama yang dilakukan dapat memberikan keuntungan bagi masing-masing negara yang bekerjasama. Selain menunjukkan eratnya hubungan antar negara, hubungan internasional juga

1 T. May Rudy, 2003, Hubungan Internasional Kontemporer Dan Masalah-Masalah Global, Refika Aditama, Bandung, hlm. 2.

2 J.G. Starke, 1984, Introduction to International Law, Ninth Edition,Butterworths, London, hlm. 11-12. Perjanjian perdamaian Westphalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah hukum internasional modern, bahkan dianggap sebagai suatu peristiwa yang meletakkan dasar masyarakat internasional modern yang didasarkan atas negara-negara nasional.

(2)

merupakan manifestasi sikap saling menghormati yang dilakukan antar negara untuk meningkatkan hubungan yang lebih baik.3 Hubungan kerjasama antar negara-negara tersebut biasanya dilakukan dengan membuka hubungan diplomatik dan hubungan konsuler. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu instrumen hubungan luar negeri yang merupakan kebutuhan bagi setiap negara untuk memajukan dan melindungi kepentingan nasional negaranya.4

Hubungan konsuler menjadi salah satu hal yang penting dalam menjalin hubungan antar negara yang saling bersahabat dengan cara saling menempatkan perwakilan-perwakilan konsulernya.5 Penempatan perwakilan konsuler pada suatu negara merupakan hal yang penting untuk dijalin oleh sebuah negara dengan negara lain dalam rangka menjalankan peran negara dalam pergaulan internasional dan perkembangan tatanan internasional. Perwakilan konsuler tersebut akan menjalankan fungsi-fungsi tertentu yang berkaitan dengan kepentingan negara yang diwakilinya dengan negara mana ia ditempatkan. Para perwakilan konsuler dapat melibatkan dirinya pada proses hubungan luar negeri, perumusan kebijakan termasuk pelaksanaannya yang bertindak atas nama negara atau atas tanggung jawab negara.

Perwakilan konsuler membutuhkan suatu jaminan keleluasaan untuk bertindak di negara penerima, oleh karena itu hukum internasional melalui

3 Masyhur Effendi, 1993, Hukum Diplomatik Internasional; Hubungan Politik Bebas Aktif

Asas Hukum Diplomatik Dalam Era Ketergantungan Antar Bangsa, Usaha Nasional, Surabaya, (Selanjutnya Masyhur Effendi 1), hlm. 78.

4 Sumarsono Mestoko, 1988, Indonesia dan Hubungan Antar-Bangsa, Sinar Harapan, Jakarta, hlm. 5.

5 R.G. Feltham, 1982, Diplomatic Handbook, Fourth Edition, Longman, London and New York, hlm. 2.

(3)

Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler,6 memberikan jaminan kepada perwakilan konsuler berupa hak kekebalan dan hak istimewa. Hak kekebalan dan keistimewaan yang diperoleh oleh perwakilan konsuler agar dapat menjalankan misinya secara bebas dan aman, diberikan atas dasar timbal balik antara negara-negara yang mengadakan hubungan. Bagian II Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler telah mengatur mengenai kemudahan, hak istimewa dan kekebalan bagi pejabat konsuler karier dan anggota perwakilan konsuler lainnya. Pasal 40 Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler mengatur mengenai perlindungan bagi pejabat konsuler menyatakan “The receiving State shall treat consular officers with due respect and shall take all appropriate steps to prevent any attck on their person, freedom or dignity”.7

Hak kekebalan dan keistimewaan perwakilan konsuler yang secara umum telah diatur dalam Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler bukan merupakan satu-satunya pengaturan hubungan konsuler, karena disamping kaidah tersebut, khususnya mengenai keistimewaan dapat juga ditentukan oleh perjanjian bilateral antara negara penerima dengan negara pengirim sepanjang perjanjian tersebut hanya merupakan penegasan atau

6Vienna Convention on Consular Realtions, 1963, Done at Vienna on 24 April 1963. Entered

into force on 19 March 1967. United Nations, Treaty Series, vol. 596, p. 261 Copyright United Nations 2005, selanjutnya disebut Konvensi Wina Tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler. 7Article 40 Vienna Convention on Consular Realtions, 1963. Lihat juga terjemahan Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler, Himpunan Peundang-udangan Tentang Hubungan Luar Negeri Republik Indonesia, Pasal 40 Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler yang menyatakan bahwa negara penerima harus memperlakukan pejabat konsuler dengan penuh hormat dan harus mengambil semua langkah yang patut untuk mencegah setiap serangan atas diri pribadinya, kebebasan, dan martabatnya.

