• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM KOMPUTERISASI TENAGA KERJA LUAR NEGERI DI BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM KOMPUTERISASI TENAGA KERJA LUAR NEGERI DI BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) - FISIP Untirta Repository"

Copied!
201
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM KOMPUTERISASI

TENAGA KERJA LUAR NEGERI DI BADAN NASIONAL

PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

INDONESIA

(Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

NISYYAH AZZAHRAH NIM 6661100898

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

ABSTRAK

Nisyyah Azzahrah. NIM. 100898. Skripsi. Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten). Pembimbing I: Anis Fuad, S.Sos., M.Si dan pembimbing II: Riny Handayani, S.Si., M.Si.

Sistem Komputerisasi Tenaga kerja Luar Negeri (SISKOTKLN) adalah sistem

online pelayanan administrasi penempatan TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dan Penerbitan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri yang melibatkan seluruh stakeholder

terkait. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten). Teori yang digunakan adalah teori dari DeLone dan McLean (2003:9) yang mengemukakan enam indikator efektivitas atau kesuksesan sistem informasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Jumlah populasi penelitian ini adalah 34 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji hipotesis t-test satu sampel dengan uji pihak kanan. Hasil perhitungan menunjukkan t-hitung lebih besar dari t-tabel (12,01 > 1,692) artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan skor yang didapat dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN mencapai 79%, artinya sudah efektif. Saran dari peneliti adalah sistem lebih dikembangkan lagi untuk meningkatkan kualitas sistem, selain itu, dibutuhkan pemeliharaan dan pengecekan sistem, peningkatan kelengkapan dan keakuratan informasi, penambahan sumber daya manusia dan peningkatan integrasi sistem.

(3)

ABSTRACT

Nisyyah Azzahrah. NIM. 100898. Script. The Effectiveness of Application SISKOTKLN at the National Board for Placement and Protection of Indonesian Overseas Workers (Study at BP3TKI, PPTKIS and Employment Department in Province level Banten). Advisor I: Anis Fuad, S.Sos., M.Si and advisor II: Riny Handayani, S.Si., M.Si.

Sistem Komputerisasi Tenaga kerja Luar Negeri (SISKOTKLN) is an online system for placement TKI (Indonesian Overseas Workers) administration service and issuance of overseas workers card which involved all relevant stakeholders. This study aims to determine the extent of the effectiveness of application SISKOTKLN at the National Board Placement and Protection of Indonesian Overseas Workers (Study at BP3TKI, PPTKIS and Employment Department in Province level Banten). The researcher used the theory of DeLone and McLean (2003:9) i.e. six indicator that suggests the effectiveness or success of information systems. The researcher used descriptive quantitative method. The number of population in this study were 34 people. The researcher used sampling saturation technique. The data analysis technique in this study used one sample t-test by the right side test. The calculations showed t-count is greater than t-table (12.01> 1.692), it could be concluded Ho was rejected and Ha was accepted. Based on the scores obtained from the results of the study, indicated that the level of effectiveness of application SISKOTKLN reached 79%, showed that has been effective. The researcher suggests that system should be developed anymore to increase the quality of the system, besides, it necessary to conserve and rechecked toward the system, increasing toward completed and accuration of information, adding human resources and improved system integration.

(4)
(5)
(6)
(7)

”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki

ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib

baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib

baginya memiliki ilmu”.

(HR. Tirmidzi)

Tidak ada di dunia ini yang lebih berbahaya dari ketidaktahuan dan

kebodohan

”.

(Martin Luther King)

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Kedua Orang Tuaku, keluargaku, dan teman-temanku tersayang...

(8)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah. Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena

berkat rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat

beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar

Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada berbagai pihak yang telah

memberikan pengajaran, bantuan, serta dorongan dalam upaya menyelesaikan

skripsi yang berjudul ”Efektivitas Penerapan Sistem Komputerisasi Tenaga

Kerja Luar Negeri di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)”. Saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa;

2. Bapak DR. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

3. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si Wakil Dekan I Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

4. Ibu Mia Dwianna W., M.I.Kom Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan

(9)

ii

5. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., MM Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

6. Ibu Rahmawati, S. Sos., M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa;

7. Ibu Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si, Sekretaris Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa;

8. Bapak Maulana Yusuf S.IP., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan bimbingan dan saran selama perkuliahan.

9. Bapak Anis Fuad, S. Sos., M.Si., Dosen Pembimbing I skripsi yang telah

senantiasa sabar memberikan masukan dan bimbingannya selama proses

penyusunan skripsi;

10. Ibu Riny Handayani, S.Si., M.Si., Dosen Pembimbing II skripsi yang

senantiasa memberikan masukan, saran dan kesabaran membimbing selama

proses penyusunan skripsi;

11. Semua dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Terimakasih atas ilmu pengetahuan selama perkuliahan;

12. Semua Pegawai Puslitbang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia. Terima kasih atas keramahan dan keterbukaan

(10)

iii

13. Para responden pada BP3TKI, Dinas Ketenagakerjaan dan PPTKIS di

Banten yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang senantiasa

meluangkan waktunya yang sangat berarti bagi peneliti;

14. Kedua orang tua, keluarga dan saudara yang sangat saya sayangi, yang tak

henti memberikan doa dan kasih sayangnya;

15. Uak saya Fauzi dan keluarga di Tangerang yang telah direpotkan dan

senantiasa membantu menemani perjalanan penelitian di lapangan.

16. Sahabat sekaligus teman kostan saya Dede Pratiwi yang telah setia

menemani, dan memberikan semangat serta dukungan yang begitu besar;

17. Teman SMA saya Ona Nabila dan keluarga yang telah direpotkan dan setia

menemani selama proses penyusunan skripsi;

18. Nafis, Susi, Hesti, Dina, Abel, Thata, Oji. Karena kalian telah menjadi teman

yang baik. Terima kasih atas persahabatan dan kebersamaan selama ini;

19. Saudara-saudara seperjuangan kelas B Ilmu Administrasi Negara 2010

Reguler. Terimakasih atas kenangan selama perkuliahan;

20. Semua orang yang telah membantu dan mendukung penelitian ini yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Serang, Oktober 2014

(11)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

ABSTRACT

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah dan Batasan Penelitian ... 13

1.2.1Identifikasi Masalah ... 13

1.2.2Batasan Masalah... 13

1.3 Rumusan Masalah... 14

1.4 Tujuan Penelitian ... 14

1.5 Manfaat Penelitian ... 14

1.5.1Secara Teoritis ... 14

(12)

v

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1Deskripsi Teori ... 16

2.1.1 Konsep Organisasi Publik ... 16

2.1.2 Konsep Manajemen Pelayanan ... 20

2.1.3 Konsep Sistem Informasi Manajemen ... 26

2.1.4 Konsep Efektivitas ... 37

2.2 Penelitian Terdahulu ... 45

2.3 Kerangka Berpikir ... 47

2.4 Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 51

3.2 Fokus Penelitian ... 52

3.3 Lokasi Penelitian ... 53

3.4 Variabel Penelitian ... 53

3.4.1Definisi Konsep ... 53

3.4.2Definisi Operasional... 54

3.5Instrumen Penelitian ... 55

3.6Populasi Penelitian ... 61

3.7Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 62

3.8Jadwal Penelitian ... 67

BAB IV PEMBAHASAN 4.1Deksripsi Objek Penelitian ... 68

(13)

vi

4.1.2Deskripsi Lokasi Penelitian... 71

4.1.3Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri ... 72

4.1.4Sistem Komputerisasi Tenaga kerja Luar Negeri Indonesia .... 75

4.2 Pengujian Persyaratan Statistik ... 84

4.2.1 Uji Validitas ... 84

4.2.2 Uji Reliabilitas ... 86

4.2.3 Uji Normalitas ... 87

4.3 Deskripsi Data ... 89

4.3.1 Identitas Responden ... 89

4.3.2 Analisis Data ... 91

4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 134

4.5 Pengukuran Efektivitas ... 137

4.6 Interpretasi Hasil Penelitian ... 138

4.7 Pembahasan ... 140

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 146

5.2 Saran ... 147

(14)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Sepuluh Besar Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri

Berdasarkan Provinsi Periode Tahun 2011-2013 ... 6

Tabel 1.2 Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri di Provinsi Banten Berdasarkan Kab/Kota Periode Tahun 2011-2013 ... 7

Tabel 1.3 Rekapitulasi Data Kedatangan Tki Bermasalah Asal Provinsi Banten Periode Tahun 2010-2013 (30 November) ... 8

Tabel 1.4 Rekapitulasi Data Kedatangan Tki Bermasalah Asal Provinsi Banten Berdasarkan Jenis Masalah Periode Tahun 2010 S.D 2013 (30 November) ... 9

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 55

Tabel 3.2 Skor Tiap Indikator menurut Likert ... 56

Tabel 3.3 Tingkat Keefektivan ... 66

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ... 67

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 85

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 87

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Instrumen ... 88

(15)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Model Momen Kritis Pelayanan ... 23

Gambar 2.2 Contoh Lingkaran Pelayanan di Plaza ... 24

Gambar 2.3 Model Segitiga Pelayanan ... 25

Gambar 2.4 Tahap-Tahap Penanganan Informasi menurut Siagian ... 29

Gambar 2.5 Update D&M IS Success Model ... 36

Gambar 2.6 Kerangka Berpikir ... 49

Gambar 3.1 Uji Pihak Kanan ... 65

Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi banten ... 71

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia... 74

Gambar 4.3 Alur Registrasi CTKI online di Dinas Tenaga Kerja Kab/ Kota ... 82

Gambar 4.4 Alur Pelaksanaan Pelayanan Penerbitan KTKLN di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ... 83

Gambar 4.5 Mekanisme SISKOTKLN ... 84

Gambar 4.6 Hasil Distribusi data Instrumen ... 88

(16)

ix

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 89

Diagram 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 90

Diagram 4.3 Identitas Responden Tingkat Pendidikan ... 91

Diagram 4.4 SISKOTKLN Sesuai dengan Perkembangan Teknologi ... 92

Diagram 4.5 SISKOTKLN Mudah Digunakan Pengguna ... 93

Diagram 4.6 SISKOTKLN Dapat Dioperasikan Sesuai dengan Fungsi dan Tujuannya ... 94

Diagram 4.7 SISKOTKLN Tersedia Setiap Saat ketika Diperlukan ... 95

Diagram 4.8 Kemampuan SISKOTKLN Dapat Dipercaya/Diandalkan dalam Perlindungan TKI ... 96

Diagram 4.9 SISKOTKLN Tahan dari Kerusakan ... 97

Diagram 4.10 Pengguna Dapat Mengakses Database SISKOTKLN secara Cepat 99 Diagram 4.11 Pengguna Dapat Mengakses SISKOTKLN secara Lancar... 100

Diagram 4.12 Penerapan SISKOTKLN Membantu Peningkatan Kinerja Pengguna ... 101

Diagram 4.13 Penerapan SISKOTKLN Dapat Mencegah Perdagangan Manusia (human trafficking) ... 102

Diagram 4.14 Semua Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Lengkap ... 103

Diagram 4.15 Semua Informasi Tentang TKI yang Dibutuhkan Pengguna Ada atau Tersedia dalam SISKOTKLN ... 104

(17)

x

Diagram 4.17 Pengguna Tidak Kesulitan Memahami Isi Informasi dalam

SISKOTKLN ... 106

Diagram 4.18 Isi Informasi Tentang TKI dalam SISKOTKLN Sesuai dengan yang

Diinginkan ... 107

Diagram 4.19 Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Bermanfaat untuk

Perlindungan TKI yang Lebih Optimal ... 108

Diagram 4.20 Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Relevan (Sesuai/Cocok)109

Diagram 4.21 Keamanan Informasi dalam SISKOTKLN Terjaga atau Terlindungi

dengan Baik ... 110

Diagram 4.22 Informasi dalam SISKOTKLN Terjaga Kerahasiaannya dari

Pengguna yang Tidak Berhak ... 111

Diagram 4.23 Pelayanan SISKOTKLN yang Diberikan Dapat

Dipertanggungjawabkan ... 113

Diagram 4.24 Pengelola SISKOTKLN Memiliki Kemampuan yang Baik dalam

Pekerjaan Mereka ... 114

Diagram 4.25 Pengguna Mudah Melakukan Komunikasi dengan Pengelola

SISKOTKLN ... 115

Diagram 4.26 Pengelola SISKOTKLN Peduli terhadap Kebutuhan Pengguna ... 116

Diagram 4.27 Pengelola SISKOTKLN Sigap Merespon Kesulitan Pengguna

SISKOTKLN ... 117

Diagram 4.28 Pengelola SISKOTKLN Cepat dalam Memberikan Bantuan/

(18)

xi

Diagram 4.29 Pengguna Menggunakan SISKOTKLN Sesuai dengan Tujuan yang

Diharapkan ... 119

Diagram 4.30 Penggunaan SISKOTKLN Tepat dengan Maksud yang Diinginkan120 Diagram 4.31 Tampilan Aplikasi SISKOTKLN Mudah untuk Dimengerti ... 121

Diagram 4.32 Navigasi/ Petunjuk dalam Aplikasi SISKOTKLN Mudah Dipahami122 Diagram 4.33 Penggunaan SISKOTKLN Membuat Banyak Pekerjaan Penempatan TKI Dapat Ditangani ... 123

Diagram 4.34 Penggunaan SISKOTKLN Dapat Lebih Banyak Menyelesaikan Transaksi Penempatan TKI ... 124

Diagram 4.35 Pengguna Tertarik untuk Sering Mengakses SISKOTKLN ... 125

Diagram 4.36 SISKOTKLN Sudah Memenuhi Kepuasan Pengguna ... 126

Diagram 4.37 Penerapan SISKOTKLN Dapat Menghemat Biaya ... 128

Diagram 4.38 Penerapan SISKOTKLN Dapat Mewujudkan Penempatan TKI yang Murah... 129

Diagram 4.39 Penerapan SISKOTKLN Dapat Mengurangi Biaya Pencarian Informasi ... 130

Diagram 4.40 Pencarian Informasi dengan Menggunakan SISKOTKLN Relatif Lebih Murah ... 131

Diagram 4.41 Penerapan SISKOTKLN Dapat Menghemat Waktu dalam Bekerja132

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tenaga Kerja Indonesia atau yang biasa disebut dengan TKI adalah setiap

warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam

hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dan menerima upah. Pengiriman TKI

ke luar negeri merupakan keuntungan ekonomi negara karena menghasilkan

devisa bagi negara.

Berdasarkan amanat pembukaan UUD 1945 pasal 27 ayat 2 tiap-tiap

warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan. Karena itu pemerintah menyadari walaupun kegiatan bekerja di luar

negeri kerap berdampak negatif bagi TKI seperti rentan penipuan, upah tidak

dibayar, pekerjaan yang tidak sesuai dengan perjanjian, eksploitasi, serta

penganiayaan karena lemahnya perlindungan hukum, pemerintah tidak dapat

melarang atau mempengaruhi keputusan TKI karena menyangkut hak asasi

manusia yang dilindungi oleh undang-undang. Meskipun demikian, Pemerintah

dapat membuat kebijakan yang tepat untuk meminimalisir permasalahan dan

memberikan perlindungan kepada TKI, hal tersebut merupakan kewajiban

pemerintah yang tercantum dalam undang-undang.

Masalah penempatan dan perlindungan TKI ke luar negeri merupakan

masalah yang menyangkut hubungan antar negara, untuk itu sudah seharusnya

(20)

luar negeri. Pelayanan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri

berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan TKI di Luar Negeri pasal 95 diamanatkan kepada BNP2TKI yaitu

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI yang mempunyai fungsi

pelaksanaan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri secara terkoordinasi

dan terintegrasi.

