PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE-OUTSIDE CIRCLE (IOC) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR
PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN TEKNIK PEMESINAN BUBUT KELAS XI MESIN 3 SMK PANCASILA SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Arsyadani Hasan, Danar Susilo Wijayanto, Basori
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan, UNS Kampus V UNS Pabelan Jl. Ahmad Yani Nomor 200, Surakarta, Telp/Fax (0271) 718419 / 716266
e-mail: arsyadanihasan@student.uns.ac.id
ABSTRACT
The objectives of this research were to get the successfulness: (1) in the identify improvement of the learning activeness in the Lathe Machining subject matter of the students in Grade XI Machinery 3 of Pancasila Vocational High School of Surakarta through the application of the cooperative learning model of the IOC type; and (2) in the identify improvement of the learning achievement in the Lathe Machining subject matter of the students in Grade XI M3 of Pancasila Vocational High School of Surakarta through the application of the cooperative learning model of the IOC type. This research used the classroom action research with two cycles. Each cycle consisted of four phases, namely: planning, implementation, observation, and reflection. The subjects of research were the students in Grade XI Machinery 3 of the aforementioned school. The sources of research data were observation sheet on the learning activeness and the test of achievement. The data of research were collected through test, written test items non-test. Students’ learning activeness observation sheet during the implementation. They were validated through content validity for the data obtained through test and triangulation time validity for the data obtained through non-test. Analyzed by using the descriptive qualitative and descriptive comparative technique of analysis. The procedures of research consisted of a series of four activities, which were done in s repeated cycle namely: planning, implementation, observation, and reflection. The result of research: (1) learning activeness in pre-cycle 50%. the first cyle, the learning activiness 65,19%. The second cycle, the learning activiness 82,37%. The used of cooperative learning model of the IOC type can also improvement learning achievement of the students’ with the result: (2) The achievement in pre-cycle 41,67%. The first cycle, the achievement 54,17%. The second cycle, the achievement 83,33%. The conclutions of this research: (1) the used of cooperative learning model of the IOC type at Lathe Machining subject matter can improvement the learning activiness of the students’ in Grade XI Machinery 3 of Pancasila Vocational High School of Surakarta, (2) the used of cooperative learning model of the IOC type at Lathe Machining subject matter can improvement the learning achievement of the students’ in Grade XI Machinery 3 of Pancasila Vocational High School of Surakarta.
Keywords: Inside-Outside Circle type, Learning activeness, Learning achievement, Classroom action research, Lathe Machining
A. PENDAHULUAN
Pendidikan menjadi salah satu sarana
untuk membantu meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Sumber daya
manusia yang berkualitas merupakan syarat
untuk mencapai keberhasilan pembangunan,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
Pembaruan dan perbaikan kualitas mutu
pendidikan terus dilakukan dengan berbagai
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
merupakan salah satu lembaga pendidikan
menengah yang merupakan lembaga
pendidikan formal. SMK memiliki tujuan
mencetak dan menyiapkan lulusan menjadi
tenaga kerja yang terampil sesuai dengan
bidang keahliannya serta berkesempatan
untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang
lebih tinggi.
Teknik Pemesinan Bubut merupakan
salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
kelas XI Mesin 3 di semester II. Teknik
pemesinan bubut menjadi salah satu mata
pelajaran yang utama dan masih dianggap
sulit oleh peserta didik. Pembelajaran teknik
pemesinan bubut diperlukan suatu metode
mengajar yang bervariasi dan inovatif. Model
pembelajaran yang dipilih sebaiknya model
pembelajaran yang membuat peserta didik
termotivasi dan lebih aktif terlibat dalam
proses pembelajaran, sehingga peserta didik
akan dengan mudah dalam menerima dan
memahami materi yang disampaikan guru.
Keaktifan belajar yang tinggi maka
peserta didik akan lebih banyak ide atau
gagasan untuk menyelesaikan suatu
permasalahan daripada peserta didik yang
memiliki keaktifan belajar yang lebih rendah.
Proses pembelajaran saat ini guru lebih
mendominasi sehingga peserta didik kurang
aktif ketika pembelajaran berlangsung,
dibuktikan dengan peserta didik tersebut
jarang bertanya kepada guru mengenai materi
yang belum dipahami. Pembelajaran saat ini
guru lebih sering menggunakan metode
konvensional, meskipun guru telah berusaha
melibatkan peserta didik dengan metode
tanya jawab namun tidak semua peserta didik
aktif.
