• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Bilangan Pecahan Melalui Model Pembelajaran The Learning Cell pada Siswa Kelas IV MI Ma’Arif Candirejo kec. Tuntang kab. Semarang Tahun Ajaran 2018/2019 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Matematika Bilangan Pecahan Melalui Model Pembelajaran The Learning Cell pada Siswa Kelas IV MI Ma’Arif Candirejo kec. Tuntang kab. Semarang Tahun Ajaran 2018/2019 - Test Repository"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BILANGAN

PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THE

LEARNING CELL PADA SISWA KELAS IV MI

MA’ARIF

CANDIREJO, KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG

TAHUN AJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

DESYA AYU WULANDARI

NIM 115 14 138

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BILANGAN

PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THE

LEARNING CELL PADA SISWA KELAS IV MI

MA’ARIF

CANDIREJO, KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG

TAHUN AJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

DESYA AYU WULANDARI

NIM 115 14 138

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya

bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai (dari

sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya

kepada Tuhanmulah engkau berharap” (QS. Al-Insyirah, 6-8).

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Almarhumah mbah Ruminah, mbah Hadi Suyatno, dan mbah Samiyem yang sudah membesarkan, memberikan kasih sayang, serta do’a.

2. Orang tuaku tersayang, Bapak Ngatiyono dan Ibu Sriwahyuni.

3. Mertuaku tersayang, almarhum Bapak Muhtaruddin dan Ibu Haryanti. 4. Suamiku, Sersan Satu Khamid Shoiman.

5. Sahabatku (Tika, Nana, Emma, Resty, Astri, Himma, Asri, Ulya, Lhaila, Lia) yang selalu memberikan semangat serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 6. MI Ma’Arif Candirejo.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirrabbil’alamin, puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang

selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika

Bilangan Pecahan dengan Menggunakan Model Pembelajaran The Learning Cell pada Siswa kelas IV MI Ma’Arif Candirejo kec. Tuntang kab. Semarang Tahun

Ajaran 2018/2019”. Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan

kepada nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang yakni dengan ajaran agama Islam. Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Bapak Suwardi, M.Pd. 3. Ketua Jurusan PGMI IAIN Salatiga, Ibu Peni Susapti, M.Si.

(9)

ix

5. Pembimbing Skripsi, Ibu Dra. Siti Farikhah, M.Pd. yang sudah dengan ikhlas membimbing, mengarahkan, dan meluangkan waktu untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.

Salatiga, 29 Agustus 2018

(10)

x

ABSTRAK

Wulandari, Desya Ayu. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Bilangan Pecahan Melalui Model Pembelajaran The Learning Cell pada Siswa Kelas IV MI Ma’Arif

Candirejo kec. Tuntang kab. Semarang Tahun Ajaran 2018/2019. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Farikhah, M.Pd.

Hasil belajar Matematika di MI Candirejo kec. Tuntang kab. Semarang masih rendah terbukti dengan hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM 60. Hal ini dikarenakan penyampaian materi pelajaran oleh guru yang monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan model pembelajaran the learning cell dapat meningkatkan hasil belajar matematika bilangan

pecahan pada kelas IV MI Ma’Arif Candirejo, kec. Tuntang kab. Semarang tahun ajaran 2018/2019?. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika bilangan pecahan melalui model pembelajaran the learning cell pada siswa kelas IV MI

Ma’Arif Candirejo kec. Tuntang kab. Semarang tahun ajaran 2018/2019.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan langkah perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dilaksanakan dengan dua siklus.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV MI MA’Arif Candirejo kec. Tuntang kab.

Semarang tahun ajaran 2018/2019 yang berjumlah 31 siswa terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yan digunakan berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran the learning cell dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran matematika materi bilangan pecahan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan dari setiap siklusnya. Yaitu pada nilai rata-rata kelas dan juga persentase ketuntasan belajar siswa. Pada pra-siklus, diperoleh dari data 31 siswa, ternyata yang tuntas belajar hanya 8 siswa, sedangkan 23 siswa dinyatakan belum tuntas, dengan diperoleh rata-rata 45,8 dan persentase ketuntasan hanya mencapai 25,8%. Pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 24 siswa, dengan nilai rata-rata sebesar 67,4 dan persentase ketuntasan mencapai 77,4%. Dan pada siklus II, jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 29 siswa dengan nilai rata-rata 78,7 dan persentase ketuntasan belajar mencapai 93,5%. Dengan demikian, ketuntasan belajar siswa

kelas IV MI Ma’Arif Candirejo kec. Tuntang kab. Semarang dalam pembelajaran matematika

materi bilangan pecahan dengan menggunakan model pembelajaran the learning cell

mencapai lebih dari 85%.

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL

LEMBAR BERLOGO

HALAMAN SAMPUL………...………i

PERSETUJUAN PEMBIMBING……….………...……….…...ii

PENGESAHAN KELULUSAN………..…...iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………..………..iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….v

KATA PENGANTAR………..……vi

ABSTRAK………...………...viii DAFTAR ISI………....x

DAFTAR TABEL………...xiv

DAFTAR LAMPIRAN……….………..……xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………...……….1

B. Rumusan Masalah………...………...5

C. Tujuan Penelitian……….………..…….5

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan………...……….6

E. Kegunaan Penelitian………..……….………6

F. Definisi Operasional………..……….8

(12)

xii

2. Matematika………..……..9

3. Pecahan………10

4. The Learning Cell………10

G. Metode Penelitian……...……….……….11

H. Subjek Penelitian ……….………...…….13

I. Sistematika Penulisan……….……….…………..17

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori………..18

1. Hasil Belajar……….18

a. Pengertian Belajar………...18

b. Ciri-ciri Belajar………...………19

c. Prinsip-prinsip Belajar………...……….20

d. Tujuan Belajar……….20

e. Pengertian Hasil Belajar………..21

2. Matematika………...………...21

3. Pecahan………...……….22

4. Model Pembelajaran………...……….23

a. Pengertian Model Pembelajaran……….23

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran………..24

5. The Learning Cell………....25

(13)

xiii

C. Kajian Pustaka………..33

D. Kaitan antara Model Pembelajaran The Learning Cell dengan Pembelajaran Matematika………36

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian………..38

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……….……...38

a. Identitas Madrasah………...…………...38

b. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah………39

c. Fasilitas Sarana dan Prasarana………...……….41

d. Keadaan Guru dan Karyawan………...………..42

e. Karakteristik Siswa Kelas IV………..………43

2. Waktu Penelitian………...…………...44

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I………...…………..44

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II………..………….51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………...………..58