Pelaksanaan pelayanan penempatan dan perlindungan TKI merupakan

tugas yang berat jika hanya ditangani sendiri oleh pemerintah pusat. Karena itu

pemerintah pusat tidak dapat bertindak sendiri dalam menangani penempatan dan

perlindungan TKI sehingga perlu melibatkan pemerintah daerah. Peran

pemerintah daerah akan sangat menentukan terutama dalam hal rekrutmen.

Dimana setiap calon TKI harus mengurus dan melengkapi semua dokumen atau

prosedur yang diperlukan untuk menjadi TKI melalui pemerintah daerah.

Banyaknya prosedur yang harus ditempuh oleh para calon TKI luar negeri

dan banyaknya pihak yang terlibat dalam penempatan dan perlindungan TKI luar

negeri, pemerintah pusat bekerja sama dengan daerah berusaha untuk

menciptakan sistem pelayanan penempatan dan perlindungan TKI luar negeri

yang lebih baik dengan berbasis teknologi informasi.

Peranan teknologi informasi di era globalisasi tentu bukan merupakan hal

yang baru. Teknologi informasi kini berperan besar dalam berbagai aspek

kehidupan manusia. Berbagai jenis organisasi pun mulai menyadari pentingnya

teknologi informasi sebagai sumber daya organisasi yang strategis. Seiring dengan

(21)

juga mengalami kemajuan. Pemanfaatan teknologi informasi kini bukan hanya

banyak digunakan oleh organisasi swasta yang beroperasi untuk meningkatkan

produksi namun organisasi publik juga membutuhkan teknologi informasi untuk

dapat menunjang aktivitas kerja mereka sehingga bisa berjalan dengan efektif dan

efisien.

Kemajuan teknologi informasi ini telah banyak dimanfaatkan di berbagai

bidang dalam organisasi untuk membantu manusia menyelesaikan berbagai

permasalahan dan membantu manusia dalam mengambil keputusan. Dengan

perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat para manajer perlu untuk

menciptakan, memelihara dan menggunakan sistem informasi dalam menjalankan

organisasi agar organisasi bisa tumbuh dan berkembang. Dengan pengelolaan

sistem informasi yang baik, produktivitas, efektivitas dan efisiensi organisasi bisa

ditingkatkan. Siagian (2008:1)

Pada organisasi pemerintahan, pengembangan aplikasi sistem informasi

dan telekomunikasi di lingkungan pemerintah dikenal dengan sebutan

E-Government. Penggunaan E-Government diharapkan bukan hanya dapat

meningkatkan efektivitas dan efisiensi namun juga transparansi dan akuntabilitas

layanan pemerintahan.

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 2004 tentang

Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, pasal 7 butir (c), salah satu

kewajiban pemerintah adalah “membentuk dan mengembangkan sistem informasi

penempatan calon TKI di luar negeri”. Untuk itu, Badan Nasional Penempatan

(22)

Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri) yang merupakan amanat dari Instruksi

Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan E-Government.

Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri atau lebih dikenal

dengan SISKOTKLN sebelumnya dikelola oleh Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi pada tahun 2006, namun setelah di bentuknya Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia pada tahun 2007,

SISKOTKLN mulai aktif dan dikembangkan kembali oleh Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia pada pertengahan tahun

2009. Dan pada tahun 2011 SISKOTKLN bisa digunakan secara online yang

melibatkan stakeholder dan instansi terkait.

Stakeholder yang terkait dalam SISKOTKLN yaitu seperti: BP3TKI (Balai

Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) /P4TKI (Pos

Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenga Kerja Indonesia), Dinas Tenaga

Kerja Provinsi dan Kabupaten/Kota, PPTKIS (Pelaksana Penempatan Tenaga

Kerja Indonesia Swasta), Sarana Kesehatan, BLK-LN (Balai Latihan Kerja-Luar

Negeri), Lembaga Kompetensi/ Sertifikat Kompetensi, Asuransi Perlindungan

TKI, Ebarkasi/ Deberkasi serta Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri.

Penerapan SISKOTKLN pada Badan Nasional Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia merupakan suatu perwujudan pemerintah

sebagai abdi negara yang berusaha memberikan pelayanan yang lebih baik kepada

masyarakat. Hal ini juga dilakukan dalam upaya membenahi sistem pelayanan

(23)

Berdasarkan peraturan kepala Badan Nasional Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja No. PER-26/KA/X11/2013 tentang Pedoman

Pelaksanaan Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri, SISKOTKLN

adalah sistem pelayanan administrasi penempatan TKI dan penerbitan Kartu

Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) yang melibatkan seluruh stakeholder terkait.

SISKOTKLN bertujuan untuk memberikan pelayanan penempatan dan

perlindungan tenaga kerja yang layak, cepat, murah dan efisien kepada warga

negaranya yang akan bekerja keluar negeri.

Pelayanan Penempatan adalah layanan fasilitasi Calon TKI yang akan

bekerja ke Luar Negeri sesuai dengan prosedur dan persyaratan dalam

Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga

Kerja Indonesia di Luar Negeri. Layanan yang diberikan adalah layanan di Unit

Pelayanan Publik Pusat yang meliputi penerbitan Surat Ijin Pengerahan (SIP),

penempatan pemerintah (Goverment to Goverment dan Goverment to Private)

serta layanan untuk Stakeholder. Sedangkan layanan di daerah meliputi register

TKI Mandiri/Formal/Re-Entry, verifikasi dokumen, Pembekalan Akhir

Pemberangkatan (PAP) dan Penerbitan KTKLN. (www.bnp2tki.go.id, 18 Oktober

2014)

Penerapan SISKOTKLN diperlukan keterlibatan dan koordinasi yang baik

dengan pemerintah daerah yang bertanggung jawab dalam penempatan TKI

seperti BP3TKI selaku unit pelaksana teknis dari Badan Nasional Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Dinas Ketenagakerjaan dan PPTKIS yang

(24)

SISKOTKLN yang merupakan sistem pendataan online calon TKI ini

sudah diterapkan di berbagai provinsi di Indonesia salah satunya adalah Provinsi

Banten. Penerapan SISKOTKLN di Provinsi Banten ini sudah berjalan dari tahun

2011 pada instansi pemerintah seperti Balai Pelayanan Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Serang dan Dinas Ketenagakerjaan

se-Provinsi Banten. se-Provinsi Banten merupakan provinsi kedua dalam penerapan

SISKOTKLN setelah sebelumnya dilakukan di Propinsi Jawa Barat yang

merupakan provinsi pertama dalam penerapan SISKOTKLN.

Provinsi Banten merupakan salah satu dari provinsi yang banyak

melakukan penempatan tenaga kerja Indonesia luar negeri. Provinsi Banten masuk

dalam sepuluh besar provinsi yang banyak melakukan penempatan tenaga kerja

Indonesia di luar negeri seperti yang terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1

Sepuluh Besar Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri Berdasarkan Provinsi Periode Tahun 2011-2013

No Provinsi 2011 2012 2013

Berdasarkan tabel 1.1, tahun 2011 pengiriman TKI Banten mencapai

27.576 orang, jika diurutkan Banten menempati posisi ke 5 terbanyak dalam

(25)

menurun ke urutan 10 dengan jumlah TKI sebanyak 10.853 orang dan pada tahun

2013 jumlah pengiriman TKI asal Banten naik menjadi 13.244 orang yaitu berada

di urutan ke 9.

Adapun jumlah pengiriman atau penempatan TKI berdasarkan kabupaten

atau kota di Provinsi Banten adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri di Provinsi Banten Berdasarkan Kab/Kota Periode Tahun 2011-2013

No Kab/Kota 2011 2012 2013 Total

daerah kabupaten atau kota di Provinsi Banten jumlahnya berbeda-beda.

Kabupaten Serang merupakan daerah di Provinsi Banten yang paling banyak

melakukan penempatan TKI. Perbedaan ini dikarenakan peminat bekerja sebagai

TKI luar negeri dari setiap daerah berbeda-beda.

