• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Tentang Manusia . docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal Tentang Manusia . docx"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBAHASAN MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM

DISUSUN OLEH :

ILHAM FATHONI H.1 3. ( 13 )

MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PELITA BANGSA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayat, dan anugerah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu dan benar. Selain untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah agama, tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang pembahasan manusia dalam pandangan islam.

Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada orangtua penulis atas bantuan dan dukungannya dalam mengerjakan makalah ini. Terima kasih juga kepada rekan-rekan lainnya yang tak mungkin penulis ucapkan satu per satu karena telah menghibur dan membangkitkan semangat penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap makalah ini bisa menambah pengetahuan dan penjelasan pembaca tentang manusia.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN...

A. Latar Belakang ...

B. Rumusan Makalah ... C. Tujuan Penulisan ... D. Metode Penulisan……… E. Sistematika Penulisan……….. BAB II PEMBAHASAN ...

A. Definisi &Hakikat Manusia ... B. Tujuan PenciptaaanManusia ... C. Pemahaman Tentang Fitrah...

D.Hubungan Manusia dan Agama………... E. Konsep Manusia Sempurna………

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta.Manusia hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT.Pada diri manusia terdapat perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan.Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini.Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

1.2 RUMUSAN MAKALAH

Berdasarkan latar belakang di atas timbul beberapa masalah, diantaranya: 1. Apa definisi &hakikat manusiamenurut ilmuwan barat maupun islam? 2. Apakah tujuan penciptaan manusia dalam pandangan islam ?

3. Bagaimana pemahaman tentang fitrah dalam pandangan islam ? 4. Apakah hubungan manusia dengan agamadalam pandangan islam ? 5. Bagaimana konsep manusia sempurna dalam islam?

1.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari topik ini adalah:

1. Menjelaskan perbedaan pandangan ilmuwan barat dengan ilmuwan islam tentang definisi& hakikat manusia.

2. Memahami tujuan penciptaan manusia.

(5)

4. Memahami hubungan manusia dengan agama dalam pandangan islam. 5. Menjelaskan konsep manusia sempurna dalam pandangan islam.

1.4 METODE PENULISAN

Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media media lain seperti perangkat media massa yang diambil dari internet.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

(6)

BAB 2 PEMBAHASAN .) HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah makhluk paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dan lain-lainnya.

. Hakikat Manusia MenurutFilsafat Timur (ISLAM) 1. Kelompok istilah al-basyar.

2. Kelompok istilah al-Insan 3. Kelompok istilah bani adam.

5. Secara garis besarnya, Islam memandang manusia sebagai berikut :

1. Manusia adalah makhluk mulia dan merupakan sebaik-baiknya makhluk. Firman Allah Surat Al-Israa’ : 70.

2. Allah telah mengamanatkan kekhalifahan bumi kepada manusia, sebagaimana firman Allah Surat Al-Maa’idah : 32.

3. Sesungguhnya Allah telah menciptakannya demi satu tujuan yang mulia yaitu agar manusia selalu beribadah kepada-Nya. Allah Berfirman Surat Adz-Dzaariyat : 56.

4. Manusia dipersiapkan untuk mencapai derajat kesempurnaan, sebagaimana firman Allah Syrat Al-Mujaadilah : 11 5. Manusia mempunyai kemampuan untuk belajar dan menyerap ilmu pengetahuan. Allah Berfirman Surat Al-Alaq : 3-5

5. Manusia memiliki indra yang menunjang dirinya dalam belajar dan menyerap ilmu pengetahuan. Allah berfirman Surat Al-Mulk : 23 7. Manusia memiliki kemampuan untuk membedakan dan memilih dengan mendayagunakan akalnya.Sesungguhnya manusia diberi kebebasan memilih. Allah berfirman Surat Asy-Syams : 7-8 dan Al-Balad : 10.

2.1Pengertian manusia menurut para ahliNICOLAUS D. & A. SUDIARJA

Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang

(7)

Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana”

UPANISADS

Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana ataubadan fisik  I WAYAN WATRA

Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa

OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY

Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.

ERBE SENTANU

Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain

PAULA J. C & JANET W. K

Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinanan.

Pengertian manusia menurut agama islam

Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain insaan, naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa.Al-naas berarti manusia (jama’).Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.

Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.

(8)

analitis dan mendalam. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan penelitian laboratorium sebagai perbandingan, untuk merumuskan mana yang benar bersumber dari konsep awal dari Allah dan mana yang telah mendapat pengaruh lingkungan.

Hasil peneliti Alquran yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpuannya bahwa manusia terdiri dari unsur-unsur: jasad, ruh, nafs, qalb, fikr, dan aqal.

A. Jasad

Jasad merupakan bentuk lahiriah manusia, yang dalam Alquran dinyatakan diciptakan dari tanah. Penciptaan dari tanah diungkapkan lebih lanjut melalui proses yang dimulai dari sari pati

makanan, disimpan dalam tubuh sampai sebagiannya menjadi sperma atau ovum (sel telur), yang keluar dari tulang sulbi (laki-laki) dan tulang depan (saraib) perempuan (a-Thariq: 5-7). Sperma dan ovum bersatu dan tergantung dalam rahim kandungan seorang ibu (alaqah), kemudian menjadi yang dililiti daging dan kenpmudian diisi tulang dan dibalut lagi dengan daging. Setelahnia berumur 9 (sembilan) bulan, ia lahir ke bumi dengan dorongan suatu kekuatan ruh ibu, menjadikan ia seorang anak manusia.

Meskipun wujudnya suatu jasad yang berasal dari sari pati makanan, nilai-nilai kejiwaan untuk terbentuknya jasad ini harus diperhatikan. Untuk dapat mewujudkan sperma dan ovum

berkualitas tinggi, baik dari segi materinya maupun nilainya, Alquran mengharapkan agar umat manusia selalu memakan makanan yang halalan thayyiban (Surat baqarah: 168, Surat Al-maidah 88, dan surat Al-anfal 69). Halal bermakna suci dan berkualitas dari segi nilai Allah.Sedangkan kata thayyiban bermakna bermutu dan berkualitas dari segi materinya.

B. Ruh

Ruh adalah daya (sejenis makhluk/ciptaan) yang ditiupkan Allah kepada janin dalam kandungan (Surat Al-Hijr 29, Surat As-Sajadah 9, dan surat Shaad 27) ketika janin berumur 4 bulan 10 hari. Walaupun dalam istilah bahasa dikenal adanya istilah ruhani, kata ini lebih mengarah pada aspek kejiwaan, yang dalam istilah Al-Qur’an disebut nafs.

Dalam diri manusia, ruh berfungsi untuk :

1. Membawa dan menerima wahyu (Surat As-Syuara 193) 2. Menguatkan iman (Surat Al-Mujadalah 22)

(9)

keimanannya terhadap Allah. Hal itu berarti mereka yang tidak ada usaha untuk menganalisa wahyu Allah serta tidak pula ada usaha untuk menguatkan keimanannya setiap saat berarti dia mengkhianati ruh yang ada dalam dirinya.

