• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Giovanni (2013) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Perubahan Makna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Giovanni (2013) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Perubahan Makna"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

10 2.1 Kajian Pustaka

Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa skripsi maupun jurnal penelitian, ditemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Berikut dipaparkan beberapa penelitian tersebut.

Giovanni (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Perubahan Makna Kata-Kata Serapan (Gairaigo) Bahasa Jepang yang Berasal dari Bahasa Inggris” meneliti tentang perubahan makna gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris dalam majalah Myojo. Metode pengumpulan data yang digunakannya adalah metode penelitian pustaka atau metode library research dan dalam penyajiannya menggunakan metode deskriptif. Teori yang yang digunakan adalah teori makna kontekstual oleh Abdul Chaer (2007) serta makna leksikal oleh Verhaar (2008). Hasil dari penelitian ini menunjukkan dari 89 gairaigo yang dibahas, semua gairaigo yang mengalami perubahanan makna termasuk dalam kelas kata nomina dan dari 89 gairaigo yang merupakan nomina, 9 di antaranya juga termasuk dalam kelas kata verba. Kemudian dari 89 gairaigo tersebut, 38 gairaigo mengalami penyempitan makna, 21 gairaigo mengalami perubahan makna total, 10 gairaigo mengalami perluasan makna dan 1 gairaigo mengalami pengasaran makna dan sisanya merupakan waseieigo. Penelitian ini memiliki kesamaan topik dengan yang dilakukan oleh Giovanni yaitu perubahan

(2)

makna yang terjadi pada gairaigo. Namun pada penelitian ini tidak hanya membahas mengenai perubahan makna saja, namun juga mengkaji kesan makna dari gairaigo. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Giovanni, dapat dipahami bagaimana cara menganalisis perubahan makna yang terdapat pada gairaigo sehingga dapat dijadikan refrensi dalam penelitian ini.

Harahap (2010) dalam skripsinya yang berjudul "Pemakaian Gairaigo dalam Text Bacaan Buku Intermediate Japanese" meneliti tentang gairaigo yang terdapat dalam teks bacaan buku Intermediate Japanese. Dalam penelitiannya ia hanya menggabungkan konsep-konsep mengenai gairaigo dan kosakata Jepang menurut Tomoda (1999) dalam kerangka teorinya. Dalam hasil penelitiannya ditemukan 14 gairaigo yang memiliki padanan dalam bahasa Jepang, 12 diantaranya merupakan kelompok kata benda sedangkan 2 diantaranya merupakan kelompok kata sifat. Kemudian, terdapat 13 gairaigo yang tidak memiliki padanan dalam bahasa Jepangnya, 10 diantaranya merupakan kelompok kata kerja sedangkan 3 diantaranya merupakan kelompok kata sifat. Penelitian Harahap dan penelitian ini memiliki kesamaan objek pembahasan yaitu mengenai gairaigo. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Harahap ialah topik pembahasan, penelitian ini membahas mengenai kesan makna serta perubahan makna gairaigo sedangkan penelitian Harahap mengenai padanan gairaigo dengan wago. Manfaat yang didapat dari penelitian Harahap ialah untuk mengetahui dan memahami pemakaian gairaigo dilihat dari maknanya. Penelitian ini juga memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan Harahap, oleh karena itu penelitian Harahap digunakan sebagai bahan acuan dan pertimbangan.

(3)