Penerapan SISKOTKLN yang merupakan sistem online pelayanan

administrasi penempatan TKI dan penerbitan KTKLN di Provinsi Banten selain

bertujuan untuk memberikan pelayanan penempatan TKI secara layak, cepat,

(26)

yang lebih optimal kepada TKI seperti mencegah TKI ilegal, perdagangan

manusia, dan menciptakan TKI berkualitas.

Provinsi Banten dengan jumlah pengiriman TKI yang banyak walaupun

telah menggunakan SISKOTKLN dari tahun 2011, juga tidak lepas dari

banyaknya permasalahan TKI. Banyaknya permasalahan TKI di provinsi Banten

dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1.3

Rekapitulasi Data Kedatangan Tki Bermasalah Asal Provinsi Banten Periode Tahun 2010-2013 (30 November)

TAHUN

JUMLAH %

KEDATANGAN TKI

Bermasalah

2010 22.308 3.941 18%

2011 23.277 2.711 12%

2012 19.244 1.951 10%

2013(s.d Nov) 7.130 1501 21%

TOTAL 71.959 10.104 14%

Sumber: Puslitfo BNP2TKI, 2014

Pada tabel 1.3 terlihat pada tahun 2010 jumlah kedatangan TKI asal

Banten mencapai 22.308 orang dan TKI yang bermasalah sebanyak 3.941 yaitu 18

persen dari jumlah kedatangan TKI asal Banten. Kemudian tahun-tahun

berikutnya yaitu tahun 2011 dan 2012 secara berurutan persentase TKI

bermasalah asal Provinsi Banten mengalami penurunan menjadi 12 persen dan 10

persen. Sedangkan tahun 2013 sampai dengan November 2013 jumlah TKI

bermasalah mengalami kenaikan dengan persentase 21 persen dari jumlah

(27)

Adapun untuk mengetahui jenis permasalahan TKI bermasalah asal

Provinsi Banten dapat dilihat pada tabel rekapitulasi data kedatangan TKI

bermasalah asal Provinsi Banten berdasarkan jenis masalah berikut:

Tabel 1.4

Rekapitulasi Data Kedatangan Tki Bermasalah Asal Provinsi Banten Berdasarkan Jenis MasalahPeriode Tahun 2010 S.D 2013 (30 November)

No Permasalahan Tahun Total

dialami adalah PHK sepihak yang berjumlah 3.375 orang dan yang paling sedikit

adalah masalah komunikasi tidak lancar yaitu sebanyak 52 orang. Kemudian

untuk jumlah permasalahan TKI dari tahun ke tahun mengalami penurunan namun

jika dibandingkan dengan jumlah kedatangan TKI persentase permasalahan TKI

tidak terus mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel

(28)

Penerapan SISKOTKLN yang melibatkan pemerintah daerah khususnya

BP3TKI dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten serta PPTKIS ini

berdasarkan wawancara dan observasi awal penelitian, peneliti menemukan

beberapa kendala atau masalah dalam penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI,

PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) yaitu sebagai berikut:

Pertama kurangnya sumber daya manusia yang mengelola SISKOTKLN.

Hal ini terlihat dari hanya ada dua tenaga help desk di Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang bertugas membantu

dalam pelayanan permasalahan dan pemeliharaan sistem, dengan jumlah tenaga

help desk tersebut tentu dirasa kurang mengingat jumlah client yang terkoneksi

dengan SISKOTKLN sangat banyak yaitu mencapai 2265 client. Kurangnya

sumber daya manusia ini juga mengakibatkan stakeholder kesulitan

berkomunikasi dengan pengelola, ini terlihat dari pernyataan pengguna

SISKOTKLN berikut:

“ kendalanya itu paling susah komunikasi sama orang BNP2TKI , ada nomor telephone helpdesk tapi itu jarang diangkat, di e-mail pun jarang

sekali dibales”. (wawancara, 21 Oktober 2014. Pukul 11.10 WIB).

Selain itu, kurangnya sumber daya manusia juga terlihat dari tidak adanya

penanggung jawab sistem di daerah (BP3TKI) seperti yang tertulis dalam

peraturan kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja No.

PER-26/KA/X11/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan SISKOTKLN dimana

penanggung jawab sistem adalah staf yang mempunyai keterampilan di bidang IT

dan telah mengikuti Bimtek SISKOTKLN yang bertanggung jawab terhadap

(29)

Kenyataan di lapangan adalah penanggung jawab sistem hanya 1 orang kepala

seksi penempatan TKI BP3TKI dibantu oleh staf baik orang IT maupun bukan.

BP3TKI khususnya di Banten hanya ada satu tenaga ahli IT (Information

Technology), jumlah ini tentu tidak cukup untuk menangani permasalahan sarana

dan prasarana seperti hardware SISKOTKLN di Provinsi Banten. Sedangkan

Dinas Ketenagakerjaan di daerah Provinsi Banten tidak semua memiliki tenaga

ahli IT. Kurangnya sumber daya manusia yang mengelola SISKOTKLN juga

terlihat di Dinas Ketenagakerjaan dimana hanya ada satu operator/pegawai

SISKOTKLN yang mengerti tentang SISKOTKLN dan telah mengikuti pelatihan

atau Bimtek SISKOTKLN. Jumlah tersebut tentu bisa menjadi kendala mengingat

jumlah TKI dari daerah berbeda-beda sehingga menyebabkan beban kerja yang

berbeda. Selain itu, dengan hanya ada satu operator SISKOTKLN pelayanan TKI

akan terhambat apabila operator SISKOTKLN tidak bekerja atau berhalangan

hadir karena tidak semua pegawai dapat menggunakan SISKOTKLN.

Kedua masih terjadi kendala teknis dalam pengoperasian SISKOTKLN.

Masalah teknis ini kerap terjadi pada server database SISKOTKLN yang sering

mengalami overload yang mengakibatkan proses upload dan download data

terganggu. Gangguan overload database ini juga menyebabkan data tertahan

sehingga pengguna mengalami kesulitan untuk membuka dan download data. Hal

ini juga sesuai dengan pernyataan pengguna SISKOTKLN berikut:

“ SISKOTKLN kebanyakan errornya seperti mau buka data detail TKI ni

aja nggak kebuka-buka sampai satu tahun ini susah dibuka dan baru-baru ini bisa kebuka, terus datanya suka nyangkut tau dah nyangkut kemana. Misal kita udah upload data tapi ternyata belum ke terima di sana. Jadi kadang misal tulisan di sisko udah ke kirim nggak taunya di sana belom

(30)

Gangguan server di Badan Nasional dan Penempatan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia ini terjadi akibat hardisk dari server tersebut crash. Hal

ini dikarenakan masalah umur pakai yang sudah lama. Selain itu proses

pengembangan aplikasi SISKOTKLN di Badan Nasional dan Penempatan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang masih terus dilakukan untuk

menciptakan sistem yang tepat yang dapat memenuhi keinginan pengguna

SISKOTKLN ini juga berakibat pada masalah jaringan lambat yang sering

dialami pengguna dalam mengakses SISKOTKLN sehingga proses kerja

pengguna menjadi terganggu.

Ketiga Kurangnya data dan informasi yang akurat dalam SISKOTKLN.

Hal ini terlihat dari pernyataan pengguna SISKOTKLN berikut:

“ Kendala yang pernah terjadi di SISKOTKLN itu kadang suka terjadi

kesalahan data TKI kayak kesalahan nama, tanggal lahir dan nama

agency”. (wawancara, 11 Agustus 2014. Pukul 09.45 WIB).

