• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM KOLOID KELAS XI MIA SMA NEGERI I SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015 2016 | Agustina | Jurnal Pendidikan Kimia 9712 23773 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM KOLOID KELAS XI MIA SMA NEGERI I SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015 2016 | Agustina | Jurnal Pendidikan Kimia 9712 23773 1 "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED

LEARNING

(PBL) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH

DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM

KOLOID KELAS XI MIA SMA NEGERI I SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Rohana Putri Agustina, Ashadi

*, Bakti Mulyani

Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36A Surakarta, Indonesia 57126

*Keperluan Korespondensi, HP: 0816671690, e-mail: ashadi_uns@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan sikap ilmiah dan prestasi belajar siswa pada materi koloid kelas XI MIA SMA Negeri I Sukoharjo menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri I Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah berupa tes dan non-tes (observasi, wawancara, kajian dokumen dan angket). Analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning pada materi koloid kelas XI MIA 1 SMA Negeri I Sukoharjo dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa, dilihat dari peningkatan sikap ilmiah siswa dari 27,5% pada prasiklus, menjadi 72,5% pada siklus I, dan menjadi 97,5% pada siklus II dan prestasi belajar siswa pada aspek pengetahuan (52,5% menjadi 95%), aspek sikap 100% pada siklus I, dan aspek keterampilan 100% pada siklus I.

Kata Kunci: penelitian tindakan kelas, problem based learning, prestasi belajar, sikap ilmiah

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah salah satu tonggak utama kemajuan suatu bangsa dan negara. Dengan melihat suatu sistem pendidikan di suatu negara maka dapat kita ketahui juga seberapa maju negara tersebut. Pendidikan menjadi bekal untuk seseorang menjalani kehidupan, tanpa pendidikan sulit bagi orang untuk tetap bertahan di zaman yang selalu mengalami modernisasi.

Pendidikan seorang individu dimulai sejak usia dini dan tidak pernah berhenti hingga masa tua. Maka dari itu pendidikan harus selalu dikembangkan dan diperbaiki. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai dalam pembangunan, yakni pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi sehingga bertanggungjawab [1].

(2)

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 memenuhi kedua dimensi tersebut, sehingga kurikulum ini layak untuk dipergunakan dalam proses pem-belajaran.

Dalam penelitian ini peneliti fokus pada permasalahan yang ada di SMA Negeri I Sukoharjo, dimana sekolah tersebut menerapkan Kurikulum 2013 disemua kelasnya. Dalam penerapan pembelajaran kurikulum 2013 terdapat suatu kriteria ketuntasan yakni KKM atau Kriteria Ketuntasan Minimal.

Tabel 1. Daftar Ketuntasan Nilai Kimia Ulangan Akhir Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016

Kelas Ketuntasan Siswa (Jumlah Siswa Memiliki

Nilai >75) XI MIA 1 25 % XI MIA 2 28,94 % XI MIA 3 37,83 % XI MIA 4 44,73 % XI MIA 5 52,63 % XI MIA 6 36,84 % XI MIA 7 30 %

SMA Negeri I Sukoharjo menerapkan nilai KKM 75 pada semua mata pelajaran termasuk kimia. Berdasarkan nilai Ulangan Semester I tahun pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran kimia kelas XI MIA masih banyak ditemukan siswa dengan nilai dibawah KKM seperti ditampilkan dalam tabel 1. Oleh karena itu peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA tersebut.

Berdasarkan nilai kimia Ulangan Akhir Semester I dapat dilihat bahwa kelas yang mempunyai ketuntasan terendah terdapat di kelas XI MIA 1 seperti ditampilkan dalam tabel 1.1. Sehingga peneliti mengambil kelas XI MIA 1 sebagai subjek penelitian.

