• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gedung Pesta Batak Toba (Neo Vernakular) Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gedung Pesta Batak Toba (Neo Vernakular) Chapter III VI"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

VESKRIPSI PROYEK

3.1 Terminologi Judul

Proyek yang akan dirancang dalam tesis ini adalah suatu bangunan tempat

pelaksanaan kegiatan adat bagi masyrakat Batak Toba di kota Medan. Perancangan

bangunan ini akan melalui sebuah proses pendekatan desain, yaitu pendekatan desain

bangunan yang sejenis dari segi fungsi bangunan yang akan membantu dan menjadi

landasan untuk menghasilkan rancangan yang baik dan sesuia dengan fungsi yang

diinginkan.

3.1.1 Intepretasi Judul Proyek

Kasus yang didesain dalam tesis ini adalah “Gedung Pesta Batak Toba di

Medan”. Maka dilihat dari judul tersebut mengandung makna :

- Gedung

Bangunan tembok dan sebagainya yang berukuran besar sebagai tempat

kegiatan, seperti perkantoran, pertemuan, perniagaan, pertunjukan,

olahraga, dan sebagainya (http://kbbi.web.id/gedung). - Pesta

Perjamuan makan minum (bersuka ria dan sebagainya); perayaan

(2)

Suku Batak Toba merupakan sub atau bagian dari suku bangsa Batak

(https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak_Toba). - Medan

Adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota terbesar di luar

Pulau Jawa dan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah

Jakarta dan Surabaya(https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan).

Gedung ini merupakan bangunan komersial dengan fungsi utama sebuah

ruang serba guna yang sifat pemakaiannya insidental, artinya kegiatan yang dapat

diwadahi tidak secara rutin diselenggarakan. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat

penyelenggaraan acara-acara adat yang dikhususkan pada kegiatan pernikahan,

kematian, dan acara perkumpulan marga. Namun Selain itu, bangunan ini dapat

dipergunakan untuk berbagai jenis kegiatan, seperti konvensi, pameran,

pertemuan-pertemuan, konser musik (teater) dan berbagai jenis kegiatan lainnya dengan fasilitas

pendukung lainnya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kasus desain ini adalah

mendesain suatu bangunan sebagai tempat kegiatan pertemuan dan acara-acara suku

Batak Toba yang ada di kota Medan. Dengan fungsi sebagai gedung pertemuan maka

bangunan ini setara dengan bangunan convention dan exhibition hall.

3.1.2 Tinjauan Convention and Exhibition Hall

(3)

Convention didefinisikan sebagai pertemuan orang – orang untuk sebuah

tujuan atau untuk bertukar pikiran, berupa pendapat dan informasi dari sesuatu

perhatian atau permasalahan bersama dari sebuah kelompok. Convention pada

umumnya tentang pemberian informasi yang dikemas dalam sebuah topik dan

biasanya terdapat pameran atau eksibisi di dalamnya (Lawson, 1981).

Selain itu juga dapat diartikan sebagai kegiatan berupa pertemuan antar

kelompok (negarawan, usahawan, cendikiawan, dan sebagainya) untuk

membahas masalah – masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama

atau bertukar informasi tentang hal-hal baru untuk dibahas. Konvensi

mempunyai beberapa tipe acara yaitu (Lawson, 1981):

1. Seminar: yaitu acara untuk bertukar informasi yang dipandu oleh

profesional dan terdapat interaksi tanya jawab di dalamnya. Biasanya

dihadiri lebih dari 30 orang.

2. Workshop: pertemuan yang bertujuan untuk melatih para pemula untuk

dapat saling bertukar ilmu. Acara ini biasanya dihadiri antara 30-35 orang.

3. Simposium: adalah diskusi panel para ahli yang terdapat pula pendengar

yang berjumlah besar.

4. Panel: terdapat 2 atau lebih pembicara yang saling berdiskusi yang

dipimpin oleh moderator.

5. Forum: Suatu diskusi panel yang mempertemukan antara 2 kubu yang

(4)

6. Ceramah: yaitu dengan 1 pembicara seorang ahli yang menjelaskan tentang

materinya.

7. Institusi: yaitu terdiri dari kursus dan kegiatan tatap muka antar kelompok

untuk membahas masalah atau materi.

Exhibition adalah pertunjukan atau pameran yang dilakukan secara umum,

atau kegiatan memamerkan. Dapat diartikan bahwa Exhibition merupakan

sebuah kegiatan pameran yang dilakukan di tempat umum dan bisa

disaksikan oleh banyak orang. Selain itu juga dapat merupakan suatu

kegiatan menyebarluaskan informasi atau promosi. Exhibition punya 4

kategori (Lawson, 1981), yaitu:

1. Hotel Exhibition, biasanya terdapat di suatu tempat berupa hall pada area

hotel melalui acara konvensi

2. Consumer Exhibition dan Pameran berskala besar, acara ini dilakukan di

area khusus eksibisi atau Exhibition centre.

3. Peluncuran Produk, yaitu pameran tentang produk baru yang biasanya

dilakukan dalam skala kecil.

4. Stand Display yang acaranya bergabung dengan acara lain seperti seminar

dan sebagainya.

Kesimpulan dari uraian diatas, bahwa Convention and Exhibition Centre

adalah suatu tempat atau wadah yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan

(5)

dan lain sebagainya) dan juga tempat pameran guna mengakomodir para

pelaku kegiatan.

b. Apek Perencanaan Convention and Exhibition Hall

Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sebuah

Convention and Exhibition Hall (Lawson (1981), yaitu:

1. Lokasi

Lokasi dan pencapaian harus memenuhi beberapa syarat yaitu:

a) Lokasi berdekatan dengan jalan utama dan lalu lintas yang lancar.

b) Berdekatan dengan hotel berbintang dan perkantoran

c) Memiliki sistem lalu lintas dengan lebar jalan yang cukup lebar

d) Pintu masuk harus terlihat jelas dan mudah dikenali.

e) Pintu masuk harus mempunyai fasilitas bag drop yang dapat dilalui

mobil dan taksi.

2. Ruang dan Fasilitas

Jenis ruang dan fasilitas yang tersedia adalah sebagai berikut:

a) Ruang Convensi Utama atau auditorium, berjumlah satu atau dua

dengan kapasitas antara 1000-3000 tempat duduk.

b) Ruang konvensi sedang atau ballroom berjumlah dua atau tiga buah

dengan kapasitas 200-500 tempat duduk.

c) Ruang pertemuan berjumlah empat sampai sepuluh buah dengan

(6)

d) Exhibition hall.

e) Servis food untuk peserta konvensi.

f) Monitor televisi dan broadcasting.

g) Pelayanan pers, cenference organizer untuk delegasi.

h) Pelayanan penggandaan, printing, dan penerjemah bahasa.

i) Pelayanan recording, filming, dan publisitas.

j) Pelayanan parkir untuk delegasi (VIP) dan parkir umum.

3. Akustika

Penyelesaian kebisingan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

a) Penyelesaian kebisingan secara outdoor yaitu dengan memperpanjang

medium yang dilalui gelombang bunyi agar intensitasnya menurun.

Caranya adalah menjauhkan posisi ruangan dari jalan yang dilalui

kendaraan atau benda bising lainnya.

b) Penyelesaian kebisingan pada selubung bangunan yaitu dengan

mengatur lubang-lubang udara pada dinding yang gunanya menyerap

suara dari dalam maupun luar.

c) Penyelesaian kebisingan ruangan dengan interior yaitu dengan

menambahkan lapisan pada dinding dan langit-langit bangunan yang

dapat menyerap pada beberapa sisi dan dapat memantulkan di sisi yang

lainnya.

(7)

Convention and Exhibition Centre harus mematuhi peraturan yang

ada di daerah tersebut, antara lain:

a) Garis Sepadan Bangunan (GSB)

Dalam pasal 13 UU No. 28 tahun 2002, Garis Sepadan Bangunan

merupakan garis yang membataskan jarak bebas minimum dari sisi

terluar sebuah masa bangunan terhadap batas lahan yang dibangun.

b) Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

Adalah luas total maksimal lantai dasar bangunan dibandingkan

dengan luas lahan.

c) Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

Adalah angka perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan

terhadap luas perpetakan atau luas tapak.

d) Ketinggian Bangunan (KB)

Adalah jumlah lapis bangunan yang dihitung dari lantai dasar

bangunan ataupun dari permukaan tanah.

5. Pelaku dan Pengguna

Mengingat bahwa Convention and Exhibition Centre adalah wadah untuk

kegiatan pertemuan dan pameran. Pelaku kegiatan dibagi menjadi beberapa

jenis, antara lain:

(8)

1. Pejabat Pemerintah meliputi delegasi pemerintah baik dalam

maupun luar negeri yang mengunjungi suatu konvensi dan pameran.

Biasanya tujuan mereka datang adalah untuk membahas masalah

negara. Untuk tujuan di eksibisi biasanya untuk melihat-lihat karya

seperti produk pameran sayembara arsitektur dan lain-lain.