Permasalahan tersebut dapat diatasi
dengan sebuah strategi belajar mengajar yang
berbeda untuk diterapkan kepada peserta
didik. Strategi belajar mengajar yang tidak
mengharuskan peserta didik menghafal,
tetapi sebuah strategi pembelajaran yang
mendorong peserta didik merangsang pikiran
mereka untuk mendapatkan pengetahuan
baru, terdapat berbagai alternatif model
pembelajaran yang bisa digunakan dan
memilih model pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) sebagai salah satu
strategi alternatif yang diharapkan dapat
membantu peserta didik merangsang pikiran
mereka sendiri, meningkatkan kemampuan
peserta didik bekerja sama dengan orang lain,
meningkatkan keaktifan belajar dan pada saat
yang sama meningkatkan prestasi belajar
peserta didik.
Peneliti memilih model pembelajaran
tipe Inside-Outside Circle (IOC) dalam
penelitian ini untuk diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran Teknik Pemesinan
Bubut di SMK Pancasila Surakarta.
Tipe ini dipilih karena diyakini cocok
dengan situasi peserta didik yang cenderung
belajar lebih efisien dalam kelompok atau
belajar secara bersama-sama, tipe
pembelajaran ini menunjukkan adanya
keseimbangan peran antara guru sebagai
dengan peserta didik yang aktif terangsang
pikirannya menerima pengetahuan baru.
Penelitian dilaksanakan dan mengarah pada
tujuan yang sebenarnya, maka rumusan
masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model IOC dapat
meningkatkan keaktifan belajar peserta
didik pada mata pelajaran Teknik
Pemesinan Bubut di kelas XI Mesin 3
SMK Pancasila Surakarta?
2. Apakah penerapan model IOC
meningkatkan prestasi belajar peserta
didik pada mata pelajaran Teknik
Pemesinan Bubut di kelas XI Mesin 3
SMK Pancasila Surakarta?
Model IOC merupakan suatu
pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil
dan lingkaran besar yang memungkinkan
peserta didik saling membagi informasi pada
saat bersamaan dengan pasangan yang
berbeda dengan singkat dan teratur. Peserta
didik dapat berdiskusi dan bekerja sama
dengan peserta didik lain dalam kelompok.
Anggota kelompok yang dibentuk secara
heterogen, diharapkan diskusi dalam
kelompok berlangsung secara efektif.
Slameto (1995:2) berpendapat bahwa
“belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.
hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas
merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting didalam proses belajar mengajar.
Sardiman (2009: 100) menyatakan bahwa
“keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan
dimana peserta didik dapat aktif. Setiap
orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa
ada aktivitas proses pembelajaran tidak akan
terjadi”.
Dari berbagai pendapat diatas maka yang
dimaksud keaktifan peserta didik adalah
rangkaian yang dilakukan peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran
sehingga menimbulkan perubahan perilaku
belajar pada diri peserta didik.
Paul D Dierich (Sardiman 2011:101)
membagi kegiatan belajar menjadi delapan
kelompok kegiatan sebagai berikut:
1) Visual activities, yang termasuk di
dalamnya: membaca, memperhatikan
gambar demonstrasi, percobaan,
pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti: menyatakan,
merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan
wawancara, diskusi, interupsi.
3) Listening activities, sebagai contoh:
mendengarkan; uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
4) Writing activities, misalnya; menulis
cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5) Drawing activities, misalnya:
menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6) Motor activities, yang termasuk di
percobaan, membuat konstruksi, model
mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7) Mental activities, misalnya: mengingat,
memecahkan masalah, memecahkan soal,
menganalisa, melihat hubungan,
mengambil keputusan.
8) Emotional activities, misalnya:
menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani,
tenang, gugup.
Winkel (1999:149) menyatakan bahwa
prestasi belajar adalah“prestasi belajar dapat
dilihat dari perubahan-perubahan dalam
pengertian kognitif, pengalaman,
keterampilan, nilai, sikap, yang bersifat
konstan. Prestasi belajar dapat diketahui
dengan adanya evaluasi belajar atau penilaian
hasil belajar”. Soenarto (2009:1) menyatakan
bahwa “prestasi belajar mempunyai
pengertian penguasaan pemahaman dan
keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai
tes atau angka nilai yang diberikan guru.