C.Nafs

Para ahli menyatakan manusia itu pasti akan mati. Tetapi Al-Qur’an menginformasikan bahwa yang mati itu nafsnya. Hal ini diungkapkan pada Surat Al-Anbiya ayat 35 dan Surat Al-Ankabut ayat 57, Surat Ali-Imran ayat 185. Hadist menginformasikan bahwa ruh manusia menuju alam barzah sementara jasad mengalami proses pembusukan, menjelang ia bersenyawa kembali secara sempurna dengan tanah.

Alquran menjelaskan bahwa, nafs terdiri dari 3 jenis:

1. Nafs Al-amarah (Surat Yusuf ayat 53), ayat ini secara tegas memberikan pengertian bahwa nafs amarah itu mendorong ke arah kejahatan.

2. Nafs Al-lawwamah (Surat Al-Qiyamah ayat 1-3 dan ayat 20-21) dari penjelasan ayat tersebut terlihat bahwa yang dimaksud dengan nafs lawwamah ini adalah jiwa yang condong kepada dunia dan tak acuh dengan akhirat.

3. Nafs Al-Muthmainnah (Surat Al-Fajr ayat 27-30). Nafs muthmainnah ini adalah jiwa yang mengarah ke jalan Allah untuk mencari ketenangan dan kesenangan sehingga hidup berbahagia bersama Allah.

Hakikat Manusia Menurut Pandangan Umum dan Islam

Allah SWT sebagai pencipta telah menciptakan langit dan bumi, dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya. Salah satu ciptaan Allah itu adalah manusia, yang diberi keistimewaan berupa kemampuan berpikir yang melebihi jenis makhluk lain yang sama-sama menjadi

penghuni bumi. Kemampuan berpikir itulah yang diperintahkan Allah agar dipergunakan untuk mendalami wujud atau hakikat dirinya dan tidak semata-mata dipegunakan untuk memikirkan segala sesuatu di luar dirinya.

(10)

dalam mempergunakan pikirannya selalu dilandaskan pada iman yang terarah lurus pada agama Allah SWT. Demikian pula dalam berpikir fundamental tentang hakekat atau wujud dirinya.

A. Arti Hakikat Manusia

Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu.Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu.Dikalangan tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya, karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri.Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.

Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini.Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.

Jadi hakekat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT

B. Hakekat Manusia Menurut Pandangan Umum

Pembicaraan manusia dapat ditinjau dalam berbagai perspektif, misalnya perspektif filasafat, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan spiritualitas Islam atau tasawuf, anatar lain : a. Dalam perspektif filsafat.

Disimpulkan bahwa manusia merupakan hewan yang berpikir karena memiliki nalar intelektual.Dengan nalar intelektual itulah manusia dapat berpikir, menganalisis, memperkirakan, meyimpulkan, membandingkan, dan sebagainya.Nalar intelektual ini pula yang membuat manusia dapat membedakan antara yang baik dan yang jelek, antara yang salah dan yang benar. 1. Hakekat Manusia

(11)

aliran ini antara lain Herbert Spencer, Charles Darwin, dan Konosuke Matsushita. Sebaliknya, Kreasionisme menyatakan bahwa asal usul manusia sebagaimana halnya alam semesta adalah ciptaan suatu Creative Cause atau Personality, yaitu Tuhan YME. Penganut aliran ini antara lain Thomas Aquinas dan Al-Ghazali. Memang kita dapat menerima gagasan tentang adanya proses evolusi di alam semesta termasuk pada diri manusia, tetapi tentunya kita menolak pandangan yang menyatakan adanya manusia di alam semesta semata-mata sebagai hasil evolusi dari alam itu sendiri, tanpa Pencipta.

2. Wujud dan Potensi Manusia

Wujud Manusia menurut penganut aliran Materialisme yaitu Julien de LaMettrie bahwa esensi manusia semata-mata bersifat badani, esensi manusia adalah tubuh atau fisiknya. Sebab itu, segala hal yang bersifat kejiwaan, spiritual atau rohaniah dipandangnya hanya sebagai resonansi dari berfungsinya badan atau organ tubuh. Tubuhlah yang mempengaruhi jiwa. Contoh: Jika ada organ tubuh luka muncullah rasa sakit. Pandangan hubungan antara badan dan jiwa seperti itu dikenal sebagai Epiphenomenalisme(J.D.Butler,1968). Bertentangan dengan gagasan Julien de La Metrie, menurut Plato salah seorang penganut aliran Idealisme bahwa esensi manusia bersifat kejiwaan/spiritual/rohaniah. Memang Plato tidak mengingkari adanya aspek badan, namunmenurut dia jiwa mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada badan.

b. Dalam Perspektif Ekonomi.

Dalam perspektif ekonomi, manusia adalah makhluk ekonomi, yang dalam kehidupannya tidak dapat lepas dari persoalan-persoalan ekonomi.Komunikasi interpersonal untuk memenuhi hajat-hajat ekonomi atau kebutuhan-kebutuhan hidup sangat menghiasi kehidupan mereka. c. Dalam Perspektif Sosiologi.

Manusia adalah makhluk social yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah lepas dari manusia lainnya.Bahkan, pola hidup bersama yang saling membutuhkan dan saling ketergantungan menjadi hal yang dinafikkan dalam kehidupan sehari-hari manusia.

d. Dalam Perspektif Antropologi.

Manusia adalah makhluk antropologis yang mengalami perubahan dan evolusi.Ia senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan yang dinamis.

e. Dalam Perspektif Psikologi.

(12)

C. Hakekat Manusia Menurut Pandangan Islam

Penciptaan manusia terdiri dari bentuk jasmani yang bersifat kongkrit, juga disertai pemberian sebagian Ruh ciptaan Allah swt yang bersifat abstrak. Manusia dicirikan oleh sebuah intelegensi sentral atau total bukan sekedar parsial atau pinggiran. Manusia dicirikan oleh kemampuan mengasihi dan ketulusan, bukan sekedar refles-refleks egoistis.Sedangkan, binatang, tidak mengetahui apa-apa diluar dunia inderawi, meskipun barangkali memiliki kepekaan tentang yang sakral.[4]

Manusia perlu mengenali hakekat dirinya, agar akal yang digunakannya untuk menguasai alam dan jagad raya yang maha luas dikendalikan oleh iman, sehingga mampu mengenali ke-Maha Pekasaan Allah dalam mencipta dan mengendalikan kehidupan ciptaanNya. Dalam memahami ayat-ayat Allah dalam kesadaran akan hakekat dirinya, manusia menjadi mampu memberi arti dan makna hidupnya, yang harus diisi dengan patuh dan taat pada perintah-perintah dan berusaha menjauhi larangan-larangan Allah. Berikut adalah hakekat manusia menurut pandangan Islam:

1. Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah SWT.