(4)

penjabaran serta ketentuan perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan kaidah hukum dalam Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler.8

Negara penerima terikat untuk memberikan perlindungan dan memperlakulan perwakilan negara lain seperti halnya perlakuan yang ditujukan pada suatu kepala negara, bahkan kekebalan dan keistimewaan tersebut juga diberikan kepada keluarga, dan gedung perwakilannya. Pelanggaran terhadap hak kekebalan maupun hak istimewa perwakilan negara pengirim di negara penerima dapat menimbulkan tanggung jawab negara dan hubungan yang tidak baik karena negara penerima dianggap tidak dapat memberikan perlindungan yang cukup untuk mencegah tindakan-tindakan yang dapat mengancam para perwakilan negara sebagaimana diatur dalam Konvensi Internasional.

Salah satu bentuk pelanggaran terhadap hak kekebalan dan hak istimewa perwakilan konsuler suatu negara sesuai dengan Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler dapat berupa perlakuan yang tidak hormat dilakukan oleh negara penerima, bahkan tindakan dari negara penerima yang tidak mengambil segala tindakan apapun untuk menjaga keselamatan, kebebasan aktifitas dan martabat pejabat konsuler. Tindakan tidak hormat dari negara penerima yang menimbulkan kerugian bagi para perwakilan negara lain hingga menyinggung martabat perwakilan tersebut, maka dapat diartikan bahwa tindakan tersebut merupakan penyinggungan terhadap negara pengirim

8 Widodo, 2009, Hukum Diplomatik dan Konsuler Pada Era Globalisasi, Laksbang Justitia, Surabaya, (Selanjutnya Widodo 1), hlm. 245-246.

(5)

sehingga dapat menyebabkan hubungan antara negara pengirim dan penerima perwakilan menjadi tidak harmonis.

Pasal 41 ayat (1) Konvensi Wina 1963 telah mengatur bahwa

“Consular officers shall not be liable to arrest or detention pending trial, except in the case of a grave crime and pursuant to a decision by the competent judicial authority”. Pribadi pejabat konsuler bebas dari yurisdiksi pengadilan sehingga tidak dapat diganggu gugat, kecuali dalam kejahatan yang dianggap berat berdasarkan keputusan penguasa yudisial yang berwenang. Meskipun pengaturan mengenai kekebalan pejabat konsuler telah diatur secara tegas pada Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler, namun pada pelaksanaannya masih banyak terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh negara penerima terhadap perwakilan konsuler negara pengirim.

Pelanggaran terhadap kekebalan perwakilan pejabat konsuler sebagaimana yang diatur dalam Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler terjadi pada kasus Devyani Khobragade, seorang pejabat Konsuler India berusia 39 tahun yang ditangkap di New York saat hendak mengantar anaknya sekolah.9 Agen khusus biro keamanan diplomatik Amerika Serikat menangkap Devyani Khobragade yang merupakan wakil Konsul Jenderal India di New York untuk urusan politik, ekonomi, komersial dan perempuan, dengan tuduhan penipuan atau penyalahgunaan visa dan membuat pernyataan atau

9 Washington Post, New indictment filed against Indian diplomat Devyani Khobragade in U.S.

visa-fraud case, 14 Maret 2014, URL: https://www.washingtonpost.com/world/asia_pacific/new-

indictment-filed-against-indian-diplomat-devyani-khobragade-in-us-visa-fraud-case/2014/03/14/0074dd80-abb0-11e3-adbc-888c8010c799_story.html, diakses pada tanggal 13 Februari 2016.