Berdasarkan kajian dokumen, dan wawancara guru, penelitian dilengkapi juga dengan kegiatan observasi kelas demi memperkuat penelitian. Melalui kegiatan observasi kelas XI MIA 1, terlihat kelas tidak kondusif, dan siswa

tidak begitu aktif. Kegiatan pembelajaran bersifat teacher cenetered learning atau pembelajaran berpusat pada guru. Jarang terjadi kegiatan diskusi antara guru dan siswa, dikarenakan siswa tidak berpartisipasi aktif apabila guru memberikan kesempatan untuk bertanya.

Berdasarkan pemaparan me-ngenai beberapa masalah dikelas disertai dengan ulasan Permendikbud No.69 tahun 2013 tersebut, perlu dilakukan perbaikan proses pem-belajaran demi meningkatkan kualitas proses serta hasil belajar. Dengan kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang masih rendah. SMA Negeri I Sukoharjo merupakan sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013, namun pada keadaan lapangan jarang guru menerapkan kegiatan belajar yang sesuai dengan harapan kurikulum 2013. Kurikulum tersebut menerapkan pola pemikiran bahwa pembelajaran seharusnya berpusat pada siswa atau student centered learning, dilakukan kegiatan belajar berbasis kelompok, melalui pendekatan saintifik agar siswa aktif mencari pengetahuannya sendiri. Salah satu model pembelajaran yang mendukung dan dapat diterapkan dalam pembelajaran berbasis kurikulum 2013 salah satunya adalah model Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berdasarkan pada masalah.

(3)

disampaikan dalam waktu yang sangat singkat, bahkan terkadang siswa hanya diminta untuk belajar mandiri pada materi koloid ini.

Berdasarkan wawancara guru, didapat kesimpulan bahwa sebenarnya koloid tidak benar-benar mudah, namun sebagian guru terlalu fokus untuk memperdalam kemampuan siswa di materi yang lain sehingga materi koloid disampaikan hanya apabila ada sisa waktu. Selain itu didukung melalui kajian data, bahwa berdasarkan nilai koloid tahun pelajaran 2014/2015 terdapat kelas dengan ketuntasan hasil ulangan materi koloid hanya mencapai 44,44%. Materi koloid yang sering dianggap mudah, namun kenyataannya masih ada kelas dengan prestasi belajar rendah.

Pada hakikatnya program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami dan menguasai apa dan bagaimana suatu hal terjadi, tetapi juga memberi pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa hal itu terjadi” berpijak pada permasalahan tersebut, maka pembelajaran pemecahan masalah menjadi sangat penting diajarkan [2].

Sikap ilmiah merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan dalam pembelajaran saintifik. Dimana pem-belajaran saintifik sangat dianjurkan untuk diterapkan pada kurikulum 2013. Setiap proses mempelajari ilmu alamiah maka akan disertai satu sikap yaitu sikap ilmiah. Terdapat beberapa kriteria sikap ilmiah antara lain memiliki rasa ingin tahu atau kuriositas yang tinggi dan kemampuan belajar yang besar; tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti; jujur; terbuka; kreatif atau swadaya; dan lain-lain [3]. Kegiatan pembelajaran yang menerapkan model Problem Based Learning diharapkan dapat meningkat-kan sikap ilmiah, dimana sintaks pada model ini meliputi lima fase. Fase 1 melakukan orientasi masalah kepada siswa, fase 2 mengorganisasi siswa untuk belajar, fase 3 mendukung kelompok investigasi, fase 4 mengembangkan dan menyajikan artefak dan memamerkannya, dan fase 5 menganalisis serta mengevaluasi proses penyelesaian masalah. Seorang yang mempunyai sikap ilmiah apabila melihat

peristiwa gejala alam akan terangsang untuk ingin tahu lebih lanjut, mengenai apa, bagaimana, dan mengapa peristiwa atau gejala itu terjadi. Dengan pertanyaan-pertanyaan itu ia akan mencari informasi melalui berbagai sumber, dan salah satu sumber adalah buku-buku teks yang berhubungan dengan masalah tersebut. Akhirnya, orang tersebut mendapat ilmu pengetahuan baru yang mungkin kelak dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan pada peristiwa atau gejala yang lain.

