• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Prior Experience Dan Advertising Terhadap Ketidakpuasan Konsumen Melakukan Brand Switching Dalam Pembelian Produk Krim Pelembab Wajah (Studi Kasus Perumahan Pertama Hijau) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Prior Experience Dan Advertising Terhadap Ketidakpuasan Konsumen Melakukan Brand Switching Dalam Pembelian Produk Krim Pelembab Wajah (Studi Kasus Perumahan Pertama Hijau) Chapter III V"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitiankorelasional. Penelitian

korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk menentukan apakah terdapat hubungan(asosiasi) antara dua variabel atau lebih, serta seberapa jauh korelasi yang ada di antara variabel yang diteliti. Yang dimaksud dengan variabel adalah suatu konsep yang dapat diasumsikan sebagai suatu kisar nilai (Kuncoro, 2013:12)

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Perumahan Permata Hijau Jln. Orde Baru KM 12,5 Binjai – Medan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 sampai dengan Okteber 2016.

3.3 Batasan Operasional

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan. Penelitian ini dibatasi pada pengaruh:

1. Variabel bebas (X) terdiri atas Pengalaman Sebelumnya (Prior Experience) (X1), dan Iklan (Advertising) (X2).

(2)

3. Variabel terikat (Y) adalah Melakukan Perpindahan Merek (Brand Switching) (Y2).

3.4 Definisi Operasionalisasi Variabel

1. Pengalaman Sebelumnya (Prior Experience)

Menurut Lamb, Hair dan McDaniel (2011:197) pengalaman sebelumnya (Prior Experience) terjadi ketika konsumen telah memiliki pengalaman sebelumnya dengan barang atau jasa dan tingkat keterlibatan biasanya menurun.

Indikator yang digunakan untuk variabel pengalaman sebelumnya adalah: a. Pemakaian Produk

b. Konsumsi Kinerja c. Keadaan suasana hati d. Pengalaman konsumsi 2. Iklan (Advertising)

Menurut Kotler dan Keller (2009:202) iklan adalah segala bentuk perjanjian bukan pribadi dan promosi ide, barang atau jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu. Iklan bisa menjadi bentuk yang efektif dari segi biaya dalam menyampaikan pesan, baik dengan tujuan membangun preferensi merek atau mendidik orang.

Indikator yang digunakan untuk variabel Iklan adalah: a. Informatif

(3)

e. Celebrity Endorser 3. Ketidakpuasaan

Menurut Kotler dan Keller (2009:138) ketidakpuasaan adalah perasaan kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja (hasil) yang dipersepsikan produk terhadap ekspektasi konsumen.

Indikator yang digunakan untuk variabel ketidakpuasaan adalah:

a. Complain

b. Pengembalian

c. Tidak menggunakan

d. Word of mouth negative

e. Beralih

4. Perpindahan Merek (Brand Switching)

Menurut Petter dan Olson (2003:408) perpindahan merek adalah perpindahan loyalitas dari satu merek ke merek lain dalam kategori produk sejenis, untuk berbagai macam alasan tertentu.

Indikator yang digunakan untuk variabel Perpindahan Merek (Brand Switching) adalah:

a. Ketidakpuasan terhadap suatu produk b. Kualitas produk

c. Mencari variasi d. Iklan

(4)

Tabel 3.1: Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator Skala Ukur

Prior

Experience (X1)

Terjadi ketika konsumen telah memiliki pengalaman sebelumnya dengan barang atau jasa dan tingkat keterlibatan biasanya

(5)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert.Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2012: 134).

Skala likert menggunakan lima tingkatan jawaban sebagai berikut: Tabel 3.2 : Instrumen Tabel Skala Likert

No Skala Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber: Sugiono, 2012:135

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2013: 118).

(6)

3.6.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik populasi yang diteliti (Sugiono, 2012:118). Teknik yang dipilih dalam penelitian ini adalah teknik nonprobability sampling yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik

nonprobability sampling yang dipakai adalah tekniksampling purposive, yaitu teknik pegambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Sugiono, 2012:300).

Adapun yang menjadi karakteristik penulis dalam pemilihan sampel pada penelitian ini adalah:

a. Konsumen yang berjenis kelamin perempuan. Kerena perempuan lebih dominan dalam penggunaan krim pelembeb wajah.

b. Konsumen yang telah berusia ≥20 tahun karena dinilai telah dewasa dan dapat menentukan merek krim pelembeb wajah apa yang akan digunakan. c. Konsumen yang pernah melakukan perpindahan merek produk krim

pelembeb wajah.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin:

� = N

(7)

Dimana:

n : Jumlah Sampel N : Jumlah Populasi

e : Tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel (error term) Maka,

�= 226

1 + 226 (0,1)2

n = 69,32 (dibulatkan menjadi 70 orang)

Jumlah sampel yang diperoleh pada penelitian ini sebanyak 70 responden dari 226 populasi.

3.7 Jenis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis sumber data yaitu: 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan survei lapangan yang secara langsung dari responden di lokasi penelitian dan diperoleh dengan memberikan daftar pertanyaan (Kuesioner) kepada masyarakat di Perumahan Permata Hijau yang memenuhi ciri yang telah ditentukan.

2. Data Sekunder

(8)

3.8 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 metode yaitu: 1. Daftar Pertanyaan (Questionaire)

Daftar Pertanyaan (Questionaire merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan sejumlah daftar pertanyaan atau pernyataan yang tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012:199).

2. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi merupakan metode mengumpulkan data melalui buku, jurnal, majalah, internet yang menjadi bahan referensi pendukung bagi peneliti.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Uji Validitas

(9)

Tingkat validitas dapat diukur dengan membandingkan nilai r hitung dan nilai r tabel, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika: r hitung positif dan r hitung >r tabel maka dinyatakan valid 2. Jika: r hitung negatif dan r hitung <r tabel maka dinyatakan tidak valid 3. R hitung dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlation.

4. Nilai r tabel dengan responden awal berjumlah 30 orang dan alpha 5% adalah 0,361.

Uji validitas kuesioner dalam penelitian ini akan dilakukan pada masyarakat di Perumahan Permata Hijau Jln. Orde Baru KM 12,5 Binjai-Medan pada 30 responden diluar sampel.

Tabel 3.3

(10)

Pada Tabel 3.3 nilai Corrected Item – Total Correlation dibandingkan dengan r tabel. Karena responden adalah 30, maka nilai r tabel sebesar 0,361. Terlihat pada kolom Corrected Item – Total Correlation bahwa nilai setiap butir pertanyaan lebih besar daripada nilai r tabel. Hal ini, berarti semua pertanyaan valid.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Realibilitas merupakan konsistensi dan stabilitas dari suatu skala pengukuran. Reliabilitaas berbeda dengan validitas karena reliabilitas memusatkan perhatian pada masalah konsistensi, sedangkan validitas lebih memperhatikan ketepatan (Kuncoro 20013:175). Pertanyaan yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas, maka akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

Jika r alpha positif atau > dari r tabel maka pertanyaan reliabel. Jika r alpha negatif atau < dari r tabel maka pertanyaan tidak reliabel.

Pengukuran reliabilitasnya menggunakan uji statistik Cronbach Alpha. Menurut Situmorang Lufti (2015: 89) suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha >0,80.

Tabel 3.4 Tabel Uji Reliabilitas

Sumber: Data penelitian di olah SPSS (Agustus, 2016) Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

(11)

Pada 16 pertanyaan dengan tingkat signifikansi 5% diketahui bahwa koefisien alpha adalah sebesar 0,925. Ini berarti 0,925> 0,80 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dapat dijadikan sebagai instrumen penelitian ini.

3.10 Teknik Analisis Data

3.10.1 Metode Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif adalah statistik yang menggambarkan fenomena atau karakteristik data. Dalam suatu penelitian analisis deskriptif perlu dilakukan karena karakteristik dari suatu data akan menggambarkan fenomena dari data.

