• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Ulang Kemasan Marco Makaroni dengan Menggunakan Kansei Engineering

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perancangan Ulang Kemasan Marco Makaroni dengan Menggunakan Kansei Engineering"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Perancangan Ulang Kemasan Marco Makaroni dengan Menggunakan

Kansei Engineering

Angela Geraldine, Kristiana Asih Damayanti, Romy Loice

1,2,3)

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141

Email: ,1)angelageraldineh@gmail.com, ,2)krist@unpar.ac.id, 3)romyloice@gmail.com

Abstrak

Marco Makaroni merupakan salah satu UKM di Bandung yang berdiri pada tahun 2011 dan bergerak di bidang makanan ringan yaitu makaroni kering yang dijual secara online dan offline. Pada saat ini produk dari Marco Makaroni ini hanya dikemas dengan plastik transparan saja sehingga terlihat kurang menarik untuk dipasarkan secara online. Oleh karena itu, perlu dilakukan perancangan ulang kemasan yang sesuai dengan keinginan dari konsumen dan dapat menyentuh sisi emosi dari konsumen agar konsumen tertarik untuk membeli produk Marco Makaroni. Metode yang digunakan untuk melakukan perancangan ulang kemasan berdasarkan emosi dari konsumennya adalah metode

Kansei Engineering. Metode ini dipilih karena dapat menunjukkan perasaan dari konsumen dengan jelas, karena kata-kata kansei didapatkan juga dari konsumen sendiri. Selain itu, hasil yang didapatkan juga lebih akurat karena menggunakan analisis statistik multivariat. Hasil yang diperoleh dari metode ini berupa kumpulan kata kansei yang mewakili emosi konsumen saat melihat kemasan makanan ringan makaroni. Penelitian dilakukan dengan menggunakan enam produk pembanding, yaitu Makaroni Rendam, Makronice, Makaroni Mekar Rasa, Moshinyuu, MacFac dan Maicih. Berdasarkan pengumpulan dan pengelompokkan kata kansei dihasilkan 25 kata kansei yang selanjutnya dipakai untuk membuat kuesioner dengan semantic differential. Hasil dari pengisian kusioner dianalisis dengan analisis faktor dan menghasilkan empat faktor, yaitu faktor bentuk praktis, faktor estetika menarik, faktor warna elegan, dan faktor ramah lingkungan. Marco Makaroni mendapatkan penilaian kedua terendah pada faktor estetika menarik, faktor warna elegan, dan faktor ramah lingkungan. Selanjutnya dilakukan perancangan usulan kemasan berdasarkan faktor yang ada. Hasil dari evaluasi rancangan menunjukkan setiap alternatif rancangan dapat meberikan peningkatan penilaian untuk setiap faktor, dan penilaian tertinggi seluruh faktor berada pada usulan rancangan kemasan alternatif ketiga, yaitu kemasan dengan bentuk tabung dengan nilai sebesar 4,008 untuk faktor bentuk praktis, 4,167 untuk faktor estetika menarik, 4,096 untuk faktor warna elegan, dan 4,048 untuk faktor ramah lingkungan dari skala 5.

Kata kunci: perancangan ulang kemasan, perancangan berdasarkan emosi, Kansei Engineering

Pendahuluan

Dewasa ini, banyak sekali usaha kecil menengah (UKM) yang bermunculan. Di daerah Bandung sendiri setiap tahunnya jumlah dari UKM selalu meningkat, khususnya UKM di bidang makanan. Salah satu hal yang menyebabkan peningkatan ini adalah adanya banyak media yang dapat digunakan untuk menjual produk-produk tersebut. Pada saat ini kebanyakan orang yang akan membuka usaha lebih memilih menjual produk tersebut secara online karena dirasa lebih mudah dan tidak memerlukan begitu banyak biaya.

Marco Makaroni merupakan salah satu UKM di Bandung yang bergerak di bidang makanan ringan yaitu makaroni kering yang dijual secara online dan offline. Usaha ini mulai berdiri pada tahun 2011. Marco Makaroni memiliki empat varian rasa, yaitu original, spicy, roasted corn, dan premium cheese.

