• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Suasana perpolitikan bangsa indonesiapasca tumbangnya rezim orde baru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Suasana perpolitikan bangsa indonesiapasca tumbangnya rezim orde baru"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

Suasana perpolitikan bangsa indonesiapasca tumbangnya rezim orde baru suharto, disambut oleh semua lapisan serta kalangan yang dianggap sebagai masa kebebasan dan berekpresi. Dalam keadaan ini semakin bertambah seiring dengan dilakuakannya perubahan terhadap undang-undang Dasar 1945 yang di anggap turut melindungi kekuasaan otoriter masa orde baru tersebut selama 32 tahun dan kerap melahirkan kekuasaan tanpa batas, setelah tumbangnya rezim tersebut dengan konsep pelimpahan wewenang oleh organisasi pemerintah kepada tingkat

bawahnya secara hirarkis1. Dari sudut pandang hukum suatu revolusi yang

berhasil dapat menjadi kenyataan yang menciptakan hukum sehingga berlakunya undang-undang dasar negara republik indonesia harus dilihat dari konteks

berhasilnya revolisi indonesia2nuansa kehidupan demokratis semakin terasa ketika

para elit politik kembali melakukan peran dan fungsi masing-masing. sentralisasi kekuasaan yang menumpuk pada lembaga eksekutif pada masa lalu, berubah menjadi pemerataan kekuasaan dengan saling kontrol di antara tiap lembaga negara.

Hal ini pula yang memulihkan kembali peran lembaga perwakilan, lembaga yang merupakan simbol dari keluhuran demokrasi di mana didalamnya

terdapat orang-orang pilihan yang dijadikan wakil rakyat yang memiliki integritas,

tanggung jawab, etika serta kehormatan, yang kemudian dapat diharapkan

1 Bambang Yodoyono. 2001.Otonomi Daerah Desentralisasi dan Pengembangan SDM Aparatur

PEMDA dan Anggota DPRD, cet. Ke-2 Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hlm, 20

(2)

menjadi perangkat penyeimbang dan pengontrol terhadap kekuasaan eksekutif sebagi penggerak roda pemerintahan.bagi negara yang menganut kedaulatan

rakyat3 keberadaan lembaga perwakilan hadir sebagai suatu keniscayaan. tidak

mungkin membayangkan terwujudnya suatu pemerintah yang menjujung demokrasi tanpa kehadiran institusi tersebut, sehingga kepentingan rakyat akan tertampung dan kemudian tertuang dalam berbagai kebijakan umum yang sesuai

dengan aspirasi rakyat4.

Demokrasi di indonesia telah menciptakan sistim check and balances

dalam menjalankan tata pemerintahan daerah dengan memberikan kewenangan kepada dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/ kota adalah sebuah lembaga perwakilan rakyat di daerah kabupaten/ kota yang terdiri atas anggota partai

politik peserta pemilihan umum (pemilu)5 yang dipilih berdasarkan hasil

pemilihan umum. DPRD kabupaten atau Kota juga berkedudukan sebagai lembaga pemerintahan daerah kabupaten/kota.Sebagai lembaga perwakilan rakyat

di daerah6, DPRD mempunyai peran yang sangat besar dalam mewarnai jalannya

pemerintahan daerah otonom.Dengan peran yang demikian itu, aspek responsibilitas dalam pelaksanaan tugas menjadi salah satu faktor penentu dalam memaknai dan memberikan manfaat terhadap jalannya pemerintahan di daerah guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berdaulat.