1. Deskripsi Penelitian Pra-Siklus………...……….58

2. Deskripsi Penelitian Siklus I………...……….60

3. Deskripsi Penelitian Siklus II………...………66

B. Pembahasan………..………70

(14)

xiv

A. Kesimpulan………...………76

B. Saran………..……...76

DAFTAR PUSTAKA………..………79

(15)

xv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 Fasilitas Sarana dan Prasarana MI Ma’Arif Candirejo………41

2. Tabel 3.2 Daftar Nama Guru dan Karyawan MI Ma’Arif Candirejo…...………42

3. Tabel 3.3 Daftar Siswa Kelas IV MI Ma’Arif Candirejo……….43

4. Tabel 3.4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian……….44

5. Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian Siswa……….58

6. Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Guru Siklus I………...60

7. Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I……….61

8. Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I……….62

9. Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Guru Siklus II……….65

10. Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II………66

11. Tabel 4.7 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II………...67

12. Tabel 4.8 Jumlah Siswa Tuntas dan Belum Tuntas Ulangan Harian…………...70

13. Tabel 4.9 Jumlah Perolehan Nilai Siswa Siklus I……….71

14. Tabel 4.10 Jumlah Perolehan Nilai Siswa Siklus II……….72

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I...82

Lampiran 2 Lembar Pengamatan Guru Siklus I...94

Lampiran 3 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I...95

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II...96

Lampiran 5 Lembar Pengamatan Guru Siklus II...107

Lampiran 6 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II...108

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian...109

Lampiran 8 Lembar Jawaban Ulangan Harian Siswa...116

Lampiran 9 Lembar Jawaban Evaluasi Siklus I...117

Lampiran 10 Lembar Jawaban Evaluasi Siklus II...118

Lampiran 11 Lembar Konsultasi Skripsi...119

Lampiran 12 Surat Keterangan Pembimbing Skripsi...120

Lampiran 13 Surat Permohonan Izin Penelitian...121

Lampiran 14 Surat keterangan sudah melakukan penelitian...122

Lampiran 15 Lembar SKK...123

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar akan membuat seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak bisa menjadi bisa dan terjadi perubahan tingkah laku pada dirinya baik secara langsung maupun tidak langsung. Proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Belajar dimaknai sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya(Husdarta, 2014: 2).

(18)

2 Sebagaimana firman Alah SWT:

لاءاَنآٌتِناَقَوُهْنَّمَأ

يِذَّلايِوَتْسَيْلَهْلُقِهِّبَرَةَمْحَروُجْرَيَوَةَرِخ ْلْاُرَذْحَيًامِئاَقَوًادِجاَسِلْيَّل

ِباَبْلَ ْلْااوُلْوُأُرَّكَذَتَياَمَّنِإَنوُمَلْعَي َلََنيِذَّلاَوَنوُمَلْعَيَن

-

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang

yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang barakallah yang dapat menerima pelajaran.”(Q.S. Az-Zumar: 9)

Dari penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa manusia yang tidak terdorong untuk belajar (mendapatkan kebenaran), pada dasarnya adalah mengingkari watak alamiahnya, karena belajar itu hakikatnya merupakan kebutuhan asasi manusia. Dorongan ini ada dalam diri manusia untuk menemukan berbagai hakikat sebagaimana adanya. Artinya manusia ingin mendapatkan pengetahuan tentang alam dan wujud benda-benda dalam keadaan sesungguhnya (Ihsana, 2017:8).

Matematika adalah suatu aktivitas manusia. Matematisi menemukan konsep matematika dengan berbuat, melakukan refleksi terhadap tindakan (aktivitasnya) lalu menemukan hasilnya berupa konsep-konsep, sifat konsep-konsep, hubungan antara konsep-konsep, aturan-aturan dan prinsip-prinsip (Slamet, 2005: 24).

(19)

3

pemahaman konsep yang lebih sulit dibandingkan operasi hitung bilangan lainnya.Sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami operasi hitung bilangan pecahan yang menjadikan hasil belajar siswa pada operasi hitung bilangan pecahan masih rendah.

Sudah sering kita mendengar bahwa matematika kerap kali menjadi monster yang menakutkan bagi anak. Anak tidak suka belajar matematika, bahkan mendengar matematika saja, dibenaknya seolah sudah tergambar sesuatu yang menyeramkan dan menakutkan. Sering kali matematika yang hadir didepan dan yang banyak dikenal hanyalah matematika yang penuh dengan rumus, abstrak, teoritis, dan kering. Padahal sebenarnya ada sisi menarik dalam matematika yang selama ini belum dikenal, dan sayangnya jarang dihadirkan di kelas (Sriyanto, 2007: 33). Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar. Hal ini dimaksudkan untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analistis, sistematis, kritis, kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam membelajarkan matematika kepada peserta didik, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran satu arah, yaitu umumnya dari guru ke peserta didik, maka guru akan lebih mendominasi pembelajaran.

(20)

4

atau tidaknya suatu pemilihan pendekatan pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkah perkembangan peserta didik, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada (Daryanto, 2013: 412).

Dari hasil studi penelitian siswa kelas IV MI Ma’Arif Candirejo menunjukkan, siswa kesulitan dalam menerima pelajaran dengan materi-materi yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk pecahan. Terutama ketika berhadapan pada soal-soal operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan yang penyebutnya tidak sama. Dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM untuk mata pelajaran matematika yang diterapkan di MI Ma’Arif

Candirejo adalah 60. Dari 31 siswa kelas IV, baru 8 siswa yang mencapai nilai KKM. Ini berarti masih banyak siswa yang belum menguasai materi operasi pecahan.

(21)

5

Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA BILANGAN PECAHAN MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN THE LEARNING CELL PADA SISWA KELAS IV MI

MA’ARIF CANDIREJO, KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN

AJARAN 2018/2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini adalah “Apakah dengan menggunakan

model pembelajaran the learning cell dapat meningkatkan hasil belajar matematika bilangan pecahan pada kelas IV MI Ma’Arif Candirejo, kec. Tuntang

kab. Semarang tahun ajaran 2018/2019?”.

C. Tujuan Penelitian

(22)

6

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiyono, 2006:96). Dalam penelitian ini, rumusan hipotesisnya adalah terjadi peningkatan hasil belajar matematika bilangan pecahan melalui model pembelajaran the learning cell (sel belajar) pada siswa kelas IV MI Ma’Arif Candirejo, kec. Tuntang kab. Semarang tahun ajaran 2018/2019.

