• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement dengan Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement dengan Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Teori Motivasi

Menurut Siegel dan Marconi (1989) motivasi merupakan “kunci untuk memulai, mengendalikan, mempertahankan dan mengarahkan perilaku”. Motivasi adalah konsep penting bagi auditor dalam menjalankan tugas audit. Seorang auditor harus mempunyai motivasi dalam dirinya untuk mencapai tujuan organisasi dan tujuan audit yang baik. Auditor yang memiliki motivasi dalam dirinya tidak akan terpengaruh oleh berbagai masalah atau faktor – faktor yang ada, baik dari internal maupun eksternal, seperti : perbedaan gender di antara satu dengan yang lainnya, tekanan ketaatan, maupun struktur tugas yang kompleks sekalipun dalam melakukan audit dan menghasilkan suatu judgement yang relevan. Auditor dengan motivasi yang tinggi juga akan menjaga kredibilitas dan profesionalisme dalam bekerja.

(2)

yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Tujuan dalam hal ini bisa jadi karena paksaan ataupun penghargaan.

2.1.2 Teori X dan Y

Douglas McGregor mengemukakan adanya dua pandangan manusia, yaitu teori X dan Y. Teori X (negatif) memiliki locus of control eksternal dimana mereka pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan, berusaha menghindarinya dan menghindari tanggung jawab, sehingga mereka harus dipaksa atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan. Sedangankan individu bertipe Y cenderung memiliki locus of control internal dimana mereka menyukai pekerjaan, mampu mengendalikan diri untuk mencapai tujuan, bertanggung jawab, dan mampu membuat keputusan inovatif.

Jika diproyeksikan kepada auditor, maka auditor dengan teori X ini cenderung kurang tepat dalam membuat pertimbangan (judgement) jika dihadapkan pada seuatu masalah atau hal yang kompleks. Akibatnya, tidak tercapainya sebuah tujuan audit yang baik. Bahkan auditor dengan tipe X ini cenderung mencari jalan aman jika dihadapkan pada tugas yang rumit, sehingga adanya kemungkinan auditor akan berperilaku disfungsional dalam membuat pertimbangan.

(3)

mendapat tekanan ketaatan dan menghadapi tugas audit yang kompleks, sehingga dapat membuat hasil judgment lebih baik dan tepat. Seorang auditor dengan tipe Y dalam menjalankan tugasnya sebagai auditor harus memenuhi standariasi audit, dimana terdapat di dalamnya bahwa seorang auditor wajib mempertahankan independensi dan kredibilitasnya.

2.1.3 Teori Penetapan Tujuan

Teori penetapan tujuan ditemukan oleh Edwin Locke. Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan dengan perilaku. Teori ini menegaskan bahwa niat individu untuk mencapai sebuah tujuan merupakan sumber motivasi kerja yang utama. Seorang individu yang dihadapkan dengan tujuan yang sulit, lebih spesifik dan menantang akan mendorong kinerja yang lebih tinggi dibandingkan tujuan yang tidak jelas dan lebih mudah. Locke mengungkapkan bahwa terdapat dua kategori tindakan yang diarahkan oleh tujuan, yaitu: (a) non-consciously goal dan (b) consciously goal directed atau purposeful actions. Yang mendasari teori ini adalah kategori yang kedua yaitu consciously goal, dimana dalam consciously goal, ide-ide berguna untuk mendorong individu untuk bertindak.

(4)

melakukan suatu tugas audit yang baik sehingga menghasilkan judgement yang baik juga. Auditor internal sendiri harus disadarkan bahwa kewajiban auditor adalah memberikan jasa audit yang professional untuk menilai sistem pengendalian internal suatu perusahaan, apakah wajar atau tidak, dan untuk memastikan tercapainya tujuan dan sasaran perusahaan , sehingga hasilnya dapat digunakan pihak yang berkepentingan terhadap laporan hasil audit internal tersebut. Auditor juga harus bekerja sesuai dengan etika profesi dan standar audit yang berlaku.