Produk dari Marco Makaroni ini dikemas dengan plastik, dan dalam satu kemasan plastik berisi 150 gram makaroni. Dapat dilihat pada Gambar 1 yang merupakan kemasan Marco Makaroni pada saat ini. Promosi dari Marco Makaroni dilakukan secara online melalui Instagram, Twitter, dan juga Facebook. Dengan demikian, konsumen yang ingin membeli hanya dapat melihat tampilan dari kemasannya saja. Oleh karena itu, kemasan dari Marco Makaroni menjadi penentu utama untuk dapat menarik minat dari konsumen agar konsumen membeli produk tersebut.

Pada saat ini usaha kecil menengah (UKM) yang bergerak di bidang kuliner khususnya makanan ringan sangatlah banyak. Banyaknya UKM di bidang makanan ringan tersebut menimbulkan persaingan antara Marco Makaroni dengan usaha sejenis lainnya. Menurut pemilik dari Marco Makaroni sendiri

(2)

terdapat tiga kompetitor terkuat yang ada di pasaran, yaitu MacFac, Makronice, dan moshinyuu. Menurut pemilik sendiri, dibandingkan dengan kemasan ketiga kompetitor yang dimiliki oleh Marco Makaroni, kemasan dari Marco Makaroni kurang menarik. Hal tersebut menyebabkan banyak konsumen lebih memilih untuk membeli produk kompetitor daripada membeli produk Marco Makaroni. Untuk mengetahui apakah kemasan merupakan hal yang dijadikan pertimbangan saat konsumen membeli suatu produk serta mengetahui bagaimana penilaian konsumen untuk kemasan Marco Makaroni, maka dilakukan wawancara awal.

Gambar 1. Kemasan Marco Makaroni Saat Ini Wawancara awal dilakukan kepada sepuluh orang responden yang sesuai dengan target pasar dari Marco Makaroni, yaitu perempuan berusia 15-35 tahun dan dalam satu bulan ke belakang pernah mengkonsumsi makanan ringan makaroni. Berdasarkan hasil wawancara, sembilan dari sepuluh responden mengatakan bahwa kemasan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan saat memilih produk. Selain itu, delapan dari sepuluh responden mengatakan bahwa kemasan dari Marco Makaroni tidak atau kurang menarik. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden kurang tertarik dengan kemasan dari Marco Makaroni, padahal saat akan membeli produk ini konsumen hanya bisa melihat kemasannya saja, mengingat promosi dari Marco Makaroni ini hanya melalui media sosial saja.

Menurut pemilik sendiri terdapat tiga kompetitor terkuat, yaitu MacFac, Makronice, dan moshinyuu. Untuk kemasan dari produk kompetitor dapat dilihat pada Gambar 2. Pemilik juga mengakui jika dibandingkan dengan kemasan ketiga kompetitor yang

dimiliki oleh Marco Makaroni, kemasan dari Marco Makaroni kurang menarik. Hal tersebut menyebabkan banyak konsumen lebih memilih untuk membeli produk kompetitor daripada membeli produk Marco Makaroni. Untuk mengetahui apakah kemasan merupakan hal yang dijadikan pertimbangan saat konsumen membeli suatu produk serta mengetahui bagaimana penilaian konsumen untuk kemasan Marco Makaroni, maka dilakukan wawancara awal.

Gambar 2. Kemasan Kompetitor

Wawancara awal dilakukan kepada sepuluh orang responden yang sesuai dengan target pasar dari Marco Makaroni, yaitu perempuan berusia 15-35 tahun dan dalam satu bulan ke belakang pernah mengkonsumsi makanan ringan makaroni. Berdasarkan hasil wawancara, sembilan dari sepuluh responden mengatakan bahwa kemasan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan saat memilih produk. Selain itu, delapan dari sepuluh responden mengatakan bahwa kemasan dari Marco Makaroni tidak atau kurang menarik. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden kurang tertarik dengan kemasan dari Marco Makaroni, padahal saat akan membeli produk ini konsumen hanya bisa melihat kemasannya saja, mengingat promosi dari Marco Makaroni ini hanya melalui media sosial saja.

