• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Tugas Pokok dan Fungsi Maujana Nagori dalam Pembangunan Desa di Nagori Mekar Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimalisasi Tugas Pokok dan Fungsi Maujana Nagori dalam Pembangunan Desa di Nagori Mekar Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun Chapter III V"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu suatu metode yang menjelaskan fenomena secara mendalam melalui pengumpulan data atau informasi. Penelitian ini muncul karena adanya perubahan paradigma sehingga dapat dipandang sebagai sesuatu yang holistik atau utuh, kompleks, dinamis dan penuh makna.

Bogdan dan Taylor (dalam Basrowi dan suwandi, 2008:21) mendefinisikan bahwa metode kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).

Singarimbun dan Effendi (1998:17) juga mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu kegiatan secara objektif. Penelitian yang dimaksudkan untuk mengukur suatu fenomena sosial tertentu dengan mengembangkan konsep dan menghimpun data tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa.

(2)

pembangunan desa di Nagori Mekar Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun melalui informasi yang diperoleh dari keterangan-keterangan terkait Kapasitas Maujana Nagori dan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Maujana Nagori dalam pembangunan desa yang ada di Nagori Mekar Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Nagori Mekar Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun. Nagori Mekar Sari Raya merupakan salah satu Nagori

yang terletak di tengah-tengah perkebunan kelapa sawit milik PT Perkebunan Nusantara IV di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun. Munculnya ketertarikan penulis untuk meneliti lokasi ini pada awalnya karena adanya suatu masalah terkait pelaksanaan pembangunan di Nagori Mekar Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun.

Berdasarkan pengamatan awal di lapangan, pembangunan di Nagori

(3)

penyelenggaraannya khususnya dalam perencanaan pembangunan yaitu menetapkan peraturan dan kebijakan desa bersama Pemerintah desa.

Gambar 3. 1Pekerjaan Rabat Beton dan Parit Pasangan di Huta Bahsawah Dana Desa Tahap I

Gambar 3. 2Pekerjaan Rabat Beton dan Parit Pasangan di Huta Bahtangan Dana Desa Tahap II

(4)
(5)

3.3 Informan Penelitian

Informan penelitan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitan. Bagong Suyanto (2005: 172) menyebutkan ada tiga jenis informan dalam penelitian deskriptif kualitatif, yaitu:

1. Informan kunci (key informan) adalah informan yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitan.

2. Informan utama yaitu informan yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

3. Informan tambahan yaitu informan yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan informan secara sengaja dan informan yang digunakan adalah mereka yang benar-benar paham mengenai permasalahan yang diteliti serta dengan pertimbangan tertentu (Suyanto,2005:171). Pertimbangan itu misalnya, orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajah objek situasi sosial yang akan diteliti.

Tabel 3. 1 Informan Penelitian

No Informan Jumlah Informasi yang dibutuhan

1

Kapasitas Maujana Nagori dalam melaksanakan tupoksinyaserta upaya pengembanagan kapasitas untuk

(6)

2

MaujanaNagori

Unsur Masyarakat

7

3

Kapasitas Maujana Nagori dalam melaksanakan Tupoksinya serta upaya pengembangan kapasitas Maujana Nagori.

3

Pendamping Lokal Desa (PLD) dan

Kasi PMD (Pemberdayaan Masyarakat dan Desa)

2 Pengembanagan kapasitas yang diberikan kepada Maujana Nagori dalam rangka mengoptimalkan Tupoksinya.

(7)

3.4 Data dan Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data

Data merupakan sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berwujud suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbo lainnya yang bisa digunakan sebagai bahan untuk melihat objek, kejadian ataupun suatu konsep.Data dalam penelitian deskriptif kualitatif menurut cara memperolehnya terdiri dari dari 2 yaitu ;

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian (field research) untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.

b. Data Sekunder

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka dan diperlukan untuk mendukung data primer.

3.4.2 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang terkait dengan Optimalisasi Tupoksi Maujana Nagori, yaitu : 1. Metode Pengumpulan Data Primer, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian secara langsung di lokasi penelitian melalui metode sebagai berikut :

(8)

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara (pengumpul datan tentang optimalisasi Tupoksi Maujana Nagori) kepada informan dan jawaban informan dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder).