2.1.4 Audit Judgement

Audit judgement merupakan aktivitas utama dalam melaksanakan pekerjaan audit. Haryanto (2012) menyatakan bahwa ketepatan judgment auditor secara tidak langsung akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak pemakai informasi (manajer) yang mengandalkan laporan keuangan auditan sebagai acuannya dalam pembuatan keputusan.

(5)

Audit (KKA) yang telah diperiksa oleh Kepala Satuan Kerja Audit Internal. Pertimbangan audit sebelum menentukan hasil audit, seorang auditor akan mengumpulkan bukti yang berasal dari waktu yang berbeda. Kemudian auditor akan mengintegrasikan informasi dari bukti tersebut. Karena tidak semua bukti dapat dijadikan acuan, maka auditor akan mengambil beberapa sampel daripada bukti yang relevan. Oleh karena itu, maka auditor harus berhati-hati dalam memutuskan karena bukti yang ada berupa sampling dan resiko audit yang nantinya akan berdampak pada masa mendatang

(6)

Setelah itu, auditor membuat hasil audit yang nantinya akan ditulis dalam laporan tertulis, dimana sesuai dengan standar pelaporan yang berlaku.

2.1.5 Perbedaan Gender

Gender adalah perbedaan dan fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat, serta tanggunbg jawab laki-laki dan perempuan, sehingga gender belum tentu sama di tempat berbeda dan dapat berubah sewaktu-waktu. Sementara seks/kodrat adalah jenis kelamin yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang telah ditentukan oleh Tuhan oleh karena itu tidak dapat ditukar/diubah, ketentuan ini berlaaku sejak dahulu kala, sekarang, dan berlaku selamanya (Nobelius, 2012).

Sebenarnya istilah gender berbeda dengan seks atau jenis kelamin. Istilah seks atau jenis kelamin lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Sedangkan gender lebih banyak berkonsentrasi pada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non biologis lainnya.

(7)

seorang maskulin, komunikasi sangat penting dalam mencapai suatu tujuan. Dalam mengaplikasikan kepeduliannya, orang maskulin menunjukkannya dengan cara melakukan sesuatu yang konkret terhadap orang lain. Sedangkan orang feminin selalu menjaga perasaan orang lain agar tidak terluka. Dari karakteristik tersebut diproyeksikan ke dalam jenis seks yang ada, dimana sebagian besar laki – laki mempunyai karakter maskulin, dan feminism diproyeksikan kepada perempuan.

Pada mulanya, teori perbedaan gender hanya ada dua, yakni teori nurture dan nature. Namun teori – teori tersebut dikembangkan sehingga muncullah teori lain, seperti teori keseimbangan atau teori equilibrium. Teori yang berhubungan terhadap perbedaan gender adalah sebagai berikut:

1. Teori Nurture

(8)

nilai agama maupun budaya. Karena itu, aliran nurture melahirkan paham sosial konflik yang memperjuangkan kesamaan proporsional dalam segala aktivitas masyarakat seperti di tingkatan manajer, menteri, DPR, partai politik, dan bidang lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibuatlah program khusus (affirmatif action) demi memberikan peluang untuk pemberdayaan perempuan yang kadang berakibat timbulnya reaksi negatif dari kaum laki-laki karena apriori terhadap perjuangan tersebut. 2. Teori Nature

Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis ini memberikan indikasi dan implikasi bahwa di antara kedua jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda. Baik perempuan maupun laki-laki, memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dalam kehidupan sosial, ada pembagian tugas (division of labour). Dalam keluarga juga terdapat pembagian tugas.

(9)

keluarga, atau antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan masyarakat.

3. Teori Equilibrium

Disamping kedua teori tersebut, yakni teori nurture dan nature, terdapat paham yang dikenal dengan keseimbangan (equilibrium) yang menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki. Pandangan ini mengutarakan bahwa keduanya harus bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan berbangsa. Karena itu, penerapan kesetaraan dan keadilan gender harus memperhatikan masalah kontekstual (yang ada pada tempat dan waktu tertentu) dan situasional (sesuai situasi/keadaan), bukan berdasarkan perhitungan secara matematis (jumlah/quota) dan tidak bersifat universal.