Berdasarkan hasil pratindakan yang dilakukan di kelas XI MIA 1 menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kriteria sikap ilmiah tinggi masih kurang dari 75%. Hasil uji pratindakan menunjukkan hanya 27,5% siswa yang berada pada kategori sikap ilmiah tinggi, dan 72,5 % sisanya masih berada pada kategori sedang. Data tersebut menunjukkan bahwa sikap ilmiah kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 perlu diberikan perhatian lebih.

Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak di masyarakat. Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang andal dalam pemecahan masalah, maka diperlukan serangkaian strategi pembelajaran pemecahan masalah. Berdasarkan kajian beberapa literatur terdapat banyak strategi pemecahan masalah yang kiranya dapat diterapkan dalam pembelajaran [2].

(4)

2013, masih banyak penyimpangan proses pembelajaran. Banyak praktik dilapangan guru tidak menyukai proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, masih banyak pembelajaran yang bersifat ceramah. Sehingga kemampuan siswa tidak pernah terasah. Maka dengan berbagai pertimbangan tersebut peneliti akan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Pada esensinya, pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang berlandaskan kotruktivisme dan mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar serta terlibat dalam pemecahan masalah yang kontekstual [5]. Hal ini sesuai dengan materi yang akan digunakan dalam penelitian yakni sistem koloid. Proses pembelajaran materi sistem koloid selama ini selalu dianggap tidak penting oleh sebagian besar guru. Sehingga proses pembelajaran hanya memperhatikan hasil yang bagus tanpa memperhatikan aspek lain yang harus dikembangkan. Ada satu aspek yang bisa dikembangkan dari siswa yakni sikap ilmiah siswa, yang dapat diasah dengan proses pembelajaran aktif yang inovatif, dimana siswa dituntut untuk meyelesaikan masalah tanpa harus dituntun oleh guru. Siswa harus menemukan informasi baru dengan pengalamannya selama proses pencarian makna. Dengan berbagai pertimbangan peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem Koloid Kelas XI MIA SMA Negeri I Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI MIA 1 SMA Negeri I Sukoharjo, yang beralamat di Jalan Pemuda Nomor 38 Sukoharjo. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yakni, perencanaan tindakan,

pelaksana-an tindakpelaksana-an, observasi, dpelaksana-an refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri I Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016. Sumber data berasal dari guru dan siswa.

Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes dan non-tes (angket, wawancara, kajian data, dan observasi). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Teknik analisis kualitatif meliputi tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi [4].

Teknik yang diperlukan untuk memeriksa validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik. Triangulasi teknik adalah teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama [6]. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui angket, wawancara, dan observasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Dimana setiap siklus memiliki tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Siklus I

Perencanaan Tindakan

(5)

dan disetujui oleh guru kelas. Sebagai dasar penyusunan RPP dilakukan melalui kajian silabus dan mengkaji materi dalam buku pedoman siswa.

Instrumen penilaian yang digunakan meliputi penilaian proses yaitu sikap ilmiah dan prestasi belajar meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Semua intrumen penilaian terlebih dahulu divalidasi oleh dua panelis dan dilakukan uji coba untuk mengetahui kelayakan instrumen penilaian. Pemilihan kelas untuk uji coba didasarkan atas rekomendasi guru kimia di SMA Negeri I Sukoharjo. Setelah dilakukan validasi dan uji coba, dilakukan langkah selanjutnya yaitu analisis isntrumen menggunakan uji reliabilitas, uji daya beda, dan tingkat kesukaran pada instrumen penilaian pengetahuan. Pada instrumen penilaian sikap dan sikap ilmiah dilakukan uji reliabilitas setelah dilakukan uji validitas dan uji coba. Sedangkan pada intrumen penilaian keterampilan hanya dilakukan uji validasi oleh dua panelis.

