1
1
RESIDENCE SURABAYA
Nama Mahasiswa : Elis Pancawati
NRP : 3107 100 612
Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS
Dosen Pembimbing : Ir. Retno Indryani, MS
Abstrak
Dalam pembangunan sebuah proyek konstruksi, persediaan material merupakan bagian yang sangat penting karena selain berperan dalam menunjang kelancaran seluruh aktifitas pelaksanaan pekerjaan juga membutuhkan dana atau investasi yang cukup besar. Apabila persediaan material tidak dapat memenuhi kebutuhan maka berpengaruh pada jadwal penyelesaian pekerjaan serta pembengkakan biaya total proyek, sedangkan apabila persediaan berlebih, maka menimbulkan biaya penyimpanan yang tinggi. Untuk menjaga agar dana yang diperlukan pada tingkat seekonomis mungkin serta tingkat persediaan dapat tetap memenuhi kebutuhan dalam jumlah dan waktu yang tepat maka diperlukan perencanaan persediaan material yang baik agar proses penyelesaian pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Pada tugas akhir ini penulis mengambil obyek pada proyek pembangunan Trillium Office & Residence Surabaya. Metode yang digunakan dalam perencanaan persediaan material pada Proyek Trillium Office and Residence Surabaya ini adalah metode Material Requirement Planning (MRP) yang terdiri dari 4 (empat) tahapan mendasar yaitu perhitungan kebutuhan kotor (eksplosion), perhitungan kebutuhan bersih (netting), perhitungan jumlah pemesanan (lotting) serta penentuan waktu pemesanan (offsetting). Pada tahapan lotting digunakan 4 teknik lot size yaitu teknik Lot for Lot, Economic Order Quantity, Period Order Quantity dan Part Period Balancing. Dengan metode ini dilakukan pengolahan data yang berupa jumlah kebutuhan material, biaya pesan dan biaya simpan serta lead time guna memperoleh jumlah pesanan yang optimal dengan biaya persediaan minimal.
Dari hasil analisa yang dilakukan menunjukkan bahwa teknik lotsizing yang membentuk biaya persediaan minimum hampir di setiap jenis material adalah teknik Part Period Balancing, kecuali untuk jenis material beton ready mix yang biaya persediaan minimumnya dari teknik Lot for Lot. Sedangkan untuk beberapa jenis material biaya persediaan minimumnya juga dapat dibentuk dari teknik Period Order Quantity seperti pada material besi beton Ø10, besi beton D16 dan besi beton D22. Total biaya persediaan material minimum untuk multipleks 15 mm Rp. 71.022.187,28; kayu meranti 5/7 Rp. 66.123.730,82; kayu meranti 6/12 Rp. 61.258.516,48; kayu meranti 8/12 Rp. 25.302.985,97; besi beton Ø8 Rp. 35.071.376,65; besi beton Ø10 Rp. 31.634.641,78; Rp. Besi beton D10 Rp. 212.213.235,75; besi beton D13 Rp. 119.494.760,49; Rp. Besi beton D16 Rp. 30.560.745,22; besi beton D19 Rp. 116.929.321,66; besi beton D22 Rp. 85.311.784,28; besi beton D25 Rp. 78.630.726,03; beton ready mix 300 Rp. 225.472.600,00; dan beton ready mix K-350 Rp. 65.892.600,00.
Kata kunci : Material, Metode MRP, Persediaan, Lot Size
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persediaan material merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah proyek konstruksi. Hal ini disebabkan karena persediaan material berperan dalam menunjang
yang berkaitan dengan persediaan merupakan komponen pembentuk biaya pelaksanaan proyek konstruksi yang terbesar sehingga membutuhkan dana atau investasi yang cukup besar pula. Sedangkan usaha untuk menjaga agar jumlah dana yang diperlukan berada pada tingkat seekonomis mungkin adalah hal yang tidak mudah tergantung pada perencanaan dan pengendalian persediaan material tersebut.
Pada kenyataannya, masalah-masalah persediaan material masih sering terjadi pada pelaksanaan suatu proyek. Permasalahan yang timbul terutama menyangkut kuantitas, waktu pemesanan dan biaya yang ditimbulkan. Masalah yang sering muncul antara lain :
1. Terjadi kehabisan persediaan material menyebabkan penyelesaian pekerjaan tertunda sehingga membuat waktu pelaksanaan proyek bertambah dan biaya total proyek meningkat.
2. Kerugian membayar upah pekerja dan sewa peralatan akibat tertundanya pekerjaan.
3. Material banyak yang datang tetapi baru sedikit yang
digunakan menyebabkan terjadinya penumpukan
sehingga biaya penyimpanan dan pemeliharaan
meningkat.
4. Material mengalami kerusakan atau penurunan kualitas karena penyimpanan yang lama.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka diperlukan suatu perencanaan persediaan material yang tepat guna menjaga kontinuitas pelaksanaan proyek dengan menerapkan metode Material Requirement Planning (MRP).
Metode ini diterapkan pada perencanaan persediaan material proyek pembangunan Trillium Office & Residence Surabaya yang merupakan obyek dalam tugas akhir ini. Metode ini digunakan untuk kebutuhan yang sifatnya saling bergantung (dependent) dengan 4 tahapan mendasar yang dimiliki. Pada salah satu tahapan metode MRP yaitu tahapan penentuan ukuran pemesanan (lotting) digunakan 4 teknik lot size yaitu teknik Lot for Lot, Economic Order Quantity, Period Order Quantity dan Part Period Balancing yang menghasilkan jumlah pesanan yang optimal dan memberikan total biaya persediaan minimum.
1.2. Masalah Penelitian
Dari penulisan latar belakang diatas maka diambil suatu permasalahan yaitu :
1. Teknik apa yang tepat dari keempat teknik yang digunakan untuk menentukan ukuran pemesanan yang dapat membentuk biaya persediaan minimum ?
2. Berapa total biaya persediaan material yang diperlukan ?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Untuk memperoleh teknik yang tepat diantara 4 teknik yang digunakan dalam penentuan ukuran pemesanan material yang dapat membentuk biaya persediaan minimum.
2. Untuk mendapatkan total biaya persediaan material yang paling minimum.
1.4. Batasan Masalah
Dalam penulisan tugas akhir ini batasan masalah yang diambil adalah :
1. Lingkup perencanaan persediaan material adalah
perencanaan jumlah dan waktu pemesanan yang dilakukan untuk item pekerjaan struktur atas podium B pada lantai ground floor yang meliputi pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran.
2. Perhitungan hanya dilakukan pada material utama (multipleks, kayu, besi tulangan, dan beton) tidak untuk material penunjang.
2
3. Harga material diasumsikan tetap untuk pembelian dalam jumlah berapapun.
4. Biaya untuk pengadaan diasumsikan tetap. 5. Time schedule tidak mengalami perubahan.
6. Diasumsikan tidak ada persediaan di awal untuk pekerjaan struktur ground floor podium B, dengan demikian catatan persediaannya adalah 0.
7. Perencanaan persediaan pada item pekerjaan struktur ground floor podium B tidak berkaitan dengan item pekerjaan struktur lain.
8. Diasumsikan supplier dapat memenuhi pesanan material dengan segera dan sesuai dengan jumlah pesanan. 9. Waktu ancang untuk setiap item diketahui.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari tugas akhir ini adalah dapat mengetahui metode yang tepat dalam membuat perencanaan persediaan material yang baik sehingga aliran material bisa berjalan dengan lancar untuk menjaga kontinuitas pelaksanaan proyek, dengan demikian diharapkan proyek dapat diselesaikan pada waktu yang tepat, berkualitas dan dengan biaya yang optimal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Persediaan
Secara umum pengertian dari persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.
Sedangkan menurut Nasution & Prasetyawan (2008), persediaan adalah :
Sumber daya menganggur ( idle resources ) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga.
2.2. Jenis Persediaan
Ada 4 macam jenis persediaan berdasarkan proses manufaktur menurut Nasution & Prasetyawan (2008), yaitu : 1. Bahan baku (raw materials) adalah barang-barang yang
dibeli dari pemasok (supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan dihasilkan oleh perusahaan.
2. Bahan setengah jadi (work in process) adalah bahan baku yang sudah diolah atau dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-langkah lanjutan agar menjadi produk jadi.
3. Barang jadi (finished goods) adalah barang jadi yang telah selesai diproses, siap untuk disimpan di gudang barang jadi, dijual, atau didistribusikan ke lokasi-lokasi pemasaran.
4. Bahan-bahan pembantu (supplies) adalah barang-barang yang dibutuhkan untuk menunjang produksi, namun tidak akan menjadi bagian pada produk akhir yang dihasilkan perusahaan.
2.3. Permasalahan Persediaan
Dua masalah umum yang dihadapi suatu sistem di dalam mengelola persediaannya menurut Nasution & Prasetyawan (2008), adalah sebagai berikut :
1. Masalah kuantitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan penentuan kebijaksanaan persediaan, antara lain :
Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan / dibuat
Kapan pemesanan / pembuatan barang harus dilakukan
Berapa jumlah persediaan pengamannya
Metode perencanaan persediaan mana yang paling tepat.