2. Usahawan di bidang konvensi biasanya datang dalam bentuk

seminar produk. Dan dalam bidang eksibisi datang dalam pameran

promosi produk. Tujuannya tak lain untuk memperluas koneksi

antar pengusaha dengan konsumen dan masyarakat umum serta

pengusaha lainnya.

3. Cendekiawan dan profesional meliputi ilmuan dan sebagainya,

dalam acara konvensi mereka datang guna membahas suatu

permasalah sains dan atau membagi ilmu mereka dalam seminar

dan sejenisnya. Apabila dalam kegiatan pameran, tak terlalu sering

mereka melakukan pameran, namun biasanya pameran dilakukan

berupa memamerkan karya nya seperti pameran desain arsitektur

4. Peserta umum peserta ini biasanya datang dalam acara berupa

konser pertunjukan musik maupun kebudayaan. Dalam bidang

eksibisi, mereka datang untuk sekedar melihat pameran.

(9)

1. Penyelenggara disebut Organizing Comitee yang merupakan induk

atau sponsor dari penyelenggara acara beserta kepanitiaannya.

2. Pengelola pada umumnya bangunan seperti ini dikelola oleh pihak

swasta. Mereka mengelola dalam bidang perawatan bangunan,

kelancaran operasional, dan administrasi.

6. Persyaratan Ruang

Pada convention dan eksibition hall haruslah memenuhi persyaatan ruang

berupa sebagai berikut:

a. Auditorium

Auditorium adalah tempat yang biasanya dimanfaatkan untuk

pertunjukan, seminar dan acara lain di dalamnya yang biasanya

menampung peserta yang banyak. Beberapa faktor yang

mempengaruhi dalam mendesain auditorium adalah:

1. Jumlah maksimal pengguna yang dapat ditampung.

2. Jenis kegiatan yang fleksibel sesuai dengan teknis ruangan. Misal

dapat digunakan untuk acara pertunjukan atau konser, namun di lain

waktu dapat digunakan untuk acara seminar, dan lain sebagainya.

3. Pelayanan yang digunakan dalam pre function hall seperti;

perjamuan, cofee bar, dan service.

4. Konfigurasi dan hubungan ruang sekitarnya.

(10)

6. Bentuk auditorium yang direncanakan.

Adapun bentuk auditorium dapat dibedakan menjadi beberapa jenis

berdasarkan hubungannya dengan panggung (Ham,1972), yakni :

1. 360º Encirclement

Jenis ini memiliki letak panggung yang dikelilingi oleh audiensi di

semua sudutnya. Pintu masuknya berada di bawah atau sejajar

panggung. Bentuk ini di Indonesia diaplikasikan pada

panggung-panggung tradisional seperti pendopo yang berada di tengah

(Gambar 3.1).

2. 210-220 Encirclement

Posisi tempat duduk mengelilingi 2/3 dari panggung (Gambar 3.2). Gambar 3.1 Bentuk auditorium 360 encirclement

(Ham, 1972)

(11)

3. 210-220 Encirclement

Bentuk ini digunakan pada jaman romawi kuno, posisi audience

berada tepat di depan panggung. Bentuk ini dikenal dengan sebutan

“thrust stages” 4. 90 Encirclement

Bentuk ini mirip dengan kipas, pandangan seluruh audience

terfokus pada panggung. Bentuk ini fleksibel dengan back ground

screen.

5. Zero Encirclement

Bentuk ini biasa disebut “End Stages” yang memiliki stages dikelilingi posisi audience. Bentuk ini muncul karena pilihan

struktur shell (Gambar 3.3).

Sedangkan dari segi estetika pengaturan tempat duduk, perawatan,

pembersihan, jarak pandang, dan orientasi pada audio visual, kapasitas, Gambar 3.3 Bentuk auditorium zero encirclement

(12)

dan lamanya evakuasi ketika terjadi bencana terdapat 2 sistem

penataan (Lawson, 1981), yaitu:

1. Sistem Tradisional

Tempat duduk disusun terbagi menjadi beberapa baris. Terdapat

jalur sirkulasi diantara pemisahan tempat duduknya (Gambar 3.4).

2. Sistem Kontinental

Sistem tempat duduk yang dapat mengefisiensi ruang sehingga

dapat di masuki pengunjung lebih banyak dari sistem tradisional

(Gambar 3.5).

Gambar 3.4 Sistem penataan auditorium tradisional (Lawson, 1981)

(13)

b. Banquet Hall dan Ballroom

Banquet hall adalah ruangan yang digunakan untuk kepentingan lain

dalam suatu acara. Misal untuk rapat, untuk ruang VIP atau untuk

menjamu tamu-tamu penting dalam event. Dalam mendesain Banquet

hall dan Ballroom perlu memperhatikan beberapa hal di bawah ini:

1. Lokasi

Perletakan banquett hall harus dekat dengan dapur untuk pelayanan

banquet serta dapat dilalui untuk pelayanan lobbi. Hal ini

dimaksudkan agar mengurangi keramaian dalam ruangan hall serta

dapat mendukung pelayanan untuk kebutuhan makanan dan

minuman. Bentuk dari koridor servis harus memanjang sehingga

mudah dalam mengakses makanan atau minuman.

2. Desain Banquet Hall

Desain bangquet hall dapat dibagi sesuai dengan kebutuhan. Desain

banquet hall harus menciptakan suasana menyenangkan. Untuk itu

disarankan untuk meninggikan langit-langit 4-6 meter agar hawa di

dalam ruangan sejuk, dan untuk dinding dan lantai diberi

hiasan-hiasan sesuai dengan tema atau kebudayaan setempat.

(14)

Adapun yang menjadi persyaratan perencanaan exhibition hall antara

lain:

1. Persyaratan Ruang

Dalam perhitungan luas satu stand pameran membutuhkan 15m².

Jika peserta pameran sebanyak 100 peserta, maka kebutuhan ruang

yang dibutuhkan adalah 1500 m². Pada perencanaan Exhibition

Centre disini membutuhkan ruang yang sangat besar. Dalam

gedung eksibisi besar biasanya memiliki ruang yang besar. Seperti

pada contohnya yaitu gedung eksibisi di dallas. Area ruangan

eksibisi di Dallas Convention Centre seluas 20.000m2 atau dapat

menampung sekitar 700-1000 peserta dalam satu gedung.

2. Lantai

Muatan spesifik untuk lantai permanen berkisar antara 14 sampai 17

KN/m2 (300-350 LBS/FT2). Kemudian seperti kebanyakan gedung

eksibisi, lantai harus menggunakan karpet karena karpet berguna

dalam menutup rangkaian kabel dan sebagai isolator, sehingga

mengurangi bahaya tersetrum.

3. Dinding

Beberapa tipe bahan dinding yang dapat dipakai di ruangan eksibisi

antara lain:

(15)

b. Beton datar dengan dinding plester yang di finising cat atau

vynil.

c. Dilapisi dengan lembaran -lembaran logam yang dipadu dengan

struktur beton, balok-balok atau dengan pengisian tembok.

d. Tembok dengan hiasan lampu dan peredam suara.

4. Langit-langit

Langit-langit pada hall eksibisi harus mempunyai ketinggian

minimal 5 meter. Hal ini dikarenakan pengunjung yang banyak

akan menimbulkan kepengapan dalam ruangan, sehingga butuh

sirkulasi udara yang baik.

7. Parkir Kendaraan.

Banyak contoh konfigurasi kendaraan dalam ruang parkir, namun tujuan

desain ini adalah efisiensi penggunaan lahan, pola sirkulasi yang lancar

dan aman , ketertiban dan keteraturan. Pola konfigurasi kendaraan yang

dicatat efisien, adalah sebagai berikut:

a. Ukuran dasar ruang kendaraan dalam areal parkir adalah 2.30 x5,5 m/

per kendaraan.

b. Pola konfigurasi dengan berbaris, berbanjar, miring 45º berhadapan dan

miring 45º bertolak belakang, akan menghasilkan beberapa dimensi

(16)

8. Struktural

Struktur bangunan Pusat Konvensi dan Eksibisi pada umumnya

dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti:

a. Strenghten/Kekuatan

Struktur bangunan harus kuat karena untuk keamanan juga untuk

menjadikan bangunan ini tahan lama sehingga mengurangi biaya

renovasi kerusakan.

(17)

b. Bentang

Bangunan harus menggunakan bentang lebar karena fungsi dari

gedung konvensi eksibisi adalah hall yang digunakan ntuk kegiatan

berkumpulnya suatu kelompok dalam sebuah acara. Sehingga

kehadiran kolom di tengah-tengah ruangan akan menjadi

pengganggu.

c. Keamanan

Keamanan pada struktur tidak hanya berhubungan dengan kekuatan

bangunan saja, namun juga desain struktur yang tidak

membahayakan keselamatan pengunjung seperti perletakan balok

dan kolom.

d. Tahan lama

Bangunan konvensi eksibisi ini diharuskan ekonomis, karena

penggunaannya yang tidak setiap hari. sehingga apabila bangunan itu

kuat dan berumur panjang, akan mengurangi biaya renovasi yang

tidak terasa akan merugikan pemilik dan pengelola.