Agar kemasan Marco Makaroni lebih menarik, maka diperlukan perancangan ulang kemasannya. Dalam melakukan perancangan ulan kemasannya, digunakan metode Kansei Engineering. Kansei Engineering merupakan metode yang menggabungkan emosi dan perasaan dengan desain produk, sehingga dihasilkan desain produk yang sesuai dengan emosi dari konsumen (Nagamachi dan Lokman,2011). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kata-kata Kansei yang dijadikan pertimbangan konsumen saat memilih produk makanan ringan makaroni, mengetahui usulan rancangan kemasan Marco Makaroni berdasarkan Kansei Engineering, dan Mengevaluasi usulan rancangan kemasan Marco Makaroni berdasarkan Kansei Engineering. Batasan dari penelitian ini adalah

(3)

target responden yang digunakan sesuai dengan target pasar dari Marco Makaroni, yaitu perempuan berusia 15-35 tahun, dan perancangan yang dilakukan hanya untuk ukuran 150 gram.

Metode Penelitian

Dalam melakukan perancangan ulang kemasan dari Marco Makaroni akan digunakan metode Kansei Engineering. Metode ini dipilih karena dianggap cocok untuk merancang kemasan Marco Makaroni tersebut sebab kata-kata kansei yang diperoleh dapat dengan jelas menunjukkan perasaan dari konsumen. Hal tersebut dikarenakan kata-kata kansei yang didapatkan tidak hanya didapatkan dari literatur saja tetapi juga dari konsumen itu sendiri. Selain itu, di dalam Kansei Engineering hasil emosi yang didapatkan juga lebih detail karena dilakukan pengujian-pengujian statistik.

Tahap pertama yang dilakukan dalam Kansei Engineering adalah mengidentifikasi elemen kemasan. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui elemen kemasan apa saja yang mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk.dan dilakukan dengan studi literatur. Tahap kedua adalah mengidentifikasi kata-kata kansei. Mengidentifikasi kata-kata Kansei merupakan cara yang digunakan untuk mengetahui kata-kata Kansei yang terkait dengan kemasan tersebut.Tahap ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi kata-kata kansei yang disampaikan responden melalui wawancara, berdasarkan literatur, dan berdasarkan iklan produk, katalog, serta kemasan produk. Tahap ketiga adalah pengelompokkan kata-kata kansei dengan menggunakan diagram afinitas. Tahap keempat adalah merancang skala semantic differential untuk setiap kata-kata kansei untuk disusun ke dalam sebuah kuesioner. Tahap kelima adalah melakukan analisis faktor untuk data hasil dari kuesioner. Tahap keenam adalah merancang kemasan usulan dari Marco Makaroni dan membuat prototype. Tahap ketujuh adalah melakukan evaluasi dari hasil rancangan usulan kemasan Marco Makaroni yang diberikan.

Setelah dilakukan ketujuh tahap tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Metodologi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Metodologi Penelitian

Hasil dan Pembahasan Identifikasi Elemen Kemasan

Tahap ini dilakukan dengan cara studi literatur. Berdasarkan beberapa literatur yang ada, kemasan terdiri dari beberapa elemen. Berdasarkan Dameria (2014) dan Sonsino (1990), elemen-elemen yang dibutuhkan dalam kemasan adalah :

1. Warna kemasan 2. Bentuk kemasan 3. Ukuran kemasan 4. Bahan kemasan

5. Ilustrasi dalam kemasan 6. Typography (tulisan) 7. Informasi dalam kemasan 8. Logo dari perusahaan

Identifikasi Kata-Kata Kansei

Proses identifikasi kata-kata kansei dilakukan dengan cara melakukan studi literatur, observasi, dan juga melakukan wawancara. Pada saat melakukan identfikasi kata-kata kansei dengan cara wawancara, wawancara dilakukan bersamaan dengan wawancara evaluasi kemasan makanan ringan makaroni. Hasil wawancara yang berupa

(4)

tanggapan-tanggapan dari responden masih berupa kalimat. Dari setiap kalimat yang disampaikan dari responden, diidentifikasi kata apa saja yang dapat dan cocok dijadikan kata kansei untuk kemasan makanan ringan makaroni.

