54
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menganalisis data sebagai upaya untuk menjawab permasalahan penelitian tentang Bagaimana pola komunikasi yang terjadi antara pembeli tanah dengan calo, pola komunikasi calo dengan pemilik tanah, serta pola komunikasi calo dengan aparat desa dan warga di Desa Kaligawe Kec. Karangdadap Kab. Pekalongan ?
5.1 Pengerukkan/Penggalian Tanah Secara Paksa
Tanah merupakan karunia Tuhan yang harus dijaga, dipelihara, dan dimanfaatkan bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di muka bumi ini. Tanah adalah salah satu faktor yang terpenting bagi kelangsungan hidup manusia. Sejak lahir hingga meninggal dunia, manusia membutuhkan tanah untuk sumber kehidupan. Seperti yang kita lihat, segala kebutuhan hidup manusia, bahan-bahannya hampir seluruhnya berasal dari tanah. Tanah merupakan sumber daya penting menyangkut hajat hidup seluruh makhluk yang sangat mendasar. Tanah menempati sebagian besar dataran di bumi ini. Tanah merupakan tempat tumbuhnya berbagai macam tanaman dan tentunya sebagai alas kehidupan manusia dan makhluk hidup lain di muka bumi ini. Di wilayah pedesaan, tanah dominan digunakan untuk lahan pertanian dan perkebunan, untuk bahan baku produksi (batu bata, genteng, keramik dan lain sebagainya), bahan peralatan rumah tangga, sebagai habitat hewan, sumber mata air sumur, keseimbangan ekologis, pembuatan tanggul, dan lain sebagainya. Sedangkan di wilayah perkotaan, tanah lebih dominan digunakan sebagai lahan pemukiman, lahan perkantoran, lahan industri, lahan rekreasi, taman wisata, dan lain-lain.
55
terus meningkat. Pergeseran budaya misalnya, telah merubah corak/ciri khas negara Indonesia yang dulunya agraris, menjadi negara yang secara perlahan mengarah pada negara Industri. Tanah yang dulunya menjadi sumber mata pencaharian utama sebagian besar rakyat, khususnya di bidang pertanian, kini pemanfaatannya bergeser sebagai lahan yang diperuntukkan bagi pembangunan, industri, dan perdagangan. Keadaan ini berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya yang kehidupannya bergantung pada tanah. Tidak heran jika sejak dulu tanah selalu menjadi obyek yang sering memunculkan konflik. Seperti yang terjadi di Desa Kaligawe belakangan ini. Konflik terjadi karena adanya penggalian tanah secara besar-besaran tanpa adanya persetujuan dari beberapa pemilik tanah dan izin dari warga desa.
Di beberapa lokasi di dalam kampung, dapat dijumpai aktivitas penggalian tanah yang dilakukan oleh para pekerja yang merupakan karyawan tetap CV. Ratna Lestari Jaya Pekalongan dan beberapa warga desa. Dengan alasan untuk tata ruang desa, para pengeruk mengeruk tanah warga secara besar-besaran.