3 Bagir Manan. 2002. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum (PSH) Fakultas

Hukum UII Yogyakarta, hal 12 4

Arbi Sanit,1985, Perwakilan Politik di Indonesia, Cet. Ke-1 Jakarta: Cv. Rajawali, hlm. 203

5Lihat Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 Sesudah Amandemen

6 Boy Yendra Tamin. 2008. Fungsi Legislasi DPRD Dan Pembentukan Peraturan Daerah,Sinar

(3)

Lembaga legislasi daerah yang disebut juga dengan (local legislative council) merupakan institusi yang sangat penting bagi demokrasi dan

pembangunan7 juga bagi tercapainya potensi demokrasi yang diwujudkan melalui

pemilihan umum, lembaga legislasidaerah adalah lembaga penyampain kepentingan dan aspirasi masyarakat yang diubah ke dalam kebijakan, Fungsi utama lembaga ini adalah mewakili kebutuhan, aspirasi, perhatian dan prioritas masyarakat dengan mengartikulasikan masukan serta aspirasi masyarakat lalu mengubahnya menjadi kebijakan. fungsi kedua, menyusun peraturan perundang- undangan, peraturan yang mengatur jurisdiksi, termasuk anggaran pemerintah, dijalankan anggota lembaga legislasi daerah dengan selalu memperhatikan kebutuhan masyarakat, sementara fungsi ketiga sebuah lembaga legislasi daerah adalah pengawasan, untuk memastikan akuntabilitas politik dan keuangan eksekutif.

Dewan perwakilan rakyat daerah berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 41, mempunyai fungsi legislasi, anggaran, dan

pengawasan, undang-undang nomor 27 tahun 2009 tentang majelis

permusyawaratan rakyat, dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah Pasal 343. Dalam kaitannya dengan fungsi

legislasi, sesuai dengan peraturan perundang-undangan8DPRD memiliki fungsi

untuk membuat peraturan daerah, melalui fungsi legislasi ini sesungguhnya menempatkan DPRD pada posisi yang sangat strategis dan terhormat karena

7 Mahfud MD,2006, Membangun Politik Hukum,Menegakkan Konstitusi, Jakarta : LP3ES. Hal 34 8 Haw Widjaja. 2004. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom Jakarta: Grafindo Persada. Hal, 45

(4)

DPRD ikut menentukan kelangsungan dan masa depan daerah. Hal ini juga harus

dimaknai sebagai amanah untuk memperjuangkan dan meningkatkan

kesejahteraan rakyatnya. fungsi ini juga untuk mengakomodasi berbagai

kepentingan para pihak (stakeholder) untuk menetapkan bagaimana pembangunan

di daerah akan dilaksanakan ditetapkannya UU No. 32 tahun 2004, yang mengharuskan sistem pembagian kekuasaan sebagai prinsip menghormati kehidupan regional menurut riwayat, adat dan sifat sendiri-sendiri dalam kadar

negara kesatuan9.

Undang-undang telah melimpahkan kekuasaan baik secara politik maupun secara administratif kepada daerah untuk menyelenggaran kewenangan sesuai dengan prakarsa dan inisiatif masyarakat didaerah selain 6 (enam) kewenangan yang masih menjadi kewenangan pemerintah pusat antara lain politik luar negeri, moneter dan fiscal nasional, agama, pertahanan, keamanan, dan yudisial. pelimpahan kewenangan selain 6 bidang itulah yang menjadi kewenangan daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri yang dinamakan dengan otonomi

daerah10. Pelimpahan itu secara otomatis juga memindahkan fokus politik ke

daerah karena pusat kekuasaan tidak hanya dimonopoli oleh pemerintah pusat seperti di era sentralisasi namun telah terdistribusi ke daerah.pelimpahan kewenangan itu disertai pula dengan pemberian kekuasaan yang lebih besar bagi

DPRD dalam menjalankan fungsi Legislasi, Budgeting dan Controling. Karena

9

Syaruddin dan Werry Warta Taifur,2002 Laporan Penelitian Peranan DPRD untuk Mencapai Tujuan Desentralisasi dan Perspektif Daerah tentang Pelaksanaan Desentralisasi. Kerjasama: Iris Indonesia dengan pusat studi kependudukan Universitas Andalas Padang, hlm. 24

10

Makna Dari Otonomi Daerah adalah Daerah memang mengharuskan diselenggarakannya otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab Pelaksanaan otonomi daerah diwujudkan dengan pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya masing-masing serta perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.

(5)

diharapkan dengan otonomi daerah DPRD mampu meningkatkan peran pembuatan peraturan daerah yang sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat di daerah.

