• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI M"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TALKING STICK PADA SISWA KELAS IV.B SDN NO.13/ I MUARA BULIAN

SKRIPSI

OLEH,

RTS. DEVIA NIM. A12D110011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

2

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK

PADA SISWA KELAS IV.B SDN NO.13/ I MUARA BULIAN”

Rts. Devia

ABSTRAK

Latar belakang masalah penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar IPS disebabkan oleh sifat guru yang terkesan mendominasi saat pemberian materi pelajaran, tanpa diselingi tindakan yang bisa membuat murid lebih rileks dan senang mengikuti proses pembelajaran. Dengan munculnya rasa bosan dalam diri murid akan mengakibatkan minimnya daya serap murid terhadap materi yang diajarkan sehingga akan berpengaruh pada hasil belajar murid.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Kegiatan Ekonomi dalam Memanfaatkan Sumber Daya Alam dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick pada siswa kelas IV.B SDN No.13/ I Muara Bulian.

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborator melalui 3 siklus penelitian, dimana setiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi, evaluasi.

Berdasarkan penelitian, hasil belajar yang dicapai siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah 53,56 dengan ketuntasan klasikal 26,5 % (8 orang siswa), pada siklus II nilai rata-rata siswa adalah 63,17 dengan ketuntasan klasikal 60 % (18 orang siswa), dan pada siklus III nilai rata-rata siswa adalah 74,17 dengan ketuntasan klasikal 93,3 % (28 orang siswa).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV.B SDN No.13/ I Muara Bulian

(3)

3 Pendahuluan

Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah merumuskannnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu: “ pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kapada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Keberhasilan pendidikan, khususnya pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, dimana yang dimaksud dalam faktor internal adalah dari dalam diri murid itu sendiri sedangkan faktor eksternal adalah dari guru, orang tua, masyarakat dan lain sebagainya. Oleh karena itu, salah satu peranan guru yaitu menguasai materi yang diajarkan dan terampil dalam menyajikannya.

Faktor internal yang berupa motivasi, dalam proses pembelajaran sangat berperan penting sebab seseorang yang tidak termotivasi dalam belajar, maka tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar secara efektif. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menentu kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama itu tidak bersentuhan dengan kebutuhunnya. Maslow sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan-kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.

Pada proses pembelajaran guru mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan murid dalam belajar. Dalam meningkatkan hasil belajar murid khususnya hasil belajar pada mata pelajaran IPS sangat dibutuhkan kemampuan dari guru untuk mengembangkan kreasi mengajar, mampu menarik minat murid untuk belajar IPS. Dengan demikian guru tidak hanya mentransfer ilmu yang dimilikinya melainkan juga mempertimbangkan aspek intelegensi dan kesiapan belajar murid, sehingga murid tidak mengalami depresi mental seperti kebosanan, mengantuk, frustasi bahkan anti pati terhadap mata pelajaran IPS.

(4)

4

akan mengakibatkan minimnya daya serap murid terhadap materi yang diajarkan sehingga akan berpengaruh pada hasil belajar murid.

Berdasarkan indikator tentang rendahnya hasil belajar IPS pada murid SDN No.13/ I Muara Bulian, maka penulis tertarik melakukan penelitian ini dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Penggunaan model mengajar yang tepat merupakan suatu alternatif dalam usaha menumbuhkan rasa senang bagi murid dalam mengikuti pelajaran sehingga murid dapat mempelajari IPS terintegrasi dengan rasa senang sehingga mampu membangunkan raksasa (otak) yang sedang tertidur untuk menyerap ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru dan lingkungan belajarnya. Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick yang diterapkan oleh guru diharapkan agar dapat berlangsung secara lebih agar dapat berlangsung secara aktif dan efisien.

Berdasarkan uraian di atas, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPS kelas IV langkah yang dapat ditempuh antara lain dengan memperbaiki kegiatan belajar mengajar yang lebih interaktif misalnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Dalam melakukan penelitian, maka penulis mengangkat judul “Meningkatkan hasil belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Pada Siswa kelas IV SDN No.13/ I Muara Bulian Batang Hari”.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS terhadap Siswa kelas IV SDN No.13/ I Muara Bulian Batang Hari ”?

Pada prinsipnya, tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan diatas. Secara operasional tujuan penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui efektifitas dan keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada murid kelas IV SDN No.13/ I Muara Bulian Batang Hari”.

Menurut Sanjaya (2007 : 29) “Belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor”.

Oleh karena itu, belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 2005 : 28).

(5)

5

Istilah hasil belajar tersebut tersusun dari dua kata yakni dari kata hasil dan belajar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia , hasil diartikan sebagai sesuatu yang telah dicapai dari apa yang dilakukan atau apa yang telah dikerjakan sebelumnya. Belajar itu sendiri merupakan proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. (Sudjana, 2005 : 22 ).

Gagne dalam (Suprijono, 2009 : 5-6 ) mengemukakan bahwa hasil belajar berupa :

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupuan tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah.

d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Menurut Benyamin Bloom (Sudjana, 2005 : 22) Klasifikasi hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotor.

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

2. Ranah Afektif.

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah Psikomotor

(6)

6

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi/ individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berfikir serta menghasilkan perilaku yang lebih baik. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. (Yeyet Rohayati. 2012 : 32)

Hasil belajar merupakan salah satu ukuran penguasaan murid mendapatkan pelajaran di sekolah. Untuk mengukur kemampuan murid tersebut dilakukan evaluasi. Evaluasi hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pengumpulan data mengenai kemampuan belajar murid untuk menentukan apakah kompetensi dasar dan indikator hasil belajar tercapai seperti apa yang diharapkan. a. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar juga sering disebut prestasi belajar yang diperoleh dari peristiwa atau proses belajar yang terungkap melalui evaluasi belajar.

Dimyati (2006 : 28) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada 2 macam, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis,

Pada hakekatnya perkembangan hidup manusia mulai saat lahir sampai menjadi dewasa tak dapat terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu pengetahuan sosial dapat dikatakan tak asing bagi tiap orang. Sejak bayi telah melakukan hubungan dengan orang lain terutama dengan ibu dan dengan anggota keluarga yang lainnya. Meskipun dengan sepihak, hubungan sosial itu telah terjadi. Tanpa hubungan sosial bayi tidak akan mampu berkembang menjadi manusia dewasa.

Pengalaman manusia di luar dirinya tidak hanya terbatas hanya dalam keluarga tapi juga meliputi teman sejawat, warga kampung dan sebagainya. Hubungan sosial yang dialami makin meluas, dari pengalaman dan pengenalanan dan hubungan Sosial tersebut dalam diri seseorang akan tumbuh pengetahuan. Pengetahuan yang melekat pada diri seseorang termasuk pada diri orang lain dapat terangkum dalam “pengetahuan sosial”. Segala peristiwa yang dialami dalam kehidupan manusia telah membentuk pengetahuan sosial dalam diri kita masing-masing.

Kehidupan sosial manusia di masyarakat beraspek majemuk yang meliputi aspek hubungan sosial, ekonomi, sosial, budaya, politik, psikologi, sejarah, geografi. Beraspek majemuk berarti kehidupan sosial meliputi berbagai segi yang berkaiatan satu sama lain. Bukti bahwa manusia adalah multiaspek, kehidupan sosial yang merupakan hubungan aspek-aspek ekonomi adalah sandang, papan, pangan merupakan kebutuhan manusia.

(7)

7

Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif.

Menurut Johnson & Jhonson (dalam Lie. 2007) cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

Isjoni (2011 : 17) menyatakan Cooperative learning adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok yang heterogen. Cooperative learning menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.

cooperative learning dapat dikatakan pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dalam pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Menurut Sugiyanto (2010 : 40) “cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat”.

Jadi yang dimaksud dengan cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan pengalaman belajar siswa dalam bekerja sama dengan teman kelompoknya masing-masing untuk mencapai tujuan bersama. Dengan belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil akan dapat belajar secara maksimal dan bisa berkolaborasi sehingga dapat merangsang gairah belajar peserta didik.

Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi dan siswa mendapatkan pengalaman langsung dalam menemukan dan menerapkan ide-ide mereka.

Menurut Isjoni (2011: 21), Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, pengembangan keterampilan sosial.

Metode berasal dari bahasa Yunani methos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. “Metode dianggap sebagai cara atau prosedur yang keberhasilannya adalah di dalam belajar, atau sebagai alat yang menjadikan mengajar menjadi efektif”. (http/.tarmiziwordpres.com)

(8)

8

membuat siswa lebih termotivasi dalam melakukan kegiatan belajar (Ulfah. 2012 : 23)

Menurut Ramadhan (www.tarmiziwordpres.com) mengungkapkan bahwa Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum.

Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran atau bergantian. Dalam bidang pendidikan talking stick termasuk salah satu metode pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.

Suprijono (2009:109) mengungkapkan bahwa “Metode Talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat”. Metode talking stick ini sangat tepat digunakan dalam pengembangan proses pembelajaran PAIKEM yaitu pembelajaran partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik.

Dengan menerapkan pembelajaran talking stick diharapkan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick ini dapat memperoleh banyak pengetahuan dan keterampilan. Siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat, kegiatan belajar menjadi menyenangkan dan tidak membosankan.

(9)

9

Menurut Suprijono (2009:109) adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick adalah sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan sebuah tongkat

2. Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/ buku paketnya

3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya guru mempersilahkan peserta didik untuk menutup bukunya

4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu peserta didik, setelah itu guru memberi pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya

5. Ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya sebaiknya diiringi musik atau lagu

6. Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya

7. Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik

8. Merumuskan kesimpulan 9. Penutup

Penelitian ini dilaksanakan di SDN No.13/ I Muara Bulian Batang. Yang menjadi subjek adalah murid kelas IV.b yang berjumlah 30 murid, yang terdiri dari 16 laki-laki dan 14 perempuan.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan atas tiga siklus dimana setiap siklus merupakan rangkaian yang saling berkaitan. Dalam arti pelaksanaan tindakan siklus berikutnya merupakan kelanjutan dan perbaikan dari pelaksanaan tindakan siklus pertama dan seterusnya.

Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan berupa persiapan perisapan yang terdiri dari :

a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) b. Menetapkan bahan ajar

c. Menyusun skenario pembelajaran dengan menggunaan model cooperatif learning tipe talking stick

d. Menyusun alat evaluasi berupa lembar observasi dan tes untuk mengetahui kemampuan dan hasil belajar siswa.

(10)

10

Adapun skenario pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Kegiatan awal

1. Apersepsi, tanya jawab tentang materi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

2. Guru memberikan motivasi dengan memberikan contoh betapa pentingnya mempelajari materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

4. Siswa diajak mengamati gambar pemandangan alam 5. Guru menyiapkan sebuah tongkat

b. Kegiatan inti (50 menit) - Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari,

2. kemudian guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi jenis persebaran sumber daya alam 3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya guru mempersilahkan

peserta didik untuk menutup bukunya

4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu peserta didik, setelah itu guru memberi pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru

a) Menyebutkan apa saja sumber daya alam di daerahnya yang mendukung kegitan ekonomi di daerahnya

b) Mengelompokkan sumber daya alam tersebut sesuai jenis-jenisnya 5. Ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya diiringi

musik atau lagu

6. Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya

7. Guru memberikan ulasan dan penghargaan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik

- Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Mengerjakan tugas kelompok tentang Jenis Kegiatan Ekonomi dan Tempat Terjadinya

2. Peserta didik menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok 3. Kelompok lain memberikan tanggapan berdasarkan stick yang bergulir - Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa

2. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan

c. Kegiatan Penutup (5 menit) 1. Guru memberikan evaluasi

(11)

11

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengamati setiap aktivitas murid selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Adapun faktor yang diamati adalah :

Faktor murid yaitu melihat persentase kehadiran murid, murid yang memperhatikan penjelasan guru, murid yang bertanya, murid yang mampu menjawab pertanyaan lisan guru, murid yang menyelesaikan tugas, dan murid yang melakukan kegiatan lain saat proses pembelajaran.

Faktor proses yaitu melihat keaktifan murid, interaksi murid dengan guru dan antar murid dengan murid lainnya dalam proses pembelajaran.

1) Lembar observasi

Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mengamati proses pelaksanaan pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick di kelas IV SDN 13/ I Muara Bulian. Objek pengamatan yaitu proses pembelajaran IPS yang dilakukan oleh guru pelajaran IPS dan partisipasi murid dalam proses pembelajaran IPS melalui kerjasama dalam kelompok.

Dalam penelitian ini observasi juga digunakan untuk mengamati proses belajar mengajar di kelas, serta mengamati tingkah laku dan respon siswa selama proses pembelajaran. Aspek yang diamati dalam penelitian ini yaitu cara mengajar guru di kelas, keaktifan siswa dalam mengerkjakan tugas; keaktifan dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran; bertukar pendapat, berdiskusi, dan bekerja sama dengan teman, perhatian siswa terhadap pelajaran, sikap atau tanggapan siswa terhadap strategi pembelajaran.

Observasi akan dilakukan oleh guru kolaborator dalam proses pembelajaran dengan menggunakan lembaran observasi. Observasi di kelas dilaksanakan dengan pelaksanaan penelitian, observasi akan dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan yaitu, lembar observasi kegiatan guru dan siswa. Observasi akan dilaksanakan selama proses pembelajaran yaitu 70 menit jam palajaran (2 x 35 menit).

Persentase aktivitas guru pada tiap kegiatan.

P = ∑  x 100%

n

P = jumlah persentase

∑  = jumlah skor perolehan (yang terlaksana) n = jumlah keseluruhan skor maksimal (20)

Persentase aktivitas siswa pada tiap kegiatan.

P = ∑ (x) x 100%

n

P = jumlah persentase

∑ (x) = jumlah skor perolehan

(12)

12

Setelah observasi dilakukan, hasilnya digunakan sebagai bahan evaluasi. Evaluasi dilaksanakan setiap akhir pertemuan yang dilakukan dengan cara berdiskusi antara peneliti dan guru kolaborator tentang data-data yang diperoleh dari kegiatan observasi. Hasil dari evaluasi tersebut selanjutnya dijadikan sebagai bahan untuk melakukan refleksi.

Dalam proses pembelajaran evaluasi sering dilaksanakan setiap akhir pokok bahasan atau akhir semester. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap pelajaran.

Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai atas kegiatan yang telah dilaksanakan atau sedang berjalan

Penilaian yang digunakan dalam pembelajaran pendekatan cooperative learning adalah penilaian yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan kemampuan siswa dari proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, yang akan diteliti adalah aspek hasil belajar siswa. Pengambilan data dari komponen tersebut dijaring melalui lembaran kerja siswa.

Tahap evaluasi adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran yang telah dilaksanakan terhadap hasil belajar siswa.

Evaluasi merupakan instrument utama yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada siswa kelas IV SDN No.13/ I Muara Bulian Batang Hari.

N = (N1 x 5) + (N2 x 10) Ket. N = Nilai

N1 = Jawaban Pilihan ganda yang benar N2 = Jawan essay yang benar

Data yang terkumpul tentang hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan secara kualitatif. Data tentang hasil belajar dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu:

Menghitung rata-rata

R = (∑x)

n

Dimana:

R = Rata-rata

(13)

13 Metode Penelitian

Data hasil belajar yang diperoleh dikategorikan berdasarkan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Purwanto: 2009) yaitu:

Sumber data adalah murid kelas IV SDN No.13/ I Muara Bulian Batang Hari sebagai subyek penelitian yang menerima tindakan kelas dan Jenis data

1) Data kuantitatif, berupa hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes tertulis yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Data ini berupa nilai dalam bentuk angka.

2) Data kualititatif, berupa hasil observasi yang diperoleh dari lembar observasi setiap pembelajaran yang bersumber dari keadaan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan observasi instrumen yang akan digunakan dengan dasar melihat presentasi siswa secara autentik adalah lembar kerja siswa, hasil tes tertulis

Data tentang proses belajar mengajar adalah dalam hal kerajinan, kesungguhan murid mengikuti proses belajar mengajar, kemampuan murid untuk mengerjakan soal-soal dan rasa percaya diri yang diperlihatkan murid tiap pertemuan dengan menggunakan lembar observasi.

Kriteria keberhasilan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe talking stick, jika terjadi peningkatan hasil belajar IPS pada murid kelas IV SDN No.13/ I Muara Bulian Batang Hari, yakni terjadi peningkatan siklus I ke siklus III dengan skor minimal 65 (Nilai KKM SDN No.13/ I Muara Bulian), dan tuntas secara klasikal apabila mencapai minimal 51- 75 % dari jumlah murid yang telah tuntas belajar berdasarkan tabel tafsiran presentase jumlah siswa dalam kategori kemampuan

Tabel 3.4 Tafsiran Presentase Jumlah Siswa dalam Kategori Kemampuan Penelitian secara umum berupa hasil analisis kualitatif dan hasil analisis secara kuantitatif. Hasil ini akan memberikan gambaran tentang hasil belajar IPS siswa setelah diterapkan model Kooperatif tipe Talking Stick pada kelas IVb SDN No.13/ I Muara Bulian Batang Hari.

Pembahasan

(14)

14

Tabel 4.16 : Perbandingan Hasil Belajar IPS per Siklus Pada Siswa Kelas IV.b SDN No.13/ I Muara Bulian Dengan Menerapkan Metode Tipe Talking Stick.

Dari Tabel 4.16 diketahui peningkatan hasil pembelajaran dari tiap siklus. Pada siklus I nilai rata – rata pembelajaran IPS 53,56 dan 8 orang siswa yang dikategorikan tuntas dalam belajar. Siklus II nilai rata – rata 63,17 dan 18 orang siswa yang dikategorikan tuntas. Pada Sikluls III nilai rata – rata siswa adalah 74,17 dan 28 orang siswa yang dikategorikan tuntas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa yang diajar melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick mengalami dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari hasil deskriptif di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar IPS siswa pada siklus I sebesar 53,56 dan setelah dikategorisasikan berada pada kategori rendah pada siklus II terlihat bahwa skor rata-rata hasil belajar IPS siswa sebesar 63,17 yang berada pada kategori sedang dan pada siklus III terlihat bahwa skor rata-rata hasil belajar IPS siswa sebesar 74,17 yang berada pada kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model Kooperatif tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar IPS

Pada siklus I peneliti lebih mendorong siswa untuk mencintai pelajarannya terlebih dahulu, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa yang sebelumnya menanggapi pelajaran dengan cuek, mulai ada kemauan untuk mengikuti pelajaran. Hal ini disebabkan adanya tugas yang diberikan pada setiap akhir pertemuan sampai pada akhir siklus telah dapat terlihat kesenangan pada siswa untuk mengikuti pembelajaran tersebut.

Beberapa perbaikan kegiatan yang dianggap perlu, salah satunya memperbanyak kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dan berpendapat. Hal ini dilakukan untuk membangkitkan semangat belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pada siklus II, terlihat bahwa kemauan siswa untuk belajar mengalami peningkatan, dimana siswa yang dulunya belum mampu menjawab pertanyaan yang ditanyakan peneliti, kini sudah mulai berlomba-lomba untuk menjawab pertanyaan. Siswa juga sudah percaya diri untuk mengeluarkan pendapatnya dan menjelaskan serta memaparkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan.

Setelah melihat hasil penelitian yang telah dianalisis dapat diketahui bahwa hasil belajar IPS siswa kelas IVb SDN No.13/ I Muara Bulian Batang Hari setelah diterapkan Pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick dalam pembelajaran IPS ternyata mengalami peningkatan.. Jika dimasukkan ke kategori skala lima peningkatan hasil belajar IPS meningkat dari rendah ke tinggi.

(15)

15

Dari Tabel 4.17 dapat dilihat peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I tidak terdapat siswa mendapatkan nilai sangat tinggi, pada siklus II 5 % siswa mendapatkan nilai sangat tinggi dan meningkat menjadi 21,65 % siswa pada siklus III.

Selain itu terjadi pula perubahan pada pola belajar siswa di mana semakin banyak siswa mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti, dan semakin banyak siswa yang mengerjakan tugas yang yang diberikan.

Tabel.4.18 : Rekapitulasi Hasil observasi persiklus aktifitas belajar siswa kelas IV.b SDN No.13/ I Muara Bulian Batang Hari selama penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick.

Pembelajaran dengan menggunakan motode tipe talking stick cukup menarik perhatian siswa, hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya siswa yang memperhatikan penjelasan guru dimana pada siklus I 79 %, siklus II 93,3 dan 96,60 % pada siklus III. Hal ini juga ditandai dengan menurunnya Siswa yang

melakukan kegiatan lain saat proses pembelajaran pada siklus I 13,80 %, pada siklus

II menurun menjadi 6,60 % dan berlanjut pada siklus III menjadi 3,30 %. Siswa juga lebih berani dan percaya diri dalam menjawab pertanyaan dan bertanya tentang pelajaran yang belum dimengerti.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe talking stick semula kaku dengan langkah-langkahnya akhirnya siswa dapat tertarik dan senang dengan model tersebut. ketertarikan dan dorongan siswa yang dimiliki tersebut, maka dengan sendirinya meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

Dan hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Meskipun kita ketahui bahwa tidak semua guru mampu melaksanakan dan menerapkan pembelajaran ini, akan tetapi hal ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS.

PENUTUP

Aktifitas guru yang kurang dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, jika aktifitas guru dilakukan secara optimal maka hasil belajar siswa akan menjadi lebih baik.

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas IV.B mengalami peningkatan.

Secara keseluruhan dari hasil analisis kuantitatif dan deskriptif dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat dijadikan acuan dalam proses pembelajaran di kelas IV SDN No.13/ I Muara Bulian.

(16)

16

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dalam pembelajaran IPS Kelas IV, disarankan kepada guru agar dalam menyajikan materi IPS, guru jangan terlalu cepat dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Guru IPS perlu menguasai beberapa strategi dalam mengajar sehingga pada pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dapat menerapkan strategi yang bervariasi sesuai dengan materi yang disajikan agar siswa tidak merasa bosan.

Setiap guru hendaknya selalu mencoba untuk berinovasi, berimprovisasi dan berkreasi dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa.

Diharapkan pula kepada guru bidang studi lain agar mampu mengembangkan strategi pembelajaran kooperatif tipe talking stick ini dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa.

Diharapkan kepada para pengajar bidang studi IPS agar memberikan latihan yang cukup baik berupa soal-soal latihan yang dikerjakan di sekolah maupun di rumah dengan membuat soal secara bertahap mulai dari yang mudah sampai ke yang sulit agar siswa lebih terlatih dan memiliki kepandaian dalam menyelesaikan soal-soal IPS.

(17)

17

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie, 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia

Depdiknas, 2006. Permen Nomor 22 Tahun 2006 Jakarta: Depdiknas

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ekawarna, dkk. 2010. Peneltian Tindakan Kelas. Jakarta. Gaung Persada Press

http/.tarmiziwordpres.com

Hisnu, tantya P Winardi.2008. Ilmu Pengetahuan Sosial kelas lV. Jakarta : pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Isjoni. 2011. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung; Alfabeta.

Kamus Bahasa Indonesia (http://kamusbahasaindonesia.org)

Kunandar. 2009. Langkah Mudah Peneliti Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta; Rajawali Pers

Noehi Nasution, 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka Pemerintah Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional Negeri Republik Indonesia : Jakarta.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta; Pustaka Pelajar

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: PT. Kencana.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2005. Cara belajar siswa aktif. Bandung : Sinar Baru Algenso Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Yuma

Pustaka.

Suprijono, Agus. 2000. Cooperative Learning. Yogyakarta; Pustaka Pelajar Suryani, Y. 2001. Analisis Aspek Kerjasama dalam Kelompok Praktikum.

Skripsi Sarjana Pendidikan Kimia. UPI Bandung : tidak diterbitkan Sutarno, N. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Biologi. Handout. Jurusan

Pendidikan Biologi. FPMSAINS UPI.

Syaiful Bahri. 2008. Psikologi belajar. Jakarta : Rineka cipta

Ulfah Latifah, 2010. Implementasi Metode Pembelajaran SQ4R Menggunakan Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK. Skripsi. UPI Bandung : tidak diterbitkan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan marker dua dimensi (2D) terhadap kemunculan objek 3D dalam aplikasi Augmented Reality (AR) yang

Analisis aplikasi atau sistem yang sedang berjalan didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud

Pendahuluan 1.Guru menyampaikan salam kepada peserta didik melalui WA dan mengajak berdoa sebelum memulai kegiatan pembelajaran, serta mengecek kehadiran siswa yang aktif

Ekstrak Etanol Pegagan ( Centella Asiatica L. Urban ) dapat mencegah kerusakan struktur histologis sel ginjal mencit yang diinduksi dengan parasetamol dosis toksik dan

Observasi lapangan dilaksanakan tanggal 15 Juli 2016 s/d 15 September 2016. Pada tahap ini mahasiswa melakukan pengamatan hal-hal yang berkenaan dengan proses belajar

www.qantara.de.. نُواَعَت يماسإا ملاعلا عم راوحا لجأ نم عورشما لمع ذختي اننإ .نلعافلاو عيضاوماو قطانما ددعتل ارظن ايبيرج اعباط اينامأ نم سانلا نب يقاتلا ةصاخ

Tujuan dari pembuatan alat simulasi Planettary Gear Double Pinions adalah agar mahasiswa jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya dapat lebih mengetahui dan

Syukur alhamdulillah senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat, serta lindungan Nya, sehingga penulis dapat