Hakekat pertama ini berlaku umum bagi seluruh jagat raya dan isinya yang bersifat baru, sebagai ciptaan Allah SWT di luar alam yang disebut akhirat.Alam ciptaan meupakan alam nyata yang konkrit, sedang alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib, kecuali Allah SWT yang bersifat ghaib bukan ciptaan, yang ada karena adanya sendiri.[5]

Firman Allah SWT mengenai penciptaan manusia dalam Q.S. Al-Hajj ayat 5 :

مكل نيبنل ةقلخم ريغو ةقلخم ةغضم نم مث ةقلع نم مث ةفطن نم مث بارت نم مكانقلخ اناف “Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani menjadi segumpal darah, menjadi segumpal daging yang diberi bentuk dan yang tidak berbentuk, untuk Kami perlihatkan kekuasaan Tuhanmu.”

Firman tersebut menjelaskan pada manusia tentang asal muasal dirinya, bahwa hanya manusia pertama Nabi Adam AS yang diciptakan langsung dari tanah, sedang istrinya diciptakan dari satu bagian tubuh suaminya. Setelah itu semua manusia berikutnya diciptakan melalui perantaraan seorang ibu dan dari seorang ayah, yang dimulai dari setetes air mani yang dipertemukan dengan sel telur di dalam rahim.

(13)

sedangkan alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib kecuali Allah yang bersifat ghaib bukan ciptaan yang ada karena dirinya sendiri.

2. Kemandirian dan Kebersamaan (Individualitas dan Sosialita).

Kemanunggalan tubuh dan jiwa yang diciptakan Allah SWT , merupakan satu diri individu yang berbeda dengan yang lain. setiap manusia dari individu memiliki jati diri masing - masing. Jati diri tersebut merupakan aspek dari fisik dan psikis di dalam kesatuan. Setiap individu mengalami perkembangan dan berusah untuk mengenali jati dirinya sehingga mereka menyadari bahwa jati diri mereka berbeda dengan yang lain. Firman Allah dalam Q.S. Al-A’raf 189:

ةدحاو سفن نم مكقلخ يذلا وه

“Dialah yang menciptakanmu dari satu diri”

Firman tersebut jelas menyatakan bahwa sebagai satu diri (individu) dalam merealisasikan dirinya melalui kehidupan, ternyata diantaranya terdapat manusia yang mampu mensyukurinya dan menjadi beriman.

Di dalam sabda Rasulullah SAW menjelaskan petunjuk tentang cara mewujudkan sosialitas yang diridhoiNya, diantara hadist tersebut mengatakan:

“Seorang dari kamu tidak beriman sebelum mencintai kawannya seperti mencintai dirinya sendiri” (Diriwayatkan oleh Bukhari)

“Senyummu kepada kawan adalah sedekah” (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Baihaqi) Kebersamaan (sosialitas) hanya akan terwujud jika dalam keterhubungan itu manusia mampu saling menempatkan sebagai subyek, untuk memungkinkannya menjalin hubungan manusiawi yang efektif, sebagai hubungan yang disukai dan diridhai Allah SWT.[6] Selain itu manusia merupakan suatu kaum (masyarakat) dalam menjalani hidup bersama dan berhadapan dengan kaum (masyarakat) yang lain. Manusia dalam perspektif agama Islam juga harus menyadari bahwa pemeluk agama Islam adalah bersaudara satu dengan yang lain.[7]

3. Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas.

(14)

berbentuk tuntutan memikul tanggung jawab yang lebih berat daripada makhluk-makhluk lainnya. Tanggung jawab yang paling asasi sudah dipikulkan ke pundak manusia pada saat berada dalam proses penciptaan setiap anak cucu Adam berupa janji atau kesaksian akan menjalani hidup di dalam fitrah beragama tauhid. Firman Allah Q.S. Al-A’raf ayat 172 sebagai berikut:

اندهش ىلب اولاق مكبرب تسلا مهسفنا ىلع مهدشاو مهتيرذ مهروهظ نم مدا ينب نم كبر ذخا ذاو “Dan ingat lah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian jiwa mereka, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”Mereka menjawab, “Betul Engkau Tuhan kami dan kami bersaksi.”

Kesaksian tersebut merupakan sumpah yang mengikat atau membatasi manusia sebagai individu bahwa didalam kehidupannya tidak akan menyembah selain Allah SWT. Bersaksi akan menjadi manusia yang bertaqwa pada Allah SWT. Manusia tidak bebas menyembah sesuatu selain Allah SWT, yang sebagai perbuatan syirik dan kufur hanya akan mengantarkannya menjadi makhluk yang terkutuk dan dimurkai-Nya.

Hakekat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Tetapi terdapat dua sudut pandang yang dapat digunakan untuk memahami apa hakekat manusia itu, yaitu dari pandangan umum dan pandangan agama Islam. Hakekat manusia menurut pandangan umum mempunyai arti bermacam-macam, karena tedapat berbagai ilmu dan perspektif yang memaknai hakekat manusia itu sendiri.Seperti dalam perspektif filsafat menyimpulkan bahwa manusia merupakan hewan yang berpikir karena memiliki nalar intelektual.Dalam perspektif ekonomi mengatakan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi.Perspektif Sosiologi melihat bahwa manusia adalah makhluk social yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah lepas dari manusia lainnya.Sedangkan, perspektif antropologi berpendapat manusia adalah makhluk antropologis yang mengalami perubahan dan evolusi.Dan dalam perspektif psikologi, manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa.

Hakekat manusia menurut pandangan Islam:

a. Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah SWT.

b. Kemandirian dan Kebersamaan (Individualitas dan Sosialita). c. Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas.

.)Tujuan penciptaan manusia

(15)

Menurut Al-Qur'an, alam semesta tidak diciptakan sia-sia; bahkan tiap-tiap bagian dan

elemennya diciptakan untuk tujuan tertentu. Banyak sekali ayat Al-Qur'an yang menyinggung persoalan mengenai tujuan penciptaan alam dan manusia, antara lain:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau maka hindarkanlah kami dari siksa neraka.' (QS. Alu Imran [3]: 190 – 191).

Dua ayat ini mendesak manusia untuk berpikir dan mengingatkannya bahwa observasi tanpa pemikiran tidaklah mampu mengantarkan dia kepada maksud.

Di ayat lain Allah Swt berfirman:

ىدبهب ملبثأ هأقبللخب ءتيلشب للبكأ ىطبعلأب يذبللبا انببلأرب لباقب Artinya:

Dia berkata, 'Tuhan kami ialah yang memberi kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian Dia memberi petunjuk.' (QS. Thaha [20]: 50).

Terkait pembahasan kita sekarang, ada dua pokok penting yang perlu kita perhatikan bersama dari dalam ayat ini dan juga ayat-ayat yang serupa dengannya; pertama adalah Allah Swt memberikan apa saja yang dibutuhkan secara primer kepada tiap-tiap sesuatu, dan pokok kedua adalah segala sesuatu telah diberi petunjuk oleh Allah Swt sekiranya ia menggunakan seluruh potensinya untuk melestarikan hidup dan mencapai puncak tujuan yang seyogianya.