Namun demikian proses transisi menuju perilaku kekuasaan yang

transparan, partisipatif dan akuntabel dalam menjalankan kekuasaan

membutuhkan instrumen dan instrumen yang paling tepat untuk mewujudkan

perubahan itu adalah hukum Law is a tool of Social engineering. apabila kita

menempatkan hukum sebagai alat rekayasa sosial maka tak kelak akan menepatkan peraturan perundang-undangan pada posisi yang sangat penting dalam mengatur tata kekuasaan maupun masyarakat. ada tiga hal penting yang harus diatur oleh para wakil rakyat melalui parlemen, yaitu (i) pengaturan yang dapat mengurangi hak dan kebebasan warga negara, (ii) pengaturan yang dapat membebani harta kekayaan warga negara, dan (iii) pengaturan mengenai

pengeluaran-pengeluaran oleh penyelenggara negara11. dalam hal ini peranan

hukum tertulis di tingkat daerah atau Perda menjadi sangat penting.

Transisi di tingkat daerah seharusnya diprakarsai oleh DPRD melaui penyusunan peraturan daerah yang berorientasi terutama untuk melakukan perubahan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah yang transparan, akuntabel dan partisipatif serta melindungi potensi dan kearifan local

(Local Wisdom) yang ada didaerahnya DPRD berdasarkan UU No. 27 tahun 2009 tentang MD3 dan UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah

(6)

memberikan kekuasaan membuat peraturan daerah (Perda) kepada dewan

perwakilan rakyat daerah12.

Pemerintahan daerah dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.DPRD

mempunyai tugas dan wewenang13 :

a. Membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan bupati/walikota

untuk mendapat persetujuan bersama

b. Menetapkan APBD Kabupaten/Kota bersama-sama dengan

bupati/walikota

c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan

peraturan perundang-undangan lainnya, keputusan bupati/walikota APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah.

d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/wakil bupati

atau walikota/wakil walikota kepada menteri dalam negeri melalui gubernur;

e. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah

Kabupaten/Kota terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah

f. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota

dalam pelaksanaan tugas desentralisasi.

12 Lihat Pasal 343 UU No 27 tahun 2009 Tentang MPR,DPRR,DPD dan DPRD dan Pasal 41 UU

No 32 Tahun 2004 Tentang Pemeintahan Daerah.

(7)

DPRD sebagai organisasi publik sebagai penyelenggara daerah14, senantiasa mengalami dinamika dan perubahan yang diakibatkan oleh adanya perubahan lingkungan, sehingga dalam organisasi perlu menyesuaikan dengan perubahan tersebut agar lebih efektif, efisien, kompetitif, adaptif dan responsibility dalam pencapaian tujuan.Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh lembaga legislatif tersebut, anggota DPRD harus memiliki kompetensi yang baik untuk meningkatkan output, guna pencapaian

tujuan dari keberadaan lembaga ini.Kompetensi adalah pengetahuan,

keterampilan, kecakapan atau kapabilitas yang dimiliki seseorang.Kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak pada sebuah tugas atau pekerjaan.Kompetensi anggota DPRD sangat penting dalam menjalankan fungsi legislasi, karena itu optimalisasi kompetensi anggota DPRD sangat dibutuhkan.hal ini bukan saja karena DPRD merupakan tempat lahirnya semua

peraturan yang ada didaerah15, namun menjadi landasan bagi setiap kebijakan

publik yang diterapkan di daerah. DPRD yang direpresentasi oleh anggota dewan dari berbagai partai politik sudah saatnya menjadi institusi yang berwibawa, pro terhadap kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.kewibawaan lembaga legislatif sangat ditentukan oleh kompetensi dan profesionalitas anggota dewan dalam setiap inisiatif keputusan, meski DPRD terdiri dari bermacam-macam partai

14

Jimly Assidiqie, Op.cit. hal, 32-33

15 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yaitu mempunyai kebijakan tertinggi didaerahnya dalam hal

fungsi legislasi yaitu dalam pembentukan peraturan daerah (Perda) karena sebagai arah kebijakan publik serta pembangunan yang ada didaerah.