2. Masalah kualitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan sistem persediaan seperti :
Jenis barang apa yang dimiliki Di mana barang tersebut berada
Berapa jumlah barang yang sedang dipesan Siapa saja yang menjadi pemasok (supplier) masing-masing item.
2.4. Fungsi Persediaan
Fungsi utama persediaan adalah menjamin kelancaran mekanisme pemenuhan permintaan barang sesuai dengan kebutuhan konsumen sehingga sistem yang dikelola dapat mencapai kinerja (performance) yang optimal (Nasution & Prasetyawan, 2008).
2.5. Biaya Persediaan
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan (Nasution & Prasetyawan, 2008).
2.5.1. Biaya pembelian (purchasing cost)
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang.
2.5.2. Biaya pengadaan (procurement cost)
Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal-usul barang, yaitu biaya pemesanan (ordering cost) bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar (supplier) dan biaya pembuatan (setup cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri. 2.5.3. Biaya penyimpanan (holding cost / carrying cost)
Biaya penyimpanan adalah semua biaya yang timbul akibat penyimpanan barang maupun bahan. Besar kecilnya biaya simpan sangat tergantung pada jumlah rata-rata barang yang disimpan di gudang.
Dalam manajemen persediaan, terutama yang
berhubungan dengan masalah kuantitatif, biaya simpan per-unit diasumsikan linier terhadap jumlah barang yang disimpan. Biaya penyimpanan meliputi :
1. Biaya modal
Penumpukan barang di gudang berarti
penumpukan modal, dimana modal perusahaan mempunyai ongkos yang dapat diukur dengan suku bunga bank.
2. Biaya gudang
Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya merupakan biaya sewa gudang, sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi.
3. Biaya kerusakan dan penyusutan
Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya.
4. Biaya kadaluwarsa
Biaya kadaluwarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut. 5. Biaya asuransi
Biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.
6. Biaya administrasi dan pemindahan
Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasi persediaan yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke dan di
3
dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan handling.
2.5.4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost)
Biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang ditimbulkan sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang diperlukan atau biaya yang timbul apabila persediaan digudang tidak dapat mencukupi permintaan bahan.
2.6. Model Persediaan Menurut Jenis Kebutuhan
Ada 2 jenis kebutuhan, yaitu kebutuhan yang tak tergantung (independent) dan kebutuhan yang tergantung (dependent). (Nasution & Prasetyawan, 2008).
2.6.1. Kebutuhan independent
Kebutuhan disebut tak tergantung (independent)
bila kebutuhan untuk suatu item tidak ada
hubungannya dengan item yang lain. Metode pengendalian persediaan yang digunakan adalah Metode Pengendalian Tradisional (pemodelan EOQ) (Nasution & Prasetyawan, 2008).
Metode ini menggunakan matematika dan statistik sebagai alat bantu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif dalam sistem persediaan. Pada dasarnya, metode ini berusaha mencari jawaban optimal dalam menentukan : (Nasution & Prasetyawan, 2008) 1.jumlah ukuran pemesanan ekonomis (EOQ) 2.titik pemesanan kembali (Reorder point)
3.jumlah cadangan pengaman (safety stock) yang diperlukan
2.6.2. Kebutuhan dependent
Kebutuhan disebut tergantung (dependent) apabila ada hubungan langsung antara suatu item dengan item-item yang lain pada level yang lebih tinggi (Nasution & Prasetyawan, 2008).
Menurut Gaspersz (2004) pada dasarnya dependent demand didefinisikan sebagai permintaan terhadap material, parts, atau produk yang terkait langsung dengan atau diturunkan dari struktur bill of material
(BOM) untuk produk akhir atau untuk item tertentu. Permintaan untuk material, parts, atau produk yang diturunkan dari struktur bill of material, harus dihitung dan tidak boleh diramalkan.
2.7. Material Requirement Planning (MRP)
Material Requirement Planning adalah suatu konsep dalam manajemen produksi yang membahas cara yang tepat dalam perencanaan kebutuhan barang dalam proses produksi, sehingga barang yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan (Astana, 2007)
Material Requirement Planning (MRP) merupakan penjabaran dari Jadwal Induk Produksi (JIP) ke dalam jadwal kebutuhan dari setiap komponen/material yang menyusunnya. Dengan demikian MRP selain berfungsi sebagai sistem pengendalian persediaan material juga berfungsi sebagai sistem perencanaan dan pengendalian produksi(Astana, 2007)
2.7.1. Kemampuan MRP
Ada empat kemampuan yang menjadi ciri utama MRP menurut Nasution & Prasetyawan (2008)yaitu : 1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang
tepat.
2. Pembentukan kebutuhan minimal setiap item. 3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan. 4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan
atas suatu jadwal yang sudah direncanakan.
2.7.2. Input sistem MRP
Didalam prosesnya MRP membutuhkan beberapa masukan yang nantinya setelah melalui proses akan diperoleh informasi yang diinginkan sebagai keluaran. Adapun masukan-masukan tersebut menurut Herjanto, dalam Astana (2007) adalah:
1. Jadwal Induk Produksi (JIP)
JIP adalah suatu jadwal yang menunjukkan jumlah produk yang akan dibuat dalam tiap-tiap periode dengan tujuan untuk mengetahui kapasitas perusahaan dalam merencanakan produksi serta menyusun budget.
2. Catatan status persediaan (inventory record)
Catatan status persediaan menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan. Catatan ini terdiri dari data-data setiap jenis barang persediaan, dimana setiap jenis barang persediaan tersebut nantinya akan dibutuhkan untuk menentukan jumlah kebutuhan bersih.
3. Daftar material / struktur produk (bill of material) Struktur produk adalah merupakan suatu daftar barang
atau material yang diperlukan bagi perakitan, pencampuran, atau pembuatan produk akhir dan menunjukkan berapa banyak setiap komponen dari bagian produk akan diperlukan.
Struktur produk dapat digambarkan sebagai sebuah pohon dengan cabang-cabang seperti pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Struktur Produk
Gambar 2.1. diatas menunjukkan contoh struktur produk yang artinya : produk A merupakan produk akhir (level 0) terbentuk dari 2 sub-rakitan B dan 3 sub-rakitan C (level 1). Setiap sub-rakitan B terdiri dari 2 bagian D dan 3 bagian E (level 2). Demikian juga pada sub-rakitan C terdiri dari 1 bagian E, dan 2 bagian F (level 2). Dengan demikian permintaan untuk B, C, D, E dan F tergantung atas permintaan untuk A. Angka dalam kurung menunjukkan jumlah unit komponen yang bersangkutan.
Struktur produk seperti gambar diatas memiliki tiga tingkatan yaitu 0, 1 dan 2. Produk yang berada diatas merupakan produk akhir dari produk yang
dibawahnya, sedangkan yang di bawahnya
merupakan komponen.
2.7.3. Output sistem MRP
Output dari sistem MRP menurut Nasution & Prasetyawan (2008) adalah berupa rencana pemesanan atau rencana produksi yang dibuat atas dasar lead time.
2.7.4. Proses pengolahan MRP
Adapun langkah-langkah mendasar pada proses pengolahan MRP menurut Nasution & Prasetyawan (2008) adalah sebagai berikut :
1. Eksplosion (perhitungan kebutuhan kotor)
Eksplosion merupakan proses perhitungan
kebutuhan kotor untuk tingkat item / komponen yang lebih bawah.
2. Netting (perhitungan kebutuhan bersih)
Netting adalah proses perhitungan untuk
menetapkan jumlah kebutuhan bersih, yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan (yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan).
3. Lotting ( penentuan ukuran lot)
Lotting adalah suatu proses untuk menentukan besarnya pesanan individu yang “optimal” berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih. Terdapat banyak alternatif / teknik yang dapat digunakan untuk menghitung ukuran lot.
A
B (2) C (3)
4
4. Offsetting (penetapan besarnya lead time)
Offsetting bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk melakukan rencana pemesanan dalam rangka memenuhi kebutuhan bersih dengan cara mengurangkan saat awal tersedianya ukuran lot yang diinginkan dengan besarnya lead time.
Langkah-langkah dalam proses pengolahan MRP dapat digambarkan dalam tabel 2.2. dengan mengambil contoh struktur produk pada gambar 2.4. dan catatan persediaan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Contoh Catatan Persediaan
ITEM ON-HAND INVENTORY
A 10 B 15 C 20 D 10 E 10 F 5
Tabel 2.2. Contoh Proses Pengolahan MRP
2.7.5. Teknik penentuan ukuran lot
Metode yang dapat digunakan dalam menentukan ukuran pemesanan diantaranya adalah sebagai berikut :
1.Lot-For-Lot (L-4-L)
Teknik penetapan ukuran lot dengan ini dilakukan atas dasar pesanan diskrit, disamping itu teknik ini merupakan cara paling sederhanan dari semua teknik ukuran lot yang ada yang bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol (Nasution & Prasetyawan, 2008).
