• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Uji Validasi dan Reliabilitas Kuesioner 5.1.1 Uji validasi kuesioner

Hasil pengolahan dan analisis data menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) terdapat pertanyaan yang tidak valid. Jumlah pertanyaan yang valid dan tidak valid tertera pada Tabel 2. Dikatakan valid jika hitung > r-tabel 0,3

Tabel 2 Jumlah pertanyaan yang valid dan tidak valid

No Pertanyaan faktor eksternal Jumlah pertanyaan

Valid Tidak Valid

1 Gaji 3 -

2 Kesempatan Maju 6 1

3 Kondisi Kerja 2 1

4 Perilaku atasan 6 -

Jumlah 17 2

Pertanyaan tingkat kepuasan

1 Gaji 3 -

2 Kesempatan Maju 6 1

3 Kondisi Kerja 3 -

4 Perilaku atasan 6 -

Jumlah 18 1

5.1.2 Uji reliabilitas kuesioner

Pertanyaan dinyatakan reliabel apabila mempunyai nilai cronbach’s alpha > 0,6. Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS nilai uji reliabilitas untuk pertanyaan faktor eksternal seperti gaji, kesempatan maju, kondisi kerja, perilaku atasan, yaitu: 0,829; 0,805: 0,767; 0,817; 0,802. Sedangkan untuk uji reliabilitas tingkat kepuasan gaji, kesempatan maju, kondisi kerja, perilaku atasan yaitu: 0,816; 0,858; 0,796; 0,809.

5.2 Karakteristik responden

Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa responden (50%) bekerja sebagai pekerja staf dan penyadap. Hampir seluruh pekerja didominasi oleh laki-laki (91,7%) dan sisanya perempuan. Dilihat dari pendapatannya yang diterima perbulan 33,3% pekerja HPGW menerima gaji Rp 770,001-900,000/bln tergolong

(2)

tinggi dari pada pekerja yang lainnya. Namun dari hasil secara keseluruhan ada 19 orang dari pekerja HPGW menerima gaji dibawah UMR Kabupaten Sukabumi Rp. 675.500/bln bisa dilihat di lampiran 3. Sedangkan untuk kenaikan pangkat pekerja memilih pekerjaan yang ditekuni sekarang (69,4%). Hal ini karena pekerja menyadari tidak ada kesempatan maju yang diberikan oleh HPGW, sehingga pekerja tetap menginginkan pekerjaaan yang sekarang.

Tabel 3 Karakteristik responden

No Karakteristik Kategori Persentase

1. Posisi Kerja Pekerja staf 50,0

Penyadap 50,0

2. Jenis Kelamin Laki-laki 91,7

Perempuan 8,3

3. Pendapatan Rp 250,000-380,000 (Sangat Rendah) 8,3

Rp 380,001-510,000 (Rendah) 22,2

Rp 510,001-640,000 (Sedang) 16,7

Rp 640,001-770,000 (Tinggi) 19,4

Rp 770,001-900,000 (Sangat Tinggi) 33,3

4. Kenaikan pangkat Direktur 0

Kepala Operasional 13,9

Mandor 16,7

Pekerjaan sekarang 69,4

5.3 Faktor-faktor Kepuasan 5.3.1 Faktor internal

Berdasarkan Tabel 4 umur pekerja (33,3%) sangat muda dan muda. Dimana sangat muda 19-29,8 tahun, dan muda 29,9-40,7 tahun. Tingkat pendidikan pekerja masih rendah karena hampir separuh tingkat pendidikan responden adalah tamatan SD, tingkat pendidikan tamatan SD lebih banyak didominasi oleh penyadap. Dengan masa kerja yang sangat baru 0,2-6,1tahun, ini karena adanya pekerja yang keluar masuk dan perekrutan pekerja baru oleh HPGW sehingga angkatan kerja masih sangat baru atau belum lama, dan jumlah tanggungan keluarga responden sangat sedikit (0 – 1 orang).

(3)

Tabel 4. Faktor internal responden

No Faktor Kepuasan Internal Kategori Persentase

1 Usia Sangat Muda 33,3

Muda 33,3

Sedang 25

Tua 2,8

Sangat Tua 5,6

2 Pendidikan terakhir Tidak Sekolah 2,8

Tidak Tamat SD 13,9

Tamat SD 47,2

Tamat SMP 11,1

Tamat SMA 25

3 Masa kerja Sangat Baru 77,1

Baru 13,9

Sedang 0

Lama 2,8

Sangat Lama 5,6

4 Jumlah tanggungan keluarga Sangat Sedikit 36,1

Sedikit 33,3

Sedang 16,7

Banyak 8,3

Sangat Banyak 5,6

5.3.2 Faktror Eksternal

Didalam faktor eksternal dibagi menjadi dua bagian pekerja yaitu: pekerja staf dan penyadap hal ini dilakukan untuk mengatahui gambaran mengenai faktor ekternal dari masing-masing pekerja mulai dari gaji, kesempatan maju, kondisi kerja, dan perilaku atasan.