Tujuan Manusia Diciptakan

Al-Qur'an secara khusus mensinyalir tujuan dari penciptaan manusia:

نبوعأجبرلتأ الب انبيللبإب ملكأنلبأبوب اثدببعب ملكأانبقللبخب امبنلبأب ملتأبلسبحبفبأب Artinya:

Apa kalian mengira bahwa sessungguhnya Kami menciptakan kalian sia-sia dan kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami lagi. (QS. Al-Mukminun [23]: 115).

ىددسأ كبربتليأ نأب نأاسبنإبللا بأسبحليبأب Artinya:

(16)

Ayat ini menunjukkan berapa hal:

1- Manusia tidak diciptakan secara sia-sia, melainkan dengan tujuan tertentu.

2- Manusia tidak dilepaskan begitu saja, melainkan dia diberi petunjuk, dituntun dan senantiasa diawasi.

3- Tujuan akhir dari penciptaan manusia adalah sumber keberadaan dia sendiri, yaitu Tuhan alam semesta.

Sebagian ayat Al-Qur'an mengungkapkan rahasia penciptaan secara lebih detil dan terperinci, antara lain:

Allah-lah yang telah menciptakan tujuh langit dan bumi seperti itu pula, perintah Allah berlaku padanya supaya kalian ketahui bahwa Allah itu Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu, dan

sesungguhnya Allah ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. (QS. Ath-Thalaq [65]: 12).

Ayat ini menyebutkan kesadaran manusia akan ilmu dan kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas (yakni, makrifat tentang Tuhan yang akan membentuk dimensi ilmu kesempurnaan manusia) sebagai tujuan dari penciptaan.

Yang menciptakan kematian dan kehidupan supaya Dia menguji kalian siapakah yang lebih di antara kalian amalnya? Dan Dia Maha Perkasa Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk [67]: 2). Maksud dari ujian Tuhan bukanlah penyingkapan rahasia-rahasia yang tersembunyi, melainkan adalah menyediakan sarana dan prasarana untuk mengembangkan potensi serta

(17)

3- Ibadah.

Allah Swt berfirman:

نن ُوددبدععييلن للإن سي ْإِنلعن َاُوي نل جن لعَا تد قعليخيَاميُوي

Artinya:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56).

Berdasarkan ayat ini, tujuan utama penciptaan manusia adalah ibadah kepada Allah Swt, dan dalam hal ini ada berapa hal yang perlu diperhatikan:

1- Menurut pandangan dunia Al-Qur'an, setiap gerakan dan perbuatan positif yang dilakukan dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Swt adalah

ibadah. Ibadah tidak terbatas pada ritual-ritual khusus seperti doa dan

munajat. Seluruh aktifitas ilmiah, ekonomi, politik, sosial dan lain-lain apabila seirama dengan sistem norma Ilahi dan bermotivasi Ilahi adalah ibadah, untuk itu manusia bisa senantiasa beraroma Ilahi, menyempurnakan diri dan mendekatkannya kepada Allah Swt dalam segala keadaan, seperti makan, minum, tidur, mati dan hidup:

ني يعمنليَاعيلعَا بب ري هنلللن يع تنَاميميُوي يي َاييحع ميُوي يع كن سد ْإِندُوي يع تنلي صي نل إن لع قد

Artinya:

Katakanlah, 'sesungguhnya shalatku, manasikku, hidup dan matiku (hanyalah) untuk Allah Tuhan semesta alam.' (QS. Al-An'am [6]: 162).

Namun, perlu digarisbawahi juga bahwa ibadah dalam terminologinya yang khusus; yakni ritual-ritual dan manasik tertentu seperti shalat, mempunyai kedudukan yang sangat istimewa dan penting.

2- Urgensitas perhatian terhadap filsafat ibadah tinggi sekali. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, 'Sungguh Allah Swt telah menciptakan makhluk-makhluk-Nya padahal Dia tidak butuh kepada ketaatan mereka dan tidak rugi karena kedurhakaan mereka; karena

memang kedurhakaan para pendosa sama sekali tidak membahayakan Dia, dan sebaliknya ketaatan orang-orang yang patuh sama sekali tidak memberi keuntungan kepada-Nya.'

(18)

mencapai keyakinan, kemenangan ruh atas badan, kesehatan dan

ketenangan jiwa, kekuasaan atas diri dan potensi-potensinya, pendekatan diri kepada Tuhan, basis etika, keimanan, undang-undang dan sosial, pembinaan naluri cinta kebaikan, pembangunan, pendidikan, dan lain sebagainya.

Dan jika Tuhanmu menghendaki, niscaya Dia menjadikan manusia satu umat, tetapi mereka senantiasa berselisih. Kecuali orang-orang yang memperoleh rahmat dari Tuhanmu dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. (QS. Hud [11]: 118 – 119).

Jika diteliti lebih dalam, tujuan-tujuan itu tidak saling bertentangan, sebagian darinya merupakan tujuan pengantar bagi tujuan yang selanjutnya, yakni ada tujuan awal, tujuan menengah, dan tujuan akhir.

Karena itu, berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an tersebut, tujuan diciptakannya manusia adalah pengejawantahan rahmat Ilahi dan penetapan manusia di arah kesempurnaan dan kebahagiaan yang abadi. Dan hal itu hanya bisa dicapai melalui pilihan intensional dia sendiri terhadap jalan yang terbaik dan menempuh cara ibadah kepada-Nya.

.) Definisi Fitrah & Fitrah Manusia

Secara etimologi, fitrah berasal dari kata “al-fathr” yang berarti “belahan”, dan dari makna lahir makna-makna lain adalah “penciptaan” atau “kejadian”. Ibnu Abbas memahaminya dengan arti, “”saya yang membuatnya pertama kali.”Dari pemahaman itu sehingga Ibnu Abbas menggunakan kata fitrah untuk penciptaan atau kejadian sejak awal. Sehingga Fitrah manusia adalah

kejadiannya sejak awal atau bawaan sejak lahir.1

Dalam al-Qur’an kata ini antara lain berbicara dalam konteks penciptaan manusia baik dari sisi pengakuan bahwa penciptanya Allah, maupun dari segi uraian tentang fitrah manusia. Hal itu dapat dilihat dalam Surat Ar-Rum ayat 30:

Artinya :

(19)

agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”2 (Q.S. Ar-Rum: 30)

Kata “Fitrah Allah” dalam ayat di atas, maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid.Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh

lingkungan.Selain itu, kata “fitrah” dalam ayat diatas mengandung banyak interpretasi, yaitu; 1) Fitrah yang berarti suci (thuhr), yaitu kesucian jasmani dan rohani.

2) Fitrah yang berarti Islam (dienul Islam), maksudnya adalah agama Islam.

3) Fitrah yang berarti mengakui ke-Esa-an Allah (at-tauhid), yaitu kecenderungan manusia untuk meng-Esa-kan Tuhan dan berusaha terus untuk mencari ketauhidan tersebut.