Kesimpulannya bahwa prestasi belajar
adalah bukti atau hasil yang dicapai peserta
didik dari aktivitas mental/psikis untuk
membangun pengetahuan berdasar
pengalaman/pengetahuan yang telah
diperoleh dan interaksinya dengan
lingkungan sosial pada periode tertentu yang
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka. Hasil belajar terdiri dari tiga ranah
yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotoris yang semuanya sudah
terangkum dalam ketuntasan hasil belajar
peserta didik yang telah ditetapkan menjadi
nilai KKM yang telah ditetapakan setiap
sekolah.
Penelitian yang menguatkan penelitian ini
adalah :
1. Dameria IMB (2012) dalam
penelitiannya berjudul “Penerapan
Pembelajaran kooperatif teknik
Inside-Outside Circle (IOC) pada Pokok
Bahasan Kubus dan Balok di Kelas VIII
SMP Negeri 41 Medan. Dalam penelitian
tersebut bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif Inside-Outside
(IOC) dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar. Hasil penelitian diperoleh
rata-rata aktivitas belajar peserta didik
dari pertemuan I s/d IV yakni 79,625%,
dan hal ketuntasan belajar dari 40 peserta
didik diperoleh 38 peserta didik yang
tuntas belajar (95%) dan 2 peserta didik
(5%) yang tidak tuntas belajar, dengan
demikian penerapan pembelajaran
kooperatif Inside-outside Circle (IOC)
dari awal hingga akhir aktivitas dikatakan
baik.
2. Afifah, Lina (2013) dalam penelitiannya
berjudul “Penerapan Model
Inside-Outside Circle Untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta didik
Pada Standar Kompetensi Melakukan
Pemasaran Barang dan Jasa (Studi Pada
Peserta didik Kelas X Prodi Pemasaran
SMK N 1 Doko Kab. Blitar) “.Dalam
penelitian tersebut bahwa penggunaan
Circle dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar peserta didik. Aktivitas
meningkat ditunjukkan dengan pada
siklus I dengan persentase 68.72% dan
meningkat pada siklus II menjadi 79.5%,
dengan hasil belajar ditunjukkan dengan
siklus I 66.7% dan meningkat pada siklus
II menjadi 90%.
3. Njoroge, Changeiywo, Ndirangu. (2014)
dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh
Pendekatan Pengajaran Berbasis
Penyelidikan pada Prestasi dan Motivasi
Peserta Didik Sekolah Menengah dalam
Pelajaran Fisika di Nyeri County Kenya”.
Dalam penelitian tersebut pembelajaran
menggunakan metode pembelajaran
reguler dengan pendekatan berbasis
penyelidikan untuk meningkatkan
prestasi dan motivasi peserta didik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
pendekatan pengajaran berbasis
penyelidikan menghasilkan perbedaan
yang signifikan dalam prestasi peserta
didik dibandingkan dengan metode
ceramah dan demonstrasi guru.
4. Parveen, Batool (2012) dengan judul,
“Pengaruh Metode Pembelajaran
Kooperatif Ilmu Pengetahuan Umum di
Tingkat Menengah”. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui efek dari
metode pembelajaran kooperatif terhadap
prestasi peserta didik ilmu pengetahuan
umum kelas 9. Bahan yang digunakan
untuk menerapkan metode pembelajaran
kooperatif yaitu rencana pembelajaran,
lembar kerja, kuis. Dalam penelitian
tersebut memaparkan bahwa metode
pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi peserta didik ilmu
pengetahuan umum kelas 9. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa metode
pembelajaran kooperatif lebih unggul
daripada metode tradisional pada prestasi
peserta didik ilmu pengetahuan umum
kelas 9.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan di SMK Pancasila Surakarta
mengambil subjek penelitian yaitu peserta
didik kelas XI Mesin 3. Kelas XI Mesin 3
memiliki jumlah peserta didik sebanyak 24
peserta didik. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah data hasil
belajar dan keaktifan belajar. Sumber data
penelitian tindakan kelas berupa peristiwa
dan dokumen. Peristiwa yang terdiri dari
proses belajar mengajar dan pengamatan
yang menggunakan lembar amatan.