2.Economic Order Quantity (EOQ)
Dalam teknik EOQ besarnya ukuran lot adalah tetap. Namun perhitungannya sudah mencakup biaya-biaya pesan serta biaya-biaya-biaya-biaya simpan (Nasution & Prasetyawan, 2008). Perumusan yang dipakai dalam teknik ini adalah sebagai berikut :
Dengan : = rata-rata kebutuhan
k = biaya pesan per pesan
h = biaya simpan per unit per
periode
3.Periodic Order Quantity (POQ)
POQ menggunakan logika dengan mengkonversikan EOQ berdasarkan jumlah periode. Suatu pesanan dengan interval ekonomi dihitung menggunakan rata-rata tingkat biaya permintaan dan dibulatkan kepada bilangan bulat yang paling dekat atau lebih besar dari nol. Kuantitas masing-masing pesanan diproyeksikan pada kebutuhan yang diperlukan (Ristono, 2009). Interval pesanan ekonomi (EOI) diperoleh dari persamaan berikut ;
Keterangan :
EOI = interval pesanan ekonomi di dalam
suatu periode
C = biaya pemesanan pada setiap pesanan
h = biaya simpan pada setiap periode
P = harga pembelian per unit
R = rata-rata nilai permintaan pada setiap periode
4.Part Period Balancing (PPB)
Part Period Balancing (PPB) adalah sebuah
pendekatan yang lebih dinamis untuk
menyeimbangkan biaya pemesanan dan
penyimpanan. PPB menggunakan informasi
tambahan dengan mengubah ukuran lot untuk menggambarkan kebutuhan ukuran lot berikutnya di masa datang. (Heizer dan Render, 2008).
2.7.6. Program POM-QM for windows
Program POM-QM for Windows adalah versi
baru dari perangkat lunak windows yang merupakan gabungan dari POM for Windows dan QM for Windows. Perangkat lunak ini merupakan produk yang fleksibel dan paling banyak digunakan dibidang manajemen operasi. Program POM-QM merupakan sebuah program bantu komputer yang memiliki beberapa metode untuk memecahkan permasalahan–permasalahan yang berkaitan dengan manajemen operasi dan riset operasi. Dalam penelitian ini, program POM-QM digunakan dalam proses lotting yaitu menentukan ukuran pemesanan.
BAB III METODOLOGI
3.1. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini akan diambil bahasan mengenai perencanaan persediaan material dengan proyek pembangunan Trillium Office & Residence yang ada di Surabaya sebagai objek penelitiannya. Perencanaan hanya akan dilakukan pada pekerjaan struktur atas podium B pada lantai ground floor. Perencanaan persediaan material dilakukan dengan metode
Material Requirement Planning (MRP) sedangkan untuk penentuan lot size menggunakan teknik Lot for Lot, Economic Order Quantity, Period Order Quantity dan Part Period
5
Gambar 3.2. BOM Struktur Plat Lantai Balancing kemudian dari hasil analisa beberapa teknik tersebut
diketahui teknik mana yang menimbulkan biaya persediaan yang ekonomis.
3.2. Data Penelitian
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen proyek baik berupa data umum proyek maupun data teknis. Data-data yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Data umum proyek
Berisi kondisi umum proyek yang meliputi nama proyek, lokasi, owner, konsultan perencana, kontraktor, waktu pelaksanaan dan nilai proyek, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 1.
2. Data teknis
Gambar perencanaan
Digunakan untuk mengetahui area pekerjaan mana saja yang ditinjau.
Kurva S
Digunakan untuk mengetahui item-item pekerjaan mana yang akan direncanakan persediaannya dan untuk mengetahui prosentase bobot pekerjaan yang ditinjau.
Schedule pelaksanaan
Digunakan untuk mengetahui waktu penyelesaian pekerjaan yang materialnya akan dihitung.
Bill of Quantity (BOQ)
Digunakan untuk mengetahui volume item pekerjaan yang ditinjau.
3. Data material
Analisa bahan / material
Digunakan untuk mengetahui jenis material apa saja yang digunakan dalam suatu item pekerjaan. Lokasi supplier
Digunakan untuk mengetahui lead time pemesanan material apabila material di pesan dari supplier. Harga material
Digunakan untuk mengetahui biaya pembelian material.
3.3. Identifikasi Struktur Pekerjaan
Secara umum pembangunan Trillium Office & Residence Surabaya dilaksanakan secara bertahap per lantai dengan beberapa item pekerjaan utama, seperti pekerjaan persiapan, pekerjaan sub struktur, pekerjaan struktur atas podium B, pekerjaan struktur atas podium A, pekerjaan arsitek dan pekerjaan ME. Berdasarkan time schedule proyek pada lampiran 4 dan BOQ pada lampiran 5,setiap item pekerjaan utama terdiri dari beberapa sub pekerjaan seperti yang dapat dilihat pada gambar 3.1.
Pekerjaan Struktur Atas Podium B
Keterangan :
P1 = Parkiran 1 ditto = identic to = sama
P2 = Parkiran 2 P3 = Parkiran 3 P4 = Parkiran 4
Gambar 3.1. Struktur Pekerjaan Struktur Atas Podium B
Salah satu bagiannya adalah struktur plat lantai dengan struktur produk seperti yang terlihat pada gambar 3.2.
3.4. Metode Analisa
3.4.1. Penentuan jumlah kebutuhan material
Dalam menentukan jumlah kebutuhan material untuk membentuk suatu komponen material diperlukan beberapa input atau masukan data dan pengolahan melalui beberapa proses yaitu :
1. Jadwal Induk Produksi (JIP)
JIP adalah suatu jadwal yang menunjukkan jumlah produk yang akan dibuat dalam suatu periode. Data yang diperlukan dalam proses ini adalah:
- Schedule pelaksanaan : untuk mengetahui durasi item pekerjaan
- BOQ (Bill Of Quantity) : untuk mengetahui volume total pekerjaan
2. Daftar material / struktur produk (Bill of Material) Data yang diperlukan dalam proses ini adalah : - Schedule pelaksanaan : untuk mengetahui
komponen-komponen penyusun suatu item pekerjaan
- BOQ (Bill Of Quantity) : untuk mengetahui volume total pekerjaan
- Analisa bahan / material : untuk mengetahui material penyusun.
3. Explosion (perhitungan kebutuhan kotor)
Pek.Str. Ground Floor Pek.Str. Plat Lantai Pek.Str Balok Pek.Str. Kolom Pek.Str. P1 & P1A Pek.Str. Balok Pek.Str. Plat Lantai Pek.Str. Kolom Pek.Str. Lt.3 Pek.Str. P2&P2A Pek.Str. P3&P3A Pek.Str. P4&P4A
ditto ditto ditto ditto ditto ditto
Struktur Plat Lantai
Bekisting Kayu Besi Tulangan Multipleks 15 mm Kayu Meranti 6/12 Kayu Meranti 8/12 Besi Beton Polos Ø 8 Besi Beton Ulir D13 Beton K-300 Besi Beton Polos Ø 10 Besi Beton Ulir D10 Pek.Str. Lt.5 Pek.Str. Lt.6 Kayu Meranti 5/7
6
Proses explosion merupakan proses
perhitungan kebutuhan kotor dimana dalam proses ini akan dihitung jumlah total kebutuhan material dari item pekerjaan. Data yang diperlukan dalam tahap ini adalah : - Struktur produk : untuk
mengetahui level pekerjaan / material. - Schedule pelaksanaan : untuk
mengetahui durasi item pekerjaan
- BOQ (Bill Of Quantity) : untuk
mengetahui volume total pekerjaan
- Jadwal induk produksi : untuk
mengetahui jumlah produk yang dibuat dalam suatu periode.
4. Netting (perhitungan kebutuhan bersih) Proses netting merupakan proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih, yang besarnya merupakan selisih antara persediaan kotor dengan persediaan yang ada.
3.4.2. Penentuan saat yang tepat untuk pemesanan
Dalam menentukan saat yang tepat untuk melakukan pemesanan harus melalui proses : 1. Lotting (penentuan ukuran pemesanan)
Proses lotting adalah suatu proses untuk menentukan besarnya pesanan yang optimal.
Data yang diperlukan adalah jumlah
kebutuhan bersih, biaya pesan, biaya simpan dan lead time. Teknik-teknik yang digunakan dalam proses lotting adalah teknik Lot for Lot, Economic Order Quantity, Period Order
Quantity dan Part Period Balancing.
Penentuan ukuran pemesanan berdasarkan total biaya persediaan yang minimum dengan
memperhitungkan pengaruh dari biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan. Dalam penentuan besarnya pesanan (lot size) ini menggunakan program bantu komputer POM-QM.
2.Offsetting adalah proses untuk melakukan rencana pemesanan berdasarkan ukuran pemesanan dengan cara mengurangkan saat awal tersedianya ukuran lot yang diinginkan dengan besarnya lead time.