5.3.2.1 Gaji

Berdasarkan Table 5 pertanyaan hasil kuesioner tentang kecukupan gaji, pekerja staf merasa gaji yang diterima rendah (33,3), ini karena gaji yang diterima belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, pangan, dan non-pangan. Walaupun HPGW sudah menyediakan makan dan tempat tinggal bagi pekerja staf namun ini belum cukup, karena sebagian pekerja ada yang menerima gaji yang lebih kecil dari UMR Kabupaten sukabumi dan dari pekerja yang lainnya, dan gaji yang diterima tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupannya. Pekerja staf yang menganggap gaji yang diberikan HPGW tinggi, hal ini karena sebagian pekerja staf ada yang menerima gaji lebih tinggi dari pekerja staf yang lain dan lebih tinggi dari UMR dan merasa gaji yang diterima sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya.

(4)

Tabel 5. Gaji yang diterima pekerja staf

No Kecukupan gaji untuk kebutuhan pribadi, keluarga, pangan, dan non- pangan

Total Jumlah Persentase 1 Sangat rendah 3 16,7 2 Rendah 6 33,3 3 Sedang 2 11,1 4 Tinggi 4 22,2 5 Sangat tinggi 3 16,7 Total 18 100

Berdasarkan Tabel 6 penyadap merasa gaji yang diterima sedang (44,4%) artinya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun ada penyadap yang masih merasa gaji yang diterima sangat rendah (27,8). Hal ini karena gaji yang diterima kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga banyak penyadap yang melakukan pekerjaan tambahan seperti berdagang, berjualan dan bertani agar kebutuhan hidup mereka terpenuhi.

Tabel 6. Gaji yang diterima penyadap

No Kecukupan gaji untuk kebutuhan pribadi, keluarga, pangan, dan non- pangan

Total Jumlah Persentase 1 Sangat rendah 5 27,8 2 Rendah 3 16,7 3 Sedang 8 44,4 4 Tinggi 1 5,6 5 Sangat tinggi 1 5,6 Total 18 100 5.3.2.2 Kesempatan maju

Berdasarkan Tabel 7 kesempatan maju yang diberikan oleh pihak HPGW kepada pekerja staf sangat rendah (61,1%) dan penyadap HPGW tidak memiliki kesempatan maju. Hal ini karena tidak adanya penilaian terhadap faktor kesempatan maju seperti: pengalaman, tingkat pendidikan, loyalitas, kejujuran, tanggung jawab, prestasi kerja yang dimiliki pekerja staf dan penyadap. Oleh karena itu untuk kedepannya faktor kesempatan maju harus menjadi perhatian penting oleh pihak HPGW agar para pekerja staf dan penyadap mendapat pengharapan dalam bekerja dan pekerja pun akan lebih bersemangat dalam bekerja.

(5)

Tabel 7. Kesempatan maju pekerja staf

No Kesempatan maju Total

Jumlah Persentase 1 Sangat rendah 11 61,1 2 Rendah 0 0 3 Sedang 0 0 4 Tinggi 5 27,8 5 Sangat tinggi 2 11,1 Total 18 100 5.3.2.3 Kondisi kerja

Berdasarkan Tabel 8 kondisi kerja yang diberikan kepada pekerja staf tergolong tinggi (83,3%). Hal ini karena pekerja staf merasa sangat terbantu dengan fasilitas yang diberikan oleh pihak HPGW, dengan kondisi alam yang indah, nyaman, udara yang bersih tanpa polusi. Namun untuk jaminan kesehatan belum bisa dirasakan oleh pekerja staf.

Tabel 8 Kondisi kerja pekerja staf

No Kondisi kerja Total

Jumlah Persentase 1 Sangat rendah 3 16,7 2 Rendah 0 0 3 Sedang 0 0 4 Tinggi 15 83,3 5 Sangat tinggi 0 0 Total 18 100

Tabel 9 menunjukan kondisi kerja yang diberikan kepada penyadap tinggi (44,4). Hal ini karena penyadap merasakan kondisi kerja yang sangat nyaman, dengan kondisi alam HPGW dimana udaranya bersih tanpa polusi, air melimpah dan mendapatkan peralatan untuk menyadap sebagai fasilitas kerja. Namun ada beberapa penyadap yang menyatakan kondisi kerja yang diterima sangat rendah (22,2%) ini karena tidak ada jaminan kesehatan kerja.

Tabel 9 Kondisi kerja penyadap

No Kondisi kerja Total

Jumlah Persentase 1 Sangat rendah 4 22,2 2 Rendah 0 0 3 Sedang 6 33,3 4 Tinggi 0 0 5 Sangat tinggi 8 44.4 Total 18 100

(6)

5.3.2.4 Perilaku atasan

Perilaku atasan didalam pekerjaan ada yang berbentuk interaksi dan kedekatan atasan terhadap bawahan. Interaksi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas 2007) adalah saling melakukan aksi, sedangkan kedekatan adalah adanya hubungan. Berdasarkan hasil yang diperoleh interaksi atasan HPGW yang dirasakan oleh pekerja staf tergolong sedang. Hal ini karena tempat kerja yang memungkinkan bertemu sehingga hubungan interaksinya bisa selalu terjaga.

