• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOL (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOL (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI

MASYARAKAT(STM) DALAM PEMBELAJARAN IPA SD TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Disusun Oleh

Syifaun Nahdiah (1815150121)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

Menurut amanat Undang-undang Dasar 1945, maka pengertian pendidikan di

sekolah dasar merupakan upaya untuk mencerdaskan dan mencetak kehidupan

bangsa yang bertaqwa, cinta dan bangga terhadap bangsa dan negara, terampil,

kreatif, berbudi pekerti yang santun serta mampu menyelesaikan permasalahan di

lingkungannya. Pendidikan di sekolah dasar merupakan pendidikan anak yang berusia

antara 7 sampai dengan 13 tahun sebagai pendidikan di tingkat dasar yang

dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah,

sosial budaya masyarakat setempat bagi siswa. Disinilah siswa sekolah dasar ditempa

berbagai bidang studi yang ke semuanya harus mampu dikuasai siswa. Salah satu

mata pelajaran yang harus dikuasai yaitu Ilmu Pengetahuan Alam. Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar merupakan salah satu mata pelajaran yang

dapat dijadikan dasar dalam pendidikan di sekolah yang diupayakan membantu

pencapaian dari tujuan penyelenggaraan pendidikan. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan

Alam dapat dikatakan berawal dari sebuah gejala alam, yaitu berupa fakta. Fakta-fakta

tersebut hendaknya dapat diamati dalam aktifitas ilmiah (proses IPA) dan dengan

prosedur serta sikap ilmiah yang digunakan untuk mengkajinya. Dari sebuah

pengamatan fakta tersebut selanjutnya dihimpun dan dicatat sebagai data kemudian

dari data itu dianalisis berdasarkan prosedur dan sikap ilmiah sehingga terbentuk

berbagai konsep, prinsip, hukum, dan teori sebagaimana yang diungkapkan oleh

Agustiana dan Tika (2013: 274).1Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan ilmu

yang mempelajari gejala-gejala alam yang meliputi mahluk hidup dan mahluk tak hidup

atau sains tentang kehidupan dan sains tentang dunia fisik. Pendidikan sains

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Oleh karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran sains

adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains

1

Hermawan Wahyu Setiadi, dkk., 2014,

(3)

dalam bentuk pengalaman langsung (Depdiknas, 2002).2 Berdasarkan beberapa

pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD

menjadi salah satu mata pelajaran penting yang dapat dijadikan dasar dalam

pendidikan di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan dan dapat dijadikan bekal

kehidupan di masyarakat. Hal tersebut dikarenakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

membahas mengenai gejala-gejala alam berdasarkan fakta-fakta yang ada di alam

berupa mahkluk hidup maupun mahkluk tak hidup.. Oleh karena itu, siswa dituntut

untuk dapat mencari tahu lebih banyak agar dapat lebih paham mengenai alam sekitar.

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, siswa perlu

dilibatkan agar dapat aktif mencari tahu lebih banyak mengenai alam sekitar dan

pembelajaran pun penjadi lebih bermakna. Pembelajaran IPA di SD dilaksanakan

berdasarkan pengalaman dan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan begitu, siswa akan

lebih paham dan tertarik untuk mencari tahu mengenai pembelajaran yang sedang

diajarkan. Kegiatan pembelajaran juga tidak akan berjalan satu arah dari guru ke siswa

saja, namun dapat terjadi 2 arah. Dalam buku Racmawati dan Daryanto (2015:144)

Woolfolk mengatakan bahwa pembelajaran bisa berlaku jika sebuah pengalaman

menghasilkan perubahan yang kekal dalam tingkah laku dan pengetahuannya.3 Dapat

disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan sebagai pembelajaran

jika siswa terlibat langsung dalam kegiatan tersebut hingga memiliki sebuah

pengalaman, pengetahuan dan perubahan tingkah laku yang dapat berguna di masa

depannya. Jadi selama kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya diam dan

mendengarkan guru menjelaskan, tetapi siswa ikut berpartisipasi dan membuat sebuah

pengalaman di hidupnya. Abidin (2013:1) juga menyatakan pembelajaran behavioristik

menempatkan siswa pada posisi kurang menguntungkan karena siswa dianggap

2

P. Rahayu, S. Mulyani, S.S. Miswadi., 2012,Pengembagan Pembelajaran IPA Terpadu

dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Base melalui Lesson Study.Jurnal Pendidikan Ipa Indonesia. Vol 1 Edisi 1. Hal 64

3

Beti Nugraheni, Stefanus C. Relmasira.2017., Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model

(4)

kurang atau bahkan sama sekali tidak memiliki potensi individual.4 Seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya, pada setiap kegiatan pembelajaran siswa harus selalu terlibat,

pulang dengan membawa oleh-oleh pengetahuan dan merasa beruntung telah

mengikuti kegiatan pembelajaran.

Untuk mendukung kegiatan pembelajaran efektif dan yang diinginkan, maka guru

harus menggunakan model atau pendekatan yang tepat. Namun dengan

berkembangnya zaman yang semakin cepat, pengaruh globalisasi memberikan dampak

sangat signifikan pada banyak bidang salah satunya pada bidang pendidikan. Maka

dari itu, sebuah kurikulum hendaknya dapat dikemas sesuai dengan tuntutan dari

perubahan yang bersifat universal yakni perubahan dalam kehidupan lokal, nasional

maupun kehidupan global. Pada kenyataannya, masih banyak kesalahan yang

dilakukan oleh guru dalam mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam. Menurut Hermawan

Wahyu Setiadi,dkk (2014) berdasarkan penelitiannya, pembelajaran IPA pada saat ini

masih menggunakan pola interaksi secara klasikal, siswa secara keseluruhan hanya

berinteraksi dengan guru yang bertugas menjadi penyaji materi. Pembelajaran di kelas

masih menekankan pada keterampilan untuk menyelesaikan soal-soal yang ada di

buku paket dan lembar kerja siswa (LKS). Lalu, pembelajaran di kelas belum

memberikan rangsangan dalam hal kebebasan siswa untuk mengungkapkan pendapat

dan berdiskusi dengan teman sejawatnya mengenai hal-hal atau permasalahan yang

dihadapi di lingkungan siswa, sehingga kemampuan untuk berpikir kritis terhadap

permasalahan yang muncul di lingkungan tidak dikembangkan dengan baik pada

proses pembelajaran. Kemudian, pembelajaran selama ini belum memberikan

pemahaman yang bermakna terhadap dampak perkembangan teknologi pada siswa

karena guru hanya berpacu pada buku ajar saja tanpa mendatangkan permasalahan ke

dalam pembelajaran di kelas, sehingga dampak yang nyata adalah siswa tidak melek

teknologi, hal ini seharusnya perlu dikembangkan pada pembelajaran IPA karena pada

mata pelajaran ini mampu untuk dihadapkan dan dikaitkan dengan isu atau

permasalahan yang berkembang di lingkungan, sehingga pemahaman siswa tidak

4

Beti Nugraheni, Stefanus C. Relmasira.2017., Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model

(5)

hanya konsep, prinsip dan fakta-fakta akan tetapi, dapat memahami dari aplikasi

konsep dan solusi ketika menghadapi permasalahan. Pembelajaran hanya berorientasi

pada target untuk menyelesaikan materi dalam kurikulum. Dalam kegiatan ini guru

hanya mengejar materi yang ada dalam kurikulum agar dapat habis disajikan di kelas

sebelum ujian dilaksanakan dengan harapan setelah materi dijelaskan dengan cepat

maka siswa dapat menyelesaikan soal-soal ujian.5

Dengan demikian, salah satu alternatif pendekatan yang dapat digunakan untuk

melaksanakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar yang terkait

dengan sains dan masyarakat adalah pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM).

Model pembelajaran ini menjawab tantangan pembelajaran sains saat ini yang perlu

menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat

mengantisipasi masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan sains dan teknologi.

Menurut Gunarto dan Hidayah (2014), Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)

merupakan pembelajaran yang menggunakan isu-isu tentang sains dan teknologi

terbaru yang berkembang di masyarakat. Pendekatan sains teknologi masyarakat

(STM) merupakan suatu pendekatan yang memadukan antara sains, teknologi dan isu

teknologi yang ada di masyarakat (Mas’ud, 2014). Menurut Riastuti (2015), pada

pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) siswa dihadapkan pada suatu masalah

yang terjadi di lingkungan sekitar sebagai akibat dari pengembangan atau penggunaan

teknologi yang meresahkan kehidupan masyarakat untuk selanjutnya siswa diajak

untuk mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan dasar

atau menerapkan prinsip-prinsip sains6. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat

disimpulkan bahwa Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) adalah suatu

pendekatan atau model pembelajaran yang mengaitkan sains dengan teknologi yang

berkembang pada saat ini dengan berbagai permasalahn-permasalahan yang terjadi di

sekitar masyarakat. Dengan demikian siswa dapat menerapkan pengetahuan yang

didapat melalui STM ke dalam kehidupan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Sains

5

Hermawan Wahyu Setiadi, dkk., 2014,

Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 2 Denpasar. Vol.4. Hal.3. Ibid

6

Safrina Junita, dkk., 2016, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) Untuk

(6)

Teknologi Masyarakat (STM) memiliki langkah-langkah atau tahap pembelajaran yang

sudah baku. Poedjiadi (2005) membagi langkah STM ke dalam lima langkah, yaitu: (1)

invitasi, (2) pengembangan konsep, (3) aplikasi konsep dalam kehidupan, (4)

pemantapan konsep, dan (5) evaluasi.7

Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dinilai dapat menumbuhkan

sikap berpikir kritis siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan dalam

kegiatannya, siswa dituntut untuk mencari solusi dari permasalahan-permasalahan

yang ada sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam Pendekatan Sains

Teknologi Masyarakat (STM). Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir

evaluatif yang memperlihatkan kemampuan orang dalam melihat kesenjangan antara

kenyataan dan kebenaran dengan mengacu kepada hal-hal ideal, serta mampu

menganalisis dan mengevaluasi serta mampu membuat tahapan-tahapan pemecahan

masalah, mampu menerapkan bahan-bahan yang telah dipelajari dalam bentuk perilaku

sehari-hari baik di sekolah, di rumah maupun dalam kehidupan bermasyarakat sesuai

dengan norma-norma yang berlaku. Kemampuan berpikir kritis telah menjadi tujuan

atau tuntutan dari semua mata pelajaran, termasuk IPA. Artinya, ketika siswa

mempelajari IPA , siswa diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis,

di mana keterampilan ini dapat digunakan dalam menghadapi kehidupan yang

kompleks.8 Filsaime dalam Karim (2015) mengatakan bahwa berpikir kritis adalah

berpikir rasional dalam menilai sesuatu. Sebelum mengambil suatu keputusan atau

melakukan suatu tindakan, maka dilakukan pengumpulkan informasi sebanyak mungkin

tentang sesuatu tersebut. Berpikir kritis menjadi salah satu faktor internal yang

berpengaruh proses pembelajaran karena kemampuan berpikir kritis akan membantu

siswa dalam penyelesaian materi – materi yang dipelajari yang berdasar pada fakta dan

konsep yang telah dipelajari. Pengembangan kemampuan berpikir kritis dapat terjadi

karena siswa menghadapi masalah-masalah kompleks yang dapat menantang siswa

7

Safrina Junita, dkk., 2016, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) Untuk

Meningkatkan Kesadaran Siswa terhadap Lingkungan pada Pembelajaran Kimia Materi Asam Basa.Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. Vol.04.No.02. ibid, hal 120

8

(7)

menerapkan sejumlah kemampuan yang dimiliki siswa, seperti kemampuan

menganalisis dan mengajukan argumen, memberi klasifikasi, memberi bukti, memberi

alasan, menganalisis implikasi dari suatu pendapat, dan menarik kesimpulan

(Rachmadtullah, 2015).9 Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa,

berpikir kritis adalah kemampuan berpikir dalam menganalisis fakta dan informasi atau

membuat suatu argumen atau landasan pada suatu permasalahan yang relevan

dengan kenyataannya. Dapat juga dikatakan bahwa siswa dapat menganalisis atau

membuat suatu solusi, jawaban dan penyelesaian dari persoalan-persoalan yang

dihadapi baik mudah maupun kompleks.

Pembelajaran IPA di SD dengan menggunakan model pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat (STM) diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan

kemampuan berpikir kritis pada siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahauan Alam.

Jika siswa memiliki kemampuan berpikir kritis maka akan mudah menyelesaikan

masalah-masalah mengenai Ilmu Pengetahuan Alam yang dihadapi dan juga dapat

melatih siswa untuk terbiasa menghadapi permasalahan-permasalahan yang akan

ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

9

Hidayati Suhada, 2017, Model Pembelajaran Inquiry dan Kemampuan Berpikir Kritis terhadap

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Setiadi , Hermawan Wahyu, dkk., 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat (STM) terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari

Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 2

Denpasar. Vol.4.1-10

P. Rahayu, S. Mulyani, S.S. Miswadi., 2012. Pengembagan Pembelajaran IPA Terpadu

dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Base melalui Lesson

Study.Jurnal Pendidikan Ipa Indonesia. Vol 1 Edisi 1. Hal 63-70

Beti Nugraheni, Stefanus C. Relmasira.2017. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA

Melalui Model Problem Based Learning Berbantuan Media Gambar pada

Siswa Kelas IV. Jurnal Pendidikan Dasar.Vol 8. No 1. Hal 2.

10.21009/JPD.082.15

Junita, Safrina, dkk., 2016, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)

Untuk Meningkatkan Kesadaran Siswa terhadap Lingkungan pada

Pembelajaran Kimia Materi Asam Basa.Jurnal Pendidikan Sains Indonesia.

Vol 04. No.02. Hal 118-120

Sekaringtyas, Tunjungsari. 2017. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kemampuan

Berpikir Kritis terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa SDN

SUKATANI IV. Jurnal Pendidikan Dasar.Vol 8 Edisi 2. Hal 161

Hidayati Suhada, 2017. Model Pembelajaran Inquiry dan Kemampuan Berpikir Kritis

terhadap Keterampilan Proses SAINS Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Tepung biji munggur dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan kue bolu.Kue bolu merupakan makanan yang banyak dikonsumsi oleh banyak kalangan.Kue ini dapat dibuat dengan mudah

Reorientasi Politik Islam bukan saja difokuskan pada mainstreaming paham-paham moderat dalam beragama, tetapi juga bagaimana agama itu dapat berperan dan berkontribusi positif

Alternatif yang dapat dijalankan oleh Industri Hilir Teh adalah meningkatkan intensitas promosi melalui media massa sebagai prioritas utama dari komunikasi pemasaran,

The sustainability of cocoa production in Tanggamus faced some weaknesses i.e: (1) low availability of high yielding planting materials and that resistant to pest and

Dengan keluarnya Surat Edaran Dirjen Bimas Islam Nomor: DJ.II/542 tahun 2013 membuat gerak langkah kursus Pra Nikah semakin jelas, ditambah dengan Surat Edaran

[r]

Website Band Bondan Prakoso & Fade2Black dibangun menggunakan visualisasi multimedia Visual Studio.Net 2005 dengan teknologi Ajax serta menggunakan software pendukung

Data collection tool used Yang hearts Research Singer is a test Initial And Final test BlindStanding Stork Balance Test -dariArnot R and C Gaines (1984) and