Gambar 5
Foto Pengerukkan tanah di belakang rumah Ibu Mundriyah
56
5.2 Penyebab Konflik
Konflik secara umum didefinisikan sebagai suatu pertentangan atau perbedaan pendapat antara dua orang atau lebih. Konflik selalu ada di setiap hubungan sosial, karena masyarakat satu sama lain pada dasarnya mempunyai perbedaan. Perbedaaan ini kemudian menjadikan potensi-potensi konflik di dalam setiap hubungan sosial.Masalah tentang pertanahan menjadi salah satu isu penting yang diperbincangkan akhir-akhir ini. Konflik pertanahan masih saja merambah nusantara, di televisi, di radio, di koran-koran terus saja menjadi berita utama. Penyebab dari konflik-konflik tersebut tidak lain adalah karena tidak adanya izin dari para pengeruk terhadap pihak pengurus desa, warga dan aparat setempat. Tanah adalah salah satu obyek yang sering menjadi rebutan dan perdebatan.37
Kasus pengerukkan tanah di Desa Kaligawe, Kabupaten Pekalongan hanyalah sebagian kecil dari berbagai konflik pertanahan di Indonesia. Beberapa waktu yang lalu, beberapa kasus pengerukkan secara paksa juga terjadi di beberapa wilayah di Jawa seperti misalnya kasus galian tanah merah di Desa Cikeas Bogor, aktivitas galian tanah merah ini semakin meresahkan warga, karena selain pengerukkan yang tidak berizin, sisa-sisa galian juga berserakan di jalan yang berakibat jalanan dipenuhi tanah merah setebal 20 sentimeter. Konflik bermula karena tidak maksimalnya sikap pemerintah desa dalam menertibkan galian ilegal di Desa Cikeas.38
Kasus galian tanah merah tak berizin juga terjadi di Kampung Sunda, Desa Sukamulya Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang. Kepala Desa Sukamulya mengungkapkan bahwa galian tanah merah tersebut belum mengantongi ijin usaha kegiatan atau aktivitas industri, serta disinyalir dalam pelaksanaan proyek
37
Soerodjo. 2003. Proses Pendaftaran Tanah. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hal 28 38
57
tersebut melibatkan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.39Warga Kampung Panagan RT 01 RW 11, Desa Mekarsari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, juga diresahkan dengan adanya aktivitas rutin penggalian tanah merah yang diduga ilegal atau tidak mengantongi izin. Mereka protes dan mendesak aparat kecamatan segera mengambil tindakan tegas menutup galian tanah merah tersebut.40
Kronologis konflik pertanahan di Desa Kaligawe
Konflik di desa Kaligawe bermula pada akhir tahun 2015. Konflik bermula ketika terjadi pengerukkan tanah secara besar-besaran dan secara paksa di wilayah mereka, serta tidak adanya pemberitahuan dan permohonan ijin dengan warga desa yang tinggal di sekitar area pengerukkan. Selain itu, warga juga menerima harga yang tidak masuk akal untuk ganti rugi tanah mereka. Belum lagi adanya intimidasi-intimidasi yang dilakukan oleh calo tanah dan preman agar warga mau menyerahkan tanahnya. Konflik juga muncul ketika limbah pengerukkan mencemari lingkungan tempat warga tinggal.
5.3 Pola Komunikasi Yang terjadi
Pola komunikasi suatu masyarakat bersifat sangat fleksibel dan luwes. Secara sederhana, definisi pola komunikasi adalah “siapa berbicara dengan siapa atau kepada siapa”. De Vito (1997), mendefinisikan pola komunikasi sebagai suatu saluran atau jalan tertentu yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Salah satu cara untuk memahami perilaku manusia adalah dengan mengamati atau memahami hubungan-hubungan sosial yang tercipta karena adanya proses komunikasi interpersonal. Ketika dua orang atau lebih ikut serta dalam pengiriman pesan, mereka terlibat dalam suatu pola
39
Diunduhdarihttp://koran pembaruan.com/online/1708/2016/04/04/Galian-Tanpa-Izin-Beroperasi.html/pada hari Senin tanggal 26 September 2016 jam 11.00 WIB
40
58
komunikasi. Berikut ini adalah beberapa pengertian pola komunikasi menurut beberapa ahli:
1. Pengertian pola komunikasi menurut Rogers (1983) adalah suatu pola yang terdiri atas individu-individu yang saling berhubungan, yang di hubungkan oleh arus komunikasi yang terpola.
2. Hanneman dan Mc Ever dalam Djamali (1999) menyatakan bahwa pola komunikasi adalah pertukaran informasi yang terjadi secara teratur antara dua orang atau lebih.
3. Knoke dan Kuklinski (1982) melihat pola komunikasi sebagai suatu jenis hubungan yang secara khusus merangkai individu-individu, obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa.