Teori psikologi keperilakuan menjelaskan perbedaan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan risk aversion dan selectivity hypothesis. Dimana, perempuan dikatakan lebih menghindari risiko (risk averse) dan memproses informasi secara lebih komprehensif (selectivity hypothesis) dibandingkan dengan laki-laki. Risk aversion dan selectivity hypothesis seringkali digunakan untuk menjadi landasan teori riset-riset di bidang akuntansi yang menguji gender sebagai variabel independen

2.1.6 Performance Incentives

(10)

mempunyai target produktivitas yang ditentukan oleh perusahaan. Ada kalanya seorang tenaga kerja merasa jenuh akan target atau pekerjaan yang ditanggung jawabkannya. Oleh karena itu, perusahaan memberi insentif kepada karyawannya. Insentif ini diberikan kepada karyawan agar karyawan semakin tekun dan giat dalam bekerja, sehingga diharapkan bahwa karyawan senang untuk bekerja di sebuah perusahaan tersebut. Tetapi tidak hanya cukup untuk bekerja dengan rajin, insentif ini bertujuan agar karyawan terpacu untuk mencapai target yang ditentukan dengan iming – iming mendapat feedback yang menggiurkan dari perusahaan. Begitu pula di dalam penugasan audit, seorang auditor dalam kinerjanya seyogyanya membutuhkan suatu insentif dengan harapan akan membuat auditor tersebut giat dalam bekerja dan menghasilkan suatu pertimbangan yang baik.

Hal itu sesuai dengan teori motivasi yang ada, dimana motivasi seseorang berasal dari intrinsik dan ekstrinsik. Dalam hal ini, insentif kinerja yang diberikan oleh perusahaan termasuk dalam kategori ekstrinsik. Ada yang berupa paksaan dan ada juga yang berupa penghargaan. Insentif dapat memotivasi seseorang untuk memberikan kontribusi yang tinggi, karena mereka percaya bahwa kontribusi yang tinggi membuat suatu penilaian yang baik terhadap seseorang tersebut dan akan mendapatkan penghargaan yang sesuai.

(11)

yang prestasinya di atas prestasi standar ”. Insentif ini merupakan alat yang dipergunakan mendukung prinsip adil dalam pemberian kompensasi. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa performance incentives adalah suatu kompensasi tambahan yang diberikan kepada tenaga kerja, baik berbentuk material, maupun non-material, sebagai bentuk apresiasi terhadap prestasi kerja karena sudah mencapai target tertentu yang ditetapkan oleh suatu perusahaan.

2.1.7 Obedience Pressure (Tekanan Ketaatan)

Mangkunegara (2005:29) menyatakan tekanan ketaatan adalah “suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seorang karyawan, dalam hal ini tekanan tersebut disebabkan oleh lingkungan pekerjaan tempatnya bekerja”. Indikator tekanan ketaatan menurut Mangkunegara (2005:30), ada dua macam tekanan ketaatan, diantaranya yaitu perintah dari atasan (kepala Audit Internal) dan keinginan klien untuk menyimpang dari standar professional auditor.

(12)

penilaian individual atas potensi cost dan benefit yang berhubungan dengan respon mereka.

Tekanan ketaatan akan semakin rumit jika auditor dihadapkan dalam suatu konflik, dimana dia tentunya selaku auditor akan menjaga independensi dan kredibilitas mereka dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran dalam sistem pengendalian internal suatu perusahaan, akan tetapi di sisi lain, auditor harus memenuhi tuntutan suatu entitas, agar entitas tersebut puas dengan kinerja auditor. Tentunya hal ini akan mengganggu auditor dalam membuat suatu pertimbangan. Pertimbangan yang buruk akan menyebabkan hasil audit yang tidak benar. Hal tersebut akan merugikan bagi siapa saja yang berkepentingan terhadap laporan hasil audit tersebut. Faktor – faktor yang mempengaruhi kredibilitas dari auditor diragukan antara lain ketidakindependenan auditor, kegagalan dalam mendeteksi kecurangan pada financial statement, hasil daripada laporan yang tidak kredibel.

