No. Daftar FPIPS: 2072/UN.40.2.2/PL/2014
TRANSFORMASI NILAI KOREAN WAVE TERHADAP SIKAP
NASIONALISME REMAJA
(Studi Kasus di Komunitas Hansamo Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh:
DEBY EKA FRANSSISKA 1006320
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
TRANSFORMASI NILAI KOREAN WAVE TERHADAP SIKAP
NASIONALISME REMAJA
(Studi Kasus di Komunitas Hansamo Bandung)
Oleh,
Deby Eka Franssiska
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Deby Eka Franssiska 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
DEBY EKA FRANSSISKA
TRANSFORMASI NILAI KOREAN WAVE TERHADAP SIKAP NASIONALISME REMAJA
(Studi Kasus di Komunitas Hansamo Bandung)
DISETUJUI AN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
Prpf. Dr H. Aim Abdulkarim, M. Pd NIP. 195907141986011001
Pembimbing II
Susan Fitriasari, M. Pd NIP. 1982073020091222004
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia
Skripsi ini telah diuji pada :
Hari, Tanggal : Selasa, 8 April 2014
Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung
Panitia ujian terdiri dari :
1. Ketua :
Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001
2. Sekretaris :
Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed NIP. 19630820 198803 1 001
3. Penguji : 3.1
Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 19620316 198803 1 003
3.2
Dr. Prayoga Bestari, M. Si NIP. 19750414 200501 1 001 3.3
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Deby Eka Franssiska (1006320) “Transformasi Nilai Korean Wave Terhadap
Sikap Nasionalisme Remaja (Studi Kasus di Komunitas Hansamo Bandung).”
Fenomena Korean wave mulai masuk ke negara Indonesia pada tahun 2002, sehingga membuat remaja Bandung membentuk sebuah komunitas yang menjadi wadah bagi anggota untuk dapat mengetahui dan mempelajari kebudayaan negara Korea Selatan. Adapun tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk melihat transformasi nilai Korean wave terhadap sikap nasionalisme remaja di Komunitas Hansamo Bandung. Penelitian ini didasarkan pada lima permasalahan, yaitu: (1) Apa saja faktor-faktor yang membuat Korean wave diterima oleh remaja di Komunitas Hansamo Bandung?, (2) Bagaimana persepsi remaja di Komunitas Hansamo Bandung mengenai adanya Korean wave yang masuk ke Indonesia?, (3) Adakah perbedaan sikap nasionalisme yang dimiliki oleh remaja di Komunitas Hansamo Bandung sebelum dan setelah masuknya
Korean wave?, (4) Bagaimana peran remaja di Komunitas Hansamo Bandung
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
budaya Korea tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya Indonesia di dalam kegiatannya.
ABSTRACT
Deby Eka Franssiska (1006320) “"Korean Wave Values Transformation Against Youth Nationalism Attitude (Case Study in Hansamo Bandung Community)."
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR RUMUS ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Penjelasan Istilah ... 7
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Transformasi Nilai Korean Wave ... 10
1. Nilai, Norma dan Transformasi Nilai Sosial Budaya ... 10
a. Definisi Nilai ... 10
b. Teori Nilai dan Norma ... 11
c. Teori Transformasi Nilai Sosial Budaya ... 12
d. Teori Globalisasi ... 15
2. Definisi dan Perkembangan Korean Wave ... 17
a. Definisi Korean Wave ... 17
b. Perkembangan Korean Wave ... 18
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Sikap Nasionalisme ... 23
1. Definisi Sikap, Komponen dan Fungsi Sikap ... 23
a. Definisi Sikap ... 23
b. Komponen dan Fungsi Sikap ... 24
2. Definisi dan karakteristik Nasionalisme ... 26
a. Definisi Nasionalisme ... 26
b. Karakteristik Nasionalisme ... 27
C. Definisi, Perkembangan, dan Permasalahan Remaja ... 30
1. Definisi Remaja ... 30
2. Perkembangan Remaja ... 31
3. Remaja dan Permasalahannya ... 35
D. Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja ... 37
1. Korean Wave dan Sikap Nasionalisme Remaja ... 37
2. Menjaga Sikap Nasionalisme Ditengah Masuknya Korean Wave 39 E. Penelitian Terdahulu ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 43
1. Lokasi Penelitian ... 43
2. Subjek Penelitian ... 43
B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 44
1. Pendekatan Penelitian ... 45
2. Metode Penelitian ... 47
C. Teknik Pengumpulan Data ... 47
1. Observasi ... 47
3. Pelaksanaan Penelitian ... 55
4. Pengolahan dan Analisis Data ... 56
5. Penyusunan Laporan ... 56
E. Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data ... 56
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Penyajian Data ... 57
3. Pengambilan Kesimpulan ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 60
1. Lokasi Penelitian ... 60
2. Profil Komunitas Hansamo Bandung ... 60
3. Visi dan Misi ... 62
4. Logo Komunitas ... 63
5. Program dan Kegiatan ... 64
6. Subjek Penelitian ... 67
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 70
1. Deskripsi Hasil Observasi ... 71