(6)

dokumen palsu untuk tujuan merekrut seorang warga India yaitu Sangeeta Richard untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumahnya.10 Devyani Khobragade mengklaim bahwa dia membayar Sangeeta Richard sebagai pembantu rumah tangga dirumahnya dengan jumlah US$ 4500 perbulan, sementara sebenarnya Devyani Khobragade hanya membayar pembantu rumah tangganya dengan jumlah US$ 573 per bulan dan memperkerjakan pembantunya lebih dari 40 jam seminggu.11

Setelah penangkapan tersebut, Menteri Luar Negeri India yaitu Sujatha Singh memanggil utusan Amerika Serikat di New Delhi yaitu Nancy Powell dan mengajukan protes atas "perlakuan yang tidak dapat diterima" yang dilakukan terhadap Devyani Khobragade.12 Juru bicara Departemen Luar negeri Amerika Serikat membenarkan bahwa Devyani Khobragade ditangkap oleh agen khusus biro keamanan diplomatik Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, tetapi kemudian diserahkan ke para pejabat penegak hukum setempat dan instansi lain yang bertanggung jawab untuk memproses kasusnya di pengadilan federal.

10 The Times of India, Who is Devyani Khobragade, 19 Desember 2013, URL: http://timesofindia.indiatimes.com/india/Who-is-Devyani-Khobragade/articleshow/27659238.cms, diakses pada tanggal 13 Februari 2016.

11 Washington Post, New indictment filed against Indian diplomat Devyani Khobragade in

U.S. visa-fraud case, 14 Maret 2014, URL:

https://www.washingtonpost.com/world/asia_pacific/new-indictment-filed-against-indian- diplomat-devyani-khobragade-in-us-visa-fraud-case/2014/03/14/0074dd80-abb0-11e3-adbc-888c8010c799_story.html, diakses pada tanggal 13 Februari 2016.

12 New York Times, Outrage in India, and Retaliation, Over a Female Diplomat’s Arrest in

New York, 17 Desember 2013, URL: http://www.nytimes.com/2013/12/18/world/asia/outrage-in-india-over-female-diplomats-arrest-in-new-york.html?_r=1, diakses pada tanggal 13 Februari 2016.

(7)

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan bahwa penangkapan yang dilakukan terhadap Devyani Khobragade telah mengikuti standar prosedur penangkapan yang ada di Amerika Serikat, bahkan Devyani Khobragade diperlakukan secara lebih bijaksana. Dalam dokumen pedoman penegakan hukum dan kekuasaan kehakiman departemen luar negeri Amerika Serikat untuk kantor misi asing terkait dengan kekebalan diplomatik dan konsuler dinyatakan bahwa sebagian besar dari hak istimewa dan kekebalan tidaklah mutlak, dan aparat penegak hukum serta polisi memiliki tanggung jawab yang fundamental untuk melindungi dan mengatur perilaku orang yang tinggal di Amerika Serikat agar sesuai dengan peraturan hukum yang ada.13

Anggota konsuler seperti Devyani Khobragade pada saat penangkapannya, tidak memiliki tingkat kekebalan yang sama dengan mereka yang bekerja di misi diplomatik sebagaimana diatur pada Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik.14 Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan bahwa Devyani Khobragade hanya memiliki kekebalan konsuler yang memberikan perlindungan dirinya dari penangkapan yang berkaitan dengan tugas-tugas resmi konsuler, dan tidak memberikan perlindungan untuk kejahatan yang dilakukan di Amerika Serikat.15 Penipuan atau penyalahgunaan visa dan membuat pernyataan atau dokumen palsu kepada Pemerintah Amerika

13 United States Department of State Bureau of Diplomatic Security, Diplomatic and Consular

Immunity: Guidance for Law Enforcement and Judicial Authorities, hlm. 1. URL: http://www.state.gov/documents/organization/150546.pdf, diakses pada tanggal 1 Maret 2016. 14 Vienna Convention on Diplomatic Relations, 1961, Done at Vienna on 18 April 1961.

Entered into force on 24 April 1964. United Nations, Treaty Series, vol. 500, p.95. Copyright United Nations 2005. Selanjutnya disebut Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik. 15 Cable News Network (CNN), Indian diplomat arrested, strip-searched: Does she have

immunity?, 18 Desember 2013, URL: http://edition.cnn.com/2013/12/18/justice/indian-diplomat-immunity/?hpt=hp_t1, diakses pada tanggal 13 Februari 2016.

