• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gizi Kurang pada Anak Balita di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gizi Kurang pada Anak Balita di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat

dan di setiap sudut dunia. Anak-anak menghadapi risiko paling besar untuk

mengalami gizi kurang, namun penting untuk disadari bahwa gizi kurang dapat

pula menjadi permasalahan orang dewasa khususnya manula. Sebagaimana

manifestasi di negara berkembang, keadaan gizi kurang dapat bersifat endemik

dan mengenai hampir separuh dari populasi penduduk negara tersebut. Namun

demikian, keadaan gizi kurang bukannya tidak ditemukan di negara industri,

keadaan ini terjadi pula pada berbagai kelompok kecil masyarakat dengan sebab

yang sama dan jelas seperti permasalahan di negara berkembang (Gibney, 2009).

Balita yang kurang gizi mempunyai risiko meninggal lebih tinggi

dibandingkan balita yang tidak kurang gizi. Setiap tahun kurang lebih 11 juta dari

balita diseluruh dunia meninggal oleh karena penyakit-penyakit infeksi seperti

ISPA, Diare, Malaria, Campak, dll. Ironisnya, 54% dari kematian tersebut

berkaitan dengan adanya kurang gizi (Hadi, 2005).

Data WHO tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang adalah

sekitar 27% dari populasi balita di negara-negara yang tergabung dalam SEARO

(Bangladesh, Bhutan, Korea, India, Indonesia, Maladewa, Myanmar, Nepal, Sri

Lanka, Thailand, Timor-Leste). Prevalensi gizi kurang yang tinggi yaitu lebih dari

35% terdapat di Bangladesh, India, Nepal, dan Timor-Leste dan yang rendah dari

(2)

Dari hasil Susenas dan SKRT 2003-2005 serta Riskesdas 2010, diketahui

bahwa persentase balita gizi kurang di Indonesia tahun 2003 sebesar 20%, tahun

2005 sebesar 19%, dan tahun 2007 sebesar 13%. Dapat dilihat bahwa tingkat

persentase balita gizi kurang di Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke

tahun (Profil Kesehatan Indonesia, 2009).

Prevalensi nasional gizi buruk pada balita adalah 5,4% dan gizi kurang

pada balita adalah 13,0%. Keduanya menunjukkan bahwa baik target Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) untuk pencapaian program perbaikan

gizi (20%) maupun target MDGs pada tahun 2015 (18,5%) telah tercapai pada

tahun 2007 (Riskesdas, 2007).

Secara nasional, sepuluh kabupaten/kota dengan prevalensi gizi buruk dan

gizi kurang pada balita tertinggi berturut-turut adalah Aceh Tenggara (48,7%),

Rote Ndao (40,8%), Kepulauan Aru (40,2%), Timor Tengah Selatan (40,2%) di

wilayah Nusa Tenggara Timur, Simeulue (39,7%), Aceh Barat Daya (39,1%),

Mamuju Utara (39,1%), Tapanuli Utara (38,3%), Kupang (38%), dan Butu

(37,6%) (Riskesdas, 2007).

Secara nasional, sudah terjadi penurunan prevalensi kurang gizi (BB/U)

pada balita dari 18,4% pada tahun 2007 menjadi 17,9% pada tahun 2010.

Penurunan terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% pada tahun 2007

menjadi 4,9% pada tahun 2010. Tidak terjadi penurunan pada prevalensi gizi

kurang, yaitu tetap pada 13,0% (Riskesdas, 2010).

Berdasarkan survei PSG (Pemantauan Status Gizi) tahun 2005-2007,

(3)

sebesar 15,78%, tahun 2006 sebesar 20,82%, dan tahun 2007 sebesar 18,8%.

Prevalensi balita dengan gizi kurang terendah di Kabupaten Samosir yaitu 7,2%

dan yang tertinggi di Kabupaten Nias yaitu 21,1%. Ada 8 kabupaten/kota yang

mempunyai prevalensi gizi buruk dan gizi kurang sudah di bawah 20%, yaitu

Toba Samosir, Dairi, Karo, Langkat, Samosir, Kota Pematang Siantar, Medan,

dan Padang Sidempuan. Target program perbaikan gizi nasional tahun 2015 yaitu

menurunkan prevalensi gizi buruk dan kurang maksimal 20% (Profil Kesehatan

Sumatera Utara, 2008).

Prevalensi gizi kurang pada balita di Kota Medan berdasarkan berat badan

menurut umur (BB/U) di Kota Medan tahun 2009 yaitu 10,3% dan prevalensi gizi

buruk pada balita di Kota Medan yaitu 1,9%. 9Sedangkan tahun 2013, prevalensi

gizi kurang sebesar 14,1% (Sugimah, 2009).

Berdasarkan data Puskesmas Terjun pada tahun 2008, diketahui dari 1742

balita yang ditimbang terdapat 36 balita (2,07%) yang mengalami gizi buruk dan

187 (10,7%) balita yang mengalami gizi kurang. Tahun 2011, diketahui terdapat

81 kasus gizi buruk dan kurang di Puskesmas Terjun.

.

2.1 Rumusan Masalah

Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi kurang pada

anak balita di Kelurahan Rengas Pulau wilayah Kecamatan Medan Marelan tahun

(4)

3.1 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi kurang

pada anak balita di Kelurahan rengas Pulau wilayah Kecamatan Medan Marelan

tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui status gizi pada anak balita di wilayah kecamatan Medan

Marelan

b. Mengetahui karakteristik pada anak balita

c. Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan status gizi pada anak balita

d. Mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi pada anak balita

e. Mengetahui hubungan penghasilan keluarga dengan status gizi terhadap

anak balita

f. Mengetahui hubungan jumlah anak dengan status gizi terhadap anak balita

g. Mengetahui hubungan penyakit diare selama 1 bulan terakhir dengan

status gizi terhadap anak balita

h. Mengetahui hubungan penyakit ISPA selama 1 bulan terakhir dengan

status gizi terhadap anak balita

i. Mengetahui hubungan konsumsi obat cacing (antelmintik) selama 6 bulan

(5)

4.1 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan dan referensi bagi peneliti selanjutnya

b. Sebagai bahan masukan bagi pengelola program penanggulangan gizi

buruk maupun gizi kurang

c. Sebagai bahan masukan dan menambah wawasan dan pengetahuan bagi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hubungan sistem adalah hubungan yang terjadi antar subsistem dengan subsistem lainnya yang setingkat atau antara subsistem dengan sistem yang lebih besar.. Hubungan dan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 13 (Tahun 1994) untuk investasi dinyatakan agak berbeda dengan perusahaan, karena investasi yang dilakukan

Hasil penelitian menjelaskan, berdasarkan data sejarah dan bukti-bukti arkeologi, Tidore berkembang sebagai pusat kekuasaan dengan ciri sebagai kota kesultanan,

Sarah for putting up with nocturnal typing and daily zombification; Lawrence Miles for letting me loose on his creations from Alien Bod- ies (yes, I know he’d signed away the rights

Judul Tugas Akhir : Perbaikan Data Impor BC 1.1 (Redress Manifest) Terhadap Custom Clearance Pada Perusahaan Freight Forwarder (Studi Kasus Pada PT Arindo Jaya

Pengujian terhadap konstruksi mata jaring dinding dasar mendapatkan bahwa konstruksi mata jaring berbentuk persegi panjang dengan ukuran l dan w = 2,4 × 2,8 (cm) adalah

Praktikum kimia klinik dapat digunakan untuk melatih mahasiswa agar dapat belajar dan mengenal pemeriksaan urine secara makroskopis dan mikroskopis untuk membantu menegakkan suatu