• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penegakan Hukum Terhadap Hakim Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri No.361 Pid.Sus 2013 PN.JKT.BAR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penegakan Hukum Terhadap Hakim Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri No.361 Pid.Sus 2013 PN.JKT.BAR)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum adalah sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan manusia.Ia lahir

dalam pergaulan dan perkembangan ditengah masyarakat serta berperan dalam

hubungan antar individu dan antar kelompok. Hukum masuk dalam kehidupan

dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang juga dinamakan kaidah-kaidah atau

norma-norma sosial.Seperti norma-norma sosial lain berisi serangkaian ketentuan

yang tentang larangan-larangan dan perintah-perintah serta anjuran-anjuran.

Norma hukum memiliki ciri khas yang berbeda dengan norma-norma sosial lain

yaitu ia memiliki daya memaksa untuk ditaati dan dipatuhi. Daya memaksa itu

yang kita kenal sebagai sanksi. Karena keperangkatannya berupa daya paksaan

yang terkandung dalam hukum, maka ia bisa mengatur kehidupan bersama

manusia dengan pedoman-pedoman antara lain menunjukkan perilaku yang tidak

baik bila dilakukan dapat berakibat membahayakan kehidupan bersama atau

merugikan kepentingan dan hak seorang atau warga masyarakat dengan

larangan-larangan, sedangkan terhadap perilaku yang baik bila dilakukan membawa

dampak positif bagi kehidupn masyarakat dituangkan dalam perintah-perintah dan

anjuran-anjuran.2

Peran hukum cenderung menjaga dan menjamin ketertiban melalui

pemberian pedoman berperilaku dengan perintah-perintah dan larangan-larangan

yang bila perlu melakukan tindakan-tindakan paksaan dalam rangkaian

2

(2)

perlindungan hak dan kepentingan warga masyarakat yang dirugikan atau

diganggu oleh anggota masyarakat lain. Tindakan hukum ini berusaha menjamin

keadilan didalam pergaulan hidup, sehingga ia menjaga ketertiban dan keadilan.

Hukum berperan pula mendorong proses pembangunan suatu masyarakat sebagai

rekayasa sosial. Disamping itu, hukum juga mengendalikan para pelaksana

penegak dan pengendali hukum supaya mereka mematuhi hukum, agar gerak

kerja hukum menjadi sesuai dengan hakikatnya sebagai sarana ketertiban,

keadilan dan pengamanan serta penunjang pembangunan.Hampir tiap masyarakat

memiliki hukum yang berperan didalamnya, baik dalam bentuk kaidah tak tertulis

maupun yang tertulis.Semakin kompleks dan majemuk suatu masyarakat, apalagi

dalam keterkaitan kerjasama Internasional seperti bidang niaga serta

masalah-masalah yang membutuhkan kerjasama Internasional, maka pada masyarakat itu

dibutuhkan bahkan diisyaratkan pengaturan dan pengendalian dalam bentuk

Undang-undang tertulis.59

Narkotika yang semula merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat

dalam bidang medis kini kerap disalahgunakan. Penyalahgunaan tersebut

merupakan penggunaan narkotika bukan untuk maksud pengobatan (tidak sesuai

dengan standar pengobatan), akan tetapi untuk menikmati pengaruhnya, paling

sedikit satu bulan, dalam jumlah berlebih dan digunakan secara teratur sehingga

menimbulkan gangguan kesehatan jasmani, kejiawaan dan fungsi sosial lainnya.60

59

Hukum-on.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-supremashi hukum dan.html?m=1. (diakses pada tanggal 26 Oktober 2016, pukul 22.18)

60

(3)

Penyalahgunaan narkotika selalu menjadi masalah serius yang dihadapi

oleh banyak negara, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara

berkembang tidak terkecuali di Indonesia.Istilah “narkotika” ini muncul sekitar

tahun 1998.Isitilah ini bukan istilah yang asing ditelinga masyarakat mengingat

begitu banyaknya berita, baik dari media cetak maupun media elektronik.

Seperti yang kita ketahui bahwa masalah nakotika merupakan masalah

yang sangat meresahkan banyak kalangan baik kalangan remaja, pelajar,

mahasiswa, orang tua, kalangan professional maupun instansi pemerintah.Hal ini

disebabkan karena narkotika merupakan benda yang mempunyai dampak buruk

bagi para penggunanya bila dikonsumsi tidak sesuai dengan ketentuan ahli

medis.Narkotika juga memberikan keuntungan yang menggiurkan bagi para

pengedarnya sehingga kejahatan ini marak terjadi di masyarakat.