2. Indikator Keberhasilan

Penerapan model pembelajaran the learning cell (sel belajar) ini dapat dikatakan efektif apabila hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai. Adapun indikatornya dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Secara Individu:

Adanya peningkatan hasil belajar matematika bilangan pecahan yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 60.

b. Secara klasikal:

Ketuntasan siswa secara klasikal dalam materi bilangan pecahan yang mencapai presentase nilai 85% siswa mencapai KKM.

E. Kegunaan Penelitian

(23)

7

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan yang ilmiah dalam khasanah keilmuan yang berkaitan dengan bidang pendidikan. Menambah wawasan dalam bidang penelitian dan pembuatan karya ilmiah, dan memberikan sumbangan pikiran bagi lembaga dimana tempat mahasiswa menimba ilmu.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan manfaat yang baik yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah yaitu:

a. Manfaat bagi siswa

1)Menumbuhkan motivasi dan semangat baru untuk mengikuti pembelajaran matematika.

2)Meningkatkan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar matematika.

3)Menigkatkan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar matematika.

4)Meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dalam memahami materi matematika.

b. Manfaat bagi guru

1)Memberikan masukan bagi guru untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik minat belajar siswa.

(24)

8

3)Guru mampu mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat.

c. Manfaat bagi sekolah

1)Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran.

2)Meningkatkan kualitas pendidikan.

3)Sebagai masukan bagi sekolah untuk melakukan pembinaan guru dalam inovasi dan implementasi model-model pembelajaran dalam matematika.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi multi tafsir dalam memahami istilah-istilah yang ada dalam judul, maka perlu adanya penegasan istilah.

1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah berupa skor/nilai. Susanto (2013:5) makna hasil belajar, yaitu: perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, atau psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

(25)

9

analisa, sintesa, dan evaluasi. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikutip diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dan kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah menerima pengalaman belajar yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Matematika

Menurut Mulyani Sumantri yang dikutip oleh Rosma (2010:12) matematika adalah pengetahuan yang tidak kalah pentingnyadalam kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu tujuan pengajaran matematika ialah agar peserta didik dapat berkonsultasi dengan mempergunakan angka-angka dan bahasa dalam matematika. Pengajaran matematika harus berusaha mengembangkan suatu pengertian sistem angka, keterampilan menghitung dan memahami simbol-simbolyang sering kali dalam buku-buku pelajaran mempunyai arti khusus. Pelajaran matematika perlu ditekankan pada arti dan pemecahan berbagai masalah yang seringkali ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

(26)

sehari-10

hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan uraian di atas, maka matematika dapat diartikan sebagai sebuah ilmu yang mempelajari suatu perhitungan angka-angka yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan.

3. Pecahan

Kata pecahan berasal dari kata latin fractio, suatu bentuk kata lain dari frangere, yang berarti membelah (memecah). Secara historis, pecahan pertama kali digunakan untuk merepresentasikan bilangan yang bernilai kurang dari bilangan cacah serta digunakan dalam memecah dan membagi makanan, perdagangan, dan pertanian (Purnomo, 2015: 10).

Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut (Heruman, 2007: 43).

Berdasarkan dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah istilah dalam matematika berupa bilangan yang terdiri dari pembilang dan penyebut.

4. The Learning Cell (Sel Belajar)

(27)

11

dikembangkan oleh Goldschmid dari Swiss Federal Institute of Technology di Lausanne (Hisyam dkk, 2008: 43) learning cell atau peserta didik berpasangan, menunjuk pada suatu bentuk belajar kooperatif dalam bentuk berpasangan, dimana peserta didik bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasar pada materi bacaan yang sama.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Peneltian Tindakan Kelas

PTK ditandai dengan adanya tindakan. Tindakan tersebut dilakukan tidak hanya sekali. Akan tetapi, beulang-ulang sampai dengan tujuan PTK tercapai. Menurut (Suharsimi, dkk 2016: 143-144) setiap tindakan terdiri dari rangkaian empat kegiatan sebagai berikut:

a. Perencanaan merupakan kegiatan merancang secara rinci tentang apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan . PTK untuk pengembangan profesi guru, kegiatan ini berupa menyiapkan bahan ajar, menyiapkan rencana mengajar, merencanakan bahan untuk pembelajaran, serta menyiapkan hal lain yang diperlukan dalam proses pembelajaran.

(28)

12

c. Pengamatan merupakan tindakan pengumpulan informasi yang akan dipakai untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan telah berjalan sesuai dengan rencana yang diharapkan. Pengamatan dapat berupa pengumpulan data melalui observasi, tes, kuisioner, dan lain.

d. Evaluasi dan refleksi selanjutnya berdasarkan pada hasil evaluasi pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk melakukan perbaikan pada perencanaan di tahapan (siklus) berikutnya.

Gambar 1.1 Siklus dalam PTK

(29)

13

H. Subjek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IV MI Ma’Arif Candirejo, kec. Tuntang kab. Semarang Tahun Ajaran 2018/2019, berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki, 14 siswa perempuan dan guru yang

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester 1 tahun ajaran 2018/2019 pada bulan Agustus.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan sesuatu yang mempunyai kedudukan penting, karena instrumen akan menentukan kualitas data yang dikumpulkan (Suharsimi, 2010: 92). Instrumen berfungsi untuk mempermudah dan memperlancar dalam pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah:

a. Lembar observasi, yaitu alat yang digunakan dalam kegiatan mengamati dalam proses penelitian.

(30)

14

c. Silabus, silabus berfungsi sebagai acuan untuk penyusunan dan pengembangan RPP.

d. RPP, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun dan dikembangkan dari silabus.

e. Materi pembelajaran, berisi materi-materi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

3. Pengumpulan Data

a. Observasi

Guru melakukan pengamatan terhadap siswa pada setiap siklus, untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi matematika yang diajarkan.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran matematika kelas IV MI Ma’Arif Candirejo, kec. Tuntang kab. Semarang untuk

memperoleh informasi mengenai kendala atau kesulitan dalam pembelajaran matematika.

c. Dokumentasi

(31)

15 4. Analisis Data

Untuk analisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan belajar siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung pada tiap siklusnya, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir siklus. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana berikut ini (Zainal dkk, 2009: 40-41). Penelitian ini menggunakan analisis data dengan rumus sebagai berikut: a. Penilaian Tugas dan Tes

Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata.

Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus:

x =

Keterangan:

x = Nilai rata-rata

X = Jumlah nilai semua siswa

(32)

16 b. Penilaian untuk Ketuntasan Belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar, yaitu secara perorangan dan secara klasikal.Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar, digunakan rumus sebagai berikut:

P =

x 100%

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran atau bahkan mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam penentun model pembelajaran yang tepat.

I. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan sistematika penulisan.

BAB II :Landasan Teori

(33)

17

penelitian, kajian pustaka dan kaitan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran the learning cell.

