126 BAB V
ANALISIS
Pada bab ini dibahas mengenai dasar pertimbangan yang perlu diambil dalam proses penyelesaian permasalahan perancangan tugas akhir. Dasar pertimbangan diperoleh dari tinjauan pustaka dan tinjauan kawasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Analisis yang dilakukan pada bab ini meliputi analisis pengguna, analisis aktivitas, analisis peruangan, analisis tapak, analisis bentuk, dan analisis struktur serta utilitas. Dengan proses analisis tersebut diharapkan akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan desain pada bab VI.
V.1. Analisis Pengguna
Analisis pengguna dilakukan agar diperoleh macam pengguna yang kemudian dapat menjadi dasar pertimbangan pada sub-bab analisis aktivitas. Dasar pertimbangan analisis pengguna yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan lapangan dan wawancara dalam bentuk kuisioner, serta penambahan pengguna yang ada karena konsekuensi dari fungsi bangunan maupun kawasan. Berikut pengelompokan pengguna kawasan:
1) Pengunjung
Pengunjung yang datang ke kawasan dibagi menjadi dua kategori yaitu pengunjung berkepentingan umum dan khusus. Yang termasuk dalam pengunjung berkepentingan umum yaitu pengguna yang datang dengan tujuan rekreasi5. Pemilihan waktu kedatangan cenderung pada pagi hingga sore hari. Pengamatan menunjukkan pengunjung laki-laki dan perempuan berkisar dari umur 18 hingga 65 tahun. Asal pengunjung pun tidak hanya dari Solo namun juga dari luar Solo. Kategori pengunjung berkepentingan khusus meliputi bertemu seseorang, sebesar 15%; transit dan membeli sesuatu, masing-masing sebesar 12%; serta lain-lain6, sebesar 7%.
127 2) Pengelola
Pengelola meliputi pemilik dan pegawai di pertokoan maupun restoran sekitar kawasan. Jam buka tiap toko tersebut berkisar dari pagi hingga malam hari. Selain itu perlu ditambahkan pengelola kawasan, mencakup pengelola kawasan yang berkantor di area
pedestrian mall dan pegawai kawasan seperti tukang parkir, petugas kebersihan, serta petugas keamanan.
3) Penyedia barang dan/atau jasa
Pelaku penyedia barang dan/atau jasa yang dimasukkan dalam kategori ini yaitu pengguna yang memerlukan sebagian ruang di dalam jalur pejalan kaki untuk barang dan/atau jasa mereka. Kategori ini meliputi penjual kuliner kaki lima dan penyedia jasa ojek, taksi, serta becak. Penambahan pengguna ini didasarkan pada hasil wawancara yang menunjukkan sebesar 76% koresponden menyatakan perlu untuk ditambahkan jajanan kuliner dan areal pangkalan jasa di dalam kawasan.
V.2. Analisis Aktivitas
Analisis aktivitas diperoleh dari analisis pengguna yang telah dilakukan di sub-bab V.1. Hasil dari analisis aktivitas ini kemudian digunakan sebagai dasar analisis kebutuhan ruang pada sub-bab berikutnya. Proses analisis aktivitas dilakukan berdasarkan pertimbangan di antaranya:
1) Analisis pengguna pada sub-bab sebelumnya
2) Aktivitas eksisiting kawasan yang diperoleh melalui pengamatan lapangan dan wawancara dalam bentuk kuisioner
128 Berikut tabel aktivitas dari pengguna yang diklasifikasikan berdasarkan macam aktivitas tiap pengguna:
Tabel 12. Tabel analisis aktivitas tiap pengguna
Aktivitas kebutuhan pengunjung Datang
P EN GU NJU NG Metabolisme Istirahat Ibadah Aktivitas eksisting kawasan Sirkulasi
Belanja
Pertemuan individual
Pemanfaatan jaringan internet Konsumsi
Olahraga Aktivitas tambahan terkait dengan
fungsi ruang publik dan konsep
pedestrian mall
Konser Teater
Festival atau bazar Pameran
Diskusi masyarakat Bermain
Belajar
Pengamatan atau melihat-lihat Menyampaikan aspirasi Aktivitas kebutuhan pengelola Datang
P EN GE LO LA Metabolisme Istirahat Ibadah
Aktivitas bekerja Pengelolaan retail/restoran Pengelolaan kawasan Penataan parkir
129 Pengamanan kawasan
Aktivitas waktu luang Sirkulasi Belanja
Pertemuan individual
Pemanfaatan jaringan internet Konsumsi
Olahraga Konser Teater
Festival atau bazar Pameran
Diskusi masyarakat Bermain
Belajar
Pengamatan atau melihat-lihat Menyampaikan aspirasi Aktivitas kebutuhan penyedia
barang/jasa Datang P EN YE DI A BARANG DA N/AT AU JASA Metabolisme Istirahat Ibadah
Aktivitas bekerja Pengelolaan kios kaki lima Menunggu pengguna jasa Aktivitas waktu luang Sirkulasi
Belanja
Pertemuan individual
Pemanfaatan jaringan internet Konsumsi
130 Festival atau bazar
Pameran
Diskusi masyarakat Bermain
Belajar
Pengamatan atau melihat-lihat Menyampaikan aspirasi (analisis pribadi, 2017)
V.3. Analisis Kebutuhan Ruang
Analisis kebutuhan ruang dilakukan sehingga dapat diidentifikasi peruangan yang perlu ada di dalam pedestrian mall. Dasar pertimbangan penyusunan kebutuhan ruang yaitu hasil dari analisis pengguna dan analisis aktivitas yang telah dilakukan pada sub-bab sebelumnya. Hasil analisis kebutuhan ruang dalam sub-bab ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan analisis peruangan pada sub-bab V.4. hingga V.6. Berikut kebutuhan ruang dalam pedestrian mall Kawasan Slamet Riyadi:
Tabel 13. Tabel analisis kebutuhan ruang
AKTIVITAS PROGRAM RUANG PENGGUNA
Datang Area parkir Semua pengguna Area parkir pengelola Pengelola kawasan Halte bus dan area drop
off
Semua pengguna
Pusat informasi/area penerima
Semua pengguna
Metabolisme Toilet Semua pengguna
Ruang nursery Semua pengguna Istirahat Area duduk Semua pengguna Sidewalk cafe Semua pengguna Ruang pegawai kawasan Pengelola
131
AKTIVITAS PROGRAM RUANG PENGGUNA
Pertemuan individual Area duduk Semua pengguna Sidewalk cafe Semua pengguna
Ibadah Mushola Semua pengguna
Sirkulasi Jalur pejalan kaki Semua pengguna Jalur sepeda Semua pengguna Jalur shuttle bus Semua pengguna
Jalan raya Semua pengguna
Belanja Retail Semua pengguna
Kios kaki lima Semua pengguna Pemanfaatan jaringan internet Area free wifi internet Semua pengguna
Konsumsi Restoran Semua pengguna
Sidewalk café Semua pengguna Kios kaki lima Semua pengguna
Area duduk Semua pengguna
Olahraga Jogging track Semua pengguna Konser Area pertunjukkan Semua pengguna Teater Area pertunjukkan Semua pengguna Festival atau bazar Area pameran outdoor Semua pengguna Pameran Area pameran outdoor Semua pengguna Diskusi masyarakat Ruang serbaguna Semua pengguna Bermain Area bermain outdoor Semua pengguna Taman bermain anak Semua pengguna Belajar Area free wifi internet Semua pengguna
Taman baca Semua pengguna
Pengamatan atau melihat-lihat
Public art Semua pengguna
Jalur hijau Semua pengguna
Area duduk Semua pengguna
132
AKTIVITAS PROGRAM RUANG PENGGUNA
Pengelolaan kawasan Ruang pengelola Pengelola
Penataan parkir Area parkir Semua pengguna Pemeliharaan kawasan Ruang janitor Pengelola kawasan
Ruang ME Pengelola kawasan
Pengamanan kawasan Pos satpam Pengelola kawasan Ruang keamanan Pengelola kawasan Pengelolaan kios kaki lima Kios kaki lima Penyedia
barang/jasa Menunggu pengguna jasa Pangkalan Semua pengguna (analisis pribadi, 2017)
V.4. Analisis Pola Hubungan Ruang
Analisis pola hubungan ruang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antar ruang di dalam kawasan sehingga tercapai organisasi ruang yang mendorong orang untuk berlama-lama dalam kawasan. Prinsip dari pengolahan pola hubungan ruang yaitu penataan fasilitas kebutuhan pengguna dengan akses mudah. Untuk memudahkan proses analisis pola hubungan ruang, program ruang sejenis dikelompokkan menjadi satu zona, yang kemudian masing-masing zona ruang tersebut ditentukan keterkaitannya satu sama lain. Berikut bagan pengelompokkan zona ruang tersebut:
Tabel 14. Tabel analisis pengelompokkan zona ruang
PROGRAM RUANG ZONA RUANG Jalur pejalan kaki ZONA SIRKULASI
Jalur sepeda Jalur shuttle bus
Jalan raya
Retail ZONA PENJUALAN Sidewalk cafe
133 PROGRAM RUANG ZONA RUANG
Restoran Area duduk
Area free wifi internet ZONA REKREASI Jogging track
Area pertunjukkan Area pameran outdoor
Area bermain outdoor
Taman bermain anak Taman baca Ruang serbaguna Public art Jalur hijau
Toilet ZONA SERVIS Ruang nursery
Mushola Ruang janitor Pos satpam
Area parkir ZONA PENUNJANG Halte bus dan area drop off
Pusat informasi/area penerima Area parkir pengelola Pangkalan ojek/taksi/becak Ruang pengelola Ruang pegawai kawasan Ruang ME Ruang keamanan (analisis pribadi, 2017)
134 memiliki hubungan langsung dengan empat zona lainnya. Untuk mendorong pejalan kaki berlama-lama di kawasan, zona penjualan dengan zona rekreasi perlu diletakkan berdekatan sehingga memiliki hubungan langsung. Zona servis dan zona pendukung yang pada dasarnya merupakan pelengkap untuk zona lainnya memiliki hubungan tidak langsung. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
Bagan 3. Pola hubungan antar zona (analisis pribadi, 2017)
V.5. Analisis Persyaratan Ruang
Analisis persyaratan ruang dilakukan untuk mengidentifikasi ketentuan perancangan tiap ruang di dalam kawasan yang nantinya mempengaruhi konsep ruang. Persyaratan ruang yang diuraikan pada sub-bab ini berpedoman pada tinjauan pustaka yang telah dilakukan pada Bab II. Dengan persyaratan ruang pada sub-bab ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pembuatan gambar desain terutama site plan dan gambar interior.
