• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jumlah Bibit dan Sistem Tanam Jajar Legowo yang Dimodifikasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Kecamatan Medan Tuntungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jumlah Bibit dan Sistem Tanam Jajar Legowo yang Dimodifikasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Kecamatan Medan Tuntungan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Di Indonesia, masalah pangan dan ketahanan pangan tidak dapat

dilepaskan dari komoditas padi. Padi merupakan bahan pangan pokok utama yang

dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Sebagai penghasil beras,

padi merupakan bahan pangan esensial yang mempunyai peranan penting dalam

memenuhi hampir 80 % karbohidrat utama dalam pola konsumsi masyarakat

Indonesia. Lebih dari 30 % pendapatan rumah tangga miskin dialokasikan untuk

pembelian beras (Widiwardhono, 2012).

Tingginya tingkat konsumsi beras masyarakat Indonesia disebabkan

karena masih adanya paradigma masyarakat terhadap makanan pokok beras yang

belum bisa diubah dalam jangka pendek. Berdasarkan data dari

SUSENAS - BPS, konsumsi beras per kapita cenderung menurun yakni dari

107,71 kg/kapita/tahun pada tahun 2002 menjadi 98,29 kg/kapita/tahun pada

tahun 2014 dan menurun kembali sebesar 97,56 kg/kapita/tahun pada tahun 2016.

Di sisi lain, pertumbuhan penduduk Indonesia melaju dengan cepat, yakni

1,39 % per tahun pada periode tahun 2015. Dengan kenyataan ini maka total

konsumsi domestik beras Indonesia diperkirakan akan terus meningkat walaupun

konsumsi per kapitanya menunjukkan penurunan (Tassim, 2016).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2016), capaian produksi padi

Indonesia pada tahun 2015 mencapai 75,36 juta ton gabah kering giling (GKG)

atau mengalami kenaikan sebesar 4,51 juta ton (6,37 %) dibandingkan tahun

2014. Kenaikan produksi padi terjadi karena kenaikan luas panen seluas 0,32 juta

(2)

(3,97 %). Sedangkan produksi padi yang dicapai Provinsi Sumatera Utara pada

tahun 2015 sebesar 2,3 juta ton gabah kering giling dengan peningkatan

produktivitas sebesar 5,174 ton/hektar, dengan lahan sawah seluas 438.346 ha.

Namun, hasil tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat

Indonesia, karena belum dilakukannya pemupukan yang berimbang.

Menurut Nasution (2014) produksi yang tinggi tidak akan mungkin dapat

dicapai bila tidak diiringi dengan dosis pupuk yang berimbang. Oleh karena itu,

dalam menentukan dosis pupuk untuk mencapai target produksi dapat dilakukan

dengan menganalisis unsur hara tanaman padi yang hilang akibat panenan

(jerami dan gabah). Dengan demikian, kebutuhan hara yang diperlukan tanaman

akan terpenuhi dan produksi yang dihasilkan dapat maksimal.

Unsur hara sangat berpengaruh terhadap hasil tanaman karena akan

menentukan pertumbuhan dan jumlah anakan produktif. Anakan padi muncul dari

tunas aksila pada buku batang dan terus berkembang membentuk anakan sekunder

hingga anakan tertier. Dari anakan padi inilah akan dihasilkan malai yang akan

menghasilkan gabah padi. Jumlah malai akan meningkat seiring dengan

peningkatan populasi tanaman. Namun, tidak semua anakan akan membentuk

malai, hal ini ditentukan oleh unsur hara dan kerapatan tanaman. Oleh karena itu

dengan memperhatikan kebutuhan hara yang diperlukan tanaman, perlu dilakukan

inovasi untuk meningkatkan populasi tanaman melalui jumlah bibit dan

pengaturan sistem tanam (Makarim dkk., 2009 ; Maitulung et al., 2009).

Menurut Suswadi dan Imam (2011) jumlah bibit per rumpun dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi. Pada umumnya, petani

(3)

6‐12 bibit per rumpun. Hal ini didasarkan kepada pemikiran bahwa semakin

banyak bibit yang digunakan akan menghasilkan malai lebih banyak.Akan tetapi,

penanaman bibit dalam jumlah yang banyak per rumpun, selain menyebabkan

pemborosan biaya juga dapat mengakibatkan persaingan antar tanaman dalam

memperebutkan makanan dan sinar matahari, sehingga produksi yang dihasilkan

tidak optimum. Oleh karena itu, digunakan model penanaman hanya 1 bibit dan

maksimal 3 bibit umur muda dalam setiap lubangnya (tancap). Hal tersebut akan

memungkinkan tanaman tumbuh dengan cepat dan mampu memproduksi anakan

secara maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian Harahap (2013) rata-rata jumlah anakan dan

berat netto gabah kering per rumpun didominasi oleh perlakuan 1 bibit per

rumpun, meskipun hasilnya tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2 dan 3 bibit

per rumpun. Namun, pada penanaman dengan jumlah bibit satu per rumpun

menyebabkan angka penyulaman tinggi akibat serangan hama atau bibit

mengalami stress sewaktu pindah tanam. Oleh karena itu, prinsip tanam satu

bibit per rumpun masih dapat dikembangkan dengan menanam dua sampai

tiga bibit per rumpun sehingga dapat memberikan hasil terbaik.

Selain itu, upaya peningkatan produksi tanaman padi sawah juga dapat

dilakukan melalui pengaturan sistem tanam. Dewasa ini cara budidaya padi yang

disorot dan diangkat sebagai salah satu terobosan dalam peningkatan

produktivitas padi adalah sistem tanam jajar legowo.Cara tanam jajar legowo

untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu:

legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe lainnya. Sistem tanam jajar

(4)

tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya

ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam

barisan. Sedangkan barisan tanaman terluar akan memberikan ruang tumbuh

yang lebih longgar sekaligus populasi yang lebih tinggi, yang pada akhirnya

akan meningkatkan jumlah anakan produktif (Bobihoe, 2013 ; Sauki dkk., 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Satria (2016) sistem tanam jajar

legowo 4:1 (20 cm x 10 cm) menghasilkan jumlah anakan yang maksimum yakni

2.812 anakan per plot. Hal ini menunjukkan semakin rapat jarak tanam maka akan

semakin banyak pula jumlah anakan yang dihasilkan sehingga produksi yang

dihasilkan juga meningkat. Selain itu, jarak tanam yang rapat juga tidak

berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jika diberikan pupuk yang berimbang.

Perlakuan dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm memiliki tinggi tanaman tertinggi

yaitu sebesar 93,29 cm dibandingkan perlakuan dengan jarak tanam

25 cm x 25 cm yang lebih renggang populasinya. Hal ini mengindikasikan bahwa

jika pemberian pupuk dilakukan secara berimbang akan menghasilkan

pertumbuhan yang seragam dengan perlakuan yang berbeda.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian tersebut Penulis tertarik melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh jumlah bibit per rumpun dan sistem

tanam jajar legowo untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi padi sawah

yang maksimal

.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan oleh petani

(5)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah bibit dan

sistem tanam jajar legowo yang dimodifikasi terhadap pertumbuhan dan produksi

padi sawah (Oryza sativa L.) di Kecamatan Medan Tuntungan. Hipotesis Penelitian

- Penggunaan 1 bibit per rumpun berpengaruh meningkatkan pertumbuhan dan

produksi tanaman padi sawah (Oryza sativa L.).

- Semakin tinggi populasi tanaman maka produksi tanaman

padi sawah (Oryza sativa L.) akan meningkat.

- Interaksi antara jumlah bibit per rumpun dan populasi tanaman berpengaruh

meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah

(Oryza sativa L.).

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian dan

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan

Referensi

Dokumen terkait

Emosi mempunyai peranan penting bagi kehidupan sehari-hari, adapun menurut Izzaty (2005:66) terdapat dua fungsi emosi pada anak usia dini, yaitu sebagai pendorong

Permen memiliki berbagai manfaat dan alasan untuk dapat dikonsumsi oleh kalangan masyarakat seperti dapat mengurangi kantuk, mengurangi sakit pada tenggorokan, sebagai cemilan

Pada usia 5-6 tahun (kelompok B) anak berada dalam masa keemasan dalam perkembangannya, di usia tersebut sangat penting dalam mengembangkan kemampuan interaksi sosial.

Gum arab digunakan pada permen untuk mencegah melting/meleleh khususnya pada permen gum dengan kadar padatan terlarut yang tinggi, menjaga perisa dan aroma sehingga rasa permen

Perusahaan pada umumnya menginginkan produk yang buatnya dapat diterima dengan baik oleh konsumen dan mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan, akan tetapi

(peran domestik), sebagai perempuan yang bekerja (peran publik). Faktor – faktor yang menimbulkan konflik peran

Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan Serta Dampak Struktur Modal Sebagai Moderasi :Studi Kasus Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ” telah dapat penulis

Sistem yang dibuat dapat digunakan untuk mendeteksi objek dengan mengklasifikasikan 2 kondisi mata yaitu mata terbuka dan tertutup berdasarkan nilai thresholding luasan