(8)

Serikat yang dilakukan oleh Devyani Khobragade merupakan suatu pelanggaran terhadap Undang-Undang Amerika Serikat dan dapat dikategorikan sebagai tindakan kejahatan transnasional menurut konvensi internasional karena telah melakukan bentuk pemaksaan terhadap pembantu rumah tangganya untuk bekerja lebih dari ketentuan yang ada serta membayarnya dibawah upah minimum Amerika Serikat.

Akibat dari penangkapan terhadap Devyani Khobragade di Amerika Serikat, Pemerintah India melakukan tindakan tegas dengan melakukan sejumlah langkah, seperti memanggil Duta Besar Amerika Serikat untuk India,16 meminta semua perwakilan diplomat Amerika Serikat yang ditempatkan di India untuk menyerahkan kartu identitas mereka yang sebelumnya diberikan oleh Kementerian Luar Negeri India dan juga mencabut beberapa hak istimewa yang dimiliki oleh semua perwakilan diplomat Amerika Serikat yang bekerja di India.17 Dengan dicabutnya kartu identitas tersebut, kini pejabat perwakilan Diplomatik Amerika Serikat tidak bisa mempercepat perjalanannya di India.18 Tindakan lainnya yang dilakukan oleh Pemerintah India yaitu menarik barikade polisi yang berada di luar kedutaan besar Amerika Serikat di New Delhi dan melepas labirin keamanan berupa beton di

16 Gardiner Harris, Outrage in India, and Retaliation, Over a Female Diplomat’s Arrest in

New York, 17 Desember 2013, URL: http://www.nytimes.com/2013/12/18/world/asia/outrage-in-india-over-female-diplomats-arrest-in-new-york.html, diakses pada tanggal 2 Maret 2016.

17 Australia Network News, US admits diplomat Devyani Khobragade strip-searched as India

launches reprisals over arrest, 18 Desember 2013, URL: http://www.abc.net.au/news/2013-12-18/an-india-us-diplomat-arrest/5163076, diakses pada tanggal 13 Februari 2016.

18 New York Times, India Tires of Diplomatic Rift over Arrest of Devyani Khobragade, 20 Desember 2014, URL: http://www.nytimes.com/2014/12/21/world/asia/india-tires-of-diplomatic-rift-over-arrest.html, diakses pada tanggal 2 Maret 2016.

(9)

luar kedutaan yang dimaksudkan untuk melindungi kantor kedutaan tersebut, serta akses bagi staf diplomatik Amerika Serikat ke bandar udara juga dibatasi oleh Pemerintah India.19

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dilihat bahwa suatu negara penerima wajib memberikan hak kekebalan dan keistimewaan terhadap perwakilan konsuler negara pengirim sesuai dengan hukum internasional khusunya Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler, namun para perwakilan konsuler juga harus menaati dan menghomati peraturan yang berlaku di negara penerima tersebut, karena kekebalan yang dimiliki pejabat konsuler sangat terbatas apabila melakukan suatu pelanggaran terhadap Undang-Undang negara penerima. Selain itu, mengenai tindakan pembalasan yang dilakukan oleh Pemerintah India terhadap perwakilan diplomatik Amerika Serikat tentunya tetap harus memperhatikan hak istimewa dan kekebalan sebagaimana yang diatur pada Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik dan peraturan hukum internasional lainnya. Sehingga menjadi sesuatu yang menarik untuk penulis teliti mengenai keabsahan tindakan penangkapan yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Devyani Khobragade sebagai perwakilan konsuler India, serta keabsahan tindakan pembalasan yang dilakukan oleh Pemerintah India terhadap perwakilan diplomatik Amerika Serikat.

19 New York Times, India Tires of Diplomatic Rift over Arrest of Devyani Khobragade, 20 Desember 2014, URL: http://www.nytimes.com/2014/12/21/world/asia/india-tires-of-diplomatic-rift-over-arrest.html, diakses pada tanggal 13 February 2016.

