• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Premature Loss Gigi Molar Desidui pada Pasien Ortodonsia di RSGMP FKG USU Tahun 2010-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Premature Loss Gigi Molar Desidui pada Pasien Ortodonsia di RSGMP FKG USU Tahun 2010-2014"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Gigi-Geligi dan Oklusi

Perkembangan oklusi mengalami perubahan signifikan sejak kelahiran sampai

dewasa. Perubahan dari gigi-geligi desidui menjadi gigi-geligi permanen merupakan

suatu fenomena kompleks yang mengandung adaptasi fisiologis oklusi yang

bervariasi. Perubahan berkesinambungan pada hubungan gigi ini melalui beberapa

fase gigi-geligi yang bervariasi dan dapat dibagi menjadi beberapa periode

perkembangan yaitu :6,7,13,15,17 1. Periode pre-dental

2. Periode gigi-geligi desidui

3. Periode gigi-geligi bercampur

4. Periode gigi-geligi permanen

2.1.1. Periode Pre-Dental (Usia 0 - 6 Bulan)

Periode pre-dental merupakan periode setelah kelahiran selama bayi masih

belum memiliki gigi. Periode ini biasanya berlangsung selama 6 bulan setelah

kelahiran. Gigi sangat jarang ditemukan bererupsi pada saat kelahiran. Gigi yang ada

pada saat kelahiran disebut natal teeth. Kadang-kadang gigi erupsi pada usia sangat

dini. Gigi yang erupsi pada umur satu bulan disebut neonatal teeth. Natal teeth dan

neonatal teeth sering berada pada regio insisivus mandibula dan menunjukkan faktor

keturunan.6,14,15,17

2.1.2. Periode Gigi-Geligi Desidui (Usia 6 Bulan - 6 Tahun)

Gigi geligi desidui mulai erupsi sekitar umur 6 bulan. Erupsi seluruh gigi

desidui selesai pada umur 2 ½ - 3 ½ tahun yaitu ketika gigi molar dua desidui berada

(2)

Tabel 1. Kronologi erupsi gigi-geligi desidui menurut Kronfeld R.1,13,15

(3)
(4)

Insisivus sentralis mandibula adalah gigi pertama yang erupsi dalam rongga

mulut pada umur 6-7 bulan. Waktu erupsi gigi sangat bervariasi. Variasi 3 bulan dari

umur rata-rata terhitung normal. Pada umur 3-6 tahun, lengkung gigi relatif stabil dan

sangat sedikit perubahan yang terjadi.6,15,17

2.1.3 Periode Gigi-Geligi Bercampur (Usia 6 - 12 Tahun)

Periode gigi-geligi bercampur adalah transisi ketika gigi desidui tanggal secara

berurutan dan diikuti dengan erupsi gigi penggantinya. Fase gigi bercampur terjadi

pada umur 6-12 tahun, dimulai dengan erupsinya gigi permanen pertama, biasanya

gigi insisivus sentralis atau molar satu mandibula. Perubahan signifikan pada oklusi

terlihat pada periode ini dengan tanggalnya 20 gigi desidui dan erupsinya gigi

permanen pengganti. Kebanyakan maloklusi terjadi pada fase gigi bercampur.6 Kronologi pertumbuhan gigi-geligi permanen tertera pada tabel 2.

Periode gigi-geligi bercampur dapat digolongkan menjadi tiga fase yaitu :6,15 1. Periode transisional pertama (usia 6-8 tahun)

Karakteristik periode transisi pertama yaitu munculnya gigi molar satu

permanen dan pergantian gigi insisivus desidui dengan gigi insisivus permanen.

a. Munculnya gigi molar satu permanen

Gigi molar satu mandibula merupakan gigi permanen pertama yang erupsi pada

umur sekitar 6 tahun. Lokasi dan hubungan gigi molar satu permanen sangat

tergantung pada hubungan permukaan distal gigi molar dua desidui rahang atas dan

rahang bawah. Gigi molar satu permanen dituntun menuju lengkung gigi oleh

permukaan distal gigi molar dua desidui.6,15 Letak dan hubungan gigi molar satu permanen tergantung hubungan permukaan distal antara molar dua desidui maksila

(5)