Dokumen yang digunakan antara lain nama
peserta didik, hasil tes peserta didik, daftar
nilai pra penelitian, rencana pelaksanaan
pembelajara, silabus dan foto kegiatan. Data
keaktifan belajar diperoleh dari hasil
pengamatan dan data hasil belajar diperoleh
dari hasil tes siklus.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu observasi, dokumentasi,tes dan lembar
amatan. Validitas data yang digunakan dalam
triangulasi waktu. Validasi instrumen untuk
tes adalah menggunakan validitas isi, untuk
instrument non tes menggunakan teknik
validitas triangulasi waktu. Teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik diskriptif
komparatif.
Indikator kerja digunakan untuk
menunjukkan peningkatan keaktifan belajar
dan prestasi belajar peserta didik kelas XI
Mesin 3 SMK Pancasila Surakarta. Indikator
keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ini adalah pertama peningkatan hasil
belajar peserta didik dari kondisi awal ke
siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Kedua
peningkatan keaktifan belajar peserta didik
dari kondisi awal ke siklus I dan dari siklus I
ke siklus II. Presentase peserta didik yang
ditargetkan mengalami peningkatan hasil
belajar sebesar 80% dari jumlah peserta didik
secara keseluruhan, dan presentase peserta
didik yang ditargetkan mengalami
peningkatan kreativitas belajar sebesar 80%
dari jumlah peserta didik secara keseluruhan.
Pelaksanaan penelitian penelitian tindakan
kelas ini dilakukan secara bertahap, setiap
siklus terdiri dari empat tahapan yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Prosedur penelitian
yang digunakan dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Tahap Penelitian Tindakan Kelas
(Sumber: Arikunto dkk., 2009: 16)
Perencanaan tindakan dilakukan sebagai
persiapan pelaksanaan tindakan. Antara lain
yaitu menyusun rencana pembelajaran
dengan guru kolaborasi, menentukan pokok
bahasan sesuai dengan program tahunan dan
semester, menyusun RPP, menyiapkan
materi dan media, membuat lembar amatan
keaktifan, dan menyusun tes.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan model IOC sesuai
dengan tahapan-tahapan yang ditentukan,
mulai dari pembentukan kelompok, diskusi,
presentasi secara kelompok.
Pelaksanaan pengamatan dilakukan pada
saat pembelajaran berlangsung. Pengamatan
pada variabel hasil belajar dengan
mengadakan penilaian dan pada variabel
keaktifan belajar dengan menggunakan
lembar amatan.
Pelaksanaan refleksi dilakukan setelah
pengamatan. Data hasil pengamatan
dianalisis bersama-sama dengan tujuan
menemukan kelemahan-kelemahan proses
pembelajaran, sehingga pada proses
selanjutnya dapat dilakukan
perbaikan-perbaikan.
C. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Materi pelajaran yang disampaikan pada
penelitian ini adalah pembubutan tirus untuk
siklus I dan pembubutan ulir untuk siklus II.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
harus selalu memperhatikan suasana kelas
dan suasana peserta didik agar tujuan dari
penelitian dapat tercapai, pada penelitian
tindakan siklus I masih terdapat beberapa
kelemahan guru dan peserta didik yang
menyebabkan keaktifan dan hasil belajar
belum memenuhi target. Hasil dari refleksi
siklus I diperlukan perubahan dalam proses
siklus II, dengan melakukan perubahan
dalam siklus II mampu memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus
I. Hasil dari perubahan pada siklus II
menunjukkan hasil tes siklus II semakin baik
sehingga jumlah peserta didik yang mendapat
nilai sesuai dengan kriteria ketuntasan
meningkat dan hasil dari lembar amatan
keaktifan peserta didik juga semakin
meningkat. Tujuan penelitian berupa
peningkatan prestasi belajar dan keaktifan
belajar peserta didik.