Dalam dasar menimbang Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika disebutkan bahwa narkotika disatu sisi merupakan obat atau bahan

yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan

pengembangan ilmu pengetahuan. Di sisi lain narkotika dapat pula menimbulkan

ketergantungan yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan

tanpa adanya pengawasan yang ketat. Narkotika apabila dipergunakan secara

tidak teratur menurut takaran atau dosisakan dapat menimbulkan bahaya fisik dan

mental bagi yang menggunakan serta dapat menimbulkan ketergantungan pada

pengguna itu sendiri.61

Banyak fakta yang dapat disaksikan hampir setiap hari melalui media

massa baik media cetak maupun media elektronik. Hal ini menunjukkan narkotika

61

(4)

telah merebak secara luas tanpa pandang bulu, terutama pada generasi muda yang

diharapkan menjadi generasi penerus bangsa dalam membangun bangsa dan

negara di masa yang akan datang.Masyarakat sudah sangat resah terutama

keluarga para korban narkoba.Begitu banyak anggota keluarga masyarakat yang

mengalami penderitaan dalam kecanduan narkotika, psikotropika dan zat adiktif

lainnya itu.

Setiap warga masyarakat wajib sifatnya melaporkan kepada pejabat yang

berwenang (dalam hal ini kepolisian setempat) apabila mengetahui adanya

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Tata cara pelaporan ini bisa saja

dilakukan secara langsung ketika ada yang dicurigai melakukan kejahatan

narkotika, bahkan sebagai masyarakat dapat ikut serta melakukan penggerebekan

atau bisa dilakukan melalui surat dengan menyebutkan ciri-ciri pelaku, saat-saat

atau cara-cara melakukan, tempat melakukan. Dalam Undang-Undang Narkotika

juga menjelaskan bahwa pelaporan sangat dilindungi dan mendapat jaminan

keamanan dalam pengungkapan narkotika ini oleh pemerintah akan diberikan

penghargaan.62

Melihat peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika yang telah

merasuk kesemua sendi-sendi kehidupan masyarakat, maka waktu tersebut

bukanlah sesuatu yang begitu lama mengingat kejahatan narkotika ini adalah

kejahatan terorganisir yang melibatkan jaringan nasional maupun internasional

dengan sistem sel/terputus serta terselubung. Memiliki beribu cara operasi

peredaran yang melibatkan uang banyak atau keuntungan yang besar, sehingga

62

(5)

dengan keuntungan yang besar tersebut para bandar narkotika akan berbuat

apapun untuk mencapai tujuannya.

Kejahatan narkotika dari hari kehari selalu saja meningkat, itu disebabkan

indikasi yang ada hubungan dengan narkotika sebagai tindak pidana kejahatan

dengan bisnis erat sekali.Bisnis narkotika memang sangat menjanjikan

keuntungan.Dari pengakuan seorang pecandu sekaligus pengedar narkotika

mengatakan. 1 butir ekstasi yang ia beli seharga Rp.60.000 sampai Rp.75.000,-

dapat ia jual dengan seharga Rp.100.000 – Rp.125.000, 1 gram sabu seharga

Rp.350.000 dapat dijual kembali seharga Rp.500.000 sampai Rp.600.000.

Keuntungan yang diperoleh bahkan bisa menjadi bertambah besar ketika para

pengedarnya menjual dalam bentuk sekali pakai atau disebut paket hemat

Rp.150.000 sampai Rp.200.000 dan terkadang ketika barangnya langka, maka

harga pun dapat mencapai dua kali lipat. Inilah bisnis yang menjajikan

keuntungan.63

Akibat dari penyalahgunaan narkotika juga telah menyebabkan goyahnya

supremasi hukum di Indonesia.Hal ini terbukti dari skandal pembatalan vonis mati

pemilik pabrik ekstasi di Surabaya Hengky Gunawan oleh Hakim Agung Imron

Anwari, Hakim Nyak Pha dan Ahmad Yamani yang sangat menuai

kontroversi.Bahkan setelah putusan tersebut Ahmad Yamani mengajukan

permohonan pengunduran diri dari jabatannya sebagai Hakim Agung.64

63

Ibid.,hal. 161

64

Andi Saputra, “6 Kejanggalan Pembatalan Vonis Mati Gembong Narkoba Hengky

Gunawa

(6)