BAB III : Pelaksanaan Penelitian

Berisi subjek penelitian, deskripsi pelaksanaan siklus I (perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi), deskripsi pelaksanaan siklus II, dan seterusnya.

BAB IV : Hasi Penelitian dan Pembahasan

Berisi tentang deskripsi persiklus (data hasil penelitian, refleksi) dan pembahasan.

BAB V : Penutup

(34)

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Sebelum membahas tentang hasil belajar, terlebih penulis memaparkan tentang makna belajar. Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, mapun dalam bertindak (Ahmad, 2013: 4).

Belajar dimaknai sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Tingkah laku itu mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Husdarta dan Yudha, 2014: 2-3).

Belajar adalah ditandai dengan adanya “perubahan”, yaitu perubahan

yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas tertentu (Ihsana, 2017:7).

(35)

19

sebelumnya tidak diketahui menjadi diketahui, dilakukan dengan sengaja yang menghasilkan suatu perubahan yang lebih baik.

b. Ciri-ciri Belajar

Baharuddin dan Wahyuni (2008: 15) menyatakan beberapa ciri-ciri dari belajar:

1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, bahwa hasil belajar hanya dapat di amati dari tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar;

2) Perubahan perilaku relatif permanen. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup;

3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial;

4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman; 5) Pengalaman atau latihan dapat memberikan penguatan suatu yang

(36)

20

c. Prinsip-prinsip Belajar

Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memerhatikan beberapa prinsip belajar berikut:

1) Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif.

2) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

3) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar. 4) Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa

akan membuat proses belajar lebih berarti.

5) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya (Baharudin dan Wahyuni, 2008: 16).

d. Tujuan Belajar

Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Tujuan belajar digolongkan atas tiga ranah, yaitu:

1) Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah.

(37)

21

3) Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual dan motorik (Ihsana, 2017:10-13).

e. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimilki oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran dan dapat diukur melalui pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis, yang diraih siswa dan merupakan tingkat penguasaan setelah menerima pengalaman belajar. Adapun hasil belajar tersebut meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Rosma, 2010:37).

Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu (Ahmad, 2013:5).

Berdasarkan beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas dapat dipahami bahwa hasil belajar adalah kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa baik ranah kogntif, psikomotor, maupun afektif yang diperoleh setelah melalui proses pembelajaran dan dapat diukur melalui pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis yang diraih siswa.

2. Matematika

(38)

22

menunjukkan bahwa matematika berkenaan dengan struktur dan hubungan yang berdasarkan konsep-konsep yang abstrak sehingga diperlukan simbol-simbol untuk menyampaikannya (Rosma, 2010: 12).

Matematika berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”, juga mathematikos

yang diartikan sebagai “suka belajar”. Sehingga dari pengertian tersebut,

sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak suka atau takut matematika, karena bila kita tidak suka matematika berarti kita tidak suka belajar (Sriyanto, 2007: 12).

Sedangkan menurut Susanto (2013: 185) matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan uraian diatas, maka matematika dapat diartikan sebagai sebuah ilmu yang mempelajari suatu perhitungan angka-angka yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan.

3. Pecahan

(39)

23

kurang dari bilangan cacah serta digunakan dalam memecah dan membagi makanan, perdagangan, dan pertanian (Purnomo, 2015: 10).

Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang.Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut (Heruman, 2007: 43).

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah istilah dalam matematika yang berupa bilangan terdiri dari pembilang dan penyebut.

4. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial (Trianto, 2007:1).

Model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Rusman, 2014:132).

(40)

24

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.

2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.

3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.

4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (a) urutan langkah-langkah pembelajaran; (b) adanya prinsip-prinsip reaksi; (c) sistem sosial; dan (d) sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: (a) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; (b) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

(41)

25

5. The Learning Cell (Sel Belajar)

Salah satu dari beberapa sistem terbaik untuk membantu pasangan peserta didik belajar dengan lebih efektif adalah learning cell, yang dikembangkan oleh Goldschmid dari Swiss Federal Institute of Technology di Lausanne (dalam Hisyam dkk, 2008: 43) learning cell atau peserta didik berpasangan, menunjuk pada suatu bentuk belajar kooperatif dalam bentuk berpasangan, dimana peserta didik bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasar pada materi bacaan yang sama.

Langkah-langkah model pembelajaran the learning cell adalah sebagai berikut:

1. Pada awal setiap pertemuan kelas, peserta didik ditunjuk untuk berpasangan secara acak dan seorang partner. Siswa A mulai dengan pertanyaan pertama dan dijawab oleh siswa B.

2. Setelah mendapatkan jawaban dan mungkin telah dilakukan koreksi atau diberi tambahan informasi, giliran siswa-siswa B mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa A.

3. Jika siswa A selesai mengajukan satu pertanyaan kemudian dijawab oleh siswa B, ganti B yang bertanya, dan begitu seterusnya.

(42)

26

B. Kajian Materi Penelitian

1. Pengertian Pecahan

Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh.Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran.Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.

2. Operasi Pecahan

a. Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama

Kemampuan persyarat yang harus dikuasai siswa dalam operasi penjumlahan pecahan adalah penguasaan konsep nilai pecahan, pecahan senilai, dan penjumlahan bilangan bulat. Kemampuan penguasaan pecahan senilai lebih ditekankan terutama dalam penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama.

Penanaman konsep

Media yang diperlukan kertas lipat atau kertas yang dapat dilipat. Kegiatan pembelajaran:

1) Sebagai pengantar, siswa diingatkan lagi tentang nilai pecahan dan pecahan senilai.

(43)

27

sama, dan salah satu bagian diarsir untuk menunjukkan pecahan .

Kemudian, kertas kedua dilipat menjadi empat bagian yang sama, dan

salah satu bagian juga diarsir untuk menunjukkan pecahan .

3) Siswa memperhatikan dua kertas hasil lipatan yang telah diarsir. kertas pertama kertas kedua

4) Dalam peragaan berikut, kita akan menunjukkan hasil penjumlahan

5) + = …

Dipotong dan ditempelkan pada kertas yang satunya

+ = =

(44)

28

dijumlahkan. Adapun penulisan dua penyebut menjadi satu penyebut harus dilakukan, agar terbentuk dalam pemikiran siswa bahwa bilangan penyebut harus sama dan tidak dijumlahkan.

b. Pengurangan Pecahan Berpenyebut Sama

Mempelajari operasi pengurangan pecahan, kemampuan persyarat yang harus dikuasai oleh siswa adalah konsep nilai pecahan, pecahan senilai, dan pengurangan bilangan bulat. Kemampuan penguasaan pecahan senilai lebih ditekankan terutama dalam pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama.