Berikut data rekapitulasi dari kegiatan
penelitian yang telah dilakukan:
1. Perbandingan nilai keaktifan peserta didik
dari tindakan pra-siklus, tindakan siklus I
dan tindakan siklus II
Gambar 1. Perbandingan nilai keaktifan peserta didik
2. Perbandingan dari nilai tes hasil belajar
pada pra-siklus, tindakan siklus I dan
tindakan siklus II
Gambar 2. Perbandingan nilai tes hasil
belajar peserta didik
Pembelajaran dengan menerapkan
model Inside-Outside Circle (IOC) yang
didasari dengan pembelajaran
tanya jawab dapat berjalan dengan baik
karena peserta didik merasa nyaman
melalui model pembelajaran ini,
meskipun ada beberapa peningkatan
yang tidak konstan namun secara
keseluruhan telah memenuhi target,
dengan pembelajaran ini peserta didik
dituntut untuk mencapai hasil maksimal
dalam belajar, tetapi harus didukung
dengan kondisi peserta didik yang lain,
dapat dikatakan apabila peserta didik
ingin mendapatkan nilai yang baik maka
teman atau peserta didik yang lain juga
harus mendapatkan nilai yang baik juga.
D. SIMPULAN
1. Berdasarkan hasil observasi keaktifan belajar pada siklus I dan siklus II
setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe IOC,
rata-rata keaktifan belajar peserta
didik kelas XI M3 mencapai 65,19%
pada siklus I dan 82,37% pada siklus
II. Apabila dibandingkan dengan
siklus I maka terjadi peningkatan
pada siklus II yaitu sebesar 17,18%.
Dengan hasil ini, Penerapan model
pembelajaran kooperatif IOC pada
mata pelajaran Teknik Pemesinan
Bubut dapat meningkatkan keaktifan
belajar peserta didik kelas XI M3
SMK Pancasila Surakarta.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe IOC yang dapat
meningkatkan keaktifan belajar
peserta didik berdampak positif
terhadap ketuntasan belajar peserta
didik. Hal ini terbukti dari hasil tes
siklus I dan siklus II mengalami
peningkatan dan mencapai target
yang telah ditetapkan. Persentase
peserta didik yang tuntas pada siklus I
sebesar 54,17% dan siklus II sebesar
83,33%. Dengan hasil ini, Penerapan
model pembelajaran kooperatif IOC
pada mata pelajaran Teknik
Pemesinan Bubut dapat
meningkatkan keaktifan belajar
peserta didik kelas XI M3 SMK
Pancasila Surakarta.
E. DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Lina. (2013). Penerapan Model
Inside-Outside Circle untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa pada Standar
Kompetensi Pemasaran SMK N 1
Doko Kab. Blitar. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Malang: FE
Universitas Negeri Malang.
Arikunto, S. 2012. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta. Bumi Aksara
Dameria, IMB. (2012). Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Teknik
Inside-Outside Circle pada Pokok
Bahasan Kubus da Balok di kelas
VIII SMP Negeri 41 Medan Tahun
Ajaran 2012/2013. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Medan: FMIPA
Hanifudin, Rizky. (2011). Penerapan
Model Pembelajaran Inside-Outside
Circle untuk meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar IPS siswa Kelas V
SDN Ketawanggede 2 Kota Malang.
Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Malang: FKIP Universitas Negeri
Malang.
Njoroge, Changeiywo, Ndirangu. (2014).
Effects of Inquiry-Based Teaching
Approach on Secondary School
Students’ Achievement and
Motivation in Physics in Nyeri
County, Kenya. Academic Research
Journals. Volume 2(1), pp. 1-6,
January 2014. Diperoleh 26
Agustus 2015, dari
http://www.academicresearchjournal
s.org/IJARER/PDF%202014/Januar
y/Njoroge%20et%20al.pdf
Parveen, Batool. (2012). Effect of
Cooperative Learning on
Achievement of Students in General
Science at Secondary Level.
International Education Studies.
Vol. 5, NO. 2; April 2012. Diperoleh
1 September 2015, dari
http://www.ccsenet.org/journal/inde
x.php/ies/article/viewFile/12736/106
2
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi
Belajar. Jakarta. Rajawali Press.
Slameto. (2003). Belajar dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin E Robert. 2008. Coopertive
Learning Teori, Riset, dan Praktik.
Bandung : Nusa Media.
Sudjana, N. 2008. Penilaian Hasil Proses
Belajar. Bandung: PT. Remaja.
Winkel. (1999). Psikologi Pengajaran.
Jakarta: Gramedia Widiasarana