Setiap selesai melakukan wawancara terhadap satu responden, dilakukan perhitungan kata-kata kansei yang didapatkan. Wawancara akan dihentikan sampai tidak ada lagi pertambahan kata kansei. Kata-kata kansei terus bertambah dari setiap responden sampai akhirnya responden ke-15 dan ke-16 sudah tidak lagi memberikan kata kansei yang baru. Dapat dilihat pada Gambar 1 berupa pertambahan kata kansei hasil wawancara.

Gambar 1. Pertambahan Kata Kansei Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara, terdapat 145 kata kansei. Dapat dilihat pada Tabel 1 yang merupakan contoh kata-kata kansei dari hasil wawancara.

Tabel 1. Contoh Kata Kansei Hasil Wawancara

Contoh Kata Kansei

lucu sesuai

menarik plain

pedas nyambung

menambah gairah lumayan

unik tidak mengerti

terlihat mahal terlihat

Selain dengan menggunakan wawancara, kata kansei juga didapatkan dari literatur terkait perancangan kemasan makanan ringan. Berdasarkan literatur didapatkan 39 kata kansei. Dapat dilihat pada Tabel 2 merupakan contoh kata kansei berdasarkan literatur. Tabel 2. Contoh Kata Kansei dari Literatur

Contoh Kata Kansei

Simple Menggoda

Praktis Menarik

Mudah dibuka Mudah disimpan

Mudah ditutup Mudah dibaca

Unik Berciri khas

Berbeda Higienis

Pengumpulan kata kansei juga dilakukan dengan cara mencari kata-kata pada katalog, kemasan serta iklan produk makanan ringan makaroni. Berdasarkan katalog, kemasan, dan iklan produk didapatkan 22 kata kansei. Dapat dilihat pada Tabel 3 merupakan contoh kata kanseinya.

Tabel 3. Contoh Kata Kansei dari Katalog, Kemasan, dan Iklan Produk

Contoh Kata Kansei

Enak Original Renyah Nikmat Gurih Lezat Pedas Unik Istimewa Berkualitas Ketagihan Menggoda

Pengelompokkan Kata-Kata Kansei

Seluruh kata kansei yang telah didapatkan dari hasil wawancara, literatur, dan dari katalog, kemasan serta iklan produk didapatkan 204 kata kansei. Seluruh kata kansei dikelompokkan dengan menggunakan diagram afinitas. Diagram afinitas digunakan agar kata-kata yang memiliki arti yang sama atau mirip dapat dijadikan satu kelompok. Setelah dikelompokkan, didapatkan 25 kelompok kata kansei. Dapat dilihat pada Tabel 4 yang merupakan daftar kelompok kata kansei.

Tabel 4. Daftar Kelompok Kata Kansei

Kelompok Kata Kansei

unik transparan kuat

praktis eyecatching kontras menarik informatif mudah disimpan

ramah

lingkungan lucu aman

mudah

digunakan portable berkualitas

berkelas asli berwarna-warni

enak fokus jelas

renyah besar up to date

sesuai

Perancangan Kuesioner dengan Skala

Semantic Differential (SD)

Pada pembuatan kuesioner untuk menilai setiap kata kansei digunakan skala semantic differential. Skala SD merupakan skala yang digunakan untuk menilai sikap responden terhadap merek, iklan, objek, atau individu tertentu

.

Skala yang digunakan adalah rating dari satu sampai lima, dimana satu

(5)

menunjukkan kata sifat negatif dan lima menunjukkan kata sifat positif.

Kuesioner disebar melalui akun media sosial dari Marco Makaroni dan juga disebar ke kerabat dengan bantuan GoogleForm. Sampel yang digunakan sebanyak 125 responden, yaitu dengan mengalikan jumlah variabel dengan angka 5. Target responden yang mengisi disesuaikan dengan target pasar Marco Makaroni. Kuesioner yang telah dibuat disebar selama 14 hari dan menghasilkan 126 data. Setiap responden memberikan penilaian terhadap 25 kata kansei yang telah diberi skala semantic differential. Responden memberikan nilai berdasarkan gambar dari kemasan beberapa sampel makanan ringan makaroni. Penilaian diberikan berdasarkan emosi pertama yang muncul saat responden melihat kemasan tersebut.