4) Fitrah yang berarti murni (al-Ikhlas), yaitu keikhlasan dalam menjalankan sesuatu yang menjadi salah satu sifat manusia.

5) Fitrah, yang berarti kondisi penciptaan manusia yang mempunyai kecenderungan untuk menerima kebenaran.

6) Fitrah yang berarti potensi dasar manusia sebagai alat untuk mengabdi dan ma’rifatullah. 7) Fitrah yang berarti ketetapan atau kejadian asal manusia mengenai kebahagiaan dan kesesatannya.

8) Fitrah yang berarti tabiat alami yang dimiliki manusia (human nature). 3

Sedangkan menurut kesimpulan Muhammad bin Asyur tentang makna fitrah dalam surat ar-Rum tersebut, adalah; Fitrah adalah bentuk dan sistem yang diwujudkan Allah pada setiap makhluk. Fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan Allah pada manusia yang berkaitan dengan jasmani dan akalnya (serta ruhnya).4 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata “fitrah” diartikan sebagai “sifat asal; bakat; pembawaan; serta perasaan keagamaan”.5 Di samping itu, kata “fitrah” dapat diartikan juga dengan “naluri”, yaitu “dorongan hati atau nafsu pembawaan yang menggerakkan untuk berbuat sesuatu”.6 Jadi, fitrah adalah sifat, watak, bakat dan perasaan kegamaan yang dibawa manusia sejak lahir. Sedangkan naluri adalah

(20)

Fitrah (Potensi) Manusia Dalam Pandangan Filsafat Pendidikan Islam

Allah SWT telah menciptakan manusia di dunia kecuali bertugas pokok untuk menyembah Khaliknya, juga bertugas untuk mengelola dan memanfaatkan kekayaan yang terdapat di bumi agar mereka dapat hidup sejahtera dan makmur lahir batin.

Manusia diciptakan Allah selain menjadi hamba-Nya, juga menjadi penguasa (khalifah) di atas bumi.Selaku hamba dan ‘khalifah’ manusia telah diberi kelengkapan jasmaniah (fisiologis) dan rohaniah (mental psikologis). Inilah yang membedakannya dengan makhluk yang lain, yang dinamakan juga dengan fitrah atau potensialnya yang harus dikembangkan secara optimal. Untuk mengembangkan potensi (fitrah) itu memerlukan pendidikan untuk mengarahkannya. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam bab berikut.

Pengertian Fitrah (Potensi) Manusia

Secara etimologi fitrah berasal dari kata fathara yang artinya ‘menjadikan’, secara terminologi fitrah adalah mencipta/menjadikan sesuatu yang sebelumnya belum ada dan merupakan pola dasar yang perlu penyempurnaan. Menurut Shanminan Zain (1986) bahwa fitrah adalah potensi laten atau kekuatan yang terpendam yang ada dalam diri manusia dibawah sejak lahir. Menurut Al Auzal (1976) fitrah adalah kesucian dalam jasmani dan rohani. Menurut Ramayulis : fitrah adalah : kemampuan dasar bagi perkembangan manusia yang dianugrahkan oleh Allah SWT yang tidak ternilai harganya dan harus dikembangkan agar manusia dapat mencapai tingkat kesempurnaan.

Dalam Al-Qur’an, dalam surat Ar-Rum ayat 30 dijelaskan, yaitu :

Artinya :“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya (sesuai dengan kecenderungan asli) itulah fitrah Allah yang Allah menciptakan manusia diatas fitrah itu tak ada perubahan atas fitrah ciptaannya. Itulah agama yang lurus namun kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.”

(21)

Jadi menurut permakalah fitrah adalah suatu kemampuan dasar yang ada pada tiap-tiap diri manusia yang perlu dikembangkan untuk mencapai perkembangan yang sempurna melalui bimbingan dan latihan.

Hakekat Fitrah (Potensi) Manusia Dalam Pandangan Filsafat Pendidikan Islam

Allah SWT telah menciptakan manusia di dunia kecuali bertugas pokok untuk menyembah khaliknya, juga bertugas untuk mengelola dan memanfaatkan kekayaan yang terdapat di bumi agar mereka dapat hidup sejahtera dan makmur lahir batin. Untuk melaksanakan fungsinya sebagai khalifah Allah membekali manusia dengan seperangkat potensi.Dalam konteks ini, maka pendidikan Islam merupakan upaya yang ditujukan ke arah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal. Sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit, dalam artian berkemampuan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, masyarakat dan lingkungan. Sebagai realisasi fungsi dan tujuan penciptaannya sebagai khalifah.

Walaupun berfikir dan bernalar diakui sebagai salah satu kemampuan dasar manusia, namun kemampuan untuk menemukan jalan kebenaran tidaklah mutlak tanpa petunjuk Ilahi, pikiran dan penalaran dalam perkembangannya memerlukan pengarahan dan latihan yang bersifat kependidikan yang sekaligus mengembangkan fungsi-fungsi kejiwaan lainnya dalam pola keseimbangan dan keserasian yang ideal.

Oleh karena itu pendidikan Islam tidak hanya menekankan pada pengajaran. Dimana orientasinya hanya kepada intelektualisasi penalaran, tetapi lebih menekankan pada pendidikan dimana sasarannya adalah pembentukan kepribadian yang utuh dan bulat maka pendidikan Islam pada hakekatnya adalah menghendaki kesempurnaan kehidupan yang tuntas sesuai dengan firman Allah dalam kitab suci Al-Qur’an

Artinya :“Wahai orang mukmin, masuklah ke dalam Islam secara total menyeluruh dan berkebulatan. (QS. Al-Baqarah : 208)

Makna Fitrah

(22)

maha, sedangkan manusia hanya diberi sebagiannya, sebagian sifat-sifat ketuhanan yang menancap pada diri manusia dan dibawanya sejak lahir itulah yang disebut fitrah.

Misalnya, Al-Alim (maha mengetahui), manusia hanya diberi kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan. Al-Rahman dan Al-Rahim (maha pengasih maha penyayang) manusia juga diberi kemampuan untuk mengasihi dan menyayangi, Al-Afuw Al-Ghafar (maha pema’af maha pengampun), manusia juga diberi kemampuan untuk mema’afkan dan mengampuni kesalahan orang lain. Al Khalik (maha pencipta) manusia juga diberi kemampuan untuk mengkrerasikan sesuatu, membudayakan alam.

Macam-Macam Fitrah

1. Potensi Fisik (Psychomotoric)

Merupakan potensi fisik manusia yang dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk berbagai kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup.

2. Potensi Mental Intelektual (IQ)

Merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya : untuk merencanakan sesuatu untuk menghitung, dan menganalisis, serta memahami sesuatu tersebut.

3. Potensi Mental Spritual Question (SP)

Merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan jiwa dan keimanan dan akhlak manusia.

4. Potensi Sosial Emosional

Yaitu merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya mengendalikan amarah, serta bertanggung jawab terhadap sesuatu.