Pada metode analisis deskriptif data yang diperoleh, disusun, dikelompokkan, dan dianalisis untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai objek penelitan. Data diperoleh dari data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh sejumlah responden.

3.10.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum melakukan analisis regeresi. Ini dilakukan agar didapat perkiraan yang tidak bias dan efisiensi, maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi, (Situmorang dan Lufti, 2012:175) yaitu:

1. Uji Normalitas

(12)

artinya variabel residual berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan pendekatan kolmogrov-smirnov.

Adapun kriteria pengujian sebagai berikut :

a. Jika Asym. Sig > 0,05 berarti seluruh data berdistribusi normal b. Jika Asym. Sig < 0,05berarti seluruh data berdistribusi tidak normal 2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut homoskedastisitas, sementara itu, untuk varians yang berbeda disebut heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Jika terjadi korelasi, terdapat masalah multikolinieritas yang harus diatas.

Adapun kriteria pengujian sebagai berikut :

1. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai

Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 0 maka Tolerance = 1/10 = 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.

(13)

yang sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi multikolinieritas.

3.10.3 MetodeAnalisis Jalur (Path Analysis)

Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisis jalur (path analysis) dan pengolahan data menggunakan program SPSS. Analisis jalur merupakan model dasar yang digunakan untuk menganalisis jalur dalam mengestimasi kekuatan dari hubungan-hubungan kausal yang digambarkan dalam path model. Analisis jalur digunakan karena diduga terdapat hubungan

korelasional antara variabel bebas, sehingga terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap variabel terikat. Adapun model persamaan analisis jalur pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Model 1 Analisis Jalur

Y1= α + b1X1 + b2X2 + e

Dimana:

Y1= Ketidakpuasaan Konsumen

α = Intercept / Konstanta

b1-b2 = Koefisien Regresi X1 = Prior Experience

(14)

2. Model 2 Analisis Jalur

Y2= α + b3X1 + b4X2 + b5Y1 + e

Dimana:

Y2 = Brand Switching Α = Intercept / Konstanta

b3-b4 = Koefisien Regresi X1 = Prior Experience

X2 = Advertising

Y1 = Ketidakpuasaan Konsumen

� = Term of error

Teknik analisis ini sangat dibutuhkan dalam berbagai pengambilan keputusan baik dalam perumusan kebijakan manajemen maupun dalam telaah ilmiah.

3.11. Koefisien Determinasi (R2)

(15)

3.12 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan koefisiean determinasi, secara serempak (Uji F) dan secara parsial (Uji t).

3.12.1 Uji Serempak (Uji F)

Uji Signifikan Simultan / Uji Serentak (Uji F) dilakukan untuk mengetahui apakah model penelitian telah dapat diterima atau tidak untuk dilakukan analisis selanjutnya. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0

Artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh dari variabel independen yaitu prior experience(X1), dan advertising(X2), terhadap variabel dependen dan variabel intervening yaitu Brand Switching (Y2) dan ketidakpuasaan konsumen(Y1).

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0

Artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh dari variabel independen yaitu prior experience(X1), dan advertising (X2), terhadap variabel dependen dan variabel intervening yaitu brand switching (Y2) dan ketidakpuasaan konsumen(Y1).

Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%.

(16)

3.12.2 Uji Parsial (Uji t)

Uji t bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

H0 : bi = 0

Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh dan signifikan dari variabel independen yaitu prior experience(X1), dan advertising(X2), terhadap variabel dependen dan variabel intervening yaitu Brand Switching (Y2) dan ketidakpuasaan konsumen(Y1).

Ha : bi ≠ 0

Artinya secara parsial terdapat pengaruh dan signifikan dari variabel indepen yaituprior experience(X1), dan advertising(X2), terhadap variabel dependen dan variabel intervening yaitu Brand Switching (Y2) dan ketidakpuasaan konsumen(Y1).

Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: H0 diterima apabila thitung< ttabel pada α = 5%.

(17)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Krim Pelembab Wajah

Krim pelembab wajah adalah salah satu produk kecantikanyang sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas saat sekarang ini. Setiap hari mereka menggunakan krim pelembab wajah untuk merawat wajah dan menyelesaikan permasalahan kulit wajah yang dialami. Beragamnya produk krim pelembab yang ditawarkan di pasaran merupakan suatu strategi persaingan bisnis. Produsen krim pelembab wajah berlomba-lomba memberikan suatu inovasi yang baru pada produknya.

Saat ini industri krim pelembab wajah dalam negeri dikuasai oleh beberapa perusahaan yaitu PT Unilever Indonesia Tbk, PT. R’Oreal Indonesia dan PT Protector & Gambler Indonesia (P&G) dimana perusahaan ini merupakan produsen consumer goods. Unilever telah mengeluarkan empat merek krim pelembab wajah yaitu Pond’s, Citra, Hazeline dan Vaseline. Sedangkan R’Oreal mengeluarkan merek krim pelembab wajah Garnier, Maybeline dan L’Oreal. Dan P&G telah mengeluarkan merek krim pelembab wajah Olay.

1. PT Unilever Indonesia Tbk

(18)

Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.

Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.

Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.

2.

PT. R’Oreal Indonesia

(19)

Eugène Paul Louis Schueller (20 Maret 1881 Paris – 23 Agustus 1957) adalah pendiri L’Oréal, perusahaan terkemuka dunia dalam kosmetik dan kecantikan.Sebagai seorang ahli kimia Perancis muda dan lulusan Institut de Chimie Appliquée de Paris (sekarang Chimie ParisTech) pada tahnu 1904, Eugene Schueller mengembangkan perusahaan yang sekarang dikenal dengan L’Oréal pada tahun 1907. L’Oréal adalah formula rambut-warna yang inovatif. Ia menyebutnya dengan Oréale dye.

Pada tahun 1909, ia terdaftar perusahaannya, “Société Française de Teintures Inoffensives pour Cheveux”, sebuah perusahaan yang dimasa depan dikenal dengan L’Oréal. Schueller wafat pada 1957. Anak tunggalnya, Liliane Betencourt, mewarisi sebagian besar kekayaannya. Setelah dua tahun mengadakan eksperimen lebih jauh, dia meninggalkan pekerjaan hariannya sebagai ahli kimia dan mendirikan French Harmless Hair Color Co. Dengan 800 frank Perancis, atau sekitar 120 dolar AS. Pada tahun 1911, dia mengubah nama perusahaannya menjadi L’Oréal.

Tahun berikutnya produknya mulai dijual seantero Eropa dan melalui agen dan konsinyasi, L’Oréal mulai mencatat dan melebarkan sayap penjualannya ke AS, Amerila Latin, Rusia, dan Asia. Pada tahun 1920, permintaan begitu besar sampai Schnueller memperkerjakan 3 ahli kimia.

(20)

3.

PT. Protector & Gambler Indonesia (P&G)

P&G didirikan oleh William Procter, seorang pembuat lilin, dan James Gamble, seorang pembuat sabun. Ide pendirian usaha bersama ini dirintis oleh Alexander Norris, mertua mereka, yang mengadakan pertemuan di mana ia membujuk Procter dan Gamble untuk menjadi partner bisnis. Pada tanggal 24 Agustus 1837, sebagai hasil dari pertemuan tersebut, Procter & Gamble didirikan. Tanggal inilah yang kemudian diperingati sebagai hari jadi P&G pada tiap tahunnya.

4.1.2. Customer Touch Point Krim Pelembab Wajah

1. Consumer Touch Points Pre-Sales

1.

Mencari Informasi 2. Permasalahan 3. Membandingkan Gambar 4.1 Consumer Touch Point Pre-Sales

Sumber: Pencarian Google (2016) Tahap 1.

(21)

tahap di mana konsumen secara aktif mencari informasi tentang krim pelembab wajah. Seperti pencarian informasi dapat dilakukan melalui iklan, media sosial, pencarian internet, dari mulut ke mulut, keluarga, pengalaman teman-teman dan lain-lain.

Tahap 2.