4. Berger dan Chaffee mengutip pendapat Farace (1977) yang melihat pola komunikasi sebagai suatu pola yang teratur dari kontak antara person yang dapat diidentifikasi sebagai pertukaran informasi yang dialami seseorang di dalam sistem sosialnya (Berger dan Chaffee. 1987:239).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan pengertian pola komunikasi secara lebih khusus, yaitu suatu rangkaian hubungan di antara individu-individu dalam suatu sistem sosial sebagai akibat dari terjadinya pertukaran informasi di antara individu-individu tersebut, sehingga membentuk pola-pola atau model jaringan komunikasi tertentu.Pola komunikasi yang digunakan oleh suatu masyarakat berbeda-beda dan sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya masyarakat tersebut. Masyarakat dipahami sebagai suatu sistem, dan didalam sistem itu antara satu individu dengan individu lainnya atau antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, atau suatu lembaga dengan lembaga lainnya terjadi interaksi.41
41
59
Pola Komunikasi yang terjadi antara penjual dan pembeli tanah merah :
Pada tanggal 20 September – 24 September 2016, penulis melakukan wawancara dengan beberapa narasumber di lokasi penelitian, yaitu di Desa Kaligawe. Walaupun terdapat perbedaan latar belakang, namun penulis tidak menemui kesulitan yang berarti saat mencari data dan menggali beberapa fakta yang ada. Berikut akan penulis uraikan hasil wawancara yang berlangsung kurang lebih selama 5 hari.
1. Hasil wawancara peneliti dengan Bp. Sukendar
Beliau memiliki tanah seluas 1.200 m3 yang berada di belakang balai desa Kaligawe. Beliau menjual tanahnya karena tanah beliau berbentuk perbukitan dan beliau membutuhkan uang untuk membayar hutang dan memperbaiki serta memperbesar rumahnya. „Karena tanah saya berbentuk perbukitan dan saya butuh uang untuk membayar hutang dan memperbaiki rumah. Saya memerintahkan seseorang untuk menjualkan
tanah saya.‟Akhirnya beliau menjual tanahnya kepada CV. Ratna Lestari Jaya
melalui perantara Bp. Fauzan. Dan setelah itu beliau dipertemukan dengan Bp. Aris untuk negosiasi harga. Tanah milik beliau sepakat dibayar sebesar Rp 9.000,00/ritnya.
2. Hasil wawancara peneliti dengan Bp. Kholik
Beliau memiliki tanah seluas kurang lebih 2.500 m3 yang berada di belakang SD Kaligawe, dan memang berencana akan menjual tanah tersebut karena beliau mempunyai rencana membuat kapling.„Karena saya ingin membuat kapling dengan biaya
yang murah dan saya dapat uang dari penjualannya mbak. Setelah itu saya langsung mencari
informasi mbak, apakah ada perantaranya atau tidak. Dan ternyata ada perantaranya. Sehingga
60 3. Hasil wawancara peneliti dengan Bp. Karmin
Beliau memiliki tanah seluas 5.000 m3 yang bersebelahan dengan tanah milik Bapak Sukendar dan Bapak Carman, dan memiliki rencana untuk menjualnya kepada CV. Ratna Lestari Jaya Pekalongan. „Saya butuh biaya untuk membayar sekolah anak saya mbak, makanya saya menjual tanah saya. Waktu itu Saya dapat informasi kalau ada
perantaranya, yaitu Bapak Busyaeri dan Bapak Fauzan. Pikir saya, kebetulan sekali kalau ada
perantaranya, jadi saya tidak perlu repot mencari pembeli. Kebetulan rumah saya dekat dengan
rumah Bapak Busyaeri.‟Melalui jasa Bp. Busyaeri, akhirnya beliau bisa bertemu
dengan Bp. Aris selaku orang kepercayaan CV untuk melakukan deal harga. Dan akhirnya tanah beliau dihargai sebesar Rp. 7.000,00/ritnya.
4. Hasil wawancara peneliti dengan Bp. Mohammad Khaeron
Beliau memiliki kebun seluas 1.800 m3 di belakang rumahnya dan memang memiliki rencana untuk menjualnya untuk memperbesar bengkelnya. „Saya butuh dana untuk memperbaiki dan memperbesar bengkel mbak, makanya saya jual saja tanah
saya.‟Beliau mencari informasi pembeli tanah kesana kemari, dan akhirnya
bertemu dengan Bp. Busyaeri. „Awalnya sih saya mencoba mencari pembeli sendiri, tapi nemunya lama. Terus ada tetangga main ke rumah saya yaitu Bp. Busyaeri, memberi info kalau
ada perusahaan yang butuh tanah. Terus saya tanya-tanya, kalau mau menjual tanah kepada
perusahaan tersebut prosesnya lama atau tidak ? ternyata tidak begitu lama.‟Setelah
bercakap-cakap dengan Bp. Busyaeri, beliau akhirnya dipertemukan dengan Bp. Aris untuk tawar menawar harga. Akhirnya tanah beliau sepakat dihargai sebesar Rp. 8.000,00/ritnya.
5. Hasil wawancara peneliti dengan Bp. Musapak
Beliau memiliki kebun yang berada tidak jauh dengan area pengerukkan tanah, sehingga tanah beliau pun akhirnya beliau jual dengan sukarela karena selain kebun milik beliau jauh dari rumah, beliau juga ingin membeli lahan tambahan di tempat lain yang lebih dekat dengan rumahnya. „Karena lahan milik saya berada jauh dari rumah mbak. kalau saya ingin berkebun, saya harus menggunakan motor untuk
menuju kesana. saya pikir, saya harus mencari lahan lain yang jangkauannya lebih dekat dari
61
sekitar 2.700 m3 dan dijual kepada CV. Ratna Lestari Jaya sebesar Rp 8.000,00/ritnya. Beliau menjual tanah tersebut melalui bantuan Bp. Busyaeri selaku perantara CV. „Saya mencari informasi pembeli pada tetangga sekitar rumah saya, nah tetangga saya menyarankan untuk menemui Bp. Busyaeri, karena biasanya beliau mempunyai
kenalan pembeli tanah. Tanpa pikir panjang saya langsung menemuinya di rumah beliau.
Kebetulan waktu itu memang sedang ada pembeli tanah dari kota Pekalongan, lalu langsung saja
saya meminta beliau untuk mengurusnya.‟
6. Hasil wawancara peneliti dengan Bp. Fauzan
Bapak Fauzan adalah salah satu perantara dalam proyek pengerukkan tanah di Desa Kaligawe. Kegiatan sehari-hari beliau lebih banyak dihabiskan di konveksi dan bila ada orang yang mencari tanah di wilayah desa Kaligawe, beliau salah satu orang yang paling sering ikut terlibat dalam mencari penjual. Beliau juga merupakan salah satu orang kepercayaan CV yang ditugaskan untuk menjaga area sekitar pengerukan pada pagi hingga sore hari. Selain itu, beliau juga diberi kepercayaan untuk mengurusi lokasi pengerukkan apabila nantinya ada warga yang memprotes aktivitas pengerukkan tersebut. „Ya kalau ada warga yang protes, saya
sampaikan kepada mereka bahwa hal ini tidak akan merugikan. Kalau suatu saat terjadi dampak
yang tidak diinginkan dan membuat mereka rugi, saya akan ikut bertanggung jawab. Saya juga
akan turun tangan untuk meminta ganti rugi dan menghentikan pengerukkan ini.‟
7. Hasil wawancara peneliti dengan Bp. Busyaeri
Bapak Busyaeri adalah seorang pekerja serabutan di Desa Kaligawe Kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan. Pekerjaan sehari-hari beliau tidak menentu. Di CV. Ratna Lestari Jaya, beliau diberi tugas untuk membujuk dan meyakinkan orang-orang yang mempunyai tanah, agar mau menjual tanahnya kepada CV. Ratna Lestari Jaya. „Ya saya meyakinkan mereka secara perorangan mbak. satu per satu saya datangi ke rumahnya. Saya sampaikan ke mereka bahwa galian ini tidak akan
menimbulkan masalah yang serius. Jadi mereka tidak perlu khawatir. Kalau nantinya muncul
62 8. Hasil wawancara peneliti dengan Bp. Amin
Bapak Amin adalah salah satu perantara dan penjaga malam di lokasi pengerukkan. Pekerjaan sehari-hari beliau adalah buruh serabutan, dan saat ini beliau sedang dipercaya oleh pihak CV. Ratna Lestari Jaya sebagai penjaga malam di lokasi pengerukkan, dan jika ada orang yang mencari tanah di Desa Kaligawe, beliau pun ikut membantu pembeli mencarikan tanah yang ingin di jual. Selain itu beliau juga diberi tugas untuk meyakinkan warga bahwa aktivitas pengerukkan tersebut tidak akan menimbulkan masalah di sekitar pemukiman. „Ya saya bilang sama mereka mbak, tidak perlu khawatir. Pengerukkan ini tidak akan menimbulkan
masalah. Saya bilang ke mereka, nanti kalau terjadi hal buruk, pembelinya mau bertanggung jawab
kok. Tenang saja, jangan kuatir.‟
9. Hasil wawancara peneliti dengan Bp. Daniel Panut
Bp. Daniel Panut memiliki tanah seluas 2.000 m3 yang berada di samping rumahnya. Bp. Daniel Panut terpaksa menjual tanah miliknya karena posisi tanah milik Bp. Daniel Panut terjepit (berada di tengah-tengah galian tanah) sehingga rusak kondisinya. „Sebenarnya saya tidak ingin menjual ke PT Ratna Lestari Jaya mbak, tapi
akhirnya terpaksa saya jual karena tanah milik saya terjepit (berada di tengah-tengah tanah galian)
sehingga rusak kondisinya. Lagipula saya tidak mau berurusan dengan anak buah CV itu. Nanti
bisa repot urusannya.‟ Akhirnya tanah milik beliau dibeli CV. Ratna Lestari Jaya
dengan harga sebesar Rp 7.000,00/rit, tetapi beliau mengajukan harga lain karena menurut beliau harga tanah seluas itu sangatlah murah, karena jika dijual kepada orang lain, harga yang ditawarkan bisa mencapai ratusan ribu rupiah per ritnya. Akhirnya beliau menerima uang sebesar Rp 8.000,00/ritnya. Beliau menjual tanahnya melalui Bp. Amin selaku penjaga escavator di area pengerukkan.
10. Hasil wawancara peneliti dengan Bp. Amat Waliri
Bp. Amat Waliri memiliki tanah seluas 2.000 m3. Tanah milik beliau berada di tengah-tengah area pengerukkan yang terpaksa dikeruk karena sudah terlanjur digali secara diam-diam tanpa sepengetahuan beliau. „Saya sih tidak berniat jual tanah
mbak. karena tanaman sengon saya di hutan cukup banyak, dan tidak ingin saya tebang atau saya
jual. niatnya untuk tabungan saya dan anak istri di masa tua nanti. Tapi karena tanah di hutan
63
saya yang ada pohon sengonnya tadi saya jual saja.‟Tanah miliknya dihargai oleh CV.
Ratna Lestari Jaya melalui Bp. Fauzan sebesar Rp 8.000,00/ritnya. 11. Hasil wawancara peneliti dengan Bp. Suwarno
Bp. Suwarno memiliki tanah seluas 1.300 m3 yang berada di belakang Balai Desa Kaligawe, yang termasuk dalam area pengerukkan yang dilakukan oleh CV. Ratna Lestari Jaya. Beliau terpaksa menjual tanah miliknya melalui Bp. Amin, karena tanahnya sudah terlanjur dikeruk oleh orang-orang dari CV. Ratna Lestari Jaya tanpa sepengetahuan beliau. „Terpaksa saya jual mbak karena tanah milik saya sudah
terlanjur dikeruk sama orang-orang dari CV itu. Tadinya tidak mau saya jual karena itu tabungan
milik saya satu-satunya. Tapi mau gimana lagi mbak, tanahnya sudah terlanjur dikeruk dan rusak,
lagipula saya takut sama orang-orangnya CV (preman) mbak.‟Tanah milik Bp. Suwarno
tersebut hanya dihargai sebesar Rp 5.000,00/ritnya oleh pihak CV.
12. Hasil wawancara peneliti dengan Ibu Mundriyah
Ibu Mundriyah memiliki tanah seluas 2.500 m3 di dekat makam Desa Kaligawe. Beliau terpaksa menjual tanahnya kepada CV. Ratna Lestari Jaya melalui Bp. Fauzan karena dibujuk suami & Bp. Fauzan untuk menjualnya kepada CV. Ratna Lestari Jaya. „Sebenarnya saya tidak ingin menjual ke PT Ratna Lestari Jaya, tapi akhirnya terpaksa saya jual karena suami saya menyuruh saya menjualnya ke CV Ratna Lestari
Jaya. Kata suami saya, daripada nantinya berurusan dengan anak buahnya CV (preman) kan malah
repot. Jadi ya saya jual sekalian saja.‟Akhirnya tanah milik beliau dibeli oleh CV. Ratna
Lestari Jaya seharga Rp 7.000,00/rit.
13. Hasil wawancara peneliti dengan Ibu Wasniah
Ibu Wasniah memiliki tanah yang berada di belakang masjid Desa Kaligawe dengan luas mencapai kurang lebih 5.000 m3. Tanah milik beliau terpaksa dijual kepada CV. Ratna Lestari Jaya melalui Bp. Fauzan karena tanahnya ikut dikeruk secara paksa oleh escavator sewaan CV, sehingga kondisi tanahnya menjadi rusak dan berkurang. „Saya sebenarnya memang punya rencana jual tanah mbak, untuk memperbaiki dan memperbesar rumah saya. Tapi saya tidak mempunyai rencana untuk menjualnya ke CV itu.
Karena sebenarnya ya saya sudah menawarkannya ke teman saya, dan teman saya sudah setuju
64
saya dapat kabar kalau tanah milik saya ikut terkeruk mbak. Saya jengkel dan sempat
marah-marah sama pengeruknya, tapi pengeruknya bilang kalau dia tidak tahu. Katanya saya disuruh
menemui Bp. Fauzan saja karena yang mengurusi Bp. Fauzan.‟Akhirnya saya menemui Bp.
Fauzan dan minta penjelasan Bp. Fauzan. Akhirnya setelah mendapat penjelasan dari Bp. Fauzan, saya terpaksa menyetujuinya. Bp. Fauzan akhirnya membayar tanah Ibu Wasniah seharga Rp 8.000,00/rit
14. Hasil wawancara peneliti dengan Bp. Carman
Tanah milik Bp. Carman berada bersebelahan dengan tanah milik Bapak Sukendar (penjual tanah sukarela), yang secara otomatis ikut terkeruk secara paksa. Tanah milik beliau luasnya mencapai 1.800 m3. Beliau akhirnya terpaksa menjual tanah miliknya melalui Bp. Amin, karena tanahnya sudah terlanjur dikeruk oleh orang-orang dari CV. Ratna Lestari Jaya tanpa sepengetahuan beliau.
„Soalnya orang CV itu mengeruk tanah milik saya tanpa sepengetahuan saya mbak. tadinya ya tanah saya tidak mau saya jual, karena itu sebenarnya mau saya wariskan ke anak bungsu
saya.‟Tanah milik Bp. Carman tersebut hanya dihargai sebesar Rp 5.000,00/ritnya
oleh pihak CV.
15. Hasil wawancara peneliti dengan Bp. Nahrowi
Bp. Nahrowi memiliki tanah seluas 2.500 m3 yang dibeli oleh CV. Ratna Lestari Jaya seharga Rp 9.000,00/ritnya melalui Bp. Amin. Awalnya beliau tidak berniat menjual tanah miliknya, tetapi karena dibujuk terus menerus oleh Bp. Amin, mau tidak mau akhirnya beliau menjual tanah miliknya kepada CV tersebut. „Terpaksa saya jual mbak. soalnya saya dibujuk-bujuk terus sama Bp. Amin. Katanya
percuma saja saya pertahankan tanah saya, toh nantinya juga akan ikut terkeruk.‟
16. Hasil wawancara peneliti dengan Bp. Imron
65
terkeruk juga tanah milik saya. Waktu itu ada seseorang yang mendatangi saya saat saya sedang di
sawah. Orang itu bilang kalau ada yang mau membeli tanah saya. Dan tanah milik saya sudah
terlanjur ikut dikeruk sebagian. Jadi ya terpaksa saya jual saja. Saya langsung saja menemui Bp.
Amin untuk mencari tahu kebenarannya, dan menurut Bp. Amin, tanah saya memang sudah
terlanjur ikut terkeruk. Akhirnya, saya pasrahkan sekalian saja sama Bp. Amin untuk menjualnya.‟
17. Hasil wawancara peneliti dengan Bp. Taryadi
Beliau memiliki tanah seluas 1.800 m3 yang berada bersebelahan dengan kebun milik Bapak Daniel Panut. Tanah miliknya dijual kepada CV. Ratna Lestari Jaya melalui Bp. Fauzan sebesar Rp 8.000,00/ritnya karena sudah ikut terkeruk oleh buldozer sewaan CV. Ratna Lestari Jaya. „saya terpaksa menjualnya mbak, karena tanah milik saya sudah terlanjur dikeruk. Jadi ya saya tidak punya pilihan lain, saya jual saja
sekalian. Waktu itu saya langsung datang ke lokasi pengerukkan untuk menemui Bapak Amin
selaku penjaga lokasi, Beliau berkata kalau tanah saya memang sudah terlanjur ikut dikeruk, dan
saya disuruh langsung menemui Bapak Fauzan saja untuk nego harga. Dan akhirnya saya cuma
mendapatkan ganti rugi sebesar Rp 8.000,00/rit saja mbak.‟
18. Hasil wawancara peneliti dengan Pak lurah
Bapak Patikin merupakan warga desa Kaligawe yang menjabat sebagai Kepala Desa. Beliau merupakan salah satu orang yang ikut bertanggung jawab dalam kasus pengerukkan tanah di Desa Kaligawe selain dari pihak Kecamatan dan Kabupaten, karena beliau adalah orang yang memberikan ijin itu dan diketahui oleh pemerintah kecamatan dan kabupaten. Beliau mengutarakan bahwa tanah hasil pengerukkan tersebut nantinya akan dijual ke kota untuk menimbun lahan pertanian dan rawa-rawa, serta untuk meninggikan jalan di wilayah yang terkena rob. Beliau mengatakan bahwa pihak CV bisa sampai melakukan usaha penggalian di desa ini karena adanya perantara yang menghubungkan antara warga yang punya keinginan untuk meratakan tanahnya dengan menggunakan alat berat yang dimiliki CV. „mereka bilang, awalnya bertemu dengan Bapak Busyaeri di warung Kopi mbak. terus mereka ngobrol-ngobrol, dan Bapak Busyaeri mempertemukan mereka dengan
perantara yang lain yaitu Bapak Fauzan.‟Akhirnya Bapak Busyaeri mempertemukan
66
pengerukkan sudah berlangsung, tidak semua warga menanggapinya dengan baik. Tidak semua warga setuju dengan adanya aktivitas tersebut. „Ya yang setuju itu rata-rata adalah orang yang memiliki lahan berupa perbukitan yang menginginkan tanahnya menjadi
rata, walaupun ada satu dua warga yang memiliki lahan tapi tidak setuju. Adapun warga yang
tidak setuju sebagian besar adalah warga yang rumahnya berada berdekatan dengan lokasi
penggalian dan yang berada di sepanjang tepi jalan yang dilalui oleh armada pengangkut
tanah.‟Beliau juga mengatakan bahwa dalam proyek pengerukkan ini memiliki
nilai-nilai positif untuk warga maupun desa seperti : 1. Menambah pendapatan warga, 2. Memberikan lapangan pekerjaan, 3. Memperluas wilayah pemukiman karena setelah pengerukkan nanti diharapkan semakin luas area yang rata sehingga kedepannya dapat dimanfaatkan untuk perumahan atau yang lainnya, 4. Menambah pendapatan asli desa karena dalam perjanjiannya setiap 1 rit, desa memperoleh dana Rp 2.500,-.
19. Hasil wawancara peneliti dengan AKP. Kompol Abu Umar
AKP. Kompol Abu Umar merupakan Polisi Kanit Serse di wilayah Talun Kabupaten Pekalongan yang ikut menangani konflik jual beli tanah merah di Desa Kaligawe. Beliau juga mengungkapkan hal yang sama dengan Bapak Kepala Desa Kaligawe bahwa dalam proyek pengerukkan ini terdapat nilai-nilai positif untuk warga maupun desa. Adapun nilai positifnya seperti menambah pendapatan warga, membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar yang tertarik untuk bergabung/membantu, serta untuk memperluas wilayah pemukiman karena setelah pengerukkan nanti diharapkan semakin luas area yang rata sehingga kedepannya dapat dimanfaatkan untuk perumahan atau yang lainnya. Selain itu beliau juga mengungkapkan bahwa kegiatan pengerukkan ini bisa menambah pendapatan desa. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, beliau bersama tim melakukan patroli rutin sekitar seminggu sekali. „Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan, kami selaku pihak keamanan mengadakan patroli rutin sekitar
seminggu sekali mbak, di sekitar area dan menjalin komunikasi dengan pemerintah desa jika
terjadi konflik. Kami memediasi komunikasi antar pihak-pihak yang berkonflik dengan
67 20. Hasil wawancara peneliti dengan Bp. Aris
Bapak Aris merupakan seorang pegawai swasta yang dipercaya oleh Bp. H. Rozikin sebagai penanggung jawab di lokasi pengerukkan. Kegiatan sehari-hari beliau adalah bekerja di kantor Koperasi Simpan Pinjam pada pagi hingga siang hari, dan selanjutnya beliau melanjutkan pekerjaannya di lokasi pengerukkan sebagai pengawas dan orang yang mengurusi pembayaran tanah warga. Pekerjaan beliau selama di lokasi pengerukkan, beliau tangani dan beliau percayakan pada beberapa orang pilihan juga. Beliau mengatakan bahwa kegiatan penggalian tanah tersebut dilakukan di Desa Kaligawe karena kualitas tanah di sini masih lebih baik daripada di daerah lain. Selain itu harganya juga masih murah. Saat penulis bertanya apakah sempat ada warga yang memprotes aktivitas pengerukkan ini ? Beliau menjawab bahwa memang sempat ada penolakan dari warga di sekitar lokasi dan beliau juga mengatakan bahwa konflik tersebut sudah dimusyawarahkan dengan warga desa. „Konflik sih pasti ada, tapi tidak sampai ada korban
kok. Dan kemarin sudah kami musyawarahkan dengan aparat dan warga desa juga. Lagipula sudah
kami antisipasi juga dengan memberi kompensasi untuk warga yang terkena dampak penggalian
kok mbak. kami juga sudah memperdalam penggalian sumur apabila ada sumur warga yang airnya
surut akibat penggalian ini.‟
68
alat produksi, dan alat produksi ini menguasai kehidupan masyarakat. Alat produksi ini digunakan untuk industri dan konflik terjadi antara kelas borjuis dan buruh/kelas proletar.42 Dalam hal ini alat produksi yang digunakan berupa bego dan truk sebagai pengangkut tanah.
Selain itu dalam kasus jual beli tanah ini, dapat diketahui bahwa pola komunikasi yang terjadi antara pembeli tanah dengan calo, calo dengan penjual, serta pola komunikasi calo dengan aparat dan warga desa yaitu: Pola komunikasi yang terjadi antara pembeli tanah dengan calo yaitu pola komunikasi beroda dimana dalam menyampaikan pesan, langsung terjadi feedback/umpan balik dari calo yang berupa persetujuan kerja sama. Begitu juga pola komunikasi yang terjadi antara calo dengan penjual tanah yaitu pola komunikasi beroda dimana feedback langsung yang didapatkan calo tersebut berupa penolakan pembelian dan pengerukkan tanah. Dan pola komunikasi yang terjadi antara calo dengan aparat dan warga desa adalah pola komunikasi primer dimana pola komunikasi primer ini dikenal dengan komunikasi publik atau pidato. Dalam komunikasi publik ini melibatkan unsur persuasif dimana calo berusaha mempengaruhi warga untuk menjual tanahnya melalui kepala desa sebagai penyalur penyampaian pesan.
5.4 Peran Pemerintah
Sejauh ini peran pemerintah desa adalah mengajak warga desa untuk menjalankan aksi damai dengan pembeli.Selain itu mereka juga selalu mengontrol kegiatan penggalian untuk meminimalkan timbulnya dampak yang merugikan bagi warga sekitar, terutama mengontrol kebersihan jalan dari tanah yang berceceran yang merupakan permasalahan yang sangat dikhawatirkan oleh masyarakat yang tinggal di tepi jalan desa.
42