Berdasarkan data hasil dari kuesioner, Terdapat 14 dari 25 variabel pada Marco Makaroni yang mendapatkan nilai kedua terendah. Variabel-variabel tersebut adalah variabel unik, praktis, menarik, ramah lingkungan, mudah digunakan, eyecatching, lucu, kontras, aman, berkualitas, berkelas, berwarna-warni, besar, dan up to date. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemasan dari Marco Makaroni memang kurang diminati oleh responden.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas dari kuesioner yang telah disebar digunakan untuk mengetahui apakah kuesioner yang diberikan kepada responden sudah sesuai atau belum untuk memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan tujuannya. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan software, didapatkan seluruh variabel atau kata kansei yang ada menghasilkan nilai rhitung yang lebih besar dibandingkan dengan rtabel. Nilai rtabel yang digunakan adalah 0,175, dengan demikian dapat dikatakan seluruh variabel valid.

Pengujian reliabilitas dari kuesioner digunakan untuk mengetahui apakah kuesioner yang telah disebar cukup tangguh atau tidak. Dalam pengujian reliabilitas ini akan digunakan nilai Cronbach’s Alpha. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan nilai dari Cronbach’s Alpha sebesar 0,944. Dengan demikian variabel yang ada diakatakan kuat dan konsisten.

Analisis Faktor

Sebelum melakukan analisis faktor, terdapat dua buah asumsi yang harus diuji terlebih dahulu. Asumsi pertama adalah nilai KMO Measure (Kaiser-Meyer-Olkin Measure) yang dihasilkan harus lebih besar dari 0,5. Nilai tersebut akan menunjukkan bahwa semua data telah cukup untuk difaktorkan. Selain itu diperlukan juga Bartlett’s Test untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel secara keseluruhan. Asumsi kedua adalah nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy) yang dihasilkan harus lebih besar dari 0,5. Nilai MSA akan mengetahui interkorelasi antar variabel dan kelayakan untuk setiap variabel yang ada.

Tabel 5. KMO Measure dan Bartlett’s Test

Berdasarkan nilai pada Tabel 5 yang merupakan nilai dari KMO Measure dan Bartlett’s Test, dapat dikatakan data dapat dianalisis lebih lanjut dan asumsi pertama terpenuhi. Nilai MSA untuk setiap variabel juga lebih dari 0,5, sehingga asumsi kedua juga terpenuhi.

(6)

Setelah kedua asumsi terpenuhi, maka dilanjutkan dengan ekstraksi faktor dengan metode Principal Component Analysis. Pada ekstraksi faktor akan didapatkan nilai komunalitas yang menunjukkan keeratan hubungan antara variabel yang digunakan dengan faktor yang terbentuk. Nilai komunalitas dapat dilihat pada Tabel 6.

Selanjutnya adalah mencari nilai eigen untuk setiap variabel yang berguna untuk mengetahui berapa banyak faktor yang terbentuk. Banyaknya faktor yang terbentuk dapat dilihat dari banyaknya nilai eigen yang lebih dari satu. Nilai eigen yang dihasilkan dapat dilihat pada scree plot yang ada pada Gambar 2. Berdasarkan scree plot terlihat bahwa terdapat empat nilai eigen yang lebih dari satu atau terdapat empat faktor terbentuk.

Gambar 2. Scree Plot

Selanjutnya untuk menentukan variabel-variabel yang masuk ke dalam suatu faktor, digunakan rotated component matrix yang memiliki nilai factor loading, Variabel dikatakan berada pada faktor tertentu jika nilai factor loading pada faktor tersebut paling tinggi dibandingkan dengan nilai factor loading di faktor lainnya. Dapat dilihat pada Tabel 7

berupa rotated component matrix.

Berdasarkan analisis faktor yang telah dilakukan, maka terbentuklah empat faktor dengan pengelompokkan variabel seperti pada Tabel 8.