Beberapa kemungkinan struktur atap modern yang memenuhi kriteria

di atas dan dapat diterapkan pada Convention Center adalah :

a. Struktur rangka ruang

Struktur rangka atau space frame menyalurkan gaya-gaya 3

(18)

menggunakan batang-batang baja yang dihubungkan satu dengan

lain sehingga membentuk rangka 3 dimensi (Schodek, 1991). Ruang

akan terbentuk dari susunan bidang yang saling terhubung satu sama

lain (Gambar 3.7).

b. Struktur kabel

Struktur atap yang menggunakan kabel baja sebagai penyalur gaya

yang tahan terhadap gaya tarik. Bentuk struktur bangunan yang ada

hanya mampu menahan gaya tarik atau sering disebut dengan form active structure (Schodek, 1991). Daya tarik yang tinggi dari baja dengan efesiensi tarik murni memungkinkan kabel baja sebagai

elemen struktur yang dapat menutup ruang secara efisien (Gambar

3.8).

(19)

c. Struktur membran/tenda

Struktur membran murni merupakan struktur atap yang menggunakan

membran tipis sebagai penutup atap yang digantung pada satu atau

beberapa buah tiang dan tepi membran ditarik dengan kuat dan

dipancangkan ke tanah sehingga membran dapat mengembang dan

menutup ruangan (Schodek, 1991). Namun sekarang ini banyak

dipergunakan struktur membran tidak murni dengan

menggabungkannya dengan rangka baja atupun dengan struktur kabel. Gambar 3.8 Struktur kabel

(20)

d. Struktur folded plate

Merupakan struktur atap yang terbentuk dari lipatan-lipatan bidang

datar dan kekakuannya terletak pada kesatuan bentuknya (Schodek,

1991). Bentuk yang dihasilkan juga cukup estetis dengan

lipatan-lipatan yang dibuat (Gambar 3.9).

e. Struktur Rangka Kaku

Struktur rangka kaku merupakan struktur yang terdiri dari atas

elemen-elemen linear, umumnya balok dan kolom yang saling

dihubungkan pada ujung-ujungnya oleh titik hubung yang dapat

mencegah rotasi relatif diantara elemen struktur yang

dihubungkannya (Schodek, 1991).

(21)

f. Struktur rangka batang

Struktur rangka ruang menyalurkan gaya-gaya 2 dimensional dalam

satu bidang dengan menggunakan batang-batang baja yang

dihubungkan satu dengan lain (Schodek, 1991).

g. Struktur busur

Struktur ini menyalurkan gaya-gaya melalui busur lengkung. Busur

lengkung tersebut dapat terbentuk dari rangka-rangka baja.

Kekuatannya didapat dari sifat kelengkungannya (baik lengkung

yang vertikal maupun horizontal) itu serta pada kekuatan titik topang

atau simpulnya, sehingga penyaluran gaya ke titik simpul merata Gambar 3.10 Berbagai bentuk struktur rangka batang

(22)

sepanjang busur. Bentang yang dapat dinaungi pun tak terbatas.

Bahan yang dapat digunakan sebagai penutup atap bermacam-macam,

dapat dengan stainless steel (Gambar 3.11).

9. Mekanikal

Dalam pendesainan mekanikal terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan sebagai berikut :

a. Sistem Penyediaan dan Distribusi Air Bersih Gambar 3.11 Berbagai bentuk struktur busur

(23)

Penyediaan air bersih dapat diperoleh dari PAM atau sumur artetis

dengan kedalaman 100 meter lebih. Pada bangunan yang cukup

tinggi ada dua macam sistem pendistribusian air bersih, yakni :

1) Down Feed System

Air bersih dari saluran PAM masuk ke dalam distribusi

bangunan dan ditampung dalam ground reservoir, dengan

menggunakan pompa air bersih dinaikkan ke reservoir pada atap

bangunan untuk selanjutnya secara gravitasi air dialirkan ke

tiap-tiap ruang yang membutuhkan.

2) Up Feed System

Air bersih dari saluran PAM masuk ke dalam distribusi bangunan

dan ditampung dalam ground reservoir, dengan menggunakan

pompa air bersih didistribusikan ke tiap-tiap lavatory.

b. Sistem Pengolahan Air Buangan

Sistem pembuangan air kotor dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Sistem pembuangan air bekas

Air bekas yang dimaksud adalah air bekas cucian pakaian,

cucian peralatan makan, atau peralatan memasak dan beberapa

macam cucian lainnya. Pipa pembuangan digunakan pipa-pipa

PVC atau pipa beton dengan diameter yang diperhitungkan

(24)

sambungan atau dihubungkan dengan pipa-pipa lain. Untuk pipa

vertikal, hubungannya menggunakan sambungan dengan sudut

lebih kecil dari 90 derajat sehingga tidak terjadi air memgalir

balik. Pembuangan air bekas ini dapat dialirkan ke saluran

lingkungan atau saluran kota.

2) Sistem pembuangan air limbah

Air limbah adalah air bekas buangan yang bercampur kotoran

atau air yang berasal dari lavatory. Saluran air limbah di tanah

atau di dasar bangunan dialirkan pada jarak sependek mungkin

dan tidak diperbolehkan membuat belokan-belokan tegak lurus,

dialirkan dengan kemiringan 0,5-1% ke dalam septictank.

Terdapat 2 macam air buangan, yaitu air kotor dan air hujan,

dengan 3 sistem buangan, antara lain:

a) Sistem Terpisah

Air kotor dan air hujan ditampung dan dialirkan oleh sistem

masing-masing secara terpisah. Pemilihan sistem ini didasarkan

atas beberapa pertimbangan antara lain:

1. Periode musim hujan dan kemarau yang lama.

2. Kuantitas yang jauh berbeda antara buangan air kotor dan air

(25)

3. Air buangan memerlukan pengolahan terlebih dahulu

sedangkan air hujan tidak perlu dan harus secepatnya dibuang

ke sungai.

b) Sistem tercampur (combined system)

Air kotor dan air hujan dialirkan melalui satu saluran yang sama.

Saluran ini harus tertutup. Pemilihan sistem ini didasarkan pada

beberapa pertimbangan, antara lain:

1. Debit masing-masing buangan relatif kecil sehingga dapat

dijadikan satu

2. Kuantitas air kotor dan air hujan tidak jauh berbeda.

3. Tingkat perbedaan curah hujan dari tahun ke tahun relatif kecil.

c) Sistem kombinasi (pseudo separate system)

Merupakan perpaduan antara saluran air kotor dan saluran air

hujan di mana pada waktu musim hujan air kotor dan air

hujan tercampur dalam s aluran air kotor, sedangkan air hujan

berfungsi sebagai pengecer dan penggelontor. Kedua saluran

ini tidak bersatu tetapi dihubungkan dengan sistem pipa

interceptor.

c. Sistem Pengelolaan Sampah

Pembuangan sampah pada Convention Center pada umumnya

(26)

masing-masing ruangan maupun bangunan, dikumpulkan pada

kantong-kantong sampah, kemudian dibuang melalui shaft

sampah yang langsung sampai ke lantai dasar, di mana terdapat

penampungan sampah. Untuk bangunan Convention Center,

biasanya karyawan kebersihan mengambil sampah dari tiap unit

ruangan konvensi dan titik-titik peletakan kantung sampah untuk

dimasukkan ke tempat penampungan sampah sementara, setelah

itu sampah-sampah tersebut akan dialihkan ke luar tapak oleh

Dinas Kebersihan Kota yang selanjutnya dibuang ke TPA.

d. Sistem Pemadaman Kebakaran

Instalasi pemadam api pada bangunan tinggi menggunakan

peralatan pemadam api instalasi tetap. Sistem deteksi awal

bahaya (Early Warning Fire Detection), yang secara otomatis memberikan alarm bahaya atau langsung mengaktifkan alat

pemadam. Terbagi atas dua bagian, yaitu system otomatis dan

sistem semi otomatis.

Pada sistem otomatis, manusia hanya diperlukan untuk menjaga

kemungkinan lain yang terjadi. Sistem deteksi awal terdiri dari :

a. Alat deteksi asap (smoke detector)

Mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan memberikan

(27)

b. Alat deteksi nyala api (flame detector)

Dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali

dengan cara menangkap sinar ultraviolet yang dipancarkan

nyala api tersebut.

c. Hidran kebakaran

Hidran kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan

kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku

air. Jumlah pemakaian hidran adalah satu buah per luasan

800m2. Hidran ini dibagi menjadi:

1. Hidran kebakaran dalam gedung.

Selang kebakaran dengan diameter antara 1,5”-2” harus

terbuat dari bahan yang tahan panas, dengan panjang

20-30 meter.