Kejahatan narkotika, khususnya di Indonesia sudah semakin mengerikan

dan sangat meresahkan meskipun peraturan perundang-undangan telah mengatur

tentang kejahatan tersebut dengan menjatuhkan sanksi pidana maksimal hukuman

mati, tetapi kejahatan tersebut tetap berlangsung secara terus menerus di dalam

dinamika masyarakat.Dewasa ini kejahatan narkotika telah bersifat tarnsansional

yang dilakukan dengan modus operandi serta dengan memanfaatkan teknologi

yang canggih.Dalam mengatasi hal ini perlu peranan penegak hukum dan

masyarakat untuk mampu mencegah dan menanggulangi kejahatan khususnya

dalam kasus narkotika guna meningkatkan moralitas dan kualitas sumber daya

manusia di Indonesia khususnya bagi generasi penerus bangsa.65

Untuk mencapai tujuan dalam pemberantasan dan penanggulangan tindak

pidana narkotika baik jaksa, hakim maupun kepolisian harus lebih dahulu

memiliki kesadaran dan mental tangguh yang tidak tergoyahkan oleh pengaruh

yang dapat menyimpang kejujurannya dalam menegakkan keadilan. Kepolisian

sebagai apparat penegak hukum dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan

perlu bekerja keras mengumpulkan alat bukti yang cukup yang kemudian akan

disempurnakan oleh Jaksa Penuntut Umum pada saat perkara diperiksa dan diadili

oleh Majelis Hakim di Pengadilan. Hal tersebut hanyalah merupakan langkah

teoritis dalam ketentuan acara pidana, karena dalam kenyataannya maksud

tersebut tidak tercapai implementasinya.66

Hal tersebut disebabkan pada kerapuhan mental yang menghinggapi para

aparat penegak hukum yang bersangkutan.Telah menjadi rahasia umum, bahwa

65

A Hamzah,RM. Surachman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika, Sinar Grafika,Jakarta, 1994, hal.6

66

(7)

aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian dalam melakukan tugas

penyelidikan terhadap kasus-kasus kejahatan penyalahgunaan obat-obatan

terlarang sering bertindak diluar prosedur hukum yang berlaku. Dengan kata lain

bahwa dalam penegakan tindak pidana tersebut sering terjadi penyimpangan yang

tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan dalam

jabatannya sebagai aparat penegak hukum. Hal ini bukan hanya runtuhnya mental

dari aparat penegak hukum tetapi juga rendahnya profesionalisme dan integritas

aparat penegak hukum dalam menjalankan tugas wewenangnya.

Hakim sebagai salah satu aparat penegak hukum yang mempunyai tugas

menegakkan hukum dan keadilan yang diharapkan dapat menyelesaikan

permasalahan yang telah diembannya menurut undang-undang yang berlaku,

menjaga agar setiap kegiatan peradilan yang dilakukan dinegara ini dapat

dilaksanakan dengan seksama dan wajar, serta berpedoman pada asas peradilan

yang sederhana, cepat, tanpa mengurangi kebebasan hakim dalam

memeriksa. 67

Hakim telah melakukan penyalahgunaan fungsi, tugas serta wewenangnya

atas tindak pidana narkotika. Seharusnya mereka menjadi panutan bagi

masyarakat dengan memberikan contoh yang baik dalam proses pemberantasan Meskipun demikian terdapat beberapa Oknum Hakim yang

menyalahgunakan wewenangnya sebagai aparat penegak hukum dengan ikut

melakukan tindak pidana narkotika.Hal tersebut tentu saja dapat menyebabkan

hilangnya rasa percaya masyarakat terhadap kredibilitas hakim untuk memberikan

jaminan kepastian hukum atau menegakkan keadilan atas maraknya tindak pidana

narkotika yang terjadi.

(8)

kejahatan narkotika yang marak terjadi. Namun sebaliknya jika polisis ikut serta

dalam tindakan menggunakan narkotika, tentu saja memberikan kesan atau

pandangan yang negatif terhadap citra hakim itu sendiri.