Selain itu informasi yang kurang akurat juga dapat dilihat dari masih

banyaknya permasalahan TKI seperti dokumen tidak lengkap. Permasalahan

tersebut seharusnya dapat dicegah atau diminimalisir sebelum TKI berangkat ke

luar negeri atau pada saat TKI melakukan registrasi penempatan TKI melalui

SISKOTKLN, mengingat SISKOTKLN adalah sistem pendataan bagi calon TKI

yang akan berangkat ke luar negeri, sistem yang dirancang untuk menghindari

terjadinya manipulasi data dan penyimpangan lainnya dalam proses penempatan

(31)

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan, maka peneliti

tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai “EFEKTIVITAS PENERAPAN

SISTEM KOMPUTERISASI TENAGA KERJA LUAR NEGERI DI BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)”.

1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Terdapat beberapa permasalahan yang terkait dengan penerapan

SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia, yaitu sebagai berikut:

1. Kurangnya sumber daya manusia yang mengelola SISKOTKLN.

2. Masih terjadi kendala teknis dalam pengoperasian SISKOTKLN.

3. Kurangnya data dan informasi yang akurat dalam SISKOTKLN.

1.2.2 Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian diperlukan untuk lebih

mempersempit masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti

membatasi penelitian pada fokus utama masalah, yaitu Efektivitas penerapan

SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia dengan studi kasus hanya pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas

(32)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas, maka

rumusan masalah yang menjadi kajian peneliti adalah berapa besar tingkat

efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas

Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)?

1.4 Tujuan Penelitian

Tanpa adanya tujuan penelitian, maka seorang peneliti tentunya akan

mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian. Sesuai dengan latar belakang

dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui

tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas

Ketenagakerjaan di Provinsi Banten).

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian yang berjudul Efektivitas

Penerapan Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri di Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI,

PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) adalah:

1.5.1Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan

(33)

dalam dunia akademis khususnya Ilmu Administrasi Negara, terutama yang

berkaitan dengan sistem informasi manajemen. Selain itu, penelitian ini juga

dapat bermanfaat untuk pengembangan studi sistem informasi manajemen.

1.5.2Secara Praktis

Bagi Badan terkait, diharapkan penelitian ini dapat menjadi

sumbangan pemikiran dan masukan yang positif untuk peningkatan

pelayanan E-Government terkait penempatan tenaga kerja luar negeri. Bagi

penulis, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan dan

penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama mengikuti

pendidikan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Selain itu, karya

peneliti dapat dijadikan bahan informasi dan referensi bagi pembaca dan

(34)

16

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Pada bab sebelumnya peneliti telah menguraikan masalah-masalah yang

diperoleh di lapangan yang berkaitan dengan penelitian. Pada bab ini, peneliti

akan mengkaji beberapa teori yang relevan dengan permasalahan penelitian terkait

Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas

Ketenagakerjaan di Provinsi Banten). Penggunaan teori ini sangat penting dalam

suatu penelitian. Teori berguna untuk menjelaskan dan menjadikan pedoman

dalam penelitian. Berikut adalah beberapa teori dalam penelitian Efektivitas

Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di

Provinsi Banten).

2.1.1 Konsep Organisasi Publik

Organisasi publik terdiri dari dari dua kata yaitu “organisasi” dan

“publik”. Sebelum memahami pengertian organisasi publik, terlebih dahulu

akan dijelaskan definisi dari kata “organisasi” dan kata “publik”. Berikut

akan dijelaskan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian organisasi

(35)

Menurut Chester I. Barnard dalam Syafiie (2006:52) organisasi adalah

suatu sistem kerja sama yang terkoordinasi secara sadar dan dilakukan oleh

dua orang atau lebih.

Menurut James D. Mooney dalam Hasibuan (2009:120) organisasi

adalah setiap bentuk perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.

Sedangkan Hasibuan (2009:120) mengemukakan organisasi sebagai

berikut:

“Organisasi adalah suatu perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.”

Selain itu Hasibuan (2009:122) juga menjelaskan unsur-unsur

organisasi sebagai berikut:

1. Manusia (human factor), artinya organisasi baru ada jika ada unsur manusia yang bekerja sama ada pemimpin dan ada yang dipimpin (bawahan). akan dikerjakan serta danya pembagian pekerjaan.

5. Struktur, artinya organisasi itu baru ada jika ada hubungan dan kerja sama antara manusia yang satu dengan yang lainnya.

6. Teknologi, artinya organisasi itu baru ada jika terdapat unsur teknis.

7. Lingkungan (environtment external social system), artinya organisasi itu baru ada, jika ada lingkungan yang saling mempengaruhi misalnya ada sistem kerja sama sosial.

Berbeda dengan Hasibuan, Syafiie (2006:52) berkesimpulan bahwa

organisasi antara lain yaitu:

1. Wadah atau tempat terselenggaranya administrasi

2. Di dalamnya terjadi berbagai hubungan antar individu maupun kelompok, baik dalam organisasi itu sendiri maupun keluar

(36)

4. Berlangsungannya proses aktivitas berdasarkan kinerja masing-masing.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

organisasi adalah wadah dari sekelompok orang yang bekerja sama secara

terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama.

Selanjutnya pengertian publik, publik berasal dari bahasa Inggris

public yang berarti umum. Dalam bahasa Indonesia sesuai bila diberi

terjemahan praja yang berarti rakyat.

Syafiie (2006:17) menjelaskan kata public di dalam bahasa Inggris

sering didefinisikan berbeda-beda seperti kata public yang didefinisikan sebagai “umum” misalnya public ownership (milik umum), public utility

(perusahaan umum), public service corporation (perseroan jasa umum).

Kemudian public yang didefinisikan sebagai “masyarakat” misalnya public

relation (hubungan masyarakat), public service (pelayanan masyarakat),

public interest (kepentingan masyarakat). dan public yang didefinisikan

sebagai negara misalnya public finance (keuangan negara), public revenue

(penerimaan negara), public sector (sektor negara). Karena perbedaan dari

arti kata public tersebut maka Syafiie (2006:18) menjelaskan arti public

sebagai berikut:

“Sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan harapan, sikap, dan tidakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.”

Setelah mengetahui definisi organisasi dan publik berikut akan

dijelaskan definisi organisasi publik secara utuh. Definisi organisasi publik

(37)

“Organisasi publik merupakan organisasi penyedia barang dan/atau jasa publik (public goods) yang diperlukan dalam rekayasa struktur sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bukan untuk mencari keuntungan finansial.”

Nordiawan dan Hertianti (2010:4) menyebutkan ciri-ciri organisasi

publik sebagai berikut:

1. Dijalankan tidak untuk mencari keuntungan finansial, melainkan untuk mencapai suatu misi atas tujuan tertentu (driven by mission). 2. Dimiliki secara kolektif oleh publik.

3. Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham yang dapat diperjualbelikan.

4. Keputusan-keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi sering kali didasarkan pada konsensus.

Nordiawan dan Hertianti (2010:4) juga menyebutkan jenis-jenis

organisasi publik yang dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Instansi pemerintah yaitu pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 2. Organisasi nirlaba milik pemerintah yang merupakan bagian

organisasi publik yang bentuknya bukan instansi pemerintah, tetapi dimiliki pemerintah.

3. Organisasi nirlaba milik swasta yang merupakan bagian organisasi publik yang dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta.

Kemudian Nordiawan dan Hertianti (2010:2) juga menjelaskan

perbedaan organisasi publik dengan perusahaan di sektor komersial sebagai

berikut:

1. Tujuan Organisasi

Perusahaan komersial bertujuan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham melalui penciptaan keuntungan, sedangkan organisasi publik bertujuan meningkatkan kesejahteraaan pelayanan melalui pelayanan.

2. Sumber-Sumber Pendanaan

(38)

organisasi pemerintahan, sumber pendanaan diperoleh melalui penerimaan pajak, retribusi, hibah dan sumbangan lainnya.

3. Peraturan Perundangan

Organisasi publik khususnya lembaga pemerintah, harus melakukan aktivitasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Sedangkan perusahaan komersial, mereka bisa memilih aktivitas yang akan dilakukan atas produk yang akan dibuat berdasarkan pertimbangan untung dan rugi.