2. Deskripsi Hasil Wawancara ... 83
3. Deskripsi Hasil Angket ... 121
C. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 145
1. Analisis dan Pembahasan Mengenai Faktor yang Membuat Korean Wave Diterima oleh Remaja di Komunitas Hansamo Bandung ... 145
2. Analisis dan Pembahasan Mengenai Persepsi Remaja di Komunitas Hansamo Bandung Tentang Adanya Korean Wave yang Masuk ke Indonesia ... 148
3. Analisis dan Pembahasan Mengenai Sikap Naionalisme yang Dimiliki Remaja di Komunitas Hansamo Sebelum dan Setelah Masuknya Korean Wave ... 152
4. Analisis dan Pembahasan Mengenai Peran Remaja di Komunitas Hansamo Bandung Mendukung Hasil Karya Indonesia di Tengah Masuknya Korean Wave ... 155
5. Analisis dan Pembahasan Mengenai Cara Menjaga Sikap Nasionalisme Remaja di Komunitas Hansamo Bandung di Tengah Masuknya Korean Wave ... 159
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 163
A. Kesimpulan ... 163
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
3.1 Jumlah Pengisian Angket Pada Anggota Remaja Aktif di Komunitas
Hansamo Bandung ... 53
4.1 Anggota Remaja Aktif Komunitas Hansamo Bandung ... 68
4.2 Jadwal Latihan Kelas/Divisi di Komunitas Hansamo Bandung ... 69
4.3 Deskripsi Hasil Wawancara Pendiri Komunitas Hansamo Bandung .. 83
4.4 Deskripsi Hasil Wawancara Koordinator Kelas/Divisi Komunitas Hansamo Bandung ... 91
4.5 Deskripsi Hasil Wawancara Anggota Aktif Komunitas Hansamo Bandung ... 106
4.6 Ciri Khas yang Dimiliki Korean Wave ... 123
4.7 Kelebihan yang Dimiliki Korean wave ... 124
4.8 Nilai-Nilai Budaya Korea ... 126
4.9 Fanatisme Musik K-Pop ... 126
4.10 Dampak Positif dan Negatif Adanya Korean wave ... 129
4.11 Perubahan Perilaku dalam Kehidupan Sehari-hari ... 132
4.12 Gaya Berpakaian Remaja dalam Kegiatan sehari-hari ... 134
4.13 Mendukung dan Menggunakan Hasil Karya/Produk Indonesia ... 135
4.14 Bangga Memperkenalkan atau Mempromosikan Kebudayaan Bangsa 137
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.16 Cara Memperkenalkan Budaya Indonesia ke Negara Korea ... 139
4.17 Penerapan Sikap Nasionalisme dalam Kehidupan Sehari – Hari ... 140
4.18 Sikap Cinta Tanah Air ... 142
4.19 Bentuk - Bentuk Kegiatan dalam Menunjukan Sikap Nasionalisme .. 143
DAFTAR GAMBAR 3.1 Strategi Eksplanatori Sekuensial (b) ... 46
3.2 Situasi Sosial (Social Situation) ... 49
3.3 Trianggulasi Teknik Pengumpulan Data (Bermacam-Macam Cara pada Sumber Yang Sama) ...54
3.4 Trianggulasi dengan Tiga Sumber ...54
3.5 Komponen-komponen Analisis Data ...59
4.1 Peta Bandung E-Tronical Mall (B-mall) ...60
4.2 Logo Komunitas Hansamo Bandung ...63
4.3 Latihan Tarian Buchaechum Kelas/Divisi Hansamo Traditional Dance 72 4.4 Performance Hansamo Traditional Dance ...73
4.5 Buku bahasa Korea dan Buku latihan bahasa Korea ...74
4.6 Suasana pembelajaran Hansamo Korean Language Class ...74
4.7 Latihan Hansamo Modern Dance ...75
4.8 Performance Hansamo Modern Dance ...75
4.9 Performance Hansamo Voice Group ...76
4.10 Performance Evolution Bboys ...76
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.12 Suasana Gathering Komunitas Hansamo Bandung ...78
4.13 Adanya Restoran Korea di Indonesia ...79
4.14 Suasana Berjualan Merchandise K-Pop ...80
4.15 Komunitas Hansamo bersama Last For One ...81
4.16 Suasana Bandung Korea Charity ...82
4.17 Faktor yang membuat Korean wave Diterima oleh Remaja di Komunitas Hansamo Bandung ... 147
4.18 Persepsi Remaja di Komunitas Hansamo Bandung Tentang Adanya Korean Wave yang Masuk ke Indonesia ... 151
4.19 Sikap Nasionalisme yang Dimiliki Remaja di Komunitas Hansamo Bandung Sebelum dan Setelah Masuknya Korean Wave ...154
4.20 Remaja di Komunitas Hansamo Bandung Mendukung Hasil Karya Indonesia di Tengah Masuknya Korean Wave ...157
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR RUMUS
3.1 Menentukan Presentase ...58
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini budaya Korea Selatan sedang menjadi topik pembicaraan tidak
hanya di Indonesia tetapi di berbagai negara. Khususnya karena booming musik
K-POP nya yang menambah warna baru di dalam musik dunia. Selain itu, tidak
dapat dipungkiri masuknya drama Korea yang menyajikan cerita yang berbeda
pun membuat daya tarik tersendiri bagi penontonnya. Hal ini menunjukan bahwa
Korea Selatan mengalami kemajuan dalam bidang hiburan dan dapat melesat di
berbagai belahan dunia.
Menurut Suranto (2010 : 147) dalam era globalisasi dan adanya kemajuan
di bidang teknologi komunikasi dan transportasi dewasa ini memungkinkan
manusia di seluruh dunia untuk saling berinteraksi atau berkomunikasi satu sama
lainnya. Hampir tidak ada batas-batas lagi untuk saling bertukar informasi antar
bangsa di berbagai belahan dunia. Dari pendapat tersebut dapat dilihat bahwa
Korean wave pun dapat mudah menyebar di berbagai negara, melalui teknologi
komunikasi dan transportasi yang semakin canggih.