(8)

politik, namun setelah duduk menjadi anggota dewan jelas menjadi pejuang dan penyambung lidah rakyat.

Dalam sistem demokrasi modern yang berkembang saat ini, keberadaan lembaga perwakilan politik yang sering disebut parlemen atau lembaga legislatif merupakan syarat penting dari sebuah negara demokratis namun sebuah ukuran ukuran demokrasi, tidak berhenti pada keberadaannya saja namun sesungguhnya

lebih jauh menekankan pada tingkat dan kualitas keterwakilan16 lembaga

perwakilan politik tersebut.

Menurut Sadu Wasisitiono dan Yonatan Wiyoso17 peranan dari Perda

meliputi:

1. Perda menentukan arah pembangunan dan pemerintahan di daerah.

Sebagai kebijakan publik tertinggi di daerah, Perda harus menjadi acuan seluruh kebijakan publik yang dibuat termasuk di dalamnya sebagai acuan daerah dalam menyusun program pembangunan daerah.

2. Perda sebagai dasar perumusan kebijakan publik di daerah. Sebagai

kebijakan publik tertinggi di daerah, Perda harus menjadi acuan bagi seluruh kebijakan publik lainnya, baik berupa peraturan kepala daerah, keputusan kepala daerah maupun kebijakan teknis yang dibuat oleh para pemimpin satuan kerja perangkat daerah (SKPD).

DPRD sebagai representasi rakyat yang dipilih dalam pemilu untuk masa jabatan 5 tahun. hajatan 5 tahunan tersebut dalam forum pemilu menetapkan wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga legislatif untuk bersama-sama dengan eksekutif menjalankan roda pemerintahan dengan hal tersebut sungguh besar amanah untuk membawa rakyat kepada kehidupan yang sejahtera dan lebih baik lagi melalui peran dan hasil yang dicapai dalam daerah masing-masing fungsi legislasi bermakna penting dalam menentukan arah pembangunan dan

16Hal ini penting karena konsep perwakilan politik yaitu didasarkan bahwa seseorang atau suatu

kelompok mempunyai kemampuan atau kewajiban untuk bicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang lebih besar. Kualitas keterwakilan itu akan ditentukkan oleh sejauh mana Lembaga Perwakilan Politik itu menjalankan fungsi-fungsi utamanya sebagai Perwakilan Politik Rakyat

(9)

pemerintahan di daerah serta dasar perumusan kebijakan publik di daerah apabila

kita lihat awal pembentukan undang-undang diatur bahwa dewan perwakilan

rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang18,pada zaman orde baru DPR sering diposisiskan sebagai “tukang setempel” kebijakan presiden atau pemerintah namun setelah reformasi ada banyak perubahan dalam hal untuk membuat atau mengesahakan baik ditingkat pusat DPR maupun daerah, dalam praktiknya DPRD maupun DPR ketika menjalankan fungsi legislasi masih jauh dari harapan rakyat, bahkan kurang berhasil mencapai target program legislasi nasional (Prolegnas) maupun program legislasi daerah (prolegda) bahkan belum mampu memberikan rasa puas kepada rakyat secara umum, rakyat saat ini cenderung kecewa terhadap kinerja badan legislasi baik itu DPR maupun di daerah DPRD. kekecewaan itu semakin memuncak ketika melihat didunia hukum tidak sedikit dari anggota baik dipusat maupun daerah terlibat korupsi dan perbuatan hukum yang lainnya banyaknya anggota dewan yang tidak banyak hadir (bolos) dalam pembahasan legislasi, sungguh memang apatut dipertanyakan apa yang dikerjakan oleh anggota dewan kita selama ini.

Banyaknya pembahasan rancangan peraturan daerah yang tidak dibahas serta hak inisiatif DPRD yang ada didaerah sangat minim, sehingga wajar apabila banyak masyarakat tidak percaya dan peduli lagi apa yang dikerjakan oleh pemerintah pusat maupun yang ada di daerah yaitu DPRD itu sendiri.namun penulis percaya bahwa tidak semua berita tentang anggota dewan khusunya

18 Lihat pasal 20 ayat 1Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Sesudah

(10)

DPRD itu miring banyak hal-hal yang positif di DPRD yang belum terpublikasikan secara maksimal kepada masyarakat.