V.5.1. Pengolahan akses
Penyediaan ruang jalur pejalan kaki perlu memenuhi persyaratan ruang sebagai jalur sirkulasi. Sebagai jalur pejalan kaki, ruang di dalam
135 penyediaan jalur penyeberangan dan jalur sirkulasi baik di permukaan tanah, di bawah, maupun di atas permukaan tanah. Pengadaan rute di bawah atau di atas permukaan tanah berpotensi untuk memastikan kesinambungan rute ini, karena rute pejalan kaki tidak bersimpangan dengan sirkulasi kendaraan. Persyaratan mengenai penyediaan jalur pejalan kaki di atas dan/atau di bawah permukaan tanah selanjutnya akan dibahas pada sub-bab analisis bentuk. Persyaratan penting lainnya pada jalur pejalan kaki yaitu pertimbangan karakter psikis pejalan kaki yang cenderung menghindari kontak fisik dengan pengguna lain, persyaratan ini akan berpengaruh pada perhitungan besaran ruang yang akan dilakukan pada sub-bab analisis besaran ruang.
Gambar 110. Persyaratan pengolahan akses menerus dalam pedestrian mall (analisis pribadi, 2017; gambar: dokumentasi pribadi)
136 permukaan tanah dapat memastikan keamanan pengguna karena dengan begitu tidak berbagi jalur sirkulasi dengan sepeda maupun kendaraan. Jika pada beberapa area tidak dimungkinkan pemisahan jalur seperti itu, dapat ditambahkan fasilitas pagar pengaman. Ketentuan mengenai pengadaan pagar pengaman telah disampaikan
pada bab tinjauan pustaka halaman 86. Akomodasi akses kendaraan pribadi pada pedestrian mall
berkaitan dengan penyediaan jalur sirkulasi kendaraan, tempat memarkirkan kendaraan, dan pencapaian dari parkir ke kawasan maupun sebaliknya. Pengaturan jalur sirkulasi kendaraan terutama untuk memastikan keamanan pejalan kaki. Pengaturan ini berfungsi pula untuk menjaga arus lalu lintas jalan raya sehingga meminimalisir kemacetan akibat keberadaan pedestrian mall. Analisis mengenai pembagian jalur sirkulasi kendaraan pada pedestrian mall ini akan dibahas pada sub-bab analisis zonasi tapak.
Kriteria penyediaan area parkir di antaranya yaitu dipilih tapak datar untuk mencegah kendaraan menggelinding, dan juga berlaku persyaratan untuk ruang publik pada umumnya yaitu akomodasi pengguna kebutuhan khusus, penerangan buatan, perlindungan cuaca, serta jaminan keamanan baik dengan petugas keamanan maupun tiket parkir. Penyediaan akomodasi parkir perlu memadai untuk menampung volume kendaraan yang direncanakan sehingga perlu dilakukan perhitungan luas dan penataan pola parkir agar diperoleh besaran ruang yang efektif, analisis ini akan dilakukan pada sub-bab besaran ruang.
Akomodasi terhadap pengguna berkendaraan umum sama pentingnya dengan akomodasi pengguna berkendaraan pribadi. Tingkat akomodasi kendaraan umum ditunjukkan dengan penyediaan fasilitas secara merata di sepanjang kawasan, titik peletakan fasilitas pergantian moda nantinya akan di analisis pada sub-bab analisis zonasi tapak.
137 dipertimbangkan penyediaan sarana shuttle bus atau sarana rapid transit lainnya. Penyediaan ini untuk memberikan sistem park-ride bagi pengguna kendaraan pribadi dan fasilitas transit bagi pengguna kendaraan umum. Analisis penambahan akses ini akan dibahas nantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak.
V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus
Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall perlu mengakomodasi kebutuhan pengguna berkebatasan fisik karena mengingat pedestrian mall sebagai ruang publik. Persyaratan ini mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, disampaikan pada Bab II halaman 62 hingga 64.
V.5.3. Perlindungan dari cuaca
Perlindungan dari cuaca bertujuan untuk menciptakan kenyamanan fisik bagi pengguna. Perlindungan disediakan terutama dari panas terik matahari dan kondisi hujan.
138 mayoritas merupakan bangunan bertingkat dapat menyediakan baying-bayang pada jalur pejalan kaki (lihat Gambar 111).
Gambar 111. Perlindungan dari panas terik matahari (dokumentasi pribadi, 2017)
Perlindungan dari hujan dapat dilakukan dengan menyediakan peneduh seperti kanopi di depan bangunan maupun kanopi di area duduk (lihat Gambar 112). Penambahan jalur pejalan kaki di atas dan di bawah permukaan tanah dapat berpotensi memberikan perlindungan dari hujan di sepanjang kawasan (lihat Gambar 113).
Gambar 112. Pengolahan desain kanopi peneduh pada area komunal (analisis pribadi, 2017; gambar atas: https://c1.staticflickr.com; gambar bawah kiri: http://footage.framepool.com;
139 Gambar 113. Perlindungan cuaca dengan memanfaatkan bentuk objek (analisis pribadi, 2017; gambar kiri: http://static.asiawebdirect.com; gambar kanan: http://www.francetravelplanner.com)
V.5.4. Pengaturan pandangan visual
Pengaturan pandangan visual diperoleh melalui pengolahan fasad bangunan dan elemen di dalam jalur pejalan kaki lainnya yang bertujuan untuk memfokuskan perhatian pengguna pada aktivitas maupun detail tertentu. Sebagai contoh jika ingin mengarahkan perhatian pengguna pada toko-toko retail maka bangunan perlu dihadapkan pada jalur pejalan kaki terutama orientasi pintu masuk utama dan dilengkapi dengan jendela setinggi level jalan (lihat Gambar 114). Pengaturan pandangan visual terutama perlu diaplikasikan pada persimpangan jalan melalui penyediaan pandangan yang tidak terhalang ketika akan menyeberang.
140 Pengaturan pandangan visual dapat diolah dengan menggunakan unsur vegetasi. Bentuk vegetasi yang beraneka ragam dapat ditambahkan sebagai elemen pembatas ruang outdoor untuk membantu fokus aktivitas ke dalam kawasan (lihat Gambar 115). Pemilihan vegetasi dengan density daun lebat dapat membantu menahan silau matahari. Pengolahan vegetasi sebagai pengatur pandangan visual dapat digunakan untuk pembatasan privasi untuk ruang yang perlu dan menutupi pandangan tidak menyenangkan di kawasan seperti timbunan sampah. Pertimbangan penentuan vegetasi yang sesuai digunakan dapat dilihat pembagian morfologi, jenis, dan karakteristik vegetasi pada bab II halaman 36 hingga 37 dan 42 hingga 45.
Gambar 115. Pengaturan pandangan visual untuk membentuk ruang dengan memanfaatkan vegetasi (analisis pribadi, 2017)
Pengaturan pandangan visual bertujuan pula untuk mencegah kekosongan visual pada kawasan. Pada beberapa titik terkadang tidak terhindarkan keberadaan dinding kosong, kondisi seperti itu dapat diatasi dengan penambahan dekorasi baik berupa vegetasi maupun
141 Gambar 116. Penambahan public art yang difungsikan pula sebagai area duduk
(https://s-media-cache-ak0.pinimg.com)
V.5.5. Pemilihan dan peletakan material
Dalam pemilihan dan peletakan material terutama mencakup 3 aspek yaitu estetika, fungsionalitas, serta maintenance. Pemilihan dan peletakan material yang didesain dengan tujuan menonjolkan estetika dapat menjadi public art di dalam kawasan. Pola material ini dapat menjadi aksen yang sekaligus berfungsi sebagai penghubung antar bangunan, pemisah antar jalur pengguna, dan pemecah area yang terlihat terlalu luas. Contoh pemilihan dan peletakan material untuk fungsi estetika dapat dilihat pada Gambar 8 hingga Gambar 11 di bab II. Pada aspek fungsionalitas, pemilihan material erat kaitannya dengan intensitas kegiatan yang diakomodasi. Dasar pertimbangan pemilihan material untuk aspek fungsionalitas dapat dilihat pada bab tinjauan pustaka halaman 31. Pemilihan material selain dari aspek estetika dan fungsionalitas juga mencakup aspek maintenance yaitu melalui pemilihan material yang mudah dalam perawatan dan diganti jika mengalami kerusakan.