Tahap di mana konsumen mencari tau mengenai permasalah kulit wajah apa yang dialami dan krim pelembab wajah apa yang sesuai dengan permasalahan kulitnya. Tahap ini konsumen ingin memastikan masalah apa sebenarnya yang dialami oleh konsumen misalnya seperti alergi makanan, jerawat, keriput, bintik hitam dan masalah kulit wajah lainnya. Sehingga konsumen pun mencari tau bagaimana cara mengatasi permasalahan dengan benar, apakah dengan menggunakan krim pelebab wajah yang biasa digunakan atau mencoba merek krim pelembab wajah lain yang dianggap sesuai dengan masalah kulit yang sedang dihadapi konsumen.

Tahap 3.

(22)

membandingkan merek-merek tersebut konsumenpun menentukan merek krim pelembab wajah yang akan digunakan.

2. Consumer Touch Points Sales

1. Menggunjugi Toko 2. Membeli Produk Gambar 4.2 Consumer Touch Points Sales

Sumber: Pencarian Google (2016) Tahap 1

Tahap di mana konsumen telah mengetahui merek krim pelembab wajah apa yang akan digunakan. Konsumen mencari merek yang akan dibeli di toko, bertanya kepada penjual toko apakah merek tersebut memiliki manfaat yang sesuai dengan keluhan yang dihadapi konsumen. Selain ketoko konsumen juga dapat mengunjungi klinik kecantikan untuk berkonsultasi mengenai masalah kulitnya.

Tahap 2.

(23)

Konsumen Menggunakan

Produk

Konsumen Menggunakan

Produk Konsumen Menggunakan

Produk Konsumen Menggunakan

Produk 3. Customer Touch Point After Sales

Tahap di mana konsumen telah menggunakan krim pelembab wajah yang dibeli dan menggunakannya setelah beberapa lama. Adapun perilaku konsumen tersebut setelah menggunakan yaitu:

1. Konsumen yang merasa kepuasaan

Karena diangap sesuai dengan kebutuhannya, konsumen yang merasapuas akan senang dan tetap menggunakan merek tersebut. Konsumen yang puas akan menceritakan hal yang baik mengenai produk tersebut kepada pihak lain dan merekomendasikan untuk menggunkannya.

2. Konsumen yang merasa tidakpuas

(24)

3. Konsumen yang merasa puas tetapi tidak ingin menggunkan kembali

Ada beberapa konsumen yang merasa puas tetapi tidak ingin menggunakan kembali merek tersebut karena beberapa alasanya misalnya seperti ingin mencoba saja, mengalami kenaikan harga dan sebagainya. Konsumen biasanya tidak tertarik dengan produk tersebut tetapi juga tidak merasa kecewa dengan produk tersebut sehingga biasanya konsumen tidak akan menceritakan mengenai hal apapun kepada pihak lain mengenai merek krim pelembab wajah.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Analisis Deskriptif Data Responden

Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 70 responden yang merupakan konsumen yang menggunakan krim pelembab wajah, dapat diketahui gambaran tentang umur, profesi/pekerjaan dan penghasilan perbulan.

4.2.2.1. Crosstab Umur dan Penghasilan

(25)

Tabel 4.1

Crosstab Umur dan Penghasilan Responden Umur

(26)

orang dan responden yang berpenghasilan >3 juta sebanyak 2 orang. Responden yang berumur >40 tahun berjumlah 17 orang, dimana responden yang berpenghasilan 1-2 Juta sebanyak 5orang, responden yang berpengahasilan 2-3 juta sebanyak 8 orang dan responden yang berpenghasilan >3 juta sebanyak 4.

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa 70 orang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas responden dengan penghasilan 2-3 juta sebanyak 37 orang, responden dengan penghasilan 1-2 juta sebanyak 25 orang dan responden dengan penghasilan >3 juta sebanyak 8 orang.

4.2.2.2. Crosstab Umur dan Pekerjaan

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari penyebaran kuesioner maka diperoleh data tentang crosstab umur dan pekerjaan konsumen krim pelembab wajah yang menjadi responden dalam penelitian ini, seperti pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Crosstab Umur dan Pekerjaan Umur

Sumber: Data Primer Diolah (Okteber 2016)

(27)

31-35 tahun sebanyak 14 orang, responden dengan umur 36-40 tahun sebanyak 18 orang dan responden dengan umur >40 tahun sebanyak 17 orang.

Responden yang berumur 21-25 tahun berjumlah 12 orang, dimana responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga tidak ada, responden yang berpekerjaan sebagai mahasiswa sebanyak 10 orang, reponden yang bepekerjaan sebagai karyawan swasta sebanyak 1 orang, responden dengan pekerjaan sebagai PNS tidak ada dan responden yang bepekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 1 orang.

Responden yang berumur 26-30 tahun berjumlah 9 orang, dimana responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 1 orang, responden yang berpekerjaan sebagai mahasiswa tidak ada, reponden yang bepekerjaan sebagai karyawan swasta sebanyak 3 orang, responden dengan pekerjaan sebagai PNS sebanyak 3 orang dan responden yang bepekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 2 orang.

Responden yang berumur 31-35 tahun berjumlah 14 orang, dimana responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 10 orang, responden yang berpekerjaan sebagai mahasiswa tidak ada, reponden yang bepekerjaan sebagai karyawan swasta sebanyak 2 orang, responden dengan pekerjaan sebagai PNS tidak ada dan responden yang bepekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 2 orang.

(28)

sebagai karyawan swasta sebanyak 2 orang, responden dengan pekerjaan sebagai PNS sebanyak 4 orang dan responden yang bepekerjaan sebagai wiraswasta tidak ada.

Responden yang berumur >40 tahun berjumlah 17 orang, dimana responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 11 orang, responden yang berpekerjaan sebagai mahasiswa tidak ada, reponden yang bepekerjaan sebagai karyawan swasta sebanyak 3 orang, responden dengan pekerjaan sebagai PNS sebanyak 2 orang dan responden yang bepekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 1 orang.

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa 70 orang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas responden sebagai ibu rumah tangga sebanyak 34 orang, responden dengan pekerjaan karyawan swasta sebanyak 11 orang, responden dengan sebagai mahasiswa sebanyak 10 orang, responden dengan pekerjaan PNS sebanyak 9 orang dan responden dengan pekerjaan wiraswasta sebanyak 6 orang.

4.2.2.3. Merek Krim Pelembab Wajah yang di Gunakan Sekarang dan Merek Krim Pelembab Wajah yang di Gunakan Sebelumnya

(29)

Tabel 4.3

Merek Krim Pelembab Wajah yang di Gunakan Sebelumnya dan Merek Krim Pelembab Wajah yang di Gunakan Sekarang

Merek Krim Pelembab Wajah Sebelum Sesudah %

Citra White 9 orang 9 orang 0

Sumber: Data Primer Diolah (Okteber 2016)

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang menggunakan krim pelembab wajahmerek Citra White sebanyak 9 respoden yang menggunakan sebelumnya dan sebanyak 9 responden yang beralih menggunakan merek tersebut dengan persentasi (%) 0.

Responden yang menggunakan krim pelembab wajah merek Garnier sebanyak 8 responden yang menggunakan sebelumnya dan sebanyak 6 responden yang beralih menggunakan merek tersebut dengan persentasi (%) +2.

Responden yang menggunakan krim pelembab wajah merek La Tulipe sebanyak 6 responden yang menggunakan sebelumnya dan sebanyak 11 responden yang beralih menggunakan merek tersebut dengan persentasi (%) -5.

(30)

Responden yang menggunakan krim pelembab wajah merek Olay sebanyak 3 responden yang menggunakan sebelumnya dan tidak ada responden yang beralih menggunakan merek tersebut dengan persentasi (%) -3.

Responden yang menggunakan krim pelembab wajah merek Pixy sebanyak 5 responden yang menggunakan sebelumnya dan tidak ada responden yang beralih menggunakan merek tersebut dengan persentasi (%) -5.