Gambar 1. Pengaruh terminal plane pada hubungan molar gigi permanen6

b. Pergantian gigi insisivus

Selama periode transisional pertama, gigi insisivus desidui digantikan oleh gigi

insisivus permanen. Insisivus sentralis mandibula biasanya adalah yang pertama

erupsi. Gigi insisivus permanen ukurannya lebih besar daripada gigi desidui yang

digantikannya. Perbedaan antara jumlah ruang yang dibutuhkan untuk

mengakomodasi gigi insisivus dan jumlah ruang yang tersedia disebut incisal

liability. Ukuran incisal liability sekitar 7 mm pada rahang atas dan 5 mm pada

rahang bawah.6,7,15,18

2. Periode inter-transisional

Setelah gigi molar satu dan gigi insisivus permanen berada dalam oklusi,

terdapat periode sementara sekitar 1-2 tahun sebelum permulaan periode transisi

kedua. Periode ini disebut periode inter-transisional dimana lengkung rahang maksila

dan mandibula terdiri dari gigi desidui dan gigi permanen. Di antara gigi insisivus

permanen dan gigi molar satu permanen terdapat gigi molar desidui dan gigi kaninus

desidui. Periode inter-transisional relatif stabil dan tidak ada perubahan yang

(6)

3. Periode transisional kedua (usia 10-13 tahun)

Tanggalnya kaninus mandibula pada umur sekitar 10 tahun biasanya memulai

periode transisional kedua.Karakteristik periode ini yaitu pergantian gigi molar dan

kaninus desidui oleh gigi premolar dan gigi kaninus permanen.6,7,15 a. Erupsinya gigi kaninus permanen

Kaninus mandibula bererupsi mengikuti gigi insisivus pada umur sekitar 10

tahun, sedangkan gigi kaninus maksila biasanya bererupsi setelah erupsi salah satu

premolar yaitu sekitar umur 11-12 tahun.6,17 b. Ugly duckling stage

Maloklusi sementara dengan adanya diastema pada midline dan ukuran gigi

insisivus permanen rahang atas yang lebih lebar dari gigi insisivus desidui biasanya

terjadi pada regio anterior maksila pada umur 8 sampai 12 tahun. Keadaan tersebut

dikenali sebagai perbaikan alami maloklusi dan Broadbent menyebutnya dengan

istilah ugly duckling stage karena gigi anak terlihat jelek. Kondisi diastema akan

membaik dengan sendirinya ketika gigi kaninus yang sedang bererupsi menggeser

tekanan pada akar gigi insisivus lateral menuju mahkotanya. Seiring berjalannya

waktu, kaninus bererupsi dengan sempurna sehingga diastema pada midline akan

tertutup dan insisivus lateral disesuaikan dengan lengkung rahang.6,7,17 c. Erupsinya gigi-gigi premolar

Fase yang penting pada lengkung gigi dalam perkembangan oklusi adalah

segmen premolar. Hal ini dikarenakan ukuran mesiodistal gigi premolar yang sedang

bererupsi jauh lebih kecil daripada gigi molar desidui yang digantikannya.6 d. Leeway Space of Nance

Lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar permanen biasanya lebih kecil

daripada lebar mesiodistal gigi kaninus dan molar desidui. Ruang yang berlebih yang

dihasilkan perbedaan pada segmen posterior disebut dengan leeway space of Nance

dan terdapat pada kedua rahang. Ukuran leeway space lebih besar pada lengkung

mandibula daripada maksila. Pada maksila yaitu sekitar 1,8 mm (0,9 mm pada

masing-masing sisi rahang) dan pada mandibula sekitar 3,4 mm (1,7 mm pada

(7)

molar dan kaninus desidui digunakan untuk pergeseran mesial gigi-gigi molar

mandibula untuk mendapatkan hubungan molar klas I.1,6,7,15,17 e. Erupsi gigi molar dua permanen

Munculnya gigi molar dua permanen idealnya mengikuti erupsinya gigi

premolar. Jika gigi molar dua bererupsi sebelum gigi premolar bererupsi sempurna,

pengurangan lengkung rahang yang signifikan dan maloklusi juga lebih cenderung

terjadi.6,7,17

2.1.4 Periode Gigi-Geligi Permanen

Fase gigi-geligi permanen terbentuk pada umur 13 tahun dengan erupsinya

seluruh gigi-gigi permanen kecuali gigi molar tiga.6,17 Gigi-geligi permanen terbentuk pada rahang segera setelah kelahiran, kecuali cusp-cusp gigi molar satu permanen

yang terbentuk sebelum lahir. Insisivus permanen berkembang pada sisi lingual atau

palatal gigi insisivus desidui dan bergerak ke arah labial pada saat erupsi. Gigi

premolar berkembang di bawah akar-akar gigi molar desidui.15,17 Kronologi pertumbuhan gigi permanen terlampir pada tabel 2.