Berbeda dengan Nordiawan dan Hertianti, Syafiie (2006:53)

menjelaskan organisasi publik adalah:

“Organisasi yang terbesar yang mewadahi seluruh lapisan masyarakat dengan ruang lingkup negara dan mempunyai kewenangan yang absah (terlegitimasi) di bidang politik, administrasi, pemerintahan dan hukum secara terlembaga sehingga mempunyai kewajiban melindungi warganya, serta melayani kebutuhannya, sebaliknya berhak pula memungut pajak untuk pendanaan, dan menjatuhkan hukuman sebagai sanksi penegakan peraturan.”

Syafiie (2006:53) juga mengemukakan organisasi publik sering kita

lihat pada bentuk organisasi pemerintah yang juga dikenal sebagai birokrasi

pemerintah.

2.1.2 Konsep Manajemen Pelayanan

Manajemen menurut Manullang dalam Ratminto dan Winarsih

(2006:1) mendefinisikan manajemen sebagai:

“Seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.”

Sementara Harold Koontz dan Cyril O’Donnel dalam Hasibuan

(2009:3) mendefinisikan manajemen sebagai:

(39)

Setelah mengetahui definisi manajemen selanjutnya adalah

mengetahui definisi pelayanan. Definisi pelayanan menurut Ivancevich,

Lorenzi, Skinner dan Crosby dalam Ratminto dan Winarsih (2006:2)

pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba)

yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan.

Menurut Gronroos dalam Ratminto dan Winarsih (2006:2)

mendefinisikan pelayanan sebagai berikut:

“Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antar konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksud untuk memecahkan permasalahan kosumen/pelanggan.” Untuk mengetahui pelayanan lebih jauh Zemke dalam Ratminto dan

Winarsih (2006:3) menjelaskan karakteristik pelayanan sebagai berikut:

1. Konsumen memiliki kenangan. Pengalaman atau memori tersebut tidak bisa dijual atau diberikan kepada orang lain.

2. Tujuan penyelenggaraan pelayanan adalah keunikan. Setiap konsumen dan setiap kontak adalah spesial.

3. Suatu pelayanan terjadi saat tertentu, ini tidak dapat di simpan di gudang atau dikirimkan contohnya.

4. Konsumen adalah rekanan yang terlibat dalam proses produksi.

5. Konsumen melakukan kontrol kualitas dengan cara

membandingkan harapannya dengan pengalamannya.

6. Jika terjadi kesalahan, satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki adalah meminta maaf.

7. Moral karyawan berperan sangat menentukan.

Dari beberapa definisi manajemen dan pelayanan yang telah

dijelaskan, Ratminto dan Winarsih (2006:4) Kemudian mendefinisikan

(40)

“Manajemen pelayanan adalah suatu proses penerapan ilmu dan seni

untuk menyusun rencana, mengimplementasikan rencana,

mengkoordinasikan dan menyelesaikan aktivitas-aktivitas pelayanan demi tercapainya tujuan-tujuan pelayanan.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan manajemen pelayanan

adalah bagaimana mengelola pelayanan dalam mencapai tujuan pelayanan.

Untuk dapat menyelenggarakan manajemen pelayanan dengan baik, terlebih

dahulu kita harus memahami beberapa konsep pokok manajemen pelayanan.

Salah satu konsep yang sangat penting dalam manajemen pelayanan adalah

moment of truth (momen kritis pelayanan).

Albrecht dan Bradford dalam Ratminto dan Winarsih (2006:57)

mendefinisikan momen kritis pelayanan sebagai berikut:

“Momen kritis adalah kontak yang terjadi antara konsumen dengan setiap aspek organisasi yang akan membentuk opini konsumen tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh organisasi tersebut.” Albrecht dan Bradford dalam Ratminto dan Winarsih (2006:58) juga

menyatakan bahwa harus ada kesesuaian antara kapabilitas antara tiga faktor

dalam pengelolaan moment of truth, yaitu:

a. Konteks pelayanan

b.Referensi yang dimiliki oleh konsumen

(41)

Berikut adalah model dari kesesuaian tiga faktor moment of truth

(momen kritis pelayanan)

Gambar 2.1 Model Momen Kritis Pelayanan

Selain itu untuk berempati kepada konsumen Albrecht dan Bradford

dalam Ratminto dan Winarsih (2006:59) juga telah membuat konsep

lingkaran pelayanan yang berarti serangkaian momen kritis pelayanan yang

dialami oleh konsumen ketika konsumen memanfaatkan jasa layanan.

Konsep lingkaran pelayanan ini akan membantu kita mengidentifikasi

(42)

Berikut adalah ilustrasi lingkaran pelayanan di plaza

Gambar 2.2 Contoh Lingkaran Pelayanan di Plaza

Selanjutnya Albert dan Zemke dalam Ratminto dan Winarsih

(2006:79) dalam hal berkaitan dengan manajemen pelayanan mengemukakan

bahwa organisasi-organisasi yang bergerak dibidang pelayanan yang sangat

berhasil memiliki tiga kesamaan, yaitu:

a. Disusunnya strategi pelayanan yang baik

b. Orang di garis depan yang berorientasi pada pelanggan/konsumen c. Sistem pelanggan yang ramah

Interaksi antara ketiga faktor tersebut dan pelanggan akan

menentukan keberhasilan manajemen dan kinerja pelayanan organisasi.

Konsep Albert dan Zamke ini dinamakan The Service Triangle (Model

(43)

Berikut adalah Model Segitiga Pelayanan menurut Albert dan Zamke

Gambar 2.3 Model Segitiga Pelayanan

Sementara Zeithmal, Parasuraman & Berry dalam Ratminto dan

Winarsih (2006:81) dalam hal berkaitan dengan manajemen pelayanan

mengemukakan bahwa manajemen pelayanan yang baik tidak bisa

diwujudkan karena adanya lima gap yaitu:

a. Gap 1 yaitu gap persepsi manajemen b. Gap 2 yaitu gap persepsi kualitas

c. Gap 3 yaitu gap penyelenggaraan pelayanan d. Gap 4 yaitu gap komunikasi pasar

e. Gap 5 yaitu gap kualitas pelayanan.

Selain itu untuk menyelenggarakan manajemen pelayanan yang baik

Viljoen dalam Ratminto dan Winarsih (2006:58) mengemukakan

prinsip-prinsip pelayanan yang dapat menjadi acuan sebagai berikut:

a. Identifikasi kebutuhan konsumen yang sesungguhnya b. Sediakan pelayanan yang terpadu (one-stop-shop)

c. Buat sistem yang mendukung pelayanan konsumen

d. Usahakan agar semua orang atau karyawan bertanggung jawab terhadap kualitas pelayanan

e. Layanilah keluhan konsumen secara baik strategi

customer

(44)

f. Terus berinovasi

g. Karyawan adalah sama pentingnya dengan konsumen h. Bersikap tegas tetapi ramah dengan konsumen

i. Jalin komunikasi dan interaksi khusus dengan pelanggan j. Selalu mengontrol kualitas.

2.1.3 Konsep Sistem Informasi Manajemen

Sebelum membahas definisi Sistem Informasi Manajemen, perlu

dipahami terlebih dahulu pengertian sistem, informasi dan manajemen secara

satu per satu yaitu:

Menurut Fahmi (2010:77) sistem adalah seperangkat komponen yang

berada dalam suatu organisasi yang saling berhubungan dalam menunjang

aktivitas kerja organisasi.

Sedangkan Sutabri (2004:2) menjelaskan definisi sistem dengan dua

kelompok pendekatan yaitu kelompok yang menekankan pada prosedur dan

kelompok yang menekankan pada elemen atau komponennya. Sutabri

menjelaskan:

“Pendekatan yang menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai suatu jaringan kerja dari prsedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sedangkan pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponen mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Kedua kelompok definisi yang di jelaskan Sutabri diatas ini adalah

benar dan tidak bertentangan. Yang berbeda adalah cara pendekatannya.

