• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Media Sosial Sebagai Media Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penggunaan Media Sosial Sebagai Media Pe"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia adalah makhluk yang selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lainnya. Pada dasarnya aktivitas komunikasi merupakan kegiatan pertukaran informasi dan komunikasi yang disampaikan kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung atau tidak langsung dengan maksud memberikan dampak kepada komunikan sesuai dengan yang di inginkan komunikator, yang memenuhi 5 unsur yaitu who, says what, in which channel, to whom, with what effect. Komunikasi merupakan penyampaian berbagai informasi, ide, emosi, ketrampilan dan hal-hal lainnya melalui penggunaan simbol, kata-kata , gambar, angka, grafik dan lainnya. 1

Komunikasi sendiri terdiri dari berbagai macam jenis, antara lain komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi massa, dan lain-lain.2 Berbagai macam medium digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi

dengan yang lainnya. Seperti para leluhur manusia menggunakan batu, kayu, kulit hewan maupun bambu sebagai mediumnya. Saat ini manusia dapat menggunakan berbagai macam medium dalam melakukan komunikasi massa melalui media cetak (majalah, tabloid, surat kabar), dan media elektronik (radio, televisi, internet). Komunikasi massa juga dapat diartikan sebagai pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. 3

Penggunaan teknologi komunikasi sudah mencapai pada tahap dimana manusia dapat bertukar informasi maupun pesan kepada manusia lainnya hanya dalam genggaman tangan dengan gawai mereka. Berbagai kalangan menggunakan gawai yang terhubung dengan koneksi internet untuk berbagi informasi dengan yang lain. Saat ini pengguna internet di Indonesia mencapai 132, 7 Juta pengguna

1 Deddy Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal. 69

2 Ruben Brent D dan Lea P Stewart. 2006. Communication and Human Behavior. United States: Allyn and Bacon. Hal. 11

(2)

atau sekitar 51,5 % dari total jumlah penduduk Indonesia. Situs atau konten yang paling sering di akses adalah e-commerce, portal berita, media sosial, permainan, dan lain-lain.4

Media sosial adalah media yang digunakan oleh manusia untuk berbagi teks, gambar, suara, dan video informasi dengan orang, perusahaan dan lain-lain.5

Media sosial merupakan konten yang paling sering diakses oleh pengguna internet dibandingkan dengan konten-konten lainnya. Pengguna internet di Indonesia sendiri paling sering mengunjungi media sosial secara berurutan yaitu Facebook, Instagram, Youtube, Google +, Twitter, Linkedin.6

Seperti pada bidang lainnya yang diatur dalam Undang-Undang, untuk penggunaan internet sendiri diatur dalam UU nomor 19 tahun 2016 atau UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik). UU ini merupakan perubahan terhadap UU sebelumnya yaitu UU nomor 11 tahun 2008. Awal tujuan dibuatnya UU ITE ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan menjadi payung hukum untuk kegiatan transaksi atau perdagangan elektronik di dunia maya. 7 Namun dalam perkembangannya UU

ITE cenderung multitafsir dan tumpang tindih dengan peraturan lainnya.

Penggunaan media sosial seharusnya bisa memberikan dampak positif sebagai media penyambung komunikasi dengan yang lain, tetapi terdapat segelintir orang maupun kelompok yang menyalahgunakan media sosial sebagai media untuk melakukan kejahatan. Dimulai dari adanya berbagai penipuan, pembajakan, penculikan, pemerkosaan, prostitusi, maupun berita bohong atau hoax.

4 https://apjii.or.id/survei2016/download/3zkcUWB5KLNporYEVFR4A0tIuDZehf/. Diakses pada 28 Januari. Pukul 18.07

5 Philip Kotler dan Kevin L. Keller. 2016. Marketing Management, 15th edition. United States: Pearson Education. Hal. 642

6 https://apjii.or.id/survei2016/download/3zkcUWB5KLNporYEVFR4A0tIuDZehf/. Diakses pada 28 Januari. Pukul 18.43

(3)

BAB 2

PERMASALAHAN

Berita hoax dapat membuat pesan yang diterima oleh penerimanya menjadi informasi yang salah. Ciri-ciri dari berita hoax adalah membuat kebencian dan kecemasan terhadap satu kalangan serta meminta untuk diviralkan.

8 Dampak yang ditimbulkan dari berita hoax bisa merusak citra seseorang atau

kelompok di mata masyarakat, atau bisa menjadi keyakinan di masyarakat padahal informasi tersebut salah. Yang menarik adalah pengguna internet di Indonesia paling besar mencari informasi terbaru dari internet sebesar 31,3 juta pengguna atau 25, 3 % dari populasi pengguna.9

Bagi setiap orang yang dengan sengaja menyebar luaskan berita hoax dapat dikenakan pasal 28 ayat 1 UU nomor 11 tahun 2008. Kemudian bagi setiap orang yang dengan sengaja menyebarkan informasi yang bertujuan untuk menimbulkan kebencian atau permusuhan kepada individu dan atau kelompok tertentu berdasarkan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dapat dikenakan pasal 28 ayat 2 UU nomor 11 tahun 2008.10 Ancaman hukuman

penyebar hoax pada kedua pasal tersebut dapat dikenakan hukuman penjara paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling banyak Rp1 Miliar, ketentuan hukuman ini sesuai dengan pasal 45A ayat 1 dan ayat 2 UU nomor 19 tahun 2016. Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau adanya penghinaan atau pencemaran nama baik dengan adanya berita hoax tersebut dapat juga dikenakan pasal 27 ayat 3 UU nomor 11 tahun 2008.11 Hukuman dari pasal 27 ayat 3 UU

nomor 11 tahun 2008 mendapat revisi pada tahun 2016 yang hukuman

8https://www.antaranews.com/berita/629811/staf-ahli-menkominfo-jelaskan-ciri-ciri-berita-hoax. Diakses pada 28 Januari 2018. Pukul 21.50

9https://apjii.or.id/survei2016/download/3zkcUWB5KLNporYEVFR4A0tIuDZehf/. Diakses pada 28 Januari. Pukul 21.59

10 https://www.viva.co.id/digital/digilife/850193-deretan-pasal-dan-ancaman-pidana-bagi-penyebar-hoax. Diakses pada 28 Januari 2018. Pukul 22.21

11https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4419/Menkominfo

(4)

sebelumnya 6 tahun penjara dan denda Rp1 miliar menjadi 4 tahun penjara dan denda Rp750 juta.12

Pada bulan Agustus 2017 Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim mengungkapkan penangkapan terhadap tiga orang sindikat Saracen yang diduga melakukan sejumlah berita hoax dan provokatif yang menyinggung isu SARA di media sosial. Sindikat Saracen ini menawarkan jasa penyebaran ujaran kebencian di media sosial kepada sejumlah pihak. Beberapa ujuran kebencian yang terdapat dalam grup tersebut berupa kata-kata, narasi, serta meme yang mengarahkan opini pembaca untuk berpandangan negatif terhadap golongan masyarakat lainnya. Sindikat ini diketahui telah melancarkan aksinya sejak November 2015.13 Ketiga

orang tersebut memiliki tugas yang berbeda-beda dalam melancarkan aksinya. JAS yang berperan sebagai Ketua Grup Saracen memiliki tugas untuk mengunggah postingan provokatif yang mengandung isu SARA dan malkukan pemulihan terhadap akun anggota lain yang diblokir oleh Facebook. Lalu MFT bertugas untuk menyebarkan ujaran kebencian dalam postingan di media sosial. Kemudian SRN bertugas sebagai kordinator di berbagai grup berdasarkan wilayah.14 Teknik yang digunakan untuk menyebar luaskan berita tersebut dengan

cara memuat ulang dan membradcast berita tersebut. Sedangkan untuk sarana media yang digunakan oleh mereka adalah Grup Facebook SARACEN NEWS, SARACEN CYBER TEAM, SARACENNEWSCOM, dan grup lainnya. Akun yang tergabung dalam jaringan grup saracen ini diketahui berjumlah lebih dari 800.000 akun.15

Kasus ini membuktikan bahwa media sosial dapat menjadi medium yang salah untuk menghasilkan keuntungan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab, dan menghasilkan kerugian bagi para pembaca berita hoax tersebut.

12 https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20161228182458-185-182719/pasal-karet-uu-ite-jadi-pamungkas-jeratan-hukum. Diakses pada 28 Januari 2018. Pukul 23.02

13http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-41022914. Diakses pada 28 Januari 2018. Pukul 23.47

14 https://news.okezone.com/read/2017/08/24/337/1762176/ngeri-beroperasi-sejak-2015-saracen-penyebar-isu-sara-bekerja-secara-sistematis. Diakses pada 28 Januari 2018. Pukul 23.59

(5)

BAB 3

KERANGKA PEMIKIRAN Komunikasi

Secara umum Gebner mendefisikan komunikasi sebagai suatu interaksi sosial melalui pesan-pesan yang dapat diberi sandi (kode) secara formal, simbolis atau penggambaran peristiwa tentang beberapa aspek budaya yang sama-sama dimiliki.16 Berelson dan Steiner memberi fokus pada unsur

penyampaian dalam definisi komunikasi sebagai penyampaian informasi, ide, emosi, ketrampilan dan seterusnya melalui penggunaan simbol-kata, gambar, angka, grafik dan lain-lain.17 Unsur-unsur yang ada di dalam proses komunikasi

adalah sumber (komunikator), pesan (message), saluran (channel) dan penerima (komunikan) serta efek (effect) yang ditimbulkannya.18

Pada dasarnya aktivitas komunikasi didalam masyarakat merupakan sebuah kegiatan pertukaran informasi dan komunikasi yang disampaikan kepada komunikan dari komunikator melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung dengan maksud memberikan dampak atau effect kepada komunikan sesuai dengan yang di ingikan komunikator, yang memenuhi 5 unsur who, says what, in which channel, to whom, with what effect.

Khalayak akan mengalami proses dalam penerimaan pesan tersebut, yaitu meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir.19

16 Reed H Blake dan Edwin O Haraldsen. 2003. Taksonomi Konsep Komunikasi. Surabaya: Papyrus. Hal. 2.

17 Onong Uchjana Effendy. 1984. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit Alumni. Hal. 2

18 D. Lawrence Kincaid dan Wilbur Schramm. 1987. Azas-azas Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: LP3ES. Hal. 90

(6)

Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa disini adalah bagian yang terpenting dan mutlak harus ada pada suatu keseluruhan .atau kesatuan. Wilbur Schramm, mengatakan bahwa untuk berlangsungnya suatu kegiatan komunikasi massa, minimal diperlukan tiga komponen yaitu source/komunikator, message/pesan, destination/komunikan.

Proses komunikasi massa dapat dibahas dengan model S-M-C-R-E. dalam pembahasan ini akan dititikberatkan kepada bagaimana media komunikasi itu mencapai dan mempengaruhi khalayaknya. Model ini mengikuti formula C-R-E. Pusat perhatian kita tujukan kepada arus komunikasi massa, mulai dari pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa, sampai kepada tanggapan atau efek pesan dari anggota-anggota didalam mass audience.20

Pada sekarang ini, komunikasi telah mencapai pada suatu titik dimana manusia dapat mengirim pesan kepada manusia lainnya secara serentak dan serempak. Hal ini berarti tidak ada lagi batasan-batasan yang menghambat berlangsungnya komunikasi antar personal. Ruang dan waktu telah berhasil ditembus dengan adanya komunikasi massa, yaitu komunikasi yang hanya berlangsung dengan menggunakan media massa. Media massa dalam cakupan pengertian komunikasi massa itu meliputi media cetak (majalah, tabloid, surat kabar), dan media elektronik (radio, televisi, internet).

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dirumuskan oleh Bitner sebagai berikut “mass communication is message communicated through mass medium to a large number of people.21 Dapat diartikan disini bahwa

komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.

Teknologi Komunikasi

20 Wiryanto. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo. Hal. 80

(7)

Everett M. Rogers mengemukakan teknologi komunikasi adalah peralatan-peralatan perangkat keras, struktur organisasi, dan nilai sosial dengan mana individu mengumpulkan, memproses dan terjadi pertukaran informasi dengan individu lain. Teknologi komunikasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena dapat menjadi alat pemersatu bangsa dan masuk ke berbagai ranah kehidupan. Dampak dari teknologi komunikasi yaitu terjadinya perubahan pada tingkah laku individual yang meliputi pengetahuan, sikap, atau tindakan yang terjadi sebagai akibat dari pesan komunikasi.22

Media Komunikasi

Vardiansyah berpendapat bahwa media komunikasi adalah bentuk jamak dari medium-medium komunikasi yang memiliki arti sebagai alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk mengantarkan pesannya agar sampai ke komunikan.jadi, unsur utama dari media komunikasi adalah pemilihan dan penggunaan alat perantara yang dilakukan komunikator dengan sengaja. Artinya, hal ini mangacu kepada pemilihan dan penggunaan teknologi media komunikasi.23

Media Sosial

Menurut Caleb T. Carr dan Rebecca A. Hayes media sosial adalah media berbasis internet yang memungkinkan pengguna berkesempatan untuk berinteraksi dan mempresentasikan diri, baik secara seketika ataupun tertunda, dengan khalayak luas maupun tidak yang mendorong nilai dari user generated content dan persepsi interaksi dengan orang lain.24

SARA dan Hoax

22http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30625/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada 29 Januari 2018. Pukul 18.24

23 Dani Vardiansyah. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Hal 24-26

(8)

SARA adalah singkatan dari kata Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan. Menurut Koentjaraningrat suku bangsa adalah sekelompok manusia yang terdapat kesatuan dalam budaya dan terikat oleh kesadarannya akan identitasnya tersebut. Lalu agama menurut Émile Durkheim yaitu sebuah sistem yang terpadu yang terdiri atas keyakinan serta praktek yang terkait dengan hal yang suci serta menjadikan satu seluruh penganutnya dalamsuatu komune moral yang di namakan umat. Pengertian ras menurut Koentjaraningrat yaitu golongan manusia yang menunjukkan berbagai ciri tubuh tertentu dengan frekuensi yang besar. Kemudian antar golongan atau kelompok menurut Roucek dan Warren menyatakan bahwa satu kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia yang terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggota kelompoknya atau orang lain.25

Hoax atau fake news diyakini berasal dari kata “hocus” yaitu sebutah mantra “hocus pocus” yang sering diucapkan oleh para pesulap. Istilah hoax sendiri tercatat pertama kali muncul pada 1808.26 Orang lebih cenderung percaya

hoax jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki. Hal ini dapat diperparah jika si penyebar hoax memiliki pengetahuan yang kurang dalam memanfaatkan internet guna mencari informasi lebih dalam atau sekadar untuk cek dan ricek fakta.27

BAB 4

ANALISIS DAN DISKUSI

25 Abdulsyani. 2007. Sosiologi, Skematika, Teori, Dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 98

26https://www.antaranews.com/berita/605171/apa-itu-hoax. Diakses pada 29 Januari 2018. Pukul 19.22

(9)

Penyebaran berita bohong tentu saja melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Banyaknya berita hoax di media sosial karena terjadinya pergesar penggunaan media oleh masyarakat yang biasanya menggunakan media cetak dan media elektronik (selain internet) menjadi penggunaan media internet khususnya media sosial untuk berbagi informasi dengan yang lain.

Kasus Saracen tersebut menunjukkan bahwa penyebaran berita bohong atau hoax terdapat kelompok yang mengatur untuk kepentigan segelintir orang maupun kelompok yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Akibat dari hadirnya Saracen tentu saja merugikan masyarakat yang membaca berita hoax tersebut. Bagi masyarakat yang percaya dengan berita tersebut maka ia akan menjadikan informasi tersebut menjadi sebuah fakta dalam dirinya dan tentu saja ia akan dirugikan energi dan waktunya karena membaca berita tersebut. Kemungkinan terparah dari hadirnya berita bohong adalah dapat memecah belah masyarakat, karena berita bohong tersebut sangat memungkinkan untuk terjadi perpecahan yang disebabkan oleh perbedaan informasi yang diterima oleh masyarakat.

Pada tahun 2016 kasus yang dilaporkan menggunakan pasal 28 ayat 2 tentang ujaran kebencian mendapat 13% dari total kasus yang dilaporkan. 28 Berita

hoax di Indonesia sangat marak dilakukan ketika menjelang tahun pemilihan umum baik itu tingkat daerah, provinsi, bahkan presiden. Hal tersebut kemungkinan dilakukan untuk menggiring opini dari masyarakat untuk calon-calon tertentu. Biasanya berita bohong tersebut berupa ujaran yang menjelek-jelekan kandidat pesaing dari pemilihan umum.

BAB 5

(10)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berita bohong dan berita bernuansa SARA yang menyebarkan kebencian tentu saja merupakan berita buruk. Karena dapat menyebabkan kerugian bagi yang membacanya. Maka dari itu pelaku-pelaku kejahatan yang membuat atau menyebarkan berita bohong maupun berita kebencian bernuansa SARA tetntu saja menyalahi Undang-Undang yang berlaku seperti yang tertulis dalam UU nomor 19 tahun 2016.

Terjadinya penyebaran berita hoax dan berita bernuansa SARA terjadi karena adanya peluang untuk membuat berita-berita tersebut. Maka dari itu dibutuhkan sinergi antara pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kepolisan Indonesia, serta masyarakat untuk mengurangi penyebaran berita tersebut. Kementerian Komunikasi dan Informatika dapat membuat perjanjian dengan para penyedia jasa layanan internet maupun para penyedia aplikasi media sosial untuk mengurangi berita hoax maupun berita kebencian bernuansa SARA. Lalu Kepolisian Indonesia khususnya Direktorat Tindak Pidana Siber dapat melakukan patroli siber terhadap akun-akun yang membuat maupun menyebar luaskan berita-berita tersebut, tanpa mengurangi kebebasan berekspresi bagi para pengguna media sosial. Sedangkan untuk masyarakat dapat meningkatkan literasi terhadap media dan media sosial. Bagi masyarakat yang menggunakan media sosial untuk mencari informasi diharapkan skeptis terhadap informasi yang dibaca, seperti mengecek kebenaran dari berita tersebut sebelum menyebarluaskannya. Media sosial sendiri dapat menjadi media interaktif yang bisa membuat hal positif apabila digunakan dengan baik oleh orang yang tepat.

(11)

Buku

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Brent D, Ruben. Stewart, Lea P. 2006. Communication and Human Behavior. United States: Allyn and Bacon.

Jalaluddin Rakhmat. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kotler, Philip. Keller, Kevin L. Keller. 2016. Marketing Management, 15th edition. United States: Pearson Education.

Blake, Reed H. Haraldsen, Edwin O. 2003. Taksonomi Konsep Komunikasi. Surabaya: Papyrus.

Effendy, Onong Uchjana. 1984. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit Alumni.

Kincaid, D. Lawrence. Schramm, Wilbur. 1987. Azas-azas Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: LP3ES.

Wiryanto. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.

Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Web / Internet

https://apjii.or.id/survei2016/download/3zkcUWB5KLNporYEVFR4A0tIuDZehf. Diakses pada 28 Januari. Pukul 18.07

https://kominfo.go.id/content/detail/8463/siaran-pers-no-87hmkominfo122016- tentang-uu-revisi-ite-ditandatangani-presiden-dan-berlaku-mulai-25-november-2016/0/siaran_pers. Diakses pada 28 Januari 2018. Pukul 21.39

https://www.antaranews.com/berita/629811/staf-ahli-menkominfo-jelaskan-ciri-ciri-berita-hoax. Diakses pada 28 Januari 2018. Pukul 21.50

(12)

https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4419/Menkominfo

%3A+Pasal+27+Ayat+3+UU+ITE+Tidak+Mungkin+Dihapuskan/0/berita _satker. Diakses pada 28 Januari 2018. Pukul 22.56

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20161228182458-185-182719/pasal-karet-uu-ite-jadi-pamungkas-jeratan-hukum. Diakses pada 28 Januari 2018. Pukul 23.02

http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-41022914. Diakses pada 28 Januari 2018. Pukul 23.47

https://news.okezone.com/read/2017/08/24/337/1762176/ngeri-beroperasi-sejak-2015-saracen-penyebar-isu-sara-bekerja-secara-sistematis. Diakses pada 28 Januari 2018. Pukul 23.59

http://bali.tribunnews.com/2017/08/24/ternyata-saracen-dibayar-mahal-sebar-sara-punya-800000-akun-penyebar-kebencian-di-medsos?page=2. Diakses pada 29 Januari 2018. Pukul 00.05

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30625/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada 29 Januari 2018. Pukul 18.24

https://www.antaranews.com/berita/605171/apa-itu-hoax. Diakses pada 29 Januari 2018. Pukul 19.22

http://nasional.kompas.com/read/2017/01/23/18181951/mengapa.banyak.orang.m udah.percaya.berita.hoax. Diakses pada 29 Januari 2018. Pukul 19.34

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan demikian, nilai Fhitung lebih besar dari pada nilai Ftabel dan hipotesis nol ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara tata ruang kelas

Media Sosial sebagai Media Kampanye Anti Kekerasan Seksual (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Penggunaan Media Sosial Instagram Sebagai Media Kampanye Anti Kekerasan

Hasil belajar siswa dalam proses kegiatan pembelajaran melalui metode diskusi Perolehan hasil LKS pada awal tindakan siklus I adalah dengan nilai rata-rata nilai indiviu yaitu

Dalam paket pertama dan kedua,Komitmen Indonesia masih relative rendah bila dibandingkan dengan komitmen Negara ASEAN lainnya berkomitmen sebesar 0.06 atau lebih rendah

Tipologi lahan RPL merupakan tipologi wilayah yang berada pada ketinggian 30– 40 mdpl, wilayah pada tipologi ini dibentuk dengan karakteristik tekstur tanah ringan, sistem

Penulis telah menelusuri seluruh daftar skripsi di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum Perdata, akan tetapi penulis

Banyak penelitian mengenai proses penyusunan anggaran itu sendiri yang dikaitkan dengan kinerja manajerial, yaitu penyusunan anggaran yang melibatkan para manajer di level