Selanjutnya, Nina W. Syam (2012 : 234) berpendapat,
Globalisasi pada hakikatnya adalah proses yang ditimbulkan oleh sesuatu kegiatan atau prakarsa yang dampaknya berkelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan (nation-hood), dan mengingat bahwa jagad kemanusiaan ditandai oleh pluralisme budaya, maka globalisasi sebagai proses juga menggejala sebagai peristiwa yang melanda dunia secara lintas-budaya (trans-cultural). Dalam gerak lintas budaya terjadi berbagai pertemuan antar budaya (nilai kultural) yang sekaligus mewujudkan proses saling memengaruhi antar budaya, dengan kemungkinan satu pihak lebih besar pengaruhnya ketimbang pihak lainnya.
Fenomena yang saat ini terjadi pun memicu banyak orang di seluruh dunia
2
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
maupun kebudayaannya. Masuknya budaya Korea atau sering juga disebut
Korean wave di Indonesia saat ini lambat laun akan diterima oleh masyarakat
Indonesia dalam bentuk akulturasi budaya. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan
yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1990 : 248) yaitu :
Akulturasi merupakan proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebakan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Adanya globalisasi mempermudah masuknya budaya Korea ke dalam
Indonesia, sehingga dapat menyebabkan menurunnya kesadaran dan kecintaan
akan budaya nasional. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Azyumardi Azra
(2006 : 150-151) yaitu :
Globalisasi dimaknai sebagai kemunculan budaya hibrid yang bersumber dan didominasi budaya luar mengakibatkan krisis budaya lokal dan nasional. Budaya hibrid juga mengakibatkan lenyapnya identitas kultural nasional dan lokal. Padahal identitas nasional dan lokal tersebut sangat krusial bagi integrasi sosial, kultural dan politik masyarakat negara dan bangsa.
Pemerintah menyadari akan adanya kebudayaan asing yang masuk ke
Indonesia. Sebagaimana yang telah tercantum di Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 32 yang berbunyi “Pemerintah memajukan
kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya.”
Saat ini di Indonesia hal-hal yang berhubungan dengan Korea banyak
digemari oleh berbagai kalangan, baik muda maupun tua khususnya para remaja.
Ini dapat terlihat dari antusias para remaja untuk menghadiri event budaya Korea
yang saat ini sering diadakan. Di Indonesia peningkatan ketertarikan terhadap
budaya Korea, oleh para remaja saat ini dapat terlihat dari banyaknya tempat
3
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
musik Korea yang mulai banyak masuk ke Indonesia, dan juga restoran yang
menyediakan kuliner Korea. Dengan adanya Korean wave ini menunjukan bahwa
pemerintah Korea berhasil untuk menyebarkan budayanya diberbagai negara.
Terdapat transformasi nilai-nilai di dalam masuknya budaya Korea,
transformasi nilai-nilai tersebut secara tidak langsung membuat terjadinya
perubahan budaya yang tidak biasa menjadi biasa dilakukan. Menurut Nanang
Martono (2012 : 12) perubahan budaya menyangkut banyak aspek dalam
kehidupan seperti kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, aturan-aturan hidup
berorganisasi, dan filsafat.
Perubahan budaya dan perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat
saling berkaitan, tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan
sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan tanpa masyarakat. Menurut Soekanto
dalam Nanang Martono (2012 : 16) faktor penyebab perubahan sosial
digolongkan menjadi dua faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar
masyarakat. Salah satu faktor dari luar penyebab perubahan sosial menurut
Soekanto, yaitu:
Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Adanya interaksi antara dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut
demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak,
maka disebut cultural animsity. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan tersebut.
Dengan masuknya Korean wave tersebut dapat mengikis sikap
nasionalisme yang dimiliki para remaja. Remaja sekarang lebih senang menonton
drama-drama Korea, selain itu juga musik-musik K-Pop yang merupakan jenis
musik yang ada di Korea pun lebih dipilih oleh mereka dibandingkan dengan
musik-musik buatan dalam negeri. Hal ini dapat terlihat dari antusias para remaja
untuk menonton konser musik idola mereka, walaupun harus mengeluarkan uang
4
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hal ini tentu saja akan sangat mengkhawatirkan, apabila generasi muda
yang merupakan generasi penerus bangsa tidak memiliki sikap nasionalisme yang
tinggi pada dirinya dan juga kebanggaan akan bangsa dan negaranya. Peran
semangat nasionalisme dan jiwa nasionalisme sangat penting artinya,
sebagaimana tertuang di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996 : 684) :
Nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, sifat kenasionalan dan makin menjiwai bangsa Indonesia atau kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atauaktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa, semangat kebangsaan.
Dari pengertian di atas jelas nampak bahwa nasionalisme perlu dimiliki
oleh seluruh warga negara Indonesia, khususnya para remaja yang diharapkan
dapat sebagai penerus bangsa.
Selain itu, menurut L. Stoddard dalam Aim Abdulkarim (2004 : 36)
menyatakan bahwa “Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh
sebagian besar individu dimana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai
perasaan yang memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.” Pendapat ini
menunjukan bahwa nasionalisme yang dimiliki warga negara dapat sebagai
pemersatu bangsa sehingga perlu adanya rasa cinta tanah air walaupun banyaknya
budaya asing yang masuk ke Indonesia.
Masuknya budaya Korea ke Indonesia disatu sisi dapat menguntungkan
baik dari segi ekonomi, politik, sosial dan budaya. Dilihat dari segi ekonomi
keuntungan yang di dapat yaitu meningkatnya devisa negara akibat pajak dari
banyaknya produk Korea yang masuk ke Indonesia, lalu dilihat dari segi politik
keuntungan yang didapat yaitu terjalinya hubungan diplomatik yang baik antara
Korea Selatan dengan Indonesia dengan adanya kerjasama-kerjasama yang
dilakukan. Kemudian, dilihat dari segi sosial dan budaya keuntungan yang di
5
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
festival-festival yang sering diadakan guna memperkenalkan budaya Indonesia di
luar negeri.