Kemudian Nugroho (2008:17) mengatakan sistem dapat didefinisikan

(45)

untuk mencapai suatu tujuan. Susunan suatu sistem pada dasarnya terdiri atas

unit input, unit pengolah dan unit output.

Nugroho (2008:17) juga menjelaskan sistem dapat dibedakan sebagai

sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem dikatakan terbuka jika terjadi arus

sumber daya antara sistem dengan lingkungannya. Sedangkan jika tidak ada

interaksi dengan lingkungannya, sistem disebut sistem tertutup.

Dari pengertian sistem diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah

seperangkat atau sekumpulan komponen/elemen yang saling berhubungan/

berinteraksi / terintegrasi untuk mencapai suatu tujuan.

Kemudian untuk definisi informasi menurut Nugroho (2008:13)

Informasi adalah suatu pengetahuan yang berguna untuk pengambilan

keputusan.

Schermerhorn (1997:186) dalam konteks manajemen mengatakan

informasi merupakan data yang berguna bagi pembuatan keputusan dan

pemecahan masalah.

Sutabri (2004:17) mengatakan Informasi merupakan proses lebih

lanjut dari data yang sudah memiliki nilai tambah. Informasi adalah data yang

telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasikan untuk digunakan

dalam proses pengambilan keputusan.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan

data yang telah diolah atau di interpretasikan yang berguna untuk

(46)

Menurut Siagian (2009:15) ada delapan tahap penting dalam

penanganan informasi, yaitu:

a. Penciptaan Informasi

Data tidak mempunyai nilai intrinsik dalam proses pengambilan keputusan. Data dari berbagai sumber memerlukan pengolahan lebih lanjut agar sifatnya berubah menjadi informasi yang memiliki nilai sebagai alat pendukung proses pengambilan keputusan. Menciptakan informasi tidak terlepas dari identifikasi dan penggalian sumber-sumber yang tepat.

b. Pemeliharaan Saluran Informasi

Saluran informasi baik secara internal maupun eksternal, saluran tersebut dapat berupa: (a) saluran melalui komunikasi lisan, (b) saluran dengan menggunakan tulisan, (c) komputer pada satuan-satuan kerja dalam organisasi yang on-line dengan komputer utama (mainframe), (d) saluran telepon, (e) teleks, (f) faksimile, dan (g)

electronic mail.

c. Seleksi dan Transmisi Informasi

Tidak semua satuan kerja dan tidak semua orang yang terdapat dalam satu organisasi memerlukan informasi yang sama. Informasi yang dimiliki oleh organisasi perlu diseleksi oleh berbagai pemakai informasi tersebut. Oleh karena itu pentingnya kemampuan memilih dan menggunakan sarana transmisi informasi yang tepat. d. Penerimaan Informasi Secara Selektif

Penerima informasi perlu memiliki kemampuan untuk melakukan seleksi. Salah satu cara yang kini umum digunakan dalam kaitan ini ialah menciptakan data induk (data base) dimana semua jenis informasi yang diperkirakan akan dibutuhkan oleh semua komponen perusahaan disimpan dan dipelihara.

e. Penyimpanan Informasi

Perkembangan teknologi informasi menunjukkan bahwa disamping ingatan manusia, terdapat berbagai alat penyimpanan informasi yang dapat digunakan, misalnya sistem kartu, tape, microfilm, hard disk, floppy disk dan sebagainya.

f. Penelusuran Informasi

Penelusuran informasi adalah pencarian informasi yang telah disimpan sebelumnya untuk digunakan oleh pengguna.

g. Penggunaan Informasi

Informasi sudah menyentuh seluruh segi kehidupan dan penghidupan, baik pada tingkat individual, tingkat kelompok, dan tingkat organisasi.

(47)

Berhubungan dengan semua tahap yang telah disinggung dimuka, diperlukan kegiatan penilaian yang kritis terhadap sistem informasi. Agar penilaian yang dilakukan mencapai sasarannya diperlukan serangkaian standar penilaian. Hasil penilaian harus diumpanbalikkan kepada berbagai pihak dan dengan bahan umpan balik tersebut diharapkan proses manajemen dalam organisasi dapat berlangsung dengan lebih lancar, efisien, dan efektif yang pada gilirannya meningkatkan kinerja organisasi sebagai keseluruhan.

Secara Skematis, tahap-tahap yang dibahas dimuka terlihat pada bagan di

bawah ini:

Gambar 2.4 Tahap-Tahap Penanganan Informasi menurut Siagian

Kemudian selanjutnya yang akan dibahas adalah pengertian

manajemen. Manajemen menurut Hasibuan (2009:255) adalah ilmu seni yang

mengatur proses pemanfaaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber

lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan G.R.Terry dalam Hasibuan (2009:255) memandang

manajemen sebagai suatu proses, yaitu sebagai berikut:

(48)

“manajemen adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya”. Dale Yoder, Ph.D dalam Hasibuan (2009:255) juga memandang

manajemen sebagai suatu proses. Dale Yoder, Ph.D mengatakan manajemen

menunjukkan proses perencanaan, pengarahan, dan pengawasan.

Jadi dapat disimpulkan manajemen adalah suatu seni untuk mengatur

atau mengelolah proses pemanfaatan sumber daya dengan cara seperti

perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Setelah mengetahui pengertian sistem, informasi dan manajemen

maka selanjutnya akan dijelaskan pengertian sistem informasi manajemen.

Berikut adalah pengertian sistem informasi manajemen menurut beberapa

para ahli:

Menurut Nugroho (2008:16) Sistem Informasi Manajemen, di singkat

SIM, adalah adalah sebuah sistem informasi yang berfungsi mengelola

informasi bagi manajemen organisasi. Nugroho juga menjelaskan konsep

SIM sebenarnya telah ada sebelum komputer muncul, yaitu dimana segala

macam informasi di dalam organisasi harus diolah dengan cepat teliti dan

andal. Namun tanpa komputer konsep tersebut hanya menjadi teori. Sekarang,

dengan adanya komputer, konsep SIM tersebut telah menjadi kenyataan.

Sedangkan menurut Fahmi (2010:77) Sistem Informasi Manajemen

(SIM) adalah :

(49)

mengelola perusahaan secara baik dan sistematis dengan tujuan untuk mendukung penciptaan kinerja perusahaan”.

Menurut Davis (2002:3) definisi sebuah sistem informasi manajemen,

istilah yang umum dikenal orang, adalah sebuah sistem manusia/mesin yang

terpadu (integrated). Davis juga menjelaskan SIM berguna untuk menyajikan

informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan

keputusan dalam sebuah organisasi. Sistem ini menggunakan perangkat keras

(hardware) dan perangkat lunak (software) komputer, prosedur pedoman,

model manajemen dan keputusan, dan sebuah data base.

Kemudian Schermerhorn (1997:188) menjelaskan Sistem Informasi

Manajemen (SIM) terdiri atas kegiatan mengumpulkan, mengorganisasikan,

dan mendistribusikan data dalam suatu cara tertentu untuk memenuhi

kebutuhan manajer akan informasi.

Sedangkan menurut Scoot (2002:69) definisi SIM adalah sekumpulan

sistem informasi yang saling berinteraksi yang memberikan informasi baik

untuk kepentingan operasi atau kegiatan manajerial.

Scoot (2002:100) juga menjelaskan Sistem Informasi Manajemen

(SIM) adalah:

“serangkaian sub-sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara nasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan”.

Berikut adalah uraian pengertian SIM menurut Scoot :

a. Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah menyeluruh

SIM adalah Serba melingkupi. Di dalam SIM termasuk sistem pemroses transaksi dan sistem-sistem yang utama dirancang bagi para manajer di berbagai tingkatan.