Wawancara dalam penelitian ini yaitu dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari para informan dengan mengajukan pertanyaan lisan yang diajukan oleh penulis sebagai pencari informasi kepada informan yang berhubungan dengan optimalisasi Tupoksi Maujana Nagori dalam pembangunan desa.

a. Metode Observasi

Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi observasi atau pengamatan di sini diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

2. Pengumpulan Data Sekunder, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka dan diperlukan untuk mendukung data primer. Pada penelitian ini yang menjadi data sekunder yaitu :

a. Penelitian Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari literatur buku-buku, karya ilmiah, laporan penelitian dan sumber-sumber bacaan lainnya.

(9)

Yaitu pengumpulan data dengan menelaah catatan tertulis seperti arsip dan foto maupun rekaman video di lokasi penelitian yang relevan menyangkut masalah yang diteliti pada lokasi penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data kedalam konsep Optimalisasi Tupoksi

Maujana Nagori dalam pembangunan desa sehingga mudah untuk membuat suatu deskripsi dan gejala yang diteliti. Adapun teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah dan menyusunnya dalam satu-satuan yang dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2006: 274). Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah bagian dari proses yaitu bentuk analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hasil yang tidak penting, dan mengatur data sehingga dapat dibuat kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan merangkum dan memfokuskan hal-hal yang penting tentang penelitian optimalisai Tupoksi Maujana Nagori

(10)

serta mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya mencarinya bila diperlukan.

b. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)

(11)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum dan Geografi Wilayah

4.1.1 Sejarah Nagori

Nagori Mekar Sari Raya adalah salah satu Nagori yang terletak di tengah-tengah perkebunan kelapa sawit milik PT Perkebunan Nusantara IV Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun. Nagori ini sudah ada sejak jaman Belanda sekitar tahun 1940-an yang pada saat itu perusahaan swasta membukaperkebunan teh dengan tenaga kerja yang berasal dari Pulau Jawa yang kemudian terbentuklah permukiman di sekitar wilayah perkebunan dan berkembang menjadi sebuah desa. Pada tahun 2004 perkebunan teh dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit sehingga pada tahun 2005 hingga 2006 terjadi penurunan jumlah penduduk dari 920 KK menjadi 600 KK akibat mutasi karyawan perkebunan.

Filosofi Nagori Mekar Sari Raya diambil dari kata Mekar yang artinya “Pemekaran”, Sari artinya “Inti” dan Raya artinya “Induk Nagori sebelumnya”.

Berdasarkan filosofi tersebut maka Nagori Mekar Sari Raya memiliki arti Nagori

yang merupakan inti pemekaran dari Nagori Simpang Raya. Dengan demikian penyebutan nama lain dari desa inidisesuaikan dengan hak asal usul/hak tradisional yang dimiliki daerah setempat. Sebagai desa induk yang dimekarkan sejak Tahun 2002 menjadi dua Desa yaitu :

1. Nagori Mekar Sari Raya (Pemekaran)

(12)

Nagori Mekar Sari Raya merupakan hasil pemekaran dari Nagori Simpang Raya yang pada saat itu Nagori Induk berada dibawah kepemimpinan Bapak Lohung Pardede hingga tahun 2002. Dengan berakhirnya masa jabatan tersebut maka pada Desember 2002 dilantiklah Bapak Pungut Kasiandy sebagai pelaksana tugas Pangulu dan pada saat itu terjadi penyerahan wilayah sebagai Nagori

persiapan yang baru dimekarkan. Hingga pada tahun 2005 Nagori Mekar Sari Raya menjadi Nagori yang definitif dengan ditandai pemilihan Pangulu (Kepala Desa) secara demokratis yaitu terpilihnya Bapak Pungut Kasiandy untuk periode 2005-2011 dan selanjutnya pada tahun 2011 pemilu juga dimenangkan oleh Bapak Pungut Kasiandy hingga sampai saat ini.

4.1.2 Visi dan Misi Nagori

Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan Nagori. Penyusunan Visi

Nagori Mekar Sari Raya ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif, melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan di Nagori Mekar Sari Raya seperti Pemerintah

Nagori, Maujana, tokoh Masyarakat, tokoh agama, lembaga masyarakat Nagori

dan masyarakat pada umumnya. Dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal di Nagori sebagai satu satuan kerja wilayah pembangunan di Kecamatan, maka Visi Nagori Mekar Sari Raya adalah:

Membawa Nagori Mekar Sari Raya Sebagai Nagori Yang Baru, Setara Bahkan Lebih Maju Dari Nagori Yang Lain Berbasis Tanaman Perkebunan ”. (Sumber: RKPDes tahun 2016).