Urutan erupsi gigi permanen lebih bervariasi dibandingkan gigi desidui. Ada

beberapa perbedaan signifikan pada urutan erupsi gigi permanen di maksila dan

mandibula.15 Pada mandibula, gigi kaninus erupsi sebelum gigi premolar sedangkan pada maksila gigi kaninus umumnya erupsi setelah gigi premolar.Urutan erupsi yang

paling umum pada maksila yaitu gigi C-P2-M2-M3 atau

P1-P2-C-M2-M3. Urutan erupsi yang paling umum pada mandibula yaitu gigi

M1-I1-I2-C-P1-P2-M2-M3 atau M1-I1-I2-P1-C-P2-M2-M3.6,7,15

2.2 Oklusi

Kamus kedokteran Rickett Dorlands mendefinisikan oklusi adalah suatu

tindakan penutupan atau proses ditutup. Dalam kedokteran gigi, oklusi adalah

hubungan timbal balik dari permukaan yang berlawanan antara gigi maksila dan

(8)

berulang-ulang pada lengkung gigi maksila dan mandibula.17,19 Angle menyatakan oklusi adalah hubungan normal bidang oklusal gigi ketika rahang ditutup. Oklusi

adalah sebuah fenomena kompleks yang melibatkan gigi, ligamen periodontal, sendi

temporomandibula, otot dan sistem syaraf.15,20,21

Istilah oklusi memiliki dua aspek yaitu aspek statis dan aspek dinamis. Aspek

statis mengacu pada bentuk, susunan dan artikulasi gigi di antara lengkung gigi dan

hubungan gigi dengan struktur pendukungnya. Aspek dinamis mengacu pada fungsi

dari sistem stomatognasi secara keseluruhan yang terdiri dari gigi, struktur

pendukung, sendi temporomandibula, sistem neuromuskular dan nutrisi.6,15

2.3 Maloklusi

2.3.1 Definisi Maloklusi

Maloklusi adalah susunan gigi geligi dan hubungannya satu sama lain dengan

rahang yang tidak sesuai dengan konfigurasi morfologi kompleks maxillo-dentofacial

yang diterima pada manusia.19 Definisi maloklusi adalah penyimpangan yang cukup besar dari oklusi ideal yang tidak memuaskan secara estetis maupun secara

fungsional.18,22 Maloklusi adalah hubungan abnormal gigi-gigi pada rahang atas dengan rahang bawah pada saat oklusi sentrik.21

Fisk (1960) menyatakan maloklusi adalah suatu kondisi pada struktur gigi yang

keharmonisannya tidak dapat diterima struktur fasial atau struktur lainnya dan/atau

kranium, sehingga mengganggu atau menunjukkan potensi buruk pada perkembangan

dan pemeliharaan jaringan normal, fungsi efektif atau masalah sikap psikologis.23

2.3.2 Klasifikasi Maloklusi

Sistem klasifikasi yang paling sering digunakan dalam ortodontik yaitu

klasifikasi yang disampaikan oleh Edward Angle pada awal abad 20. Klasifikasi

Angle didasarkan pada hubungan oklusal antara molar permanen maksila dan molar

(9)

1. Klas I

Karakteristik maloklusi Klas I Angle yaitu adanya hubungan molar yang

normal. Cusp mesiobukal molar satu permanen beroklusi pada groove bukal molar

satu permanen mandibula.6,15,23-26 Hubungan skeletal dan fungsi otot normal. Pada maloklusi Klas I Angle dapat terjadi ketidakteraturan gigi seperti gigi berjejal,

spacing, rotasi, gigi yang hilang dan lain lain.15,25

Maloklusi lainnya sering dikategorikan sebagai Klas I protrusi bimaksilari,

dimana pada pasien terdapat hubungan molar Klas I tetapi gigi pada lengkung rahang

atas dan bawah terletak di posisi lebih maju yang mempengaruhi profil wajah.15 Maloklusi Klas I tertera pada gambar 2.

Gambar 2. Maloklusi Klas I6

2. Klas II

Karakteristik maloklusi Klas II Angle adalah hubungan molar dimana cusp

distobukal gigi molar satu permanen atas beroklusi pada groove bukal gigi molar satu

permanen rahang bawah.6,15,23,24Groove mesiobukal gigi molar satu permanen rahang

bawah berada lebih posterior atau lebih ke distal dari cusp mesiobukal gigi molar satu

rahang atas.13,24,25 Dikarenakan adanya beberapa tipe kemungkinan pergeseran skeletal dan dental pada hubungan Klas II, maloklusi ini dibagi menjadi divisi 1,

(10)

a. Klas II divisi 1

Karakteristik pada maloklusi Klas II divisi 1 yaitu gigi-gigi insisivus rahang

atas proklinasi yang menyebabkan meningkatnya overjet. Overbite insisivus yang

dalam dapat terjadi pada regio anterior.6,15,23 Cusp distobukal molar satu rahang atas beroklusi dengan groove bukal molar satu rahang bawah.25 Karakteristik lain maloklusi Klas II divisi 1 adalah adanya aktivitas otot yang abnormal. Bibir atas

biasanya hipotonik, pendek dan inkompeten. Bibir bawah berkontak dengan sisi

palatal gigi rahang atas, keadaan ini disebut dengan lip trap.6,15 Maloklusi Klas II divisi 1 tertera pada gambar 3.

Gambar 3. Maloklusi Klas II divisi 16

b. Klas II divisi 2

Gambaran klasik maloklusi Klas II divisi 2 adalah adanya inklinasi ke arah

lingual pada insisivus sentralis rahang atas dan gigi insisivus lateral rahang atas yang

tipping ke arah labial dan overlap dengan gigi-gigi insisivus sentralis.6,15,23,24Overbite biasanya lebih dalam daripada normal karena adanya inklinasi gigi insisivus

(11)

Gambar 4. Maloklusi Klas II divisi 26

c. Klas II subdivisi

Ketika hubungan molar Klas II terjadi pada salah satu sisi rahang dan hubungan

molar Klas I terjadi pada sisi lainnya, maka hal itu disebut sebagai Klas II

subdivisi.15,23,24 Jika hubungan molar Klas II berada pada salah satu sisi rahang dan pada rahang lainnya terdapat hubungan molar Klas I dan terdapat proklinasi gigi

anterior maksila, disebut dengan maloklusi Angle Klas II divisi 1 subdivisi. Jika

hubungan molar Klas II berada pada salah satu sisi rahang dan pada rahang lainnya

terdapat hubungan molar Klas I serta terdapat retroklinasi gigi anterior maksila,

disebut dengan maloklusi Angle Klas II divisi 2 subdivisi.6,15,25 3. Klas III

Pada hubungan molar maloklusi Klas III cusp mesiobukal gigi molar satu

permanen maksila beroklusi pada ruang interdental di antara molar satu dan molar

dua mandibula.6,15,17,23-25 Pada maloklusi Klas III, biasanya gigi-gigi insisivus mandibula terletak lebih ke depan daripada gigi-gigi insisivus maksila dan

(12)

Gambar 5. Maloklusi Klas III6

Maloklusi Klas III dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Pseudo Class III

Karakteristik maloklusi pseudo class III yaitu umumnya terjadi karena

kebiasaan. Tipe maloklusi ini disebabkan oleh pergerakan mandibula ke depan pada

saat penutupan rahang.6,15,17,23

Berikut adalah beberapa penyebab maloklusi pseudo Class III :15

- Adanya kontak prematur oklusal yang mengarahkan mandibula ke depan

- Pada kasus premature loss gigi desidui posterior, anak akan lebih cenderung

menggerakan mandibula ke depan untuk mendapatkan kontak dengan regio anterior

- Anak dengan kelenjar adenoid yang membesar cenderung menggerakkan

mandibulanya ke depan untuk mencegah lidah berkontak dengan adenoid

b. True Class III

True Class III merupakan maloklusi Klas III yang berasal dari genetik yang

dapat disebabkan oleh :6,15

- Ukuran mandibula yang berlebih

- Letak mandibula yang lebih maju

- Maksila lebih kecil dari ukuran normal

- Maksila yang retroposisi

- Kombinasi penyebab di atas

Gigi insisivus rahang bawah cenderung memiliki inklinasi lingual. Pada pasien

(13)

anterior. Ruang yang tersedia untuk lidah biasanya lebih besar. Sehingga lidah

menempati posisi lebih rendah yang menyebabkan lengkung rahang atas lebih sempit.

c. Klas III subdivisi

Pada maloklusi Klas III juga terdapat Klas III subdivisi. Karakteristik dari

kondisi subdivisi adalah hubungan molar Klas III pada salah satu sisi rahang dan

hubungan molar Klas I pada sisi lainnya.6,15,17,23,25

2.3.3 Etiologi Maloklusi

Faktor yang menyebabkan maloklusi secara luas dapat diklasifikasikan pada

dua kategori umum yaitu faktor etiologi umum dan faktor etiologi lokal. Penafsiran

etiologi maloklusi merupakan suatu aspek penting sebagai awal kelainan dalam

ortodonti yang menjadi kunci dalam merencanakan perawatan. Graber membagi

faktor etiologi menjadi faktor umum dan faktor lokal dan menyajikan klasifikasi yang

sangat komprehensif yaitu :6,17 1. Faktor Umum

a. Herediter

b. Kongenital

c. Lingkungan :

- Prenatal (trauma, diet ibu hamil, campak, metabolisme selama kehamilan, dll)

- Postnatal (cedera kelahiran, cerebral palsy, cedera sendi temporomandibular)

d. Penyakit metabolisme :

- Ketidakseimbangan endokrin

- Gangguan metabolik

- Penyakit infeksi (poliomyelitis)

e. Masalah diet (defisiensi nutrisi)

f. Kebiasaan dan penyimpangan fungsional yang abnormal

- Kebiasaan menghisap yang abnormal

- Kebiasaan menghisap jari dan ibu jari

- Kebiasaan mendorong-dorong dan menghisap lidah

(14)

- Kebiasaan menelan yang abnormal (penelanan yang tidak tepat)

- Kelainan bicara

- Pernafasan abnormal (pernafasan dari mulut)

- Adanya amandel dan adenoid

- Psychogenetic dan bruksism

g. Postur

h. Trauma dan kecelakaan

2. Faktor lokal :

a. Anomali jumlah gigi :

- Gigi supernumerari

- Gigi yang hilang (hilang kongenital atau hilang karena kecelakaan, karies)

b. Anomali ukuran gigi

c. Anomali bentuk gigi

d. Frenulum labial yang abnormal

e. Premature loss

f. Resistensi gigi desidui yang berkepanjangan

g. Erupsi gigi permanen yang terlambat

h. Jalur erupsi gigi yang abnormal

i. Ankilosis

j. Karies gigi

k. Restorasi gigi yang kurang baik

2.4 Premature loss

2.4.1 Definisi Premature Loss

Premature loss didefinisikan sebagai hilangnya gigi desidui sebelum waktu

tanggal alaminya.8 Premature loss gigi desidui adalah hilangnya sebuah gigi dari lengkung gigi sebelum gigi permanen penggantinya cukup berkembang untuk erupsi

dan menempati ruang yang kosong dan sebelum gangguan oklusal dimulai.19

(15)

memperhatikan alasan hilangnya gigi tersebut. Premature loss didasarkan pada tabel

kronologi erupsi gigi permanen oleh Kronfeld yang tertera pada tabel 2 dan dikurangi

12 bulan sebagaimana dinyatakan Cardoso dkk.4,27 Urutan tanggalnya gigi desidui secara alami berdasarkan umur tertera pada tabel 3.

Tabel 3. Urutan tanggalnya gigi desidui secara alami28

Urutan Umur rata-rata (tahun, bulan) Mandibula Maksila Laki-laki Perempuan

1 6,0 5,7 Insisivus sentralis

2 6,10 6,7 Insisivus sentralis

3 7,2 6,10 Insisivus lateralis

4 7,10 7,5 Insisivus lateralis

5 10,5 9,7 Kaninus

6 10,8 10,2 Molar satu

7 10,11 10,6 Molar satu

8 11,3 10,7 Kaninus

9 11,9 11,5 Molar dua Molar dua

2.4.2 Etiologi Premature Loss

Etiologi premature loss gigi desidui umumnya dihubungkan dengan karies gigi.

Penyebab lain kehilangan dini gigi desidui yaitu trauma, erupsi ektopik, kelainan

kongenital, dan defisiensi panjang lengkung yang kemudian menyebabkan resorpsi

gigi desidui.6,9,29

Penyebab hilangnya gigi desidui berbeda pada kedua regio. Pada regio anterior,

kehilangan gigi terutama dikarenakan trauma dan penyebab lainnya yaitu karies gigi.

Walaupun prevalensi karies gigi tampaknya menurun, namun sejumlah anak masih

menderita karies botol dan karies rampan. Pola karies ini dapat menyebabkan

kehilangan gigi di kedua regio yaitu anterior dan posterior. Pada regio posterior

(16)

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Efek Premature Loss

Premature loss gigi desidui dapat berpengaruh pada perkembangan oklusi,

khususnya pada distribusi ruang dan kesimetrisan pada lengkung gigi yang terlibat.

Derajat keparahan maloklusi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:15,18,26 1. Umur

Semakin cepat gigi desidui hilang, maka gigi berjejal akan semakin berpotensi

terjadi.

2. Gigi berjejal

Semakin berjejal gigi pada lengkung rahang, maka kehilangan ruang akan

semakin berpotensi terjadi sebagai hasil premature loss gigi desidui.

3. Tipe gigi

Posisi gigi yang terlibat di lengkung gigi juga mempengaruhi distribusi

ruang:11,13,17,25

‐Gigi insisivus desidui jarang mempengaruhi ruang pada gigi-geligi permanen kecuali jika gigi insisivus dilakukan pencabutan karena trauma atau resorpsi dini.

‐Gigi kaninus desidui jarang mengalami kehilangan dini, tetapi jika terjadi maka dapat menimbulkan pergeseran midline ke arah sisi yang terlibat pada kasus

unilateral, terutama pada gigi-geligi yang berjejal.

‐Gigi molar satu desidui dapat menyebabkan pergeseran midline ketika hilang secara dini dan unilateral. Dalam keadaan gigi berjejal, kehilangan dini gigi ini juga

dapat menyebabkan kehilangan ruang melalui pergerakan maju segmen bukal dan

menyebabkan gigi premolar yang berjejal.

- Gigi molar dua desidui jarang mempengaruhi midline ketika terjadi premature

loss, namun kehilangan dini gigi molar dua desidui mempengaruhi posisi gigi molar

satu permanen. Kehilangan dini dapat menyebabkan pergerakan bodily ke depan dari

gigi molar satu permanen jika tidak erupsi atau terjadi tipping dan rotasi jika erupsi.

2.4.4 Akibat Premature Loss Gigi Molar Desidui

(17)

panjang lengkung gigi, migrasinya gigi tetangga dan antagonis, berkurangnya ruang

untuk erupsi gigi permanen yang kesemuanya mengarahkan pada rotasi gigi,

crowding pada gigi permanen dan impaksi gigi. Premature loss gigi desidui juga

dapat mempengaruhi postur mandibula dan posisi oklusal.1,4,5,15 1. Berkurangnya panjang lengkung gigi

Hampir semua kasus kehilangan dini gigi molar desidui menyebabkan

kehilangan panjang lengkung gigi.1 Kehilangan panjang lengkung gigi umumnya dihubungkan dengan migrasinya gigi karena kehilangan dini gigi desidui.3,8 Berkurangnya panjang lengkung gigi dapat menyebabkan gigi berjejal, impaksi dan

ketidakteraturan pada gigi-geligi permanen. Kehilangan gigi molar dua desidui

memberikan efek yang paling besar pada kehilangan panjang lengkung gigi yaitu

penutupan ruang sebesar 2-4 mm per kuadran pada kedua rahang.30 2. Migrasi gigi tetangga dan gigi antagonis

Kehilangan dini gigi molar satu desidui sebelum erupsi gigi molar satu

permanen dapat menyebabkan pergerakan mesial gigi-gigi molar satu permanen

dengan hilangnya ruang untuk gigi-gigi premolar satu. Kehilangan dini gigi-gigi

molar dua desidui dapat menyebabkan migrasi mesial gigi-gigi molar satu permanen

dan mengarah pada impaksinya gigi premolar dua.18,31

Ketika suatu unit pada lengkung gigi hilang, lengkung gigi cenderung

mengkerut dan ruangan cenderung menutup. Penutupan ruang dikaitkan dengan

terjadinya mesial drift pada gigi posterior yang berasal dari tekanan oklusi. Mesial

drift merupakan fenomena yang terjadi hanya pada gigi molar permanen. Alasan

utama gigi-gigi bergerak ke mesial ketika ada ruang terbuka adalah inklinasi mesial

gigi tersebut sehingga gigi-gigi bererupsi secara mesial dan oklusal.Mesial drift pada

gigi molar satu permanen setelah terjadi premature loss gigi molar dua desidui

berkontribusi besar pada perkembangan gigi berjejal pada bagian posterior lengkung

dental.13,32

Ketika gigi molar satu desidui mengalami premature loss terdapat

kecenderungan ruang bekas pencabutan untuk menutup. Hal ini dikarenakan adanya

(18)

drift memiliki dua sumber yaitu tekanan dari kontraksi aktif serat transeptal pada

gingiva dan tekanan dari bibir dan pipi. Tarikan dari serat transeptal mungkin yang

paling konsisten berkontribusi pada kecenderungan penutupan ruangan dan tekanan

bibir merupakan komponen tambahan. Jika gigi kaninus atau gigi molar satu desidui

mengalami premature loss pada salah satu sisi, gigi permanen drifting ke arah distal

yang mengarah menuju asimetri oklusi dan kecenderungan crowding.13,32

Selain mesial drift dan distal drift, jika sebuah gigi tanggal dari lengkung

giginya seringkali akan terjadi erupsi berlebihan dari gigi antagonisnya atau

perkembangan vertikal dari struktur dentoalveolar yang berlebihan. Prosesus

dentoalveolar yang elongasi dapat menyebabkan masalah fungsional dan ganguan

oklusal.3,33 Keadaan ini dapat terjadi setelah tanggalnya gigi-gigi desidui, namun hanya bersifat sementara. Erupsi dari gigi-gigi penggantinya, bersama dengan

pertumbuhan alveolar yang berlanjut, biasanya akan menyebabkan terbentuknya

bidang oklusal yang benar, asalkan gigi-gigi pengganti bisa saling beroklusi.3 Migrasinya gigi tetangga dan antagonis setelah terjadi premature loss dapat dilihat

pada gambar 6.

Gambar 6. Perubahan yang terjadi karena premature loss gigi molar satu desidui rahang bawah34

3. Kehilangan ruang untuk erupsi gigi permanen

(19)

gigi-gigi desidui yang terlalu cepat adalah penutupan ruang. Efek kehilangan dini gigi

molar satu desidui pada kedua rahang tergantung pada keadaan erupsi gigi molar satu

permanen. Bila gigi molar satu desidui hilang setelah gigi molar satu permanen erupsi

dan gigi molar desidui dua masih berada pada posisinya, kehilangan ruang yang lebih

sedikit bisa terjadi pada masing-masing lengkung.1,4

Walaupun gigi-gigi molar satu permanen telah erupsi, kehilangan panjang

lengkung dapat terjadi jika tidak ada gigi molar dua desidui sebagai penuntun erupsi.

Kehilangan ruang sebanyak 8 mm pada maksila telah dibuktikan karena molar

pertama permanen berpindah ke mesial melalui pergerakan mahkota-akar gigi secara

keseluruhan dan rotasi mesiolingual pada akar palatal. Kehilangan dini gigi molar dua

desidui pada mandibula menyebabkan kehilangan ruang 4 sampai 6 mm per

kuadran.1,34 Pada gambar 7, tampak penutupan ruang setelah premature loss gigi molar dua desidui.

Gambar 7. Penutupan ruang karena premature loss gigi molar dua desidui34

4. Crowding

Premature loss gigi molar dua desidui dapat menyebabkan kehilangan ruang

untuk erupsi gigi premolar sehingga gigi premolar dua dipaksa erupsi di bagian

(20)

loss gigi molar desidui rahang atas, dapat terjadi migrasi mesial gigi-gigi molar

permanen yang menyebabkan kehilangan panjang lengkung gigi. Lalu gigi kaninus

rahang atas yang merupakan gigi anterior yang terakhir erupsi dapat mengubah jalur

erupsinya dan erupsi di bagian labial sehingga terjadi gigi berjejal pada bagian

anterior.2,6 Crowding pada regio premolar rahang bawah tertera pada gambar 8 dan crowding pada premolar dua rahang atas tampak pada gambar 9.

Gambar 8. Crowding pada regio premolar rahang bawah setelah premature loss gigi molar35

Gambar 9. Crowding pada premolar dua rahang atas karena premature

loss gigi molar dua desidui18

5. Impaksi

(21)

posisinya terhambat tulang atau gigi lain sehingga erupsinya terhalang.Impaksi gigi

premolar dapat terjadi karena faktor lokal yaitu pergerakan mesial dari gigi karena

adanya premature loss gigi molar desidui.3,36,37 Kebanyakan gigi impaksi karena panjang lengkung gigi dan ruang untuk erupsi yang tidak cukup dimana panjang

lengkung tulang alveolar lebih kecil dari panjang lengkung gigi. Pada anterior

mandibula, gigi premolar erupsi setelah gigi molar satu dan kaninus. Jika ruang untuk

erupsi tidak cukup, salah satu dari gigi premolar biasanya premolar kedua tidak erupsi

dan menjadi impaksi atau erupsi pada bukal atau lingual lengkung gigi.37 Impaksi gigi karena premature loss gigi molar tampak pada gambar 10.

Gambar 10. Impaksi gigi karena premature loss gigi molar desidui37

6. Efek pada postur mandibula

Pada kasus kehilangan seluruh gigi molar desidui sebelum gigi molar permanen

erupsi dapat menyebabkan postur mandibula lebih maju yang mengarah ke maloklusi

Klas III.3 Maloklusi dapat terjadi setelah premature loss gigi desidui ketika anak menempatkan rahangnya di posisi abnormal dalam upaya untuk mendapatkan oklusi

fungsional dan efisiensi dalam mastikasi.19

Tanggalnya gigi-gigi desidui yang terlalu cepat bisa mempengaruhi fungsi

pengunyahan. Fungsi pengunyahan beralih pada gigi insisivus dengan cara

memajukan posisi mandibula, namun posisi ini hanya berlangsung singkat. Pada saat

penutupan mandibula menuju posisi istirahat, insisivus rahang atas dan rahang bawah

(22)

mandibula menjadi lebih maju.1,3 Pada akhirnya gigi geligi dapat beroklusi secara permanen pada hubungan abnormal ke depan maupun arah lateral.19

7. Efek asimetris akibat tanggalnya gigi-gigi desidui

Pada lengkung yang berjejal, jika tanggalnya gigi desidui hanya terjadi pada

satu sisi rahang, pergerakan ke distal dari gigi-gigi yang terletak di depan ruang bekas

gigi yang tanggal tersebut bisa mengakibatkan asimetris dari lengkung gigi, dengan

disertai penyimpangan midline yang sulit dirawat.3 Premature loss gigi molar dua desidui pada satu sisi dengan kehilangan leeway space unilateral merupakan

penyebab umum terjadinya maloklusi Klas II subdivisi. Maloklusi Klas II subdivisi

dapat terjadi apabila posisi gigi molar mandibula lebih ke distal pada satu sisi (sisi

Klas II) atau posisi gigi molar maksila lebih ke mesial pada sisi Klas II.15,38

Pergerakan mesial dapat menyebabkan maloklusi Klas II ataupun Klas III

walaupun pada seseorang dengan pola skeletal Klas I. Pergerakan mesial yang

asimetris dapat menyebabkan asimetris midline atau kondisi dimana seseorang

mengalami Klas I Angle pada satu sisi tapi Klas II ataupun Klas III pada sisi lainnya.

Kehilangan lengkung gigi yang parah pada mandibula dapat menyebabkan overjet

meningkat, sedangkan kehilangan lengkung gigi yang parah pada maksila dapat

menyebabkan crossbite anterior. Pada bagian posterior dapat menyebabkan crossbite

di bagian lingual maupun bagian bukal. Pergerakan gigi dapat menyebabkan

retroklinasi atau proklinasi gigi anterior yang menyebabkan perubahan pada

(23)

2.5 Kerangka Teori

Periode Gigi Geligi

Desidui Bercampur Permanen

Oklusi

Maloklusi

Klasifikasi Etiologi

Umum Lokal

Premature loss gigi desidui Definisi

(24)

2.6 Kerangka Konsep

Pasien Ortodonsia

di RSGMP FKG USU

tahun 2010-2014

Prevalensi premature loss

Gambar

Tabel 1. Kronologi erupsi gigi-geligi desidui menurut Kronfeld R.1,13,15
Tabel 2. Kronologi erupsi gigi-geligi permanen menurut Kronfeld R.1,13,15
Gambar 1. Pengaruh terminal plane pada         hubungan molar gigi permanen6
Gambar 2. Maloklusi Klas I 6
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat macam, yaitu: narasumber (informan), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, dan dokumen atau

1). Berdasarkan data respons sistem yang diperoleh dari pengujian dengan menggunakan metode Ziegler- Nichols tunning 2 , maka parameter kontroler PID dapat ditentukan

Pengumpulan data dengan melakukan observasi (pengamatan) langsung terhadap subjek penelitian yaitu mengukur kebersihan gigi dan mulut serta status karies gigi, cara

Pada hasil penilaian postur kerja tersebut, responden cenderung nyaman dengan postur kerja resiko rendah ataupun resiko sedang saat bekerja karena responden

Berdasarkan hasil simpulan dari penelitian penambahan dyamic stretching pada aplikasi lateral run exercise terhadap peningkatan agility pemain sepak bola, terdapat

Jasa Perbankan Syariah Dengan Minat Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada BBRS Sukowati Sragen Cabang Boyolali) ”.. Penulisan skripsi ini

Menunggu kedatangan Imam yang ghaib disebut sebagai intizar. Ali Syariati seorang tokoh revolusi Islam Iran memberikan penafsiran yang menarik dan kreatif tentang intizhar

Perkirakan berapa wawancara yang akan dilakukan dalam pembuatan film ini, berapa hari yang diperlukan, berapa tim yang akan ikut dalam produksi ini (penata suara, penata