3.4.3. Penentuan biaya total persediaan
Total biaya persediaan diperoleh dengan menjumlahkan semua biaya persediaan yang ditimbulkan. Biaya persediaan berupa biaya
pembelian, biaya pengadaan dan biaya
penyimpanan.
3.5. Langkah-langkah Penelitian
Dalam penelitian ini langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan latar belakang penelitian dari wacana
mengenai proyek konstruksi dan bagian-bagian penting didalamnya serta permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi.
2. Dari permasalahan-permasalahan yang ada dipilih satu
permasalahan utama untuk kemudian dicari detil
permasalahannya dimana dalam pemecahannya dapat dilakukan dengan sebuah penelitian.
3. Mencari literatur-literatur yang memuat teori-teori tentang topik penelitian yang diambil untuk kemudian dibuat suatu dasar teori yang akan digunakan dalam penelitian.
4. Melakukan pengumpulan data seperti gambar perencanaan, time schedule, kurva s dan lain-lain
5. Melakukan identifikasi struktur pekerjaan pada struktur atas podium B dengan membuat breakdown struktur pekerjaan secara keseluruhan mulai dari produk akhir sampai dengan komponen penyusunnya.
6. Membuat struktur produk (Bill of Material) dari breakdown struktur pekerjaan yang telah dibuat dan menentukan material-material yang akan dianalisa kebutuhannya serta menetapkan tingkatan level peninjauan.
7. Setelah struktur produk (BOM) telah terbentuk maka langkah selanjutnya adalah menyusun jadwal induk produksi.
8. Melakukan proses pengolahan / analisa yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu
- Menghitung kebutuhan kotor material (explosion). - Menghitung kebutuhan bersih material (netting). - Menentukan ukuran pemesanan (lotting). - Menentukan waktu pemesanan (offsetting).
9. Dari hasil analisa kebutuhan material yang telah dilakukan kemudian dihitung total biaya persediaannya
10. Penarikan kesimpulan dan saran terhadap keseluruhan langkah-langkah yang telah dilakukan.
7
Gambar 3.3. Bagan Alur Penelitian
Langkah-langkah pengerjaan penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar 3.3.
BAB IV ANALISA DATA
4.1. Data Umum Proyek
Gambaran umum mengenai proyek pembangunan Trillium Office & Residence ini disajikan sebagai berikut :
Nama Proyek : Trillium Office & Residence Surabaya
Jenis Proyek : Apartement dan Perkantoran
Lokasi : Jl. Pemuda 108-116 Surabaya
Nilai Kontrak : Rp. 135.300.000.000,-
Pemberi Tugas : PT. Central Pemuda Investindo
Konsultan Arsitektur : Megatika International
Konsultan Struktur: Benjamin Gideon & Associates
Konsultan M/E: PT. Skemanusa Consultama Teknik
Kontraktor Utama: PT. Wijaya Karya
Luas Bangunan: Basement = 6308 m2
Podium = 24297 m2 Tower = 48412 m2
Jumlah Lantai : Basement = 2 lantai
Podium = Ground floor – lt.6 = 7 lantai Tower = Lt.7 – Roof = 25 lantai
Struktur Bangunan: Str. Bawah = Pondasi Tiang Pancang Str. Atas = Beton Bertulang
Str. Atap = Plat Beton
Waktu Pelaksanaan: 9 Agustus 2008 s.d. 17 Februari 2011
4.2. Data Item Pekerjaan
Pelaksanaan pembangunan Trillium Office & Residence ini dilakukan bertahap per lantai secara seri dan parallel dengan beberapa item pekerjaan utama yang meliputi pekerjaan persiapan, pekerjaan sub struktur, pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur dan pekerjaan ME. Dari masing-masing item pekerjaan utama tersebut terdiri dari beberapa sub item pekerjaan dan memiliki rangkaian aktivitas.
Latar Belakang
Permasalahan & Tujuan Studi Pustaka/Literatur Pengumpulan Data :
- Data umum
- Data teknis - Data material
Menetapkan Struktur Produk (BOM)
Menyusun Jadwal Induk Produksi
Menghitung Kebutuhan Kotor ( Explosion ) Input MRP
Proses MRP
Dengan menggunakan teknik : 1.Lot for Lot
2.Economic Order Quantity 3.Period Order Quantity 4.Part Period Balancing Identifikasi Struktur Pekerjaan
Menghitung Kebutuhan Bersih ( Netting )
Menghitung Ukuran Pemesanan ( Lotting )
Lead Time
Menentukan Waktu Pemesanan ( Offsetting )
Biaya Total Persediaan Minimum
Kesimpulan Biaya Pesan
8
Item pekerjaan yang akan direncanakan persediaan materialnya adalah item pekerjaan struktur atas podium B dengan obyek bahasan yaitu pekerjaan struktur pada lantai ground floor. Pekerjaan struktur pada lantai ground floor terdiri dari pekerjaan struktur balok, plat lantai dan kolom yang merupakan pekerjaan struktur beton bertulang dimana pada masing-masing komponen struktur tersebut meliputi pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran.
4.3. Jadwal Pelaksanaan Proyek
Pelaksanaan proyek pembangunan Trillium Office & Residence Surabaya ini memerlukan waktu selama ± 2 tahun 6 bulan dengan waktu pelaksanaan mulai tanggal 9 Agustus 2008 dan direncanakan selesai pada tanggal 17 Februari 2011 yang meliputi pekerjaan persiapan hingga finishing dan serah terima. Sedangkan untuk pekerjaan struktur atas podium B saja dimulai pada tanggal 17 April 2010 sampai dengan 23 Juni 2010 sehingga lama waktu penyelesaian pekerjaan struktur atas podium B adalah 68 hari. Berdasarkan time schedule, pekerjaan struktur atas podium B memiliki waktu pelaksanaan terpendek diantara beberapa item pekerjaan utama lainnya. Untuk jadwal pelaksanaan pekerjaan struktur atas podium B lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tebel 4.2. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas Podium B
Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisa persediaan material untuk item pekerjaan struktur ground floor pada struktur atas podium B dengan durasi cukup pendek yang dimulai pada minggu ke-89 yaitu tanggal 17 April 2010 sampai dengan minggu ke-90 yaitu tanggal 29 April 2010 dan memiliki bobot pekerjaan yang cukup besar.
4.4. Struktur Produk (Bill of Material)
Struktur produk (Bill of Material) berisi informasi tentang semua kebutuhan akan komponen maupun sub komponen yang diperlukan untuk membuat atau menghasilkan produk akhir dari suatu pekerjaan. Struktur produk (Bill of Material) pada tugas akhir ini dibuat berdasarkan break down struktur pekerjaan yang dapat dilihat pada time schedule dan BOQ.
Material yang akan direncanakan persediaannya adalah material penyusun pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran. Dalam hal ini material yang akan diperhitungkan adalah material-material utama seperti multipleks, balok kayu, besi tulangan dan beton readymix. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur produk struktur ground floor podium B dapat dilihat pada gambar 4.1.
Dari gambar struktur produk (Bill of Material) tersebut dapat dilihat bahwa struktur produk ini memiliki empat tingkat peninjauan yaitu level 0,1,2 dan 3. Produk yang berada pada level 0 yaitu struktur ground floor podium B merupakan produk akhir dari struktur ini, sedangkan produk yang berada dibawahnya merupakan komponen penyusunnya.