Tabel 10. Interaksi perilaku atasan terhadap pekerja staf

No Interaksi Total Jumlah Persentase 1 Sangat jarang 2 11,1 2 Jarang 1 5,6 3 Sedang 7 38,9 4 Sering 3 16,7 5 Sangat sering 5 27,8 Total 18 100

Interaksi atasan HPGW yang dirasakan oleh penyadap adalah jarang. Hal ini karena atasan jarang menanyakan perkembangan penyadap, jarang berinteraksi, dan atasan yang jarang berkomunikasi dengan penyadap, karena pertemuan antara keduannya sangat jarang sehingga interaksinya kurang terbangun. Oleh karena itu atasan harus mulai membangun interaksi dengan penyadap dengan melakukan pertemuan secara rutin minimal dua atau tiga bulan sekali supaya atasan tau apa yang diinginkan dari penyadap yaitu perhatian dari atasan dan ingin dianggap sebagai bagian dari HPGW.

Tabel 11. Interaksi perilaku atasan terhadap penyadap

No Interaksi Total Jumlah Persentase 1 Sangat jarang 3 16,7 2 Jarang 6 33,3 3 Sedang 4 22,2 4 Sering 3 16,7 5 Sangat sering 2 11,1 Total 18 100

(7)

Kedekatan pekerja staf dengan atasan HPGW tergolong sedang. Hal ini karena tempat kerja pekerja staf yang memungkinkan untuk bertemu dengan atasan sehingga kedekatan antara atasan dengan pekerja staf bisa di bangun kedekatannya.

Tabel 12. Kedekatan perilaku atasan terhadap pekerja staf

No Kedekatan Total

Jumlah Persentase

1 Sangat tidak dekat 2 11,1

2 Tidak dekat 4 22,2

3 Sedang 9 50,0

4 Dekat 2 11,1

5 Sangat dekat 1 5,6

Total 18 100

Kedekatan antara penyadap dengan atasan sangat tidak dekat. Hal ini karena atasan berkantor di Kampus Dramaga, jarang berkunjung ke HPGW, kondisi kerja penyadap yang berada di tengah hutan yang tidak memungkinkan untuk penyadap bertemu dengan atasan, dan waktu kerja penyadap yang hanya setengah hari sangat sulit untuk bertemu dengan atasan. Hal ini yang menyebabkan kedekatan atasan dengan penyadap sangat tidak dekat. Oleh karena itu untuk meningkatkan perilaku kedekatan atasan maka atasan HPGW harus secara sering menanyakan perkembangan pekerjanya dan harus sering bertemu dengan penyadap, untuk menjaga kedekatan dan keharmonisan antara atasan dengan penyadap, selain itu harus sering berkunjung ke HPGW jangan hanya ketika ada acara-acara tertentu.

Tabel 13. Kedekatan perilaku atasan terhadap penyadap

No Kedekatan Total

Jumlah Persentase

1 Sangat tidak dekat 13 72,2

2 Tidak dekat 0 0 3 Sedang 4 22,2 4 Dekat 0 0 5 Sangat dekat 1 5,6 Total 18 100 5.4 Kepuasan Pekerja

Kepuasan gaji yang ada di HPGW dibagi menjadi dua berdasarkan pekerjanya yaitu pekerja staf dan penyadap, hal ini untuk memudahkan dalam menggambarkan tingkat kepuasan pekerja HPGW.

(8)

5.4.1 Gaji

Berdasarkan Tabel 14 (33,3%) pekerja staf tidak puas dengan gaji yang diterima dari HPGW. Hal ini karena kebutuhan zaman sekarang semakin besar sehingga gaji yang diberikan agak kurang bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup sekarang, baik kebutuhan rumah tangga, keluarga dan kebutuhan non-pangan lainnya. Kebutuhan muncul dari ketidaknyamanan yang dirasakan oleh seseorang. Hal ini kaitannya dengan tingkat kepuasan karena semakin tidak terpenuhi kebutuhannya maka tingkat kepuasannya juga semakin rendah dan sebaliknya semakin besar tingkat kebutuhanya terpenuhi maka tingkat kepuasan akan semakin tinggi pula (Sumarwan 2004). Untuk membuat pekerja staf puas akan gaji yang diberikan maka HPGW harus merumuskan gaji yang harus diberikan kepada pekerja, bisa berdasarkan prestasi kerja, setiap pekerja yang melakukan pekerjannya dengan baik maka gaji nya akan ditambah, atau menyamaratakan semua gaji yang harus diterima pekerja staf walaupun ini agak sulit karena banyak dari pekerja staf yang sudah memiliki pengalaman, masa kerja yang lama, dan pendidikan yang lebih tinggi harus menerima gaji yang sama dengan pekerja yang masih baru, belum banyak pengalaman, dan pendidikan yang lebih rendah tentu ini menjadi ketidakadilan, karena sampai saat ini gaji yang dibayarkan kepada pekerja staf berdasarkan kebijakan atasan yang masing-masing berbeda satu sama lain. Atau opsi lain menaikan gaji pekerja staf yang masih dibawah UMR kabupaten sukabumi menjadi lebih tinggi dari UMR.

Tabel 14. Tingkat kepuasan pekerja staf berdasarkan gaji

Tingkat kepuasan para penyadap terhadap gaji yaitu sedang. Artinya penyadap cukup puas dengan gaji yang diberikan oleh HPGW. Hal ini karena penyadap merasa bersyukur bisa bekerja sebagai penyadap. Menurut penyadap mencari pekerjaan di zaman sekarang sulit, meskipun gaji yang diterima tidak

No Tingkat Kepuasan Gaji Pekerja Staf Total

Jumlah Persentase

1 Sangat tidak puas 5 27,8

2 Tidak puas 6 33,3

3 Sedang 2 11,1

4 Puas 3 16,7

5 Sangat puas 2 11,1

(9)

sebesar pekerja staf para penyadap mengganggap gaji yang diperoleh lebih dari cukup daripada tidak bekerja dan yang terpenting kebutuhan keluargannya terpenuhi.

Tabel 15. Tingkat kepuasan penyadap berdasarkan gaji

No Tingkat Kepuasan Gaji Penyadap Total

Jumlah Persentase

1 Sangat tidak puas 2 11,1

2 Tidak puas 2 11,1 3 Sedang 7 38,9 4 Puas 4 22,2 5 Sangat puas 3 16,7 Total 18 100 5.4.2 Kesempatan maju

Berdasarkan Tabel 16, tingkat kepuasan pekerja staf tidak puas dengan kesempatan maju yang diberikan oleh HPGW. Hal ini karena tidak adanya penilaian terhadap faktor kesempatan maju seperti pendidikan, kesetiaan, pengalaman, prestasi kerja, kejujuran, dan tanggung jawab. HPGW hanya berharap pekerja staf mau bekerja keras didalam melakukan pekerjaannya. Tabel 16. Tingkat kepuasan pekerja berdasarkan kesempatan maju

No Tingkat Kepuasan Kesempatan Maju Pekerja Staf Total

Jumlah Persentase

1 Sangat tidak puas 3 16,7

2 Tidak puas 9 50,0

3 Sedang 1 5,6

4 Puas 3 16,7

5 Sangat puas 2 11,1

Total 18 100

Begitu juga dengan penyadap sangat tidak puas dengan kesempatan maju yang diberikan oleh HPGW. Sama seperti pekerja staf hal ini karena tidak adanya penilaian terhadap faktor kesempatan maju. Kesempatan maju sangat diharapkan oleh penyadap karena jika ada kesempatan maju, maka penyadap akan memperoleh pengharapan dari pekerjaannya, kesempatan maju yang diinginkan oleh penyadap yaitu menjadi mandor sadap. Oleh karena itu untuk arah perbaikan kedepannya HPGW harus memperhatikan faktor kesempatan maju para penyadap.

(10)

Tabel 17. Tingkat kepuasan penyadap berdasarkan kesempatan maju No Tingkat kepuasan kesempatan maju penyadap Total

Jumlah Persentase

1 Sangat tidak puas 14 77,8

2 Tidak puas 0 0 3 Sedang 3 16,7 4 Puas 0 0 5 Sangat puas 1 5,6 Total 18 100 5.4.3 Kondisi kerja

Berdasarkan Tabel 18 tingkat kepuasan kondisi kerja pekerja staf yaitu sedang. Menurut Anggraeni (2004) istilah sedang diartikan dengan cukup puas. Artinya pekerja staf cukup puas dengan kondisi kerja yang diberikan oleh HPGW, hal ini karena pekerja staf sudah mendapatkan fasilitas dan kenyamanan kerja. Namun untuk jaminan kesehatan belum bisa dirasakan oleh pekerja staf.

Tabel 18. Tingkat kepuasan pekerja staf berdasarkan kondisi kerja No Tingkat kepuasan kondisi kerja pekerja staf Total

Jumlah Persentase

1 Sangat tidak puas 3 16.7

2 Tidak puas 0 0

3 Sedang 10 55,6

4 Puas 1 5,6

5 Sangat puas 4 22,2

Total 18 100

Tingkat kepuasan penyadap terhadap kondisi kerja juga sama dengan tingkat kepuasan pada pekerja staf yaitu sedang. Seperti dinyatakan oleh Anggraeni (2004) sebelumnya bahwa sedang diartikan dengan pekerja cukup puas dengan kondisi kerja yang diberikan oleh HPGW. Hal ini karena penyadap sudah mendapatkan kenyamanan kerja dari HPGW walaupun masih ada yang belum bisa dirasakan seperti jaminan kesehatan.

Tabel 19. Tingkat kepuasan penyadap berdasarkan kondisi kerja

No tingkat kepuasan kondisi kerja penyadap Total

Jumlah Persentase

1 Sangat tidak puas 4 22,2

2 Tidak puas 3 16,7

3 Sedang 6 33,3

4 Puas 3 16,7

5 Sangat puas 2 11,1

(11)

5.4.4 Perilaku atasan

Beberapa perilaku atasan yang diinginkan bawahannya yaitu, atasan yang fleksibel, atasan yang menghargai pendapat pekerjanya, atasan yang memandang pekerjanya sebagai aset perusahaan, dan atasan yang mementingkan pekerjanya. Perilaku atasan sangat penting bagi pekerjanya, atasan yang baik akan membawa kepuasan tersendiri bagi para pekerjanya. Berdasarkan Tabel 20, tingkat kepuasan pekerja staf terhadap perilaku atasan yang ada di HPGW yaitu sangat puas. Hal ini karena atasan memiliki sikap atau perilaku yang baik kepada pekerja staf dimana interaksinya dan kedekatannya selalu terjaga.

Tabel 20. Tingkat kepuasan pekerja staf berdasarkan perilaku atasan No Tingkat kepuasan perilaku atasan pekerja staf Total

Jumlah Persentase

1 Sangat tidak puas 1 5,6

2 Tidak puas 2 11,1

3 Sedang 5 27

4 Puas 3 16,7

5 Sangat puas 7 38,9

Total 18 100

Tingkat kepuasan penyada terhadap perilaku atasan berdasarkan Tabel 21 tergolong tidak puas. Hal ini karena jika dilihat dari faktor eksternal perilaku atasan secara interaksi, atasan jarang menanyakan perkembangan penyadap dan untuk kedekatan sangat tidak dekat. Hal ini karena jarang bertemunya atasan dengan penyadap. Menurut Davis dan Newstrom (1996) kepuasan kerja mempengaruhi kepuasan hidup seseorang. Oleh karena itu, jika seseorang tidak puas dengan pekerjaannya maka penilaian terhadap pekerjaannya juga berkurang. Termasuk penilaian terhadap atasan.

Tabel 21. Tingkat kepuasan penyadap berdasarkan perilaku atasan

No Tingkat Kepuasan Perilaku atasan Penyadap Total

Jumlah Persentase

1 Sangat tidak puas 1 5,6

2 Tidak puas 7 38,9

3 Sedang 3 16,7

4 Puas 4 22,2

5 Sangat puas 3 16,7

Total 18 100

Tingkat kepuasan tidak nampak dan tidak nyata tetapi dapat berwujud dalam suatu hasil pekerjaan, selain itu tinggi rendahnya tingkat kepuasan berpengaruh terhadap organisasi HPGW. Pekerja yang puas akan melakukan

(12)

setiap pekerjaannya dengan baik dan bersemangat. Berbeda dengan pekerja yang tidak puas didalam pekerjaannya maka akan cenderung tidak bersemangat dan hasil pekerjaan yang dilakukan biasanya kurang memberikan hasil yang terbaik.

Harapan pekerja HPGW tidak hanya terletak kepada gaji yang diberikan tetapi lebih kepada hubungan sosial dengan atasan dan adanya kesempatan maju yang diberikan kepada pekerja staf dan penyadap.

5.5 Hubungan antara Faktor Internal dengan Tingkat Kepuasan

Hubungan antara faktor internal dengan tingkat kepuasan pekerja staf bisa dilihat dari Tabel 23. Untuk melihat hubungan maka dilakukan uji korelasi Rank Spearman, korelasi adalah analisis yang menyatakan derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Nilai koefisien korelasi Spearman berkisar dari -1 sampai dengan 1. Apabila koefisien korelasi mendekati 1 dan -1 menunjukan hubungan yang semakin kuat. Sebaliknya apabila mendekati nilai nol, maka hubungannya semakin lemah. Tanda positif (+) dan negatif (-) menunjukan dua peubah apakah positif atau negatif (Syakir 2011).

Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya hubungan kedua peubah. Sarwono (2009) menentukan tingkat keeratan hubungan antara peubah sebagai berikut:

Tabel 22 Interval koefisien dan hubungan korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.0 – 0,25 Sangat Lemah

>0,25 – 0,5 Agak Lemah

>0,5 – 0,75 Kuat

>0,75 – 1 Sangat Kuat

Sumber: Sarwono (2009)

Tabel 23 Hasil uji korelasi Spearman faktor internal dengan tingkat kepuasan pekerja staf

Tingkat Kepuasan Umur Pendidikan Terakhir Masa Kerja Jumlah Tanggungan Keluarga Correlation Coefficient -0,254 0,337 -0,341 0,048 Signifikan 0,309 0,171 0,167 0,849

*. Berkorelasi signifikan pada 0.05 level. **. Berkorelasi signifikan pada 0.01 level.

Berdasarkan Tabel 23, hubungan antara umur pekerja staf dengan tingkat kepuasan (Koefisien korelasi -0,254) tidak terdapat hubungan yang signifikan

(13)

(nilai Signifikan hitung > nilai α 0,05), tetapi memiliki arah negatif. Artinya semakin tua umur pekerja staf tingkat kepuasannya cenderung semakin rendah. Hal ini karena umur yang sudah tidak muda lagi, sehingga kemampuan fisik menurun. Dilihat dari kondisi di lapangan, pekerja staf cenderung lebih banyak di kantor yang tidak memerlukan aktifitas fisik yang terlalu banyak, sehingga kebugaran fisik menurun. Oleh karena itu untuk menjaga kebugaran fisik para pekerja staf, maka harus dilakukan olahraga tambahan di internal pekerja staf, sehingga umur tidak membawa dampak terhadap kebugaran fisik.

Berdasarkan Tabel 23 hubungan antara pendidikan pekerja staf dengan tingkat kepuasan (Koefisien korelasi 0,337) tidak terdapat hubungan yang signifikan (nilai Signifikan hitung > 0,05), tetapi memiliki arah positif. Artinya semakin tinggi pendidikan pekerja staf tingkat kepuasannya cenderung semakin tinggi. Hal ini karena dengan pendidikan yang tinggi pekerja staf dapat memperoleh pekerjaan yang lebih baik, dapat memperoleh gaji yang lebih tinggi, dan mendapatkan fasilitas yang lebih baik. Dilihat dari kondisi di lapangan pekerja staf memang mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, mendapatkan gaji dan fasilitas yang lebih baik juga di bandingkan dengan penyadap.

Berdasarkan Tabel 23 hubungan antara masa kerja pekerja staf dengan tingkat kepuasan (Koefisien korelasi -0,341) tidak terdapat hubungan yang signifikan (nilai Signifikan hitung > 0,05), tetapi memiliki arah negatif. Artinya semakin lama masa kerja, maka tingkat kepuasannya cenderung semakin rendah. Hal ini karena pekerja sudah merasa jenuh dan bosan (Sinaga 2009). Tetapi pekerja staf tetap melakukan pekerjaannya demi menghidupi kebutuhan keluargannya dan karena mencari pekerjaan saat sini sulit. Oleh karena itu, HPGW harus melakukan inovasi kepada pekerja staf agar tidak merasa jenuh dan bosan bekerja di HPGW, seperti mengadakan kunjungan, pelatihan, dan mungkin rekreasi untuk mendapatkan suasana yang baru dan melepas kepenatan karena sudah bekerja terlalu lama.

Berdasarkan Tabel 23 Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah tanggungan keluarga pekerja staf dengan tingkat kepuasan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi jumlah tanggungan keluarga adalah 0,048. Hasil uji korelasi Spearman diperoleh (nilai Signifikan hitung > 0,05), tetapi memiliki arah

(14)

positif. Artinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga tingkat kepuasannya cenderung tinggi. Hal ini karena pekerja menilai semakin banyak jumlah tanggungan keluarga dalam hal ini semakin banyak anak akan semakin banyak rezeki. Berdasarkan kondisi di lapangan, pepatah banyak anak banyak rezeki ternyata disyukuri oleh para pekerja staf karena ada beberapa dari pekerja staf yang memasukan anaknya bekerja di HPGW. Namun jika ini terus terjadi, maka tidak baik bagi HPGW kedepannya dan HPGW bisa dianggap sebagai milik keluarga yang bisa memasukan anak/keluarga begitu saja. Kerugiannya bagi HPGW jika ini terus terjadi, maka HPGW tidak akan mendapatkan pekerja staf yang berkualitas. Oleh karena itu jika ingin mendapatkan pekerja staf yang berkualitas harus melakukan perekrutan pekerja sesuai yang dibutuhkan oleh HPGW, antara lain: memiliki tanggung jawab yang tinggi, loyalitas yang tinggi dan pengalaman yang cukup. tidak hanya sebatas hubungan keluarga.

Berdasarkan hasil yang didapat, hubungan antara faktor internal pekerja staf dengan tingkat kepuasan tidak terlalu berhubungan karena hubungannya agak lemah secara keseluruhan. Hal ini diduga karena HPGW belum menilai faktor internal pekerja staf dan HPGW masih dalam penataan organisasi, untuk kedepannya lebih diperhatikan lagi faktor internal pekerja. Oleh karena itu, jika HPGW ingin melakukan perbaikan, maka bisa dilihat hasil korelasi dari faktor-faktor internal yang dianalisis. Bisa dilihat dari nilai korelasi tertinggi dimulai dari pendidikan terakhir dengan nilai 0,337, masa kerja dengan nilai -0,341, umur dengan nilai -0,254, dan selanjutnya jumlah tanggungan keluarga dengan nilai 0,048.

Tabel 24 Hasil uji korelasi Spearman faktor internal dengan tingkat kepuasan penyadap

Tingkat Kepuasan Umur Pendidikan Terakhir Masa Kerja Jumlah Tanggungan Keluarga Correlation Coefficient 0,227 -0,038 -0,059 -0,141 Signifikan 0,364 0,880 0,815 0,576

*. Berkorelasi signifikan pada 0.05 level. **. Berkorelasi signifikan pada 0.01 level.

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Spearman Tabel 24 tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur penyadap dengan tingkat kepuasan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi umur adalah: 0,227. Hasil uji korelasi

(15)

Spearman diperoleh (nilai Signifikan hitung > 0,05), tetapi memiliki arah positif. Artinya semakin tua umur tingkat kepuasannya cenderung semakin tinggi. Hal ini karena penyadap yang lebih tua umurnya kondisi emosionalnya sudah lebih stabil. Bagi penyadap umur tidak menjadi masalah yang terpenting adalah mereka bisa bekerja dan menghasilkan pendapatan. Dilihat dari kondisi lapangan memang penyadap memiliki pekerjaan yang cukup menguras energi dan keringat, tetapi ini yang membuat fisik penyadap tetap fit. Kondisi emosionalnya sudah mulai stabil tidak banyak tuntutan dalam pekerjaannya karena memang banyak yang sudah berumur yang terpenting bagi penyadap adalah bisa menghasilkan uang untuk kebutuhan keluarganya.

Berdasarkan Tabel 24 hasil perhitungan korelasi Spearman, hubungan antara pendidikan terakhir penyadap dengan tingkat kepuasan (koefisien korelasi -0,038) tidak terdapat hubungan yang signifikan (nilai Signifikan hitung > 0,05), tetapi memiliki arah yang negatif. Artinya semakin tinggi pendidikan penyadap tingkat kepuasan cenderung semakin rendah. Hal ini karena penyadap merasa untuk menjadi seorang penyadap tidak diperlukan pendidikan yang tinggi, sehingga penyadap cenderung menerima pekerjaan apapun termasuk menjadi penyadap. Dilihat dari kondisi dilapangan memang pendidikan penyadap sangat rendah.

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Spearman pada Tabel 24 hubungan antara masa kerja penyadap dengan tingkat kepuasan (Koefisien korelasi -0,059) tidak terdapat hubungan yang signifikan (nilai Signifikan hitung > 0,05), tetapi memiliki arah negatif. Artinya semakin lama masa kerja tingkat kepuasannya cenderung semakin rendah. Menurut Sinaga (2009), hal ini karena penyadap sudah merasa jenuh dan bosan, tetapi penyadap tetap melakukan pekerjaannya demi menghidupi kebutuhan keluargannya dan karena mencari pekerjaan di zaman sekarang susah. Oleh karena itu HPGW harus melakukan inovasi kepada penyadap agar mereka tidak merasa jenuh dan bosan bekerja di HPGW, seperti mengadakan lagi bonus tambahan atau hadiah bagi penyadap yang memiliki hasil sadapan yang banyak. Hal ini harus dilakukan supaya penyadap tetap semangat dan termotivasi untuk mendapatkan hasil yang berlebih.

(16)

Berdasarkan Tabel 24 tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah tanggungan keluarga pekerja staf dengan tingkat kepuasan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi jumlah tanggungan keluarga sebesar -0,141. Hasil uji korelasi Spearman diperoleh (nilai Signifikan hitung > 0,05), tetapi memiliki arah negatif. Artinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka tingkat kepuasannya cenderung rendah. Hal ini karena penyadap menyadari kebutuhan zaman sekarang semakin besar dan banyak sehingga jika memiliki anak yang banyak maka pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarganya akan cukup besar. Berdasarkan kondisi di lapangan ada beberapa penyadap yang memiliki anak lebih dari 1-2 orang, dan penyadap menyadari bahwa semakin banyak anak kebutuhan yang diperlukan akan semakin banyak mulai dari kebutuhan pangan, non-pangan. Walaupun banyak anak yang terpenting bisa ngatur dan mencukup-cukup kan apa yang telah didapat untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

5.6 Hubungan antara Faktor Eksternal dengan Tingkat Kepuasan

Uji korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara faktor eksternal yaitu: gaji, kesempatan maju, kondisi kerja, dan perilaku atasan dengan tingkat kepuasan.

Tabel 25 Hasil uji korelasi Spearman faktor eksternal dengan tingkat kepuasan pekerja staf

Tingkat kepuasan Gaji Kesempatan Maju

Kondisi

Kerja Perilaku Atasan Correlation Coefficient 0,568* 0,703** 0,533* 0,598**

Signifikan 0,014 0,001 0,023 0,009

*. Berkorelasi signifikan pada 0.05 level. **. Berkorelasi signifikan pada 0.01 level.

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Spearman pada Tabel 25 terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara gaji dan kondisi kerja pekerja staf dengan tingkat kepuasan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi gaji dan kondisi kerja, yaitu: 0,568* dan 0,533* dan nilai Signifikan hitung < nilai α

(0,05), sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya semakin tinggi gaji yang

diterima, semakin besar tingkat kepuasannya. Begitu juga dengan kondisi kerja, semakin baik kondisi kerja yang diberikan maka semakin besar tingkat kepuasannya. Oleh karena itu, pihak HPGW harus merumuskan gaji yang akan diberikan kepada pekerja staf, sehingga tidak terjadi penurunan tingkat kepuasan

(17)

terhadap gaji. Begitu juga dengan kondisi kerja, HPGW harus menciptakan kondisi kerja yang baik dan nyaman bagi pekerja.

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Spearman terdapat hubungan yang sangat signifikan dan positif antara kesempatan maju, perilaku atasan pekerja staf dengan tingkat kepuasan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi kesempatan maju dan perilaku atasan yaitu 0,703** dan 0,598** dan nilai Signifikan hitung < nilai α (0,01), sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya semakin besar

kesempatan maju yang diberikan semakin besar tingkat kepuasannya dan semakin baik perilaku atasan semakin besar tingkat kepuasannya. Oleh karena itu, pihak HPGW harus memahami para pekerja staf dan memberikan kesempatan maju kepada pekerja staf, sehingga tidak terjadi penurunan tingkat kepuasan kesempatan maju. Begitu juga dengan perilaku atasan harus dapat diterima oleh pekerja.

Secara keseluruhan faktor eksternal pekerja staf memiliki hubungan yang signifikan dan memiliki arah yang positif dengan tingkat kepuasan. Artinya semakin tinggi faktor eksternal, maka tingkat kepuasannya semakin tinggi. Faktor eksternal pekerja staf, yaitu gaji, kesempatan maju, kondisi kerja, dan perilaku atasan sangat rentan hubungannya dengan tingkat kepuasan pekerja staf. Oleh karena itu, HPGW harus memberikan gaji yang sesuai dengan apa yang mereka harapkan, adanya kesempatan maju yang diberikan kepada pekerjannya, memberikan kondisi kerja yang baik bagi pekerja; baik dari fasilitas, kenyamanan, jaminan kesehatan, atasan yang harus berinteraksi dengan semua pekerjanya, dan menjalin hubungan kedekatan dengan para pekerjanya. Jika semua faktor ekternal ini tidak diperhatikan dengan baik oleh pihak HPGW, maka tingkat kepuasan pekerja (pekerja staf dan penyadap) bisa menurun dan ini tidak baik karena tinggi rendahnya kepuasan pekerja berdampak pada keberhasilan pengelolaan HPGW. Pekerja yang tidak puas akan bekerja tidak maksimal dan tidak bersemangat dalam melakukan pekerjaannya, yang lebih parah pekerja staf bisa keluar dan bekerja di tempat lain. Menurut Mansur (2007) mengatakan bahwa jika kepuasan pekerja rendah akan mengakibatkan perputaran (turnover) pekerja yang lebih tinggi dan jika kepuasan pekerja tinggi akan membuat pekerja mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi.

(18)

Pekerja staf tidak puas dengan gaji dan kesempatan maju yang diberikan oleh pihak HPGW, dan tentunya ini menjadi rentan karena tinggi rendahnya gaji yang diterima oleh pekerja akan berdampak pada tingkat kepuasan. Menurut Robbins (1996) mengatakan gaji dan kesempatan maju sangat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pekerja,

Tabel 26 Hasil uji korelasi Spearman faktor eksternal dengan tingkat kepuasan penyadap

Tingkat Kepuasan Gaji Kondisi Kerja Perilaku Atasan Correlation Coefficient 0,154 0,470* 0,244

Signifikan 0,543 0,049 0,329

*. Berkorelasi signifikan pada 0.05 level. **. Berkorelasi signifikan pada 0.01 level.

Berdasarkan Tabel 26 Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gaji penyadap dengan tingkat kepuasan, tetapi memiliki arah yang positif. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi gaji adalah 0,154 dan nilai Signifikan hitung > nilai α (0,05). Artinya semakin besar gaji yang diterima tingkat kepuasannya cenderung semakin tinggi. Walaupun tidak terdapat hubungan yang signifikan antar gaji penyadap dengan tingkat kepuasan, hal ini diduga ada faktor lain yang mempengaruhi faktor kepuasan eksternal penyadap yaitu berdasarkan hasil uji korelasi faktor eksternal penyadap yaitu kondisi kerja yang memiliki hubungan dengan tingkat kepuasan, dan memiliki arah yang positif, artinya jika penyadap mendapatkan hasil yang lebih dari sadapannya maka akan mendapatkan upah yang semakin besar dan kepuasannya cenderung semakin tinggi.

Berdasarkan Tabel 26. Hubungan antara kondisi kerja penyadap dengan tingkat kepuasan (koefisien korelasi 0,470*). Terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai signifikan hitung < nilai α (0,05) dan memiliki arah yang positif. Artinya semakin baik kondisi kerja tingkat kepuasannya semakin tinggi. Hal ini juga didukung oleh pendapatnya Syakir (2011) yang menyatakan nilai korelasi sebesar 0,470* termasuk cukup untuk mendeskripsikan terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi kerja, dengan tingkat kepuasan.

Berdasarkan Tabel 26 hasil perhitungan korelasi Spearman. Hubungan antara perilaku atasan penyadap dengan tingkat kepuasan (koefisien korelasi 0,244) tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai Signifikan hitung>

(19)

nilai α (0,05) dan memiliki arah yang positif. Artinya semakin baik perilaku atasan, maka tingkat kepuasannya cenderung semakin tinggi. Oleh karena itu perilaku atasan secara interaksi dan kedekatan harus terbangun, supaya tidak terjadi penurunan tingkat kepuasan penyadap karena perilaku atasan.

Kedepannya HPGW harus memperhatikan penyadap, walaupun penyadap dianggap sebagai pekerja lepas. Namun peranannya sangat penting dalam membangkitkan perekonomian HPGW, tanpa penyadap HPGW tidak akan bisa mandiri, karena Sebagian pendapatan HPGW dihasilkan dari getah.

Kekurangan yang belum dirasakan oleh penyadap adalah kesempatan maju dan perilaku atasan, dimana tidak adanya kesempatan maju yang diberikan kepada penyadap dan perilaku atasan secara interaksi jarang dan kedekatan sangat tidak dekat, hal ini harus segera diperhatikan oleh pihak HPGW. Ini untuk menjaga keharmonisan antara penyadap dengan atasan. Jika hal ini terjalin, maka penyadap akan bersemangat dan termotivasi untuk melakukan pekerjaannya dengan baik, merasa diperhatikan oleh atasan HPGW, dan dianggap sebagai bagian dari HPGW.

Gambar

Tabel 3  Karakteristik responden
Tabel 4. Faktor internal responden

Referensi

Dokumen terkait

Sebanyak dua perusahaan berada dalam kondisi rawan pada periode tahun 2004 dan untuk periode tahun 2005 sampai dengan 2007 berada dalam kondisi sehat (tidak

[r]

Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan produk perangkat pembelajaran RPP tema peduli terhadap makhluk hidup pada pembelajaran tematik terpadu berbasis

Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 1 Bangko Pusako di Kelas VIII D adalah sebagai berikut : Membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran

dikatan tingkat kesehatan bank “ S ehat” atau berada diposisi peringkat 2. Semakin besar nilai Non performing loan yang dimiliki atau yang telah dicapai setiap bank

Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil jawaban guru sebagai informasi kunci berkesinambungan dengan jawaban guru lainnya (G3,G4 dan G5), kepala sekolah MIS

Vendor perangkat lunak perusahaan besar telah menciptakan apa yang mereka sebut solusi perusahaan, perusahaan suite, suite atau e-bisnis menciptakan apa yang mereka sebut

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama