• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintesis dan Pencirian Nanopartikel Fe3O4 dalam Hidrogel Kitosan - e-Repository BATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Sintesis dan Pencirian Nanopartikel Fe3O4 dalam Hidrogel Kitosan - e-Repository BATAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Vol. 19, No.1, Juni 2016

ISSN 1410-7864

No. Akreditasi: 698/Akred/P2MI-LIPI/07/2015

Majalah

POLIMER INDONESIA

Indonesian Polymer Journal

ALAMAT REDAKSI Pusat Penelitian Kimia – LIPI

Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15314 Telepon (021) 7560929, Fax (021) 7560549

(3)

ISSN 1410-7864

MAJALAH POLIMER INDONESIA

Indonesian Polymer Journal

Vol. 19, No. 1, Juni 2016

MAJALAH POLIMER INDONESIA, terbit secara berkala, dua kali setahun.

MAJALAH POLIMER INDONESIA menyajikan informasi hasil penelitian di bidang polimer.

DEWAN REDAKSI

EDITORIAL BOARD

Ketua: Dr. Rike Yudianti, LIPI Anggota: Dr. Mochamad Chalid, UI

Dr. Myrtha Karina, LIPI

Dr. Edy Giri Rachman Putra, BATAN Dr. Hermawan Judawisastra, ITB Drs. Sudirman, M.Sc., APU, BATAN Indriyati, M.Eng., LIPI

MITRA BESTARI

REVIEWER

Dr. Agus Haryono, LIPI Dr. Sunit Hendrana, LIPI Prof. I Made Arcana, ITB Dr. Darmawan Darwis, BATAN Dr. Emil Budianto, UI

D. Sudaryanto, BATAN Dr. Chandra Liza, BPPT

Dr. Siti Nurul Aisyiyah Jenie, LIPI Ir. Wiwik Pujiastuti, M.Sc., Kemenperin

REDAKTUR PELAKSANA EXECUTIVE EDITORIAL

Elsy Rahimi Chaldun, M.T., Indriyati, M.Eng.

Penerbit: Perhimpunan Polimer Indonesia (HPI) Terbit pertama kali: Januari 1998

Alamat Redaksi/Editorial Address: Pusat Penelitian Kimia – LIPI

Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15314 Telepon (021) 7560929, Fax (021) 7560549

(4)

Vol. 19, No. 1, Juni 2016

Majalah Polimer Indonesia ISSN 1410-7864

i

KATA PENGANTAR

Majalah Polimer Indonesia (MPI) merupakan majalah ilmiah yang diterbitkan oleh organisasi profesi, Perhimpunan Polimer Indonesia (HPI) sejak 1998. Penerbitan MPI ini merupakan bentuk kontribusi HPI dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi polimer yang diharapkan berperan aktif meningkatkan perkembangan iptek di Indonesia.

MPI Vol. 19, No. 1, 2016 menerbitkan 6 (enam) artikel ilmiah yang berjudul : 1)

Synthesis of DOTA-TOC Conjugate as a Precursor of 177Lu-DOTA-TOC Radiopharmaceutical for Therapy and Diagnosis of Somatostatin Receptor Positive Cancer; 2) Emulsion Stability with PLA as Co-Surfactant; 3) Sintesis dan Pencirian

Nanopartikel Fe3O4 dalam Hidrogel Kitosan; 4) Pengaruh Perendaman Membran Komposit

Hidroksiapatit-Kitosan-Poli(Vinil Alkohol) dalam Larutan Simulated Body Fluid (SBF)

terhadap Karakteristiknya; 5) The Effect of Plasticization on Properties of Polymer Electrolyte PVDF Incorporated with LiPF6; dan 6) An Effort on Homogenizing Size

Distribution of Magnetic Nanosphere (MN) Fe3O4-Poly-Lactic Acids (PLA) for

Hyperthermia Treatment.

Pada edisi ini dipaparkan hasil penelitian tentang tentang sintesis konjugat DOTA-tyr3-octreotide (DOTA-TOC), prekursor dari 177Lu-DOTA-Tyr3-Octreotide sebagai

kandidat radiofarmaka yang bermanfaaat untuk terapi kanker positif reseptor somatostatin dan penggunaan poly lactic acid (PLA) untuk stabilitas emulsi stirena sebagai ko-surfaktan hidrofobik. Pada edisi ini juga dibahas tentang sintesis hidrogel kitosan menggunakan penaut-silang glutaraldehida (GLA) untuk menginduksi ion-ion Fe membentuk ferrogel sebagai nanopartikel magnetik Fe3O4. Pengaruh perendaman membran komposit

hidroksiapatit-kitosan-poli(Vinil Alkohol) dalam larutan simulated body fluid (SBF) terhadap karakteristiknya dan upaya meningkatkan homogenisasi distribusi ukuran nanosfer magnetik (MN) Fe3O4-Poli Asam Laktat untuk Terapi Hipertermia merupakan

bagian dari edisi ini. Hasil penelitian yang dipublikasikan di MPI ini diharapkan menjadi sumber informasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang polimer. Media publikasi ini diharapkan sebagai media informasi dan komunikasi publik untuk mendiseminasikan iptek dan wawasan tentang polimer.

Hasil penelitian yang dipublikasikan di MPI ini diharapkan menjadi sumber informasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang polimer. Media publikasi ini diharapkan sebagai media informasi dan komunikasi publik untuk mendiseminasikan iptek dan wawasan tentang polimer.

Komentar, kritik dan saran atas penerbitan jurnal ini, sangat berharga bagi peningkatan mutu dan kemajuan Majalah Polimer Indonesia.

(5)

ii

MAJALAH POLIMER INDONESIA

Vol. 19, No. 1, Juni 2016

Indonesian Polymer Journal

ISSN 1410-7864

No. Akreditasi: 698/Akred/P2MI-LIPI/07/2015

Daftar Isi

Kata Pengantar ……….. i

Daftar Isi ……….. ii

Synthesis of DOTA-TOC Conjugate as a Precursor of 177Lu-DOTA-TOC

Radiopharmaceutical for Therapy and Diagnosis of Somatostatin Receptor Positive Cancer

Rien Ritawidya, Sutari, Sri Setiyowati, Mochamad Subur, Yunilda Alwi, Veronika Yulianti

Susilo, TitisSekar Humani, and Martalena Ramli ……… 1

Emulsion Stability with PLA as Co-Surfactant

Yenny Meliana and Melati Septiyanti ………....……...….. 15

Sintesis dan Pencirian Nanopartikel Fe3O4 dalam Hidrogel Kitosan

Agrin Febrian Pradana, Wildan Zakiah Lubis, Grace Tj. Sulungbudi, Ari Handajani,

Mujamilah, dan Budi Arifin ………. 23

Pengaruh Perendaman Membran Komposit Hidroksiapatit-Kitosan-Poli(Vinil Alkohol) dalam Larutan Simulated Body Fluid (SBF) terhadap Karakteristiknya

Yessy Warastuti dan Darmawan Darwis ……….……….…. 40

The Effect of Plasticization on Properties of Polymer Electrolyte PVDF Incorporated with LiPF6

Evi Yulianti, Achmad Salafuddin, Sudaryanto, Mashadi, and Deswita ………...… 54

An Effort on Homogenizing Size Distribution of Magnetic Nanosphere (MN) Fe3O4-Poly-Lactic Acids (PLA) for Hyperthermia Treatment

(6)

Majalah Polimer Indonesia

Vol. 19, No. 1, Juni 2016 ISSN 1410-7864

_______________________________________________________________________________________

iii

Rien Ritawidya, Sutari, Sri Setiyowati, Mochamad Subur, Yunilda Alwi, Veronika Yulianti Susilo, Titis Sekar Humani, and Martalena Ramli

Centre for Technology of Radioisotopes and Radiopharmaceuticals, BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Gedung 11, Serpong, Tangerang 15314, Indonesia

Synthesis of DOTA-TOC Conjugate as a Precursor of 177Lu-DOTA-TOC Radiopharmaceutical for Therapy and Diagnosis of Somatostatin Receptor Positive

Cancer

Sintesis Konjugat DOTA-TOC sebagai Prekursor 177Lu-DOTA-TOC untuk Terapi dan Diagnosis Kanker Positif Reseptor Somatostatin

Majalah Polimer Indonesia 19 (1) 2016: 1-14

Somatostatin receptor is overexpressed in some cancers such as neuroendocrine, breast cancers, etc. Somatostatin analog, octreotide, which is labelled as lutetium-177 (177Lu), can act as a ligand that

serves as both diagnostic and therapeutic agent of cancer. The chosen of 177Lu is mainly due to its

favourable characteristic. It emits gamma and beta particles that are useful for the above mentioned purposes. This research aims to prepare a conjugate of N,N’,N”,N”’-tetraazacyclododecane tetra acetic acid (DOTA)-tyr3-octreotide (DOTA-TOC) a precursor of 177Lu-DOTA-Tyr3-Octreotide, a

candidate of radiopharmaceutical for diagnosis and therapy of somatostatin receptors positive cancers. The DOTA-TOC conjugate was synthesised using two-step reactions: conjugation of ester NHS-DOTA to BOC-TOC and hydrolisis to form NHS-DOTA-TOC. The chromatogram of the NHS-DOTA-TOC conjugate gave peaks with retention time (tR) of 11.2 mins. ESI-MS analysis revealed +2 charge of the DOTA-TOC conjugate gave a peak at 711.32 Da which indicated the formation of the DOTA-TOC with m/z of (1420.616+ 2 H)/2 Da (exact mass of literature 1420.616 Da). The radiolabel of conjugate with 177Lu resulted in of 177Lu -DOTA-TOC with radiochemical purity of 87%. These results showed

that the DOTA-TOC conjugate was a promising precursor for preparation of the 177Lu -DOTA-TOC.

(7)

iv

Yenny Meliana and Melati Septiyanti

Pusat Penelitian Kimia – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15314, Indonesia

Emulsion Stability with PLA as Co-Surfactant

Stabilitas Emulsi Menggunakan PLA sebagai Ko-Surfaktan

Majalah Polimer Indonesia 19 (1) 2016: 15-22

Polystyrene emulsion based plastic raw material requires emulsion surfactant stabilizer to control its stability. Sometimes, single surfactant is not enough to reduce surface tension to the required value, hence co-surfactant is added into the system to reduce the particle size and narrow the size distribution. However, surfactant and co-surfactant concentration affect stability of the droplets by preventing Ostwald ripening. This study investigated styrene emulsion stability using Poly Lactic Acid (PLA) as hydrophobic co-surfactant and Sodium Dodecyl Sulfate (SDS) as the surfactant. PLA concentration was ranged from 1 to 5wt%, while SDS concentrations were 5 and 10 wt%. Emulsion stability was monitored by droplet size which was analyzed for 2 h and the data were recorded for every 10 min. The best condition resulted from this research is emulsion system with concentration PLA 5 wt% and SDS 10 wt%, with the particle size range 59-97.5 nm.

Keywords: miniemulsion polymerization, co-surfactant, biopolymer, nanomaterial, poly lactic acid

(8)

Majalah Polimer Indonesia

Vol. 19, No. 1, Juni 2016 ISSN 1410-7864

_______________________________________________________________________________________

v

Agrin Febrian Pradana, Budi Arifin

Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor, Gedung Kimia Wing 1, Tanjung Kampus IPB Dramaga Bogor, 16680, Indonesia

Wildan Zakiah Lubis, Grace Tj. Sulungbudi, Ari Handajani, Mujamilah

Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Gedung 43, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang, 15314, Indonesia

Sintesis dan Pencirian Nanopartikel Fe3O4 dalam Hidrogel Kitosan

Synthesis and Characterization of Fe3O4 Nanoparticles within Chitosan Hydrogel.

Majalah Polimer Indonesia 19 (1) 2016: 23-39

Nanopartikel Fe3O4 telah berhasil disintesis melalui proses perakitan ion-ion Fe dalam hidrogel kitosan

(iron ions assembly). Hidrogel kitosan disintesis menggunakan penaut-silang glutaraldehida (GLA)

dan direndam dalam larutan garam Fe2+dan Fe3+dengan nisbah konsentrasi 1:2 untuk menginduksi

ion-ion Fe membentuk ferrogel. Nanopartikel magnetik Fe3O4 selanjutnya dibentuk dengan

menambahkan basa NaOH, dan produk dikeringkan pada suhu 60 °C. Peragaman konsentrasi larutan garam dan waktu pengeringan menunjukkan sifat magnet terbaik pada penggunaan Fe2+0,15 M dan

Fe3+ 0,30 M serta waktu pengeringan 16 jam. Pencirian produk dengan difraktometer sinar-X

menunjukkan telah terbentuk fase magnetik Fe3O4. Pencirian sifat magnet menggunakan vibrating

sample magnetometer menunjukkan sifat superparamagnetik dengan nilai saturasi magnetik tertinggi

26,87 emu/gram yang setara dengan induksi nanopartikel magnetik Fe3O4 mencapai 30% berat dalam

hidrogel kitosan. Pencirian dengan penganalisis ukuran partikel dan mikroskop elektron transmisi menunjukkan distribusi ukuran ~ 10 nm dari Fe3O4 tersalut oleh hidrogel kitosan. Terjadinya

taut-silang kitosan oleh GLA terpantau pada spektrum inframerah dengan keberadaan serapan baru pada bilangan gelombang 1710 cm-1. Hadirnya Fe

3O4 terpantau dari munculnya serapan pada bilangan

gelombang 632 cm-1.

(9)

vi

Yessy Warastuti, Darmawan Darwis

Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), Badan Tenaga Nuklir Nasional, Jl. Lebak Bulus Raya No. 49, Jakarta 12440 Indonesia

Pengaruh Perendaman Membran Komposit Hidroksiapatit-Kitosan-Poli(Vinil Alkohol) dalam Larutan Simulated Body Fluid (SBF) terhadap Karakteristiknya

The Effect of Immersion of Hidroxyapatite-Chitosan-Poly(Vinyl Alcohol) Composite Membranes in Simulated Body Fluid (SBF) Solutions on Their Properties

Majalah Polimer Indonesia 19 (1) 2016: 40-53

Telah dilakukan perendaman membran komposit hidroksiapatit-kitosan-poli(vinil alkohol) dalam

larutan simulated body fluid (SBF) dengan variasi waktu perendaman. Larutan SBF digunakan untuk

menguji bioaktivitas dari biomaterial. Kemampuan material membentuk ikatan dengan tulang dievaluasi dengan memeriksa apatit yang terbentuk pada permukaan material dalam larutan SBF. Karakterisasi setelah perendaman dalam SBF antara lain pengukuran pH larutan perendam, uji sifat mekanis, identifikasi gugus fungsi menggunakan Fourier Transform Infra Red Spectroscopy (FTIR)

dan analisis struktur morfologi permukaan membran menggunakan mikroskop optik serta Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil yang diperoleh menunjukkan pH larutan perendam berubah

menjadi basa dari semula 7,4 setelah dilakukan perendaman. Hal tersebut dikonfirmasi dengan analisa FTIR kontrol M10-320 (PVA-kitosan) dimana PVA larut seiring dengan bertambahnya waktu perendaman dan menyisakan kitosan yang memiliki gugus NH2. Uji sifat mekanis menunjukkan

pengurangan nilai kekuatan tarik dan perpanjangan putus untuk komposisi M3-323 setelah 12 minggu perendaman, yaitu 41,85% dan 52,54%. Analisis morfologi struktur permukaan membran menunjukkan terbentuknya lapisan apatit sebagai indikator sifat bioaktivitas dari material. Penelitian ini menghasilkan komposisi membran yang prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan biomaterial untuk aplikasi klinis.

Kata Kunci: hidroksiapatit-kitosan-PVA, bioaktivitas, Simulated Body Fluid (SBF), membran

(10)

Majalah Polimer Indonesia

Vol. 19, No. 1, Juni 2016 ISSN 1410-7864

_______________________________________________________________________________________

vii

Evi Yulianti, Sudaryanto, Mashadi, Deswita

Center for Science and Technology of Advanced Materials, BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang, 15314, Indonesia

Achmad Salafuddin

Department of Physic, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah Islamic State University, Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat, Tangerang Selatan, Indonesia

The Effect of Plasticization on Properties of Polymer Electrolyte PVDF Incorporated with LiPF6

Pengaruh Plastisizer terhadap Sifat Polimer Elektrolit PVDF yang telah Ditambah Garam LiPF6

Majalah Polimer Indonesia 19 (1) 2016: 54-67

The effect of plasticization on properties of polymer electrolyte PVDF incorporated with LiPF6 has

been studied. Ethylene carbonate with high dielectric constant was used as the plasticizer and added with various compositions (0-60% w/w). The polymer electrolyte thin films were prepared by solution casting technique. The successful of doping of the polymer with lithium salt and plasticizer has been confirmed by Fourier transformation infra red spectroscopy (FTIR) by analyzing the C-F vibration region of the polymer. Microstructure and surface morphology were studied by X-ray diffractometer (XRD) and Scanning Electron microscope (SEM), respectively. The thermal properties of polymer electrolytes studied by Differential Scanning calorimeter has shown that the plasticizer addition to PVDF promotes a decreasing in the crystallinity degree. The electrical property studies revealed that the highest conductivity was 3.46 x 10-4Scm-1obtained with addition of 60% w/w plasticizer. The

study of tangent loss suggests that there are relaxing dipoles in the polymer electrolyte that shift towards higher frequency region.

(11)

viii

Grace Tj. Sulungbudi, Mujamilah

Center for Science and Technology of Advanced Materials, BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang, 15314, Indonesia

An Effort on Homogenizing Size Distribution of Magnetic Nanosphere (MN) Fe3O4-Poly-Lactic Acids

(PLA) for Hyperthermia Treatment

Upaya Homogenisasi Distribusi Ukuran pada Nanosfer Magnetik Fe3O4-Poly-Lactic Acids (PLA)

untuk Perlakuan Hipertermia

Majalah Polimer Indonesia 19 (1) 2016: 68-79

An effort on homogenizing the size distribution of magnetic nanosphere (MN) based on iron oxide nanoparticle coated with Poly-lactic acid (PLA) has been carried out. MN synthesis parameters were optimized to obtain MN with narrow size distribution but still maintaining other properties especially its magnetic property. The synthesis process was then followed by sequential centrifugation with different speed for selective separation of MNP with different size distribution. The size distribution characteristics of the magnetic nanosphere-poly lactic acid (MNP) were evaluated by Scanning Electron Microscopy (SEM), TRansmission Electron Micsroscope (TEM), and Particle Size Analyzer (PSA). As a result, fractional MNPs having different size distribution smaller than 400 nm were successfully obtained. The highest fraction was achieved for MNP with size distribution <150 nm which almost reached 73% of total weight. However, the colloidal stability was still rather poor due to agglomeration tendency of MNP which were observed clearly in its SEM and TEM images. The magnetic properties were analyzed by VSM which gave teh Ms values. These values were slightly affected by the MNP size distributions with maximum Ms value of 15.3 emu/gr. Considering the composition used within the experiment and from the Ms values, the iron oxide nanoparticle loading efficiency of around 78.9% could be determined. Reffering to these results, the colloidal stability problem could be overcomed by co-polymer grafting on PLA surface, hence the MNP could be expected to applied for magnetic hyperthermia based therapy.

(12)

Sintesis dan Pencirian Nanopartikel Fe3O4 dalam Hidrogel Kitosan (Agrin Febrian

Pradana)

23

Sintesis dan Pencirian Nanopartikel Fe

3

O

4

dalam

Hidrogel Kitosan

Agrin Febrian Pradanaa, Wildan Zakiah Lubisb, Grace Tj. Sulungbudib,

Ari Handajanib, Mujamilahb*, dan Budi Arifina

a

Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor, Gedung Kimia Wing 1, Tanjung Kampus IPB Dramaga Bogor, 16680, Indonesia

b

Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Gedung 43, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, 15314,

Indonesia

menggunakan penaut-silang glutaraldehida (GLA) dan direndam dalam larutan garam Fe2+ dan Fe3+ dengan nisbah konsentrasi 1:2 untuk menginduksi ion-ion Fe

membentuk ferrogel. Nanopartikel magnetik Fe3O4 selanjutnya dibentuk dengan

menambahkan basa NaOH, dan produk dikeringkan pada suhu 60 °C. Peragaman konsentrasi larutan garam dan waktu pengeringan menunjukkan sifat magnet terbaik pada penggunaan Fe2+ 0,15 M dan Fe3+ 0,30 M serta waktu pengeringan 16 jam.

Pencirian produk dengan difraktometer sinar-X menunjukkan telah terbentuk fase magnetik Fe3O4. Pencirian sifat magnet menggunakan vibrating sample

magnetometer menunjukkan sifat superparamagnetik dengan nilai saturasi magnetik

tertinggi 26,87 emu/gram yang setara dengan induksi nanopartikel magnetik Fe3O4

mencapai 30% berat dalam hidrogel kitosan. Pencirian dengan penganalisis ukuran partikel dan mikroskop elektron transmisi menunjukkan distribusi ukuran ~ 10 nm dari Fe3O4 tersalut oleh hidrogel kitosan. Terjadinya taut-silang kitosan oleh GLA

terpantau pada spektrum inframerah dengan keberadaan serapan baru pada bilangan gelombang 1710 cm-1. Hadirnya Fe

3O4 terpantau dari munculnya serapan pada

bilangan gelombang 632 cm-1.

Kata kunci: kitosan, hidrogel, glutaraldehid, nanopartikel, Fe3O4

ABSTRACT

Synthesis and Characterization of Fe3O4 Nanoparticles within Chitosan Hydrogel. Fe3O4 nanoparticles have been synthesized through assembly process of

(13)

24

glutaraldehyde (GLA) as crosslinker and soaked in salt solutions of Fe2+ and Fe3+ to induce the iron ions to form ferrogel. Fe3O4 magnetic nanoparticles was then

formed by adding NaOH, and the products were dried at 60 °C. Varying the concentration of salt solutions and drying time of hydrogel, the highest magnetic properties was obtained for 0.15 M Fe2+ and 0.30 M Fe3+, in 16 h of drying time. Characterization of the product by X-ray diffractometer has shown the formation of Fe3O4 phase. Magnetization measurements using a vibrating sample magnetometer

showed superparamagnetic property with magnetic saturation value of 26,87 emu/gram. Characterization using particle size analyzer and transmission electron microscope showed Fe3O4 nanometer of ~ 10 nm coated by chitosan hydrogel.

Crosslinking between chitosan and GLA was indicated by the presence of a new peak at 1710 cm-1 in the infrared spectrum while the existence Fe3O4 was showed by

a peak at 632 cm-1.

Keywords: chitosan, hydrogel, glutaraldehyde, nanoparticle, Fe3O4

PENDAHULUAN

Nanopartikel oksida besi banyak diteliti karena sifat magnet yang dimilikinya dapat dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi, diantaranya sebagai bahan pengontras untuk pencitraan resonans magnet (MRI) [1], sistem pengantaran obat terarah [2], sensor [3] dan aplikasi biomedis lainnya [4]. Salah satu metode untuk mensintesis oksida besi ialah kopresipitasi. Metode ini didasarkan pada pengendapan lebih dari satu zat secara bersama-sama ketika melewati titik jenuhnya. Teknik kopresipitasi merupakan cara yang paling mudah dan efisien secara kimia untuk membuat oksida besi. Melalui metode ini, oksida besi magnetik (Fe3O4) lazim disintesis dari campuran

stoikiometris garam besi Fe2+ dan Fe3+ dalam medium basa. Metode kopresipitasi dari segi ekonomi dan sifat ramah lingkungan dianggap paling ideal karena menggunakan air sebagai medium reaksinya [5]. Pengendalian ukuran partikel ke tingkat nanometer dilakukan dengan pengaturan parameter proses meliputi nilai pH, suhu dan kecepatan [6].

(14)

Sintesis dan Pencirian Nanopartikel Fe3O4 dalam Hidrogel Kitosan (Agrin Febrian

Pradana)

25

material anorganik seperti oksida besi. Beberapa tahun terakhir, kitosan banyak diteliti sebagai pelapis material obat [8]. Hal ini disebabkan oleh kelebihan kitosan seperti biokompatibel dengan sistem tubuh manusia dan tidak toksik [9].

Sintesis nanopartikel magnetik terlapis kitosan telah banyak dilakukan baik dengan menggunakan penautsilang (cross-linker) maupun tanpa

penautsilang. Sintesis nanopartikel magnetik dengan metode kopresipitasi dalam larutan kitosan menggunakan penautsilang biasanya akan menghasilkan pelapisan kitosan pada kluster nanopartikel magnetik dan memberikan nanosfer akhir berukuran ratusan nanometer. Koloid yang terbentuk dari nanosfer ini cenderung akan tidak stabil untuk waktu yang panjang karena terjadinya peningkatan ukuran nanosfer selama penyimpanan [10]. Untuk sintesis tanpa penautsilang, kitosan tidak akan terikat kuat satu sama lain maupun pada nanopartikel magnetik sehingga nanopartikel magnetik akan mudah terkoagulasi terutama pada medium asam dan memberikan hasil akhir pengendapan pada koloid [11].

Untuk mendapatkan nanopartikel magnetik terlapis kitosan yang lebih kecil dan nantinya akan menghasilkan koloid yang lebih stabil, pada penelitian ini kitosan dalam bentuk hidrogel akan digunakan untuk merakit dan membungkus nanopartikel magnetik. Nanopartikel magnetik Fe3O4

dibuat dengan metode iron ions assembly dalam hidrogel kitosan [12]. Dalam

metoda ini, ion-ion garam besi Fe2+ dan Fe3+ berdifusi ke dalam hidrogel kitosan dan selanjutnya dengan adanya basa akan terendapkan sebagai Fe3O4

yang terlapisi oleh kitosan. Wang [13] memvariasikan pH dan konsentrasi larutan garam dan mendapatkan bahwa partikel nanopartikel magnetik Fe3O4

berukuran 16 nm dengan kristalinitas yang halus dan magnetisasi tinggi akan diperoleh pada proses dengan pH rendah. Kandungan Fe3O4 tertinggi dicapai

sebesar 13,8% namun tanpa penjelasan berapa lama proses pemanasan dilakukan. Untuk meningkatkan kandungan Fe3O4 dalam hidrogel kitosan,

pada penelitian ini konsentrasi larutan garam Fe divariasikan pada komposisi yang lebih tinggi dan proses pemanasan divariasikan untuk mendapatkan hasil sintesis yang optimal.

METODOLOGI

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah FeCl2•4H2O dan FeCl3•6H2O,

(15)

26

Preparasi Hidrogel Kitosan

Sebanyak 3 g serbuk kitosan dilarutkan dalam 100 mL larutan asam asetat 2% (v/v). Kemudian 0,66 mL larutan GLA 12,5% (v/v) ditambahkan ke dalam 100 mL larutan kitosan tersebut dengan diaduk kuat agar homogen. Larutan terus diaduk sampai mengental dan selanjutnya disimpan di lemari pendingin hingga terbentuk hidrogel.

Pembentukan Nanopartikel Magnetik Fe3O4 dalam Hidrogel Kitosan

Proses pelapisan mengacu pada proses yang dilakukan oleh Wang [12] dengan modifikasi ragam kondisi sintesis yang ditunjukkan pada Tabel 1. Sebanyak 10 mL hidrogel kitosan direndam dalam 50 mL larutan FeCl3

selama 30 menit, kemudian dicuci dengan air de-ionisasi, sebelum direndam kembali dalam 50 mL larutan FeCl2 selama 30 menit. Setelah itu, hidrogel

kitosan yang mengandung ion besi dicuci dengan air deionisasi. Siklus tersebut diulangi 3 kali. Akhirnya, hidrogel kitosan-ion besi direndam dalam 3 mL larutan NaOH 5 M selama 12 jam, dan terbentuk hidrogel berwarna hitam atau ferrogel (FG). Untuk menghilangkan NaOH yang menempel pada permukaan hidrogel, dilakukan pencucian dengan air deionisasi sampai pH air bilasan sama dengan pH air de-ionisasi dan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 60 oC dengan variasi waktu 1 jam dan 16 jam. Sampel selanjutnya disimpan dalam botol tertutup sebelum proses karakterisasi dan analisis.

Tabel 1. Kondisi sintesis nanopartikel magnetik Fe3O4 dalam hidrogel kitosan

Sampel

Ferrogel [Fe2+] (mol/L) [Fe3+] (mol/L)

Lama Pengeringan (jam)

FG1-P1 0,075 0,15 1

FG2-P1 0,100 0,20 1

FG3-P1 0,125 0,25 1

FG4-P1 0,150 0,30 1

FG5-P1 0,175 0,35 1

FG1-P16 0,075 0,15 16

FG2-P16 0,100 0,20 16

FG3-P16 0,125 0,25 16

FG4-P16 0,150 0,30 16

(16)

Sintesis dan Pencirian Nanopartikel Fe3O4 dalam Hidrogel Kitosan (Agrin Febrian

Pradana)

27

Analisis Fasa

Nanopartikel magnetik Fe3O4-kitosan yang telah disintesis diidentifikasi

fasanya menggunakan Difraktometer Sinar-X (XRD) dari PANalytical dengan sumber radiasi CuKα(λ = 0,154056 nm) dan rentang sudut 2θ sebesar

10o-80o serta kecepatan pemayaran 0,05°/detik. Sampel serbuk dipersiapkan dengan memasukkannya ke dalam cekungan dari penahan (holder) sampel

yang terbuat dari kaca.

Analisis Sifat Magnetik

Nanopartikel magnetik Fe3O4-kitosan yang telah disintesis dianalisis

sifat magnetiknya menggunakan Vibrating Sample Magnetometer (VSM)

Oxford 1.2H. Sampel yang berupa serbuk dimasukkan ke dalam tabung ukuran mikro dan ditimbang dengan neraca analitik. Sampel dianalisis dengan mengaplikasikan medan magnet sebesar 1 Tesla pada suhu ruang.

Analisis Ukuran Partikel

Nanopartikel magnetik Fe3O4-kitosan yang telah disintesis dianalisis

ukuran partikelnya menggunakan alat Particle Size Analyzer (PSA) Malvern

Zetasizer Nano ZS. Sampel didispersikan di dalam air deionisasi

menggunakan penangas ultrasonik (ultrasonic bath, UB) dan kuar ultrasonik

(ultrasonic probe, UP) selama 5 menit (5 × 1 menit). Suhu campuran diatur

sehingga tidak melebihi 50 oC. Sebanyak 2 mL campuran dipindahkan ke dalam vial kosong dan bersih menggunakan pipet.

Analisis Morfologi

Nanopartikel magnetik Fe3O4-kitosan yang telah disintesis dianalisis

morfologinya menggunakan mikroskop elektron transmisi (TEM) JEOL JEM 1400. Sebanyak 0,01 g didispersikan dalam 1 mL air de-ionisasi

menggunakan penangas ultrasonik selama 20 menit dan diteteskan sedikit pada grid tembaga berlapis karbon dan dikeringkan sebelum pengamatan.

Analisis Gugus Fungsi

Nanopartikel magnetik Fe3O4-kitosan yang telah disintesis dianalisis

interaksi antarmolekulnya menggunakan spektrofotometer inframerah transformasi Fourier (FTIR) Bruker Tensor 27. Sampel serbuk disiapkan

(17)

28

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ferrogel Fe3O4-Kitosan

Oksida besi Fe3O4 disintesis dengan metode kopresipitasi yang

dimodifikasi dengan mendifusikan ion-ion besi ke dalam hidrogel kitosan

(iron ions assembly). Kondisi sintesis mengikuti kaidah nisbah Fe2+ dengan

Fe3+ adalah 1:2, tetapi diragamkan konsentrasi ion besinya (Tabel 1). Menurut Mascolo [14], nisbah 1:2 adalah nisbah stoikiometris untuk mendapatkan magnetit (Fe3O4) dengan kemurnian yang tinggi. Beberapa

faktor dapat menjadi parameter penentu dalam sintesis oksida besi antara lain garam besi, medium basa, dan suhu [4]. Mekanisme pembentukan Fe3O4

mengikuti rangkaian persamaan di bawah ini [14]:

Fe3+ + 3 OH-→ Fe(OH)3(s) … (1)

Fe(OH)3(s)→ FeOOH(s) + H2O … (2)

Fe2+ + 2 OH-→ Fe(OH)2(s) … (3)

2 FeOOH(s) + Fe(OH)2(s)→ Fe3O4(s) + 2 H2O … (4)

yang memberikan persamaan reaksi keseluruhan

Fe2+ + 2 Fe3+ + 8 OH-→ Fe3O4 + 4 H2O … (5)

Metode iron ions assembly membuat ion Fe2+ dan Fe3+ berdifusi secara

bersama-sama ke dalam hidrogel kitosan membentuk kitosan yang terisi oleh ion-ion tersebut. Selanjutnya dengan penambahan basa, ion Fe2+ dan Fe3+ tersebut akan berubah dengan cepat menjadi besi(II) dan besi(III) hidroksida. Besi(III) hidroksida kemudian terdekomposisi secara perlahan menjadi FeOOH- yang akan bereaksi dengan besi(II) hidroksida membentuk partikel hitam nanopartikel magnetik Fe3O4 di dalam hidrogel kitosan.

(18)

Sintesis dan Pencirian Nanopartikel Fe3O4 dalam Hidrogel Kitosan (Agrin Febrian

Pradana)

29

(a) (b)

Gambar 1. Produk sintesis Ferrogel Fe3O4-kitosan: (a) sebelum diberi magnet, (b)

dan sesudah diberi magnet

Fasa Ferrogel Fe3O4-Kitosan

Untuk memastikan produk sintesis yang terbentuk adalah oksida besi Fe3O4, pola difraksi XRD sampel dibandingkan dengan data dari JCPDS

untuk Fe3O4 (No. 19-0629). Gambar 2a dan 2b menunjukkan pola difraksi

sampel FG4-P1 yang mewakili sampel dengan pengeringan selama 1 jam dan FG4-P16 yang mewakili sampel dengan pengeringan selama 16 jam serta hasil pencocokan puncak-puncak difraksi Fe3O4 dan kitosan. Terdapat 6

puncak khas untuk sudut 2θ (°) Fe3O4, yaitu pada 30,3°, 35,5°, 43,2°, 57,1°,

dan 62,7°. Sementara puncak pada 2θ = 20,0° merupakan puncak khas dari

kitosan [15].

Gambar 2. Pola difraksi sinar-X pada (a) sampel FG4-P1, dan (b) FG4-P16

(●: kitosan, ♦: Fe3O4)

Berdasarkan kesesuaian pola difraksi tersebut, telah terbentuk fase Fe3O4

dalam sampel FG4-P1 dan FG4-P16. Puncak kitosan terlihat lebih jelas pada sampel FG4-P1. López et al. melaporkan bahwa proses pelapisan

FG4-P1 FG4-P16

(a)

(19)

30

menggunakan kitosan tidak menghasilkan perubahan fase Fe3O4 [16].

Kitosan yang tertaut-silang oleh GLA meningkat sifat amorfnya [15]. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya salah satu faktor penentu kristalinitas, yaitu interaksi ikatan hidrogen antar kitosan, karena terbentuk ikatan kovalen antara kitosan dan GLA membentuk basa Schiff [17]. Semakin lama waktu pengeringan sampel, fase amorf kitosan ini menjadi makin rusak atau hilang, sehingga Fe3O4 menjadi lebih tipis pelapis kitosannya. Hal ini menyebabkan

puncak kitosan hampir tidak terlihat pada difraktogram sampel FG4-P16 (Gambar 2b).

Sifat Magnet Nanopartikel Fe3O4-Kitosan

Sifat magnet sampel dianalisis secara kuantitatif menggunakan alat

vibrating sample magnetometer (VSM). Hasilnya dinyatakan dengan saturasi

magnet (Ms), yaitu nilai magnetisasi jenuh (spin-spin magnet terarah secara

optimal pada searah medan) per gram sampel. Gambar 3a dan 3b menunjukkan kurva histeresis hubungan antara nilai saturasi magnet (Ms)

dan medan magnet (H) untuk sampel hasil pengeringan selama 1 jam serta grafik nilai Ms untuk konsentrasi garam yang beragam. Secara umum dapat

disampaikan bahwa kurva histeresis sampel P1 menunjukkan sifat superparamagnetik dari Fe3O4. Untuk kelompok sampel P1 ini, didapatkan

bahwa semakin tinggi konsentrasi garam, nilai Ms cenderung naik yang

menunjukkan semakin kuatnya sifat magnet sampel tersebut. Penyimpangan terjadi pada sampel FG3-P1 yang mengalami penurunan nilai Ms (Gambar

3b) yang dianalisis disebabkan oleh penyiapan sampel yang kurang baik. Sedangkan untuk sampel hasil pengeringan selama 16 jam, nilai Ms

meningkat dari FG1-P16 sampai FG4-P16 dan mulai menurun pada FG5-P16 (Gambar 4). Penyebab perbedaan pola pembentukan sifat magnet pada kedua kelompok sampel ini dijelaskan pada paragraf berikut.

Sifat magnet ferrogel akan ditentukan oleh 3 faktor yaitu jumlah ion Fe2+ dan Fe3+ yang berhasil terdifusi ke dalam hidrogel dan membentuk fasa Fe3O4, fraksi kitosan serta fraksi air. Untuk faktor pertama, beberapa kajian

(20)

Sintesis dan Pencirian Nanopartikel Fe3O4 dalam Hidrogel Kitosan (Agrin Febrian

Pradana)

31

(a) (b)

Gambar 3. (a) Kurva histeresis sampel pemanasan 1 jam pada variasi konsentrasi

garam, dan (b) grafik nilai saturasi magnet (Ms) yang diperoleh

(a) (b)

Gambar 4. (a) Kurva histeresis sampel pemanasan 16 jam pada variasi konsentrasi

garam, dan (b) grafik nilai saturasi magnet (Ms) yang diperoleh

Ion-ion Fe yang berdifusi ke dalam hidrogel cenderung akan menempati pori atau ruang kosong antar jejaring ini bersama-sama dengan molekul air [21]. Peningkatan konsentrasi ion Fe sampai batas tertentu akan meningkatkan jumlah ion terdifusi dan meningkatkan sifat magnetik bahan, tetapi kenaikan ini akan dibatasi oleh luas volume ruang yang tersedia serta jumlah air yang ada. Proses pengeringan dengan pemanasan hingga suhu 60

oC akan mengurangi jumlah air [22] dan juga dapat merusak fasa chitosan

(21)

32

dalam hidrogel. Pada sampel P1 dengan pemanasan 1 jam, sampel terukur dalam VSM akan mengandung lebih banyak fraksi air dan kitosan dibanding dengan sampel P16. Jumlah fraksi magnetik akan lebih rendah pada sampel P1 dibanding P16 sehingga nilai magnetisasi P1 akan lebih rendah dari P16.

Analisis lebih jauh pada sampel menunjukkan bahwa sampel P16 menjadi keras dengan tingkat kekerasan yang meningkat dengan naiknya konsentrasi dan sulit untuk dipecah menjadi unit-unit yang lebih kecil. Dapat diasumsikan bahwa dengan makin sedikitnya jumlah fraksi air, ukuran ruang pori menjadi mengkerut (shrinkage) dan hanya berisi nanopartikel magnetik

yang terjebak dalam ruang. Kondisi ini akan mengurangi derajat kebebasan nanopartikel magnetik untuk mengarahkan diri sesuai arah medan pada saat pengukuran sifat magnetik dan menurunkan nilai magnetisasi bahan pada konsentrasi yang makin tinggi.

Dibanding hasil Wang [12] dengan kandungan Fe3O4 maksimal

mencapai 13,8 % untuk konsentrasi Fe2+ 0,075 M dan Fe3+ 0,15 M, maka hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan Fe3O4 masih dapat ditingkatkan. Peningkatan dapat dilakukan dengan

menaikkan konsentrasi larutan garam dan menaikkan lama waktu pengeringan. Ragam konsentrasi larutan garam dan waktu pengeringan menunjukkan sifat magnet terbaik pada penggunaan Fe2+ 0,15 M dan Fe3+ 0,30 M serta pengeringan 16 jam (FG4-P16), yaitu sebesar 26,9 emu/gram atau setara dengan hampir 30% fraksi Fe3O4 dalam keseluruhan sampel

ferrogel (lihat Tabel 2).

Tabel 2. Nilai magnetisasi dan perhitungan fraksi Fe3O4 dalam ferrogel

Sampel

*). Dihitung dengan menggunakan persamaan dan asumsi fasa Fe 3O4 dengan magnetisasi saturasi = 92 emu/gram:

(22)

Sintesis dan Pencirian Nanopartikel Fe3O4 dalam Hidrogel Kitosan (Agrin Febrian

Pradana)

33

Ukuran Nanopartikel Fe3O4-Kitosan

Distribusi ukuran partikel diukur dengan particle size analyzer (PSA).

Sampel yang diukur adalah sampel supernatan berisi nanopartikel magnetik yang didispersikan dalam medium air de-ionisasi dan membentuk koloid. Sampel yang didispersi adalah sampel FG4 untuk masing-masing pengeringan 1 dan 16 jam. Sampel FG4 dipilih karena memiliki sifat magnet yang paling baik.

Tabel 3 menunjukkan hasil rerata dari 3 kali ulangan pengukuran ukuran partikel dengan menggunakan PSA. Sampel yang didispersikan dengan UB (RUB) memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan sampel yang didispersikan dengan UP (RUP). Ukuran yang lebih besar pada sampel RUB disebabkan lebih kecilnya energi yang digunakan untuk mendispersi sampel padatan dibandingkan energi dari kuar ultrasonik yang menggunakan gelombang energi dengan frekwensi 20 kHz.

Sampel hasil pengeringan selama 1 jam (P1) menunjukkan nilai indeks polidispersitas (PdI) yang lebih besar dibandingkan dengan sampel hasil pengeringan 16 jam (P16), baik ketika diredispersikan dengan UB maupun UP. Indeks PdI menunjukkan distribusi ukuran partikel. Sampel dengan nilai PdI lebih dari 0,7 memiliki distribusi ukuran yang sangat luas (polidispersif) [23]. Data ini menunjukkan bahwa sampel P1 masih lebih bersifat gel dan akan terpecah menjadi partikel dengan distribusi polidispersif sebanding dengan energi pemecah yang diberikan. Ukuran partikel FG4-P1 menurun secara signifikan dari 3229 nm pada proses dengan penangas ultrasonik menjadi 280 nm ketika digunakan kuar ultrasonik. Peningkatan waktu proses dengan kuar ultrasonik mungkin akan memberikan partikel yang lebih monodispersif dengan nilai PdI yang lebih kecil.

Tabel 3. Data koloid nanopartikel Fe3O4-kitosan hasil analisis dengan PSA

Sampel Z-Average Ukuran (d.nm) Indeks

(23)

34

dan dapat disimpulkan ukuran tersebut merupakan ukuran optimal dari partikel ferrogel yang terbentuk dengan pemanasan 16 jam.

Morfologi Nanopartikel Fe3O4-Kitosan

Morfologi nanopartikel Fe3O4-kitosan dianalisis dengan TEM dari

sampel supernatan FG4-P1(RUP) dan FG4-P16(RUP). Kedua sampel dipilih untuk pengukuran TEM karena mewakili sampel redispersi dengan nilai magnet yang baik. Foto TEM menunjukkan pola sebaran, bentuk dan ukuran hanya dari nanopartikel Fe3O4 karena kitosan akan tertembus oleh elektron

dan tidak akan memberi citra pada foto TEM.

Gambar 5 dan Gambar 6 menampilkan ukuran dan morfologi dari nanopartikel magnetik pada sampel FG4-P1(RUP) dan FG4-P16(RUP) untuk dua skala perbesaran 200 nm dan 20 nm per garis. Nanopartikel magnetik berukuran ~10 nm tersebar lebih rapat pada sampel P16. Ukuran nanopartikel magnetik yang diperoleh pada penelitian ini lebih kecil dibandingkan hasil penelitian Wang [13].

Nanopartikel magnetik cenderung terpisah satu sama lain dan tidak membentuk aglomerasi awal seperti yang diperoleh pada sistem nanosfer magnetik kitosan dengan penautsilang TPP [11]. Data-data ini mendukung bahasan-bahasan sebelumnya tentang terjadinya pembentukan nanopartikel tunggal dalam ruang pori hidrogel kitosan yang akan mengkerut (shrinkage)

pada proses pengeringan dengan pemanasan. Data terukur dengan PSA konsisten dengan ukuran 1 unit grup nanopartikel dalam gambaran TEM.

(a) (b)

(24)

Sintesis dan Pencirian Nanopartikel Fe3O4 dalam Hidrogel Kitosan (Agrin Febrian

Pradana)

35

(a) (b)

Gambar 6. Foto TEM sampel FG4-P16(RUP), (a) skala=200 nm, (b) skala=20 nm

Hasil Analisis Gugus Fungsi

Perubahan gugus fungsi yang terjadi pada pembentukan nanopartikel Fe3O4-kitosan diidentifikasi menggunakan spektrofotometer FTIR. Puncak

utama kitosan ditandai dengan adanya serapan di 3439 cm-1 (vibrasi regang N–H dan O–H), 2925 cm-1 (regang simetris CH3), 1666 cm-1 (vibrasi regang

C=O), 1438 cm-1 (vibrasi regang C–N), 1363 cm-1 (vibrasi tekuk CH3), 1155

cm-1 (vibrasi tekuk C–O–C), dan 1073 cm-1 (vibrasi regang C–OH) (15). Puncak khas Fe3O4 sendiri berada pada 560 cm-1 (vibrasi Fe–O) (Li et al.

2008). Spektrum FTIR kitosan (Gambar 7, warna hijau) maupun Fe3O4

(Gambar 8, warna hitam) memperlihatkan puncak-puncak khas tersebut. Interaksi kitosan dengan GLA pada sampel FG4-P1 dan FG4-P16 dibuktikan dengan adanya pergeseran bilangan gelombang pada spektrum FTIR. Serapan vibrasi N–H pada kitosan di 1573 cm-1 (Gambar 7, warna hijau) bergeser ke 1589 cm-1 (Gambar 7, warna merah dan biru). Pergeseran ini dapat disebabkan oleh interaksi gugus NH2- pada kitosan dengan gugus

aldehid [24] ataupun dengan Fe3O4 membentuk kelat (Gambar 9) [13].

Adanya interaksi tersebut menyebabkan pergeseran bilangan gelombang menjadi lebih besar. Serapan Fe–O pada Fe3O4 juga bergeser ke bilangan

gelombang yang lebih besar, dari 568 cm-1 (Gambar 8, warna hitam) menjadi 632 cm-1 (Gambar 8, warna biru dan biru). Menurut Ngo et al. [25], pergeseran bilangan gelombang Fe–O menjadi lebih besar disebabkan oleh ukuran partikel Fe3O4 yang semakin kecil. Hal ini berkorelasi dengan hasil

(25)

36

Gambar 7. Spektrum FTIR sampel nanopartikel Fe3O4-kitosan dibandingkan

dengan kitosan : (a) FG4-P1, (b) kitosan, dan (c) FG4-P16

.

Gambar 8. Spektrum FTIR sampel nanopartikel Fe3O4-kitosan: (a) FG4-P1

dan (b) FG4-P16 dibandingkan dengan (c)Fe3O4

.

Gambar 9. Ilustrasi interaksi Fe3O4 dengan kitosan [13]

600 1100

1600

T

ran

sm

itan

si

Bilangan Gelombang (cm-1) v (C–O–C) v (N–H)

v (C=N) v (C–N) v (C–O)

a b c

c b

(26)

Sintesis dan Pencirian Nanopartikel Fe3O4 dalam Hidrogel Kitosan (Agrin Febrian

Pradana)

37

KESIMPULAN

Sintesis Fe3O4 terlapisi hidrogel kitosan dengan metode iron ions

assembly memberikan hasil yang paling baik ketika digunakan konsentrasi

garam besi Fe2+ 0,15 M dan Fe3+ 0,30 M dengan pengeringan selama 16 jam. Hal ini didasarkan pada nilai magnet yang tinggi. Berdasarkan data XRD, telah terbentuk fasa Fe3O4, dibuktikan dengan adanya puncak-puncak khas

dari oksida besi magnetik tersebut. Pelapisan dengan kitosan menurunkan sifat superparamagnetik dari Fe3O4 yang dibuktikan oleh kecilnya nilai Ms

pada kurva histeresis hasil analisis dengan VSM. Pengukuran dengan PSA dan TEM menunjukkan bahwa Fe3O4 telah terlapisi oleh hidrogel kitosan

dengan ukuran nanometer. Adanya interaksi antara kitosan, glutaraldehid dan Fe3O4 juga dibuktikan dengan spektrum FTIR yang menunjukkan pergeseran

bilangan gelombang vibrasi N–H serta Fe–O dan munculnya serapan baru C=N. Dari berbagai analisis data ukuran, morfologi dan pola sebaran nanopartikel magnetik dalam kitosan dapat disimpulkan bahwa pemanasan 1 jam dan 16 jam belum memberikan sifat optimal dari ferrogel. Perlu dilakukan optimalisasi waktu antara kedua waktu tersebut untuk mendapatkan 1 unit nanopartikel magnetik terlapis hidrogel kitosan yang terpisah dari unit lainnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih atas izin dan dukungan manajemen PSTBM-BATAN. Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan penelitian PSTBM-BATAN dan dibiayai dari dana DIPA PSTBM – BATAN Tahun Anggaran 2015.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Ohno K, Mori C, Akashi T, Yoshida S, Tago Y, Tsujii Y, Tabata Y. Fabrication of contrast agens for magnetic resonance imaging from polymer-brush-afforded iron oxide magnetic nanoparticles prepared by surface-initiated living radical polymerization. Biomacromolecules 2013;14(10):3453-62.

[2]. Ulbrich K, Holá K, Šubr V, Bakandritsos A, Tuček J, Zbořil R. Targeted drug delivery with polymers and magnetic nanoparticles: Covalent and noncovalent approaches, release control, and clinical studies. Chem Rev 2016;116(9):5338–431.

(27)

38

coated magnetic nanoparticles: Preparation, surface modification for analytical and biomedical applications. Chem Commun 2016;52:7528–

40.

[4]. Wu W, Wu Z, Yu T, Jiang C, Kim W-S. Recent progress on magnetic iron oxide nanoparticles: synthesis, surface functional strategies and biomedical applications. Sci Technol Adv Mater 2015;16(2):23501. [5]. Nazari M, Ghasemi N, Maddah H, Motlagh MM. Synthesis and

characterization of maghemite nanopowders by chemical precipitation method. J Nanostructure Chem 2014;4(2):99.

[6]. Andrade ÂL, Valente MA, Ferreira JMF, Fabris JD. Preparation of size-controlled nanoparticles of magnetite. J Magn Magn Mater 2012;324(10):1753–7.

[7]. Gamucci O, Bertero A, Gagliardi M, Bardi G. Biomedical nanoparticles: Overview of their surface immune-compatibility. Coatings 2014;4(1):139–59.

[8]. Jennings JA, Wells CM, McGraw GS, Pulgarin DAV, Whitaker MD, Pruitt RL, Bumgardner JD. Chitosan coatings to control release and target tissues for therapeutic delivery. Ther Deliv 2015;6(7):855–71. [9]. Cheung RCF, Ng TB, Wong JH, Chan WY. Chitosan: An update on

potential biomedical and pharmaceutical applications. Mar Drugs 2015;13(8):5156–86.

[10]. Jonassen H, Kjøniksen AL, Hiorth M. Stability of chitosan nanoparticles cross-linked with tripolyphosphate. Biomacromolecules 2012;13(11):3747–56.

[11]. Sulungbudi GT, Karo-Karo A, Lubis WZ, Mujamilah dan Sudirman. Preparation of Chitosan Coated Magnetic Nanoparticles for Biomedical Application. Presented at The International Seminar on Magnetic Materials 2013, Batam, 24-25 Oktober 2013

[12]. Wang Y, Li B, Zhou Y, Jia D. Chitosan-induced synthesis of magnetite nanoparticles via iron ions assembly. Polym Adv Technol 2008;19:1256–61.

[13]. Wang Y, Li B, Zhou Y, Jia D. In situ mineralization of magnetite nanoparticles in chitosan hydrogel. Nanoscale Res Lett 2009;4(9):1041–6.

[14]. Mascolo MC, Pei Y, Ring TA. Room temperature co-precipitation synthesis of magnetite nanoparticles in a large ph window with different bases. Materials (Basel) 2013;6(12):5549–67.

[15]. Raut AR, Khairkar SR. Study of chitosan crosslinked with glutaraldehyde as biocomposite material. World J Pharm Res 2014;3(9):523–32.

(28)

Sintesis dan Pencirian Nanopartikel Fe3O4 dalam Hidrogel Kitosan (Agrin Febrian

Pradana)

39

step by reverse microemulsion precipitation. Int J Mol Sci. 2013;14(10):19636–50.

[17]. Raghunadh Acharyulu S, Gomathi T, Sudha PN. Synthesis and characterization of cross linked chitosan-polystyrene polymer blends. Der Pharm Lett. 2013;5(4):74–83.

[18]. Croisier F, Jérôme C. Chitosan-based biomaterials for tissue engineering. Eur Polym J. 2013;49:780–92.

[19]. Mirzaei B. E, Ramazani S. A. a., Shafiee M, Danaei M. Studies on Glutaraldehyde Crosslinked Chitosan Hydrogel Properties for Drug Delivery Systems. Int J Polym Mater. 2013;62(11):605–11.

[20]. Wang T, Gunasekaran S. State of Water in Chitosan – PVA Hydrogel. J Appl Polym Sci. 2006;101:3227–32.

[21]. Morales MA, De Souza Rodrigues EC, De Amorim ASCM, Soares JM, Galembeck F. Size selected synthesis of magnetite nanoparticles in chitosan matrix. Appl Surf Sci. 2013;275:71–4.

[22]. Li D, Huang Y, Ratinac KR, Ringer SP, Wang H. Zeolite crystallization in crosslinked chitosan hydrogels: Crystal size control and chitosan removal. Microporous Mesoporous Mater. 2008;116(1– 3):416–23.

[23]. Malvern Instruments Ltd. Zetasizer Nano User Manual MAN0485-1-1 Issue 1.1. Worcestershire: Malvern Instruments Ltd.; 2013. p. 250. [24]. Gierszewska-Drużyńska M, Ostrowska-Czubenko J. Structural and

Swelling Properties of Hydrogel Membranes Based on Chitosan Crosslinked with Glutaraldehyde and Sodium Tripolyphosphate. Prog Chem Appl Chitin its Deriv. 2015;XX:43–53.

[25]. Ngo TH, Tran DL, Do HM, Tran VH, Le VH, Nguyen XP. Facile and solvent-free routes for the synthesis of size-controllable Fe3O4

nanoparticles. Adv Nat Sci Nanosci Nanotechnol. 2010;1(3):35001. [26]. Eldin MSM, Hashem AI, Omer AM, Tamer TM. Preparation ,

Gambar

Tabel 1.  Kondisi sintesis nanopartikel magnetik Fe3O4 dalam hidrogel kitosan Sampel Lama Pengeringan
Gambar 1. Produk sintesis Ferrogel Fe3O4-kitosan: (a) sebelum diberi magnet, (b) dan sesudah diberi magnet
Gambar 3.  (a) Kurva histeresis sampel pemanasan 1 jam pada variasi konsentrasi garam, dan (b) grafik nilai saturasi magnet (Ms) yang diperoleh
Tabel 2. Nilai magnetisasi dan perhitungan fraksi Fe3O4 dalam ferrogel Sampel Magnetisasi, M Fraksi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang berhubungan dengan penyakit salah satunya dengan konsultasi ke dokter, klinik bahkan rumah sakit,

Terdapat dua kelompok utama pada struktur genetika populasi ikan malalugis biru di perairan sekitar Pulau Sulawesi, yaitu: kelompok pertama diwakili oleh populasi Selat Makassar,

Survey d.ilakukan dcngan tujuan untuk mengetahui resiko-resiko yang sering terjad.i dalam pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Surabaya, pengaruhnya terhadap performance

Dari pengamatan atau observasi yang praktikan lakukan,dalam hal Interaksi antara guru dan siswa maka praktikan nilai sudah berjalan dengan baik, hal tersebut

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam bukunya yang berjudul Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Jakarta: salemba empat, 2009 hal 162), “Aktiva tetap

Untuk mengetahui teknik permainan musik Beatbox yang disajikan oleh. komunitas Beatbox Gendang Mulut

Berbeda dengan binatang, tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi karena kemampuan dari manusia untuk belajar dan beradaptasi dengan apa yang telah dipelajarinya.

Keempat, melalui pengembangan tradisi sekolah berarti bahwa sekolah memiliki kegiatan-kegiatan baik yang sudah dilakukan secara terus menerus dari satu angkatan ke angkatan