PKn memiliki tujuan yaitu to be good and smart citizenship, diharapkan
mampu mengatasi krisis yang melanda remaja pada saat ini, melalui
lulusan-lulusannya agar dapat mendidik dan mengarahkan remaja untuk tetap menjaga
sikap nasionalisme ditengah masuknya budaya asing yang masuk ke Indonesia
dalam hal ini yaitu Korean wave. Selain itu, dengan adanya Korean wave yang
sedang populer dikalangan remaja saat ini, remaja diharapkan tidak melupakan
budaya negara sendiri dan bangga terhadap budaya yang dimiliki. Sikap
nasionalisme terhadap negara juga diharapkan tidak tergantikan dengan negara
lain, agar sikap cinta tanah air masih ada pada diri para remaja. Oleh karena itu,
Korean wave harus disikapi dengan bijak dan pintar di dalam memilihnya,
sehingga cocok dengan jati diri bangsa Indonesia.
Atas dasar itu, penulis tertarik untuk meneliti secara mendalam, yang akan
dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul : TRANSFORMASI NILAI
KOREAN WAVE TERHADAP SIKAP NASIONALISME REMAJA (Studi
Kasus di Komunitas Hansamo Bandung).
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana transformasi nilai Korean
wave terhadap sikap nasionalisme remaja?”.
Melihat rumusan masalah tersebut begitu luas, maka penulis akan
membatasi masalah penelitian sebagai berikut.
1. Apa saja faktor-faktor yang membuat Korean wave diterima oleh remaja di
Komunitas Hansamo Bandung?
2. Bagaimana persepsi remaja di Komunitas Hansamo Bandung mengenai
6
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Adakah perbedaan sikap nasionalisme yang dimiliki oleh remaja di
Komunitas Hansamo Bandung sebelum dan setelah masuknya Korean wave?
4. Bagaimana peran remaja di Komunitas Hansamo Bandung mendukung hasil
karya Indonesia di tengah masuknya Korean wave?
5. Bagaimana cara menjaga sikap nasionalisme remaja di Komunitas Hansamo
Bandung di tengah masuknya Korean Wave?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka secara umum penelitian ini
bertujuan melakukan kajian tentang transformasi nilai Korean Wave terhadap
sikap nasionalisme remaja. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menggali
dan mengkaji informasi tentang:
1. Faktor-faktor yang membuat Korean wave diterima oleh remaja di Komunitas
Hansamo Bandung;
2. Persepsi remaja di Komunitas Hansamo Bandung mengenai adanya Korean
wave yang masuk ke Indonesia;
3. Perbedaan sikap nasionalisme yang dimiliki oleh remaja di Komunitas
Hansamo Bandung sebelum dan setelah masuknya Korean wave;
4. Peran remaja di Komunitas Hansamo Bandung dalam mendukung hasil karya
Indonesia ditengah masuknya Korean wave;
5. Cara menjaga sikap nasionalisme remaja di Komunitas Hansamo Bandung
ditengah masuknya Korean wave.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan atau
cakrawala pengetahuan penulis mengenai masuknya Korean wave di Indonesia
dan khususnya sikap nasionalisme yang harus dipertahankan di era globalisasi
7
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Manfaat secara praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam praktek kehidupan sehari-hari,
diantaranya:
a. Bagi kalangan pendidik khususnya bagi calon guru PKn, penelitian ini
memberikan bekal pengetahuan untuk mengarahkan dan mendidik agar
siswa tetap menanam pada dirinya sikap nasionalisme;
b. Bagi penulis agar semakin memperluas wawasan berfikir dalam
memahami masuknya budaya asing dan sikap nasionalisme;
c. Sebagai bahan kajian lebih lanjut dan mendalam di masa yang akan
datang.
3. Manfaat secara kebijakan
Secara kebijakan penelitian ini bermanfaat sebagai sarana informasi bahwa
Korean wave saat ini sudah menyebar di sebagian besar kalangan remaja sehingga
perlu adanya suatu upaya agar Korean wave tidak mengikis sikap nasionalisme
yang dimiliki para remaja.
4. Manfaat secara isu
Secara isu penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk mengatahui
dampak masuknya budaya Korea terhadap sikap nasionalisme dan masyarakat
dengan masuknya Korean wave di Indonesia agar dapat memfilter sehingga
nilai-ilai nasionalisme tidak luntur.
E. Penjelasan Istilah
Agar tidak terjadi salah penafsiran dan untuk memperoleh kesatuan arti
dan pengertian dari judul penelitian ini, perlu kiranya memberikan penjelasan
mengenai istilah-istilah yang digunakan. Dalam penelitian ini digunakan
penjelasan istilah sebagai berikut:
8
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kamaruddin dalam Mariati (2012: 20) Kata transformasi berasal dari
bahasa Latin “transformare” yang artinya mengubah bentuk. Secara etimologi
transformasi adalah perubahan bentuk atau struktur.
2. Nilai
Pepper dalam M.Munandar Soelaeman (1992: 19) mengatakan bahwa nilai
adalah segala sesuatu tentang yang baik atau yang buruk.
3. Korean Wave
The term ‘Korean Wave’, also known as Hallyu or Hanryu, refers to the popularity of South Korean popular culture in other Asian countries. (Note 1)
Korean popular culture such as movies, TV dramas, and pop music is
overwhelmingly powerful and TV dramas are one of the most remarkable popular
cultures of these (Huang Xiaowei, 2009). Dari penjelasan tersebut Istilah 'Korean
Wave', juga dikenal sebagai Hallyu atau Hanryu, mengacu pada popularitas
budaya populer Korea Selatan di Negara-negara Asia lainnya. Budaya populer
Korea seperti film, drama TV, musik pop yang sangat kuat dan drama TV
merupakan budaya yang paling populer.
