• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Indojaya Agrinusa Tbk Tanjung Morawa Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Indojaya Agrinusa Tbk Tanjung Morawa Sumatera Utara"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja

Menurut Tika (2006:121)kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan,

dan persepsi peranan. Secara umum, pengertian kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam kemampuan

melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan oleh

atasan kepadanya. Selain itu, kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dan

usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam

situasi tertentu. Pengertian kinerja karyawan menunjuk pada kemampuan

karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung

jawabnya.Tugas-tugas tersebut biasanya berdasarkan indikator-indikator

keberhasilan yang sudah ditetapkan. Sebagai hasilnya akan diketahui bahwa

seseorang karyawan masuk dalam tingkatan kinerja tertentu.

2.1.2 Penilaian Kinerja

Menurut Handoko (2001:122) penilaian kinerja adalah usaha untuk

merencanakan dan mengontrol proses pengelolaan pekerjaan sehingga dapat

dilaksanakan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian prestasi kerja juga

merupakan proses mengevaluasi dan menilai prestasi kerja karyawan diwaktu

yang lalu atau untuk memprediksi prestasi kerja di waktu yang akan datang dalam

suatu organisasi. Sutrisno (2009:164) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil

(2)

persepsi terhadap perannya dalam pekerjaan itu.Berdasarkan beberapa pengertian

di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang

dicapai seseorang dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2.1.3 Unsur-unsur Penialian Kinerja

Menurut (Hasibuan, 2000: 59) unsur-unsur penilaian kinerja adalah

sebagai berikut:

1. Prestasi

Penilaian hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat di hasilkan

karyawan.

2. Kedisiplinan

Penilaian disiplin dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan

melakukan pekerjaan sesuai dengan intruksi yang diberikan kepadanya.

3. Kreatifitas

Penilaian kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreatifitas untuk

menyelesaikan pekerjaannya sehingga dapat bekerja lebih berdaya guna dan

(3)

4. Bekerja sama

Penilaian kesediaan karyawan berpartipasi dan bekerja sama dengan karyawan

lain secara vertikal atau horizontal didalam maupun diluar sehingga hasil

pekerjaannya lebih baik.

5. Kecakapan

Penilaian dalam menyatukan dan melaraskan bermacam-macam elemen yang

terlibat dalam menyusun kebijaksanaan dan dalam situasi manajemen.

6. Tanggung jawab

Penilaian kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan

kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang

digunakan, serta perilaku pekerjaannya.

2.1.4 Jenis-jenis Kriteria Kinerja

Sedangkan menurut Robbins (2002:155) mengatakan hampir semua cara

pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.

1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran

kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan

kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.

2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran

kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran ”tingkat kepuasan”, yaitu

(4)

3. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.

Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran

kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.

Ketiga jenis kriteria di atas dapat dijadikan sebagai acuan guna mengukur

kinerja.

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain efektifitas dan

efisiensi, otoritas, disiplin, dan inisiatif menurut (Tika,2006:121).

1. Efektivitas dan Efisiensi.

Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa

kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan

mempunyai nilai yang penting dari hasil yang dicapai sehingga

mengakibatkan ketidakpuasan walaupun efektif dinamakan tidak

efisien.Sebaliknya bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka

kegiatan tersebut efisien.

2. Otoritas (wewenang).

Arti otoritas adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam organisasi

formal yang dimiliki (diterima) oleh seorang anggota organisasi kepada

anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan

kontribusinya (sumbangan tenaganya). Perintah tersebut menyatakan apa yang

(5)

3. Disiplin

Disiplin kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian

kerja dengan organisasi dimana dia kerja.

4. Inisiatif

Berkaitan dengan daya dan kreativitas dalam bentuk ide untuk merencanakan

sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Jadi, inisiatif adalah gaya

dorong kemajuan yang bertujuan untuk mempengaruhi kinerja organisasi.

2.1.6 Prinsip Dasar Manajemen Kinerja

Manajemen kinerja bekerja atas prinsip dasar yang dapat dijadikan acuan

bersama agar dapat mencapai hasil yang diharapkan. Adapun prinsip dasar

manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:11) adalah sebagai berikut:

1. Kejujuran

Kejujuran menunjukkan diri dalam komunikasi umpan balik yang jujur

diantara manajer, pekerja dan rekan kerja.Kejujuran termasuk dalam

mengekspresikan pendapat, menyampaikan fakta dan memberikan

pertimbangan dan perasaan.

2. Pelayanan

Setiap aspek dalam proses kinerja harus memberikan pelayanannya kepada

setiap pekerja, manajer, pemilik dan pelanggan, dalam proses manajemen

kinerja, umpan balik dan pengukuran harus membantu pekerja dan

(6)

3. Tanggung Jawab

Merupakan prinsip dasar dari pengembangan kinerja dengan memahami dan

menerima tanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan dan tidak kerjakan

untuk mencapai tujuan mereka. Pekerja belajar tentang apa yang perlu mereka

perbarui.

4. Perumusan Tujuan

Manajemen kinerja dimulai dengan melakukan perumusan dan

mengklarifikasi terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi,

sesuai dengan jenjang organisasi yang dimiliki dan selanjutnya tujuan yang

telah dirumuskan tersebut dirinci lebih lanjut menjadi tujuan di tingkat yang

lebih rendah, seperti divisi, departemen, tim dan karyawan.

5. Komunikasi Dua Arah

Manajemen kinerja memerlukan gaya manajemen yang bersifat terbuka, jujur

serta mendorong terjadinya komunikasi dua arah antara atasan dengan

bawahan. Komunikasi dua arah iniakan menunjukkan adanya sikap

keterbukaan dan saling pengertian antara dua pihak.

2.2 Disiplin Kerja

2.2.1 Pengertian Disiplin Kerja

Secara etimologi, disiplin berasal dari bahasa latin “disipel” yang berarti

pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut mengalami

perubahan menjadi “disipline” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata

tertib. Disiplin kerja adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar –

(7)

yang berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri yang menyebabkan dia dapat

menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan,

peraturan-peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku (Asmiarsih

2006:23).

Kedisiplinan adalah kesadaran dan ketaatan seseorang terhadap peraturan

perusahaan / lembaga dan norma sosial yang berlaku(Hasibuan, 2001 : 193).Dari

beberapa pendapat itu dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap

ketaatan dan kesetiaan seseorang / sekelompok orang terhadap peraturan tertulis /

tidak tertulis yang tercermin dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan pada suatu

organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2.2.2 Tujuan Disiplin Kerja

Tujuan utama disiplin kerja adalah demi kelangsungan organisasi atau

perusahaan sesuai dengan motif organisasi atau perusahaan yang bersangkutan

baik hari ini maupun hari esok. Menurut Sastrohadiwiryo (2003:292) secara

khusus tujuan disiplin kerja para pegawai, antara lain :

1. Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan

maupun peraturan dan kebijakan organisasi yang berlaku, baik tertulis maupun

tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen dengan baik.

2. Pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu

memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang

berkepentingan dengan organisasi sesuai dengan bidang pekerjaan yang

(8)

3. Pegawai dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang

dan jasa organisasi dengan sebaik-baiknya.

4. Para pegawai dapat bertindak dan berpartisipasi sesuai dengan norma-norma

yang berlaku pada organisasi.

5. Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan

harapan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

2.2.3 Indikator Disiplin Kerja

Umumnya disiplin kerja dapat terlihat apabila karyawan datang ke kantor

teratur dan tepat waktu, jika mereka berpakaian rapi ditempat kerja, jika mereka

menggunakan perlengkapan kantor dengan hati-hati, jika mereka menghasilkan

jumlah dan kualitas pekerjaan yang memuaskan dengan mengikuti cara kerja yang

telah ditentukan oleh perusahaan

Adapun indikator – indikator dari disiplin kerja menurut Alfred R.

Lateiner dalam Soejono (2002 :72) yaitu :

a. Ketepatan waktu

Para pegawai datang ke kantor tepat waktu, tertib dan teratur, dengan begitu

dapat dikatakan disiplin kerja baik.

b. Menggunakan peralatan kantor dengan baik

Sikap hati- hati dalam menggunakan peralatan kantor, dapat menunjukkan

bahwa seseorang memiliki disiplin kerja yang baik, sehingga peralatan kantor

(9)

c. Tanggungjawab yang tinggi

Pegawai yang senantiasa menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya

sesuai dengan prosedur dan bertanggungjawab atas hasil kerja, dapat pula

dikatakan memiliki disiplin kerja yang baik.

d. Ketaatan terhadap aturan kantor

Pegawai memakai seragam kantor, menggunakan kartu tanda pengenal /

identitas, membuat ijin bila tidak masuk kantor, juga merupakan cerminan dari

disiplin yang tinggi.

2.2.4. Jenis- jenis Disiplin Kerja

Menurut Luthans (2006:218), disiplin kerja dapat timbul dari diri sendiri

dan dari perintah, antara lain :

1. Self dicipline

Disiplin ini timbul karena seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya dan telah

menjadi bagian dari organisasi, sehingga orang akan tergugah hatinya untuk

sadar dan secara sukarela mematuhi segala peraturan yang berlaku.

2. Command dicipline

Dalam setiap organisasi, yang diinginkan pastilah jenis disiplin yang pertama,

yaitu datang karena kesadaran dan keinsyafan.Akan tetapi kenyataan selalu

menunjukkan bahwa disiplin itu lebih banyak di sebabakan oleh adanya

semacam paksaan dari luar. Untuk mengetahui ada atau tidaknya disiplin kerja

seorang karyawan dapat dilihat dari:

a) Kepatuhan karyawan terhadap peraturan yang berlaku, termasuk tepat

(10)

b) Bekerja sesuai prosedur yang ada.

Pemeliharaan sarana dan perlengkapan kantor dengan baik

2.3 Lingkungan Kerja

2.3.1 Pengertian Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja menurut Nitisemito (2000:183), lingkungan kerja adalah

“segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya

dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan”.Sedangkan Lussier (dalam

Nawawi, 2003:293) mengartikan bahwa lingkungan kerja adalah kualitas internal

organisasi yang relatif berlangsung terus menerus yang dirasakan oleh

anggotanya. Menurut Sedarmayanti (2001:1)“lingkungan kerja adalah

keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya

dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik

sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

lingkungan kerja adalah suatu tempat dimana anggota organisasi melaksanakan

pekerjaannya dan merupakan suatu kondisi kerja yang dapat diukur berdasarkan

sifat dan persepsi subjektif bersama dari anggotanya yang hidup dan bekerja

secara bersama yang berlangsung secara terus menerus serta menghasilkan

tindakan berkesan dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya.

2.3.2 Jenis-jenis Lingkungan Kerja

Sedarmayanti (2001:21) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis

lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni :lingkungan kerja fisik dan lingkungan

(11)

a. Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang

terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara

langsung maupun secara tidak langsung.

Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yakni :

1. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan (Seperti:

pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya)

2. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut

lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya :

temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.

Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap karyawan,

maka langkah pertama adalah harus mempelajari manusia, baik mengenai fisik

dan tingkah lakunya maupun mengenai fisiknya, kemudian digunakan sebagai

dasar memikirkan lingkungan fisik yang sesuai.

b. Lingkungan kerja non-fisik

Menurut Sedarmayanti (2001:31),“Lingkungan kerja non fisik adalah

semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik

hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun

hubungan dengan bawahan”.

Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang

tidak bisa diabaikan.Menurut Nitisemito (2000:171) Perusahaan hendaknya dapat

(12)

bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi

yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik,

dan pengendalian diri.

2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga

dicapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi

lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai

apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman,

dan nyaman.Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam

jangka waktu yang lama.Lebih jauh lagi, keadaan lingkungan yang kurang baik

dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung

diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien.Banyak faktor yang

mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja.

Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001:21) yang

dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan

dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :

1. Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja

Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna

mendapat keselamatan dan kelancaran kerja.Oleh sebab itu perlu diperhatikan

adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang

kurang jelas, akan mengakibatkan lambatnya penyelesaian pekerjaan, banyak

mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam

(13)

2. Temperatur di Tempat Kerja

Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai

temperatur berbeda.Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan

keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat

menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi

kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh

manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika

perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan

35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh. Menurut hasil penelitian,

untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh yang berbeda.

Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap karyawan karena kemampuan

beradaptasi tiap karyawan berbeda, tergantung di daerah bagaimana karyawan

dapat hidup.

3. Kelembaban di Tempat Kerja

Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa

dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh

temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban,

kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan

mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan

panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan

kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara

besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lainadalah makin cepatnya

(14)

kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai

keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu disekitarnya.

4. Sirkulasi Udara di Tempat Kerja

Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk

menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara di sekitar

dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah berkurang dan

telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh

Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja.

Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan olah manusia. Dengan

cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara

psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan

memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama

bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah

bekerja.

5. Kebisingan di Tempat Kerja

Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya

adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga.Tidak

dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat

mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan

kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa

menyebabkan kematian.Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara

bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan

(15)

kualitas suatu bunyi, yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia,

yaitu :

a. Lamanya kebisingan

b. Intensitas kebisingan

c. Frekwensi kebisingan

Semakin lama telinga mendengar kebisingan, akan semakin buruk

akibatnya, diantaranya pendengaran dapat makin berkurang.

6. Getaran Mekanis di Tempat Kerja

Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang

sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat menimbulkan

akibat yang tidak diinginkan.Getaran mekanis pada umumnya sangat menggangu

tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun

frekwensinya.Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila

frekwensi alam ini beresonansi dengan frekwensi dari getaran mekanis. Secara

umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal :

a) Kosentrasi bekerja

b) Datangnya kelelahan

c) Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap :

mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain,lain.

7. Bau-bauan di Tempat Kerja

Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai

pencemaran, karena dapat menganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang

(16)

condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk

menghilangkan bau-bauan yang menganggu di sekitar tempat kerja.

8. Tata Warna di Tempat Kerja

Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan

sebaik-baiknya.Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan

penataan dekorasi.Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh

besar terhadap perasaan.Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan

rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang

perasaan manusia.

9. Dekorasi di Tempat Kerja

Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu

dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga

dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk

bekerja.

10. Musik di Tempat Kerja

Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana,

waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk

bekerja.Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk

dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di

(17)

11. Keamanan di Tempat Kerja

Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan

aman maka perlu diperhatikan adanya keamanannya.Salah satu upaya untuk

menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas

Keamanan (SATPAM).

2.3.4. Indikator-indikator Lingkungan Kerja

Yang menjadi indikator-indikator lingkungan kerja menurut Sedarmayanti

(2001:46) adalah sebagai berikut :

1. Penerangan

Penerangan adalah cukupnya sinar yang masuk ke dalam ruang kerja

masing-masing karyawan. Dengan tingkat penerangan yang cukup akan membuat

kondisi kerja yang menyenangkan

2. Suhu udara

Suhu udara adalah seberapa besar temperatur di dalam suatu ruang kerja

karyawan. Suhu udara ruangan yang terlalu panas atau terlalu dingin akan

menjadi tempat yang menyenagkan untuk bekerja.

3. Suara bising

Suara bising adalah tingkat kepekaan pendengaran karyawan yang

mempengaruhi aktivitas pekerjaannya. Ini dapat mempengaruhi kosentrasi

(18)

4. Penggunaan warna

Penggunaan warna adalah pemilihan warna ruangan yang dipakai untuk

tempat bekerja. Pemilihan warna yang tepat akan memberikan gairah dalam

bekerja.

5. Ruang gerak yang diperlukan

Ruang gerak adalah posisi kerja antara satu karyawan dengan karywan

lainnya, juga termasuk alat Bantu kerja seperti : meja, kursi, lemari, dan

sebaginya.

6. Keamanan Bekerja

Keamanan kerja adalah suatu kondisi yang dapat membuat rasa aman dan

tenaga dalam melakukan pekerjaan.

2.4 Penelitian Terdahulu

Nasution (2008) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Fasilitas

Terhadap Kinerja Karyawan Pabrik Bagian Bengkel PT. Socfindo Sei Liput Aceh

Tamiang”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan

kuantitatif.Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa fasilitas kerja mempunyai pengaruh yang positif

dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Socfindo. Dari hasil koefisien

determinan diketahui bahwa variabel fasilitas mampu memberi penjelasan sebesar

68,7% dan sisanya 32,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan

dalam penelitian ini.

Ginting (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh disiplin

(19)

Tbk Cabang Medan Putri Hijau”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin

kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan

pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Cabang Medan Putri Hijau.

Dimana variabel disiplin kerja mampu menjelaskan prestasi kerja karyawan

sebesar 50,5 % dan sisanya sebesar49,5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar

penelitian.

Nasution (2010), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi

Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Kawasan

Industri Medan (Persero)”. Hasil koefisien determinan ( 2 R ) adalah 0,667

memilki makna bahwa variabel motivasi kerja dan lingkungan kerja memiliki

hubungan yang erat terhadap kinerja karyawan pada PT. Kawasan Industri Medan

(Persero). Adjusted R Square sebesar 0,447 berarti 44,7% peningkatan kinerja

karyawan pada PT. Kawasan Industri Medan (Persero) dapat dijelaskan oleh

variabel motivasi kerja dan lingkungan kerja, sedangkan sisanya 55,3% dapat

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Hasibuan(2010),Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak

motivasi dan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan PT. Perkebunan Nusantara IV Kantor Pusat, Medan.Uji parsial

menunjukkan bahwa motivasi dan lingkungan kerja masing-masing berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara

IV Kantor Pusat, Medan.Lingkungan kerja adalah variabel yang paling dominan

berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara IV

(20)

Sofika (2009), melalui pengujian koefisien determinasi R²diperoleh nilai

sebesar 0.795 artinya variable bebas disiplin dan penilaian kinerja berpengaruh

sebesar 632% terhadap variable terikat peningkatan efektivitas kerja karyawan

pada PT Meganusa Semesta Medan, sedangkan 36.8% lainnya dipengaruhi oleh

variable lain

2.5 Kerangka Konseptual

Menurut Mangkunegara (2001:67), kinerja merupakan hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja merupakan hasil kerja secara kuantitas, kualitas kerja dan taat

terhadap peraturan-peraturan baik secara tertulis maupun tidak tertulis yang

dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepada pegawai. (Yuli 2005 : 89)

Kinerja mempengaruhi seberapa banyak pegawai memberikan kontribusi

kepada perusahaan antara lain :

1. Kualitas kerja : kerapian, ketelitian, dan keterikatan hasil

dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan

2. Kuantitas kerja : volume kerja yang dihasilkan di atas

kondisi normal

3. Tanggung jawab : melaksanakan tugas yang diberikan perusahaan

Menurut Sedarmayanti (2001:1) lingkungan kerja adalah keseluruhan alat

(21)

perseorangan maupun sebagai kelompok. Lingkungan kerja sangat berpengaruh

terhadap kinerja karyawan dimana karyawan tidak akan mungkin dapat

melakukan pekerjaan sebagaimana yang diharapkan tanpa ditunjang oleh

lingkungan yang mendukung dan kenyamanan karyawan didalam menjalankan

pekerjaan sehari-hari sangat tergantung pada lingkungan tempat mereka bekerja.

Jika ada hal-hal yang menganggu pada lingkungan tempat karyawan bekerja maka

secara langsung akanberdampak buruk pada konsentrasi bekerja yang pada

akhirnya berpengaruh terhadap kinerja. Menurut Sopiah (2008:58) menyatakan

lingkungan juga bisa mempengaruhi kinerja seseorang. Situasi lingkungan yang

kondusif, misalnya dukungan dari atasan, teman kerja, sarana dan prasarana yang

memadai akan menciptakan kenyamanan tersendiri dan akan memacu kinerja

yang baik. Sebaliknya, suasana kerja yang tidak nyaman karena sarana dan

prasarana yang tidak memadai, tidak adanya dukungan dari atasan, dan banyak

terjadi konflik akan memberi dampak negatif yang mengakibatkan kemerosotan

pada kinerja seseorang.

Menurut Hasibuan (2000:190) disiplin adalah fungsi operatif manajemen

sumber daya manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan,

maka semakin tinggi kualitas kerja yang dapat dicapai. Tanpa disiplin karyawan

yang baik, sulit bagi organisasi atau perusahaan mencapai hasil yang optimal. PT

Indojaya Agrinusa Tbk, Tanjung Morawa bertujuan agar setiap pegawai memiliki

disiplin dalam bekerja sehingga berdampak pada peningkatan kinerja. Sedangkan

menurut Rivai (2008:444)“Disiplin adalah suatu alat yang digunakan para manajer

(22)

suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan

kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma

sosial yang berlaku”.

Melihat teori dan penjelasan tersebut, maka dibentuklah kerangka

konseptual yang menunjukkan gambaran hubungan antara varibel x1 dan x2

terhadap Y, yakni :

Sumber: Sedarmayanti (2001), Rivai (2005:444), dan Yuli (2005) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang sifatnya sementara terhadap rumusan

masalah penelitian.Oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun

dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2006:306).

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan maka dirumuskan

hipotesis, bahwa ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja dan

disiplin kerja terhadap kinerja karyawan PT. Indojaya Agrinusa Tbk, Tanjung

Morawa Sumatera Utara. Lingkungan

Kerja (X1)

Disiplin Kerja (X2)

Referensi

Dokumen terkait

Inovasi pada aspek budaya lebih merupakan proses yang berkesinambungan dan mewadahi setiap upaya-upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam berolahraga, sekaligus

Makna dan tujuan pelaksanaan nyadran sebelum akad nikah Makna pelaksanaan tradisi nyadran ini menurut Bapak Warsit nyadran merupakan sebuah kebutuhan yang sama dengan mengirim

3' Faktor-faktor yang mempengaruhi secara nyata terhadap besar kecilnya marjin pemasaran adalah harga ditingkat petani, benfuk saluran/tatrap pemasaran dan

ةرادإ ةئيه عضو زوجي ا دق فقوم يف تاباختناا ا دعاوق ةسارح اهرطضي ةروصب اهقبطت نأ اهل نكم نم صقتني دق كلذ نأ ،ةلوقعم.. ۱3 ىلع ﺎهﺗرﺪﻗ لاخ ﻦم ،ىﺮخأ رﻮمأ ﻦﻤض

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala kasih serta kurnia dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Untuk mencapai kinerja manajerial yang baik, banyak faktor yang mempengaruhi, di antaranya adalah lingkungan eksternal, orientasi strategi dan sistem

Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk merancang bangun sistem informasi e- learning yang berfokus pada kegiatan belajar mengajar sehingga dapat mempermudah

Dab diharapkan nanti nya dengan meningkat nya sikap kemandirian siswa SMP terhadap mata pelajaran IPA di kabupaten Muaro Jambi dapat bersaing untuk menjadikan