Penanaman Konsep

Media yang diperlukan kertas lipat atau kertas yang bisa dilipat. Kegiatan pembelajaran:

1) Sebagai pengantar siswa diingatkan lagi tentang penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama.

2) Siswa melipat kertas menjadi empat bagian yang sama, dua bagian

(45)

29

3) Dengan peragaan kita akan menunjukkan pengurangan - = …

Satu bagian yang diarsir dihapus - = =

Penulisan dua penyebut menjadi satu penyebut harus dilakukan, agar terbentuk dalam pemikiran siswa bahwa bilangan penyebut harus sama dan tidak dikurangkan.

c. Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Tidak Sama

(46)

30

mengalami kesulitan dalam mencari media peraga yang efektif. Selain itu, kemampuan prasyarat yang harus dikuasai siswa harus disiapkan terlebih dahulu, yaitu penguasaan pecahan senilai dan penjumlahan pecahan berpenyebut sama.

Penanaman Konsep

Media yang diperlukan kertas lipat atau kertas yang dapat dilipat. Kegiatan Pembelajaran:

1) Sebagai pengantar siswa diingatkan lagi tentang pecahan senilai dan penjumlahan pecahan berpenyebut sama.

2) Siswa menyediakan media pembelajaran (dalam hal ini kertas lipat sebanyak dua lembar). Kertas yang satu dilipat menjadi empat bagian yang sama, dan salah satu bagian diarsir untuk menunjukkan pecahan

. Kemudian kertas yang satu lagi dilipat menjadi dua bagian yang

sama, dan salah satu bagian juga diarsir untuk menunjukkan pecahan

.

3) Siswa memperhatian dua kertas hasil lipatan yang telah diarsir.

4) Melalui peragaan, akan ditunjukkan penjumlahan pecahan yang

berpenyebut tidak sama, dalam kasus ini + =… kata kunci “penjumlahan” dalam peragaan pecahan dapat diganti dengan kata

(47)

31

satu bagian dipotong lalu digabungkan

+ =

Dari peragaan tampak + = (biarkan dulu sementara jika siswa

mengalami kebingungan). Biarkan siswa menganalisis sendiri permasalahan ini. Sangat diharapkan agar siswa secara sendiri atau berkelompok dengan bimbingan guru dan dibantu dengan media peraga,

dapat menentukan pecahan senilai dari = sehingga dapat mengubah

penjumlahan dari pecahan berpenyebut tidak sama menjadi penjumlahan pecahan bepenyebut sama. Pada akhirnya, jika sudah terbentuk dalam pemikiran siswa bahwa dalam penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama ini penyebut harus disamakan terlebih dahulu, dan dua penyebut diganti dengan satu penyebut, sehingga dapat ditulis:

(48)

32 + = + = =

d. Pengurangan Pecahan Berpenyebut Tidak sama

Selama ini, pembelajaran yang sering dilakukan guru dalam hal pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama tidak jauh berbeda dengan pembelajaran penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama, yaitu dengan cara menyamakan penyebut kedua pecahan tanpa proses atau penggunaan media peraga. Siswa dipaksa untuk menerima penjelasan guru tanpa membuktikan atau membangun sendiri dalam pikirannya. Hal ini terjadi karena guru sering kali mengalami kesulitan dalam mencari media yang efektif. Selain itu, kemampuan prasyarat yang harus dikuasai siswa harus disiapkan terlebih dahulu, yaitu penguasaan pecahan senilai, pengurangan pecahan berpenyebut sama, dan penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama.

Penanaman Konsep

Media yang diperlukan kertas lipat atau kertas yang dapat dilipat Kegiatan pembelajaran:

(49)

33

2) Siswa membagi selembar kertas menjadi dua bagian yang sama dengan cara melipat, dan satu bagian diarsir untuk menunjukkan

pecahan .

3) Akan diperagakan pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama,

yaitu - = … Dalam peragaan, kata ‘pengurangan’ dapat

digantidengan ‘diambil’.

Dari peragaan tampak - = (sementara ini, biarkan jika

siswa kebingungan). Gugahlah peserta didik untuk menganalisisnya, baik secara sendiri atau berkelompok dengan bimbingan guru dan dibantu dengan media peraga, untuk dapat menentukan pecahan senilai

dari = . Dengan kata lain, siswa dapat mengubah pengurangan

(50)

34

- = - = = (Heruman, 2010: 43-66).

C. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rini Artika

Penelitian yang dilakukan oleh Rini Artika yang berjudul “Pengaruh

Model Pembelajaran The Learning Cell (Sel Belajar) terhadap Kemampuan Menemukan Gagasan Utama dalam Artikel oleh Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tanjungbalai Tahun Pembelajaran 2012/2013” dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan menemukan gagasan utama dalam artikel dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori, untuk mengetahui kemampuan menemukan gagasan utama dalam artikel dengan menggunakan model pembelajaran the learning cell (sel belajar), dan untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran the learning cell (sel belajar) terhadap kemampuan menemukan gagasan utama dalam artikel oleh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tanjungbalai Tahun Pembelajaran 2012/2013.

(51)

35

persentase nilai dengan rata-rata (mean) 79,375 berada pada rentang skor 70-84. Hal ini membuktikan bahwa adanya signifikan atau pengaruh pada model pembelajaran the learning cell terhadap kemampuan menemukan gagasan utama dalam artikel siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tanjungbalai Tahun Pembelajaran 2012/2013.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Aditya Wisnu Aji, Siti Rochani, Siany

Indria

Penelitian yang dilakukan oleh Aditya Wisnu Aji, Siti Rochani, dan Siany Indria yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

The Learning Cell untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Sosiologi kelas X IIS 2 SMA Negeri Gondangrejo Tahun Pelajaran 2016/2017” dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar Sosiologi peserta

didik kelas X IIS 2 SMA Negeri Gondangrejo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell.

(52)

36

mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 79, 3 dengan presentase ketuntasan sebesar 86%. Kemudian hasil belajar pada siklus II kembali meningkat menjadi 86, 53 dan persentase ketuntasansebesar 92%. Sedangkan pada ranah afektif diperoleh prosentase pada Siklus I sebesar 78% menjadi 85% pada Siklus II. Kemudian prosentase ranah Psikomotor mengalami peningkatan dari 84% pada Siklus I menjadi 92% pada Siklus II. Simpulan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X IIS 2 SMA Negeri Gondangrejo.

3. Relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian penulis

Penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui model pembelajaran the learning cell menjadi relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian penulis. Berbeda dengan kondisi yang biasanya ditemukan di lapangan khususnya pada mata pelajaran matematika hanya guru yang aktif menjelaskan sedangkan peserta didik hanya memperhatikan guru sehingga kondisi belajar mengajar menjadi monoton. Pada penelitian mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan kelas IV MI Ma’arif Candirejo, kec. Tuntang kab. Semarang tahun ajaran 2018/2019

(53)

37

D. Kaitan antara Model Pembelajaran The Learning Cell dengan Pembelajaran

Matematika

Kaitan antara model pembelajaran the learning cell dengan pembelajaran matematika adalah peserta didikdapat belajar dengan lebih efektif karena dalam model pembelajaran the learning cell menunjuk pada suatu bentuk belajar kooperatif dalam bentuk berpasangan, dimana peserta didik bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasar pada materi yang sama.

Tujuan dari penggunaan model pembelajaran the learning cell adalah untuk menciptakan suasana belajar yang mendorong peserta didik aktif dalam proses belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar akan semakin termotivasi bila dilibatkan dalam kerja kelompok dan berpasangan. Khususnya dalam mata pelajaran matematika yang biasanya menjadi momok yang menakutkan bagi peserta didik, tugas yang berat dikerjakan seorang diri akan menjadi mudah bila dikerjakan bersama. Keuntungan lainnya dari belajar bersama yaitu siswa yang belum mengerti penjelasan guru akan mengerti melalui penjelasan dan diskusi mereka dalam kelompok berpasangan.

Jadi, dengan menggunakan model pembelajaran the learning cell peserta didik akan lebih menguasai materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

(54)

38

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Ma’Arif Candirejo yang bertempat

di Dusun Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Peneliti akan memaparkan lokasi pelaksanaan penelitian serta informasi tentang keadaan atau kondisi yang ada disekitar madrasah tersebut. Dalam hal ini, peneliti pandang perlu dipaparkan karena agar tidak adanya salah persepsi tentang lokasi penelitian yang juga berpengaruh terhadap analisis data yang akan dilakukan. Dari hasil observasi, data yang diperoleh penulis dari MI Ma'Arif Candirejo mengenai lokasi penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Identitas Madrasah

1) Nama Sekolah : MI Ma’Arif Candirejo

2) NISN : 111233220071

3) NSS/ NPSN : 60712898

4) Propinsi : Jawa Tengah

5) Otonomi : Daerah

6) Kecamatan : Tuntang

7) Desa/ Kelurahan : Candirejo

8) Jalan dan Nomor : Jalan Mertakusuma Nomor 03

(55)

39

10)Daerah : Pedesaan

11)Status Sekolah : Swasta

12)Kelompok Sekolah : Filial

13)Akreditasi : A tahun 2010

14)Penerbit SK(ditandatangani oleh) : Kementerian Agama

15)Tahun Berdiri : 1956

16)Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi

17)Bangunan Sekolah : Milik Sendiri

18)Luas Bangunan : 1.116 m2

19)Jarak ke Pusat Kecamatan : 5 km 20)Jarak ke Pusat OTODA : 15 km 21)Tertelak pada Lintasan : Desa 22)Organisasi Penyelenggara : Organisasi

b. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah

1) Visi

Terdidiknya Generasi Islam yang Beriman dan Berakhlak Mulia, Serta Unggul dalam Prestasi Cakap dalam Teknologi.

Indikator Visi:

a) Terwujudnya generasi beriman yang kuat dan kokoh.

(56)

40

c) Terbentuknya karakteristik islami yang mampu mengaktualisasikan diri dalam masyarakat.

d) Terwujudnya generasi yang terampil dan berprestasi baik akademik maupun non akademik.

e) Terbentuknya generasi yang tertumpu pada imtak dan iptek. 2) Misi

a) Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian prestasi akademik dan non akademik.

b) Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari Al-Qur’an dan menjalankan agama Islam (akhlaqul kharimah). c) Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga

kependidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan. d) Mendorong dan membimbing siswa untuk berlomba meraih

prestasi.

3) Tujuan Pendidikan Madrasah

Secara umum, tujuan Madrasah Ibtidaiyah Ma’Arif Candirejo

adalah Meletakkan Dasar Keimanan, Kecerdasan, Kepribadian, Pengetahuan, Akhlak Mulia serta Keterampilan untuk Hidup Mandiri dan Mengikuti Pendidikan Lebih Lanjut.

Bertolak dari tujuan umum pendidikan dasar tersebut, Madrasah Ibtidaiyah Ma’Arif Candirejo mempunyai tujuan sebagai

(57)

41

a) Mengoptimalkan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran aktif (Pakem, Ctl).

b) Mengembangkan potensi akademik, minat dan bakat siswa melalui layanan bimbingan dan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler. c) Membiasakan perilaku Islam di lingkungan madrasah.

d) Meningkatkan prestasi akademik siswa dengan nilai rata-rata 7,5. e) Meningkatkan prestasi akademik siswa dibidang seni dan olahraga

lewat kejuaraan dan kompetisi.

c. Fasilitas sarana dan prasarana

Fasilitas sarana dan prasarana Mi Ma’Arif Candirejo disajikan dalam

table berikut:

Tabel 3.1 Fasilitas Sarana dan Prasarana MI Ma’Arif Candirejo

(58)

42 sambungan…

d. Keadaan Guru dan Karyawan

Jumlah guru dan karyawan di MI Ma’Arif Candirejo tahun ajaran

2018/2019 berjumlah 12 orang, 1 kepala madrasah 6 guru kelas 3 guru mata pelajaran dan 2 karyawan.

Table 3.2 Daftar Nama Guru dan Karyawan

MI Ma’Arif Candirejo

14. Listrik 900 Watt Baik

1. Siti Asiyah, S.Ag. 197306031997032001 Kepada Madrasah

2. Umi Fatkiyah, S.Pd.I Guru kelas I

3. Meti Andayani, S.Pd. 197109162005012002 Guru kelas II

4. Umi Hanifah, S.Pd.I Guru kelas III

10. Maskur Fateeh Guru Penjas

11. Umi Muflikhah Sarana Prasarana

(59)

43

e. Karakteristik Siswa Kelas IV

Siswa yang ada di kelas IV MI Ma’Arif Candirejo berjumlah 31 anak

yang rata-rata berumur 9-10tahun. Mereka rata-rata dari keluarga kalangan ekonomi menengah bahkan ada beberapa dari kalangan bawah. Selain itu, tingkat kemampuan pemahaman siswa juga berkisar dibawah rata-rata, sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah.