Responden yang menggunakan krim pelembab wajah merek Pond’s sebanyak 14 responden yang menggunakan sebelumnya dan sebanyak 7 responden yang beralih menggunakan merek tersebut dengan persentasi (%) -7.

Responden yang menggunakan krim pelembab wajah merek Sariayu sebanyak 7 responden yang menggunakan sebelumnya dan sebanyak 4 responden yang beralih menggunakan merek tersebut dengan persentasi (%) -3.

Responden yang menggunakan krim pelembab wajah merek Tje Puk sebanyak 1 responden yang menggunakan sebelumnya dan tidak ada responden yang beralih menggunakan merek tersebut dengan persentasi (%) -1.

Responden yang menggunakan krim pelembab wajah merek Viva sebanyak 5 responden yang menggunakan sebelumnya dan sebanyak 2 responden yang beralih menggunakan merek tersebut dengan persentasi (%) +3.

(31)

Responden yang menggunakan krim pelembab wajah merek lainnya sebanyak 4 responden yang menggunakan sebelumnya dan sebanyak 5 responden yang beralih menggunakan merek tersebut dengan persentasi (%) -1.

4.2.2.4. Crosstab Merek Krim Pelembab Wajah yang di Gunakan Sekarang dan Keinginan untuk Mengganti Merek

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari penyebaran kuesioner maka diperoleh crosstab merek krim pelembab wajah yang di gunakan sekarang dan keinginan untuk mengaganti merek, dapat dilihat dari Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4

Crosstab Merek Krim Pelembab Wajah yang di Gunakan Sekarang dan Keingginan untuk Mengganti Merek

Merek

White Garnier Pond's Wardah Lainnya

Citra 0 0 2 0 0 7 9

Sumber: Data Primer Diolah (Okteber 2016)

(32)

Responden yang menggunakan merek krim pelembab wajah sekarang merek Citra White berjumlah 9 orang, dimana responden yang ingin berpindah menggunakan merek Citra White tidak ada, merek Garnier tidak ada, merek Pond’s berjumlah 2 orang, merek wardah tidak ada, merek lainnya tidak ada dan responden yang tidak ingin mengganti merek pelembab wajah berjumlah 7 orang.

Responden yang menggunakan merek krim pelembab wajah sekarang merek Garnier berjumlah 6 orang, dimana responden yang ingin berpindah menggunakan merek Citra White tidak ada, merek Garnier tidak ada, merek Pond’s berjumlah 1 orang, merek wardah tidak ada, merek lainnya berjumlah 3 orang dan responden yang tidak ingin mengganti merek pelembab wajah berjumlah 2 orang.

Responden yang menggunakan merek krim pelembab wajah sekarang merek La Tulipe berjumlah 11 orang, dimana responden yang ingin berpindah menggunakan merek Citra White tidak ada, merek Garnier tidak ada, merek Pond’s tidak ada, merek wardah berjumlah 3 orang, merek lainnya tidak ada dan responden yang tidak ingin mengganti merek pelembab wajah berjumlah 8 orang.

Responden yang menggunakan merek krim pelembab wajah sekarang merek Pond’s berjumlah 7 orang, dimana responden yang ingin berpindah menggunakan merek Citra White tidak ada, merek Garnier tidak ada, merek Pond’s tidak ada, merek wardah tidak ada, merek lainnya berjumlah 1 orang dan responden yang tidak ingin mengganti merek pelembab wajah berjumlah 6 orang.

(33)

menggunakan merek Citra White tidak ada, merek Garnier tidak ada, merek Pond’s berjumlah 1 orang, merek wardah tidak ada, merek lainnya tidak ada dan responden yang tidak ingin mengganti merek pelembab wajah berjumlah 3 orang.

Responden yang menggunakan merek krim pelembab wajah sekarang merek Viva berjumlah 2 orang, dimana responden yang ingin berpindah menggunakan merek Citra White tidak ada, merek Garnier tidak ada, merek Pond’s tidak ada, merek wardah tidak ada, merek lainnya tidak ada dan responden yang tidak ingin mengganti merek pelembab wajah berjumlah 2 orang.

Responden yang menggunakan merek krim pelembab wajah sekarang merek Wardah berjumlah 26 orang, dimana responden yang ingin berpindah menggunakan merek Citra White berjumlah 3 orang, merek Garnier berjumlah 1 orang, merek Pond’s tidak ada, merek wardah tidak ada, merek lainnya berjumlah 2 orang dan responden yang tidak ingin mengganti merek pelembab wajah berjumlah 20 orang.

Responden yang menggunakan merek krim pelembab wajah sekarang merek lainnya berjumlah 5 orang, dimana responden yang ingin berpindah menggunakan merek Citra White tidak ada, merek Garnier tidak ada, merek Pond’s tidak ada, merek wardah tidak ada, merek lainnya tidak ada dan responden yang tidak ingin mengganti merek pelembab wajah berjumlah 5 orang.

(34)

tidak ingin menganti merek krim pelembab wajah sebanyak 53 orang. Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa responden lebih banyak memilih tidak ingin mengganti merek krim pelembab wajah yang digunakan sebanyak 53 orang.

4.2.2.5. Lama Menggunakan Merek Krim Pelembab Wajah

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari penyebaran kuesioner maka diperoleh lamanya penggunaan merek Krim Pelembab Wajah yang digunakan sekarang, dapat dilihat dari Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.5

Lamannya Menggunakan Merek Krim Pelembab Wajah yang di Gunakan Sekarang

WAKTU Jumlah Responden Persentase (%)

< 3 BULAN 7 ORANG 10%

3-5 BULAN 17 ORANG 24,3%

>6 BULAN 46 ORANG 65,7%

TOTAL 70 ORANG 100%

Sumber: Data Primer Diolah (Okteber 2016)

(35)

4.2.2.6. Alasan Melakukan Perpindahan Merek Krim Pelembab Wajah

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari penyebaran kuesioner maka diperoleh alasan responden melakukan perpindahan merek Krim Pelembab Wajah yang digunakan, dapat dilihat dari Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6

Alasan Melakukan Perpindahan Merek Krim Pelembab Wajah

Alasan Jumlah

Responden

Persentase (%) Kualitas produk tidak sesuai dengan yang diharapkan 38 54,3% Harga produk tidak sesuai dengan kualitas produk 3 4,3%

Perubahan harga pada produk 2 2,9%

Ingin mencoba merek yang belum pernah digunakan sebelumnya

22

31,4%

Lainnya 5 7,1%

TOTAL 70 100%

Sumber: Data Primer Diolah (Okteber 2016)

(36)

respondenmelakukan perpindahan merek krim pelembab wajah karena kualitas produk tidak sesuai dengan yang diharapkan sebanyak 38 orang (54,3%).

4.2.3. Analisis Statistik Deskriptif Variabel

Responden dari penelitian ini adalah warga di Perumahan Permata Hijau Jln. Orde Baru KM12,5 Binjai – Medan. Terdapat 20 butir pertanyaan: 4 butir pertanyaan untuk variabel Prior Experience (Pengalaman Sebelumnya) (X1), 5 butir pertanyaan untuk variabel Advertising (Iklan) (X2), 5 butir pertanyaan untuk variabel Ketidakpuasaan Konsumen (Y1), dan 6 butir pertanyaan untuk Brand Switching (Perpindahan Merek) (Y2). Kuesioner disebarkan kepada 70 orang responden. Berikut distribusi jawaban responden terhadap variabel X dan Y. 4.2.3.1 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Prior Experience

Tabel 4.7

Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel Prior Experience (X1)

Pertanyaan STS TS N S SS

Rata-rata

F % F % F % F % F %

1 0 0 1 1,4 11 15,7 42 60,0 16 22,9 4,04 2 0 0 2 2,9 3 4,3 45 64,3 20 28,6 4,19 3 0 0 1 1,4 9 12,9 44 62,9 16 22,9 4,07 4 0 0 2 2,9 6 8,6 51 72,9 11 15,7 4,01 Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Okteber 2016)

Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 70 responden untuk variabel

prior experience pada Tabel 4.7 yaitu:

(37)

1,4% menyatakan tidak setuju, dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini di karenakan banyaknya merek krim pelembab wajah yang ditawarkan kepada konsumen, sehingga membuat konsumen sering menggunakan atau mengganti krim pelembab wajah dari suatu merek ke merek lainnya.