Setelah dilakukan analisis faktor, maka diberikan nilai dari faktor yang dimiliki oleh sampel. Berdasarkan penilaian, diketahui bahwa kemasan Marco Makaroni berada pada urutan kedua terbawah untuk faktor estetika menarik, faktor warna elegan, dan faktor ramah lingkungan. Dengan demikian nilai faktor dari Marco Makaroni cukup buruk dan perlu perbaikan.

Tabel 7.Rotated Component Matrix

Tabel 8. Pengelompokkan Variabel

Perancangan Usulan Kemasan

Tahap awal dalam melakukan perancangan ulang adalah menghubungkan kata kansei dengan elemen kemasan yang ada. Proses ini dilakukan untuk mempermudah proses perancangan. Proses untuk menghubungkan kata kansei dengan elemen kemasan yaitu dengan melihat kembali hasil wawancara awal. Contoh hubungan kata kansei dengan elemen kemasan adalah variabel praktis berhubungan dengan elemen yang memudahkan konsumen untuk memegang kemasan, sehingga elemen yang berkaitan adalah bentuk dan ukuran kemasan.

Pada proses pembuatan usulan rancangan ulang kemasan Marco Makaroni dibuat tiga buah alternatif. Rancangan yang dihasilkan berdasarkan pada hasil penilaian setiap variabel yang telah dilakukan sebelumnya dan juga berdasarkan tanggapan dari responden. Rancangan yang dibuat diharapkan dapat memperbaiki faktor-faktor yang mendapatkan

(7)

nilai rendah pada kemasan Marco Makaroni. Usulan dibuat untuk seluruh varian produk. Hal yang membedakan hanya warna dan gambar yang menunjukkan rasa dari produk. Dapat dilihat pada Gambar 3 merupakan rancangan usulan alternatif 1. Gambar 4 merupakan rancangan usulan alternatif 2 dan Gambar 5 merupakan rancangan usulan alternatif 3.

Gambar 3. Rancangan Usulan Alternatif 1

Gambar 4. Rancangan Usulan Alternatif 2

Gambar 5. Rancangan Usulan Alternatif 3

Evaluasi Rancangan Usulan

Proses evaluasi dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 40 responden.

Pada saat pengisian kuesioner responden akan melihat secara langsung prototype dari setiap alternatif rancangan. Hal tersebut bertujuan agar penilaian yang diberikan lebih akurat. Dapat diihat pada Tabel 1 yang merupakan hasil evaluasi dari setipa alternatif usulan rancangan kemasan untuk Marco Makaroni.

Tabel 1. Hasil Evaluasi Setiap Alternatif Rancangan Usulan

Berdasarkan hasil evaluasi, dapat dilihat bahwa penilaian setiap faktor mengalami peningkatan dari penilaian kemasan Marco Makaroni saat ini. Dari ketiga alternatif rancangan usulan yang dibuat, rancangan usulan alternatif ketiga dengan tanda kuning pada tabel unggul di seluruh faktor yang ada. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa responden memberikan nilai emosi yang positif terhadap rancangan usulan alternatif ketiga. Oleh karena itu, rancangan usulan alternatif ketiga dapat dijadikan alternatif rancangan untuk Marco Makaroni saat akan mengganti kemasan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kata-kata kansei yang dijadikan pertimbangan konsumen saat memilih produk makanan ringan makaroni adalah unik, praktis, menarik, ramah lingkungan, mudah digunakan, transparan, eyecatching, informatif, lucu, portable, kuat, kontras, mudah disimpan, aman, berkualitas, berkelas, enak, renyah, sesuai, berwarna-warni, asli, fokus, besar, up to date, dan jelas. 2. Terdapat tiga alternatif usulan rancangan

kemasan Marco Makaroni yang dihasilkan berdasarkan kata kansei serta faktor yang terbentuk. Faktor yang terbentuk adalah faktor bentuk praktis, faktor estetika menarik, faktor warna elegan, dan faktor ramah lingkungan. Ketiga alternatif memberikan peningkatan penilaian untuk setiap faktor yang ada.