2. Hidran kebakaran di ruang luar

Hidran di ruang luar menggunakan katup pembuka dengan

diameter 4” untuk 2 kopling, diameter 6” untuk 3 kopling

dan mampu mengalirkan air 250 galon/menit atau 950

liter/menit untuk setiap kopling.

d. Sprinkler

Alat ini bekerja bila suhu udara di ruangan mencapai 60 ºC-70

(28)

menyemburkan air. Setiap sprinkler head dapat melayani luas

area 10- 20m² dengan ketinggian ruangan 3 meter. Jarak antara

dua sprinkler head biasanya 4 meter di dalam ruangan dan 6

meter di koridor. Sprinkler biasanya diletakkan di dalam

ruangan dan koridor.

e. Fire Extenghuiser

Berupa tabung yang berisi zat kimia, penempatan setiap 20-25

meter dengan jarak jangkauan seluas 200-250 cm.

f. Sistem Penangkal Petir

Penangkal petir harus dipasang pada bangunan-bangunan yang

tinggi, minimum bangunan 2 lantai (terutama yang paling tinggi

di antara sekitarnya). Ada beberapa system instalasi penangkal

petir, antara lain :

1. Sistem Konvensional atau Franklin

Batang yang runcing dari bahan copper spit dipasang paling

atas dan dihubungkan dengan batang tembaga menuju ke

elektroda yang ditanahkan. Sistem ini cukup praktis dan

biayanya murah, tetapi jangkauannya terbatas. Namun

demikian system ini merupakan penangkal petir non

radioaktif sehingga tidak membahayakan lingkungan

(29)

2. Sistem Sangkar Faraday

Sistem ini merupakan system penangkal petir yang biasa

digunakan di Indonesia. Bentuknya berupa tiang setinggi

30cm, kemudian dihubungkan dengan kawat menuju ke

ground. Memiliki jangkauan yang luas.

3. Sistem Preventor

System ini merupakan pengembangan dari sistem franklin,

dengan menambahkan alat yang dipasang pada ujung

penangkal franklin yang disebut preventor. Preventor

mengandung radio aktif yang sanggup menghasilkan ion-ion

listrik dalam jumlah besar. Ion tersebut dapat menghantarkan

listrik ke tanah. Preventor harus dipasang dengan benar,

karena berbahaya apabila pemasangannya salah.

10. Elektrikal

Dalam pendesainan mekanikal terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan sebagai berikut :

a. Sistem Penyediaan dan Distribusi Listrik

Distribusi listrik berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama.

Setelah melalui transformator (trafo), aliran tersebut

didistribusikan ke tiap-tiap unit kantor dan fasilitas, melalui

(30)

dimaksudkan untuk memudahkan monitoring). Untuk keadaan

darurat disediakan generator set yang dilengkapi dengan automatic

switch system yang secara otomatis (dalam waktu kurang dari 5

detik) akan langsung menggantikan daya listrik dari sumber utama

PLN yang terputus. Generator set mempunyai kekuatan 70% dari

keadaan normal. Perlu diperhatikan bahwa generator set ini

membutuhkan persyaratan ruang tersendiri, untuk meredam suara

dan getaran yang ditimbulkan. Biasanya untuk mereduksi getaran

dan suara ini digunakan double slab, pada ruang ini juga bisa

dilapisi dengan rockwall.

b. Sistem Komunikasi

Berdasarkan penggunaannya, system telekomunikasi dapat

dibedakan dalam dua jenis yaitu:

1) Komunikasi Internal

Komunikasi yang terjadi dalam satu bangunan. Alat

komunikasi ini antara lain intercom, handy talky (untuk

penggunaan individual dua arah). Biasanya digunakan untuk

komunikasi antar pengelola atau bagian keamanan. Untuk sistem

(31)

Komunikasi dari dan keluar bangunan alat komunikasi ini dapat

berupa telepon maupun faximile. Biasanya digunakan untuk komunikasi keluar oleh pengelola.

c. Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan udara dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Penghawaan alami

Sistem penghawaan alami dengan menggunakan system silang

(cross ventilation). Berbagai cara dapat digunakan untuk

memungkinkan ventilasi silang antara lain dengan memberikan

bukaan pada dinding bangunan yang berlawanan atau berhadapan

untuk sirkulasi udara bersih dan kotor. Digunakan pada ruang-ruang

selain unit kantor maupun ruang service seperti lavatory, gudang,

dan dapur. Untuk bangunan berbentang lebar, system penghawaan

alami digunakan untuk keadaan tertentu.

2) Penghawaan Buatan

Penghawaan buatan dapat dengan menggunakan AC (Air Conditioner) dan exhaust fan serta blower pada ruang tertentu. Penggunaannya adalah sebagai berikut:

a. AC Split atau AC Stempat

Disebut setempat karena udara yang dikondisikan hanya pada

(32)

bangunan sejenis Konvensi Eksibisi yang tergabung pada satu

gedung kurang efektif digunakan.

b. AC Sentral

Sistem ini memerlukan menara pendingin (water cooling tower) yang ditempatkan di luar bangunan. Pada bangunan ini, AC Central diletakkan di ruang-ruang public seperti arena

pertandingan, koridor, hall, lobby, dan sebagainya. Untuk

mengalirkan udara, menggunakan sistem ducting.

c. Exhaust Fan

Digunakan pada lavatory, pantry, dan dapur serta ruang – ruang

servis untuk mekanikal elektrikal.

d. Blower

Blower digunakan pada ruang generator.

Sistem AC pada gedung konvensi dan eksibisi tergantung dari

beberapa faktor antara lain (Lawson (1981): a. Skala dan Luasan

Untuk pusat kongres atau pameran yang sangat besar yang

memungkinkan adanya bukaan dalam ruangan tersebut. Luasan

ruangan akan menjadi pertimbangan dalam memilih AC dan

kekuatan AC itu. Bisa menggunakan AC split maupun Non-split.

(33)

Ketentuan yang ada biasanya digunakan untuk menentukan

jumlah minimal udara bersih yang harus dikeluarkan. Pada

ruangan mechanikal, dapur dan ruangan lain diperlukan

ventilasi yang sesuai agar menjaga ruangan tersebut tetap

fresh.

c. Biaya Operasional

Biaya dalam ha l ini adalah biasa pengoprasian AC. Sebisa

mungkin menggunakan AC dengan efektif. Disarankan untuk

menggunakan AC dengan sistem ducting karena penggunaannya

lebih efisien dan hemat energi serta biaya dari pada AC split

biasa.

d. Sistem Pencahayaan (Lighting)

Terdapat dua macam system pencahayaan yang dapat digunakan

pada Convention Center yaitu:

1) Pencahayaan alami

Dengan intensitas cahaya matahari yang besar, terang langit

dapat dimanfaatkan untuk pencahayaan pada siang hari terutama

pada ruangan Eksibisi. Sedangkan ruangan lain yang dapat

memaksimalkan penggunaan pencahayaan alami yaitu ruang

(34)

juga dapat terkena cahaya alami, sehingga menghemat penggunaan

listrik apabila tidak digunakan.

2) Pencahayaan Buatan

Diutamakan penggunaan penerangan buatan pada ruang utama

yaitu ruangan konvensi agar dapat menciptakan suasana yang

dibutuhkan pada acara. Pada umumnya, system pencahayaan ini

digunakan pada seluruh ruangan. Pada ruangan Eksibisi, untuk

menghemat energi maka digunakan sistem – sistem yang dapat

menangkap cahaya matahari di siang hari. terlebih lagi acara

eksibisi seringnya dilaksanakan di siang hari.

Sistem pencahayaan buatan dapat dibagi dua (Lawson (1981) yaitu:

a. Pencahayaan Langsung

Pemasangan pencahayaan pada langit-langit auditorium yang

berukuran besar. Umumnya menggunakan pencahayaan vertikal

dengan sudut maksimal 10 derajat.

b. Pencahayaan Tak Langsung

Bentuk pencahayaan ini biasanya melingkar juga digunakan

untuk memecah pencahayaan di daerah khusus. Pencahayaan

(35)

e. Sistem Audio Visual

Perlengkapan sound system dan audio visual yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1) Public Address sebagai sarana untuk mengumumkan informasi ke

seluruh penjuru bangunan.

2) Microphone dan speaker, yaitu alat pengeras suara yang digunakan

pada ruang utama.

3) Film Projector, yaitu alat yang digunakan untuk menampilkan

visualisasi pada suatu layar, biasanya digunakan pada auditorium.

4) OHP, sebagai alat perlengkapan untuk menampilkan presentasi pada

suatu layar pada ruang konvensi.

5) Simultaneous Interpreting System (SIS) merupakan alat untuk

menerjemahkan bahasa yang dibutuhkan pada ruang konvensi,

terutama pada ruang konvensi skala besar.

6) Audio High fidelity, yaitu alat untuk memberikan suara dan music

pada ruang konvensi.