Dari gambaran dan latar belakang yang penulis uraikan, penulis ingin melihat lebih jauh Pelaksanaan Fungsi Legislasi di daerah yang belum disertai dengan peningkatan produktifitas di DPRD.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan fungsi legislasi dewan perwakilan rakyat daerah

(DPRD)kota batu?

2. Apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan fungsi legislasi dewan

perwakilan rakyat daerah (DPRD) kota batu dan bagaimana upaya mengatasinya?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan fungsi legislasi yang ada di dewan

perwakilan rakyat daerah (DPRD)kota batu.

2. Untuk mengetahui apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan fungsi

legislasi DPRD kota batu serta langkah-langkah apa yang dapat dilakukan untuk mencari solusinya dalam menjalankan fungsi Legislasi.

(11)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peniliti

Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjarnaan dalam bidang ilmu hukum, selain juga dapat meningkatkan kemampuan penalaran, kekuasaan wawasan, serta kemampuan pemahaman.

2. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat Penuliasan ini memberikan sumbangan pemikiran

untuk Memberikan bahan rujukan kepada masyarakat yang berminat dalam

memahami Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Kota Batu.

E. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penulisan hukum diatas,maka manfaat penelitian ini di klasifikasikan sebagai berikut.

a. Dalam wilayah akademis, memperkaya khasanah kajian ilmu untuk

pengembangan keilmuan

b. Diharapkan dapat mengembangkan hukum pemerintahan daerah yang

berkaitan dengan pelaksanaan fungsi Legislasi dewan perwakilan rakyat daerah.

c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi anggota DPRD kota

batu dalam melaksanakan tugasnya sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.

(12)

F. Metode Penelitian a. Metode Pendekatan

Metode pendekatan masalah yang digunakan dalam penyusunan penulisan hukum ini adalah metode yuridis sosiologis,yaitu penelitian yang memfokuskan pada pelaksanaan fungsi legislasi DPRD kota batu dalam melaksanakan tugasnya dalam membentuk peraturan daerah (Perda).

b. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di DPRD kota batu. penelitimelihat bahwa lembaga DPRDmempunyai peran penting dalam lingkungan daerahnya dalam menentukan arah pembangunan yang baik, peneliti melihat ada beberapa kendala yang ada di DPRD kota batu dalam proses pelaksanaan fungsi legislasi dengan tidak telaksananya program legislasi daerah (Prolegda) yang harusnya dapat terlaksana setiap tahunnya. sehingga peneliti yang pada waktu itu juga melakukan kegiatan magang selama 2 bulan melihat kendala tersebut menjadii problem yang besar,dengan adanya lembaga DPRD inilah kepentingan rakyat tertampung kemudian tertuang dalam berbagai kebijakan umum yaitu peraturan daerah yang sesuai dengan aspirasi rakyat

c. Sumber Data

Untuk mempermudah penulisan dalam mendapatkan data maka digunakan sumber sebagai berikut:

(13)

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan atau daerah penelitian tersebut dari hasil wawancara mendalam dengan informan dan observasi langsung. Peneliti turun langsung ke daerah penelitian untuk mengumpulkan data dalam berbagai bentuk, seperti hasil wawancara dan beberapa peraturan daerah (perda) yang telah dihasilkan serta dokumentasi..

b. Sumber data sekunder

Data diperolah melalui studi pustaka (library research). Teknik ini

dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data melalui buku-buku, surat kabar, dokumen-dokumen, internet, serta peraturanperundang-undangan dan media informasi lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

d. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian yuridis sosiologis data primer merupakan data utama untuk mendapatkan data yang dimili relevansi dengan materi penelitian ini maka peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Wawancara atau Interview

Suatu metode teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan Tanya jawab,wawancara atau dialog secara langsung dengan responden yang telah ditentukan yaitu kepada ketua DPRD, Ibu norma nengsih. SE, sekertaris dewan bapak Drs Siswanto. MM, anggota Banleg, serta kepala bagian sidang dan risalah yang ada di DPRD kota batu.