4. Sikap
Sikap atau yang dalam pengertian bahasa Inggris attitude menurut
Purwanto (1994:141) adalah salah satu cara bereaksi terhadap suatu perangsang
suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap sesuatu
perangsang atau situasi yang dihadapi. Secara sederhana, sikap dapat diartikan
sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk bertindak berkenaan dengan objek
tertentu.
9
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Rasjidi (1980:19) nasionalisme adalah sikap mental dimana
loyalitas seseorang adalah untuk negara nasional. Dengan demikian, nasionalisme
merupakan suatu paham atau ajaran dimana kesetiaan seseorang diabdikan kepada
negaranya.
6. Remaja
Remaja (adolescence) adalah masa transisi atau peralihan dari masa
kanak- kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek
fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar
antara usia 12/ 13- 21 tahun. (Agoes Dariyo, 2004: 14).
F. Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika dari penelitian yang berjudul transformasi nilai Korean wave
terhadap sikap nasionalisme remaja (studi kasus di Komunitas Hansamo
Bandung) adalah sebagai berikut:
1. BAB I pendahuluan yang berisikan mengenai latar belakang penelitian,
identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penjelasan istilah, metodologi penelitian, struktur organisasi skripsi.
2. BAB II kajian pustaka atau kerangka teoritis mengenai transformasi nilai
Korean wave terhadap sikap nasionalisme remaja.
3. BAB III metodologi penelitian, subjek dan lokasi penelitian, metode
penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengembangan
instrumen, teknik pengumpulan data, serta analisis dan penelitian yang
digunakan dalam penelitian mengenai transformasi nilai Korean wave
10
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. BAB IV hasil penelitian dan pembahasan yang berisi seperti temuan-temuan
hasil penelitian yang membahas mengenai, transformasi nilai Korean wave
terhadap sikap nasionalisme remaja.
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat melakukan penelitian guna memperoleh
data penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Komunitas Hansamo yang
beralamat di Bandung E-tronical Mall, Lantai 1, Blok I-3 Jl. Naripan No.89
Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah:
a. Berdasarkan pengamatan pada observasi awal bahwa di Kota Bandung
terdapat komunitas bagi masyarakat Bandung yang tertarik terhadap
budaya Korea.
b. Peneliti menjadi anggota di dalamnya dan sering mengikuti
acara-acara yang dibuat oleh komunitas.
c. Adanya keterbukaan dari pihak komunitas terhadap penelitian yang
akan dilaksanakan.
2. Subjek Penelitian
Menurut S. Nasution (1996 : 32), “Subjek penelitian adalah sumber yang
dapat memberikan informasi, dipilih secara purposif dan pelaksanaannya sesuai
dengan purpose atau tujuan tertentu.” Penelitian ini dilaksanakan di Komunitas Hansamo Bandung dengan subjek penelitiannya sebagai sumber data yaitu satu
orang pendiri Hansamo Bandung, tiga orang koordinator kelas/ divisi dan tiga
anggota remaja aktif di Komunitas Hansamo Bandung.
Di dalam penelitian ini subjek penelitian adalah anggota remaja aktif
Komunitas Hansamo Bandung sebanyak 80 orang dengan narasumber/subjek
yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan
tujuan peneliti. Adapun narasumber anggota remaja aktif yang akan diwawancarai
yakni satu orang dari setiap kelas/divisinya, peneliti memilih secara acak anggota
44
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sehingga jumlah keseluruhan anggota remaja aktif yang diwawancarai berjumlah
tiga orang. Kemudian, data juga diperoleh dari seorang narasumber yang berasal
dari pendiri Komunitas Hansamo dan koordinator kelas/divisi yang terdiri dari
tiga orang.
Dalam penyebaran angket, peneliti mengambil 50% dari jumlah
keseluruhan anggota remaja aktif sebanyak 80 orang sehingga subjek di dalam
penelitian ini yakni sebanyak 40 orang. Pengambilan 40 orang ini diambil secara
acak dari lima kelas/divisi dengan menggunakan teknik nonprobability sampling
yakni dengan teknik sampling insidental.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu pendekatan
kualitatif. Menurut Sugiyono (2012 : 15) penelitian kualitatif yaitu,
Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan
snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Berdasarkan pendapat di atas, alasan peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif agar penulis mendapatkan pemahaman yang luas dan mendalam di
dalam mendapatkan data yang diinginkan.
Selanjutnya, Nasution (Sugiyono, 2012 : 306) menyatakan,
45
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tidak ada piihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Sejalan dengan pendapat di atas, Sugiyono (2012 : 307) menyatakan “di
dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun
selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan
dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi
data dan membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi dan
wawancara.”
Di dalam penelitian ini pada saat pengumpulan data, penulis tidak hanya
menggunakan metode wawancara namun juga menggunakan angket yang akan
dipersentasekan berupa nilai/angka agar datanya dapat dibuktikan kebenarannya
secara keseluruhan. Oleh karena itu, selain menggunakan pendekatan kualitatif
peneliti juga menggunakan pendekatan kuantitatif secara langsung peneliti
menggunakan pendekatan metode mix design.
Sugiyono (2012 : 14) mendefinisikan bahwa,
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tetentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian kuantitatif sering dikenal dengan pengumpulan data
dilakukan pada objek tertentu baik yang berbentuk populasi maupun sampel.
Sugiyono (2012 : 117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Adapun populasi yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah anggota remaja
46
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sugiyono (2012 : 118) “sampel diambil dari populasi yang betul-betul representatif (mewakili)”. Adapun pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nonprobability sampling dengan
teknik sampling insidental.