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan sistem kelompok. Kelas XI MIA I SMA Negeri I Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016 memiliki siswa sebanyak 40 siswa, dan dalam proses pembelajaran dalam penelitian ini dibagi menjadi 8 kelompok pada siklus I. Sehingga masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang, pembagian kelompok didasarkan pada rekomendasi guru dan dibagi secara heterogen.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak 8x45 menit pembelajaran dan 2x45 menit untuk evaluasi dengan rangkaian kegiatan pembelajaran seperti tercantum dalam RPP siklus I. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan di kelas XI MIA 1 SMA Negeri Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan sintaks sesuai pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Pelaksanaan tindakan siklus I dimulai tanggal 20 April 2016 dan berakhir pada tanggal 10 Mei 2016 pada

tahap evaluasi. Pada awal pembelajaran guru memberi pengarahan bahwa model pembelajaran yang digunakan pada materi koloid ini adalah Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran ini dimulai dengan kegiatan apersepsi, dilanjutkan dengan kegiatan orientasi, setelah itu guru memberikan motivasi.

Kegiatan awal telah selesai dilakukan dan dilanjutkan kegiatan inti, dimana guru membentuk kelompok belajar yang heterogen. Dalam satu kelas dibagi menjadi 8 kelompok, dengan masing-masing kelompok beranggota-kan 5 siswa. Dalam setiap kegiatan inti mengandung unsur 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasikan, dan mengkomunikasi-kan) yang dipadu dengan sintaks pembelajan Problem Based Learning yang memiliki 5 fase. Pada Fase 1, yaitu melakukan orientasi masalah kepada siswa, yang dilakukan dengan membagikan lembar diskusi siswa yang berisikan “studi kasus” disertai dengan kegiatan demonstrasi didepan kelas oleh siswa yang dibimbing guru. Dalam penyajian masalah ini, guru mengkondisikan agar kelas menjadi hidup serta siswa menjadi lebih aktif dengan mengajukan pertanyaan karena adanya masalah. Setelah kegiatan demonstrasi selesai, dilanjutkan pada Fase 2 yakni guru mengorganisasikan siswa agar belajar secara kelompok, guru mengarahkan siswa untuk mencari literatur, membagi tugas secara kelompok, dan bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan lembar diskusi.

(6)

mengevaluasi proses penyelesaian masalah. Guru membimbing siswa kembali mengkaji proses pemecahan masalah untuk menyimpulkan.

Kegiatan awal dan kegiatan inti pada pertemuan pertama siklus I sudah terlaksana, kemudian dilakukan kegiatan penutup yaitu siswa dan guru menyimpulkan bersama-sama hasil diskusi yang telah dilakukan.

Observasi Tindakan

Observasi dilaksanakan pada penilaian aspek sikap, aspek keterampilan, serta aspek sikap ilmiah. Aspek sikap meliputi sikap spiritual dan sikap sosial (disiplin, tanggung jawab, toleransi, percaya diri). Pada aspek keterampilan meliputi penilaian observasi mengenai keterampilan menyiapkan alat, mengukur volume larutan dengan gelas ukur, memasang tabung reaksi dalam rak tabung reaksi, menggunakan pipet, mengamati terjadinya lapisan dalam larutan, kerja dalam kelompok, serta ketertiban dan kedisiplinan saat praktikum.

Kegiatan observasi dilakukan penuh selama siklus I, yaitu 4 kali pertemuan meliputi observasi sikap dan sikap ilmiah, sedangkan observasi aspek keterampilan hanya dilaksanakan satu kali pada pertemuan ke empat. Pada saat kegiatan pembelajaran, siswa mengenakan nomer identitas sebagai alat untuk mempermudah observer dalam mengamati kegiatan siswa. Observer dalam penelitian ini ada 3 orang, dengan deskripsi 1 peneliti dan 2 orang observer.

Gambar 1. Diagram Pie Ketuntasan Aspek Pengetahuan Siklus I

Berikut ini disajikan diagram pie ketuntasan belajar aspek pengetahuan pelajaran kimia materi koloid siswa kelas

XI MIA 1 SMA Negeri I Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016 pada Gambar 1.