Hubungan Fitrah Dengan Pendidikan

Sebelum kita melihat hubungan fitrah dengan pendidikan maka dilihat dulu dari segi pengertian.

a. Fitrah adalah : kemampuan dasar yang ada pada diri seseorang yang harus dikembangkan secara optimal.

(23)

Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan fitrah dengan pendidikan adalah potensi yang ada atau kemampuan jasmani dan rohaniah yang dapat dikembangkan tersebut.Pendidikan merupakan sarana (alat) yang menentukan sampai dimana tiitk optimal kemampuan-kemampuan tersebut untuk mencapainya.

Dalam sebuah hadits dapat juga dijelaskan yang diriwayatkan oleh Muslim, yaitu : Artinya :“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya yang

menjadikan dirinya beragama Yahudi atau Nasrani dan Majusi”

Keutuhan terhadap pendidikan bukan sekedar untuk mengembangkan aspek-aspek individualisasi dan sosialisasi, melainkan juga mengarahkan perkembangan kemampuan dasar tersebut kepada pola hidup yang ukhawi.Oleh karena itu diperlukan atau keharusan pendidikan.

Dengan demikian proses pendidikan Islam demi mencapai tujuan yang total, menyeluruh dan meliputi segenap aspek kemampuan manusia diperlukan landasan falsafah pendidikan yang menjangkau pengembangan potensi kemanusiannya, falsafah pendidikan yang demikian itu bercorak menyeluruh dimana iman melandasarinya. Sehingga proses pendidikan yang berwatak keagamaan mampu mengarahkan kepada pembentukan manusia yang mukmin, atau dengan filsafat pendidikan Islam bisa memikirkan perkembangannya secara mendasar, sistematik, dan rasional yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits agar berkembang secara optimal dan bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat.

Karena pendidikan yang mengarahkan ke arah perkembangan yang optimal maka pendidikan dalam mengembangkannya harus memperhatikan aspek-aspek kepentingan yang antara lain :

1) Aspek Pedagogis

Dalam hal ini manusia dipandang sebagai makhluk yang disebut ‘Homo Educondum’ yaitu makhluk yang harus didik. Inilah yang membedakannya dengan makhluk yang lain. Jadi disini pendidikan berfungsi memanusiakan manusia tanpa pendidikan sama sekali, manusia tidak dapat menjadi manusia yang sebenarnya.

2) Aspek Psikologis

(24)

kemandirian itu manusia mempunyai potensi dasar yang merupakan benih yang dapat tumbuh dan berkembang.

3) Aspek Sosiologis Dan Kultural

Aspek ini memandang bahwa manusia adalah makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat.

4) Aspek Filosofis

Aspek ini manusia adalah makhluk yang disebut ‘Homo Sapiens’ yaitu makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan.

.)Hubungan Agama Dan Manusia

Kondisi umat islam dewasa ini semakin diperparah dengan merebaknya fenomena kehidupan yang dapat menumbuhkembangkan sikap dan prilaku yang a moral atau degradasi nilai-nilai keimanannya. Fenomena yang cukup berpengaruh itu adalah :

1. Tayangan media televisi tentang cerita yang bersifat tahayul atau kemusrikan, dan film-film yang berbau porno.

2. Majalah atau tabloid yang covernya menampilkan para model yang mengubar aurat.

3. Krisis ketauladanan dari para pemimpin, karena tidak sedikit dari mereka itu justru berprilaku yang menyimpang dari nilai-nilai agama.

4. Krisis silaturahmi antara umat islam, mereka masih cenderung mengedepankan kepentingan kelompoknya (partai atau organisasi) masing-masing.

Sosok pribadi orang islam seperti di atas sudah barang tentu tidak menguntungkan bagi umat itu sendiri, terutama bagi kemulaian agama islam sebagai agama yang mulia dan tidak ada yang lebih mulia di atasnya. Kondisi umat islam seperti inilah yang akan menghambat kenajuan umat islam dan bahkan dapat memporakporandakan ikatan ukuwah umat islam itu sendiri. Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi “Rahmatan lil’alamin” maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara utuh (Khafah) tentang islam itu sendiri umat islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan takwa) tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan teknologi).

(25)

pengendalian diri, sabar, amanah, jujur, sikap altruis, sikap toleran dan saling menghormatai tidak suka menyakiti atau menghujat orang lain. Dapat juga dikatakan bahwa umat islam harus mampu menyatu padukan antara mila-nilai ibadah mahdlah (hablumminalaah) dengan ibadag ghair mahdlah (hamlumminanas) dalam rangka membangun “Baldatun thaibatun warabun ghafur” Negara yang subur makmur dan penuh pengampunan Allah SWT.

Agama sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain karena agama merupakan : a. sumber moral, b. petunjuk kebenaran, c. sumber informasi tentang masalah metafisika, dan d. bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala suka maupun duka.

a. Agama Sumber moral

Dapat disimpulkan, bahwa pentingnya agama dalam kehidupan disebabkan oleh sangat diperlukannya moral oleh manusia, padahal moral bersumber dari agama.Agama menjadi sumber moral, karena agama mengajarkan iman kepada Tuhan dan kehidupan akhirat, serta karena adanya perintah dan larangan dalam agama.

b. Agama Petunjuk Kebenaran

Sekarang bagaimana manusia mesti mencapai kebenaran? Sebagai jawaban atas pertanyaan ini Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul di berbagai masa dan tempat, sejak Nabi pertama yaitu Adam sampai dengan Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Para nabi dan Rasul ini diberi wahyu atau agama untuk disampaikan kepada manusia.Wahyu atau agama inilah agama Islam, dan ini pula sesungguhnya kebenaran yang dicari-cari oleh manusia sejak dulu kala, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal. Dapat disimpulkan, bahwa agama sangat penting dalam kehidupan karena kebenaran yang gagal dicari-carioleh manusia sejak dulu kala dengan ilmu dan filsafatnya, ternyata apa yang dicarinya itu terdapat dalam agama. Agama adalah petunjuk kebenaran.Bahkan agama itulah kebenaran, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal.

c. Agama Sumber Informasi Metafisika

(26)

agama-Nya.Dengan demikian agama adalah sumber infromasi tentang metafisika, dan karena itu pula hanya dengan agama manusia dapat mengetahui persoalan metafisika.Dengan agamalah dapat diketahui hal-hal yang berkaitan dengan alam barzah, alam akhirat, surga dan neraka, Tuhan dan sifat-sifat-Nya, dan hal-hal gaib lainnya.Dapat disimpulkan bahwa agama sangat penting bagi manusia (dan karena itu sangat dibutuhkan), karena manusia dengan akal, dengan ilmu atau filsafatnya tidak sanggup menyingkap rahasia metafisika.Hal itu hanya dapat diketahui dengan agama, sebab agama adalah sumber informasi tentang metafisika.