142 ceplok. Pola batik ini mengambil bentuk bunga mekar (Sarwono, 2016) lihat Gambar 117). Konsep motif ceplok ini tidak hanya diolah pada pola paving namun dapat pula dimunculkan pada bentuk public art
lainnya.
Gambar 117. Pola batik motif ceplok (sumber: http://3.bp.blogspot.com/-zBGHVqwB4KQ/VUIz9ZyujlI/AAAAAAAACi0/IBiIjaRXpm8/s1600/ceplok-bligon.jpg)
Terdapat dua macam bahan dan material yang dapat diaplikasikan pada sebuah kawasan, yaitu material lunak dan material keras. Material keras sering digunakan sebagai bahan lantai, furniture ruang, maupun dekorasi. Material keras dapat diperoleh dari hasil geologi seperti batu, pasir, dan bata; dari hasil buatan manusia seperti alumunium, besi baja, plastik, serta material campuran seperti beton maupun plywood. Contoh aplikasi material keras pada kawasan dapat dilihat di bab II Gambar 34 hingga Gambar 36. Material lunak dalam kawasan diwujudkan dalam vegetasi maupun air. Penambahan elemen air mengalir dapat memberikan efek privasi pada pengguna karena dapat menyamarkan perbincangan dan sebagai pengalih bising jalan raya.
V.5.6. Penyediaan sarana jalur pejalan kaki
Tujuan penyediaan sarana jalur pejalan kaki dalam kawasan yaitu untuk menciptakan perasaan nyaman dan aman selama beraktivitas. Dalam sub sub-bab ini hanya akan dibahas mengenai persyaratan penyediaan sarana, untuk persyaratan peletakan antar sarana akan dibahas selanjutnya pada sub sub-bab analisis zonasi tapak.
1) Area duduk
143 perlu dilengkapi dengan sandaran, atau dapat pula memberi kebebasan pada pengguna untuk duduk menghadap ke depan, belakang, atau samping. Pertimbangan pemilihan material tempat duduk disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Bangku dengan bahan kayu dapat memberikan kenyamanan paling tinggi bagi pengguna, sementara bangku berbahan batu atau besi biasanya difungsikan pula sebagai
public art. Penting untuk menjadi pertimbangan yaitu penyediaan area duduk ini tidak mengurangi efektif untuk sirkulasi sehingga perlu dilakukan pembagian zonasi kawasan yang akan dilakukan pada sub-bab analisis tapak. Dimensi tempat duduk dapat berkisar 40 hingga 50 centimeter untuk lebar dan panjang 150 centimeter. Diutamakan material dengan durabilitas tinggi sebagai bahan tempat duduk.
Gambar 118. Pengolahan desain bentuk bangku (analisis pribadi, 2017; gambar atas: dokumentasi pribadi; gambar kiri bawah: http://www.samsvojmajstor.com; gambar kanan bawah:
https://s-media-cache-ak0.pinimg.com)
Untuk mempromosikan kebersihan di dalam kawasan, di sekitar area duduk dapat ditambahkan tempat sampah. Desain bak sampah disarankan dibuat dengan material durabilitas tinggi dan dengan dimensi yang memadai.
2) Signage
144 berperan memberi rasa aman selama aktivitas. Selain rambu-rambu jalan, perlu ditambahkan pula tanda penunjuk dan peta informasi kawasan sehingga menambah rasa nyaman pengguna. Diatur oleh kementerian pekerjaan umum, pengadaan signage diletakkan pada titik interaksi sosial dengan material durabilitas tinggi dan tidak menimbulkan efek silau.
3) Pencahayaan
Persyaratan ruang terkait dengan pencahayaan mencakup pada tujuan menciptakan perasaan aman dan memastikan kenyamanan pandangan visual. Penyediaan pencahayaan perlu memenuhi tingkat iluminasi yang memadai namun tetap di bawah kesan glare. Perhatian khusus mengenai tata pencahayaan perlu dilakukan terutama pada perbedaan ketinggian yang dilewati jalur sirkulasi. Kementerian pekerjaan umum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 menyampaikan tinggi tiap lampu maksimal 4 meter pada jarak 10 meter dari masing-masing titik dan dengan menggunakan material durabilitas tinggi seperti metal.
V.5.7. Persyaratan khusus untuk penggunaan selain sirkulasi
145 V.6. Analisis Besaran Ruang
Analisis besaran ruang dilakukan untuk memperoleh lebar maupun luas yang dibutuhkan untuk pengguna dapat beraktivitas di dalam kawasan. Penentuan besaran ruang diperoleh dari dimensi tubuh manusia dan kriteria perancangan pedestrian mall serta dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 tentang pedoman perencanaan, penyediaan, dan pemanfaatan jalur pejalan kaki. Besaran ruang yang dihasilkan dapat berupa lebar atau luas tergantung pada satuan yang sesuai untuk ruang terkait (lihat Tabel 15)
Tabel 15. Tabel perhitungan besaran ruang.
ZONA RUANG
PROGRAM
RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN
ZO
NA
S
IRKU
LA
S
I
Jalur pejalan kaki
Maksimal lebar 7,6 meter
Rekomendasi ruang bebas 3-6 meter Dimensi tubuh manusia (lihat bab II halaman 61 hingga 62)
Karakter perilaku pejalan kaki (lihat bab II halaman 61 hingga 62)
146 ZONA
RUANG
PROGRAM
RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN
Jarak minimum dengan dinding bangunan 75 cm
Dari dasar pertimbangan diperoleh lebar pejalan kaki yang sesuai yaitu berkisar dari 3 hingga 6 meter. Perancangan jalur pejalan Minimal jalur pejalan kaki untuk jalan
arteri 1,8 meter
147 ZONA
RUANG
PROGRAM
RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN
kaki tersebut dapat menampung 16 hingga 23 orang/m
Jalur sepeda Dimensi tubuh pengguna ketika bersepeda (lihat bab II halaman 88)
Direncanakan kapasitas 2 pengguna sepeda berjalan beriringan
Jalur shuttle bus Dimensi bus yaitu lebar 2,4 meter hingga 3 meter dan panjang kendaraan 6 hingga 8 meter
Penentuan lebar jalur shuttle bus tergantung dari pemilihan armada bus. Jalur shuttle bus yang
diperlukan terdiri dari 2 jalur untuk dua arah sirkulasi yang berbeda
Jalan raya Kendaraan yang diakomodasi terdiri dari: Mobil dengan dimensi lebar 1,4 hingga 1,6 meter
Bus dengan dimensi lebar 2,4 hingga 3 meter
Kendaraan yang diakomodasi oleh
148 ZONA
RUANG
PROGRAM
RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN
ZO NA P EN JUA LA N
Sidewalk cafe Perbandingan 1:1,5 antara lebar sidewalk café dengan jalur pejalan kaki
Penentuan lebar sidewalk café yang diperbolehkan tergantung pada lebar jalur pejalan kaki di lokasi sidewalk café berada. Penentuan panjang sidewalk café
tergantung pada panjang restoran Kios kaki lima Area makan 0,5 m2/orang
Area penjualan
Antrian 0,81 m2/konter Kasir 1,2 m2/konter Dapur 1,1 m2/konter
Kebutuhan 20% untuk keleluasaan sirkulasi
Ditentukan kapasitas tiap kios kaki lima yaitu untuk 5 penjual dengan kapasitas area makan untuk 20 orang. Analisis kapasitas ini merupakan besaran ruang di tiap titik kios kaki lima.
Standar besaran ruang diperoleh dari dimensi tubuh manusia dan perabot. ZO NA R EK R EA S
I Area duduk Dimensi lebar bangku 40 hingga 50 cm dan panjang 150 cm
Lebar minimal jalur perabot sebesar 60 cm
149 ZONA
RUANG
PROGRAM
RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN
Sirkulasi untuk kenyamanan fisik sebesar 30%
Area free wifi
internet
Luas yang dibutuhkan 0,52 m2/orang Kebutuhan 20% untuk keleluasaan sirkulasi
Area free wifi dapat menampung 7 orang di tiap titik lokasinya.
Luas ruang diperoleh dari dimensi orang duduk dan perabot
Jogging track Jalur jogging track dapat
digabung dengan jalur pejalan kaki
Area pertunjukkan Area penonton dengan luas 0,52 m2/orang
Area panggung dengan luas 0,92 m2/orang
Ruang penyimpanan 0,02 m2/kursi Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
Area pertunjukkan dapat
150 ZONA
RUANG
PROGRAM
RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN
Area pameran
outdoor
Kebutuhan luas pengguna 0,92 m2/orang Kebutuhan sirkulasi 50% untuk
keperluan aktivitas
Memiliki kapasitas untuk 200 orang Area pameran outdoor ditempatkan di ruang bebas pejalan kaki karena kegiatannya bersifat berkala Area bermain outdoor
Kebutuhan bermain anak untuk semua umur memiliki standar 1,5 hingga 4 m2/anak
Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
Area dapat menampung kapasitas 20 anak
Dikutip dari Data Arsitek jilid 1 oleh Neufert (1996) Taman bermain
anak
Taman baca Rak buku 0,27 m2/rak Area baca 0,52 m2/orang
Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
Tiap lokasi taman baca memiliki 5 rak buku dan menampung
kapasitas 20 orang
151 ZONA
RUANG
PROGRAM
RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN
Ruang serbaguna Luas 0,52 m2/orang
Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
Menampung kapasitas 50 orang
Public art Besaran public art tergantung
pemilihan bentuk dan fungsi objeck
Jalur hijau Memiliki lebar minimal 1,5 meter Jalur hijau berada di sepanjang kawasan
ZO
NA
S
ERVI
S
Toilet Area toilet 0,79 m2/orang
Area toilet untuk difabel 3 m2/orang Area lavatory 0,75 m2/orang
Area lavatory untuk difabel 1,1 m2/orang Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
Kapasitas untuk 6 orang (@gender 3 orang)
Standar besaran ruang diperoleh dari dimensi tubuh dan perabot
Ruang nursery Kebutuhan 0,79 m2/orang
Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
152 ZONA
RUANG
PROGRAM
RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN
Mushola Area wudhu 0,75 m2/orang Area sholat 0,2 m2/orang
Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
Kapasitas area wudhu
menampung 4 orang dan area sholat untuk 20 orang
Ruang janitor Kebutuhan 0,19 m2/orang
Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
Kapasitas untuk 3 orang
Pos satpam Kebutuhan 0,92 m2/orang Kapasitas 1 orang
ZO
NA
P
EN
UN
JAN
G
Area parkir Kebutuhan 15 m2/mobil dan 0,5 m2/motor
Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
Kapasitas 20 mobil dan 50 motor
Halte bus Kebutuhan 0,93 m2/orang
Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
Kapasitas untuk 5 hingga 10 orang
153 ZONA
RUANG
PROGRAM
RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN
Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
Pusat
informasi/area penerima
Kebutuhan 0,93 m2/orang
Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
Kapasitas untuk 10 orang
Area parkir pengelola
Kebutuhan 15 m2/mobil dan 0,5 m2/motor
Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
Kapasitas 20 mobil dan 50 motor
Pangkalan taksi/ojek/becak
Kebutuhan 15 m2/taksi dan 0,5 m2/ojek serta 1,5 m2/becak
Kapasitas 3 taksi, 8 ojek, dan 5 becak
Ruang pengelola Area manajer 11,04 m2/orang Area staf 2,4 m2/orang
Area rapat 0,8 m2/orang
Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
154 ZONA
RUANG
PROGRAM
RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN
Ruang pegawai kawasan
Ruang loker 1,05 m2/orang Ruang ganti 0,98 m2/orang
Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
Kapasitas 5 orang
Ruang ME Kebutuhan 0,92 m2/orang
Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
Kapasitas 5 orang
Ruang keamanan Area layar cctv 0,61 m2/orang
Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%
Kapasitas untuk 5 orang
155 V.7. Analisis Tapak
V.7.1. Analisis pencapaian tapak
Analisis pencapaian tapak dilakukan berdasar pada data yang diperoleh dari tinjauan penggunaan lahan kawasan (bab IV.4) dan tinjauan akses transportasi kawasan (bab IV.6). Pembahasan pencapaian tapak fokus pada akses kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengolah akses masuk yang memudahkan pengguna. Analisis pencapaian tapak ini nantinya menjadi salah satu komponen dari konsep tapak yang kemudian menjadi bahan proses desain site plan.
Pencapaian langsung kawasan dengan kendaraan pribadi memiliki berbagai alternatif karena keberadaan simpang jalan yang relatif tinggi. Secara keseluruhan segmen Ngapeman hingga Gladak dapat diakses melalui tiap simpang jalan kecuali dari Jalan Honggowongso karena diterapkan sistem satu arah ke selatan pada jalan tersebut (lihat Gambar 119).
156 Banyaknya alternatif akses ini penting karena dengan begitu pengunjung tidak perlu memutar jauh untuk datang ke toko yang diinginkan. Konsekuensi dari pencapaian ini yaitu diperlukan akomodasi parkir dengan jarak relatif dekat ke masing-masing retail. Peletakan area parkir akan dibahas selanjutnya pada sub-bab analisis zonasi tapak.
Pencapaian langsung dan tidak langsung dapat dilakukan dengan kendaraan umum tergantung pada rute jalur yang dipilih. Dengan kendaraan umum Batik Solo Trans (disingkat BST) koridor 1 hanya dapat dilakukan pencapaian tidak langsung karena bus menuju utara di Gendengan. BST koridor 2 dapat mencapai kawasan pedestrian mall
secara langsung karena rute bus ini melewati sepanjang Jalan Slamet Riyadi dari barat ke timur. Selain dengan BST, pencapaian langsung dapat dilakukan dengan menggunakan angkutan umum nomor 06 dan 07 yang melewati Jalan Slamet Riyadi di persimpangan Jalan Honggowongso dan Jalan Gajah Mada (lihat Gambar 120).
Gambar 120. Pencapaian dengan kendaraan umum (analisis pribadi, 2017)
157 persimpangan Jalan Honggowongso dengan Jalan Slamet Riyadi untuk angkutan umum. Peletakan halte akan dibahas selanjutnya pada sub-bab zonasi tapak.
V.7.2. Analisis sirkulasi dalam tapak
Analisis sirkulasi dalam tapak dilakukan untuk mengetahui macam sirkulasi yang ada di dalam pedestrian mall di Kawasan Slamet Riyadi sehingga nantinya dapat menjadi dasar pertimbangan pengolahan zonasi tapak pada bab V.7.4. Dasar pertimbangan analisis sirkulasi dalam tapak yaitu dari analisis kebutuhan ruang yang menyatakan perlu disediakan sirkulasi untuk pejalan kaki, sepeda, dan kendaraan.
Dalam rangka mencapai kriteria desain konektivitas, dalam
pedestrian mall perlu memudahkan pengguna jika ingin berpindah dari lokasi satu ke lokasi lainnya. Pertimbangan yang perlu dimasukkan dalam analisis ini yaitu tidak adanya sarana akomodasi kendaraan dari arah timur ke barat. Di dalam kawasan, sirkulasi kendaraan terjadi dari barat ke timur tanpa ada arus contra flow sehingga hanya mengakomodasi satu arah arus lalu lintas. Untuk mengakomodasi arus pengguna dari timur ke barat, perlu disediakan sarana shuttle bus. Sirkulasi shuttle bus ini dapat digabung dengan jalur sirkulasi pejalan kaki seperti pada bangunan preseden 16th mall di Denver (lihat sub-bab tinjauan pedestrian mall, sub sub-bab preseden) atau dapat pula diberikan sirkulasi khusus di area jalan raya bersama dengan kendaraan umum dan pribadi. Peletakan sarana shuttle bus akan dibahas selanjutnya pada sub sub-bab analisis zonasi tapak.
158
pedestrian mall yang berfungsi terutama sebagai area pejalan kaki tentu perlu memprioritaskan kepentingan pejalan kaki. Dengan memprioritaskan sirkulasi pejalan kaki, maka dari analisis peruangan hingga analisis bentuk perlu mementingkan kebutuhan dan karakter pejalan kaki. Begitu pula pertimbangan proses pengolahan kawasan mengikuti urutan prioritas selanjutnya (lihat Bagan 4). Kendaraan pribadi sebagai prioritas terakhir menunjukkan akomodasi sirkulasi ini namun dalam hal pengolahan desain tidak terlalu diutamakan. Hal lain yang perlu dimasukkan dalam prioritas sirkulasi yaitu keberadaan kereta api pariwisata Jaladara. Rel kereta jaladara berada di sisi selatan Jalan Slamet Riyadi dan tidak dimungkinkan untuk dipindahkan.
Bagan 4. Urutan prioritas jenis sirkulasi dalam kawasan (analisis pribadi, 2017)
V.7.3. Analisis zonasi tapak
Analisis zonasi tapak dilakukan agar diperoleh pembagian jalur dan area yang sesuai dengan aktivitas di dalam kawasan. Analisis zonasi tapak mengambil dasar pertimbangan tinjauan pustaka dan tinjauan kawasan serta dari analisis pada sub-bab sebelumnya.
1) Zonasi pembagian jalur sirkulasi
Analisis zona sirkulasi dilakukan untuk menentukan area untuk masing-masing aktivitas dan pengguna. Pembagian zona sirkulasi dapat bermanfaat untuk menciptakan perasaan aman bagi tiap pengguna karena diminimalisir kemungkinan tumpang tindih jalur yang tidak direncanakan.
159 dengan ketentuan penyediaan jalur pejalan kaki berdasarkan fungsi jalan dan penggunaan bangunan dalam peraturan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014, pada jalan arteri dan dengan fungsi bangunan sebagai bangunan komersial maka jaringan jalur pejalan kaki dikembangkan di kedua sisi jalan. Sirkulasi eksisting tapak perlu diolah kembali karena sisi utara masih berupa jalur lambat yang diperuntukkan tidak hanya bagi pejalan kaki namun juga kendaraan motor.
Pertimbangan lain yang dilingkupi dalam analisis yaitu penambahan fungsi shuttle bus di dalam kawasan. Penambahan fungsi ini menimbulkan konsekuensi penyediaan jalur sirkulasi menerus di sepanjang kawasan. Jalur sirkulasi shuttle bus dapat diletakkan berbatasan dengan jalur pejalan kaki sisi utara sehingga sirkulasi nya tidak terhambat oleh kendaraan yang melintas di Jalan Slamet Riyadi. Untuk tetap menjaga keamanan pejalan kaki, antara jalur pejalan kaki dengan jalur shuttle bus dapat ditambahkan pagar pengaman atau perbedaan ketinggian lantai. Skenario lain yaitu shuttle bus diletakkan di jalan raya bersama dengan kendaraan lainnya (lihat Gambar 121).
Jalur hijau dan jalur kereta merupakan zona yang diminimalisir berbeda dengan eksisting. Jalur hijau di sepanjang kawasan memiliki vegetasi eksisting yang dapat menjadi peneduh jalur pejalan kaki sehingga perlu dipertahankan keberadaannya. Jalur kereta di sisi selatan jalan adalah rel kereta aktif untuk sirkulasi kereta api pariwisata jaladara sehingga tidak dimungkinkan untuk di relokasi.
Dalam upaya meminimalisir perubahan tersebut, maka zona lain diolah untuk menyesuaikan kondisi tersebut. Terutama jalur shuttle bus yang akan terhambat dengan keberadaan vegetasi di jalur hijau dan dihindari bertabrakan sirkulasi dengan kereta api, kedua jalur
160 Gambar 121. Pembagian jalur sirkulasi antar pengguna (analisis pribadi, 2017)
2) Zonasi pembagian area pejalan kaki
Zonasi pembagian area pejalan kaki dilakukan untuk mengolah jalur pejalan kaki agar dapat mengakomodasi aktivitas yang direncanakan. Proses analisis pembagian area pejalan kaki dilakukan dengan dasar pertimbangan tipologi pembagian area pejalan kaki menurut peraturan kementerian pekerjaan umum (lihat bab II halaman 64 hingga 66 poin a-c) dan adanya penambahan beberapa fungsi ruang dalam pedestrian mall.
161 masing-masing mengambil dimensi cukup besar tidak dapat diletakkan pada titik yang sama. Jika zona rekreasi dan zona penjualan tidak dapat sepenuhnya diletakkan pada jalur pejalan kaki, kedua zona dapat mengambil sebagian lebar jalur hijau atau jalur bagian depan gedung. Street furniture peletakannya lebih fleksibel karena tidak mengambil dimensi yang cukup luas dari jalur pejalan kaki. Street furniture dapat diletakkan pada jalur pejalan kaki ketika tidak bersama zona lainnya dan dapat diletakkan pada jalur hijau ketika berada pada titik yang sama dengan zona rekreasi atau zona penjualan. Zona servis dan zona penunjang sebagai zona komplemen untuk pejalan kaki dapat diletakkan di zona sirkulasi. Lihat Gambar 122 berikut.
Gambar 122. Analisis pengolahan pembagian area pejalan kaki (analisis pribadi, 2017)
3) Zona penerima
Penambahan zona penerima bertujuan untuk memberi tanda batas kawasan pedestrian mall. Zona area penerima dapat memberi pengguna sense pencapaian kawasan. Area penerima dipertimbangkan untuk diletakkan di tiap simpang jalan yang dilalui
162 informasi yang memudahkan aktivitas pengunjung. Karena fungsinya sebagai gerbang penyambut pengunjung, maka pengolahan desain bentuk area ini dapat dibuat menjadi point of interest kawasan.
Gambar 123. Potensi peletakan zona penerima di kawasan (analisis pribadi, 2017)
Gambar 124. Ide desain zona penerima (analisis pribadi, 2017; gambar: http://www.landezine.com)
4) Zona parkir
163 kriteria. Lokasi zona parkir perlu dipertimbangkan pada titik yang relatif dekat dengan simpang jalan untuk kemudahan akses dan sirkulasi serta berada di timur dari simpang jalan.
Mempertimbangkan fungsi bangunan yang mayoritas merupakan pertokoan, diterapkan sistem on-street parking. Sistem
On-street parking ini sesuai untuk segmen Ngapeman hingga Gladak dengan deretan pertokoan padat bangunan karena memudahkan pengguna dalam mencapai retail yang diinginkan (lihat Gambar 125).
Gambar 125. Potensi peletakan zona parkir kawasan (analisis pribadi, 2017)
5) Zona halte kendaraan umum
164 analisis tersebut menimbulkan konsekuensi penyediaan halte shuttle bus.
Sesuai dari analisis yang diperoleh pada pencapaian tapak, diperlukan beberapa titik halte BST dan angkutan umum. Diketahui bahwa rute angkutan umum yang melewati Kawasan Slamet Riyadi melalui simpang Jalan Gatot Subroto, sehingga pada simpang jalan ini perlu diberikan halte untuk angkutan umum (lihat Gambar 126). Untuk keperluan kemudahan transit, perlu disediakan halte BST di radius berjalan kaki dari halte angkutan umum tersebut. Dalam upaya akomodasi kemudahan transit dalam kawasan maka perlu diberikan halte shuttle bus di sekitar simpang jalan tersebut serta di simpang jalan sepanjang kawasan. Halte BST eksisting di dalam segmen dapat dipertahankan lokasinya karena sesuai dengan perencanaan peletakan halte shuttle bus dan angkutan umum (lihat Gambar 126).
Gambar 126. Analisis peletakan zona halte kendaraan umum (analisis pribadi, 2017)
6) Zona penyeberangan
165 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 (lihat bab II halaman 75 hingga 77).
Dari jenis penyeberangan yang ada, beberapa sesuai dan lainnya tidak sesuai untuk diaplikasikan dalam kawasan. Dalam peraturan kementerian pekerjaan umum disampaikan bahwa pengadaan penyeberangan pelikan digunakan pada jalan yang memiliki jarak lebih dari 300 meter antar simpang jalannya. Kondisi kawasan yang antar simpang jalannya tidak mencapai jarak tersebut menunjukkan tidak adanya urgensi untuk mengaplikasikan penyeberangan pelikan. Pada bagian lain dalam peraturan yang sama disampaikan bahwa jalan arteri menunjukkan kelayakan dalam pengadaan jalur penyeberangan di atas atau di bawah permukaan tanah. Berdasarkan ketentuan tersebut maka perlu direncanakan pengolahan jalur penyeberangan di atas atau di bawah permukaan tanah. Jenis penyeberangan zebra, jembatan, maupun terowongan dapat digunakan di dalam kawasan.
Prinsip penentuan peletakan lokasi penyeberangan yaitu titik di mana jika diberikan sarana tersebut dapat memudahkan pejalan kaki. Peletakan paling mudah dari jalur penyeberangan yaitu di simpang jalan. Selain itu lokasi penyeberangan akan memudahkan pengguna jika terletak dekat dengan letak konsentrasi pejalan kaki paling tinggi dan pada sekitar area halte kendaraan umum (lihat Gambar 127).
166 Gambar 127. Potensi peletakan jalur penyeberangan (analisis pribadi, 2017)
V.8. Analisis Massa V.8.1. Analisis bentuk
Analisis bentuk dilakukan sehingga diperoleh bentuk yang sesuai dengan ketentuan perencanaan jalur pejalan kaki menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 dan sesuai dengan kondisi eksisting kawasan.
167 Gambar 128. Pengolahan jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah menurut ketentuan
peraturan (analisis pribadi, 2017)
Melihat kondisi eksisting kawasan, kesesuaian pemilihan jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah lebih tinggi daripada jalur pejalan kaki di bawah tanah. Pada analisis persyaratan ruang disampaikan bahwa pada kawasan perlu ditambahkan jalur pejalan kaki di atas/bawah permukaan tanah. Jalur pejalan kaki yang berada di atas permukaan tanah memiliki visual yang lebih baik, dari dalam ke luar maupun sebaliknya. Jumlah vegetasi dalam kawasan Slamet Riyadi dapat menjadi potensi peneduh sehingga mengurangi urgensi dari penambahan penutup atap. Selain itu kondisi vegetasi yang rimbun di kawasan dapat memberi pemandangan visual atraktif untuk pengunjung.
168 Slamet Riyadi memiliki akses pandangan visual yang leluasa ke dalam jalur pejalan kaki, sehingga dapat menginformasikan aktivitas dan macam retail yang ada. Diharapkan dari situasi tersebut dapat mendorong kunjungan dari pengguna lalu lalang di Jalan Slamet Riyadi. Selain itu peletakan jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah terintegrasi dengan rencana pemerintah kota yang akan memindahkan sistem kabel listrik ke bawah tanah (berita Solopos tahun 2016 hingga 2017).
Pemilihan letak jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah (skywalk) dapat terintegrasi dengan letak jembatan penyeberangan.
Skywalk jika didesain terintegrasi dengan jembatan penyeberangan dapat menambah konektivitas jalur pejalan kaki. Selain itu pengolahan jembatan penyeberangan dan skywalk yang terintegrasikan dapat memudahkan dapat perancangan desain. Peletakan perlu mempertimbangkan vegetasi eksisting yang ada dalam segmen (lihat Gambar 129). Skywalk hanya dapat diolah pada titik dengan vegetasi lebih dari 8 meter, karena dengan begitu dapat meminimalisir pengurangan bentuk vegetasi eksisting.
169 Di jalur pejalan kaki atas permukaan tanah dapat ditambahkan penutup atap untuk fungsi perlindungan dari cuaca. Terutama pada area rekreasi dan penjualan perlu diberikan akomodasi perlindungan dari cuaca agar mendorong orang untuk berlama-lama di lokasi.
Pemilihan jalur pejalan kaki di bawah permukaan tanah dapat memberikan kemudahan dalam proses pengolahan tapak. Dengan jalur pejalan kaki berada di bawah tanah, proses perancangan tidak perlu memperhitungkan maksimal tinggi massa agar tidak mencapai dahan pohon. Selain itu jalur pejalan kaki di bawah permukaan tanah dapat menjamin perlindungan dari cuaca pada pengguna.
V.8.2. Analisis fasad
Analisis fasad dilakukan agar diperoleh tampilan bangunan yang sesuai dengan perencanaan pedestrian mall di segmen Ngapeman hingga Gladak. Pertimbangan pengolahan fasad bangunan yaitu ketentuan bentuk bangunan baru di sepanjang Kawasan Slamet Riyadi yang mengacu pada arsitektur kolonial agar selaras dengan tampilan bangunan eksisting. Fasad pedestrian mall diolah mengacu pada tampilan bangunan kolonial di Kota Surakarta (lihat Gambar 130). Penentuan bangunan kolonial mengutip dari buku Jejak-Jejak Fisik Kota Solo yang diterbitkan oleh DTRK Surakarta.
170 V.8.3. Analisis struktur dan utilitas
Analisis struktur dan utilitas dilakukan agar diketahui sistem struktur yang dapat menunjang bentuk serta sistem utilitas yang dapat mendukung fungsi kawasan. Pemilihan struktur mempertimbangkan kesesuaian bentuk dan estetika sistem struktur tersebut terhadap bangunan. Sementara pemilihan utilitas berdasarkan pada fungsi ruang yang ada di dalam kawasan.
Jalur pejalan kaki yang berada di atas permukaan tanah memerlukan sistem struktur penopang. Sistem struktur yang diaplikasikan dapat berupa sistem dengan kemampuan menopang bentang relatif lebar agar jalur sirkulasi tidak terganggu dengan keberadaan kolom di tengah lintasan. Pemilihan material struktur juga berdasar pada prinsip yang sama yaitu dapat menopang bentang lebar. Material yang digunakan dapat berupa komposit dari beberapa material selama dapat menunjang keperluan bentang lebar. Sama halnya dengan jalur pejalan kaki, penutup atap memerlukan sistem struktur dengan bentang lebar. Sistem struktur penutup atap sekaligus dapat menjadi unsur estetika karena elemennya dapat dilihat dari jalur pejalan kaki. Karena alasan estetika tersebut maka dipilih konfigurasi dan material struktur yang secara visual atraktif. Jalur pejalan kaki di bawah permukaan tanah dapat menggunakan sistem struktur basement. Analisis kesesuaian antara sistem struktur dengan bangunan di dalam kawasan dapat dilihat pada Tabel 16. Pemilihan material dapat melihat pada tinjauan halaman 92 hingga 93.
Tabel 16. Tabel kesesuaian sistem struktur dengan bangunan (analisis pribadi, 2017)
Sistem struktur Analisis
Struktur rangka Dapat digunakan sebagai struktur penopang jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah yang bentuknya tipikal memanjang
Struktur truss frame
Dapat digunakan pada sistem struktur penutup atap karena berpotensi menciptakan estetika dari geometri segitiga
171
Struktur bearing wall
Dapat digunakan pada struktur jalur pejalan kaki di bawah permukaan tanah karena fungsinya yang mampu menahan pergerakan tanah sekitar sekaligus menahan rembesan air
Struktur busur Sesuai untuk struktur di beberapa titik maupun sepanjang jalur pejalan kaki di permukaan tanah
Struktur vault
Struktur kubah Tidak sesuai untuk digunakan di kawasan dengan bentuk jalur pejalan kaki yang memanjang
Struktur cangkang Berpotensi untuk digunakan sebagai penutup atap di ruang yang memerlukan ruang luas
Struktur membrane
Struktur kabel Sesuai untuk digunakan di jalur pejalan kaki yang
memerlukan bentang lebar agar tidak menghalangi sirkulasi
172 BAB VI
KONSEP
Pada bab ini dibahas mengenai keputusan desain yang diambil setelah dilakukan analisis pada bab sebelumnya. Dari enam sub-bab pada bab analisis, dihasilkan tiga sub-bab dalam bab konsep ini, yaitu konsep peruangan, konsep tapak dan konsep massa. Deskripsi dalam bab konsep diharapkan dapat menjadi pedoman pada tahap desain.
VI.1.Konsep Peruangan VI.1.1. Kebutuhan Ruang
Berikut tabel peruangan yang perlu dirancang di dalam
pedestrian mall
Tabel 17. Tabel kebutuhan ruang
ZONA
RUANG PROGRAM RUANG AKTIVITAS PENGGUNA
ZO NA S IRKU LA S
I Jalur pejalan kaki Sirkulasi Semua pengguna Jalur sepeda Sirkulasi Semua pengguna Jalur shuttle bus Sirkulasi Semua pengguna Jalan raya Sirkulasi Semua pengguna
ZO NA P EN JUA LA N
Retail Belanja, pengelolaan retail
Semua pengguna
Sidewalk cafe Istirahat, pertemuan individual, konsumsi
Semua pengguna
Kios kaki lima Belanja, konsumsi, pengelolaan kios kaki lima
Semua pengguna
Restoran Konsumsi,
pengelolaan restoran
173 ZONA
RUANG PROGRAM RUANG AKTIVITAS PENGGUNA
ZO NA R EK R EA S I
Area duduk Istirahat, Pertemuan individual, Konsumsi, pengamatan atau melihat-lihat
Semua pengguna
Area free wifi internet Pemanfaatan jaringan internet, Belajar
Semua pengguna
Jogging track Olahraga Semua pengguna Area pertunjukkan Konser, Teater Semua pengguna Area pameran outdoor Festival atau bazar,
pameran
Semua pengguna
Area bermain outdoor Bermain Semua pengguna Taman bermain anak Bermain Semua pengguna Taman baca Belajar Semua pengguna Ruang serbaguna Diskusi masyarakat,
menyampaikan aspirasi
Semua pengguna
Public art Pengamatan atau melihat-lihat
Semua pengguna
Jalur hijau Pengamatan atau melihat-lihat Semua pengguna ZO NA S ERVI S
Toilet Metabolisme Semua pengguna Ruang nursery Metabolisme Semua pengguna
Mushola Ibadah Semua pengguna
174 ZONA
RUANG PROGRAM RUANG AKTIVITAS PENGGUNA
ZO NA P EN UN JAN G
Area parkir Datang, Penataan parkir
Semua pengguna
Halte bus dan area drop off
Datang Semua pengguna
Pusat informasi/area penerima
Datang Semua pengguna
Area parkir pengelola Datang, Penataan parkir Pengelola kawasan Pangkalan ojek/taksi/becak Menunggu pengguna jasa Semua pengguna
Ruang pengelola Pengelolaan kawasan Pengelola Ruang pegawai
kawasan
Istirahat Pengelola kawasan
Ruang ME Pemeliharaan kawasan Pengelola kawasan Ruang keamanan Pengamanan kawasan Pengelola kawasan (analisis pribadi, 2017)
VI.1.2. Pola hubungan ruang
Zona sirkulasi sebagai penghubung antar ruang diberikan akses langsung ke masing-masing zona lainnya. Pencapaian langsung didesain pada ruang-ruang antara zona rekreasi dengan zona penjualan. Zona penunjang dan zona servis tidak harus didesain dengan pencapaian langsung terhadap zona penjualan maupun zona rekreasi, namun sirkulasi yang diberikan harus terarah. Antara zona penjualan dan zona servis diberikan akses tidak langsung dengan sirkulasi terarah. VI.1.3. Besaran Ruang
175 Tabel 18. Tabel besaran ruang dalam pedestrian mall
ZONA
RUANG PROGRAM RUANG BESARAN RUANG KETERANGAN
ZO NA S IRKU LA S I
Jalur pejalan kaki Lebar 3 hingga 6 meter Jalur sepeda Lebar 2 hingga 2,5 meter Jalur shuttle bus Lebar 4,8 hingga 6 meter
Jalan raya Lebar 7,2 hingga 18 meter ZO NA P EN JUA LA
N Sidewalk cafe Lebar 2 hingga 4 meter Penentuan panjang
sidewalk café
tergantung pada panjang restoran Kios kaki lima Luas ±30 m2 Luas tiap titik
ZO NA R EK R EA S I
Area duduk Luas 3 hingga 4 m2
Area free wifi internet Luas ±4 m2 Luas tiap titik Jogging track Jalur jogging track
digabung dengan jalur pejalan kaki
Area pertunjukkan Luas ±152 m2
Area pameran outdoor Luas ±276 m2 Area pameran
outdoor
ditempatkan di ruang bebas pejalan kaki karena
kegiatannya bersifat berkala
Area bermain outdoor Luas berkisar 36 m2 hingga 96 m2 Taman bermain anak
176 ZONA
RUANG PROGRAM RUANG BESARAN RUANG KETERANGAN
Ruang serbaguna Luas ±31 m2 Public art Besaran public art
tergantung pemilihan bentuk dan fungsi objek Jalur hijau Lebar 1,5 meter
ZO
NA
S
ERVI
S
Toilet Luas ±17 m2 Luas tiap titik Ruang nursery Luas ±1 m2
Mushola Luas ±8 m2 Ruang janitor Luas ±0,7 m2
Pos satpam Luas ±0,92 m2
ZO NA P EN UN JAN G
Area parkir Luas ±400 m2 Luas tiap titik Halte bus Luas antara 5,6 m2
hingga 11 m2
Luas tiap titik
Area drop off Luas antara 18 m2 hingga 36 m2
Luas tiap titik
Pusat informasi/area penerima
Luas ±11 m2 Luas tiap titik
Area parkir pengelola Luas ±400 m2 Pangkalan
ojek/taksi/becak
Luas ±56 m2
Ruang pengelola Luas ±200 m2 Ruang pegawai kawasan Luas ±12 m2
177 VI.1.4. Persyaratan Ruang
1) Pengolahan akses
Dalam memenuhi persyaratan pengolahan akses dirancang beberapa keputusan desain. Dalam kawasan didesain jalur penyeberangan dalam bentuk penyeberangan zebra dan jembatan, peletakan penyeberangan ini akan disampaikan pada sub-bab konsep zonasi tapak. Diberikan jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah. Pada area yang tidak dimungkinkan dilakukan pemisahan jalur tersebut ditambahkan pagar pengaman.
Penyediaan area parkir perlu memenuhi kriteria meliputi pemilihan tapak dengan topografi datar, didesain dengan mengakomodasi pengguna berkebutuhan khusus, penyediaan sarana penerangan buatan dan perlindungan cuaca, serta jaminan aspek keamanan. Penyediaan akomodasi kendaraan umum diberikan melalui pengadaan fasilitas halte dan sarana shuttle bus di sepanjang kawasan. Peletakan area parkir dan halte kendaraan umum akan disampaikan pada sub-bab konsep zonasi tapak
2) Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus
Dalam memenuhi persyaratan akomodasi pengguna berkebutuhan khusus, jalur pejalan kaki dengan kriteria yang disampaikan pada Bab II halaman 62 hingga 64.
3) Perlindungan dari cuaca
178 4) Pengaturan pandangan visual
Dalam rangka pengaturan pandangan visual didesain beberapa keputusan desain. Bangunan dihadapkan pada jalur pejalan kaki terutama orientasi pintu masuk utama dan dilengkapi dengan jendela setinggi level jalan. Disediakan pandangan yang tidak terhalang di simpang jalan. Unsur vegetasi dipilih dengan bentuk daun lebat di beberapa lokasi kawasan yang ingin dilakukan pengaturan pandangan visual. Ditambahkan public art di beberapa lokasi kawasan yang memiliki kekosongan visual
5) Pemilihan dan peletakan material
Untuk mencapai kesesuaian pemilihan dan peletakan material dalam kawasan disusun beberapa keputusan desain. Desain pola peletakan material dalam kawasan berprinsip pada unsur estetika dari batik motif ceplok. Pengaturan pola motif ini dapat diolah menjadi bentuk-bentuk lain selama masih menunjukkan prinsip dasar pola ceplok seperti bentuk bunga mekar. Pada area kawasan yang mengakomodasi sirkulasi kendaraan menggunakan material aspal atau beton. Jalur sirkulasi yang sering dilalui orang menggunakan lantai perkerasan seperti kerikil, batu lempeng, semen, keramik, atau batu bata. Pada area yang didesain jarang dilalui orang menggunakan material lunak seperti rumput. Terkecuali pada ruang-ruang yang memiliki fungsi khusus menggunakan material yang mengikuti tujuan dari pengadaan ruang tersebut. Pemilihan material untuk street furniture menggunakan material keras buatan maupun material komposit tergantung pada kesesuaian estetika pada lokasi kawasan. 6) Penyediaan sarana jalur pejalan kaki
179 tempat duduk dengan material kayu jika ingin memberikan kenyamanan atau dengan material batu maupun besi jika ingin difungsikan pula sebagai public art. Desain dimensi tempat duduk dengan lebar 40 hingga 50 cm dan panjang 150 cm. Desain peletakan bak sampah di area duduk dengan material dan dimensi yang mendukung pengadaan. Ditambahkan signage berupa tanda petunjuk dan peta informasi di titik interaksi sosial. Ditambahkan signage berupa rambu-rambu jalan di beberapa titik sepanjang kawasan. Desain titik lampu penerangan di sepanjang kawasan. Desain titik lampu penerangan pada lokasi yang perlu menjadi perhatian pengguna 7) Persyaratan khusus untuk penggunaan selain sirkulasi
Pemanfaatan selain untuk sirkulasi mengacu pada ketentuan pemanfaatan jalur pejalan kaki yang diperkenankan pada bab II halaman 90 hingga 91 dengan luasan yang dipakai oleh kegiatan tambahan tersebut
VI.2.Konsep Tapak
VI.2.1. Pencapaian dan Sirkulasi Tapak
180 angkutan umum nomor 06 dan 07 yang melewati Jalan Slamet Riyadi di persimpangan Jalan Honggowongso dan Jalan Gajah Mada.
Sirkulasi yang diakomodasi dalam kawasan meliputi sirkulasi oleh kereta jaladara, pejalan kaki, sepeda, shuttle bus, kendaraan umum, dan kendaraan pribadi. Disusun prioritas sirkulasi dalam kawasan dengan urutan prioritas utama yaitu sirkulasi kereta jaladara, kemudian sirkulasi pejalan kaki, sirkulasi sepeda, sirkulasi shuttle bus, dan sirkulasi kendaraan umum serta sirkulasi kendaraan pribadi
VI.2.2. Zonasi Tapak
1) Zonasi pembagian jalur sirkulasi
181 Gambar 131. Pembagian sirkulasi antar pengguna (analisis pribadi, 2017)
2) Zona pembagian area pejalan kaki
182 Gambar 132. Skenario pembagian jalur pejalan kaki (analisis pribadi, 2017)
3) Zona penerima
Area penerima diletakkan di titik awal dan akhir pedestrian mall
serta di tiap simpang jalan yang dilalui pedestrian mall (lihat Gambar 134)
4) Zona parkir
183 Gambar 133. Sistem on street parking dalam segmen (analisis pribadi, 2017)
5) Zona halte kendaraan umum
Halte shuttle bus diletakkan di awal dan akhir pedestrian mall serta di tiap simpang jalan yang dilalui pedestrian mall. Ditambahkan halte angkutan umum di simpang jalan Gatot Subroto. Halte BST di sepanjang segmen dipertahankan lokasi eksistingnya (lihat Gambar 134).
6) Zona penyeberangan
184 Gambar 134. Peletakan zonasi dalam segmen (analisis pribadi, 2017)
VI.3.Konsep Massa VI.3.1. Bentuk kawasan
Bentuk jalur pejalan kaki mengikuti ketentuan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 yang dapat ditinjau pada bab II halaman 64 hingga 64 dan halaman 67. Ketentuan tersebut mencakup jalur pejalan kaki baik di permukaan tanah maupun di atas permukaan tanah. Jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah diletakkan pada lokasi yang memiliki vegetasi dengan jarak antara permukaan tanah dengan dahan pohon tinggi (lihat Gambar 135). Di beberapa lokasi kemungkinan orang berlama-lama ditambahkan penutup atap, sehingga tidak perlu diberikan pada sepanjang jalur.