(10)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis mengangkat dua permasalahan yang meliputi:

1. Bagaimana keabsahan penangkapan yang dilakukan terhadap Devyani Khobragade sebagai perwakilan konsuler India ditinjau dari hukum internasional?

2. Bagaimana keabsahan tindakan pembalasan yang dilakukan oleh Pemerintah India terhadap perwakilan diplomatik Amerika Serikat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis keabsahan penangkapan yang dilakukan terhadap

Devyani Khobragade sebagai perwakilan konsuler India ditinjau hukum internasional.

2. Menganalisis keabsahan tindakan pembalasan yang dilakukan oleh Pemerintah India terhadap perwakilan diplomatik Amerika Serikat.

D. Keaslian Penelitian

Sepanjang penulusuran dan pengamatan yang dilakukan terhadap berbagai hasil penelitian, belum ada yang membahas topik dan permasalahan yang sama seperti pembahasan dalam penelitian ini. Namun, dari penulusuran dan pengamatan tersebut, ditemukan beberapa hasil penelitian yang dianggap memiliki kemiripan dengan substansi dalam penelitian ini yang membahas permasalahan mengenai kekebalan dan keistimewaan pejabat konsuler menurut

(11)

Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler serta kekebalan dan keistimewaan pejabat diplomatik menurut Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik. Selanjutnya memiliki kemiripan dengan pembahasan secara umum mengenai kasus Devyani Khobragade yang dirumuskan dalam penelitian ini, tetapi berbeda dalam pengkajian masalahnya, yakni sebagai berikut :

1. Dharmik Barot, “Devyani Khobragade’s Issue Relating to Diplomatic

Immunity vis-a-vis Consular Immunity”, International Journal for

Legal Developments and Allied Issues, Volume 2, Issue 1, Januari 2016. Jurnal internasional yang ditulis oleh Dharmik Barot membahas permasalahan mengenai kekebalan diplomatik dan konsuler dalam kasus-kasus pidana terutama terkait dengan kasus Amerika Serikat dengan Devyani Khobragade. Hasil pembahasan dari jurnal ini bahwa seorang pejabat diplomatik akan menikmati kekebalan dari yurisdiksi kriminal negara penerima. Pejabat diplomatik juga akan menikmati kekebalan dari yurisdiksi sipil dan administrasi. Dengan demikian, pejabat diplomatik kebal dari yurisdiksi pidana negara penerima. Seorang pejabat diplomatik tidak bertanggung jawab untuk segala bentuk penangkapan atau penahanan. Para diplomat hanya dapat dituntut atas kejahatan yang mereka lakukan jika adanya persetujuan negara mengirimkan untuk mencabut kekebalan yang dimiliki oleh pejabat diplomatiknya. Selanjutnya mengenai pejabat konsuler, ia tidak akan ditangkap atau ditahan kecuali dalam kasus kejahatan serius dan

(12)

penangkapan yang dilakukan tersebut harus mengikuti keputusan yang dibuat oleh otoritas yudisial yang berkompeten. Pejabat konsuler tidak dapat dimasukkan ke dalam penjara atau dikenakan segala bentuk lain dari pembatasan atas kebebasan pribadi mereka kecuali dalam pelaksanaan hukum atas suatu keputusan terakhir dari pengadilan. Namun, jika terdapat proses pidana yang dikenakan terhadap pejabat konsuler, maka pejabat tersebut harus menghadapinya dan proses tersebut harus dilakukan dengan cara menghormati posisi resminya dan tidak mengganggu pelaksanaan fungsi kedinasan konsuler. Kekebalan dari yurisdiksi pengadilan dibatasi dalam masalah kriminal dan sipil untuk tindakan yang dilakukan dalam kegiatan resmi fungsi konsuler. Jadi dari ketentuan yang terdapat dalam Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler, bahwa petugas konsuler tidak dilindungi dari tindakan kriminal yang mereka lakukan diluar tindakan penting untuk melakukan fungsi resminya sebagai pejabat konsuler. Kesimpulan dari jurnal ini bahwa sesuai dengan ketentuan Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler, Devyani Khobragade diberikan kekebalan konsuler hanya dalam rangka melakukan fungsi resmi konsuler. Sehingga, menuntut Devyani di Amerika Serikat dengan alasan penipuan atau penyalahgunaan visa dan membuat pernyataan atau dokumen palsu tidak akan melanggar kekebalan yang diberikan kepadanya sesuai dengan Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler. Persamaan mengenai pembahasan dalam jurnal