Tangguh (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Penggunaan Kata Serapan (Gairaigo) Dalam Terjemahan Bahasa Jepang Novel Harry Potter And The Philosopher’s Stone Karya J.K. Rowling (Melalui Pendekatan Historis-Budaya)”. Dalam penelitiannya, ia membahas mengenai penggunaan gairaigo melalui pendekatan historis budaya dalam terjemahan Jepang novel Harry Potter And The Philosopher’s Stone karya J.K. Rowling. Teori yang digunakan Tangguh dalam penelitiannya adalah teori penerjemahan melalui pendekatan budaya menurut Toury (dalam James, 2002), Samovar (1981) serta Brown (1987). Metode yang digunakan Tangguh dalam pengumpulan data adalah metode dokumentasi (studi kepustakaan) sedangkan dalam menganalisis data digunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya menunjukkan 17 gairaigo digunakan untuk memberikan pemahaman yang tepat bagi pembaca, 12 gairaigo digunakan untuk menyesuaikan dengan kecenderungan pemakaian kata yang berkembang pada masyarakat, 5 gairaigo digunakan karena menurut rasa bahasa dipandang mempunyai nilai rasa yang baik dan harmonis, 4 gairaigo digunakan karena gairaigo tersebut dirasa lebih efektif dan efisien, 9 gairaigo digunakan untuk mempertahankan nuansa aslinya. Dari penelitian yang dilakukan oleh Tangguh, dapat dijadikan salah satu referensi mengenai alasan penggunaan gairaigo sehingga dapat menjadi acuan dalam menganalisis nuansa makna pada penelitian ini. Penelitian ini juga memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan, oleh karena itu penelitian ini digunakan sebagai bahan acuan dan pertimbangan.

(4)

Suhartini (2013) dalam skripsinya yang berjudul "Analisis Penggunaan Gairaigo yang Diikuti Verba Suru" yang membahas megenai perbandingan penggunaan gairaigo yang diikuti verba suru dengan padanan kata yang ada atau wago dalam The Nihongo Jurnal Tahun 2003 bulan Mei edisi kelima, J-Bridge Beginner Volome 2 Tahun 2008 dan Majalah JUNON Tahun 2011 bulan Juni edisi keenam. Metode yang digunakan Suhartini dalam skripsinya adalah metode padan teknik hubung banding. Dalam penelitiannya, Suhartini menggunakan teori pembagian jenis kelas kata oleh Sudjianto (2007). Berdasarkan hasil analisis penelitian Suhartini, dari 31 objek data tentang penggunaan gairaigo yang diikuti verba suru, terdapat 15 data gairaigo yang diikuti verba suru mempunyai padanan kata bahasa Jepang (wago) sedangkan sisanya tidak memiliki padanan kata (wago). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhartini adalah objek kajian yaitu gairaigo sedangkan perbedaan terdapat pada bahasan yang mana penelitian ini membahas mengenai kesan makna serta perubahan makna gairaigo berbeda dengan penelitian Suhartini yang membahas penggunaan gairaigo yang diikuti verba suru. Penelitian Suhartini ini dapat dijadikan refrensi mengenai asal usul, kelas kata, padanan kata dan perbandingan penggunaan pada setiap gairaigo yang diikuti verba suru.

2.2 Konsep

Konsep adalah semua istilah atau kata kunci yang digunakan dalam suatu karya ilmiah. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

(5)

Gairaigo (外 来 語) merupakan istilah dalam bahasa Jepang untuk menyebutkan kosakata bahasa asing yang diserap kedalam bahasa Jepang, namun kata serapan asal Cina tidak termasuk didalamnya. Gairaigo terdiri dari tiga kanji yaitu 外 (gai) yang memiliki arti luar, 来 (rai) yang memiliki arti datang dan 語 (go) yang memiliki arti kata atau bahasa. Sehingga secara mudahnya dapat diartikan kata atau bahasa yang datangnya dari luar.

Sugimoto (dalam Irwin, 2011:8) menyatakan bahwa:

Gairaigo are foreign words (gaikokugo) that have been subsumed into one’s native language or, more strictly, foreign words whose form has been adapted to the phonotactics of the country (kuni):e.g.rajio for English radio.

Terjemahan:

gairaigo adalah kata-kata asing (gaikokugo) yang telah dimasukkan ke dalam bahasa asli suatu negara atau, lebih tepatnya, kata-kata asing yang bentuknya telah disesuaikan dengan fonetik negara yang bersangkutan (Jepang). Sebagai contoh rajio yang berasal dari bahasa Inggris radio

Kemudian Uehara (dalam Tangguh, 2010:12-13) menjelaskan bahwa dalam bahasa Jepang, gairaigo akan digunakan ketika:

1. Tidak ditemukan padanan kata tersebut dalam kosakata bahasa Jepang asli (wago)

2. Ingin melakukan penekanan makna

3. Wago dianggap tak memberikan pemahaman yang tepat

4. Untuk menyesuaikan dengan kecenderungan pemakaian kata dalam masyarakat masa kini.

(6)