Lemahnya pengawasan institusi penegak hukum menjadi salah satu faktor

penyebab terjadinya oknum hakim turut menyalahgunakan narkotika, sehingga

sikap ketidakpercayaan timbul terhadap kinerja peradilan juga hakim untuk

memberantas peredaran dan penyalahgunaan barang haram tersebut.Dengan

demikian memunculkan asumsi di kalangan masyarakat yang tidak sedikit

menghendaki agar aparat penegak hukum yang terlibat atas penyalahgunaan

narkotika dapat dihukum berat, bukan hanya diberikan sanksi melanggar disiplin

kode etik dan wewenang hakim atau hanya sekedar peringatan saja.68

Berdasarkan uraian diatas sebuah penilitian ilmiah karena hakim

merupakan aparat penegak hukum yang memutuskan suatu perkara pidana,

dimana dalam menjalankan tugas dan wewenangnya apakah hakim telah Dengan demikian, diharapkan terwujud tujuan dari pemberian sanksi

pidana yaitu memberikan efek jera pada para pelaku yang telah melanggar

peraturan hukum pidana tanpa memandang jabatan orang yang melakukan tindak

pidana tersebut, sehingga keadilan dapat ditegakkan dan terwujud pertanggung

jawaban pidana oknum hakim yang melakukan tindak pidana tersebut. Tentu saja

hal yang diinginkan adalah pemberian sanksi dari instansi yang bersangkutan

yang diberikan seberat-beratnya sehingga hal ini dapat memberikan peringatan

dan efek jera kepada aparat penegak hukum yang lain untuk tidak melakukan hal

yang sama.

(9)

melakukan penyelewengan atau penyalahgunaan atas wewenang yang dimilikinya

tersebut.

Ketertarikan untuk menguraikan masalah tindak pidana penyalahgunaan

narkotika, khususnya yang dilakukan oknum hakim karena hakim merupakan

aparat penegak hukum. Sesuai dengan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

yang mengadili terdakwa yang bernama Puji Wijayanto,SH.Mh sebagai hakim

Pengadilan Bekasi merupakan putusan yang diteliti oleh penulis yang terdapat

kejanggalan dalam putusan hakim, dengan judul skripsi “PENEGAKAN

HUKUM TERHADAP HAKIM SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA

NARKOTIKA (Studi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

361/Pid.Sus/2013/PN.JKT.BAR)” untuk dikaji lebih lanjut mengenai

pertanggung jawaban itu dan pemberian sanksi pidana terhadap hakim tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana formulasi Tindak Pidana Narkotika dalam UU No.35 Tahun

2009 tentang Narkotika?

2. Apakah yang menjadi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak

pidana narkotika?

3. Bagaimana penegakan hukum terhadap hakim sebagai pelaku tindak

pidana narkotika pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

361/Pid.Sus/2013/PN.JKT.BAR?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

(10)

a. Untuk mengetahui formulasi tindak pidana narkotika yang ditinjau dari

perturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadimya suatu tindak pidana

narkotika.

c. Untuk mengetahui upaya penanggulangan tindak pidana narkotika oleh

aparat penegak hukum serta untuk mengetahui sanksi hukum yang

diberikan pada aparat tersebut sebagai pelaku tindak pidana narkotika.

2. Manfaat Penulisan

Adapun yang diharapkan penulis dalam menulis skripsi ini agar dapat manfaat

sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih pemikiran terhadap

pengembangan untuk dunia pendidikan di bidang Ilmu Hukum khususnya

terkait penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika.

2) Bagi pihak yang berkepentingan, yakni : para Pembentuk Peraturan

Perundang-undangan dan Akademisi dapat memberikan masukan dalam

penanggulangan dan penegakan hukum dalam memberantas tindak pidana

narkotika.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Penulis : Penilitian ini dapat memperluas pengetahuan tentang

penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan dilapangan, serta

menambah wacana Ilmu Hukum Pidana tentang penanganan atau

pertanggung jawaban pidana terhadap hakim yang menyalahgunakan

(11)

2) Bagi Lembaga Peradilan Indonesia : Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan dalam hal penanganan terhadap aparat hakim, jaksa

dan aparatur penegak hukum lainnya yang menyalahgunakan narkotika

sehingga dapat lebih meningkatkan profesionalisme dan tanggung jawab

jabatannya.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan di perpustakaan Universitas

Sumatera Utara bahwa judul tentang “Penegakan Hukum Terhadap Hakim

Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Barat Nomor 361/Pid.Sus/2013/PN.JKT.BAR)”, maka diketahui bahwa

belum ada penelitian yang serupa dengan apa yang menjadi bidang dan ruang

lingkup yang diangkat untuk dikaji dan diteliti dalam penelitian ilmiah ini. Oleh

karena itu, penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini jelas dan dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan secara moril, karena dalam melakukan

penilitian ini harus memperhatikan ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang

harus dijunjung tinggi bagi peneliti atau akademisi dalam melakukan penelitian

hukum.

E. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum Tentang Hukum Pidana

Indonesia merupakan negara hukum sesuai Pasal 1 ayat (3) UUD 194569

69

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 1 ayat (3)

.

(12)

oleh huku m.Dalam kehidupan bermasyarakat, perilaku masyarakat diatur dalam

aturan hukum.Salah satu perilaku yang diatur oleh hukum ialah tindak pidana

narkotika.

a. Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu

negara, yang mengadakan dasar-dasar atau aturan-aturan untuk :70

1) Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang

dilarang dengan disertai ancaman atau sangsi berupa pidana tertentu bagi

barang siapa melanggar larangan tersebut.

2) Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah

melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana

sebagaimana yang telah diancamkan.

3) Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat

dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan

tersebut.

Definisi tersebut meskipun secara teoritis adalah benar, tetapi oleh karena tidak

memberi gambaran tentang isinya hukum pidana itu tadi, bahkan hanya menyebut

akibat hukumnya saja, maka tidak memuaskan.Menurut Pompe, Utrecht,

Nederland Handboek Nederlans Straftrecht 4e, “Hukum Pidana, demikian

Pompe, adalah semua aturan-aturan hukum yang menentukan terhadap

perbuatan-perbuatan apa yang seharusnya dijatuhi pidana, dan apakah macamnya pidana

itu”.71

70

Aruan Sakidjo, Bambang Poernomo, Hukum Pidana (Dasar Aturan Umum: Hukum Pidana Kodifikasi),Balai Aksara, Yogyakarta, 1998, hal. 16

71

(13)

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa hukum pidana merupakan

hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh

Undang-undang beserta saksi pidana yang dapat dijatuhkan kepada pelaku.72

b. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana adalah tindakan yang dinilai melanggar ketentuan

KUHP.Maksudnya ialah apabila ada seseorang melakukan tindakan melanggar

hukum maka orang tersebut dapat dikenai salah satu pasal dalam KUHP, yang

dimaksud pelanggaran adalah tindakan menurut hukum yang berlaku tidak boleh

dilakukan.Tindak pidana juga diartikan merupakan perbuatan yang dilarang oleh

suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana

tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.73

72

Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2001, hal.6

73

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, PT. Bina Aksara,Jakarta, 1985, hal.54

Dapat juga dikatakan

bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang

dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangan ditujukan

kepada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh

kelakuan orang), sedangkan ancaman pidananya ditujukan kepada orang yang

menimbulkan kejadian itu.Antara larangan dan ancaman pidana ada hubungan

yang erat, oleh karena antara kejadian dan orang yang menimbulkan kejadian itu,

ada hubungan yang erat pula. Disatu sisi tidak dapat dipisahkan dengan sisi yang

lain. Kejadian tidak dapat dilarang jika yang menimbulkan bukan orang dan orang

tidak dapat diancam pidana, jika tidak karena kejadian yang ditimbulkan olehnya.

Dan justru untuk menyatakan hubungan yang erat itu, maka dipakailah perkataan

(14)

konkrit: pertama, adanya kejadian yang tertentu dan kedua, adanya orang yang

berbuat yang menimbulkan kejadian itu.

2. Tinjauan Umum Mengenai Hakim Sebagai Aparat Penegak Hukum

Aparatur negara hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak

hukum dan aparat penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum

yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu dimulai dari saksi, polisi,

penasehat hukum, jaksa, hakim dan petugas sipir pemasyarakatan. Setiap aparat

dan aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan tugas

atau perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan,

penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan

pemberian sanksi, serta upaya pemasyarakatan kembali (rasionalisasi) terpidana.

Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat tiga elemen

penting yang mempengaruhi, yaitu:74

a. Institusi penegak hukum beserta sebagai perangkat sarana dan prasarana

pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya.

b. Budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai

kesejahteraan aparatnya, dan

c. Berangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya

maupun yang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik

hukum materiilnya maupun hukum acaranya.

Pada dasarnya hakim dapat diartikan sebagai orang yang bertugas untuk

menegakkan keadilan dan kebenaran, menghukum orang yang berbuat salah dan

74

(15)

membenarkan orang yang benar, dan di dalam menjalankan tugasnya, ia tidak

hanya bertanggung jawab kepada pihakpihak yang berperkara saja, dan menjadi

tumpuan harapan pencari keadilan, tetapi juga mempertanggung jawabkannya

kepada Tuhan Yang Maha Esa.75

Sedangkan Al Wisnu Broto juga mengemukakan pendapatnya bahwa yang

dimaksud dengan Hakim adalah konkretisasi hukum dan keadilan secara abstrak

dan bahkan ada yang menggambarkan hakim sebagai wakil Tuhan di bumi untuk

menegakkan hukum dan keadilan. Jika kedua pengertian yang dikemukakan

tersebut diperbandingkan, maka secara normatif hakim merupakan institusi yang

mempunyai kekuasaan kehakiman, yang mencakup Mahkamah Agung dan badan Ditinjau secara normatif menurut Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial yang dimaksud dengan hakim adalah

hakim agung dan hakim pada badan peradilan di semua lingkungan peradilan

yang berada di bawah Mahkamah Agung serta Hakim Mahkamah Konstitusi

sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 24 Undang Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Sedangkan secara etimologi atau secara umum, Bambang Waluyo, S.H.

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hakim adalah organ pengadilan yang

dianggap memahami hukum, yang di pundaknya telah diletakkan kewajiban dan

tanggung jawab agar hukum dan keadilan itu ditegakkan, baik yang berdasarkan

kepada tertulis atau tidak tertulis (mengadili suatu perkara yang diajukan dengan

dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas), dan tidak boleh ada satu pun yang

bertentangan dengan asas dan sendi peradilan berdasar Tuhan Yang Maha Esa.

75

(16)

peradilan dibawahnya sampai ke Mahkamah Konstitusi. Sedangkan penjelasan

tentang hakim secara umum, hakim haruslah seseorang yang mempunyai

tanggung jawab, integritas, dan kemampuan untuk berbuat adil dalam membuat

keputusan.76

Namun pada dasarnya kata “hakim” tersebut ditafsirkan secara generik

(umum) dan dapat diartikan bahwa hakim adalah seluruh hakim di semua jenis

dan tingkatan peradilan yaitu Hakim Agung, hakim pada 5 badan peradilan di

semua lingkungan peradilan yang berada dibawah Mahkamah Agung dan Hakim

Konstitusi.77

1. Jenis Penelitian

F. Metode Penelitian dan Penulisan

Penelitian dalam penulisan skripsi ini diarahkan kepada penelitian hukum

normatif (penelitian hukum doktriner) dengan mengkaji asas-asas hukum dan

peraturan perundang-undangan.Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian

hukum doktriner. Penelitian hukum jenis ini mengkonsepsikan hukum sebagai apa

yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum

dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku

manusia yang dianggap pantas.78

2. Data

76

Ibid

77

Ibid 78

(17)

Sumber data penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang

diperoleh secara langsung dari asyarakat (data primer) dan dari bahan-bahan

pustakan (data sekunder).79Metode penelitian hukum normative hanya mengenal

data sekunder saja.80 Data sekunder tersebut terdiri dari bahan hukum primer;

bahan hukum sekunder; dan bahan hukum tersier.81

a) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri dari:

1. Norma kaidah dasar yaitu Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia 1945;

2. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang

Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman;;

4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

5. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana;

7. Peraturan Perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan penelitian

ini.

b) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer, diantaranya;

1. Buku-buku yang terkait dengan hukum;

2. Artikel di jurnal hukum;

79

Soejono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tujuan Singkat,(Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2009) hal.12.

80

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.12.

81

(18)

3. Skripsi ,Tesis dan Disertasi Hukum;

4. Karya dari kalangan praktisi hukum ataupun akademisi yang ada

hubungannya dengan penelitian ini.

c) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekuder, diantaranya;

1. Kamus hukum dan kamus bahasa Indonesia;

2. Majalah-majalah yang ada hubungannya dengan penelitian ini;

3. Surat kabar yang memuat tentang kasus-kasus tindak pidana korupsi

khususnya tentang alat bukti penyadapan.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan dan pengumpulan data dilaksanakan dengan cara penelitian

kepustakaan (library research) atau disebut juga dengan studi dokumen yang

meliputi bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.82

4. Analisis Data

Studi kepustakaan yang

dimaksudkan dalam skripsi ini diterapkan dengan mempelajari dan menganalisa

secara sistematis bahan-bahan yang utamanya berkaitan dengan alat bukt i

penyadapan dalam tindak pidana korupsi, termasuk juga bahan-bahan lainnya

yang ada kaitannya dan dibahas dalam skripsi ini.

Menurut Patton, analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.83

82

Ibid, hal. 38 83

Lexy J. Moeleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif,PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999, hal. 103

(19)

berbagai sumber.84

84

Ibid, hal. 190

Adapun yang menjadi sumber utama dalam penulisan skripsi

ini adalah data sekunder.Analisis data dalam penelitian hukum menggunakan

metode pendekatan kualitatif, karena tanpa menggunakan rumusan statistik,

sedangkan penggunaan angka-angka hanya sebatas pada angka persentase

sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai masalah yang

diteliti.

H. Sistematika Penulisan

Sistem penulisan skripsi ini dibagi dlam beberapa bagian yang tersebut

dalam beberapa bab, dimana masing-masing bab diuraikan masalahnya secara

tersendiri namun masih dalam konteks yang berkaitan satu dengan yang lainnya.

Secara terperinci, Sistematika Penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan Latar Belakang yang menjadi dasar penulisan

skripsi, Rumusan Masalah yang timbul dari Latar Belakang, Tujuan

dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan

yang berisikan teori-teori dasar tentang skripsi ini, Metode

Penulisan yang digunakan dalam skripsi ini, serta Sistematika

Penulisan skripsi ini.

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA

NARKOTIKADAN HAKIM MENURUT PERATURAN

(20)

Bab ini berisikan dasar-dasar hukum dari tindak pidana narkotika

itu sendiri, serta dasar-dasar hukum mengenai hakim menurut

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK

PIDANA NARKOTIKA

Bab ini berisikan uraian-uraian dari faktor yang menyebabkan

seseorang yang melakukan tindak pidana narkotika, yang dalam

skripsi ini hanya sebatas hakim yang melakukan suatu tindak

pidana narkotika yang putusan pidana terhadap hakim tersebut akan

dianalisis dalam skripsi ini.

BAB IV PENEGAKAN HUKUM TERHADAP HAKIM SEBAGAI

PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Studi Putusan

Nomor 361/Pid.Sus/2013/PN.JKT.BAR)

Bab ini berisikan kasus Posisi Tindak Pidana Narkotika dalam

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No.

361/Pid.Sus/2013/PN.JKT.BRT serta analisis putusannya.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan Kesimpulan dari pembahasan yang diangkat

dalam skripsi ini dan Saran dari Penulis terkait dengan skripsi yang

Referensi

Dokumen terkait

As far as this essay is concerned, the discussion in this essay attempts to explore how reading literature can help Indonesians negotiate their identities

JUDUL : KORBAN SUSPECT ANTRAKS MEDIA : TRIBUN JOGJA. TANGGAL : 22

perintah atau instruksi secara fisik, para.. peserta didik dapat belajar lebih jauh untuk membaca dan menuliskannya. Sehingga pada saatnya para peserta didik telah

untuk sapi milik majikan dan sapi jantan muda miliknya. Setelah sapi jantan muda dipandang pantas dijual, maka sapi tersebut dijual dan uang yang diterima

Conference on Social Cohesion, Justice and Citizenship: The Role of Voluntary Sector, Victoria University, Wellington.. Jenny, Widiya,

Permasalahan yang terjadi masyarakat kurang mengerti jumlah debit air yang telah digunakan dikarenakan masyarakat tidak bisa selalu memantau penggunaan air setiap

Siti Rahayu Hassan, Mohammad Syuhaimi Ab-Rahman, Aswir Premadi and Kasmiran Jumari. The Development of Heart Rate Variability Analysis Software for Detection of Individual

respected and applied in connection with forest management rights, access to forest resources, sharing of benefits, etc. National Law No. - Approved ILO Convention 169 on