(13)

tersebut dengan penelitian ini adalah pembahasan mengenai kekebalan dan keistimewaan konsuler serta diplomatik terutama kekebalan yang dimiliki oleh Devyani Khobragade dalam melaksanakan fungsi resminya sebagai perwakilan konsuler. Selain itu, membahas juga kasus Devyani Khobragade secara umum. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah pembahasan mengenai pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Devyani Khobragade terhadap peraturan hukum internasional maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku di Amerika Serikat. Selain itu juga, membahas mengenai keabsahan tindakan penangkapan yang dilakukan terhadap Devyani Khobragade sebagai perwakilan konsuler India. Penelitian ini juga membahas mengenai keterkaitan penipuan atau penyalahgunaan visa dan membuat pernyataan atau dokumen palsu yang dilakukan oleh Devyani Khobragade dan tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap pembantu rumah tangganya dikaitkan dengan konvensi internasional yang mengatur mengenai perdagangan manusia. Selanjutnya, penelitian ini juga membahas mengenai keabsahan dari tindakan pembalasan yang dilakukan oleh Pemerintah India terhadap Perwakilan Diplomatik Amerika Serikat di India menurut hukum internasional serta membahas mengenai pertanggungjawaban Pemerintah India terkait dengan tindakan pembalasan yang dilakukan terhadap perwakilan diplomatik Amerika Serikat.

(14)

2. Md. Shibly Islam, Devyani Khobragade Incident : A Legal Analysis in the Light of International Law, Journal of Law, Policy and Globalization, Vol. 28, 2014. Jurnal internasional yang ditulis oleh Md. Shibly Islam membahas permasalahan mengenai konsep kekebalan dan keistimewaan diplomatik serta konsuler berdasarkan hukum internasional dan evaluasi terhadap insiden Devyani Khobragade menurut Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik dan Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler. Hasil pembahasan dari jurnal ini bahwa hak istimewa dan kekebalan khusus yang diberikan kepada perwakilan diplomatik dan konsuler asing mencerminkan aturan yang dikembangkan antara bangsa-bangsa di dunia tentang cara menjalin hubungan internasional yang baik. Konsep yang mendasari hak istimewa dan kekebalan tersebut adalah bahwa perwakilan asing dapat menjalankan tugasnya secara efektif hanya jika mereka diberikan hak istimewa dan kekebalan dari praktik penerapan penegakan hukum negara tuan rumah. Terdapat beberapa perbedaan antara kekebalan dari petugas konsuler dan petugas diplomatik. Pejabat diplomatik tidak dapat dikenakan penangkapan dan penahanan serta memiliki kekebalan dari yurisdiksi pengadilan pidana, perdata, maupun administrasi negara penerima sesuai dengan ketentuan dalam Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik. Khusus mengenai kekebalan konsuler, Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler telah mengatur mengenai kekebalan konsuler

(15)

dalam Pasal 41 konvensi tersebut. Apabila terjadi penangkapan atau penahanan sementara untuk menunggu proses pemeriksaan di pengadilan atas anggota staf konsuler atau dalam hal peradilan pidana, negara penerima harus segera mungkin memberitahukan hal tersebut kepada kepala perwakilan konsuler yang terkait. Jika yang ditangkap atau ditahan sementara untuk menunggu proses pemeriksaan di pengadilan atau dalam hal kasus kejahatan tersebut adalah kepala kantor konsuler maka negara penerima wajib memberitahu negara pengirim melalui saluran diplomatik. Terkait hal tersebut, penangkapan yang dilakukan terhadap wakil konsulat jenderal India Devyani Khobragade dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepadanya dan kepada kepala konsuler, sehingga penangkapan yang dilakukan terhadap Devyani Khobragade tanpa memberitahu kepala konsuler adalah jelas melanggar Pasal 42 Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler yang dilakukan oleh otoritas Amerika Serikat. Kesimpulan dari jurnal ini bahwa dalam hukum internasional, pemberian kekebalan dan keistimewaan diplomatik serta konsuler tidak dimaksudkan untuk melanggar hukum dan sengaja untuk menghindari tanggung jawab atas tindakan mereka. Tujuan dari hak istimewa dan kekebalan yang diberikan untuk menjamin para perwakilan negara pengirim agar dapat bekerja secara efisien dan efektif dalam melaksanakan fungsi resminya. Persamaan jurnal tersebut dengan penelitian ini adalah pembahasan mengenai hak