2.2.2 Makna

Kridalaksana (2001:132) mengartikan makna (meaning, linguistic meaning, sense) sebagai: 1) maksud pembicara; 2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; 3) hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antar bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya; 4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

Pateda (2010:82) menyatakan bahwa terdapat tiga istilah ketika seseorang mengatakan sesuatu, istilah tersebut antara lain: name, sense, dan thing. Soal makna terdapat dalam sense, dan ada hubungan timbal balik antara name dengan pengertian sense. Apabila seseorang mendengar kata- kata tertentu, ia akan dapat membayangkan bendanya atau sesuatu yang diacu, dan apabila seseorang membayangkan sesuatu, ia akan segera dapat mengatakan pengertiannya itu. Hubungan antara nama dengan pengertian, itulah yang disebut makna.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa makna merupakan hubungan kesepadanan antara bahasa atau kata yang diucapkan dengan pengertiannya.

2.2.3 Rubrik

Menurut Adiwimarta (2005:965) rubrik memiliki pegertian kepala karangan atau ruang tetap dalam sebuah surat kabar maupun majalah. Effendy

(7)

(1989:316) mengatakan rubrik atau rubriek (Belanda) adalah ruang pada halaman surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat. Misalnya rubrik wanita, rubrik olah raga, rubrik pendapat pembaca dan sebagainya.

Rubrik merupakan karya jurnalistik baik dalam majalah maupun media cetak lainnya yang mempunyai ciri khas dari segi penyajian kepada pembaca berdasarkan kepentingan yang ada atau terbentuknya spesialis kepada pembaca mengenai isi pesan yang disampaikan.

Secara umum rubrik dapat dikategorikan menjadi dua yaitu rubrik tetap dan rubrik tidak tetap. Seperti yang dikemukakan Siregar & Pasaribu (2004:98) bahwa media massa seperti majalah memiliki rubrik tetap dan tidak tetap. Rubrik tetap adalah rubrik yang muncul pada setiap edisi dan ditetapkan berdasarkan kaitan antara tujuan yang hendak dicapai. Oleh karena itu rubrik tetap harus memiliki relevansi informasi yang disampaikan secara berlanjut. Sedangkan rubrik tidak tetap adalah rubrik yang hanya muncul pada edisi tertentu, sehingga meskipun berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan tetapi jika hanya disampaikan secara situasional maka disebut sebagai rubrik tidak tetap.

Dalam penelitian ini rubrik yang digunakan sebagai sumber data adalah rubrik fashion dalam majalah Seventeen. Dalam rubrik fashion Seventeen ditampilkan gambar-gambar dari para model majalah Seventeen dalam gaya berpakaian yang sedang menjadi trend di edisi tersebut. Pada rubrik ini juga menampilkan berbagai jenis merek pakaian, sepatu, tas dan aksesoris yang

(8)

dikenakan oleh para model yang disertai harga yang tertera disamping gambar dan juga tempat yang menyediakan barang-barang tersebut.

2.3 Landasan Teori

Dalam sebuah penelitian diperlukan landasan atau acuan berpikir untuk menganalisis dan memecahkan sebuah masalah. Oleh karena itu, diperlukan pokok-pokok pikiran yang dimuat oleh kerangka teori untuk memecahkan permasalahan yang ada dalam penelitian tersebut.

Pembahasan dalam penelitian ini ialah mengenai makna, maka dari itu teori yang digunakan ialah semantik. Dalam bahasa Jepang, semantik disebut dengan 意味論 (imiron). Sutedi (2010:111) mengemukakan imiron merupakan salah satu cabang Linguistik 言 語学 (gengogaku) yang mengkaji tentang makna. Semantik memegang peranan penting, karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tidak lain untuk menyampaikan suatu makna. Penelitian yang berhubungan dengan bahasa, baik itu berupaa struktur kalimat, kosakata, maupun bunyi bahasa, pada hakikatnya tidak terlepas dari makna. Pada penelitian ini, makna yang akan digunakan dalam menganalisis rumusan masalah pertama ialah makna secara leksikal.