7) CCTV, digunakan untuk memantau keamanan pada bangunan.

3.2 STUVI BANVING BANGUNAN SEJENIS

Dalam melakukan studi banding bangunan dengan fungsi sejenis, penulis

(36)

Tabel 3.1 Perbandingan studi banding bangunan sejenis lokal 3.2.1 Lokal

Dalam studi banding lokal ini diambil 3 lokasi yang merupakan yang paling

dikenalmasyarakat di kota Medan (Tabel 3.1)

Hal

Perbandingan Wisma Taman Sari Wisma Rumah Gorga Wisma HKBP Sudirman

Alamat Jl. Kapten Muslim Jl. Saudara Jl. Sudirman

(37)

Tabel 3.1 (lanjutan)

Kesimpulan studi banding lokal:

1. Permasalahan utama dari ketiga tempat tersebut adalah parkir yang tidak memadai

dan nyaman serta kondisi prasarana seperti toilet dan dapur yang tidak nyaman.

2. 2 dari 3 tempat tersebut tidak menyediakan fasilitas ruangan khusus untuk

penyewa.

3. Permasalahan tentang akustika belum teratasi pada ketiga bangunan ini.

3.2.2 Non Lokal

Pada studi banding non lokal, penulis mengambil 3 buah bangunan sejenis

sebagai berikut.

a. Marina Convention Center

Marina Convention Center merupakan salah satu fasilitas MICE

(Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) di kota Semarang yang Hal

Perbandingan Wisma Taman Sari Wisma Rumah Gorga Wisma HKBP Sudirman

Parkir kebutuhan parkir Memenuhi

Cukup namun

(38)

dibangun tahun 2013. Gedung yang memiliki kapasitas daya tampung

hingga 5000 orang ini yang terletak dikawasan Pantai Marina, Semarang

utara yang berdekatan langsung dengan bandara udara (Gambar 3.12).

Marina Convention Center ini merupakan gedung pertemuan yang dapat

dipergunakan untuk penyelenggaraan pernikahan (wedding), exhibition,

meeting, concert, anniversary, maupun party salah satu nya adalah pergelaran

Festival Film Indonesia yang diadakan pada Desember 2013 yang lalu.

Karena bangunan ini terletak di kawasan pantai maka pengunjung akan dapat

menikmati pemandangan langsung menuju laut, serta tempat akan sangat

romantis dikala malam hari. Menggunakan konsep analogi “kapal pesiar”

karena letaknya yang berada di wilayah pantai yang sangat kental dengan

suasana laut sehingga pengunjung akan dapat menikmati pemandangan

langsung menuju laut, serta lokasi ini akan sangat romantis dikala malam hari. Gambar 3.12 Marina Convention Center

(39)

adapun fasilitas yang dimiliki:

1. Ruang Konvensi: Ruangan ini berupa hall yang luas yang bisa

dimanfaatkan untuk pameran ataupun kegiatan konvensi dengan luas

kurang lebih 6000 m² dan kapasitas 5000 orang berdiri atau 3000 kursi

(Gambar 3.13).

2. Ruang Penunjang: Beberapa ruang penunjang disediakan di gedung ini

seperti front office, toilet, dan mushola.

3. Ruang Service: Terdapat beberapa ruang service sebagai pelengkap

kebutuhan beraktifitas seperti dapur, ruang genset, interpreter, locker,

lighning and sound control room, dan lain-lain nya.

4. Ruang Parkir: Kapasitas daya tampung parkir mobil yang luas mencapai

hingga 800 mobil menjadikan convention ini dapat menyelenggarakan

event-event yang berskala nasional maupun internasional (Gambar 3.14). Gambar 3.13 Interior Marina Convention Center

(40)

b. Putrajaya International Convention Center

Putrajaya International Convention Centre ialah salah satu bangunan MICE

(Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) yang terletak di kawasan

Putrajaya Malaysia. Bangunan megah terinspirasi dari Kerajaan Melayu

selesai dibangun pada tahun 2003.

Gambar 3.14 : Eksterior Marina Convention Center Sumber: http://seputarsemarang.com/marina-convention-center/

(41)

Bangunan ini sendiri dilengkapi dengan sejumlah fasilitas disediakan seperti

ruangan pameran, ruang pertemuan, ruang konferensi, lounge, galeri, ruang

perjamuan, dua restoran, outlet belanja dan basement atau tempat parkiran

bawah gedung yang mampu menampung sampai 1.200 mobil (Gambar 3.17).

Bangunan yang sangat ikonik ini mempunyai ciri bangunan yang berbentuk

melingkar serta terdapat taman intern di balik dinding kaca sehingga

memungkinkan pengunjung dapat menyaksikan keindahan taman dari dalam

(Gambar 3.17).

(42)

Kesimpulan studi banding non lokal:

1. Dari kedua studi banding non lokal ini dapat disimpulkan bahwa suatu

gedung conventional dapat digunakan untuk beragam kegiatan.

2. Massa bangunan dibentuk dari sebuah analogi bentukan suatu bentuk

yang membuat bangunan ini menjadi ikonik di lokasinya.

3. Penggunaan material modern melengkapi semua fasilitas yang disediakan

sangat baik untuk berbagai event yang akan dilaksanakan di kedua

(43)

BAB I

A

NALISA DAN KONSEP

4.1 Lokasi Proyek

Dalam suatu proyek perancangan, lokasi menjaadi bagian yang sangat penting.

Hal itu agar bangunan ini dapat termanfaatkan secara maksimal sehingga tujuan nya

dapat tercapai. Pemanfaatan bangunan secara maksimal dapat tercapai apabila

kriteria-kriteria yang ada dapat terpenuhi sehingga masyarakat dapat

menggunakannya.

4.1.1 Kritria Pemilihan Lokasi

Adapun dalam pemilihan lokasi memiliki beberapa kriteri sebagai berikut.

1. Syarat Pemilihan Lokasi Convention

Selain pemilihan lokasi menurut Lawson (1981) tentang percencanaan lokasi

dan pencapaian, tinjauan terhadap struktur kota dan fungsi khusus bangunan

juga menjadi perhatian dalam pemilihan lokasi pada penulisan ini.

2. Tinjauan Terhadap Struktur Kota

Berdasarkan RUTRK, wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan

(44)

Tabel 4.1 Wilayah Pengembangan dan Pembangunan (WPP) dan Sub Pusat Kota

WPP Kegiatan/ Fungsi

1. A Belawan dan Belawan II Kel. Belawan I lap. Golf dan Hutan

Kota

(45)

3. Syarat Khusus Fungsi

Sebagai gedung yang berfungsi sebagai tempat pelaksanaan acara adat

untuk pernikahan maka sebaiknya di pilih lokasi yang berdekatan dengan

kawasan pemukiman dan mempunyai area yang cukup luas untuk

memisahkan dengan kawasan sekitar serta berdekatan dengan rumah ibadah

sebab dalam pernikahan adat Batak Toba sangat erat hubungannya dengan

rumah ibadah (gereja). Selain itu fungsi pernikahan juga sebagai tempat

acara adat kematian untuk itu sebaiknya dipilih lokasi yeng mempunyai

akses langsung menuju jalan arteri ke luar kota. Hal ini menjadi perhatian

sebab kebiasaan suku Batak toba biasanya menguburkan sanak saudaranya

ke pemakaman keluarga yang berada di kampung halaman mereka.

4.1.2 Alternatif Lokasi

Sebagai fungsi bangunan convention budaya yang dapat dipergunakan oleh

seluruh masyrakat kota Medan terkhusus masyarakat Batak Toba sehingga

dapat juga menjadi suatu ikon kota ini untuk itu lokasi menjadi bagian penting,

dalam hal ini haruslah sesuai dengan peruntukan wilayah (WPP A) dan

syarat-syarat lainnya. Maka berikut ini penulis mengajukan 2 alternatif pilihan lokasi

sebagai berikut:

1. Lokasi Usulan 1

(46)

akses yang cukup banyak ke seluruh kota Medan. Adapun beberapa data

tentang lokasi usulan 1 ini adalah sebagai berikut:

a. Jl. G.Subroto, Kecamatan Medan Sunggal (Gambar 4.1).

b. Luas lahan ± 2,3 Ha.

c. Lebar jalan 12 meter.

2. Lokasi Usulan 2

Pada usulan lokasi 2 ini dipilih masih pada jalur primer kota Medan namun

memiliki akses langsung menuju luar kota dengan berada pada jalan lingkar

kota Medan. Adapun beberapa data tentang lokasi usulan 2 ini adalah

sebagai berikut:

a. Jl. Asrama (Ring Road), Kecamatan Medan Helvetia (Gambar 4.2).

b.Kecamatan Medan Helvetia

c. Luas lahan ± 2,3 Ha

(47)

4.1.3 Pemilihan Lokasi

Dari kedua usulan lokasi diatas perlu dipilih satu yang terbaik menjadi lokasi

gedung yang akan di rancang tersebut. Adapapun pemilihan lokasi berdasarkan

beberapa hal seperti dari sisi struktur kota, syarat fungsi bangunan dan

kriteria-kriteria lainnya. Syarat-syarat penilaian itu kemudian diberi skor/nilai

ketiap-tiap usulan lokasi berdasarkan kurang baik (1), baik (2) dan sangat baik (3) nya

lokasi tersebut atas kriteria penilaian yang ada (Tabel 4.2).