d. Agama pembimbing rohani bagi manusia

Dengan sabdanya ini Nabi mengajarkan, hendaknya orang beriman bersyukur kepada Allah pada waktu memperoleh sesuatu yang menggembirakan dan tabah atau sabar pada waktu ditimpa sesuatu yang menyedihkan.Bersyukur di kala sukadan sabar di kala duka inilah sikap mental yang hendaknya selalu dimiliki oleh orang beriman.Dengan begitu hidup orang beriman selalu stabil, tidak ada goncangan-goncangan, bahkan tenteram dan bahagia, inilah hal yang menakjubkan dari orang beriman seperti yang dikatakan oleh Nabi. Keadaan hidup seluruhnya serba baik.Bagaiman tidak serba baik, kalau di kala suka orang beriman itu bersyukur, padahal “ Jika engkau bersyukur akan Aku tambahi” , kata Allah sendiri berjanji (Ibrahim ayat 7). Sebaliknya, orang beriman tabah atau sabar di kala duka, padahal dengan tabah di kala duka ia memperoleh berbagai keutamaan, seperti pengampunan dari dosa-dosanya(H.R Bukhari dan Muslim), atau bahkan mendapat surga (H.R Bukhari), dan sebagainya. Bahkan ada pula keuntungan lain sebagai akibat dari kepatuhan menjalankan agama, seperti yang dikatakan oleh seorang psikiater, Dr. A.A. Brill, “Setiap orang yang betul-betul menjalankan agama, tidak bisa terkena penyakit syaraf. Yaitu penyakit karena gelisah rsau yang terus-menerus.

D. Agama Sebagai Petunjuk Tata Sosial

(27)

berbagai pihak dalam menumbuhkembangkan akhlak mulya dan menghancur leburkan faktor-faktor penyebab maraknya akhlak yang buruk.

Kami di sini tidak mampu mengisyaratkan berbagai pemikiran klasik. Tetapi, kami akan menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan pemikiran klasik menurut pendapat kami. Pada masa datangnya budaya Islam, turunnya kitab-kitab suci dan diutusnya para Rasul yang mengantarkan manusia menuju jalan kesempurnaan.Hal ini sangatlah jelas, bahwa agama adalah petunjuk Tuhan Yang Penyayang dan Pemberi Hidayat kepada manusia hingga menyampaikan manusia pada kesempurnaan yang diinginkan. Tujuan agama adalah memberikan petunjuk pada manusia, sehingga dengan kekuatan petunjuk agama akan menyampaikannya menuju ke-haribaan Ilahi. Jika demikian, maka agama adalah perantara dalam membantu tugas manusia untuk merealisasikan tujuan mulianya.Dengan dasar ini, tidaklah mungkin digambarkan bahwa bagaimana mungkin ketika agama muncul manusia menjadikan tebusan dan pengorbanan pada dirinya.Jika seandainya manusia tidak berpegang pada prinsip agama, tidak menjadikan kesempurnaan kekuatan ruh agama. Maka tidak akan menyampaikannya ke tujuan agama. Jika manusia tanpa memperdulikan petunjuk agama dan agama hanya sebagai identitas lahirnya akan menjerumuskannya ke jurang kehancuran, dan yang pantas di sebut atheis.

Dalam pandangan Islam yang murni, agama sebagai jalan kebenaran dan keselamatan.Agama sebagai jalan menyampaikan pada tujuan dan kesempurnaan realitas wujud yang paling tinggi.Agama sebagai rantai dan penyambung antara Alam Malaikat dan Alam Malakut.Agama datang, hingga menjadikan manusia yang berasal dari kedalaman tanah menuju ke singgasana langit.Agama sebagai pengobat rasa takut kita.Agama sebagai pelindung terhadap berbagai kesulitan yang mendasar dari alam natural.Agama adalah bagian penting dari kehidupan manusia. Agama yang merubah ketakutan akan mati pada manusia menjadikannya sebagai sebuah harapan kehidupan yang abadi.

.) KONSEP MANUSIA SEMPURNA (ULUL ALBAB)

(28)

Dalam Al-Quran manusia sempurna itu disebut Ulul Albab.Siapakah ulil albab itu? Dalam suratAli Imran dijelaskan siapa itu Ulul Albab. Menurut surat tersebut untuk mencetak Ulul

Albab diperlukan dua konsep utama, yaitu :

1. Cetaklah manusia agar menjadi ahli dzikir

Mengapa dakwah Islam di dunia terasa tumpul ? Khususnya di Indonesia yang semarak dakwah melawati media cetak atau media elektronik masih banyak orang berbuat kemungkaran dan kejahatan ?Kalau diibaratkan dakwah Islam itu adalah benih (bibit) yang terus menerus ditanam, padahal tanah hatinya (manusia) tidak pernah diolah dan digarap.Akhirnya benih tersebut tidak tumbuh subur dan kemungkinan benih tersebut bisa mati karena tanahnya tidak dirawat dengan baik.

Bagaimana mengolah hati tersebut ? Tidak lain caranya dan alatnya kecuali dengan dzikrullah, sehingga menjadi subur.

2. Cetaklah manusia agar menjadi ahli fikir

Seorang yang mampu mengkaji dan meneliti alam semesta.

Langit ditembus dan bumi dijelajahi.Kedua konsep itu harus dikembangkan secara seimbang, agar tidak berat sebelah.Seorang ahli fikir yang tidak mau berdzikir tentu akan bahaya, karena akan selalu kalah oleh syetan dan hatinya penuh dengan berbagai

penyakit hati. Sebaliknya orang yang berdzikir tidak mau mengembangkan daya fikirnya, maka tidak akan dirasakan rahmatnya bagi orang lain.

Ulul-albab disebut enambelas kali dalam Al-Quran. Menurut Al-Quran, ulul-albab adalah

kelompok manusia tertentu yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT.Diantara keistimewaannya ialah mereka diberi hikmah, kebijaksaan, dan pengetahuan, disamping pengetahuan yang

diperoleh mereka secara empiris:

“Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya.Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak.Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali ulul-albab.” (QS.2:269)Disebutkan pula dalam Al-Quran bahwa: “mereka adalah orang yang bisamengambil pelajaran dari sejarah umat manusia.” (QS. 12:111) Dipelajarinya sejarah berbagai bangsa, kemudian disimpulkannya satu pelajaran yang

bermanfaat, yang dapat dijadikan petunjuk dalam mengambil keputusan didalam kehidupan ini. “mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah, dan mereka itulah ulul-albab..” (QS.3:7)

- Tanda-Tanda Ulul-Albab

(29)

Tanda pertama: bersungguh-sungguh mencari ilmu, seperti disebutkan dalam Al-Quran: “Dan orang yang bersungguh-sungguh dalam ilmu pengetahuan mengembangkannya dengan seluruh tenganya, sambil berkata: ‘Kami percaya, ini semuanya berasal dari hadirat Tuhan kami,’ dan tidak mendapat peringatan seperti itu kecuali ulul-albab.” (QS.3:7)

Termasuk dalam bersungguh-sungguh mencari ilmu ialah kesenangannya menafakuri ciptaan Allah di langit dan di bumi. Allah menyebutkan tanda ulu-albab ini sebagai berikut:

“Sesungguhnya dalam proses penciptaan langit dan bumi, dalam pergiliran siang dan malam, adalah tanda-tanda bagi ulul-albab.” (QS.3:190).

Abdus Salam, seorang Muslim pemenang hadiah Nobel, berkat teori unifikasi gayayang

disusunnya, berkata, “Al-Quran mengajarkan kepada kita dua hal: tafakur dan tasyakur. Tafakur adalah merenungkan ciptaan Allah di langit dan di bumi, kemudian menangkap hukum-hukum yang terdapat di alam semesta.Tafakur inilah yang sekarang disebut sebagai science.Tasyakur ialah memenfaatkan nikmat dan karunia Allah dengan menggunakan akal pikiran, sehingga kenikmatan itu makin bertambah; dalam istilah modern, tasyakur disebut teknologi. Ulul-albab merenungkan ciptaan Allah di langit dan bumi, dan berusaha mengembangkan ilmunya sedemikian rupa, sehingga karunia Allah ini dilipatgandakan nikmatnya.”

Tanda kedua: mampu memisahkan yang jelek dari yang baik, kemudian ia pilih yang baik, walaupun ia harus sendirian mempertahankan kebaikan itu dan walaupun kejelekan itu

dipertahankan oleh sekian banyak orang.Allah berfirman: “Katakanlah, tidak sama kejelekan dan kebaikan, walaupun banyaknya kejelekan itu mencengangkan engkau. Maka takutlah kepada Allah, hai ulul-albab.” (QS.5:100)

Tanda ketiga: kritis dalam mendengarkan pembicaraan, pandai menimbang-nimbang ucapan, teori, prop[osisi atau dalil yang dikemukakan oleh orang lain:“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk dan merekaitulah ulul-albab.” (QS.39:18)

Tanda keempat: bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain untuk memperbaiki masyarakatnya: diperingatkannya mereka kalau terjadi ketimpangan,dan diprotesnya kalau terdapat ketidakadilan. Dia tidak duduk berpangku tangan di labolatorium; dia tidak senang hanya terbenam dalam buku-buku di perpustakaan; dia tampil di hadapan masyarakat, terpanggil hatinya untuk memperbaiki ketidakberesan di tengah-tengah masyarakat..

“(Al-Quran) ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan denagn dia, dan supaya mereka mengetahui bahwasannya Dia adalah Tuhan Yang Maha esa dan agar ulul-albab mengambil pelajaran.”(QS.14:52)

(30)

yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan salat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).” (QS. 13:19-22)

Tanda kelima: tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah. Berkali-kali Al-Quran menyebutkan bahwa ulul-albab hanya takut kepada Allah:

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai ulul-albab.” (QS 2:197)

“. . . maka bertakwalah kepada Allah hai ulul-albab, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS 5:179) “Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai ulul-albab.” (QS. 65:10)

- Ulul-Albab: Intelektual Plus .Sampai di sini, tampaknya seorang ulul-albab tak jauh berbeda dengan seorang intelektual; ini jika dilihat dari beberapa tanda ulul-albab yang telah disebutkan seperti: bersungguh-sungguh mempelajari ilmu, mau mempertahankankeyakinannya, dan merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya. Namun dalam ayat lain, Allah dengan jelas membedakan seorang ulul-albab dengan intelektual:

“Apakah orang yang bangun di tengah malam, lalu bersujud dan berdiri karena takut menghadapi hari akhirat, dan mengharapkan rahmat Tuhannya: samakah orang yang berilmu seperti itu dengan orang-orang yang tidak berilmu dan tidak memperoleh perinagtan seperti itu kecuali ulul-albab.” (QS. 39:9)

Dengan merujuk kepada firman Allah di atas, inilah “tanda khas” yang membedakan ulul-albab dengan ilmuwan atau intelektual lainnya.Ulul-albab rajin bangun tengah malam untuk bersujud dan ruku di hadapan Allah.Dia merintih pada waktu dini hari, mengajukan segala derita dan segala permohonan ampunan kepada Allah Swt, semata-mata hanya mengharapkan rahmat-Nya. Tanda khas yang lain disebutkan dalam Al-Quran: “Dia zikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, dalam keadaan duduk, dan keadaan berbaring.” (QS 3:191)

Kalau dapat saya simpulkan dalam satu rumus, maka ulul-albab adalah sama dengan intelektual plus ketakwaan, intelektual plus kesalehan. Di dalam diri ulul-albab berpadu sifat-sifat ilmuwan, sifat-sifat intelektual, dan sifat orang yang dekat

(31)

BAB III PENUTUP KESIMPULAN

(32)

manusia selalu ambil bagian. Kita sebagai manusia harus menjadi individu yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

Manusia tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang dijalani pasti selalu ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, oleh karena itu kita juga membutuhkan bantuan dari orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti makhluk yang lain karena manusia tidak bisa berdiri sendiri,dan mempunyai banyak keterbatasan maka dari itu mkita harus saling menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk yang diciptakan tidak ada bedanya , selain itu dalam kehidupan , manusia juga terdapat banyak aturan yang harus kita patuhi sebagai umat manusia yang memiliki agama .

DAFTAR PUSTAKA

Djatnika, Rachmat. 1996. Sistem Ethika Islam. Jakarta: pustaka panjimas.

Hasan, Aliah B purwakania .2006 .Psikologi Perkembangan Islam . Jakarta: Rajagrafindo persada.

Husnan, Djaelan, dkk. 2009. Islam Integral Membangun Kepribadian Islami. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Rachmat, Noor. 2009. Islam dan Pembentukan Akhlak Mulia. Depok: Ulinnuha press. http://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.html

Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, BandungMizan,1990

Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, Jakarta :

Rineka Cipta, 2004

https://ahmadsamantho.wordpress.com

Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta :

(33)

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat memberikan dan hidayahnya-Nya, serta memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

- Jika posisi gigi-gigi terhadap masing-masing rahangnya normal maka relasi gigi-gigi bawah terhadap gigi-gigi atas distoklusi karena gigi-gigi tersebut terletak pada rahang

Pada tahun 1870 muncul pemikiran-pemikiran baru tentang pertumbuhan ekonomi walaupun masih berlandaskan pada pemikiran-pemikiran Mazhab Klasik, yang disebut

[r]

Pendekatan PQRST dapat secara komprehensif menggali kondisi nyeri pasien , apabila pasien mengalami skala nyeri 3 ( 0-4) , keadaan ini merupakan yang perlu perawat waspadai karena

Hambatannya contohnya kemaren kasus yang terjadi pada waktu kita mau melakukan surveilans, itu ayam-ayamnya dibawa keluar, jadi kan misalnya kita lagi investigasi di RT 1

Sebagal tindak lanjut upaya mengimplementasikan UU Aparatur Sipil Negara dimana setiap ASN wajib memiliki kompetensi manajerial, kompetensi teknis dan kompetensi sosiokultural,

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kedelai, isolat protein kedelai, kedelai yang ditambahkan dekstrin, serta dua puluh produk minuman bubuk komersial berbasis