Menurut Sugiyono (2012 : 124) “teknik sampling insidental adalah
teknik penentuan berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.” Peneliti
mengambil sampel pada saat anggota remaja aktif di Komunitas Hansamo
Bandung sedang mengikuti latihan pada kelasnya dan juga pada saat acara-acara
yang diselenggarakan Komunitas Hansamo Bandung. Peneliti mengambil 50%
dari jumlah populasi keseluruhan anggota remaja aktif sebanyak 80 orang
sehingga sampel di dalam penelitian ini yakni sebanyak 40 orang dari seluruh
kelas/divisi yang ada di komunitas Hansamo Bandung.
Cresswell menyatakan (2010 : 21), konsep untuk mencampur
metode-metode yang berbeda ini pada hakikatnya muncul pada 1959 ketika Campbell dan
Fisk menggunakan metode jamak (multimethods) dalam meneliti kebenaran
watak-watak psikologis. Selanjutnya, Cresswell (2010 : 28) menjelaskan,
“Penelitian ini dapat dimulai dengan survei secara luas agar dapat dilakukan generalisasi terhadap hasil penelitian dari populasi yang telah ditentukan. Pada
tahap selanjutnya, dilakukan wawancara kualitatif secara terbuka agar dapat
mengumpulkan pandangan-pandangan dari partisipan.”
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan strategi eksplanatori
sekuensial, yang menurut Cresswell (2012 : 355) adalah metode penelitian
campuran melibatkan fase pertama pengumpulan dan anaisis data kualitatif yang
kemudian diikuti dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif yang kemudian
47
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diikuti dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada fase kedua, yang
akan menghasilkan temuan dalam sebuah penelitian.
Gambar 3.1
Strategi Eksplanatori Sekuensial (b)
Sumber: Creswell (2012: 314)
2. Metode Penelitian
Sugiyono (2012 : 3) secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Menurut
Arikunto (2010 : 185),
Ditinjau dari lingkup wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam dan membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun dan mengaplikasikannya dan menginterpretasikannya.
Selain itu, Endang Danial (2009 :63) menyatakan bahwa, “metode ini
dilakukan secara mendalam, berkali-kali dan melakukan interview, dialog
observasi sampai pada akhirnya tidak menemukan informasi baru lagi.”
Selanjutnya, Endang Danial (2009 : 63) yang mengemukakan bahwa
Metode studi kasus merupakan metode yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang status, dan interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, intuisi dan komunitas masyarakat tertentu. Metode ini akan melahirkan prototipe atau karakteristik tertentu yang khas dari kajiannya.
Berdasarkan pendapat diatas, penulis menggunakan metode studi kasus
48
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengkaji masalah sikap nasionalisme remaja terhadap nilai Korean wave yang
terjadi di Komunitas Hansamo Bandung dan ketika melakukan penelitian, peneliti
lebih banyak observasi partisipasi yang dilakukan dengan subjek kajian sehingga,
peneliti akan lebih banyak mendapatkan data dari setiap subjek kajian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam proses pengumpulan data
adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Nasution (Sugiyono, 2012 : 310) menyatakan bahwa, “observasi adalah
dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan
data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.”
Sedangkan, Marshall (Sugiyono, 2012 : 310) menyatakan bahwa, “melalui
observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.”
Sanafiah Faisal (Sugiyono, 2012 : 310) mengklasifikasikan observasi
menjadi:
a. Observasi Partisipatif (partisipant observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.
b. Observasi Terus Terang dan Tersamar (overt observation dan covert
observation)
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. c. Observasi Tak Berstruktur (unstructured observation)
49
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Di dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data dengan menggunakan
observasi partisipatif, dimana peneliti ikut terlibat di dalamnya dengan menjadi
anggota Komunitas Hansamo dan mengikuti acara-acara yang diselenggarakan,
sehingga suasana menjadi natural dan peneliti tidak terlihat sedang melakukan
penelitian.
Adapun manfaat observasi menurut Patton (Sugiyono, 2012 : 313) yaitu:
a. Dengan observasi lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
b. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak terpengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. c. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau
tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
d. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
e. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden, sehingga penelliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
f. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situas sosial yang diteliti.
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut
50
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial
yang sedang berlangsung.
Place/ Tempat
Actor/ Orang Activity/ Aktivitas
Gambar 3.2
Situasi Sosial (Social Situation)
Sumber: Sugiyono (2012 : 298)
2. Wawancara (interview)
Esterberg (Sugiyono, 2012 : 317) mendefinisikan bahwa, wawancara
adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Selanjutnya, Susan Stainback (Sugiyono, 2012 : 318) menyatakan, dengan
wawancara maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang
partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana
hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Adapun macam-macam interview menurut Esterberg (Sugiyono, 2012 :
319), yaitu:
a. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.
b. Wawancara Semiterstruktur (Semistructure Interview) Situasi
51
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.
c. Wawancara Tak Berstruktur (Unstructured Interview)
Wawancara jenis ini adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Wawancara dilakukan melalui proses tanya jawab lisan secara langsung
face to face kepada berbagai pihak, baik dengan pendiri komunitas, koordinator
kelas/divisi maupun terhadap anggota remaja aktif sebagai salah satu subjek
penelitian di Komunitas Hansamo Bandung yang berkaitan dengan penelitian ini.
Di dalam penelitian, peneliti menggunakan alat bantu seperti tape recorder,
gambar, brosur, serta benda lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara
menjadi lancar.
Adapun narasumber anggota remaja aktif yang diwawancarai yakni
sebanyak satu orang dari setiap kelas/divisi, sehingga jumlah keseluruhan lima
orang. Kemudian data juga diperoleh dari narasumber pendiri komunitas yang
terdiri dari tiga orang, dan koordinator kelas/divisi yang terdiri tiga orang.