KRITERIA LOKASI - 1 LOKASI -2

Struktur Kota WPP E (2) WPP E (2)

Tingkatan Jalan Jalan Arteri (2) Jalan Arteri (2)

Pencapaian ke Lokasi

Sangat Baik, dapat diakses dari segala penjuru Medan

(3)

Sangat Baik, dapat diakses dari segala penjuru Medan.

(2) Tabel 4.2 : Penilaian lokasi

(48)

KRITERIA LOKASI - 1 LOKASI -2

Jalan yang sering di lalui oleh kendaraan besar (

truk,tranton) dari arah belawan

(1) Jalur menuju luar

kota (Toba) Mudah (2) Sangat Mudah. (3)

TOTAL NILAI 15 12

Keterangan : 1. Kurang Baik 2. Baik 3. Sangat Baik

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ususlan lokasi 1 mendapat nilai yang

lebih tinggi itu mengartikan bahwa lokasi usulan 1 dinilai lebih baik berdasarkan

kriteria-kriteria yang ada untuk menjadi lokasi perancangan pada tesis ini.

4.2 Analisa

Dalam suatu tahapan desain diperlukan adanya analisa, dimana analisa ini

merupakan penjabaran kondisi, kebutuhan serta permaslahan yang ada dalam suatu

desain. Adapaun analisa pada penulisan ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu analisa

pelaku dan kegiatan serta Analisa lokasi.

(49)

Tabel 4.3 Analisa aktifitas pesta adat Batak Toba 4.2.1 Analisa Pelaku dan Kegiatan

Analisa pelaku dan kegiatan ini merupakan proses menganalisis proses

pelaksanaan acara adat serta pelaku yang akan melaksanakannya yang dapat

dijelaskan sebagai berikut ini.

a. Deskripsi Aktifitas Adat

Dalam kegiatan adat Batak Toba baik pernikahan maupun kematian

mempunyai ritual-ritual, dimana ritual-ritual ini mempunyai makna dalam

setiap kegiatannya. Untuk itu perlu dilakukan suatu analisa terhadap

kegiatan-kegiatan tersebut (Tabel 4.3).

Fungsi Ritual/Acara Kegiatan

Pernikahan

Panomu-nomuan

Berbaris menyambut tamu disertai tarian. Para tamu berbaris memasuki gedung untuk menyalami pihak yang berpesta sambil membawa

tandok yang berisi beras atau daging. Mangalehon

dekke to pengantin

Orang tua memberikan dekke (ikan mas) kepada kedua pengantin

Pasahat Tudu-tudu

sipanganon Memberikan makanan dari ke dua keluarga

makan

Pihak catering membagikan makanan ke meja tamu yang sudah siap di mejanya masing-masing. Para tamu makan bersama dimejanya masing-masing yang diawali dengan doa makan oleh

protokol acara.

(50)

Tabel 4.3 (lanjutan)

Fungsi Ritual/Acara Kegiatan

Pernikahan

Mambagi jambar

Pihak keluarga pengantin membagi-bagikan jambar/potongan daging ke keluarga yang telah

ditentukan.

Protokol acara dari ke 2 belah pihak saling mengantarkan jambar.

Panandion Protokol dari ke 2 belah pihak bergerak menuju tempat duduk orang-orang yang berhak mendapatkan uang tersebut.

mangulosi

Para undangan dari keluarga kedua pihak memberikan ulos yang diawali dengan kata sambbutan dan disertai dengan lagu ataupun tarian.

Cattering membagikan minuman (kopi, teh manis, dll) dan makanan ( kacang,lapet, dll) ke meja para

undangan.

Para undangan menyaksikan acara sambil mengobrol dan menikmati makanan dan minuman yang telah disediakan di mejanya masing-masing. Tikir tangga Kedua belah pihak saling bertukar bawaan (beras,ikan, daging) di dalam tadok.

Olop-olop Kelompok teman sekampung memberi kata sambutan sebagai penutupan acara

Tamu non acara adat

Para undangan memasuki gedung, mengisi buku tamu, memberikan hadiah, duduk, makan, mengobrol, menyalami pengantin, berfoto dan

pulang

Kematian

Acara gereja Pemimpin agama beserta umat dan keluarga mengadakan acara ibadah.

mompo Pihak boru dari suhut memasukan mayat kedalam peti yang disaksikan oleh hula-hula dan dipimpin oleh pemimpin agama

Mandok hata

sian keluarga Anggota keluarga satu persatu memberi kesan dan pesan nya kepada almarhum. Mangaleon

(51)

Tabel 4.3 (lanjutan)

Fungsi Ritual/Acara Kegiatan

Kematian

Manjalo tumpak

Keluarga,tamu menyalami dan memberi uang yang mungkin juga diawali dengan kata sambutan dan

juga sambil marnortor/berjoget Hata

sigabe-gabe Tulang/hula-hula memberikan nasehat Manggapu Keluarga memberi ucapan terima kasih kepada tulan, hula-hula dan kepada semua yang hadir

Undangan non adat

Hadir menyalami keluarga sambil memberikan uang sumbangan, atau bisa juga mendapat satu sesi

untuk menyampaikan ucapan turut berdukacita kepada pihka keluarga.

Acara Kumpulan

Marga

Penyambutan

tamu Para pengurus menyalami para anggota yang hadir di depan pintu masuk Acara agama Acara diawali dengan acara agama berupa ibadah

Makan ditujuk untuk membagibagikan makanan kepada Makan bersama, catering/anggota yang telah seluruh yang hadir

Kata

sambutan Beberpa pihak diberi kesempatan untuk menyampaikan kata sambutannya.

Hiburan menampilkan suatu hiburan juga mungkin dapat Para anggota diberi kesempatan untuk berupa lucky draw.

Penutup seluruh yang hadir disertai dengan doa penutup. Pengurus mengucapkan terima kasih kepada

b. Deskripsi Pengguna

Suatu bangunan didesain untuk memenuhi kebutuhan penggunanya, untuk

itu diperlukan suatu analisa pengguna. Dengan mengetahui pengguna beserta

dengan jumlah penggunanya kita dapat memperhitungkan besarnya

kebutuhan ruang yang dibutuhkan. Dimana pengguna ini dibagi menjadi 3

(52)

1. Penggelola

- Owner/Pemilik/Direktur : 1orang

- Manager/Koordinator : 1orang

- Staff inventaris : 1orang

- Staff Keuangan : 1 orang

- Staff Marketing : 1orang

- Receptionist : 1 orang

- Teknisi : 2 orang

- Kebersihan : 6 orang

- Penggelola Kantin : 2 orang

- Keamanan : 2 orang

2. Penyewa Adat

a. Pernikahan

- Pengantin : 1orang

- Keluarga Pengantin Pria : 5 orang

- Keluarga Pengantin Wanita : 5 orang

- Undangan : 2000 orang

- Catering : 10 orang

- Pemusik : 10 orang

b. Kematian

(53)

- Catering : 10 orang

- Pemusik : 10 orang

c. Pungguan Marga

- Panitia : 10 orang

- Undangan : 2000 orang

- Catering : 10 orang

- Pemusik : 10 orang

3. Penyewa Non Adat

- Panitia/EO : 30 orang

- Undangan : 2000 orang

- Catering : 10 orang

- Pemusik : 10 orang

c. Deskripsi Aktifitas Pengguna

Setelah menggetahui pengguna dan jumlahnya, tahap berikutnya adalah

mencari tahu aktifitas yang mereka laksanakan selama berada di dalam

bangunan. Hal ini bertujuan agar dapat mengetahui aktifitas sehingga dari

aktifitas tersebut dapat diketahui kebutuhan ruang yang dibutuhkan untuk

aktifitas tersebut. Aktifitas-aktifitas yang terjadi di dalam bangunan tersebut

(54)

Tabel 4.4 Deskripsi aktifitas pengguna

NO PELAKU AKTIFITAS

1 Owner/Pemilik/Direktur Datang, memeriksa laporan, mengecek peralatan dan gedung

2 Manager/Koordinator mengkoordinasikan tugas, mengecek peralatan dan Datang,absensi, mengecek laporan, gedung

3 Staff Keuangan Datang, absensi, membuat laporan.

4 Staff Marketing Datang, absensi, menyusun rencana promosi, menerima tamu,menyusun agenda gedung.

5 Staff Inventaris Datang, absensi, mengecekdan menyiapkan peralatan-peralatan.

6 Receptionist Datang, absensi, menerima tamu, memberikan informasi ke pada tamu.

7 Teknisi Datang, absensi, mengecek, memperbaiki serta menyiapkan peralatan dan fasiltas gedung

8 Kebersihan Membersihkan ruang-ruang, peralatan-peralatan, taman, km/wc, dll.

9 Pengurus kantin Menggelola kantin ; membersihkan, memasak.

10 Keamanan Datang, menganti pakaian, absensi, berkeliling mengecek, jaga malam.

11 Pengantin Datang, menyambut tamu, duduk, menyalami,berfoto, bernyayi

12 Keluarga pengantin Datang, menyambut tamu, menyapa tamu, makan,menjalankan adat

13 Undangan adat Datang, menyalami keluarga acara, duduk, makan, mengobrol, minum kopi/tuak/bir, makan snack (kacang, lapet, roti)menunggu giliran adat. 14 Udangan non adat Datang, memberikan hadiah, mengisi buku hadir, duduk, makan, menyalami pengantin. 15 Keluarga duka Datang, menyalami tamu, isitrahat, menjalankan adat.