(14)

Suatu Metode teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap objek penelitian secara langsung dilokasi penelitian.

c. Kepustakaan

Dalam metode Teknik kepustakaan menggunakan metode Library

Research, yaitu peneliti akan mengumpulkan data dari kepustakaan baik bersal dari buku-buku, materi perkuliahan,internet, surat kabar ataupun pendapat para ahli maupun informasi lainnya yang nanntinya dapat dijadikan peneliti sebagai masukan dan bahan pertimbangna guna untuk penyempempurnaan penelitian ini dan dapat digunakan sebagai sumber data yang terkait dengan masalah peneliti.

e. Analisis

Setelah dilakukan pengumpulan data, baik secara lapangan maupun

kepustakaan maka penulis akan menggunakan metode deskriptif kualitatif,

yaitu penulis melakukan langkah-langkah berupa mengumpulkan atau mengelompokan data yang diproleh dilapangan, pengamatan, wawancara, dari kesemua hasil analisa data tersebut maka dibuat sebuah kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan data tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan singkat tentang isi dari tugas akhir ini dalam bentuk sistematis dan realita kenyataan yang ada, untuk memahami keseluruhan isi dari skiripsi ini, maka sistematika terdiri dari beberapa bab yaitu :

(15)

Bab I :Pendahuluan

Bab ini berisi tentang kerangka awal penulisan yang akan menguraikan latar belakang,rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan pustaka

Bab ini merupakan kerangka dasar teori penulisan dalam menganalisa pembahasan, permasalahan yang akan diteliti yang meliputi pengertian kewenanngan pemerintah daerah ,otonomi daerah, lembaga legislatif daerah, tinjauan umum dewan perwakilan rakyat daerah, serta tinjauan umum peraturan daerah.

Bab III :Pembahasan

Bab ini merupakan pembahasan bagaimana pelaksanaan fungsi Legislasi DPRD kota batu dan apa yang menjadi kendala dalam pelangsanaan fungsi legislasi DPRD kota batu serta bagaimana upaya mengatasinya, yang akan di sertai dengan memaparkan kondisi lokasi penelitian DPRD kota batu dan data-data yang diperoleh,serta akan disertai dengan analisa deskriptif kualitatif.

Bab IV : Penutup

Pada bab ini berisikan kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dan juga kritik/saran yang di sampaikan untuk menjawab dan mencari penyelesaian dari permasalahan yang ada pada penulisan skripsi ini.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah aktuator pneumatik memotong kawat, lengan pemotong akan menekan limit switch dan akan memberikan sinyal ke aktuator pneumatik yang terdapat pada slider tray

 Membuat bagan klasifikasi mulai dari Kelas Aves sampai wakil spesies dari tiap genus Kelompok 10 wajib menyusun dalam bentuk poster, sedang perorangan tidak wajib namun disarankan

Oleh karena itu perlu dibuat suatu aplikasi yang dapat mengidentifikasi tumbuhan obat secara otomatis dengan cara membuat repository pengetahuan tumbuhan obat sehingga dapat

Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan–kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi

Sebuah penelitian menyebutkan, semakin tinggi kesepian yang dirasakan oleh mahasiswa, semakin tinggi pula kecenderungan mahasiswa tersebut untuk menggunakan internet

Bulan Juni itu juga dilakukan penandatanganan pedoman kerja penegakan hukum dengan Polri sebagai tindaklanjut dari Nota Kesepahamanan antara Kemenag dengan Polri Nomor D/152/2013

Salah satu metode yang digunakan untuk memodelkan arsitektur sistem informasi adalah EAP (Enterprise Architecture Planning), dimana metode ini merupakan metode yang

Risiko yang mungkin terjadi adalah koordinasi antara Mandiri Call dengan Sistem Bank Mandiri. Permasalahan yang pernah terjadi adalah pembobolan rekening nasabah oleh orang