(8)

3. Berdasarkan ketiga alternatif usulan rancangan kemasan Marco Makaroni, alternatif ketiga mendapatkan penilaian emosi tertinggi pada setiap faktor. Alternatif ketiga mendapatkan nilai sebesar 4,008 untuk faktor bentuk praktis, 4,167 untuk faktor estetika menarik, 4,096 untuk faktor warna elegan, dan 4,048 untuk faktor ramah lingkungan dari skala 5.

Daftar Pustaka

Cenadi, C. S. (2000) Peranan Desain Kemasan dalam Dunia Pemasaran. Jurnal Nirmana, 2, 92-103. Diunduh dari nirmana.petra.ac.id

Dameria, A. (2014) Packaging Handbook : Where Creative Ideas Become Reality. Jakarta : Link & Match Graphic

Desmet, P. (2003) Measuring Emotions : Development and Application of an Instrument to Measure Emotional Responses to Products. Di dalam: Blythe, M.A., Overbeeke, K., Monk, A.F., dan Wright, P.C. (2003) Funology : From Usability to Enjoyment (pp. 111-123). Dodrecht: Kluwer Academic Publisher. Diunduh

dari : http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/d

ownload?doi=10.1.1.104.1400&rep=r ep1&type=pdf

Hair JR., J.F., Black, W.C., Babin, B.J., dan Anderson, R.E. (2009) : Multivariate Data Analysis. New Jersey : Pearson Education Inc.

Jordan, P. W. (2000) Designing Pleasurable Product : An Introduction to the New Human Factors (pp. 11-19).

Lokman, A. M. (2010). Design & Emotion : The Kansei Engineering Methodology.

Diunduh dari

http://anitawati.uitm.edu.my/mypaper s/21_MJOC10_Design&Emotion_Th eKEMethodology.pdf

Nagamachi, M. dan Lokman, A. M. (2011) Innovations of Kansei Engineering. Boca Raton: CRC Press.

Nagamachi, M. (2011) Kansei / Affective Engineering. Boca Raton : CRC Press.

Rahmayani, N., Yuniar, dan Desrianty, A. (2015) Rancangan Kemasan Bedak Tabur (Loose Powder) dengan

Menggunakan Metode Kansei Engineering. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, 3, 170-179.

Diunduh dari http://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/re

kaintegra/article/view/916

Sekaran, U. (2000) Research Method for Business. New York : John Wiley & Sons, Inc.

Sonsino, S. (1990) Packaging Design. New York : John Wiley & Sons, Inc.

Gambar

Gambar 2. Kemasan Kompetitor
Gambar 1. Metodologi Penelitian
Tabel 3.  Contoh Kata Kansei  dari Katalog,  Kemasan, dan Iklan Produk
Tabel 5. KMO Measure dan Bartlett’s Test
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil rancangan atribut produk spatula semen yang terpilih berdasarkan metode kansei engineering dipilih berdasarkan kategori yang memiliki jumlah terbanyak untuk kata kansei

Hasil rancangan atribut produk spatula semen yang terpilih berdasarkan metode kansei engineering dipilih berdasarkan kategori yang memiliki jumlah terbanyak untuk kata kansei

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan pendekatan rekayasa Kansei , yaitu memilih domain, pengumpulan kata Kansei , pengumpulan elemen desain

Identifikasi kebutuhan konsumen tentang kemasan produk secara ergonomis dan psikologis untuk mendapatkan karakteristik dari desain produk berdasarkan keinginan konsumen maka

Berdasrkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kriteria konsumen terhadap kemasan bumbu dapur terdiri dari 2 konsep yaitu (1) kemasan ilustratif, yang mewakili

Dengan melihat tabel diatas maka desain final dari output utilitas yang telah dirangkum dari Kansei word positif yaitu kemasan dengan warna desain yang colorfull

Hasil dari Kansei Word yang sudah mewakili perasaan atau keinginan pengguna dapat dijadikan spesifikasi yang sesuai dengan pengguna untuk selanjutnya dapat dihasilkan

a. Data pribadi dan aktivitas konsumen produk plastic shopping bag. Kata kansei yang berkaitan dengan produk plastic shopping bag. Kata kansei merupakan kriteria penting untuk