Siswa kelas IV dengan jumlah 31 anak terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Nama-nama siswa disajikan dalam table berikut:

Tabel 3.3 Daftar Siswa Kelas IV MI Ma’Arif Candirejo

No. Nama Jenis

Kelamin

1. Alya Shafa S Perempuan 2. Anisa Cahya Z Perempuan 3. Fardusi Septa Alfin A Laki-laki 4. Febrian Rifqy P Laki-laki 5. Fendi Arga Prayoga Laki-laki 6. Jasmin Noya Perempuan 7. Jiwana Riski Erlan Laki-laki 8. M. Raehan Afriliano Laki-laki

9. Maemona Perempuan

10. Maydina Astuti Perempuan 11. M. Arul Ikbal Laki-laki 18. M. Ridwan Adzahabi Laki-laki 19. M. Solikhul Huda Laki-laki 20. Mumtazah B Syafuira Perempuan 21. Naura Wachidatur R Perempuan

(60)

44 sambungan..

22. Naysilla Puji L Perempuan 23. Putra Mahesa Laki-laki 24. Salwa Sakinah Ludfi Perempuan 25. Sakina Sofia Nur A Perempuan 26. Shinta Fatima Perempuan 27. Silvi Aprilia Perempuan 28. Siti Fauzyah Perempuan 29. Tegar Syairohman Laki-laki 30. Atina Felda Ningrum Perempuan 31. Anelka Evan Reizavy Laki-laki

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus di MI Ma’Arif Candirejo,

dengan jadwal waktu penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Pada tahap siklus I ini, peneliti melakukan perencanaan yang akan dilaksanakan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti merancang tindakan yang akan dilaksanakan sebagai berikut:

a. Mempersiapkan silabus dan menyusun RPP yang kemudian dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran Matematika kelas IV MI

No. Siklus Waktu Penelitian

(61)

45

Ma’Arif Candirejo. Kemudian RPP tersebut digunakan oleh guru sebagai

acuan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan dikelas tersebut. Adapun kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator yang dicantumkan dalam siklus ini adalah sebagai berikut:

1) Kompetensi Inti

a) Menerima, menjalankan, dan meghargai ajaran agama yang dianutnya.

b) Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.

c) Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya, dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.

(62)

46 2) Kompetensi Dasar

Mengurai sebuah pecahan menjadi sebagai hasil penjumlahan dan pengurangan dua buah pecahan lainnya dengan berbagai kemungkinan jawaban.

3) Indikator

a) Siswa dapat mengetahui konsep penjumlahan pecahan berpenyebut sama.

b) Siswa dapat mengetahui konsep penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama.

c) Siswa dapat menghitung penjumlahan pecahan berpenyebut sama. d) Siswa dapat menghitung penjumlahan pecahan berpenyebut tidak

sama.

b. Menyiapkan materi dan alat-alat yang berupa media maupun lainnya yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Materi diambil dari beberapa buku yang relevan dengan pembelajaran matematika materi penjumlahan bilangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama. Media yang digunakan yaitu kertas lipat dan model pembelajaran yang digunakan adalah the learning cell.

(63)

47

d. Menyusun soal untuk siswa. Soal tersebut dibagikan setiap akhir pembelajaran dan bersifat close book untuk menguji kemampuan siswa dalam materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Soal tersebut dibuat oleh peneliti dengan pertimbangan guru pengampu.

e. Mempersiapkan alat untuk dokumentasi yaitu kamera yang berguna untuk mendokumentasikan setiap kegiatan pembelajaran yang ada di kelas.

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, semua yang ada pada perencanaan akan dilaksanakan pada tahap ini. Guru melaksanakan pembelajaran matematika materi bilangan pecahan sesuai dengan RPP yang dibuat oleh peneliti. Selain itu, guru juga menggunakan alat, media, dan lainnya yang telah disiapkan oleh peneliti untuk kegiatan pembelajaran. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Data hasil pelaksanaan tindakan diperoleh dari hasil pengamatan peneliti selama proses pembelajaran serta hasil tes siswa yang diberikan setelah akhir kegiatan pembelajaran.

Pada siklus I pelaksanaan dilakukan pada hari Rabu, 8 Agustus 2018 di ruang kelas IV MI Ma’Arif Candirejo dengan kegiatan pembelajaran sebagai

berikut:

a. Kegiatan pendahuluan berisi uraian:

(64)

48

pakaian siswa, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.

2) Guru menanyakan kabar kemudian mengajak siswa untuk tepuk semangat bersama.

3) Guru memberikan penjelasan mengenai pentingnya mempelajari materi pecahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan mempelajari pecahan kita dapat membagi kue dengan adik secara adil.

4) Melakukan apersepsi tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya mengenai konsep pengertian pecahan.

5) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. Sub Tema: “Penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan

berpenyebut tidak sama”.

6) Guru mempersiapan alat kertas liat yang digunakan untuk penanaman konsep penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama.

b. Kegiatan inti berisi uraian: 1) Mengamati

a) Guru menjelaskan pengertian pecahan dan konsep penjumalahan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama.

(65)

49 2) Bertanya

Guru dan siswa bertanya jawab tentang pecahan. 3) Mencoba

a) Guru membagi kertas lipat kemudian memandu siswa untuk mencoba menemukan konsep penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama.

b) Guru menerapkan model pembelajaran the learning cell dan menginstruksikan kepada siswa langkah-langkah model pembelajaran tersebut.

4) Mengasosiasikan

Siswa mengerjakan soal pada lembar soal yang diberikan, sesuai dengan penjelasan dari guru.

5) Mengkomunikasikan

Perwakilan dari siswa maju kedepan kelas untuk mempraktikkan proses operasi penjumlahan pecahan dan menemukan hasilnya didepan kelas.

c. Kegiatan penutup berisi uraian:

1) Guru melakukan evaluasi pembelajaran tentang operasi penjumlahan pecahan.

(66)

50

3) Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya yaitu tentang pengurangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama.

4) Merapikan tempat duduk, mengajak siswa berdoa bersama, dan salam.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung sebagai upaya untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran materi bilangan pecahan menggunakan model pembelajaran the learning cell. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Pada tahap ini, dilakukan pengamatan terhadap semua proses kegiatan pembelajaran, hasil pembelajaran, situasi dalam pembelajaran, dan kendala-kendala yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, peneliti juga mengukur hasil pembelajaran siswa dengan memberikan soal tes untuk dikerjakan secara individu setelah proses pembelajaran sebagai hasil belajar siswa dan menguji kemampuan siswa dalam penguasaan materi yang diberikan oleh guru. Hasil dari instrumen tersebut dimasukkan kedalam data sebagai refleksi.

4. Refleksi

(67)

51

data yang diperoleh dari hasil tes belajar siswa materi penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama.