(13)
(14)

2.1.8 Task Complexity

Sanusi (2007) mendefinisikan “kompleksitas tugas sebagai tugas yang tidak terstruktur, membingungkan dan sulit”.

Chung dan Monroe (2001) mengemukakan argument yang sama, bahwa kompleksitas tugas dalam pengauditan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Banyaknya informasi yang tidak relevan dalam artian informasi tersebut tidak konsisten dengan kejadian yang akan diprediksikan. 2. Adanya ambiguitas yang tinggi, yaitu beragamnya outcome (hasil) yang diharapkan oleh klien dari kegiatan pengauditan.

Dalam penyelesaiannya, auditor tidak jarang dihadapkan oleh tugas – tugas yang kompleks, berbeda namun saling terkait satu dengan yang lain. Persepsi yang tidak sama tentang tugas audit membuat banyak opini tentang pertimbangan auditor yang dilakukan oleh auditor yang berbeda – beda. Ada yang mengatakan tugas audit yang diberikan mudah, ada juga yang mengatakan tugas tersebut begitu sulit dan kompleks.

(15)

Locke et al (1990) menjelaskan bahwa terdapat dua aspek penyusunan kompleksitas tugas, yaitu tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas. Tingkat kesulitan tugas dalam konteks ini dimana auditor selalu dihadapkan dengan banyaknya infomasi tentang tugas tersebut. Struktur tugas terkait dengan kejelasan informasi (information clarity) yang didapat oleh auditor. Seringkali auditor kesulitan dalam melakukan suatu pertimbangan dikarenakan auditor tidak tahu struktur tugas yang akan mereka lakukan.

Kompleksitas tugas menunjukkan tingkat inovasi dan pertimbangan audit yang diperlukan auditor dalam menyelesaikan tugas. Kompleksitas tugas yang rendah memerlukan tingkat inovasi dan pertimbangan audit yang relatif sedikit, tetapi kompleksitas tugas yang tinggi memerlukan tingkat inovasi dan pertimbangan yang tinggi (Jiambalvo et al, 1982). Jika auditor dihadapkan pada suatu tugas dengan kompleksitas yang tinggi auditor akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas audit. Hal ini akan membuat auditor tidak mampu mengintegrasikan informasi menjadi suatu judgement yang baik.

(16)

cues available) dengan banyaknya petunjuk yang terolah (number of cues processed). Banyaknya petunjuk yang ada, seorang pembuat keputusan harus berusaha melakukan pemilahan terhadap petunjukpetunjuk tersebut dan kemudian mengintegrasikannya ke dalam suatu pendapat. Keputusan bisa diberikan segera bila banyak petunjuk yang diamati tidak meninggalkan batas-batas kemampuan dari seorang pembuat keputusan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut ini penelitian terdahulu dengan beberapa hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Tahun Peneliti Judul Hasil Penelitian

1 2001 Janne Chung; Garry S.

Monroe

A Research Note On the Effects of

Gender and Task Complexity On an Audit Judgment

Judgement dan akan berpengaruh 2 2001 Hartanto Analisis pengaruh

(17)

3 2004 Rahmawati

Auditor pria dan wanita memberikan hasil judgement yang berbeda di bawah tekanan kepatuhan. 4 2006 Zulaikha Pengaruh Interaksi

Gender,

Kompleksitas Tugas Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit judgment

Peran ganda wanita tidak berpengaruh secara signifikan terhadap akuratnya informasi yang diproses dalam menghasilkan pertimbangan.

Kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap ketepatan judgment. 5 2007 Zuraidah Assessing the Effect of Performance Incentives, Effort and Task

Complexity

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara insentif kinerja dengan kinerja pengambilan keputusan audit. Dan juga mempunyai pengaruh yang

(18)

6 2010 Prasinta Pengaruh Gender, Tujuan, dan Self Efficacy Terhadap pembelajaran, dan self efficacy tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor dalam pembuatan

auditjudgment, tetapi orientasi

penghindaran-kinerja berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment. 8 2010 Wijayatri Pengaruh Tekanan

Ketaatan, Kompleksitas Tugas,

Dan Keahlian Audit Terhadap Audit Judgment

Tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan keahlian audit berpengaruh signifikan 9 2011 Fitrianingsih Pengaruh Gender,

(19)

10 2012 Hua Lee Incentive Contracts and Time Pressure on Audit Judgement Performance

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Incentive Contracts dan Tekanan waktu memberikan pengaruh

2.3 Kerangka Konseptual

(20)

Dalam kerangka konsep perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel independen dan variabel dependen. Menurut Lubis (2007) kerangka konsep penelitian adalah “gambaran ringkas, lugas dan bernas mengenai keterkaitan satu konsep dengan konsep lainnya yang akan diteliti atau menggambarkan pengaruh atau hubungan antara satu kejadian/fenomena dengan kejadian/fenomena lainnya”.

(21)

struktur yang lemah, baik dalam tugas-tugas utama maupun tugas-tugas lain”. Pada tugas-tugas yang membingungkan (ambigous) dan tidak terstruktur, alternatif - alternatif yang ada tidak dapat diidentifikasi, sehingga data tidak dapat diperoleh dan outputnya tidak dapat diprediksi

2.4 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual serta penelitian terdahulu, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

1. Pengaruh Perbedaan Gender terhadap Audit Judgement

Meyers-Levy (1986) mengembangkan suatu kerangka teoritis untuk menjelaskan cara pria dan wanita dalam mengelola infomasi. Penelitian ini disebut juga “selectivity hypothesis”. Perbedaan berbasis gender dalam mengelola informasi dan mengambil keputusan ini didasarkan pada pendekatan. Pria pada umumnya tidak menggunakan semua informasi yang ada dalam memecahkan masalah, juga tidak memproses informasi secara komprehensif. Sementara wanita dipandang sebagai prosesor informasi yang dapat memproses sebagian besar masalah dengan rinci. (Meyers-Levy, 1986). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruegger et al (1992) yang menjelaskan wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral lebih tinggi dibanding pria. Adanya dua karakteristik yang berbeda antara pria dan wanita membuat kinerja daripada suatu judgement juga berbeda. Dalam melakukan suatu pertimbangan, pria lebih cenderung mengumpulkan bukti dan informasi yang lebih sedikit.

(22)

2. Pengaruh Incentive Performance terhadap Audit Judgement

Berdasarkan pada teori motivasi insentif, motivasi berasal dari dua sumber, yakni dari diri sendiri (intrinsik) ataupun berasal dari luar (ekstrinsik). Perfomance incentives merupakan sumber motivasi yang berasal dari ekstrinsik individu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sanusi et al (2007) menyatakan bahwa pemberian financial incentive akan berdampak terhadap kinerja dari suatu auditor, sehingga dapat menghasilkan audit judgement yang akurat. Adanya insentif juga diperlukan agar seorang auditor loyal dalam bekerja dan diharapkan menghasilkan judgement yang baik. Menurut Awashi et al (1990) serta Libby et al (1992) dalam hasil penelitiannya menyatakan tidak adanya pengaruh yang positif dari insentif berupa financial terhadap kualitas audit judgement. Oleh karena itu, penulis mengemukakan suatu hipotesa bahwa adanya pengaruh insentif kinerja (perfomance incentives) dalam membuat suatu audit judgement.

H2 : Incentive Performance berpengaruh terhadap Audit Judgement

3. Pengaruh Obedience Pressure terhadap Audit Judgement

(23)

Dalam teori motivasi X dan Y telah dijelaskan bahwa seorang individu yang mendapat tekanan dari atasannya cenderung orang bertipe X, dimana mereka akan mengambil jalan aman. Akibatnya mereka akan melakukan perilaku disfungsional. Akibatnya, auditor cenderung membuat pertimbangan yang tidak tepat. Mengenai tekanan ketaatan telah diteliti sebelumnya oleh Jamillah (2007) dan konsisten dengan hasil penelitian Hartanto (1999) yang menyatakan bahwa tekanan ketaatan berpengaruh signifikan terhadap audit judgement.

H3 : Obedience Pressure berpengaruh terhadap Audit Judgement

4. Pengaruh Perbedaan Gender terhadap Audit Judgement dengan Task Complexity sebagai variabel moderating

(24)

dimana Task Complexity memoderasi pengaruh perbedaan gender terhadap audit judgement.

H4 : Perbedaan Gender berpengaruh terhadap Audit Judgement

dengan Task Complexity sebagai variabel moderating

5. Pengaruh Incentive Performance terhadap Audit Judgement dengan Task Complexity sebagai variabel moderating

“Motivasi adalah komponen yang penting dalam kinerja karena hal tersebut akan mempengaruhi perilaku yang benar dan meningkatkan performa kerja yang tinggi” (Vroom, 1964). Bonner et al (2002) menjelaskan bahwa jika diberikan insentif maka mendorong upaya (effort) dan kinerja yang tinggi, jika dimoderasikan oleh kompleksitas tugas yang rendah. Dan sebaliknya, jika kompleksitas tugas yang tinggi, akan membuat kinerja auditor rendah. Sama halnya pula dengan Ashton (1990) dengan hasil penelitiannya bahwa insentif finansial meningkatkan kinerja di saat auditor tidak menghadapi kompleksitas tugas yang tinggi. Sebaliknya, jika auditor dihadapkan pada kompleksitas tugas yang tinggi, maka pengaruh insentif finansial terhadap kinerja tidaklah signifikan. Dengan demikian, maka penulis mengemukakan hipotesa bahwa terdapat hubungan performance incentives terhadap audit judgement jika dimoderasi oleh task complexity.

H5 : Incentive Performance berpengaruh terhadap Audit Judgement

(25)

6. Pengaruh Obedience Pressure terhadap Audit Judgement dengan Task Complexity sebagai variabel moderating

Didasarkan pada teori penetapan tujuan, seorang individu yang ingin mencapai sebuah tujuan menjadi sumber motivasi kerja yang utama. Seorang individu yang dihadapkan pada tujuan yang sulit dan tugas yang lebih kompleks akan menantang individu tersebut dalam bekerja dibandingkan dengan tujuan yang lebih mudah. Oleh karena itu, seorang auditor yang mendapat tekanan dari atasan tidak akan menyimpang dari tujuan utamanya, yaitu menghasilkan suatu pertimbangan yang baik, yang nantinya akan menghasilkan suatu hasil audit yang baik pula. Sehingga dapat digunakan pihak yang berkepentingan terhadap hasil tersebut. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwanti (2011) yakni dimana kompleksitas tugas hanya memperkuat hubungan dari perbedaan gender terhadap audit judgement, tetapi tidak mempengaruhi hubungan tekanan ketaatan terhadap audit judgement.

H6 : Task Complexity tidak berpengaruh signifikan dalam memoderasi

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan secara umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh Manajemen Kelas dan Etos Kerja guru terhadap efektivitas proses belajar mengajar guru

PEMBANGUNAN KANTOR PEMDA II yang menghasilkan tidak ada peserta lelang yang memenuhi syarat sesuai ketentuan dalam Standard Dokumen Pengadaan ( Berita Acara Evaluasi

Penulisan ilmiah ini membahas tentang pembuatan Aplikasi multimedia Education For Kids yang berisikan tentang mengenal huruf (huruf A sampai Z), mengenal angka (angka 1 sampai

Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang

Ini merupakan sebuah aplikasi multimedia yang berisikan pelajaran tentang mengenal angka, huruf, warna, bentuk dan dilengkapi pula dengan latihan-latihan, yang dikemas dalam bentuk

Penulisan ilmiah ini menjelaskan berbagai konsep dasar yang membentuk teknologi Intranet berbasiskan TCP/IP serta menjelaskan teknik-teknik mengkonfigurasi server agar dapat

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1.1. Fokus Kesejahteraan Sosial 2.1..