Chaer (2009a:60) menyatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Atau dengan kata

(9)

lain, makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Sebagai contoh kata budaya, merupakan sebuah nomina yang memiliki makna : 1. pikiran, akal budi; 2. kebudayaan; 3. yang mengenai kebudayaan; yang sudah berkembang (beradab, maju). Semua makna yang tersebut (baik yang berbentuk dasar maupun bentuk turunan) yang ada di dalam kamus disebut dengan makna leksikal (Djajasudarma, 1999:13). Dalam penelitian ini, teori makna leksikal digunakan untuk menganalisis makna dari gairaigo untuk mengetahui fungsi dari gairaigo tersebut.

Pembahasan lain dari penelitian ini ialah mengenai perubahan makna yang terjadi akibat penyesuaian kosakata yang berasal dari bahasa Inggris menjadi gairaigo dalam bahasa Jepang. Menurut Parera (2004:107) perubahan makna adalah gejala pergantian rujukan dari simbol bunyi yang sama, ini berarti dalam konsep perubahan makna terjadi pergantian rujukan yang berbeda dengan rujukan semula. Atau dalam artian mudahnya seperti yang dinyatakan Chaer (2009b: 130) sebuah kata yang pada suatu waktu dulu bermakna ’A’, misalnya, maka pada waktu sekarang bisa bermakna ’B’, dan pada suatu waktu kelak mungkin bermakna ’C’ atau bermakna ’D’.

Terdapat lima jenis perubahan makna menurut Chaer (2009b:140-145), berikut lima jenis perubahan makna tersebut.

(10)

Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna lain. Sebagai contoh kata saudara yang dulunya memiliki makna seperut atau sekandungan kemudian berubah maknanya menjadi siapa saja yang sepertalian darah.

2. Menyempit

Perubahan makna menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja. Sebagai contoh kata sarjana yang mulanya berarti orang pandai atau cendekiawan, kemudian hanya berarti orang yang lulus dari perguruan tinggi.

3. Perubahan Total

Perubahan makna total adalah berubahnya sama sekali makna pada sebuah kata dan makna asalnya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih ada sangkut pautnya dengan makna asal, tetapi sangkut pautnya ini tampak jauh sekali. Sebagai contoh misalnya, kata ceramah pada mulanya berarti cerewet atau banyak cakap tetapi kini berarti pidato atau uraian mengenai suatu hal yang disampaikan di depan banyak orang.

(11)

Penghalusan makna (eufimia) adalah konsep makna mengenai kata atau bentuk itu tidak berubah, namun gejala yang ditampilkannya kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna yang lebih halus, atau lebih sopan daripada yang digantikan. Sebagai contoh kata penjara atau bui diganti dengan kata atau ungkapan yang maknanya dianggap lebih halus yaitu lembaga pemasyarakatan.

5. Pengasaran

Pengasaran makna (disfemia) merupakan kebalikan dari penghalusan makna. Pengasaran makna merupakan usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Misalnya kata mendepak yang digunakan untuk menggantikan kata mengeluarkan.

Referensi

Dokumen terkait

Persamaan Dalam penelitian yang dilakukan subadyo memang tidak terdapat persamaan yang begitu signifikan namun seperti sebelumnya persamaan dalam penelitian tersebut

Arka Giri Soekatno. Untuk itu, penelitian ini akan meneliti hubungan intertekstual yang terdapat dalam kedua objek dan meneliti rekonstruksi yang dilakukan oleh Cok

Selain itu, pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain yang ternyata hal tersebut sejalan dengan penelitian dari Teguh Supriyadi,

Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang diacu terlihat pada cakupan kajian nya yaitu jika kajian ini hanya terfokus pada faktor –faktor pemertahanan bahasa

Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti dan teori yang digunakan, penelitian yang akan dilakukan menggunakan manga sebagai objeknya dan teori psikologi sastra

Adapun persamaannya terletak pada subjek penelitian yaitu pendidikan anak usia pra baligh atau anak usia dini, adapun perbedaan penelitiannya terletak pada objek

Sedangkan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah objek yang menjadi target persuasif berbeda, “Strategi Komunikasi persuasif

Perbedaan dari penelitian sebelumnya, menggunakan lagu yang bergenre Jpop dari AKB48 dan JKT48, sedangkan penelitian ini menggunakan lagu dari serial anime Jepang sebagai