(16)

istimewa dan kekebalan yang dimiliki oleh pejabat konsuler menurut Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler serta hak istimewa dan kekebalan yang dimiliki oleh pejabat diplomatik menurut Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik. Selain itu juga memiliki persamaan dalam pembahasan kasus Devyani Khobragade secara umum. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah pembahasan mengenai pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Devyani Khobragade terhadap peraturan hukum internasional maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku di Amerika Serikat. Selain itu juga, membahas mengenai keabsahan tindakan penangkapan yang dilakukan terhadap Devyani Khobragade sebagai perwakilan konsuler India. Penelitian ini juga membahas mengenai keterkaitan penipuan atau penyalahgunaan visa dan membuat pernyataan atau dokumen palsu yang dilakukan oleh Devyani Khobragade dan tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap pembantu rumah tangganya dikaitkan dengan konvensi internasional yang mengatur mengenai perdagangan manusia. Selanjutnya, penelitian ini juga membahas mengenai keabsahan dari tindakan pembalasan yang dilakukan oleh Pemerintah India terhadap Perwakilan Diplomatik Amerika Serikat di India menurut hukum internasional serta membahas mengenai pertanggungjawaban Pemerintah India terkait dengan tindakan pembalasan yang dilakukan terhadap perwakilan diplomatik Amerika Serikat.

(17)

E. Manfaat Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini, diharapkan terdapat manfaat yang dapat diambil. Manfaat penelitian meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis. Penjelasan daripada manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah keahlian meneliti dan keterampilan menulis bagi penulis, menambah pengetahuan, sumbangan pemikiran dalam pemecahan suatu masalah hukum, dan bacaan baru bagi penelitian ilmu hukum.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan masukan kepada pihak-pihak yang menjalin suatu hubungan internasional dengan negara lain untuk tetap saling menghormati hak kekebalan dan hak istimewa yang dimiliki oleh para masing-masing perwakilan negara, serta harus tetap menghormati peraturan-peraturan hukum yang berlaku di negara lain dan konvensi-konvensi internasional yang terkait.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.18 Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Partisipasi Buah Pikiran 57 Tabel 4.19 Frekuensi Partisipasi Petani dalam Harta Benda

Coklat kemerahan (5YR4/4), liat, gumpal bersudut sedang, agak teguh, perakaran halus sedang, pori mikro sedang, pH 4.2, selaput liat jelas tipis, sedikit, batas horison berangsur

Protein ( asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti “ yang paling utama” ) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer

dilakukan ketika mereka saling bertemu sesama anggota entah mereka saling mengenal atau tidak mereka di haruskan saling tegur sapa tersebut, hal ini cara mereka

Pajak merupakan iuran wajib yang diberlakukan setiap Wajib Pajak atas obyek pajak yang dimilikinya dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah. Undang-undang yang mengatur

Adapun jenis jenis anak berkebutuhan khusus (ABK) yang ada di sekolah luar biasa SMALB di Kota Banjarmasin adalah seperti tunagrahita, tunarungu, tuna laras dan tuna ganda. Kondisi

ILMU DIPLOMATIK MELAYU DALAM KESUSASTERAAN MELAYU TRADISIONAL 4.1 Pengenalan 4.2 Strategi Diplomatik Melayu dalam Naskhah Sastera Melayu Tradisional 4.3 Pemilihan Dan

Berikut ini sejumlah rekomendasi yang dapat diberikan sebagai peserta KKN-BBM ke-54 untuk pihak-pihak yang bersangkutan dan berkepentingan agar dapat diperhatikan, sehingga