Keterangan :
Mlt. 15 = Multipleks 15 mm
K.Mr = Kayu Meranti
Ø = Diameter besi beton polos
D = Diameter besi beton ulir
Durasi Bobot
(hari) Start Finish %
PEKERJAAN STRUKTUR ATAS PODIUM B
1 Ground Floor 13 17-Apr-10 29-Apr-10 1.65% 2 P1 & P1A 13 24-Apr-10 6-Mei-10 1.02% 3 P2 & P2A 13 1-Mei-10 13-Mei-10 1.02% 4 P3 & P3A 13 8-Mei-10 20-Mei-10 1.02% 5 P4 & P4A 13 15-Mei-10 27-Mei-10 1.02%
6 Lt.3 13 22-Mei-10 3-Jun-10 1.02%
7 Lt.5 13 29-Mei-10 10-Jun-10 0.36%
8 Lt.6 19 5-Jun-10 23-Jun-10 1.67%
No Pekerjaan Schedule
Balok Plat Lantai Kolom
Bekisting Kayu Besi Tulangan Beton K-300 Bekisting Kayu Besi Tulangan Beton K-300 Bekisting Kayu Besi Tulangan Beton K-350 Mlt. 15 K.Mr 5/7 K.Mr 6/12 K.Mr 8/12 Ø 8 Ø10 D10 D13 D16 D19 D22 Mlt. 15 K.Mr 5/7 K.Mr 6/12 K.Mr 8/12 Ø 8 Ø10 D10 D13 Mlt. 15 K.Mr 6/12 D10 D13 D22 D25
Struktur Ground Floor Podium B Level 0
Level 1
Level 2
Level 3
9
Dari struktur produk (Bill of Material) tersebut di atas maka diperoleh jenis-jenis material yang diperlukan untuk pekerjaan struktur ground floor podium B yang kemudian akan diperhitungkan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3. Jenis Material
No Pekerjaan Jenis Material
1 Bekisting Kayu - Multipleks 15 mm
- Kayu Meranti 5/7
- Balok Kayu Meranti 6/12
- Balok Kayu Meranti 8/12
2 Besi Tulangan - Besi beton Ø 8
- Besi beton Ø 10 - Besi beton D 10 - Besi beton D 13 - Besi beton D 16 - Besi beton D 19 - Besi beton D 22 - Besi beton D 25 3 Beton - Beton K-300 - Beton K-350
4.5. Analisa Kebutuhan Material
Analisa kebutuhan material adalah besarnya jumlah material yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu satuan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan proses tahapan MRP, analisa kebutuhan material merupakan suatu proses awal sebelum memasuki proses tahapan MRP yang meliputi jadwal induk produksi dan kebutuhan material per periode. Hasil dari analisa kebutuhan material tersebut untuk selanjutnya akan dipergunakan dalam proses tahapan MRP, yaitu :
a. Penentuan kebutuhan kotor b. Penentuan kebutuhan bersih
c. Penentuan ukuran pemesanan
Dalam proses tahapan MRP, selain hasil analisa kebutuhan material juga diperlukan informasi mengenai biaya-biaya persediaan dan waktu tunggu kedatangan material. Informasi ini yang nantinya akan digunakan dalam tahapan penentuan ukuran pemesanan (lotting).
4.5.1. Jadwal Induk Produksi
Jadwal induk produksi merupakan suatu jadwal produksi untuk membuat sejumlah produk dalam suatu periode waktu dengan memperhatikan kapasitas yang dimiliki. Untuk menyusun sebuah jadwal induk produksi dalam tugas akhir ini diperlukan informasi atau data tentang jadwal pelaksanaan pekerjaan struktur dan hubungan antar aktivitas. Hal ini dapat dilihat pada jadwal pelaksanaan proyek dimana didalamnya terdapat informasi tentang durasi dari masing-masing item pekerjaan dan hubungan antar aktivitas yang tergambar pada gambar bar chart yang ada di jadwal pekerjaan struktur setiap zona. Zona adalah batasan daerah atau area pelaksanaan proyek dalam suatu tahapan pelaksanaan pekerjaan. Untuk pekerjaan struktur ground floor podium B pembagian zonanya adalah seperti yang terlihat pada gambar 4.2 berikut ini. Z O N A 1 Z O N A 2 Z O N A 4 Z O N A 3 PODIUM B PODIUM A
Gambar 4.2. Pembagian Zona Dalam Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Ground Floor Podium B 4.5.1.1.Jadwal pekerjaan struktur ground floor dan
hubungan antar aktivitasnya
Pekerjaan struktur ground floor dilaksanakan secara seri dan paralel karena mengingat bahwa waktu pelaksanaan yang dimiliki terbatas sedangkan bobot pekerjaannya cukup besar. Untuk jadwal pekerjaan struktur ground floor lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Ground Floor Podium B
Untuk setiap zona jadwal pekerjaannya adalah seperti pada tabel 4.5.
Sedangkan untuk jadwal pekerjaan zona yang lain dapat dilihat pada lampiran 4.
1
10
Tabel 4.5. Jadwal Pekerjaan Struktur Ground Floor Podium B Zona 1 & 2
Berdasarkan jadwal pekerjaan struktur setiap zona tersebut maka terlihat hubungan antar aktivitas dari masing-masing item pekerjaan yang digunakan untuk mengetahui urutan pelaksanaan pekerjaan. Hubungan antar aktivitas tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pekerjaan bekisting pelat dimulai 1 hari setelah pekerjaan bekisting balok dimulai.
b. Pekerjaan pembesian balok dimulai 2 hari setelah pekerjaan bekisting balok dimulai dan 1 hari setelah pekerjaan bekisting pelat dimulai.
c. Pekerjaan pembesian pelat dimulai setelah pekerjaan bekisting balok dan pelat selesai serta 1 hari setelah pembesian balok dimulai.
d. Pekerjaan pengecoran balok dan pelat bisa dimulai setelah pekerjaan bekisting dan pembesian untuk balok maupun pelat telah selesai.
e. Pekerjaan struktur kolom dimulai setelah pekerjaan struktur balok dan pelat selesai. Pekerjaan struktur kolom dilakukan dengan urutan pekerjaan yang dimulai dari
pembesian, bekisting dan yang terakhir adalah
pengecoran.
4.5.1.2. Jadwal induk produksi
Dengan diketahuinya durasi atau lama waktu yang diperlukan oleh masing-masing item pekerjaan berikut hubungan antar aktivitasnya, maka dapat disusun suatu jadwal induk produksi dengan memasukkan data kuantitas pekerjaan tiap periodenya ke dalam jadwal pekerjaan.
Berikut ini adalah contoh perhitungan kuantitas pekerjaan bekisting balok per periode:
Vol.tot pek.bekisting balok zona 1 = 376.8 m2 Durasi pek. bekisting balok = 3 hari
Maka vol.pek.bekisting balok zona 1 per periode adalah:
Vol.tot pek.bekisting balok zona 2 = 238.20 m2 Durasi pek. bekisting balok = 3 hari
Maka vol.pek.bekisting balok zona 2 per periode adalah: Durasi
( hari ) . . . 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Zona 1
Bekisting balok 376.8 m2 3 hari
Bekisting pelat 434.8 m2 2 hari
Pembesian balok 6,268.9 kg 2 hari
Pembesian pelat 5,053.4 kg 2 hari
Pengecoran balok & pelat 104.9 m3 1 hari
Pembesian kolom 7,574.1 kg 1 hari
Bekisting kolom 182.3 m2 1 hari
Cor kolom 41.2 m3 1 hari
Zona 2
Bekisting balok 238.2 m2 3 hari
Bekisting pelat 381.5 m2 2 hari
Pembesian balok 4,414.9 kg 2 hari
Pembesian pelat 4,551.5 kg 2 hari
Pengecoran balok & pelat 82.2 m3 1 hari
Pembesian kolom 4,457.5 kg 1 hari
Bekisting kolom 122.3 m2 1 hari
Cor kolom 23.0 m3 1 hari
Uraian Pekerjaan Volume Sat Minggu ke - 88 Minggu ke - 89 Minggu ke - 90
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 125.6 125.6 125.6 79.4 79.4 79.4 1 2 3 4 5 125.6 125.6 205 79.4 79.4 Periode Periode
(2)
(1) (2)19
Jadwal induk produksi untuk selengkapnya disajikan dalam bentuk tabel seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.6
berikut ini :
Tabel 4.6. Jadwal Induk Produksi Struktur Pekerjaan Ground Floor
4.5.2. Analisa Kebutuhan Material Per Periode
Kebutuhan material per periode dapat dihitung berdasarkan jadwal induk produksi dan analisa bahan atau material untuk masing-masing item pekerjaan. Kebutuhan material per periode dihitung dengan memasukkan data koefisien atau indeks (angka) analisa bahan pada jadwal induk produksi, atau secara matematis dapat ditulisakan sebagai berikut :
Jml. bahan / material
yg dibutuhkan = Vol.pek x
Indeks analisa bahan Apabila satuan dalam analisa bahan berbeda dengan satuan unit dalam pembelian material, maka jumlah kebutuhan material dikonversikan ke dalam satuan pembelian. Berdasarkan data analisa bahan atau material yang diperoleh dari proyek seperti yang dapat dilihat pada lampiran 5, berikut ini adalah contoh
perhitungan jumlah kebutuhan material untuk
pekerjaan besi tulangan balok Ø10 pada periode hari ke-3 minggu ke-89 :
Vol.pekerjaan besi tulangan balok Ø10 = 393,1 kg
Koefisien / indeks analisa bahan untuk
pekerjaan 1 kg besi beton polos = 1,13 kg
maka :
Jml. bahan / material yg
dibutuhkan = 393,1 x 1,13 = 444,1 kg
Karena satuan unit pembelian material besi adalah dalam satuan lonjor, maka kuantitas / jumlah material besi dikonversikan menjadi satuan lonjor. Jika 1 lonjor besi Ø10 memiliki berat 7,4 kg/lonjor, maka :
lonjor Analisa kebutuhan material untuk semua item pekerjaan secara lengkap disajikan dalam tabel 4.7 dan tabel 4.8
Berdasarkan hasil analisa kebutuhan material tersebut, maka rekapitulasi kebutuhan material untuk masing-masing item pekerjaan per periodenya dapat disusun dalam tabel 4.9.