16 Undangan adat kematian Datang, meyalami keluarga duka, duduk, makan, mengobrol, minum kopi/tuak/bir, makan snack (kacang, lapet, roti)menunggu giliran adat. 17 Panitia/Pengurus pungguan marga Datang, melakukan persiapan, menyambut tamu, menjalankan acara

18 pungguan marga Undangan acara Datang, duduk, mengikuti acara

(55)

d. Pola Aktifitas Pengguna

Untuk mempermudah dalm penyusunan ruang-ruang diperlukan suatu chart

pola aktifitas dari tiap-tiap pengguna seperti dibawah ini.

1. Pemilik

2. Koordinator

3. Pegawai

Parkir

berkeliling

pulang

Datang Ruang Direktur

Gambar 4.3 Pola aktivitaspemilik

Parkir pulang

Datang Loker Ruang Kerja berkeliling

Gambar 4.4 Pola aktivitas koordinator

Parkir pulang

Datang Loker Ruang staff

(56)

4. Penerima tamu

5. Teknisi

6. Petugas kebersihan

7. Petugas Keamanan

Parkir pulang

Datang Loker R.Teknisi

Gambar 4.7 Pola aktivitas teknisi

Parkir pulang

Datang Loker R.Penerima

Gambar 4.6 Pola aktivitas penerima tamu

Mess Karyawan

Loker ruang-ruang dan membersihkan peralatan-peralatan

Gambar 4.8 : Pola aktivitas petugas kebersihan

berkeliling

Datang Loker

(57)

8. Pengelola kantin

Gambar 4.10 Pola aktivitas pengelola kantin

Datang

Main Enterance

/lobby Hall adat Panggung hall adat

Hall non adat Ruang Istirahat

KM/WC Panggung hall non adat

Parkir

Gambar 4.11 Pola aktivitas pengantin

Datang Enterance Main

/lobby Hall adat

(58)

11. Keluarga Duka

12. Undangan Acara Adat

13. Undangan Acara Non Adat Datang Enterance Main

/lobby Hall adat

R.Istirahat KM/WC

Parkir

Gambar 4.13 : Pola aktivitas keluarga duka

Datang Enterance Main

Parkir

Gambar 4.14 : Pola aktivitas undangan acara adat

Datang Main

Enterance

Parkir Panggung KM/WC

Hall adat

(59)

14. Pengurus/Panitia Kumpulan Marga

15. Panitia/Event Organizer

16. Catering

Datang Service

Enterance Dapur

Hall A

KM/WC Parkir

Hall B

Gambar 4.18 Pola aktivitas catering Datang Enterance Main

/lobby Hall adat

R.Persiapan KM/WC

Parkir

Gambar 4.16 Pola aktivitas pengurus/panitia acara kumpulan marga

Datang Enterance Main

/lobby Hall

R.Persiapan KM/WC

Parkir

(60)

Tabel 4.5 Program Ruang 17. Pemusik

e. Program Ruang

Untuk mengetahui besaran kebutuhan ruang dari setiap pengguna diatas

diperlukan suatu analisa program kebutuhan ruang (Tabel 4.5).

RUANG KAPASITAS STANDART RUANG JMLH LUAS SUMBER

(61)
(62)

4.2.2 Analisa Site

Setelah menganalisa tentang penguna beserta aktivitas nya maka masih

diperlukan adanya analisa tentang site seperti di bawah ini.

a. Data Site

Site yang terpilih adalah site usulan 1 dimana site ini memiliki data-data

sebagai berikut :

Lokasi : Jl. Gatot Subroto

Ukuran lahan : 137 m x 206 m

KDB : Maksimum 70%

KLB : 35 %

KDH : Minimum 20 %

(63)

b. Batasan Site

Site yang berada di kawasan yang cukup padat memiliki batasan:

UTARA

Pada bagian utara site berbatasan dengan berbagai fungsi bangunan seperti perdagangan, perkantoran,SPBU, Bengkel las, dll, yang dipisahkan oleh jalan G. Subroto

TIMUR

Di sisi ini berbatasan dengan

kompleks ruko Taman Tomang Elok Sei Kambing yang dibatasi oleh jalan

SELATAN

Sisi ini berbatasan dengan kompleks perumahan MURAI, yang mana berbatasan langsung dengan bagian belakang rumah-rumah di kompleks tersebut.

(64)

c. Site Terhadap Konteks Kota Medan

Site yang berada di jalur primer kota Medan tentunya memiliki nilai dan

pengaruh terhadap pusat-pusat kegiatan di sekitarnya (Gambar 4.22).

JALAN ARTERI PRIMER Jalan Utama kota Medan dengan kondisi jalan yang sangat baik.

*Menjadi jalan utama menuju pusat kota sehingga menjadi jalur evakuasi utama.

Sangat memungkinkan untuk menjadi pintu utama

PEKAN RAYA SUMATERA UTARA Pusat MICE terbesar di kota Medan.

*Sering terjadi kemacetan di sekitar lokasi apabila ada acara di sini.

Membuat alternatif pintu masuk dan keluar yang menuju lokasi ini.

PASAR SEI KAMBING

Pasar tradisional untuk kec.medan helvetia dan sunggal dengan aktifitas sepanjang hari.

*Sering menimbulkan kemacetan di persimpangan ini.

(65)

MILLENIUM PLAZA

Pusat perbelanjaan untuk kawsan medan Helvetia.

* Banyak pengunjung dari Binjai dan Sunggal menuju lokasi ini. Menguranggi volume kendaraan keluar site menuju lokasi ini, memberi alternatif pintu keluar ke arah lain.

PLAZA MEDAN FAIR Salah satu mall terbesar di kota Medan.

* Banyak masyarakat dari berbagai daerah di

kota Medan menuju lokasi ini. Menggurangi akses keluar menuju jalan primer yang menuju lokasi

UNIV.PANCA BUDI

menjadi salah satu pusat kegiatan disekitar site.

*banyak aktifitas di sekitar kawasan ini dipengaruhi oleh tempat ini. Menggurangi akses dari site menuju

lokasi ini. JALAN KOLEKTOR

Site bersinggungan dengan kelas jalan kolektor.

*Memudahkan pencapaian menuju site.

(66)

Gambar 4.24 Tata guna lahan c. Tata Guna Lahan

Kawasan sekitar site yang merupakan kawasan pada jalur primer kota

Medan memiliki fungsi bangunan yang beraneka jenis. keberagaman

tersebut menjadi bagian yang perlu dianalisis dari keadaan dan potensi yang

ada terhadap desain (Gambar 4.24).

Dari sini kita dapat melihat bahwa site dikelilinggi bangunan dengan fungsi

perdagangan dan perkantoran, hanya pada sisi selatan yang bersebelahan langsung

dengan pemukiman penduduk. Site berpotensi menjadi ponit of view atau ikon dari kawasan ini.

A

(67)

Gambar 4.25 Skyline kawasan section A e. Skyline Kawasan

Perbedaan fungsi dan ketinggian massa bangunan sekitar juga akan

mempengaruhi bentukan massa untuk itu dibantu dengan section atau

potongan kawasan sekitar (Gambar 4.25).

Dari skyline ini kita dapat memperhatikan bahwa ketinggi bangunan di bagian

timur dan barat tidak terlalu tinggi. Potensi, dapat memungkinkan massa

bangunan yang akan di desain untuk menjadi point of view untuk kawasan di

sepanjang jl. G. Subroto ini dengan bentukan massa yang berbeda dan

menempatkan massa lebih ke barat. BPKP

komp. ruko Tomang Elok lahan

kosong SITE

rumah warga

SECTION -A

(68)

Gambar 4.26 Skyline kawasan section B

Dari skyline sisi ini kita dapat melihat bahwa kawasan ini adalah kawasan yang

tidak terlalu padat, sehingga di dalam desain nya nanti diharapkan juga untuk

mendukung di lingkungan sekitar terutama pada area sebelah selatan site yang

langsung berbatasan dengan kawasan perumahan.

f. View

Analisa view dirasa perlu untuk mendukung desain nanti sebab dengan

adanya analisis ini kita dapat mengetahui kondisi serta potensi yang ada baik

dari luar ke arah site maupun dari dalam site menuju ke luar sebagai berikut

ini.