Penentuan unit sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf
„redundancy‟ atau datanya telah jenuh. 3. Studi Dokumentasi
Sugiyono (2012 : 329) memaparkan, “studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.”
Berkaitan dengan hal tersebut, Endang Danial (2009 : 79) menjelaskan
bahwa:
“Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen sebagai
52
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini dapat dipandang
sebagai narasumber yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti. Data-data tersebut seperti data anggota Komunitas Hansamo
Bandung, data fasilitas serta sarana dan prasarana yang dimiliki komunitas,
pengolahan data yang diolah oleh peneliti, gambar-gambar penunjang dalam
penelitian serta data-data lain yang menunjang dalam penelitian ini yang akan di
dokumentasikan baik data tabel, gambar ataupun foto.
4. Studi Literatur
Endang Danial (2012 : 80) studi kepustakaan (literature) adalah
“penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku majalah, liflet, yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian.”
Teknik ini memperkuat landasan peneliti serta melengkapi hasil penelitian yang
peneliti lakukan.
Peneliti berusaha mencari data berupa pengertian-pengertian, teori-teori,
penelitian terdahulu dan uraian-uraian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai
landasan teoritis, khususnya mengenai masalah-masalah yang relevan dengan
penelitian ini.
5. Angket atau Kuesioner
Teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini selain menggunakan
wawancara, penelitian ini pun menggunakan teknik pengumpulan data berupa
angket atau kuesioner. Untuk mendukung akurasi data dan hasil penelitian, maka
peneliti menggunakan angket atau kuesioner di dalam penelitian ini. Angket di
dalam penelitian ini akan disebarkan kepada anggota remaja aktif di Komunitas
Hansamo Bandung.
Sugiyono (2012 : 199) mendefinsikan bahwa,
53
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Angket dalam penelitian ini disebarkan kepada anggota remaja aktif di
Komunitas Hansamo Bandung untuk memperoleh data mengenai sikap
nasionalisme remaja terhadap transformasi nilai Korean wave. Adapun populasi
yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah anggota remaja aktif yang
berjumlah 80 orang.
Selanjutnya, pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik nonprobability sampling yakni dengan teknik sampling insindental.
Menurut Sugiyono (2012 : 124) “teknik sampling insidental adalah teknik
penentuan berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.”
Peneliti mengambil sampel berdasarkan anggota remaja aktif Komunitas
Hansamo Bandung yang sedang melakukan latihan di setiap kelas/divisinya
masing-masing dengan mengambil 50% dari jumlah keseluruhan anggota remaja
aktif dari setiap kelas/divisinya yang akan mewakili (perwakilan) untuk mengisi
angket yang akan disebarkan peneliti pada semua anggota remaja aktif Komunitas
Hansamo Bandung, sehingga apabila dijumlahkan terdapat 40 orang yang menjadi
sampel dalam penelitian ini, dan bila dipresentasekan peneliti mengambil 50%
dari populasi subjek penelitian dari 80 menjadi 40 orang.
Adapun di dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala pengukuran,
skala likert. Sugiyono (2012 : 134) menjelaskan bahwa, “skala likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial.” Lebih lanjut, Sugiyono (2012 : 134) menuturkan bahwa,
“dengan skala likert, maka variabe yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.”
Tabel 3.1
54
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sampling Insindentel
Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2014
6. Triangulasi
Triangulasi menurut Sugiyono (2012 : 330) adalah “teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang ada.”
Lebih lanjut Sugiyono (2012 : 330) membagi triangulasi atas dua jenis
yakni sebagai berikut,
Trianggulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Observasi Partisipatif
55
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.3
Trianggulasi Teknik Pengumpulan Data (Bermacam-Macam Cara pada Sumber
Yang Sama)
Sumber: Sugiyono (2012 : 331)
Gambar 3.4
Trianggulasi dengan Tiga Sumber
Sumber: Gambar. Diolah peneliti tahn 2014
Dengan menggunakan teknik trianggulasi dalam pengumpulan data, maka
data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas, dan pasti. Di dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan trianggulasi sebagai pengumpul data. Adapun trianggulasi
yang digunakan adalah trianggulasi teknik.
D. Tahap Penelitian
1. Pra Penelitian
Wawancara Mendalam
Dokumentasi
Pendiri Komunitas Anggota Remaja Aktif
56
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam tahap ini peneliti, peneliti mempersiapkan hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian di antaranya fokus permasalahan dan objek penelitian.
Selanjutnya, peneliti mengajukan judul dan proposal skripsi sesuai dengan apa
yang akan diteliti. Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing skripsi
maka peneliti melakukan pra penelitian sebagai upaya menggali gambaran awal
dari subjek dan lokasi penelitian.
2. Perizinan Penelitian
Perizinan penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat dengan mudah
melakukan penelitian sesuai dengan objek serta subjek penelitian. Adapun
perizinan tersebut ditempuh dan dikeluarkan oleh:
a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian
kepada Ketua Jurusan PKn FPIPS UPI untuk mendapatkan surat
rekomendasi untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI melalui
Pembantu Dekan I untuk mendapatkan surat rekomendasi dari Kepala
BAAK UPI yang secara kelembagaan mengatur segala jenis urusan
administratif dan akademis.
b. Dengan membawa surat rekomendasi dari UPI, peneliti meminta izin
penelitian kepada ketua Komunitas Hansamo Bandung.
c. Setelah mendapat izin, kemudian peneliti melakukan penelitian di
tempat yang telah ditentukan yaitu Komunitas Hansamo Bandung.