Durasi ( hari ) . . . 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1. BALOK - Bekisting Kayu 1102.1 m2 9 125.6 125.6 205.0 79.4 146.1 66.7 162.4 95.8 95.8 - Besi Tulangan * Besi Ø 8 162.9 kg 8 4.7 4.7 9.5 9.5 15.8 15.8 51.4 51.4 * Besi Ø 10 2119.2 kg 8 393.1 393.1 229.6 229.6 187.6 187.6 249.4 249.4 * Besi D 10 5590.6 kg 8 922.1 922.1 653.9 653.9 500.2 500.2 719.1 719.1 * Besi D 13 73.2 kg 6 24.1 24.1 4.2 4.2 8.3 8.3 * Besi D 16 2104.4 kg 8 110.6 110.6 221.2 221.2 303.4 303.4 417.1 417.1 * Besi D 19 8471.6 kg 8 1679.9 1679.9 934.2 934.2 686.8 686.8 934.8 934.8 * Besi D 22 619.8 kg 4 155.0 155.0 155.0 155.0 - Beton K-300 130.2 m3 4 42.8 29.3 23.2 34.8 2. PELAT - Bekisting Kayu 1489.4 m2 8 217.4 217.4 190.8 190.8 172.0 172.0 164.6 164.6 - Besi Tulangan * Besi Ø 8 3607.1 kg 8 400.5 400.5 497.7 497.7 447.9 447.9 457.4 457.4 * Besi Ø 10 1258.0 kg 4 173.9 173.9 455.1 455.1 * Besi D 10 7614.6 kg 8 1084.1 1084.1 381.1 381.1 1550.3 1550.3 791.8 791.8 * Besi D 13 4530.2 kg 4 1042.1 1042.1 1223.0 1223.0 - Beton K-300 195.8 m3 4 62.1 52.9 41.3 39.5 3. KOLOM - Bekisting Kayu 453.7 m2 4 182.3 122.3 41.4 107.7 - Besi Tulangan * Besi D 10 2510.1 kg 4 1490.4 509.9 509.9 * Besi D 13 3890.2 kg 4 948.1 1234.7 693.3 1014.2 * Besi D 22 5479.9 kg 4 1094.7 1936.8 806.3 1642.1 * Besi D 25 5593.3 kg 4 4041.0 776.2 776.2 - Beton K-350 91.8 m3 4 41.2 23.0 7.3 20.4
Uraian Pekerjaan Volume Minggu ke - 89 Minggu ke - 90
Pekerjaan Sat
Minggu ke - 88
1
18
b c d e f g h k=(b*i)/j l=(c*i)/j m=(d*i)/j n=(e*i)/j o=(f*i)/j p=(g*i)/j q=(h*i)/j r
1. BALOK
- Bekisting Kayu (m2) 125.6 125.6 205.0 79.4 146.1 66.7 162.4
* Multipleks 15 mm 0.075 lmbr 1 9.4 9.4 15.4 6.0 11.0 5.0 12.2 lembar
* Kayu meranti 5/7 0.006 m3 1 btg = 0.014 m3 53.8 53.8 87.8 34.0 62.6 28.6 69.6 batang * Kayu Meranti 6/12 0.0042 m3 1 btg = 0.029 m3 18.2 18.2 29.7 11.5 21.2 9.7 23.5 batang * Kayu Meranti 8/12 0.0018 m3 1 btg = 0.038 m3 6 6 9.7 3.8 7 3.2 7.7 batang - Besi Tulangan (kg) * Besi Ø 8 4.7 4.7 9.5 9.5 15.8 1.13 kg 1 lnjr = 4.74 kg 1.1 1.1 2.3 2.3 3.8 lonjor * Besi Ø 10 393.1 393.1 229.6 229.6 187.6 1.13 kg 1 lnjr = 7.4 kg 60.0 60.0 35.1 35.1 28.6 lonjor * Besi D 10 922.1 922.1 653.9 653.9 500.2 1.08 kg 1 lnjr = 7.4 kg 134.6 134.6 95.4 95.4 73.0 lonjor * Besi D 13 24.1 24.1 4.2 4.2 1.08 kg 1 lnjr = 12.48 kg 2.1 2.1 0.4 0.4 lonjor * Besi D 16 110.6 110.6 221.2 221.2 303.4 1.08 kg 1 lnjr = 18.96 kg 6.3 6.3 12.6 12.6 17.3 lonjor * Besi D 19 1679.9 1679.9 934.2 934.2 686.8 1.08 kg 1 lnjr = 26.76 kg 67.8 67.8 37.7 37.7 27.7 lonjor * Besi D 22 155.0 155.0 1.08 kg 1 lnjr = 35.76 kg 4.7 4.7 lonjor - Beton K-300 (m3) 42.8 1.025 m3 1 43.9 m3 2. PELAT - Bekisting Kayu (m2) 217.4 217.4 190.8 190.8 172.0 172.0 * Multipleks 15 mm 0.071 lmbr 1 15.4 15.4 13.5 13.5 12.2 12.2 lembar
* Kayu meranti 5/7 0.006 m3 1 btg = 0.014 m3 93.2 93.2 81.8 81.8 73.7 73.7 batang * Kayu Meranti 6/12 0.0024 m3 1 btg = 0.029 m3 18.0 18.0 15.8 15.8 14.2 14.2 batang * Kayu Meranti 8/12 0.0016 m3 1 btg = 0.038 m3 9.2 9.2 8.0 8.0 7.2 7.2 batang - Besi Tulangan (kg) * Besi Ø 8 400.5 400.5 497.7 497.7 1.13 kg 1 lnjr = 4.74 kg 95.5 95.5 118.7 118.7 lonjor * Besi Ø 10 173.9 173.9 1.13 kg 1 lnjr = 7.4 kg 26.6 26.6 lonjor * Besi D 10 1084.1 1084.1 381.1 381.1 1.08 kg 1 lnjr = 7.4 kg 158.2 158.2 55.6 55.6 lonjor * Besi D 13 1042.1 1042.1 1223.0 1223.0 1.08 kg 1 lnjr = 12.48 kg 90.2 90.2 105.8 105.8 lonjor - Beton K-300 (m3) 62.1 1.025 m3 1 63.7 m3 3. KOLOM - Bekisting Kayu (m2) 182.3 * Multipleks 15 mm 0.075 lmbr 1 13.7 lembar
* Kayu Meranti 6/12 0.008 m3 1 btg = 0.029 m3 50.3 batang
- Besi Tulangan (kg) * Besi D 10 1490.4 1.08 kg 1 lnjr = 7.4 kg 217.5 lonjor * Besi D 13 948.1 1.08 kg 1 lnjr = 12.48 kg 82.0 lonjor * Besi D 22 1094.7 1.08 kg 1 lnjr = 35.76 kg 33.1 lonjor * Besi D 25 4041.0 1.08 kg 1 lnjr = 46.2 kg 94.5 lonjor - Beton K-350 (m3) 41.2 1.025 m3 1 42.3 m3 a i j
1
12
4.6. Biaya-Biaya Persediaan
Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Dalam tugas akhir ini biaya persediaan yang ditinjau adalah biaya persediaan untuk item pekerjaan struktur ground floor yang meliputi biaya pembelian, biaya pengadaan dan biaya
penyimpanan. Beberapa asumsi yang di ambil dalam perhitungan biaya persediaan ini antara lain :
a. Harga material tetap untuk pembelian dalam jumlah berapapun.
b. Biaya pemesanan dan lead time tetap setiap kali melakukan pemesanan.
Satuan
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
b c d e f g h k=(b*i)/j l=(c*i)/j m=(d*i)/j n=(e*i)/j o=(f*i)/j p=(g*i)/j q=(h*i)/j r
1. BALOK
- Bekisting Kayu (m2) 95.8 95.8
* Multipleks 15 mm 0.075 lmbr 1 7.2 7.2 lembar
* Kayu meranti 5/7 0.006 m3 1 btg = 0.014 m3 41.0 41.0 batang
* Kayu Meranti 6/12 0.0042 m3 1 btg = 0.029 m3 13.9 13.9 batang
* Kayu Meranti 8/12 0.0018 m3 1 btg = 0.038 m3 4.5 4.5 batang
- Besi Tulangan (kg) * Besi Ø 8 15.8 51.4 51.4 1.13 kg 1 lnjr = 4.74 kg 3.8 12.3 12.3 lonjor * Besi Ø 10 187.6 249.4 249.4 1.13 kg 1 lnjr = 7.4 kg 28.6 38.1 38.1 lonjor * Besi D 10 500.2 719.1 719.1 1.08 kg 1 lnjr = 7.4 kg 73.0 105.0 105.0 lonjor * Besi D 13 8.3 8.3 1.08 kg 1 lnjr = 12.48 kg 0.7 0.7 lonjor * Besi D 16 303.4 417.1 417.1 1.08 kg 1 lnjr = 18.96 kg 17.3 23.8 23.8 lonjor * Besi D 19 686.8 934.8 934.8 1.08 kg 1 lnjr = 26.76 kg 27.7 37.7 37.7 lonjor * Besi D 22 155.0 155.0 1.08 kg 1 lnjr = 35.76 kg 4.7 4.7 lonjor - Beton K-300 (m3) 29.3 23.2 34.8 1.025 m3 1 30.0 23.8 35.7 m3 2. PELAT - Bekisting Kayu (m2) 164.6 164.6 * Multipleks 15 mm 0.071 lmbr 1 11.7 11.7 lembar
* Kayu meranti 5/7 0.006 m3 1 btg = 0.014 m3 70.5 70.5 batang
* Kayu Meranti 6/12 0.0024 m3 1 btg = 0.029 m3 13.6 13.6 batang
* Kayu Meranti 8/12 0.0016 m3 1 btg = 0.038 m3 6.9 6.9 batang
- Besi Tulangan (kg) * Besi Ø 8 447.9 447.9 457.4 457.4 1.13 kg 1 lnjr = 4.74 kg 106.8 106.8 109.0 109.0 lonjor * Besi Ø 10 455.1 455.1 1.13 kg 1 lnjr = 7.4 kg 69.5 69.5 lonjor * Besi D 10 1550.3 1550.3 791.8 791.8 1.08 kg 1 lnjr = 7.4 kg 226.3 226.3 115.6 115.6 lonjor * Besi D 13 1.08 kg 1 lnjr = 12.48 kg lonjor - Beton K-300 (m3) 52.9 41.3 39.5 1.025 m3 1 54.2 42.3 40.5 m3 3. KOLOM - Bekisting Kayu (m2) 122.3 41.4 107.7 * Multipleks 15 mm 0.075 lmbr 1 9.2 3.1 8.1 lembar
* Kayu Meranti 6/12 0.008 m3 1 btg = 0.029 m3 33.7 11.4 29.7 batang - Besi Tulangan (kg) * Besi D 10 509.9 509.9 1.08 kg 1 lnjr = 7.4 kg 74.4 74.4 lonjor * Besi D 13 1234.7 693.3 1014.2 1.08 kg 1 lnjr = 12.48 kg 106.8 60.0 87.8 lonjor * Besi D 22 1936.8 806.3 1642.1 1.08 kg 1 lnjr = 35.76 kg 58.5 24.4 49.6 lonjor * Besi D 25 776.2 776.2 1.08 kg 1 lnjr = 46.2 kg 18.1 18.1 lonjor - Beton K-350 (m3) 23.0 7.3 20.4 1.025 m3 1 23.5 7.4 20.9 m3 a i j Item Pekerjaan
Volume Pekerjaan Koef. Konversi Kebutuhan Material
Hari ke- (Indeks) Hari
ke-. ke-. ke-. 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
1. BALOK
- Bekisting Kayu
* Multipleks 15 mm 82.66 lembar 9.4 9.4 15.4 6.0 11.0 5.0 12.2 7.2 7.2
* Kayu meranti 5/7 472.35 batang 53.8 53.8 87.8 34.0 62.6 28.6 69.6 41.0 41.0
* Kayu Meranti 6/12 159.62 batang 18.2 18.2 29.7 11.5 21.2 9.7 23.5 13.9 13.9
* Kayu Meranti 8/12 52.21 batang 5.9 5.9 9.7 3.8 6.9 3.2 7.7 4.5 4.5
- Besi Tulangan * Besi Ø 8 38.83 lonjor 1.1 1.1 2.3 2.3 3.8 3.8 12.3 12.3 * Besi Ø 10 323.61 lonjor 60.0 60.0 35.1 35.1 28.6 28.6 38.1 38.1 * Besi D 10 815.92 lonjor 134.6 134.6 95.4 95.4 73.0 73.0 105.0 105.0 * Besi D 13 6.34 lonjor 2.1 2.1 0.4 0.4 0.7 0.7 * Besi D 16 119.87 lonjor 6.3 6.3 12.6 12.6 17.3 17.3 23.8 23.8 * Besi D 19 341.90 lonjor 67.8 67.8 37.7 37.7 27.7 27.7 37.7 37.7 * Besi D 22 18.72 lonjor 4.7 4.7 4.7 4.7 - Beton K-300 133.40 m3 43.9 30.0 23.8 35.7 2. PELAT - Bekisting Kayu * Multipleks 15 mm 105.75 lembar 15.4 15.4 13.5 13.5 12.2 12.2 11.7 11.7
* Kayu meranti 5/7 638.31 batang 93.2 93.2 81.8 81.8 73.7 73.7 70.5 70.5
* Kayu Meranti 6/12 123.26 batang 18.0 18.0 15.8 15.8 14.2 14.2 13.6 13.6
* Kayu Meranti 8/12 62.71 batang 9.2 9.2 8.0 8.0 7.2 7.2 6.9 6.9
- Besi Tulangan * Besi Ø 8 859.93 lonjor 95.5 95.5 118.7 118.7 106.8 106.8 109.0 109.0 * Besi Ø 10 192.10 lonjor 26.6 26.6 69.5 69.5 * Besi D 10 1111.32 lonjor 158.2 158.2 55.6 55.6 226.3 226.3 115.6 115.6 * Besi D 13 392.04 lonjor 90.2 90.2 105.8 105.8 - Beton K-300 200.70 m3 63.7 54.2 42.3 40.5 3. KOLOM - Bekisting Kayu * Multipleks 15 mm 34.03 lembar 13.7 9.2 3.1 8.1
* Kayu Meranti 6/12 125.17 batang 50.3 33.7 11.4 29.7
- Besi Tulangan * Besi D 10 366.34 lonjor 217.5 74.4 74.4 * Besi D 13 336.65 lonjor 82.0 106.8 60.0 87.8 * Besi D 22 165.50 lonjor 33.1 58.5 24.4 49.6 * Besi D 25 130.75 lonjor 94.5 18.1 18.1 - Beton K-350 94.14 m3 42.3 23.5 7.4 20.9
Uraian Pekerjaan Kebutuhan
Material Sat
Minggu ke - 89 Minggu ke - 90
Minggu ke - 88
13
4.6.1. Biaya pembelian
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli material. Besarnya biaya pembelian tergantung pada jumlah material yang dibeli dan harga satuan material. Data mengenai harga material diperoleh dari jurnal harga material tahun 2010 seperti yang terlihat pada tabel 4.10 berikut ini :
Tabel 4.10. Daftar Harga Material
No. Jenis Material Satuan Harga Material Lokasi
per unit per unit Supplier
1 Multipleks 15 mm lmbr Rp 319,000.00 Gresik
2 Kayu meranti 5/7 batang Rp 59,500.00 Gresik
3 Balok kayu meranti 6/12 batang Rp 150,000.00 Gresik 4 Balok kayu meranti 8/12 batang Rp 220,000.00 Gresik
5 Besi beton Ø8 lonjor Rp 39,000.00 Surabaya
6 Besi beton Ø10 lonjor Rp 61,300.00 Surabaya
7 Besi beton D10 lonjor Rp 92,500.00 Surabaya
8 Besi beton D13 lonjor Rp 162,500.00 Surabaya
9 Besi beton D16 lonjor Rp 254,500.00 Surabaya
10 Besi beton D19 lonjor Rp 342,000.00 Surabaya
11 Besi beton D22 lonjor Rp 462,500.00 Surabaya
12 Besi beton D25 lonjor Rp 601,500.00 Surabaya
13 Beton ready mix K-300 m3 Rp 675,000.00 Sepanjang 14 Beton ready mix K-350 m3 Rp 700,000.00 Sepanjang
Sumber data : Jurnal Harga Material
4.6.2. Biaya pengadaan
Biaya pengadaan yang ditinjau adalah biaya pemesanan yang merupakan semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan material dari luar. Besar kecilnya biaya pemesanan tergantung pada jumlah (frekuensi) pemesanan. Adapun biaya pemesanan yang diperhitungkan meliputi :
a.Biaya untuk melakukan pemesanan material kepada supplier yang berupa biaya dalam penggunaan jasa telekomunikasi. Biaya ini terdiri dari biaya telepon untuk ongkos menghubungi supplier dan biaya fax
untuk pengiriman pesanan. Biaya telepon
dipengaruhi oleh lokasi pemesanan material dan lamanya durasi percakapan yang diperkirakan selama 10 menit dalam setiap kali pemesanan. Karena lokasi supplier berada di Surabaya, Gresik dan Sepanjang yang memiliki kode area sama maka untuk biaya telepon setiap pemesanan material adalah sama yaitu sebesar Rp 125,-. Sedangkan untuk biaya fax tergantung pada jumlah lembar pesanan yang dikirim melalui fax dalam setiap kali pemesanan yang diperkirakan sebanyak 2 lembar. Biaya fax dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Biaya Fax
No. Lokasi
Pesan Jml Lembar
Biaya / Dokumen Teks Total Biaya
(Rp) (Rp)
a c d e f=d*e
1 Gresik 2 2,175.00 4,350.00
2 Surabaya 2 1,375.00 2,750.00
3 Sepanjang 2 1,575.00 3,150.00
Sumber data : PT. Telkom
b.Biaya administrasi yang terdiri dari biaya-biaya yang berkaitan dengan proses pencatatan pesanan, pengiriman pesanan, dan pendataan pada saat kedatangan material. Biaya administrasi yang diperhitungkan adalah biaya pencetakan dokumen yang diasumsikan sama untuk setiap material
yaitu sebanyak 5 lembar cetak dokumen. Dengan estimasi biaya cetak sebesar Rp 250,-/lembar, maka biaya administrasinya adalah 5 x Rp 250,- yaitu sebesar Rp 1250,-.
Dari biaya-biaya tersebut maka total biaya pemesanan merupakan jumlah dari biaya telepon, biaya fax dan biaya administrasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Total Biaya Pemesanan
No. Jenis Material Biaya Tlp Biaya Fax Biaya Admin Total Biaya
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
a b c d e f=c+d+e
1 Multipleks 15 mm 1,250.00 4,350.00 1,250.00 6,850.00 2 Kayu meranti 5/7 1,250.00 4,350.00 1,250.00 6,850.00 3 Balok kayu meranti 6/12 1,250.00 4,350.00 1,250.00 6,850.00 4 Balok kayu meranti 8/12 1,250.00 4,350.00 1,250.00 6,850.00 5 Besi beton Ø8 1,250.00 2,750.00 1,250.00 5,250.00 6 Besi beton Ø10 1,250.00 2,750.00 1,250.00 5,250.00 7 Besi beton D10 1,250.00 2,750.00 1,250.00 5,250.00 8 Besi beton D13 1,250.00 2,750.00 1,250.00 5,250.00 9 Besi beton D16 1,250.00 2,750.00 1,250.00 5,250.00 10 Besi beton D19 1,250.00 2,750.00 1,250.00 5,250.00 11 Besi beton D22 1,250.00 2,750.00 1,250.00 5,250.00 12 Besi beton D25 1,250.00 2,750.00 1,250.00 5,250.00 13 Beton ready mix K-300 1,250.00 3,150.00 1,250.00 5,650.00 14 Beton ready mix K-350 1,250.00 3,150.00 1,250.00 5,650.00
4.6.3. Biaya penyimpanan
Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran atau biaya yang timbul akibat menyimpan barang
maupun bahan. Biaya penyimpanan yang
diperhitungkan berupa biaya karena memiliki
persediaan (biaya modal) dan biaya kerusakan atau penyusutan. Biaya karena memiliki persediaan (biaya modal) dapat diukur dengan suku bunga bank sebesar 6.5 % per tahun (berdasarkan suku bunga BI 2010) dari harga material per unit. Untuk biaya penyusutan atau kerusakan dapat dihitung berdasarkan penyusutan atau
kerusakan material selama penyimpanan yang
diasumsikan sebesar 0,5% dari harga material per unit untuk material besi, sedangkan untuk jenis material kayu sebesar 2%. Dengan asumsi bahwa 1 tahun ada 365 hari, maka perhitungan biaya penyimpanan material per hari adalah sebagai berikut :
Material Kayu :
Material Besi :
Perhitungan biaya penyimpanan untuk masing-masing material disajikan dalam tabel 4.13 berikut ini.
14
Tabel 4.13. Biaya Penyimpanan
No. Jenis Material % Harga Material Biaya Simpan
per unit /unit /hari
a b c d e = (c/365)*d
1 Multipleks 15 mm 8.50% Rp 319,000.00 Rp 74.29 2 Kayu meranti 5/7 8.50% Rp 59,500.00 Rp 13.86 3 Balok kayu meranti 6/12 8.50% Rp 150,000.00 Rp 34.93 4 Balok kayu meranti 8/12 8.50% Rp 220,000.00 Rp 51.23 5 Besi beton Ø8 7.00% Rp 39,000.00 Rp 7.48 6 Besi beton Ø10 7.00% Rp 61,300.00 Rp 11.76 7 Besi beton D10 7.00% Rp 92,500.00 Rp 17.74 8 Besi beton D13 7.00% Rp 162,500.00 Rp 31.16 9 Besi beton D16 7.00% Rp 254,500.00 Rp 48.81 10 Besi beton D19 7.00% Rp 342,000.00 Rp 65.59 11 Besi beton D22 7.00% Rp 462,500.00 Rp 88.70 12 Besi beton D25 7.00% Rp 601,500.00 Rp 115.36
4.6.4. Biaya persediaan material
Biaya persediaan material merupakan biaya yang terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan material. Dari hasil perhitungan untuk masing-masing biaya diatas maka rekapitulasi biaya persediaan material dapat dilihat dalam tabel 4.14 berikut ini.
Tabel 4.14. Biaya Persediaan Material
No. Jenis Material Satuan Biaya Biaya Biaya
per unit Pembelian Pemesanan Penyimpanan 1 Multipleks 15 mm lmbr Rp 319,000.00 Rp 6,850.00 Rp 74.29 2 Kayu meranti 5/7 batang Rp 59,500.00 Rp 6,850.00 Rp 13.86 3 Balok kayu meranti 6/12 batang Rp 150,000.00 Rp 6,850.00 Rp 34.93 4 Balok kayu meranti 8/12 batang Rp 220,000.00 Rp 6,850.00 Rp 51.23 5 Besi beton Ø8 lonjor Rp 39,000.00 Rp 5,250.00 Rp 7.48 6 Besi beton Ø10 lonjor Rp 61,300.00 Rp 5,250.00 Rp 11.76 7 Besi beton D10 lonjor Rp 92,500.00 Rp 5,250.00 Rp 17.74 8 Besi beton D13 lonjor Rp 162,500.00 Rp 5,250.00 Rp 31.16 9 Besi beton D16 lonjor Rp 254,500.00 Rp 5,250.00 Rp 48.81 10 Besi beton D19 lonjor Rp 342,000.00 Rp 5,250.00 Rp 65.59 11 Besi beton D22 lonjor Rp 462,500.00 Rp 5,250.00 Rp 88.70 12 Besi beton D25 lonjor Rp 601,500.00 Rp 5,250.00 Rp 115.36 13 Beton ready mix K-300 m3 Rp 675,000.00 Rp 5,650.00 Rp - 14 Beton ready mix K-350 m3 Rp 700,000.00 Rp 5,650.00 Rp -
4.7. Perhitungan Kebutuhan Kotor Material
Kebutuhan kotor material merupakan jumlah setiap item material yang dibutuhkan untuk dikonsumsi. Kebutuhan material dalam satu periode merupakan hasil penjumlahan kebutuhan material dari semua item pekerjaan yang menggunakan material tersebut dalam periode yang sama. Berdasarkan jadwal induk produksi dan kebutuhan material per periode yang sudah diperhitungkan sebelumnya, maka kebutuhan kotor material untuk setiap item pekerjaan struktur ground floor podium B dituliskan dalam tabel 4.15.
Dari hasil perhitungan kebutuhan kotor untuk setiap item pekerjaan tersebut, maka rekapitulasi kebutuhan kotor setiap materialnya adalah seperti pada tabel 4.16.
15
Tabel 4.16. Rekapitulasi Kebutuhan Kotor Material
Kebutuhan Kotor Multipleks 15 mm
. . . 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 (lembar)
Kebutuhan Kotor 9.4 24.9 30.8 19.5 24.5 17.2 38.1 18.9 28.0 0.0 3.1 0.0 8.1 0.0 222.4
Kebutuhan Kotor Kayu Meranti 5/7
. . . 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 (batang)
Kebutuhan Kotor 53.8 147.0 181.0 115.8 144.3 102.3 143.3 111.6 111.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1110.7
Kebutuhan Kotor Kayu Meranti 6/12
. . . 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 (batang)
Kebutuhan Kotor 18.2 36.2 47.7 27.3 36.9 23.9 88.1 27.5 61.2 0.0 11.4 0.0 29.7 0.0 408.1
Kebutuhan Kotor Kayu Meranti 8/12
. . . 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 (batang)
Kebutuhan Kotor 5.9 15.1 18.9 11.8 14.9 10.4 14.9 11.5 11.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 114.9
Kebutuhan Kotor Besi Tulangan Ø8
. . . 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 (lonjor)
Kebutuhan Kotor 0.0 0.0 1.1 96.6 97.7 120.9 122.4 110.6 119.0 121.3 109.0 0.0 0.0 0.0 898.8
Kebutuhan Kotor Besi Tulangan Ø10
. . . 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 (lonjor)
Kebutuhan Kotor 0.0 0.0 60.0 60.0 35.1 61.6 55.2 28.6 38.1 107.6 69.5 0.0 0.0 0.0 515.7
Total Total
Periode Minggu ke 89 Minggu ke 90
Minggu ke 88
Minggu ke 88
Total
Total
Periode Minggu ke 89 Minggu ke 90
Periode Minggu ke 89 Minggu ke 90
Periode Minggu ke 89 Minggu ke 90
Minggu ke 88
Minggu ke 88
Periode Minggu ke 88 Minggu ke 89 Minggu ke 90
Total
Periode Minggu ke 88 Minggu ke 89 Minggu ke 90