Hasil data pada Gambar 1 menujukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 21 siswa atau 52,50 %. Sedangkan siswa yang tidak tuntas pada siklus I sebanyak 19 siswa atau 47,5 %. Berdasarkan hasil yang didapat dari siklus I ini disimpulkan bahwa diperlukan tes aspek pengetahuan pada siklus II.

Hasil penilaian aspek sikap pada pembelajaran siklus I, dapat dijelaskan bahwa persentase siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri I Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016 berkategori baik sebanyak 77,5 % atau 31 siswa, dan dengan kategori sangat baik sebanyak 22,5 % atau 9 siswa. Prestasi belajar aspek sikap dapat disajikan pula dalam bentuk diagram pie, yaitu pada Gambar 2.

Gambar 2. Prestasi Belajar Aspek Sikap Siklus I

Ketuntasan belajar aspek sikap di SMA Negeri I Sukoharjo sesuai dengan aturan Permendikbud No.104 Tahun 2016 yakni siswa memiliki kategori minimal Baik (B). Ketuntasan belajar aspek sikap siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri I Sukoharjo adalah 100% dinyatakan tuntas, sehingga tidak perlu dilakukan penilaian pada siklus II.

Berdasarkan hasil penilaian menunjukkan bahwa, prestasi belajar aspek keterampilan siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri I Sukoharjo pada siklus I dinyatakan sebanyak 100% siswa tuntas, seperti data hasil penilaian pada Gambar 3. Hasil penilaian aspek keterampilan pada kelas ini menunjukkan bahwa hasil penelitian pada siklus I sudah mencapai target ketuntasan penelitian aspek keterampilan yakni sebesar 70 %, sehingga tidak perlu dilakukan penilaian pada siklus II.

52,5 %

47,5 %

TUNTAS

TIDAK TUNTAS

22,5%

77,5%

SANGAT BAIK

(7)

Gambar 3. Prestasi Belajar Aspek Keterampilan

Hasil analisis penilaian sikap ilimiah siklus I siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri I sukoharjo tersebut ditampilkan dalam Gambar 4.

Gambar 4. Hasil Analisis Penilaian Sikap Ilmiah Siklus I

Berdasarkan hasil analisis pada penilaian sikap ilmiah siswa kelas XI MIA 1 SMA negeri I sukoharjo menunjukkan bahwa 72,50% siswa dalam kategori tinggi dan sebanyak 27,50% siswa dalam kategori sikap ilmiah sedang. Hasil analisis sikap ilmiah pada siklus I ini menunjukkan bahwa hasil penilaian belum mencapai target penelitian, dimana target ketuntasan yang ditentukan adalah 75% dengan kategori Tinggi. Dengan hasil penilaian seperti ini artinya penilaian sikap ilmiah diuji lagi pada siklus II.

Refleksi

Berdasarkan analisis dari tindakan sikus I, masih terdapat kekurangan pada beberapa aspek, sehingga perlu dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Pada aspek pengetahuan masih ditemukan beberapa indikator kompetensi belum tuntas. Pada bagian indikator kompetensi yang tidak tuntas disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya jenis karakteristik materi dimana pada indikator kompetensi tersebut bersifat sangat luas. Materi koloid adalah materi yang luas dan berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari, sedangkan pada IK yang tidak tuntas adalah materi yang berhubungan dengan contoh secara langsung. Dimungkinkan siswa kurang menambah referensi pengetahuan yang bisa diperoleh diluar buku pegangan, siswa terpaku hanya belajar pada buku pegangan sehingga ketika soal sedikit dikembangkan siswa mengalami kesulitan.

Faktor selanjutnya dikarenakan siswa jarang bertanya secara langsung apabila mengalami kebingungan, hanya sedikit siswa yang berani bertanya membahas materi yang dirasa sulit. Karena dari empat indikator kompetensi yang dibuat terdapat dua indikator yang belum tuntas, maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran pada Siklus II, khususnya pada IK 3 dan IK 4.

Berdasarkan analisis indikator pada sikap ilmiah, tiga dari lima indikator sudah mencapai target yakni 75%, sedangkan dua indikator lainnya belum mencapai target. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa penilaian sikap ilmiah siswa perlu dilaksanakan kembali dalam Siklus II setelah pembelajaran Siklus II selesai.

Siklus II Perencanaan

Kegiatan tindakan pada siklus II difokuskan pada materi-materi yang belum tuntas saja sesuai dengan hasil analisis pada refleksi siklus I. Kegiatan tindakan pada Siklus II lebih difokuskan pada perbaikan tindakan-tindakan yang dirasa kurang pada siklus I, dilakukan perbaikan terhadap kendala-kendala yang muncul dan belum terselesaikan pada Siklus I.

Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut, pertama mengganti susunan anggota kelompok diskusi. Kelompok diskusi pada siklus II tidak sama dengan kelompok diskusi siklus I, pada siklus II dilakukan pembentukan kelompok berdasarkan hasil prestasi siklus I. Kelompok dibagi secara heterogen, dimana dalam satu kelompok terdapat siswa yang sudah tuntas, dan siswa yang belum tuntas. Kedua, guru memberikan perhatian lebih kepada siswa-siswa yang 17,5 %

52,5% 25%

5%

A-B+

B+

B-72,5%

27,5%0% TINGGI

SEDANG

(8)

belum tuntas, dan siswa-siswa yang mengalami kesulitan pada siklus I. Ketiga, guru memberikan kesempatan lebih besar kepada siswa yang belum tuntas untuk lebih aktif dalam kegiatan diskusi maupun presentasi pada siklus II, sehingga diharapkan siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya menjadi lebih baik lagi.

Keempat, guru mendorong siswa yang pasif dan malu bertanya, untuk bisa lebih aktif dan mau bertanya atau memberi umpan balik ketika kegiatan presentasi. Kelima, guru memberikan motivasi lebih kepada siswa untuk terus belajar mengenai semua materi yang sudah dipelajari, agar dalam kegiatan evaluasi siklus II didapatkan hasil yang memuaskan. Pelaksanaan kegiatan Siklus II dilaksanakan 2 kali tatap muka (4x45 menit), dengan rincian pada pertemuan pertama dilaksanakan penguatan materi dan pertemuan kedua merupakan kegiatan evaluasi siklus II.

Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran digunakan untuk mengulang materi yang belum tuntas. Setiap kelompok terdiri oleh lima siswa yang haterogen. Guru menerapkan model yang sama yakni Problem Based Learning yang dibantu dengan lembar diskusi.

Selama pembelajaran siklus II berlangsung, tetap dilakukan kegiatan observasi oleh peneliti yang dibantu observer lain. Kegiatan observasi dilakukan sebagai salah satu bentuk penilaian sikap ilmiah, dimana hasil penilaian aspek sikap ilmiah yang dilakukan pada siklus I masih belum mencapai target seperti yang dibahas pada refleksi siklus I.

Setelah pembelajaran siklus II selesai, dilanjutkan kegiatan evaluasi siklus II. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk menilai dua aspek, aspek pengetahuan dan sikap ilmiah.

Observasi Tindakan

Hasil penilaian aspek pengetahuan siklus II dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Ketuntasan Prestasi Belajar Aspek Pengetahun Siklus II

Pada siklus II ini siswa yang belum tuntas berjumlah 2 siswa atau 5% , dan sisanya sebanyak 95% atau 38 siswa dinyatakan tuntas. Hasil siklus II sudah melampaui target yakni melampaui 75%.

Hasil penilaian sikap ilmiah siswa siklus II dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Persentase Kategori Nilai Sikap Ilmiah Siklus II

Pada akhir pembelajaran siklus II siswa yang dikategorikan memiliki sikap ilmiah tinggi sebanyak 39 siswa atau 97,5% dan sisanya 1 siswa atau 2,5% mempunyai kategori sedang, sedangkan siswa dengan kategori sikap ilmiah rendah tidak ditemukan di kelas ini. Hasil ini menunjukkan bahwa sikap ilmiah tinggi telah melampaui target awal yakni 75% siswa yang memiliki kategori sikap ilmiah tinggi.

Refleksi tindakan

Kegiatan pembelajaran kimia siklus II pada materi koloid dengan model Problem Based Learning ini dilaksana-kan dalam dua pertemuan. Pertemuan pertama merupakan kegiatan pembelajaran di kelas dengan materi penguatan indikator kompetensi yang

95% 5%

TUNTAS

TIDAK TUNTAS

97,5% 2,5%

TINGGI

SEDANG

(9)

belum tuntas pada siklus I. Sedangkan pertemuan kedua merupakan kegiatan evaluasi, yakni penilaian aspek pengetahuan dan sikap ilmiah. Pada pembelajaran siklus II ini siswa sudah sangat memahami model pembelajaran yang digunakan, siswa terlihat lebih nyaman dan paham terhadap perannya sebagai pusat pembelajaran. Lembar diskusi yang diberikan kepada siswa digunakan dengan baik dan benar, siswa lebih kreatif memilih sumber belajar, dimana siswa banyak membawa buku pendamping diluar buku wajib serta siswa menggunakan media internet ketika mengalami kesulitan.

Hasil penilaian prestasi belajar aspek pengetahuan siklus II materi koloid siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri I Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016 menunjukkan bahwa 95% siswa dinyatakan tuntas dan sisanya 5% belum mencapai batas tuntas. Empat indikator kompetensi yang harus dikuasai siswa semuanya sudah tuntas pada siklus II.

Berdasarkan penilaian sikap ilmiah siklus II secara keseluruhan, siswa yang memiliki sikap ilmiah dengan kategori tinggi sebanyak 97,5% dan sisanya 2,5% yang berada dalam kategori sedang, serta tidak ada siswa yang memiliki sikap ilmiah dengan kategori rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa, target ketercapaian yang ditentukan sudah terlampaui yakni 75% siswa memiliki kategori sikap ilmiah tinggi. Berdasarkan hasil tersebut terbukti bahwa, terjadi peningkatan nilai sikap ilmiah dari siklus I yang sebelumnya belum mencapai target dan pada siklus II target sudah terlampaui.

Data tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan model Problem Based Learning pada materi koloid dapat meningkatkan sikap ilmiah dan prestasi belajar siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri I Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016. Peningkatan hasil penelitian tersebut sesuai dengan sebuah penelitian pendidikan sebelumnya, bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berdampak positif terhadap prestasi akademik siswa dan sikap siswa terhadap ilmiah [7]. Penerapan model

belajar ini juga berdampak positif terhadap kemampuan siswa dalam membangun konsep dan mengurangi kesalahpahaman sekecil mungkin [7]. Serta berdasarkan penelitian lain penerapan model problem based learning terbukti meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa, dimana berpikir kreatif merupakan salah satu komponen sikap ilmiah dalam penelitian ini [8]. Sebuah penelitian, menunjukkan hasil yang signifikan pada peningkatan prestasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, serta dalam penelitian ini menunjukkan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran kimia meningkat[11].

Selain itu penelitian lain yang mendukung yakni, penerapan metode pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan interaksi sosial dan prestasi belajar pada materi sistem koloid [9]. Serta penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan krativitas dan prestasi belajar siswa, dimana kreatif merupakan salah satu komponen sikap ilmiah [10].

Perbandingan Antar Siklus

Perbandingan hasil tindakan antarsiklus digunakan untuk mengetahui peningkatan yang terjadi selama tindakan siklus I dan siklus II. Perbandingan hasil tindakan antara siklus I dan II disajikan dalam Tabel 1.

Pembelajaran siklus I dan siklus II semua aspek telah memenuhi target. Dengan data tersebut dapat dikatakan bahwa, pembelajaran dengan model Problem Based Learning dikatakan berhasil dalam pembelajaran kimia materi koloid di kelas XI MIA 1 SMA N I Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016. Dikatakan berhasil karena pada akhir penelitian, kriteria keberhasilan yang ditetapkan dapat terpenuhi yaitu dapat meningkatkan sikap ilmiah dan prestasi belajar siswa.

(10)

Aspek Ketercapaian (%) Siklus I Siklus II Sikap Ilmiah 72,5% 97,5% Pengetahuan 52,5% 95% Sikap Siswa 100% - Keterampilan 100% -

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi koloid kelas XI MIA 1 SMA Negeri I Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 dapat meningkatkan sikap ilmiah dan prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada uji pratindakan sebanyak 27,5% siswa dalam kategori sikap ilmiah tinggi, pada siklus I meningkat menjadi 72,5% siswa memiliki kategori sikap ilmiah tinggi, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 97,5% siswa memiliki kategori sikap ilmiah tinggi. Prestasi belajar siswa aspek pengetahuan siklus I sebesar 52,5%, meningkat menjadi pada siklus II 95%. Sedangkan prestasi belajar aspek sikap sosial dan spiritual telah tuntas 100% pada siklus I, dan prestasi belajar aspek keterampilan juga telah tuntas 100% pada siklus I.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sri Soewarsih, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala SMA N 1 Sukoharjo atas izin yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian serta kepada Sri Suyanti S.Pd., M.Pd., selaku guru kimia yang telah mengijinkan penulis menggunakan kelasnya untuk penelitian di SMA N I Sukoharjo.

DAFTAR RUJUKAN

[1] Departemen Pendidikan dan kebudayaan. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

[2] Wena, Made. (2012). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

[3] Jasin, Maskoeri. (1992). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

[4] Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

[5] Warsono, Haryanto. (2012). Pembelajaran Aktif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

[6] Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

[7] Akinoglu, O. & Tandogan, RO. (2007). Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2007, 3(1), 71-81.

[8] Wulandari, W., Liliasari, F.M., & Supriyanti, T. (2011). Jurnal Pengajaran MIPA, 16 (2), 116-121.

[9] Dewi, R.S., Haryono., & Utomo, S.B. (2013). Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 2 (1), 15-20.

[10] Nurhayati, L., Martini, K.S, & Redjeki, T. (2013). Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 2(4), 151-158, ISSN 2337-9995.

Gambar

Gambar 1
Gambar 4. Hasil Analisis Penilaian
Gambar 6. Persentase Kategori Nilai

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan jawaban siswa pada soal nomor 7, 8, dan 9, sebanyak 53% siswa sudah memahami jika gaya yang diberikan pada benda tidak menyebabkan perpindahan maka

Dari hasil analisis statistik uji-t, faktor muat mempengaruhi besarnya nilai tundaan untuk angkot jurusan Abdul Muis – Dago dan angkot jurusan Dago – Abdul

The objective of the study is to find the true meaning of the forty-day journey in the Mojave Desert conducted by the main characters, Paulo and Chris as seen in

memang harus ada di dalam jual beli lada agar harga yang akan diberikan. waktu transaksi tidak berbeda mungkin yang tidak boleh itu kalau

Dengan adanya penggunaaan komputer dalam pencatatan penjualan sparepart akan lebih cepat dari pada menggunakan cara manual, dengan menggunakan komputer sekaligus akan mendapatkan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATERI KELISTRIKAN OTOMOTIF BAGI SISWA KELAS XI1. SMK YP

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan menggunakan uji statistic untuk menguji hipotesis agar bisa dijelaskan hubungan variabel

Penulis melihat dengan munculnya banyaknya software pendukung pembuatan gambar dan animasi, program dalam bentuk multimedia ini bisa dikreatifitaskan lebih interaktif lagi. Salah