1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sungai Batang Toru adalah salah satu sungai terbesar di Tapanuli Selatan dengan panjang 69,32 Km. Aliran sungai Batang Toru dari hilir berakhir ke laut di pesisir barat setelah membagi airnya sebagian ke Danau Siais. Aliran sungai Batang Toru ke hulu melintasi Tarutung, Tapanuli Utara. Masyarakat di sana mengenalnya dengan nama Aek Sarulla. Pola aliran sungai di Ekosistem Batang Toru secara hidrologi mengikuti pola paralel artinya, pola aliran sungai memanjang ke satu arah dengan cabang-cabang sungai kecil yang datangnya dari arah lereng-lereng bukit terjal kemudian menyatu di sungai utamanya, yaitu Batang Toru yang mengalir di lembahnya (Anonim, 2007).
Salah satu ikan yang banyak ditemui di sungai Batang Toru adalah Osteochillus waandersii. Osteochillus termasuk salah satu hasil perikanan yang
ditemukan di Perairan Batang Toru. Osteochillus merupakan satu genus ikan air tawar yang mempunyai bibir besar (everted) seperti penghisap yang terdiri dari lipatan kulit yang memanjang (plicae) dengan sejumlah proyeksi keratin yang uniseluler. Struktur bibir dari genus Osteochilus menjadi tiga golongan berdasarkan panjang dan bentuk dari lipatan dari bibir atas sebelah kiri dan kanan (Roberts, 1989).
Ketersediaan makanan alami merupakan faktor penting dalam perairan. Dimana ketersediaan pakan akan mempengaruhi jumlah populasi ikan pada suatu perairan. Kebiasaan makanan dapat diketahui melalui analisis makanan yang terdapat di dalam saluran pencernaan dan membandingkan dengan makanan yang terdapat di perairan yaitu berupa plankton dan bentik alga. Kebiasaan makanan (food habit) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh predator Perbandingan tersebut akan menunjukkan apakah suatu hewan cenderung memilih jenis makanan tertentu sebagai pakannya atau tidak (Effendie, 1997).
Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan antara lain ditentukan oleh makanan yang tersedia. Dari makanan ini ada beberapa faktor yang berhubungan
2
dengan populasi tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, mudahnya tersedia makanan dan lama masa pengambilan makanan oleh ikan dalam populasi tersebut akan mempengaruhi keberadaan ikan dalam perairan tersebut.
Kebiasaan makanan dipelajari untuk menentukan gizi alamiahnya. Dengan mengetahui kebiasaan makanan ikan ikandapat dilihat hubungan ekologi diantara organisme di dalam perairan itu, misalnya bentuk-bentuk pemangsaan, persaingan dan rantai makanan (Effendie, 1997).
Banyaknya aktivitas di sekitar Sungai Batang Toru antara lain: sumber air untuk kegitatan mandi, cuci, sumber air untuk perkebunan, bendungan aliran sungai dan RTP (penangkapan) dapat mempengaruhi faktor fisik-kimia perairan. Hal tersebut akan mempengaruhi pola makan ikan di sepanjang aliran sungai karena ikan memiliki toleransi terhadap perubahan kualitas air. Sejauh ini belum diketahui informasi biologi ikan Osteochillus waandersii di Sungai Batang Toru.
1.2 Permasalahan
Pertumbuhan dan perkembangan ikan sangat tergantung pada ketersediaan makanan alami di habitat. Makanan alami dapat dipengaruhi ketersediaannya oleh kondisi perairan. Berbagai aktivitas yang berlangsung di sekitar Sungai Batang Toru mengakibatkan perubahan faktor fisik kimia peraiaran yang juga berdampak pada ketersediaan makan alami dan kebiasaan makan ikan. Sejauh ini belum diketahui apakah jenis makanan Osteochillus waandersii di sungai Batang Toru.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui jenis makanan alami ikan Osteochillus waandersii di Sungai Batang Toru berdasarkan analisis isi lambung.
b. Mengetahui hubungan kualitas air terhadap ketersediaan makanan alami di Sungai Batang Toru.
3
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi data dan untuk pengolahan dan monitoring kondisi lingkungan perairan dan sebagai informasi untuk petani ikan di kabupaten Tapanuli Selatan untuk memelihara ikan dengan memanfaatkan makanan alami.