2. Pada pernyataan kedua, dari 70 responden sebanyak 28,6% responden menyatakan sangat setuju bahwa hasil selama menggunakan krim pelembab wajah sebelumnya tidak sesuai dengan yang dinginkan, 64,3% menyatakan setuju, 4,3% menyatakan kurang setuju, 2,9% menyatakan tidak setuju dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dikarenakan setelah konsumen menggunakan krim pelembab wajah tidak merasakan adanya manfaat perubahan selama pemakaian produk, oleh karena itu konsumen merasa kecewa dan tidak puas.

(38)

4. Pada pernyataan keempat, dari 70% responden sebanyak 15,7% responden menyatakan sangat setuju bahwa merasa tidak puas setelah menggunakan produk krim pelembab wajah sebelumnya, 72,9% menyatakan setuju, 8,6% menyatakan kurang setuju, 2,9% menyatakan tidak setuju dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dikarenakan harapan setelah menggunakan krim pelembab wajah mampu menangani masalah kulit yang dialami tetapi konsumen yang merasa tidak puas atau kecewa dikarenakan tidak mendapatkan hasil apa-apa setelah menggunakan produk atau malah menambah masalah pada kulit wajah akibat ketidak cocokan krim pelembab wajah dengan jenis kulit.

4.2.3.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Advertising Tabel 4.8

Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel Advertising (X2)

Pertanyaan STS TS N S SS

Rata-rata

F % F % F % F % F %

1 0 0 2 2,9 8 11,4 43 61,4 17 24,3 4,07 2 0 0 2 2,9 12 17,1 47 67,1 9 12,9 3,90 3 0 0 1 1,4 8 11,4 45 64,3 16 22,9 4,09 4 0 0 3 4,3 12 17,1 41 58,6 14 20,0 3,94 5 0 0 2 2,9 6 8,6 45 64,3 17 24,3 4,10 Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Okteber 2016)

Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 70 responden untuk variabel

advertisingpada Tabel 4.8 yaitu:

(39)

merek produk tersebut,61,4% menyatakan setuju, 11,4% menyatakan kurang setuju, 2,9% menyatakan tidak setuju, dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dikarenakan iklan tersebut mampu memberikan informasi yang jelas kepada konsumen mengenai keberadaan produk krim pelembab wajah, menjelaskan manfaat yang dihasilkan dan meyakinkan bahwa produk tersebut mampu menangani masalah kulit konsumen.

2. Pada pernyataan kedua, sebanyak 70 responden sebanyak 12,9% responden menyatakan sangat setuju bahwa iklan krim pelembab wajah mampu membangkitkan keinginan untuk mengetahui lebih dalam mengenai merek produk tersebut, 67,1% menyatakan setuju, 17,1% menyatakan kurang setuju, 2,9% menyatakan tidak setuju dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dikarenakan iklan mampu meyakinkan konsumen, menciptakan kesuakaan dan ketertarikan pada saat melihat iklan tersebut. Sehingga konsumen pun tertarik untuk mencoba dan membeli produk tersebut. 3. Pada pernyataan ketiga, sebanyak 70 responden sebanyak 22,9%

(40)

bahwa iklan tersebut adalah iklan dari suatu merek krim pelembab wajah atau iklan tersebut mengingatkan konsumen pada merek krim pelembab wajah yang lama.

4. Pada pernyataan keempat, sebanyak 70 responden sebanyak 20,0% responden menyatakan sangat setuju bahwa iklan krim pelembab wajah yang di lihat meyakinkan bahwa merek produk tersebut lebih baik dari merek produk lainnya, 58,6% menyatakan setuju, 17,1% menyatakan kurang setuju, 4,3% menyatakan tidak setuju dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dikarenakan iklan tersebut mampu meyakinkan konsumen bahwa merek produk krim pelembab wajah tersebut adalah produk yang bagus, yang berkualitas, yang memiliki manfaat besar, produk tersebut lebih baik dari produk lain dan meyakinkan bahwa konsumen melakukan hal yang tepat jika menggunakan produk tersebut.

(41)

4.2.3.3.Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Ketidakpuasaan Konsumen

Tabel 4.9

Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel Ketidakpuasaan Konsumen (Y1) Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Okteber 2016)

Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 70 responden untuk variabel ketidakpuasaan konsumen pada Tabel 4.9 yaitu:

1. Pada pernyataan pertama, dari 70 responden sebanyak 11,4% responden menyatakan sangat setuju bahwamenyampaikan keluhan kepada penjual krim pelembab wajah sebelumnya,64,3% menyatakan setuju, 21,4% menyatakan kurang setuju, 2,9% menyatakan tidak setuju, dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dikarenakan karena kekesalah atau kekecewaan konsumen setelah menggunakan produk tidak sesuai dengan yang di tawarkan saat memebli sehingga membuat konsumen cenderung untuk menyampaikan keluhannya kepada penjual atau ke toko tempat mereka membeli produk.

(42)

tidak setuju, dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dikarenakan konsumen merasa kesal produk krim pelebab wajah yang mereka beli tidak sesuai dengan harapan sehingga konsumen merasa ingin mengembalikan produk tersebut dan ingin menyampaikan kekesalannya kepada penjual produk.

3. Pada pernyataan ketiga, dari 70 responden sebanyak 31,4% responden menyatakan sangat setuju bahwa tidak ingin menggunakan lagi merek krim pelembab wajah sebelumnya,51,4% menyatakan setuju, 15,7% menyatakan kurang setuju, 1,4% menyatakan tidak setuju, dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dikarenakan konsumen enggan untuk membeli atau bahkan menggunakan merek produk krim pelebab wajah sebelumnya karena sewaktu menggunakan produk tersebut konsumen merasa kecewa karena tidak mendapatkan hasil atau manfaatnya.

(43)

5. Pada pernyataan kelima, dari 70 responden sebanyak 20,0% responden menyatakan sangat setuju bahwaberpindah menggunakan merek krim pelembab wajah lain, 68,6% menyatakan setuju, 8,6% menyatakan kurang setuju, 2,9% menyatakan tidak setuju, dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dikarenakan setelah menggunakan suatu merek krim pelembab wajah tidak mendapatkan hasil dan manfaatnya, konsumen pun membuat suatu keputusan untuk tidak menggunakan produk tersebut dan mencoba beralih menggunakan merek produk lain yang dianggap lebih mampu memenuhi harapannya.

4.2.3.4.Distribusi Alasan Responden Terhadap Jawaban Variabel Ketidakpuasaan

Tabel 4.10

Frekuensi Alasan Jawaban Responden Terhadap Pernyataan 1

Alasan Jumlah

Responden

Persentase (%) Ingin menyampaikan keluhan tapi tidak melakukan

apa-apa

43

61,4% Ingin menyampaikan keluhan hanya kepada penjual

toko, dokter atau klinik

10

14,3%

Tidak melakukan apa-apa 17 24,3%

TOTAL 70 100%

Sumber: Data Primer Diolah (Okteber 2016)

Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa alasan responden terhadap pernyataan 1 karena ingin menyampaikan keluhan tapi tidak melakukan apa-apa sebanyak 43 orang (61,4%), responden yang ingin menyampaikan keluhan hanya kepada penjual toko, dokter atau klinik sebanyak 10 orang (14,3%) dan responden yang tidak melakukan apa-apa sebanyak 17 orang (24,3%).

(44)

Frekuensi Alasan Jawaban Responden Terhadap Pernyataan 2

Alasan Jumlah

Responden

Persentase (%) Ingin mengembalikan produk tapi tidak melakukan

apa-apa

58

82,9% Ingin mengembalikan produk kepada penjual toko,

doker atau klinik

6

8,6%

Tidak melakukan apa-apa 6 8,6%

TOTAL 70 100%

Sumber: Data Primer Diolah (Okteber 2016)

Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukkan bahwa alasan responden terhadap pernyataan 2 karena ingin mengembalikan produk tapi tidak melakukan apa-apa sebanyak 58 orang (82,9%), responden yang ingin mengembalikan produk kepada penjual toko, doker atau klinik sebanyak 6 orang (8,6%) dan responden yang tidak melakukan apa-apa sebanyak 6 orang (8,6%).

Tabel 4.12

Frekuensi Alasan Jawaban Responden Terhadap Pernyataan 3

Alasan Jumlah

Responden

Persentase (%) Lebih cocok dengan merek yang sekarang 22 31,4%

Memiliki kualitas yang baik 30 42,9%

Harga lebih terjangkau 6 8,6%

Tidak melakukan apa-apa 12 17,1

TOTAL 70 100%

Sumber: Data Primer Diolah (Okteber 2016)

(45)

Tabel 4.13

Frekuensi Alasan Jawaban Responden Terhadap Pernyataan 4

Alasan Jumlah

Responden

Persentase (%) Kepada keluarga, teman dan orang lain 34 48,6%

Tidak melakukan apa-apa 36 51,4

TOTAL 70 100%

Sumber: Data Primer Diolah (Okteber 2016)

Berdasarkan Tabel 4.13 menunjukkan bahwa alasan responden terhadap pernyataan 4 yaitu kepada keluarga, teman dan orang lain sebanyak 34 orang (48,6%) dan responden yang tidak melakukan apa-apa sebanyak 36 orang (51,4%).

Tabel 4.14

Frekuensi Alasan Jawaban Responden Terhadap Pernyataan 5

Alasan Jumlah

Responden

Persentase (%) Kualitas produk tidak sesuai dengan yang diharapkan 38 54,3% Harga produk tidak sesuai dengan kualitas produk 3 4,3%

Perubahan harga pada produk 2 2,9%

Ingin mencoba merek yang belum pernah digunakan sebelumnya

22

31,4%

Lainnya 5 7,1%

TOTAL 70 100%

Sumber: Data Primer Diolah (Okteber 2016)

(46)

sebelumny sebanyak 22 orang (31,4%) dan responden yang melakukan perpindahan merek krim pelembab wajah karena alasan lainnya sebanyak 5 orang (7,1%). Dari Tabel 4.14dapat dilihat bahwa lebih banyak alasan respondenmelakukan perpindahan merek krim pelembab wajah karena kualitas produk tidak sesuai dengan yang diharapkan sebanyak 38 orang (54,3%).

4.2.3.5.Distribusi Jawaban Responden Terhadap VariabelBrand Switching Tabel 4.15

Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel Brand Switching (Y2)

Pertanyaan STS TS N S SS

Rata-rata

F % F % F % F % F %

1 0 0 3 4,3 12 17,1 50 71,4 5 7,1 3,81 2 0 0 1 1,4 6 8,6 47 67,1 16 22,9 4,11 3 0 0 2 2,9 13 18,6 44 62,9 11 15,7 3,91 4 0 0 2 2,9 12 17,1 47 67,1 9 12,9 3,90 5 0 0 1 1,4 11 15,6 39 55,7 19 27,1 4,09 6 0 0 2 2,9 8 11,4 52 74,3 8 11,4 3,94 Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Okteber 2016)

Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 70 responden untuk variabel

brand switching konsumen pada Tabel 4.15 yaitu:

(47)

tersebut dianggap tidak mampu memenuhi harapan dan keinginan konsumen dan manfaat dari produk tersebut diangap tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh penjual produk sehingga konsumen akan merasa tidak puas dan kecewa.

2. Pada pernyataan pertama, dari 70 responden sebanyak 22,9% responden menyatakan sangat setuju bahwa kualitas krim pelembeb wajah yang di pakai sebelumnya tidak sesuai dengan yang diharapkan,67,1% menyatakan setuju, 8,6% menyatakan kurang setuju, 1,4% menyatakan tidak setuju, dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dikarenakan kualitas produk krim pelembab wajah yang di janjikan kepada konsumen tidak sesuai dengan apa yang disampaikan, baik melalui iklan atau manfaat produk yang tertera pada kemasan.

(48)

pelembab wajah dengan jenis kulit sehingga konsumen akan beralih untuk menggunakan produk lain.

4. Pada pernyataan pertama, dari 70 responden sebanyak 12,9% responden menyatakan sangat setuju bahwa iklan krim pelembeb wajah yang dilihat dapat menarik perhatian untuk mencoba merek yang ditawarkan,67,1% menyatakan setuju, 17,1% menyatakan kurang setuju, 2,9% menyatakan tidak setuju, dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.Hal ini dikarenakan iklan mampu menarik perhatian konsumen, mudah diingat, meyakinkan konsumen bahwa merek produk krim pelembab wajah tersebut adalah produk yang bagus, yang berkualitas, produk tersebut lebih baik dari produk lain dan meyakinkan bahwa konsumen melakukan hal yang tepat jika menggunakan produk tersebut sehingga konsumen tertarik untuk mencoba dan menggunakannya.

(49)

produk yang ditawarkan karena beberapa konsumen berangapan bahwa masih ada kebutuhan lain yang diangap lebih penting sehingga konsumen lebih memilih produk dengan harga yang terjangkau.

6. Pada pernyataan pertama, dari 70 responden sebanyak 11,4% responden menyatakan sangat setuju bahwa menganti krim pelembab wajah lain karena produk sebelumnya mengalami kenaikan harga,74,3% menyatakan setuju, 11,4% menyatakan kurang setuju, 2,9% menyatakan tidak setuju, dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dikarenakan produk yang mengalami kenaikan harga akan di rasa sulit untuk membeli kembali produk tersebut, apalagi bila harga produk tersebut mengalami kenaikan yang tinggi sehingga konsumen akan mencari produk yang lebih terjangkau tetapi memiliki manfaat yang sama dengan produk sebelumnya.

4.2.3. Uji Asumsi Klasik Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

4.2.3.1. Uji Normalitas Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

(50)

1. Pendekatan Histogram Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Okteber 2016)

Gambar 4.3 HistogramPrior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

(51)

2. Pendekatan Grafik Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Okteber 2016)

Gambar 4.4 Pengujian Normalitas P- Plot Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

(52)

3. Uji Kolmogorv-Smirnov Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

Tabel 4.16

Uji Kolmogrov-Smirnov

Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 70

Normal Parametersa,b Mean 0E-7 Std. Deviation 1,10115321

Most Extreme Differences

Absolute ,130

Positive ,078

Negative -,130

Kolmogorov-Smirnov Z 1,084

Asymp. Sig. (2-tailed) ,190

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (Okteber 2016)

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed) adalah 0,190 dan diatas nilai signifikan (0,05) atau 0,190> 0,05. Dengan kata lain variabel residua l berdistribusi normal.

4.2.3.2. Uji Heteroskedastisitas Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

(53)

1. Metode Grafik Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidak- puasaan konsumen

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Okteber 2016)

Gambar 4.5 Scatterplot Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidak- puasaan konsumen

(54)

2. Metode Glejser Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidak- puasaan konsumen

Tabel 4.17

Uji Glejser Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

a. Dependent Variable: ABSULT1

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Okteber 2016)

Pada Tabel 4.17 tampak bahwa tidak satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolut Ut (absut). Hal ini terlihat dari pobabilitas signifikansinya lebih dari 0,05, jadi disimpulkan data tidak mengarah adanya heterokedastisitas.

4.2.3.3. Uji MultikolinearitasPrior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

Uji multikolinieritas untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Jika terjadi korelasi, terdapat masalah multikolinieritas yang harus diatasi.

Tabel 4.18

Uji Multikolinearitas Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF

1

(Constant)

PRIOR EXPERIENCE ,419 2,389

ADVERTISING ,419 2,389

(55)

Berdasarkan pada Tabel 4.18 di atas diketahui bahwa:

a. Variabel Prior Experiencetidak terjadi multikolinieritas karena nilai nilai

tolerance = 0,419 > 0,1 dan nilai VIF = 2,389< 5.

b. Variabel Advertisingtidak terjadi multikolinieritas karena nilai nilai

tolerance = 0,419 > 0,1 dan nilai VIF = 2,389< 5.

4.2.4.Metode Analisis Jalur (Path Analysis)Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

Metode analisis jalur (Path Analysis)dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yang terdiri dari Prior Experience(X1) dan

Advertising(X2) terhadap variabel terikat yaitu Ketidakpuasaan(Y1) dan Brand Switching (Y2). Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Model 1 Y1= a + b1X1 + b2X2 + e

Analisis regresi linear berganda Y1 = a + b1X1 + b2X2 + e dalam penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 4.19 sebagai berikut:

Tabel 4.19

Metode Analisis Jalur (Path Analysis) Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

(56)

Berdasarkan hasil pengolahan data Tabel 4.19 kolom (unstandardized coefficients) bagian B diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y1 = 2,915 + 0,672 X1 + 0,313 X2 + e Pada persamaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Konstanta (a) sebesar 2,915 menunjukkan bahwa jika semua variabel independen (Prior Experience (Pengalaman Sebelumnya) dan Advertising

(Iklan)) bernilai 0, maka nilai Ketidakpuasaan akan sebesar 2,915.

b. Koefisien Regresi X1 (Prior Experience) = 0,672 menunjukkan bahwa variabel Prior Experienceberpengaruh terhadap Ketidakpuasaan (Y1), artinya jika variabel Prior Experience meningkat sebesar satu satuan maka ketidakpuasaan konsumen akan bertambah sebesar 0,672.

c. Koefisien Regresi X2 (Advertising) = 0,313 menunjukkan bahwa variabel

Advertisingberpengaruh terhadap Ketidakpuasaan (Y1), artinya jika variabel Advertisingmeningkat sebesar satu satuan maka ketidakpuasaan konsumen akan bertambah sebesar 0,313.

4.2.5.Koefisien Determinan (R2) Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

(57)

Nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 4.20

Uji Koefisien Determinan (R2) Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

Model Summary Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,841a ,707 ,699 1,117

a. Predictors: (Constant), ADVERTISING, PRIOR EXPERIENCE Sumber: Hasil Pengelolaan SPSS (Okteber 2016)

Tabel 4.20 menunjukkan bahwa:

a. Nilai R adalah 0,841angka ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Prior Experience(X1) dan Advertising (X2) dengan Ketidakpuasaan(Y1) sebesar 84,1%. Sedangkan sisanya sebesar 15,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

b. Nilai R Square adalah 0,707 angka ini menunjukkan bahwa sebesar 70,7% Ketidakpuasaan(Y2) dapat dipengaruhi oleh Prior Experience(X1) dan

Advertising(X2). Sedangkan sisanya sebesar 29,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

c. Adjusted R Square sebesar 0,699 angka ini menunjukkan bahwa sebesar 69,9% Brand Switching (Y2) dapat dipengaruhi oleh Prior Experience

(58)

4.2.6.Uji Hipotesis Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

4.2.6.1. Uji Signifikan Simultan / Uji Serentak (Uji F) Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

Dalam model 1 ini diketahui jumlah sampel (n) adalah 70 orang dan jumlah keseluruhan variabel (k) adalah 3 sehingga diperoleh:

a. Df (Pembilang) = k – 1 3 – 1 = 2 b. Df (Penyebut) = n – k 70 – 3 = 67

Nilai Fhitung akan diperoleh dengan menggunakan program SPSS for windo ws. Kemudian akan dibandingkan dengan nilai Ftabel pada tingkat α = 5% (2:67) = 3,1337. Berikut ini merupakan hasil pengujian uji-F pada Tabel 4.14:

Tabel 4.21

Uji Simultan (Uji-F) PengaruhPrior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

a. Dependent Variable: KETIDAKPUASAAN KONSUMEN b. Predictors: (Constant), ADVERTISING, PRIOR EXPERIENCE Sumber : Hasil Pengelolaan SPSS (Okteber 2016)

(59)

secara bersama-sama berpengaruhpositif dan signifikan terhadap Ketidakpuasaan (Y1).

4.2.6.2. Uji Signifikan Parsial / Uji Individual (Uji thitung)Prior Experrience

dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

Dalam penelitian ini diketahui jumlah sampel (n) adalah 70 orang dan jumlah keseluruhan variabel (k) adalah 3 sehingga diperoleh:

Derajat bebas (Df) = n – k = 70 – 3 = 67

Nilai thitung akan diperoleh dengan menggunakan program SPSS for

windo ws. Kemudian akan dibandingkan dengan nilai t tabel pada tingkat α = 5% (67) = 1.6679.

Berikut merupakan hasil pengujian uji-t pada Tabel 4.16, yaitu: Tabel 4.22

Uji Parsial (Uji-T) Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen a. Dependent Variable: KETIDAKPUASAAN KONSUMEN

Sumber: Hasil Pengelolaan SPSS (Okteber 2016)

Tabel 4.22 menunjukkan nilai thitung yang diperoleh dari masing-masing variabel yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

(60)

karena itu thitung (5,543) > ttable (1,6679) dan tingkat signifikansinya 0,000< 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Prior Experiencesecara individual atau secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Ketidakpuasaan Konsumen.

b. Variabel Advertising(X2) memiliki thitung sebesar 3,186 dengan tingkat signifikansi 0,002. Sedangkan ttable adalah sebesar 1,6679. Oleh karena itu thitung (3,186) > ttable (1,6679) dan tingkat signifikansinya 0,002< 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Advertisingsecara individual atau secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Ketidakpuasaan Konsumen.

4.2.7. Menggambar Koefesien Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

R=0,841, R2=0,707, Fhitung=80,99

0,566 e=0,293

0,325

Gambar: 4.6 Koefesien Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidak- puasaan konsumen

0,

Prior Experience

X1

Advertising

X2

(61)

Tabel 4.23

Rangkuman Hasil Koefesien Prior Experrience dan Advertising terhadap Ketidakpuasaan konsumen

Dari Ke

Standart

T Hitung

F Hitung

Hasil

Pengujian R2 E Coeffecient

Beta X1

Y1 0,566 5,566 80,99 H0 Ditolak 0,707 0,293

X2 0,325 3,186 H0 Ditolak

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Okteber 2016)

4.2.8. Uji Asumsi Klasik Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

4.2.8.1. Uji Normalitas Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Dalam uji normalitas dilakukan dengan beberapa cara:

1. Pendekatan Histogram Prior Experrience, Advertising dan Ketidak-puasaan konsumen terhadapBrand Switching

(62)

Gambar 4.7 Histogram Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

Gambar 4.7 menunjukkan bahwa grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak menceng kekanan maupun menceng kekiri.

2. Pendekatan Grafik Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Okteber 2015)

Gambar 4.8 Pengujian Normalitas P-P Plot Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

(63)

3. Uji Kolmogorv-Smirnov Prior Experrience, Advertising dan Ketidak-puasaan konsumen Brand Switching

Tabel 4.24

Uji Kolmogrov-Smirnov Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 70

Normal Parametersa,b Mean 0E-7 Std. Deviation 1,06247061

Most Extreme Differences

Absolute ,102

Positive ,067

Negative -,102

Kolmogorov-Smirnov Z ,850

Asymp. Sig. (2-tailed) ,465

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Okteber 2016)

Tabel 4.24 menunjukkan bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed) adalah 0,465 dan diatas nilai signifikan (0,05) atau 0,465> 0,05. Dengan kata lain variabel residua l berdistribusi normal.

4.2.8.2. Uji Heteroskedastisitas Uji Asumsi Klasik Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

(64)

1. Metode Grafik Uji Asumsi Klasik Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Okteber 2016)

Gambar 4.9 Scatterplot Uji Asumsi Klasik Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

(65)

2. Metode Glejser Uji Asumsi Klasik Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

Tabel 4.25

Uji Glejser Uji Asumsi Klasik Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

Coefficientsa

a. Dependent Variable: ABSULT2

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Okteber 2016)

Pada Tabel 4.25 tampak bahwa tidak satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolut Ut (absut). Hal ini terlihat dari pobabilitas signifikansinya lebih dari 0,05, jadi disimpulkan data tidak mengarah adanya heterokedastisitas.

4.2.8.3. Uji MultikolinearitasUji Asumsi Klasik Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

Tabel 4.26

Uji Multikolinearitas Uji Asumsi Klasik Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

PRIOR EXPERIENCE 0,287 3,485

ADVERTISING 0,363 2,751

KETIDAKPUASAAN KONSUMEN 0,293 3,418

(66)

Berdasarkan pada Tabel 4.26 di atas diketahui bahwa:

a. Variabel Prior Experiencetidak terjadi multikolinieritas karena nilai nilai

tolerance = 0,287 > 0,1 dan nilai VIF = 3,485< 5.

b. Variabel Advertisingtidak terjadi multikolinieritas karena nilai nilai

tolerance = 0,363 > 0,1 dan nilai VIF = 2,751< 5.

c. Variabel Ketidakpuasaan Konsumen tidak terjadi multikolinieritas karena nilai nilai tolerance = 0,293 > 0,1 dan nilai VIF = 3,418< 5.

4.2.9.Metode Analisis Jalur (Path Analysis)Uji Asumsi Klasik Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yang terdiri dari Prior Experience(X1) dan

Advertising(X2) terhadap variabel terikat yaitu Ketidakpuasaan(Y1) dan Brand Switching (Y2). Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Model 2 Y2= a + b3X1 + b4X2 + b5Y1 + e

(67)

Tabel 4.27

Metode Analisis Jalur (Path Analysis)Uji Asumsi Klasik Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

Coefficientsa

a. Dependent Variable: BRAND SWITCHING

Sumber : Hasil Pengolahan Data (Okteber 2016)

Berdasarkan hasil pengolahan data Tabel 4.27 kolom (unstandardized coefficients) bagian B diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y2 = 2,490 + 0,323 X1 + 0,493 X2 + 0,303 Y1 + e Pada persamaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Konstanta (a) sebesar 2,490 menunjukkan bahwa jika semua variabel independen (Prior Experience (Pengalaman Sebelumnya), Advertising

(Iklan) dan Ketidakpuasaan) bernilai 0, maka nilai Brand Switching

(Perpindahan Merek) akan sebesar 2,490.

b. Koefisien Regresi X1 (Prior Experience) = 0,323 menunjukkan bahwa variabel Prior Experienceberpengaruh terhadap Brand Switching(Y2), artinya jika variabel Prior Experiencemeningkat sebesar satu satuan maka loyalitas konsumen akan bertambah sebesar 0.323.

c. Koefisien Regresi X2 (Advertising) = 0,493 menunjukkan bahwa variabel

(68)

variabel Advertisingmeningkat sebesar satu satuan maka loyalitas konsumen akan bertambah sebesar 0,493.

d. Koefisien Regresi Y1 (Ketidakpuasaan) = 0,303 menunjukkan bahwa variabel Ketidakpuasaan berpengaruh terhadap Brand Switching (Y2), artinya jika variabel brand preference meningkat sebesar satu satuan maka loyalitas konsumen akan bertambah sebesar 0,303.

4.2.10. Koefisien Determinan (R2) Uji Asumsi Klasik Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinan berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu), 0 < R2 < 1.

Nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 4.28

Uji Koefisien Determinan (R2) Uji Asumsi Klasik Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap

Brand Switching

a. Predictors: (Constant), KETIDAKPUASAAN KONSUMEN, ADVERTISING, PRIOR EXPERIENCE

Sumber: Pengelolaan Hasil SPSS (Okteber 2016) Tabel 4.28 menunjukkan bahwa:

(69)

dengan Brand Switching (Y2) sebesar 88,7%. Sedangkan sisanya sebesar 11,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

b. Nilai R Square adalah 0,787 angka ini menunjukkan bahwa sebesar 78,7%

Brand Switching (Y2) dapat dipengaruhi oleh Prior Experience (X1),

Advertising(X2) dan Ketidakpuasaan(Y1). Sedangkan sisanya sebesar 21,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

c. Adjusted R Square sebesar 0,778 angka ini menunjukkan bahwa sebesar 77,8% Brand Switching (Y2) dapat dipengaruhi oleh Prior Experience

(X1), Advertising(X2) dan Ketidakpuasaan(Y1). Sedangkan sisanya sebesar 22,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.2.11.Uji Hipotesis Uji Asumsi Klasik Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

4.2.11.1. Uji Signifikan Simultan / Uji Serentak (Uji F) Uji Asumsi Klasik Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen

terhadap Brand Switching

Dalam model 2 ini diketahui jumlah sampel (n) adalah 70 orang dan jumlah keseluruhan variabel (k) adalah 4 sehingga diperoleh:

(70)

b. Df (Penyebut) = n – k 70 – 4 = 66

Nilai Fhitung akan diperoleh dengan menggunakan program SPSS for

windo ws. Kemudian akan dibandingkan dengan nilai Ftabel pada tingkat α = 5% (3:66) = 2,7437. Berikut ini merupakan hasil pengujian uji-F pada Tabel 4.15:

Tabel 4.29

Uji Simultan (Uji-F) Uji Asumsi Klasik Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen terhadap Brand Switching

ANOVA

a. Dependent Variable: BRAND SWITCHING

b. Predictors: (Constant), KETIDAKPUASAAN KONSUMEN, ADVERTISING, PRIOR EXPERIENCE

Sumber: Hasil Pengelolaan SPSS (Okteber 2016)

Tabel 4.29 menunjukkan bahwa nilai Fhitung adalah 81,473 dengan tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan Ftabel adalah 2,7437. Dari hal tersebut Fhitung (81,473) > Ftabel (2,7437) dan tingkat signifikansinya 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Prior Experince(X1), Advertising (X2) dan Ketidakpuasaan (Y1) secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Brand Switching (Y2).

4.2.11.2. Uji Signifikan Parsial / Uji Individual (Uji thitung) Uji Asumsi Klasik

Prior Experrience, Advertising dan Ketidakpuasaan konsumen

terhadap Brand Switching

Gambar

Tabel 3.1: Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.3 Tabel Uji Validitas
Tabel 4.1 Crosstab Umur dan Penghasilan Responden
Tabel 4.2 Crosstab Umur dan Pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ramon Menik Siregar, Skripsi , Fungsi Hibah dalam Perlindungan Bagi Anak pada Pembagian Harta ditinjau dari Hukum Perdata, 2008, Hlm.. bapak dan kerabatnya baik sdikit atau

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi JKN untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada FKTP Milik Pemerintah

Berikut ini disajikan tabel pengujian blackbox berdasarkan kasus pengujian penginputan parameter yang dibutuhkan untuk melakukan pemilihan menu tentang pada aplikasi

Hipotesis hasil analisis regresi linier berganda ditemukan bukti bahwa jenis usaha tidak berpengaruh terhadap pendapatan usaha, oleh karena itu, hasil ini dapat

Frekuensi kekambuhan pada pasien skizofrenia terhadap 6 keluarga tersebut yaitu 3 orang mengatakan kambuh lebih dari 2 kali dalam setahun, 2 orang mengatakan kambuh

Berikanlah orang-orang itu, dan kita akan menyerahkan mereka kepada kematian.” 13 Dan Saul berkata, “Tidak ada seorang pun yang akan diserahkan kepada kematian pada hari ini,

Ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu hal yang menjadi kendala dalam penyusunan anggaran.Ketidakpastian lingkungan yang tinggi mengurangi kemampuan individu

(1) Setiap Personel Intelijen Negara yang membocorkan upaya, pekerjaan, kegiatan, Sasaran, informasi, fasilitas khusus, alat peralatan dan perlengkapan khusus, dukungan,