185 VI.3.2. Fasad Kawasan
Pengolahan desain fasad menggunakan beberapa elemen yang diaplikasikan pada bangunan kolonial di Surakarta (lihat Gambar 136). Desain bentuk kolom dapat menggunakan bentuk kolom ramping pada wisma batari atau kolom kokoh pada loji gandrung. Sistem kantilever dapat menggunakan desain kantilever pada bangunan omah lawa. desain dekorasi seperti pediment dapat menggunakan desain pediment yang digunakan pada bangunan Bank Indonesia.
Gambar 136. Desain fasad pada skywalk (analisis pribadi,2017)
VI.3.3. Struktur dan Utilitas
Struktur rangka digunakan di beberapa bagian jalur pejalan kaki dengan bentuk tipikal memanjang dengan menggunakan struktur pelat sebagai struktur lantai. Penutup atap pada jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah dengan bentuk tipologi memanjang menggunakan struktur truss frame sementara pada ruang yang memiliki spesifikasi dimensi luas menggunakan struktur cangkang atau struktur membran tergantung kesesuaian estetika sekitar. Struktur kabel digunakan pada jalur pejalan kaki yang di bawahnya memerlukan keleluasaan bentang. Prinsip penggunaan material yaitu dipilih material yang mampu menopang kebutuhan struktur yang dipakai dan mengacu pada sifat material di halaman 92 hingga 93.
186 dialirkan ke sistem penyimpanan tangki air dengan sistem pemipaan bahan PVC.
187 DAFTAR PUSTAKA
Alexander, C., Ishikawa, S., & Silverstein, M. (1977). A Pattern Language: Towns, Buildings, Construction. OUP USA.
Aliyah, I., Setioko, B., & Pradoto, W. (2016). The Roles of Traditional Markets as the Main Component of Javanese Culture Urban Space (Case Study: The City of Surakarta, Indonesia).
The IAFOR Journal of Sustainability, Energy & the Environment, 3(1). Diambil dari
https://docs.google.com/viewer?url=http%3A%2F%2Fiafor.org%2Fwp- content%2Fuploads%2F2016%2F04%2F7.5.-Article-6The-Roles-of-Traditional-Markets-as-the-Main-Compnent-of-Javanese-Culture-2016.pdf Balsas, C. (2016). Japanese shopping arcades, pinpointing vivacity amidst obsolescence. Town Planning Review, 87(2), 205–232. https://doi.org/10.3828/tpr.2016.15
Bates, K. (2013). Making Pedestrian Malls Work: Key Elements of Successful Pedestrian Malls in the US and Europe. Diambil dari http://scholarsbank.uoregon.edu/xmlui/handle/1794/13018
Bednar, M. J. (1989). Interior Pedestrian Places. Whitney Library of Design. BPS Surakarta. (2015). Surakarta Dalam Angka 2015. Pemerintah Kota
Surakarta. Diambil dari
188 ul%255D%3D2015%26Publikasi%255BkataKunci%255D%3Dsurakarta %26yt0%3DTampilkan%23
BPS Surakarta. (2016). Surakarta Dalam Angka 2016. Pemerintah Kota Surakarta. Diambil dari https://surakartakota.bps.go.id/Publikasi/view/id/53
Brambilla, R., & Longo, G. (1977). For pedestrians only: planning, design, and
management of traffic-free zones. Whitney Library of Design.
Buchanan, P. (1988). What city? A plea for place in the public realm. The
Architectural Review, 184(1101), 31–41.
Carmona, M., Heath, T., Oc, T., & Tiesdell, S. (2012). Public Places - Urban
Spaces. Routledge.
Ching, F. D. K. (2014). Building Construction Illustrated. John Wiley & Sons. Cohen, L. (1996). From Town Center to Shopping Center: The Reconfiguration of
Community Marketplaces in Postwar America. The American Historical Review, 101(4), 1050–1081.
Darmawan, E. (2003). Teori dan Kajian Ruang Publik Kota. Universitas Diponegoro. Diambil dari
http://office.unissula.ac.id/perpusft/index.php?p=show_detail&id=1013 Davies, P. W. (2001). American agora: Pruneyard v. Robins and the shopping
mall in the United States (Ph.D.). University of California, Berkeley, United States -- California. Diambil dari
189 Djumiko. (2013). FUNGSI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI KOTA SURAKARTA. Teknik Sipil Dan Arsitektur, 13(17). Diambil dari http://ejournal.utp.ac.id/index.php/JTSA/article/view/198
DTRK Surakarta. (2013). Buku Heritage Surakarta: Jejak-Jejak Fisik Kota Solo. Pemerintah Kota Surakarta. Diambil dari
http://dtrk.surakarta.go.id/content/publikasi-buku-heritage-surakarta
Duerk, D. P. (1993). Architectural Programming: Information Management for
Design. Wiley.
Dyer, H., & Ngui, M. (2010). Watch This Space: Designing Defending and Sharing
Public Spaces. Kids Can Press Ltd.
Ewing, R. H., & Office, F. D. of T. P. T. (1996). Pedestrian- and transit-friendly design. Diambil dari
http://scholarsbank.uoregon.edu/xmlui/handle/1794/10317
Gehl, J. (2011). Life Between Buildings: Using Public Space. Island Press.
Gehl Studio. (2016). Downtown Denver 16th Street Mall, Small Steps toward Big
Change (Project Report). Diambil dari
https://docs.google.com/viewer?url=https%3A%2F%2Fwww.denvergov.o rg%2Fcontent%2Fdam%2Fdenvergov%2FPortals%2F646%2Fdocuments %2Fplanning%2FPlans%2F16th%2520Street%2F16th-st-gehl-report-02-2016-web.pdf
Gosling, D., & Maitland, B. (1984). Concepts of urban design. Academy Eds. Hakim, R., & Utomo, H. (2003). Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap:
190 https://www.belbuk.com/komponen-perancangan-arsitektur-lansekap-prinsip-unsur-dan-aplikasi-disain-p-54.html
Harsono, K., Arsandrie, Y., & Setiawan, W. (2015). IDENTIFIKASI KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA. Sinektika, 13(1). Diambil dari http://journals.ums.ac.id/index.php/sinektika/article/view/703
Highway Safety Research Center. (2000). FLORIDA PEDESTRIAN PLANNING AND DESIGN HANDBOOK. University of North Carolina. Diambil dari https://trid.trb.org/view.aspx?id=653714
Jackson, K. T. (1996). All the World’s a Mall: Reflections on the Social and
Economic Consequences of the American Shopping Center. The American
Historical Review, 101(4), 1111–1121. https://doi.org/10.2307/2169636
Jacobs, A., & Appleyard, D. (1987). Toward an Urban Design Manifesto. Journal of the American Planning Association, 53(1), 112–120. https://doi.org/10.1080/01944368708976642
Jacobs, J. (1961). The Death and Life of Great American Cities. Vintage Books. Karsono, D. (2010). PERAN CITY WALK SEBAGAI RUANG TERBUKA
PUBLIK DALAM MENDUKUNG KEINDAHAN DAN
KENYAMANAN KOTA Studi Kasus City Walk Koridor Jalan Slamet Ruyadi Surakarta. Teknik Sipil Dan Arsitektur, 7(11). Diambil dari http://ejournal.utp.ac.id/index.php/JTSA/article/view/97
191 http://peraturan.go.id/permen/kemenpu-nomor-03-prt-m-2014-tahun-2014.html
Kementerian Pekerjaan Umum. (2015). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2015. Diambil dari
https://docs.google.com/viewer?url=http%3A%2F%2Fbirohukum.pu.go.id %2Fuploads%2FDPU%2F2015%2FPermenPUPR41-2015.pdf
Lynch, K. (1960). The Image of the City. MIT Press.
Macdonald, A. J. (2007). Structure and Architecture. Taylor & Francis. Moudon, A. V. (1987). Public Streets for Public Use. Van Nostrand Reinhold. Neufert, E. (1993). Data Arsitek Jilid 2. (I. S. Amril, Penerj.) (33 ed.). Erlangga. Ohlenschlager, S. (1990). WOMEN ALSO TRAVEL. CURRENT ISSUES IN
PLANNING. Diambil dari https://trid.trb.org/view.aspx?id=462670
Pei Cobb Freed & Partners. (n.d.). 16th Street Mall. Diambil 6 Maret 2017, dari http://pcf-p.com/projects/16th-street-transitway-mall/
Pojani, D. (2005). Downtown Pedestrian Malls Including a Case Study of Santa
Monica’s Third Street Promenade. University of Cincinnati. Diambil dari
https://etd.ohiolink.edu/pg_10?0::NO:10:P10_ACCESSION_NUM:ucin11 15906708
Prabasmara, P. G. (2013). FAKTOR-FAKTOR LIVABILITAS SEBAGAI DASAR OPTIMALISASI RUANG PUBLIK Study kasus : Solo City Walk,
Surakarta. Universitas Gadjah Mada. Diambil dari
192 Ramsay, A. (1990). EVALUATING PEDESTRIANIZATION SCHEMES.
CURRENT ISSUES IN PLANNING. Diambil dari https://trid.trb.org/view.aspx?id=462673
Robertson, K. A. (1993). Pedestrianization Strategies for Downtown Planners: Skywalks Versus Pedestrian Malls. Journal of the American Planning
Associat