Jalan

Arteri SITE

rumah

warga perumahan komp. rumah

warga kantor & perdaga ngan

SECTION -B

(69)

Keterangan :

Positif

Negatif 1. Kedalam

Analisa view kedalam ditinjau dari keempat sisi yang terdapat disekitar

site (Gambar 4.27 dan Gambar 4.28).

SISI BARAT :

Dari sisi ini view menuju ke dalam site kurang baik, hal ini disebabkan karena apabila melihat dari sisi ini akan

dihlanggi oleh lahan kosong, namun pada sisi barat daya cukup baik sebab adanya jalan masuk ke pemukiman penduduk.

Potensi pada sisi ini dapat dijadikan menjadi sisi samping massa bangunan

SISI SELATAN :

Dari sisi ini view ke dalam sangat kurang baik sebab terhalang dengan adanya rumah-rumah masyarakat di dalam komples perumah murai.

(70)

Keterangan :

Positif

Negatif

SISI UTARA

View ke dalam sangat baik sebab terdapat jalan utama, sehingga pengunjung dari arah ini sangat mudah untuk melihat ke arah site.

Potensi sangat memungkinkan pada bagian ini menjadi bagian depan dari massa bangunan.

SISI TIMUR

View ke area site dari sisi ini baik sebab adanya jalan kompleks yang memberikan pandangan yang cukup ke dalam.

(71)

Keterangan :

Positif

Negatif

Gambar 4.29 Analisa view keluar 2. Keluar

Analisa view keluar ditinjau dari keempat sisi yang terdapat disekitar site

(Gambar 4.29 dan Gambar 4.30).

SISI BARAT

View keluar dari sisi ini kurang baik sebab merupakan tanah kosong yang tak dirawat. Potensi untuk mengguranggi bukaan pada sisi ini.

SISI SELATAN

View keluar dari sisi ini sangat kurang baik sebab merupakan bagian belakang rumah- rumah dan dinding tembok pagar perumahan.

(72)

SISI UTARA

View dari dalam site ke luar dari sisi ini sangat baik sebab langsung berhubungan dengan jalan besar dan di depannya merupakan bangunan-bangunan kantor dan perdagangan dengan kondisi yang baik.

Potensi membuat bukaan atau balkon pada sisi ini.

SISI TIMUR

View dari dalam site ke luar dari sisi ini cukup baik sebab merupakan sisi samping dari deretan ruko-ruko yang ada di kompleks Tomang Elok.

Potensi memungkinkan untuk membuat bukaan pada sisi ini.

Keterangan :

Positif

(73)

g. Sirkulasi

Site yang berada pada jalur primer diperlukan suatu analisi kondisi sirkulasi

disekitar kawasan beserta dengan potensi yang dapat mendukung (Gambar

4.31 dan Gambar 4.32). Jl. Gatot Subroto

*Jalan Primer kota Medan(aspal,lebar 8m)

*terdiri dari 2 jalur arah dan dilalui angkutan umum dengan tingkat kepadatan sedang

- Sering terjadi kepadatan di simpang pasr sei kambing.

- hanya ada satu putaran menuju pusat kota yang menimbulkan kemacetan pada pemutaran tersebut

* Sangat memungkinkan untuk menjadi akses utama menuju site.

* Sebaiknya menggurangi akses keluar ke jalan ini serta membuka pada sisi yg lain.

Jl. Komp. Tomang Elok

*Jalan Kompleks pertokoan( con block, lebar 4 m) tingkat kepadatan sepi *Jalan dari dan menuju jl. Sunggal dan menuju komp.perumahan

- Kepadatan terjadi di pintu masuk perumahan

- sesekali menjadi parkiran truk yang drop barang ke ruko-ruko

*Memungkinkan untuk menjadi akses keluar untuk menguranggi kemacetan di depan pasar seikambing.

* Sebaiknya menjauhkan pintu masuk dari jalan ini. Keterangan :

(74)

Jl. Murai

*Jalan buntu menuju kepemukiman penduduk,jalan aspal dgn lebar 4 m *tidak dilalui oleh angkutan umum,tingkat kepadatan sepi

- akses terbatas sebab merupakan jalan kecil

* Memungkinkan untuk menjadi akses services sebab melalui jalan ini dapat menuju ke jalan yang lain.

Jl. Balai Desa

*Jalan menuju jalan murai yang terdiri dari 2 jalur arah

*tidak dilalui oleh angkutan umum yang merupakanjalan aspal dengan lebar 5 m *tingkat kepadatan sepi.

- merupakan jalan yang digunkan masyrakat dari belakang.

* memungkinkan menjadi akses service

Keterangan :

(75)

h. Kebisingan

Sebagai gedung pertemuan kebisingan merupakan salah satu hal penting

yang harus dipecahkan dimana akan dibahas dala 2 bagian.

1. Dari luar kedalam

Kebisingan akan ditinjau dari keempat sisi yang terdapat disekitar site

(Gambar 4.33 dan Gambar 4.34).

UTARA *Kebisingan ke arah site yang di

timbulkan dari lalu lintas kendaraan yang melintas di jl.G.Subroto. * Sebaiknya menjuahkan massa

bangunan dari sumber suara, serta menguranggi bukaan dan pemakaian bahan-bahan yang dapat menyerap suara.

TIMUR

*Kebisingan yang timbulkan dari aktifitas di kompleks pertokoan berupa penjualan, bongkar muat serta lalu lintas kendaraan, namun tidak terlalu bising.

* direkomendasikan untuk membuat buffer berupa pepohonan pada daerah ini untuk dapat menggurangi

kebisingan serta memberi jarak yang cukup ke arah ini.

SELATAN

*tidak terlalu terjadi kebisingan dari sisi ini menuju site sebab merupakan bagian belakang dari perumahan warga. * sebaiknya memberi buffer

untuk mengguranggi kebisingan yang terjadi. BARAT

* Tidak terjadi kebisingan dari arah sisi barat barat ini sebab hanya merupakanlahan kosong.

* Dapat dimanfaatkan untuk memperluas sisi timur sebagai konsekuensi atas

(76)

2. Dari dalam ke Luar

Kebisingan akan ditinjau dari keempat sisi yang terdapat disekitar site

(Gambar 4.33 dan Gambar 4.34).

\

UTARA * Kemungkinan kebisingan yang

ditimbulkan dari site keluar tidak akan menggangu area sekitar sebab adanya jalan yang memisahkan site dengan fungsi yang merupakan perkantoran dan

perdagangan

* Sebaiknya diberi jarak yang cukup agar kebisingan yang ditimbulkan dari dalam site tidak menambah kebisingan yang ada.

TIMUR

* Kemungkinan kebisingan yang ditimbulkan dari site keluar akan menggangu area sekitar sebab merupakan area perkantoran dan perdagangan.

* Sebaiknya diberi jarak yang lebih diserta buffer berupa pepohonan agar kebisingan yang tejadi di dalam site tidak akan begitu kedengaran pada masyarakat di kompleks ruko ini.

BARAT *Kebisingan ke arah site

tidak akan mengganggu sebab hanya merupakan lahan kosong.

* Sebaiknya diberi pepohonan dipinggiran batas site sebagai buffer kebisingan.

SELATAN

* Kebisingan yang ditimbulkan dari site keluar akan sangat menggangu bagi masyrakat yang tinngal di kompleks ini.

* Sebaiknyadiberi jarak yang cukup serta penanaman pohon sebagai buffer untuk mengguranggi kebisingan yang ditimbulkan dari dalaam site serta

Gambar

Gambar 3.5  Sistem penataran auditorium kontinental
Gambar 3.6   Pola  parkir
Gambar 3.8 Struktur kabel
Gambar 3.10 Berbagai bentuk struktur rangka batang (Affandy, 2012).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan promosi Museum Linggam Cahaya di Kabupaten Lingga, mengetahui pihak-pihak yang melaksanakan promosi

Tingkat II Malang Nomor 11 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di. Lingkungan Pemerintah daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang dicabut

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, yang telah memberikan rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan, supervisi dan motivasi kerja kepala sekolah terhadap profesionalisme guru di MTsN se Kabupaten

Berkaitan dengan hal tersebut, kepala daerah dan DPRD yang tidak menyetujui bersama rancangan peraturan daerah tentang APBD sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun

Ketersediaan padi dapat dipengaruhi oleh luas panen, konsumsi beras, harga. domestik beras dan harga

Baik pihak dokter ataupun pihak rumah sakit harus menghormati hak untuk menentukan nasib sendiri ini karena dalam melakukan setiap tindakan medis seorang dokter

didalam masalah penetapan kebijaksanaan dan strategi nasional, Delegasi Pemerintah Republik Indonesia hendaknya memperhatikan dasar-dasar kebijaksanaan pemukiman yang