Refleksi bertujuan untuk mengetahui kelebihan maupun kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran. Refleksi merupakan kegiatan diskusi antara guru dan peneliti. Apabila telah diketahui letak keberhasilan dan juga hambatan yang ada dari pembelajaran pada pelaksanaan siklus I, maka dapat ditentukan rencana yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya yaitu siklus II.

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Pada tahap pelaksanaan siklus II, peneliti merencanakan tindakan yang dilakukan siklus II hampir sama dengan perencanaan pada siklus I. Kendala atau hambatan yang sesuai pada refleksi siklus I diupayakan untuk diperbaiki pada siklus II. Dengan harapan pada siklus II ini pembelajaran akan berhasil dan hasil belajar siswa dapat memuaskan dan maksimal. Perencanaan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti merancang tindakan yang akan dilaksanakan sebagai berikut:

(68)

52

acuan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas. Adapun kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator yang dicantumkan dalam siklus ini adalah sebagai berikut:

1) Kompetensi Inti

a) KI-1 : menerima, menjalankan,dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

b) KI-2 : menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.

c) KI-3 : memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya, dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

d) KI-4 : menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

2) Kompetensi Dasar

(69)

53 3) Indikator

a) Siswa dapat mengetahui konsep pengurangan pecahan berpenyebut sama.

b) Siswa dapat mengetahui konsep pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama.

c) Siswa dapat menghitung pengurangan pecahan berpenyebut sama. d) Siswa dapat menghitung pengurangan pecahan berpenyebut tidak

sama.

b. Menyiapkan materi dan alat-alat yang berupa media maupun lainnya yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran. Materi diambil dari beberapa buku yang relevan dengan pembelajaran matematika materi pengurangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama. Media yang digunakan adalah kertas lipat dan model pembelajarannya adalah the learning cell.

c. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran yang akan digunakan peneliti selama proses pembelajaran matematika materi bilangan pecahan berlangsung. Lembar observasi dibuat dan digunakan peneliti untuk setiap pertemuan.

(70)

54

e. Mempersiapkan alat untuk dokumentasi yaitu kamera yang berguna untuk mendokumentasikan setiap kegiatan pembelajaran yang ada di kelas.

2. Pelaksanaan

Pada siklus II, pelaksanaan dilakukan pada hari Selasa, 14 Agustus 2018 di ruang kelas IV MI Ma’Arif Candirejo dengan kegiatan pembelajaran sebagai

berikut:

a. Kegiatan pendahuluan berisi uraian:

1) Guru memberi salam, mengajak semua siswa berdo’a, melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa, guru memeriksa kerapian pakaian siswa, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.

2) Guru menanyakan kabar kemudian mengajak siswa untuk tepuk semangat bersama-sama.

3) Melakukan apersepsi tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya mengenai penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama. 4) Menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan

dicapai. Sub Tema: “Pengurangan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama”.

(71)

55 b. Kegiatan inti berisi uraian:

1) Mengamati

a) Guru menjelaskan pengertian pecahan dan konsep pengurangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama.

b) Guru mendemonstrasikan tentang konsep pengurangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama dengan menggunakaan media kertas lipat.

2) Bertanya

Guru dan siswa bertanya jawab tentang pecahan. 3) Mencoba

a) Guru membagi kertas lipat kemudian memandu siswa untuk mencoba menemukan konsep pengurangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama.

b) Guru dan siswa mengerjakan contoh soal bersama-sama.

c) Guru menerapkan model pembelajaran the learning cell dan menginstruksikan kepada siswa langkah-langkah model pembelajaran tersebut.

4) Mengasosiasikan

(72)

56 5) Mengkomunikasikan

Perwakilan dari siswa maju kedepan kelas untuk mempraktikkan proses operasi pengurangan pecahan dan menemukan hasilnya didepan kelas.

c. Kegiatan penutup berisi uraian:

1) Guru melakukan evaluasi pembelajaran tentang operasi pengurangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama.

2) Guru mengajak siswa menyimpulkan pembelajaran.

3) Guru menginformasikan materi yang aka dipelajari pada pertemuan berikutnya.

4) Merapikan tempat duduk, mengajak siswa berdo’a bersama, dan salam.

3. Pengamatan

(73)

57

4. Refleksi

(74)

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Penelitian Pra-Siklus

Penelitian pada tahap pra-siklus, dilakukan peneliti secara langsung dengan melakukan observasi pada proses kegiatan pembelajaran oleh guru mata pelajaran kelas IV MI Ma’Arif Candirejo kecamatan Tuntang kabupaten Semarang. Dari hasil observasi tersebut, diperoleh bahwa belum adanya model pembelajaran baru yang digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses belajar mengajar di kelas menjadi monoton. Bahkan tidak terjadi interaksi yang aktif antara guru dengan siswa. Pembelajaran berpusat pada guru sehingga siswa hanya mendengarkan dan pasif. Banyak siswa yang merasa bosan dan jenuh, sehingga menyebabkan siswa kurang fokus dan sesekali ada yang mengantuk. Akibatnya, hasil belajar yang diperoleh siswa rendah.

Gambar

Gambar 1.1 Siklus dalam PTK
Tabel 3.1 Fasilitas Sarana dan Prasarana MI Ma’Arif Candirejo
Table 3.2 Daftar Nama Guru dan Karyawan
Tabel 3.3 Daftar Siswa Kelas IV MI Ma’Arif Candirejo
+7

Referensi

Dokumen terkait

(adminstrasi, Teknis dan Harga) beserta lampiran lampirannya ( termasuk referensi tenaga ahli ), yang. telah di Upload pada system SPSE pada paket pekerjaan

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harasbitara (2007) dengan judul Hubungan status gizi remaja putri dengan usia terjadinya menarche pada

Penulis harap dengan adanya penulisan ilmiah tentang homepage Dunia Kopi dengan program Microsoft FrontPage2000 ini dapat membantu para pencinta kopi untuk mendapatkan semua

Pembuktian dihadiri oleh direktur utama/pimpinan perusahaan, atau Kepala Cabang/Perwakilan, atau karyawan resmi perusahaan atau pejabat yang menurut perjanjian kerja sama

Penanganan limbah Puskesmas menunjukkan, kondisi yang kurang layak lebih banyak pada Puskesmas di daerah sangat terpencil dibandingkan dengan daerah terpencil atau bisa, di

Menentukan modus dari data yang disajikan dalam bentuk diagram, tabel, atau data acak. Modus dari data di atas

vonis yang berat terhadap pelaku kejahatan seksual tersebut sebagaimana yang. termaktub dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

(2) Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Bagian Tata.. Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau