• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802013010 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802013010 Full text"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LEA NOVELETTA SOEPARTO

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

OLEH

LEA NOVELETTA SOEPARTO 802013010

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

1

PENDAHULUAN

Kebanyakan individu tentunya ingin tampil sempurna dan menarik di hadapan individu lain. Dalam kehidupan sosial, bentuk tubuh juga menjadi representasi diri yang pertama kali dilihat. Hal ini menyebabkan orang ingin memiliki tubuh yang ideal (Breakey, dalam Andea, 2010). Pernyataan Davidson dan McCabe (2005) dalam jurnalnya menemukan bahwa kelompok usia 30-an dan 40-an adalah masa yang paling rentan terhadap body image jika dibandingkan dengan kelompok usia lain. Sebagaimana Sivert & Sinanovic (dalam Santrock, 1995) menyatakan bahwa secara fisik individu usia antara 20-40 tahun termasuk pada fase dewasa muda (young adulthhood) dimana individu menampilkan profil yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak.

(7)

Banyak orang ingin memiliki bentuk tubuh ideal untuk memenuhi standar penampilan masyarakat (Thompson, Heinberg, Altabe, & Tantleff-Dunn 1999).Untuk tampil baik, kebanyakan dari mereka menganggap citra tubuh (body image) sebagai hal yang sangat penting. Perempuan dan laki-laki dewasa ingin menarik perhatian pasangannya masing-masing dengan cara tampil semenarik mungkin agar memperoleh pasangan yang diinginkan, selain itu individu juga harus menghadapi dunia kerja. Tuntutan dunia kerja rupanya tidak hanya mengharapkan kemampuan bekerja yang tinggi namun juga penampilan yang menarik. Untuk tampil menarik, jika perempuan dewasa memiliki body image yang negatif maka ia akan meyakini bahwa orang lain lebih menarik, ukuran/bentuk tubuh adalah penyebab kegagalan personal, malu, cemas terhadap tubuh, serta tidak nyaman dan aneh dengan tubuh yang dimiliki (Sunartio, Monique, Ktut, 2012).

Body image dapat didefinisikan sebagai hasil evaluasi subjektif dari seseorang mengenai tubuh dan penampilan (Smolak & Thompson 2009), terdiri dari pikiran seperti (“Saya pikir saya terlihat buruk di dalam foto”), perasaan seperti “Saya benci cara saya dilihat oleh orang lain”, serta persepsi seperti “Saya terlalu gemuk” yang berkaitan dengan tubuh dan penampilan seseorang (Thompson, dkk). Melliana (2006) mengemukakan bahwa cara berpikir yang positif atau negatif merupakan hal terpenting dalam meningkatkan atau menurunkan body image

(8)

3

Body image seseorang merupakan evaluasi terhadap ukuran tubuh, berat badan ataupun aspek-aspek lainnya dari tubuh yang berhubungan dengan penampilan fisik (Thompson & Altabe, 1993). Body image adalah persepsi, pikiran dan perasaanseseorang tentang tubuhnya (Grogan, 2008). Body image merupakan konstrukmultidimensional yang mencerminkan bagaimana individu berpikir, merasakan, dan bertingkah laku berkaitan dengan atribut-atribut fisik individu tersebut (Cash, 2002). Sedangkan menurut Menurut Chaplin (2002) body image adalah ide seseorang mengenai betapa penampilan badannya dihadapan orang lain. Kadang kala dimasukkan pula konsep mengenai fungsi tubuhnya. Body image adalah bagaimana cara pandang seseorang terhadap tubuhnya sendiri. Orang yang memiliki body image positif mencerminkan tingginya penerimaan jati diri, rasa percaya diri dan kepeduliannya terhadap kondisi badannya. Hal ini diperjelas oleh Honigman dan Castle (dalam Hurlock, 1980) yang mengatakan bahwa body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya; bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya.

Indikator yang dipakai sebagai kerangka berpikir diambil dari teori Cash dan Pruzinsky (2000) yang mengemukakan adanya lima dimensi dalam pengukuran body image yaitu (a)

(9)

(pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), dan penampilan secara keseluruhan, (d) Overweight Preocupation (Kecemasan menjadi gemuk), yaitu mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadan individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan, (e) Self-Classified Weight (Pengkategorian ukuran tubuh), yaitu mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk.

(10)

5

oleh masyarakat untuk melakukan latihan fisik supaya dapat memiliki tubuh yang ideal dan penampilan yang menarik (Soekirno, 2006).

Kebanyakan individu yang memiliki aktivitas yang sangat padat akibatnya sering melupakan olahraga, makan yang teratur dan sehat, tidur yang teratur, dan sebagainya. Membuat tubuh sehat dengan tetap memperhatikan bentuk tubuh sudah menjadi gaya hidup yang dibutuhkan bagi semua orang saat ini, hal ini disebabkan banyak masyarakat yang sudah mulai sadar tentang pentingnya menjaga tubuh tetap ideal dan bugar. Berbagai macam cara untuk meningkatkan kebugaran tubuh dan menjaga tubuh tetap ideal, diantaranya dengan melakukan jogging di sekitar rumah, mengikuti kelas senam, atau melakukan program latihan dengan trainer di pusat-pusat kebugaran. Berolahraga di pusat kebugaran menjadi salah satu pilihan masyarakat perkotaan (Komala dan Hardiansyah, 2014). Keberadaan pusat kebugaran melalui program dalam pola kehidupan masyarakat menciptakan fenomena baru terutama menyangkut keberagaman kebutuhan masyarakat yang nampak dalam aktifitasnya tetapi ingin memiliki tubuh tetap ideal dan menarik. Sebagian masyarakat memanfaatkan olahraga untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan manusia yang meliputi fisiologis, rasa aman, aktualisasi diri, harga diri, serta kebutuhan akan cinta dan ketergantungan (Hamada, 2014).

(11)

memenuhi kebutuhannya dapat dikatakan bahwa setiap anggota memiliki dorongan yang berbeda-beda saat memutuskan untuk mendatangi pusat kebugaran. Menurut Munandar (2004) motivasi merupakan suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah kepada tercapainya suatu tujuan. Sementara berdasarkan usia umumnya yang aktif sebagai anggota-anggota pusat kebugaran sekitar usia dewasa muda hal ini disebabkan karena fase ini merupakan fase dimana aspek-aspek perkembangan fisik telah mencapai puncak kekuatan dan energi, ketekunan, dan kemauan yang luar biasa (Dariyo, 2003).

(12)

7

sebagai berikut : (a) Peregangan (strecth): latihan ringan yang dilakukan untuk melenturkan badan supaya tidak kaku. Umumnya dilakukan selama 5-10menit, (b) Pemanasan (warm up) disebut juga latihan untuk melatih jantung (cardio exercise). Pemanasan dapat dilakukan dengan treadmill, jogging, atau menggunakan sepeda statis. Lama pemanasan berkisar 5-25 menit, (c) Latihan inti ada 2 yaitu aerobik latihan cardio yang dilakukan tanpa henti dengan bantuan oksigen selama kurang lebih 30-60 menit. Umumnya latihan aerobik dilakukan secara intens untuk membakar lemak dan menurunkan berat badan.

Dalam perkembangannya banyak variasi aerobik dengan menggunakan berbagai jenis musik sampai gerakan bela diri dan latihan bebas yaitu lebih ditujukan untuk membentuk tubuh, mengencangkan dan menonjolkan otot-otot tubuh yang dilakukan untuk melatih bagian atas pinggang (upper body) atau pinggang bagian bawah (lower body), (d) Pedinginan (cooling down) setelah melakukan berbagai latihan yang memacu denyut jantung dan menegangkan otot, tubuh membutuhkan waktu untuk kembali pada posisi semula dalam keadaan yang lebih nyaman dan segar yang dilakukan berupa stretching dan jalan santai selama 5-10 menit atau sesuai kebutuhan. Aspek-aspek kesungguhan dalam melakukan aktivitas fisik dijelaskan oleh Games & Shepard (Wulandari, 2000) diantaranya: (a) Serius yang mengarah pada keoptimalan individu dalam melakukan latihan fisik, dengan melihat apakah individu ingin fokus dan konsentrasi selama latihan, (b) Kontinuitas adanya keseimbangan atau keinginan untuk teratur pada individu yang ingin melakukan latihan fisik dengan sungguh-sungguh.

(13)

seminggu. Subjek sangat mementingkan penampilan fisik yang ideal karena pekerjaannya sebagai marketing yang membutuhkan untuk tetap energik dan tujuan awalnya supaya sehat dan tidak merepotkan orang lain jika sakit atau di saat tua nanti. Ia merasa takut atau cemas jika suatu saat tubuhnya tidak ideal lagi karena subjek merasa senang dengan tubuhnya yang ideal untuk saat ini yang tidak cepat lelah. Subjek ada faktor keturunan juga untuk bentuk dan berat badannya. Dan subjek perlu sekali mengevaluasi bentuk tubuhnya yang ideal ini untuk mengetahui apakah kita kurang bergerak dan istirahat setiap hari harus tahu. Dan beda dengan orang yang mementingkan body image yang ideal yang hanya menjaga pola makan dan tidak teratur dalam berolahraga yang kurang memuaskan untuk mendapat tubuh yang ideal.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ongkowijoyo (2010) bahwa ketidakpuasan bentuk tubuh tidak ada hubungannya dengan perilaku latihan di pusat kebugaran yang dilakukan oleh pria dewasa awal, namun ada faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku latihan yang dilakukan adalah minat terhadap kesehatan. Sementara sebagian besar wanita datang ke pusat kebugaran untuk bersenang-senang mendapatkan kegembiraan dan untuk memperoleh kebanggaan atas dirinya sendiri (Irdhiyana, 2014). Hal tersebut membuktikan bahwa motivasi pria dan wanita yang mendorong individu melakukan fitness di pusat kebugaran berbeda-beda. Berbeda dengan wanita, pada pria terlihat ada perbedaan penilaian mengenai tubuh jaman dulu dengan jaman modern seperti saat ini. Hal inilah yang membuat peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hubungan antara perilaku olahraga seseorang dengan body image.

(14)

9

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode korelasional yang memiliki tujuan untuk menyelidiki hubungan variasi antara satu variabel dengan variabel yang lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 1999). Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti hubungan antara perilaku olahraga (fitness) dengan Body Image Pada Dewasa Muda.

Variabel Penelitian

1. Perilaku Olahraga (Variabel bebas)

Perilaku olahraga dibedakan dari aktivitas fisik. Aktivitas fisik didefinisikan sebagai kategori yang luas dari pergerakan tubuh yang dihasilkan dari pergerakan tulang dan otot, termasuk di dalamnya adalah olahraga dan gerakan yang dilakukan selama bekerja (Kilpatric, Herbert, dan Bartholomew (2005) dengan skala EMI-2 terdiri dari 51 item dan 14 faktor yang mewakili berbagai motivasi untuk terlibat dalam aktivitas fisik termasuk manajemen stres, revitalisasi, kenikmatan, tantangan, pengakuan sosial, afiliasi, kompetisi, tekanan kesehatan, menghindari gangguan kesehatan, kesehatan yang positif, manajemen berat badan, penampilan, kekuatan dan daya tahan, dan kegesitan dan dikembangkan oleh Marklan, D. dan Hardy, L. (1993).

2. Body Image ( Variabel terikat)

(15)

tersebut (Cash,2002) yang diukur dengan skala Multidimensional Body Self Relation Questionnaire Appreance Scales (MBRSQ-AS.)

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah dewasa muda yang berusia 20-40 tahun menurut Sivert & Sinanovic (dalam Santrock, 1995) yang dilakukan di Gardenia Fitnes, dan Kingdom Fitnes di Semarang.

Teknik Pengambilan Sampling

Penulis menggunakan teknik penggunaan sampling berdasarkan teknik incidental sampling, karena adanya faktor spontanitas, artinya siapa saja yang berolahraga yang tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan juga yang tidak melakukan olahraga yang sesuai dengan karakteristik sampel peneliti, maka individu tersebut dapat digunakan sebagai sampel atau responden (Riduwan, 2009).

Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur body image(gambaran tubuh) adalah skala gambaran tubuh yang dimodifikasi dari Multidimensional Body Self Relation Questionnaire Appreance Scales (MBRSQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash (dalam Seawell & Danorf-Burg, 2005).

(16)

11

Teknik Analisis Data

(17)

HASIL PENELITIAN Uji Reliabilitas dan Validitas

Hasil uji reliabilitas pada skala perilaku olahraga dengan menggunakan Alfa Cronbach

menunjukkan hasil perhitungan reliabilitas sebesar 0.945. Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item, diperoleh item gugur sebanyak 17 item dengan menyisakan 34 item bertahan yang koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0.313-0.696.

Hasil uji reliabilitas pada skala body image dengan menggunakan Alfa Cronbach

menunjukan hasil perhitungan reliabilitas sebesar 0,866. Berdasarkan hasil uji seleksi item, diperoleh item gugur sebanyak 14 item dengan menyisakan 17 item bertahan yang koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0.235-0.668.

Uji Asumsi

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara body image dengan perilaku olahraga (fitness) pada dewasa muda.Namun sebelum dilakukan uji korelasi, peneliti melakukan uji asumsi terlebih dahulu untuk menentukan jenis statistik parametik atau non-parametik yang akan digunakan untuk uji korelasi.

1. Uji Normalitas

(18)

13

signifikansi p>0.05, maka data body image dan perilaku olahraga (fitness) berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Berdasarkan hasil uji linearitas diperoleh deviation from linearity sebesar 0.038 (p <0.05 ). Yang berarti bahwa hubungan antara body image dengan perilaku olahraga tidak linear.

Analisa Deskriptif

a. Body Image

Variabel dukungan body image memiliki item berjumlah 17 item, dengan jenjang skor antara 1 sampai dengan 5. Pembagian skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:

Skor tertinggi : 5 x 17 = 85 Skor terendah : 1 x 17 = 17

Pembagian interval dilakukan menjadi empat kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah kategori.

b. Perilaku olahraga

Variabel perilaku olahraga memiliki item berjumlah 34 item, dengan jenjang skor antara 1 sampai dengan 5. Pembagian skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:

Skor tertinggi : 5 x 34 = 170 Skor terendah : 1 x 34 = 34

(19)

Tabel 6. Kategorisasi Body Image

No Interval Kategori Frekuensi % Mean

1. 65 ≤ x ≤ 850 Sangat Tinggi 6 10.91%

2. 51 ≤ x < 68 Tinggi 45 81.82% 61.9 3. 34 ≤ x <51 Rendah 4 7.27%

4. 17 ≤ x < 34 Sangat Rendah 0 0.0%

Total 55 100%

Tabel 7.Kategorisasi Perilaku Olahraga

No Interval Kategori Frekuensi % Mean

1. 136 ≤ x ≤ 170 Sangat Tinggi 6 10.91%

2. 102 ≤ x <136 Tinggi 45 81.82% 123.9 3. 68 ≤ x < 102 Rendah 3 5.45%

4. 34 ≤ x <68 Sangat Rendah 1 1.82%

(20)

15

Uji Korelasi

Uji korelasi menggunakan korelasi spearman karena hubungan kedua variabel tidak linear. Tabel 8. Uji korelasi

Correlations

Body Image Perilaku

Olahraga

Spearman’s rho

Body Image

Correlation Coefficient 1,000 ,783”

Sig. (2-tailed) . .000

N 55 55

Perilaku Olahraga

Correlation Coefficient ,783” 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 55 55

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel tersebut diperoleh besarnya korelasi 0,783 (p<0.005) dengan signifikansi 0,000 yang berarti ada hubungan positif signifikan antara Body Image dengan perilaku olahraga (fitness)

(21)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil koefisien korelasi yang diperoleh antara perilaku olahraga (fitness)

dengan body image didapatkan hasil (r) sebesar 0,783 (p < 0,05) yang artinya ada hubungan positif signifikan antara perilaku olahraga dengan body image. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi perilaku olahraga yang dilakukan seseorang, maka semakin baik pula body imagenya. Sebaliknya, semakin rendah perilaku olahraga yang dilakukan seseorang, maka semakin rendah pula body imagenya. Dengan demikian maka, hipotesis penelitian yaitu ada hubungan positif signifikan antara perilaku olahraga dengan body image pada dewasa muda dapat diterima. Dari hasil penelitian, didapat bahwa rata-rata sujek memiliki body image dan perilaku olahraga yang tergolong tinggi yaitu sebesar 81,82%.

Adanya penelitian terhadap perilaku olahraga yang tinggi menunjukkan subjek merasa puas dengan kondisi tubuh yang dimilikinya sehingga membuat subjek melakukan suatu usaha untuk mempertahankan. Olahraga adalah salah satu aktifitas utama yang memperbaiki kualitas hidup, baik pada remaja maupun pada orang dewasa (Santrock, 2002). Selain itu, menurut Fuoss & Tropmann (Butarbutar, 2002), olahraga merupakan alat untuk menyeimbangkan tubuh dari kurangnya aktifitas fisik yang sering terjadi pada kebanyakan masyarakat dewasa ini. Olahraga sebagai salah satu aktifitas manusia yang memiliki manfaat terhadap fisik maupun psikis.

Hasil dalam penelitian ini memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Dacey dan Kenny (2001) banyak usaha yang dilakukan para remaja putri untuk membentuk tubuh yang ideal dan proporsional agar menjadi kurus. Pada umumnya mereka melakukan perilaku diet. Salah satu contoh perilaku diet adalah dengan melakukan kegiatan kebugaran atau

(22)

17

dalam kadar yang proporsional. Olahraga fitness muncul sebagai fenomena baru, serta tumbuh dan berkembang mengikuti gaya hidup modern, khususnya di kota-kota besar. Menurut Febrianto (2013), perilaku fitness kini bukan hanya sebagai sebagai media untuk menjaga kebugaran dan membentuk tubuh menjadi lebih ideal, akan tetapi juga menjadi gaya hidup di masyarakat. Masyarakat di kota-kota besar cenderung memilih perilaku fitness sebagai olahraga mereka karena praktis dan mudah, tanpa harus mencari tempat atau lapangan terbuka di tengah kepadatan kota besar (Yudha, 2006).

Selain karena praktis dan mudah, para pelaku perilaku fitness memiliki beragam alasan dalam melakukan latihan perilaku fitness yaitu untuk mempertahankan kebugaran dan kesehatan fisik, ataupun untuk mendapatkan tubuh ideal (Yudha, 2006). Saat seseorang mulai melakukan olahraga kebugaran lalu melakukannya kembali sehingga menjadi suatu rutinitas, salah satu alasannya menurut Perrin (Ryan dkk, 1997) adalah karena seseorang tersebut merasa senang atau mendapat kesenangan tersendiri dalam melakukannya. Cash, dkk (Strickland, 2004) menyatakan bahwa dalam penelitian menunjukkan seseorang yang berolahraga kebugaran merasa hidupnya lebih bahagia. Olahraga kebugaran dapat meningkatkan kesehatan psikologis, mengurangi tingkat kecemasan dan depresi serta meningkatkan mood seseorang (Strickland, 2004). Alasan lain seseorang melakukan olahraga kebugaran adalah untuk menaklukkan tantangan dan mengasah minat serta kemampuan saat melakukan olahraga kebugaran (Ryan dkk, 1997)

(23)

Greensberg dan Oglesby ( Strickland, 2004) yaitu berolahraga kebugaran dapat memberikan hasil yang positif terhadap mood seseorang, meningkatkan self-concept dan self-esteem. Lebih dalam lagi dikatakan oleh David dan Cowles (Strickland, 2004), berolahraga kebugaran dapat meningkatkan kerja atau kondisi cardiovascular, mengurangi hipertensi, mengurangi resiko osteoporosis dan dapat mengurangi depresi serta kecemasan. Sehingga dapat dikatakan bahwa menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan olahraga kebugaran di fitness centre. Cash dan Pruzinsky (Tsukada, 2003), mngenai sejumlah perasaan, persepsi, sikap, dan perilaku seseorang berkenaan dengan tubuh seseorang, yang dikenal dengan body image. Apabila penampilan fisiknya sudah baik, maka seseorang tersebut akan melakukan olahraga kebugaran mempertahankan bentuk tubuhnya.

(24)

19

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara body image dengan perilaku olahraga fitness pada dewasa muda di Fitness Semarang , maka dapat disimpulkan ada hubungan positif yang signifikan antara body image dengan perilaku olahraga fitness pada dewasa muda di Semarang.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta mengingat masih banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Responden

Berdasarkan dari hasil penelitian diharapkan pada responden yang mementingkan

body image yang positif dan ingin tubuh ideal harus semangat usaha untuk mengikuti olahraga teratur.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini hanya meninjausalah satu faktor yang mempengaruhi body image,

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Andea, R. (2010). Hubungan antara Body Image dengan Perilaku Diet pada Remaja. Medan: Program Studi Psikologi USU. Diunduh pada 5 September 2015, dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14525/1/10E00103.pdf

Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Butarbutar, F. 2002. Hubungan antara Daya Tarik Fisik dan Motivasi Berolahraga Kebugaran di

Fitness Centre pada Pria. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Cash T.F. & Pruzinsky. 2002. Body Image : A Handbook of Theory, Research and Clinical Practice. Guilford Press.

Dariyo, A. (2003). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Darmawan. F. M. 2014. Dimensi Kepribadian Model Lima Faktor Sebagai Prediktor Terhadap Perilaku Berolahraga Pada Mahasiswa. Jurnal (tidak diterbitkan).Salatiga. Jurusan Psikologi.Universitas Kristen SatyaWacana.

Davista A. O. 2016. Perbedaan Body Image Ditinjau Dari Tahap Perkembangan (Remaja Dan Dewasa Awal) Dan Jenis Kelamin (Perempuan Dan Laki-Laki) Di Kelurahan Banyumanik Kecamatan Banyumanik Semarang. Jurnal (tidak diterbitkan).Salatiga. Jurusan Psikologi.Universitas Kristen SatyaWacana.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan. Suatu Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Itani, D. (2011). Body image, self-esteem and academic achievement of 8th and 11th grades male

and female Lebanese Students. (Art and Sciences Thesis). Diunduh pada 20 Oktober 2015, dari http://laur.lau.edu.lb:7080/xmlui/handle/10725/1030.

Julianti, E.D., Hartoyo, &Guhadja,S. (2008). Analisis Manfaat dan Kepuasan Peserta Wanita Program Pusat Kebugaran di Kota Bogor. Jurnal Fakultas Ekologi Manusia Universitas Institut Pertanian Bogor, 1, 77-86.

Kilpatrick, M., Hebert, E., & Bartholomew, J. (2005). College students' motivation for physical activity: Differentiating men's and women's motives for sport participation and exercise. Journal of American College Health, 54(2), 87-94. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/213085151?accountid.

Komala, A & Hardianyah, M..(2014). “Memilih Pusat Kebugaran Fitness”. (Online) Diakses pada 22 Oktober 2014. http://infonitas.com/apartemen/ 2014/06/04/memilih-pusat-kebugaran-fitnes/.

(26)

21

Mardana, B. D. (2003). Pusat Kebugaran : Pilihan Asyik Menjaga Kebugaran. Retrieved from :

http://www.sinarharapan.com/news/2003.html (Juni 2007)

Markland, D. and Hardy, L. (1993). The Exercise Motivations Inventory: Preliminary development and validity of a measure of individuals' reasons for participation in regular physical exercise.Personality& Individual Differences, 15, 289-296.

Ongkowijoyo, H. (2010). HubunganAntar Body Dissatisfaction Dengan Perilaku Latihan Di Pusat Kebugaran Pada Laki-Laki Dewasa Awal. Skripsi Tidak Diterbitkan. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

Papalia, D., Olds, W, S., & Feldman, D, R.2008. Human Development. (Psikologi perkembangan edisi kesembilan). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Rai, A. (2009). Tingkatkan Fitness IQ Anda!: Rahasia Tuntas Bakar Lemak dan Gaya Hidup Sehat. Jakarta: Libri.

Santrock.J.W. (1995). Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup, edisi 5, jilid II. Jakarta :Erlangga.

Tsukada, K. Y. 2003. How You Look Depends On Where You Are: Individual and Situasional Factors in Body Image. Disertasi. Ohio: The Ohio State University (http://www.google.com)

Yudha, M. (2006). Beri Tenaga Hidup Anda Fitnes : Fit Sepanjang Hari. Jakarta : Penerbit Swadaya

Gambar

Tabel 7.Kategorisasi Perilaku Olahraga
Tabel 8. Uji korelasi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka memperkuat kelembagaan KASN maka perlu dilakukan beberapa upaya sebagai berikut: (1) Memperjelas dan memperkuat kewenangan KASN dalam melaksanakan pengawasan

Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas

Siswa yang memiliki kemampuan representasi matematik sedang dalam kategori tinggi berdasarkan dari gambar terhadap indikator representasi visual (diagram, tabel,

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini

Data-data dalam penelitian ini merupakan data-data yang diperoleh dari kegiatan pemberian tes/soal dan wawancara yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 1

biopsikososial harusnya digunakan dalam melakukan penanganan LBP kronis dan pemberian latihan pada pasien merupakan rekomendasi terbaik, akan tetapi pada prakteknya

* Mereka berkata:&#34;Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (al-Qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya

Sehubungan dengan hal tersebut prinsip umum yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk mendorong diversifikasi pangan adalah: (1) dari sisi konsumsi, diversifikasi