(50)

Komponen sebuah SIM biasanya tidak dikelola dari satu titik pusat organisasi; ada berbagai departemen pengguna, department pemroses data, dan mungkin fungsi pengelola data yang terpisah, bahkan yang lain-lainnya mungkin memiliki hak atas bagian tertentu dari Sistem Informasi Manajemen.

c. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Memiliki Sub-sistem Informasi

Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub-sistem, atau sistem komponen setengah terpisah yang merupakan bagian dari keseluruhan dan merupakan sistem yang terpadu.

d. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Terintegrasi Secara Rasional Sub-sistem (kumpulan dari sistem yang semi-terpisah) adalah terpadu sehingga kegiatan dari masing-masing saling berkaitan satu dengan yang lainnya; integrasi ini dilakukan terutama dengan melewatkan data di anatara sistem-sistem tersebut.

e. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Mentransformasikan Data ke dalam Informasi dengan Berbagai Cara

Apabila data dan berguna bagi manajer tertentu untuk tujuan tertentu, maka ia menjadi informasi. Ada berbagai cara dimana data harus ditransformasikan ke dalam sebuah sistem informasi. f. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Meningkatkan Produktivitas

Sistem Informasi Manajemen (SIM) dengan berbagai cara mampu meningkatkan produktivitas. SIM mampu melaksanakan tugas rutin seperti penyiapan dokumen dengan efisien, ia mampu memberikan layanan terbaik bagi organisasi eksternal individu, dan juga mampu memberikan peringatan dini tentang masalah internal dan ancaman eksternal.

g. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Sesuai dengan Sifat dan Gaya Manajer

Suatu sistem informasi Manajemen (SIM) dikembangkan lewat pengenalan atas sifat dan gaya manajerial dari personil yang akan menggunakannya, termasuk juga sumbangan yang diberikan oleh para manajer.

h. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Menggunakan Kriteria Mutu yang Telah Ditetapkan

Sebuah sistem informasi manajemen harus diarancang agar sesuai dengan toleransi terhadap kecepatan, relevansi, dan ketepatan informasi. Toleransi ini bervariasi dari satu tugas ke tugas lainnya, dan dari satu lapis ke lapis lainnya di dalam organisasi.

McLeod (2008:12) pada kesempatan lain menjelaskan Sistem

Informasi Manajemen sebagai suatu sistem berbasis komputer yang membuat

(51)

Pada era teknologi informasi sekarang ini ada banyak macam sistem

informasi, menurut Abdul Kadir dalam Fahmi (2010:77) ada

bermacam-macam sistem informasi, antara lain :

a. Sistem reservasi pesawat terbang: digunakan dalam biro perjalanan untuk melayani pemesanan tiket/pembelian tiket

b. Sistem untuk menangani penjualan tiket kendaraan bermotor sehingga dapat digunakan untuk memantau utang para pelanggan c. Sistem biometrik yang dapat mencegah orang yang tak berwenang

memasuki fasilitas-fasilitas rahasia atau mengakses informasi yang bersifat rahasia dengan cara menganalisa sidik jari atau retina mata d. Sistem POS (poin of sale) yang diterapkan pada kebanyakan pasar

swalayan dengan dukungan pembaca barcode untuk mempercepat pemasukan data

e. Sistem telemetri atau pemantauan jarak jauh yang menggunakan teknologi radio, misalnya untuk mendapatkan suhu lingkungan pada gunung berapi atau memantau getaran pilar jembatan rel kereta api.

f. Sistem berbasis kartu cerdas (Smart Card) yang dapat digunakan oleh juru medis untuk mengetahui riwayat penyakit pasien yang datang kerumah sakit karena didalam kartu tersebut terekam data-data mengenai pasien

g. Sistem yang dipasangkan pada tempat-tempat publik yang memungkinkan seseorang mendapatkan informasi seperti hotel, tempat pariwisata, pertokoan dan lain lain

h. Sistem layanan akademis berbasis web yang memungkinkan mahasiswa memperoleh data-data akademis atau bahkan mendaftarkan mata kuliah yang diambil pada semester baru

i. Sistem pertukaran data elektronis ( electronic data interchange

atau EDI) yang memungkinkan pertukaran dokumen antar perusahaan secara elektronis dan data yang terkandung dalam dokumen dapat diproses secara langsung oleh komputer

j. E-government atau sistem informasi layanan pemerintah yang berbasis internet.

Di dalam pengembangan suatu SIM, ada banyak faktor yang

memengaruhi pengembangannya. Faktor-faktor inilah yang nantinya akan

menentukan karakteristik SIM yang di bangun misalnya sentralisasi ataukah

disentralisasi, tingkat keamanannya harus ketat ataukah seperlunya saja, dan

(52)

mengemukakan suatu sistem informasi dapat dipandang sebagai suatu sistem

yang terdiri atas 6 blok pembentuk yaitu: (1) blok input, (2) blok output, (3)

blok model, (4) blok teknologi, (5) blok database, dan (6) blok control.

Pengembangan blok tersebut dipengaruhi oleh 10 faktor. Faktor-faktor yang

mempengaruhi tersebut adalah:

a. Integrasi

Pengembangan sistem harus mempertimbangkan tingkat integrasi yang sesuai organisasi yang membutuhkannya. Ada dua jenis tingkat integrasi yang bisa digunakan sebagai patokan yaitu: (1) sistem yang tergandeng erat dan (2) sistem yang tergandeng lunak. b. Format Tatap Muka Layar Tampilan

Format tatap muka layar tampilan (user interface) tentu saja harus dibuat yang baik agar nyaman dan mudah digunakan.

c. Kekuatan kompetitor

Apabila kompetitor organisasi sudah menerapkan SIM yang yang canggih, tentu saja sebaiknya SIM yang dikembangkan tidak kalah modern dengan para pesaingnya.

d. Kualitas Informasi yang Dikehendaki

Semua organisasi menghendaki informasi yang berkualitas baik. Namun derajat kualitas yang dibutuhkan berbeda-beda sesuai dengan sifat organisasinya.

e. Kebutuhan Sistem

Dari aspek sistem setidaknya ada 6 faktor yang perlu dipertimbangkan di dalam membuat SIM: (1) Reliabilitas sistem (2) kemudahan (availability), (3) keluwesan (flexibility), (4) jadwal instalasi, (5) Harapan umur sistem, dan (6) kemudahan dipelihara. f. Pengolahan Data

Dari aspek pengolahan data setidaknya ada 4 hal yang perlu dipertimbangkan: (1) volume data yang diolah, dan (2) kecepatan komputasi yang dibutuhkan.

g. Faktor Organisasi

Ada empat aspek yang harus dipertimbangkan karena turut memengaruhi perancangan SIM yang dibuat, yaitu sebagai berikut: (1) jenis organisasi, (2) model organisasi, (3) ukuran, dan (4) gaya manajemen.

h. Kebutuhan Untung Rugi Organisasi

Gambar

Tabel 1.1 Sepuluh Besar Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Rekapitulasi Data Kedatangan Tki Bermasalah Asal Provinsi BantenTabel 1.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Efektivitas Media Audio-Visual Pada Situs www.podcastfrançaisfaçile.com Dala Pembelajaran Menyimak Bahasa Perancis Siswa Kelas X SMAN 4 Cimahi Tahun Ajaran 2011/2012..

Tinjauan Atas Perhitungan dan Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, dan Rentabilitas Laporan Keuangan pada PT LEN Industri (Persero).Abstrak Tugas

Bagi PTAIS yang sampai bulan April 2014 belum mengajukan data dosen pada laman PDPT, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdikbud akan melakukan.. pemblokiran laman

Pebriyanti, Sri Ni Kadek, (2012), Pengaruh Kompenasi terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT Colombus Megah Sarana Cabang Denpasar Tahun 2012, JURNAL-Jurusan Pendidikan

Untuk mendapatkan rerata rasio anterior dan keseluruhan pada mahasiswa suku India Tamil Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara berdasarkan jenis kelamin..

http://yeninawatl.blogspot.co.id/2013/01/makalah-strategi-bersaing.html; diakses pada tanggal 9 januari

Satu set alat peraga IPA dan bahannya paling sedikit terdiri dari: model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (gIabe), contoh peralatan optic, kit IPA untuk

Perguruan tinggi yang tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak dibenarkan memberikan gelar akademik, sebutan