3. Pelaksanaan Penelitian
Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan, peneliti mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk
memecahkan fokus masalah.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Menghubungi ketua Komunitas Hansamo Bandung untuk meminta
informasi dan meminta izin melaksanakan penelitian.
b. Mendatangi anggota remaja aktif di setiap kelasnya sebagai subjek
57
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Membuat catatan yang diperlukan dan dianggap penting yang
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
4. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperlukan melalui penelitian, diolah sesuai susunan kebutuhan
penelitian dari informasi yang telah dikumpulkan. Setelah itu, dilakukan analisis
data untuk mencari kebenaran dalam menjawab fokus masalah.
5. Penyusunan Laporan
Tahap ini peneliti menggabungkan seluruh bagian/bab penelitian yang
telah ditulis peneliti, sehingga penelitian ini akan dapat dipertanggungjawabkan
peneliti dalam sebuah sidang ujian skripsi.
E. Tahap Pengelolaan dan Analisis Data
Pengelolaan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam
penelitian, karena memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Dala penelitian ini, pengelolaan dan analisis data akan dilakukan melalui
proses menyusun, mengkategorikan, mencari kaitan isi dari berbagai data yang
diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya dan disesuaikan dengan
kajian penelitian.
Sugiyono (2012 : 335) mengemukakan bahwa,
Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012 : 337) terdapat tiga alur
kegiatan yang terjadi di dalam analisis data yaitu reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), dan pengambilan kesimpulan (conclusion drawing/
58
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berikut ini adalah komponen-komponen pada analisis data selama di
lapangan menurut Miles dan Huberman:
Gambar 3.5
Komponen-komponen Analisis Data
Sumber: Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012 : 337)
Dengan mengacu pendapat di atas, maka proses analis data yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Sugiyono (2012 : 338) “mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal-hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.”
Data yang telah didapatkan dan terkumpul dikelompokkan dan
dikategorikan sesuai pola berdasarkan rumusan maslah yang telah dibuat oleh
peneliti.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian Data
Reduksi Data Kesimpulan:
Penarikan/Verifikasi Pengumpulan
59
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penyajian data atau display data adalah sekumpulan informasi yang akan
memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Penyajian data dilakukan
dalam dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart
dan sejenisnya. Di dalam penelitian kualitatif penyajian data ditulis dengan teks
yang bersifat naratif.
Penyajian data merupakan hasil dari wawancara dengan anggota remaja
aktif di Komunitas Hansamo Bandung, hasil observasi lapangan, dan dokumentasi.
Dari keseluruhan data yang telah di dapat, dipahami satu per satu kemudian
disatukan sesuai rumusna masalah.
3. Pengambilan Kesimpulan (Conclusion Drawing/ Verification)
Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari
arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan
mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat
tentang bagaimana transformasi nilai Korean wave terhadap sikap nasionalisme
remaja dengan mengacu kepada tujuan penelitian.
Adapun di dalam pengolahan data angket, peneliti menggunakan rumus
statistik sederhana. Adapun pengukuran dapat dipresentasekan ke dalam rumus
sebagai berikut:
Rumus 3.1
Menentukan Presentase
Sumber: Ali (Kusmiati, 2004 : 81)
P = Persentase jawaban
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah seluruh responden
60
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
100% = Bilangan tetap
Untuk proses penyimpulan dari data kuantitatif, maka untuk menentukan
penilaian terhadap data kuantitatif yang diperoleh, diterapkan ktiteria penilaian
sebagai berikut:
Rumus 3.2 Penafsiran Presentase
Sumber: Suryadi (Kusmiati, 2004 : 81)
Dengan demikian, digunakannya angket sebagai salah satu teknik
pengumpulan data pada penelitian ini, dimaksudkan agar data yang diperoleh dari
lapangan menjadi lebih akurat dalam bentuk presentase. 0% = Ditafsirkan tidak ada
1% - 24% = Ditafsirkan sebagian kecil
25% - 49% = Ditafsirkan hampir setengahnya
50% - 74% = Ditafsirkan hampir seluruhnya
Deby Eka Franssiska, 2014
Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan analisis
dan pengolahan data, serta hasil temuan yang diperoleh dari penelitian yang
dilaksanakan di Komunitas Hansamo Bandung mengenai transformasi nilai Korea
wave terhadap sikap nasionalisme remaja. Selain itu, peneliti juga memberikan
beberapa saran yang memungkinkan kepada pihak-pihak terkait yang
berkepentingan dengan hasil penelitian ini.
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan diketahui bahwa transformasi nilai Korean wave
terhadap sikap nasionalisme remaja di Komunitas Hansamo Bandung tidak
mengalami perubahan kepada sikap-sikap yang menunjukan mengurangnya sikap
nasionalisme remaja terhadap negaranya Indonesia. Hal ini dapat diketahui
sebagai berikut.
1. Faktor-faktor yang membuat Korean wave diterima oleh remaja di Komunitas
Hansamo Bandung yaitu negara Korea memiliki budaya yang unik, menarik
dan memiliki ciri khas. Selain itu, terdapat nilai-nilai positif budaya Korea
yang dapat diadaptasi dalam kehidupan sehari-hari seperti orang Korea sangat
menghormati orang yang lebih tua, tata krama yang masih terjaga, bekerja
keras di dalam mendapatkan yang diinginkan, dan sangat bangga terhadap
negaranya. Korean wave juga dapat diterima oleh remaja dikarenakan Korean
wave mudah mengikuti perkembangan jaman dan peradaban saat ini tanpa
menghilangkan ciri khas Korea itu sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian, remaja dapat menerima Korean wave di
Indonesia dikarenakan beberapa faktor yaitu drama Korea, musik K-Pop,
bahasa dan tulisan Korea yang unik, kuliner Korea, penampilan/style Korea,