(13)

tersebut. Pernyataan Visi kemudian dijabarkan ke dalam misi agar dapat di operasionalkan / dikerjakan. Adapun Misi Nagori Mekar Sari Raya adalah :

1. Mengembangkan kesejahteraan masyarakat dengan cara: a. Meningkatkan perekonomian masyarakat

b. Meningkatkan pelayanan masyarakat c. Meningkatkan rasa nyaman dalam berusaha

d. Pembuatan sarana jalan usaha tani dan peningkatan jalan lingkungan 2. Meningkatkan mental spiritual

3. Perbaikan dan peningkatan layanan sarana kesehatan dan umum 4. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan

5. Meningkatkan keterampilan dan kualitas SDM masyarakat

6. Pengadaan permodalan untuk usaha kecil, memperluas lapangan kerja dan manajemen usaha masyarakat.

(14)

4.1.3 Peta Nagori

Nagori Mekar Sari Raya merupakan salah satu Nagori yang berada di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun. Dimana desa tersebut memiliki 6 Huta

(dusun).

Gambar 4. 1 Peta Nagori Mekar Sari Raya

Adapun luas dan batas wilayah Nagori Mekar Sari Raya yaitu: a. Luas wilayah

Luas wilayah Nagori Mekar Sari Raya adalah 945 Ha yang terdiri dari : 1. Tanah Persawahan : 200 Hektar

2. Tanah Perladangan darat : 100 Hektar 3. Tanah Permukiman/Pekarangan : 25 Hektar 4. Perkebunan Negara/BUMN : 620 Hektar

(15)

- Pondok Bahkuras Menuju Bahsawah 2 Km

- Simpang tanjung Selamat menuju Huta Tanjung Selamat 2 Km

b. Batas wilayah

− Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Marjandi − Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagori Manik Maraja − Sebelah Timur berbatasan dengan Nagori Simpang Raya − Sebelah Barat berbatasan dengan Nagori Ambarisan

Nagori Mekar Sari Raya terbagi kedalam beberapa wilayah bagian yang terdiri dari 6 Huta (dusun) dengan pusat Pemerintahan Nagori berada di Huta

Bahtangan. Dimana setiap wilayah bagian Nagori memiliki batasan wilayah antara Huta yang satu dengan Huta yang lain seperti disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 4. 1Pembagian Wilayah Nagori Mekar Sari Raya

No

Sipoldas Huta Bahtangan

(16)

5 Huta Pondok X Nagori

Sumber: Kantor Pangulu Nagori Mekar Sari Raya

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa setiap lingkungan memiliki batas wilayah antara Huta yang satu dengan Huta yang lainnya. Kemudian berdasarkan pembagian wilayah tersebut setiap Huta diwakili oleh seorang Gamot (Kepala Dusun) sebagai unsur wilayah dalam melaksanakan tugas pembantuan Pangulu diwilayah kerjanya. Seperti disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 4. 2Gamot Lingkungan Nagori Mekar Sari Raya

No Nama Lingkungan Gamot

1 Huta Bahtangan Harsoyo

2 Huta Tanjung Selamat Darman

3 Huta Kampung Tiga Moruli Pakpahan 4 Huta Bahsawah Sadiman Napitupulu 5 Huta Pondok Sepuluh Umar Berutu

6 Huta Pondok Lima Belas Nyono Sumber : Penelitian Tahun 2017

Dari data diatas menunjukkan bahwa masing-masing lingkungan Nagori

Mekar Sari Raya diwakili oleh seorang Gamot sebagai unsur wilayah. Disamping itu terdapat 2 Huta diantaranya yaitu Pondok Sepuluh dan Pondok Lima belas merupakan wilayah perkebunan yang termasuk dalam wilayah administratif

(17)

4.1.5 Struktur Pemerintahan Nagori Mekar Sari Raya

Nagori Mekar Sari Raya dipimpin oleh Pangulu (kepala desa) yang dibantu oleh sekretaris desa, kepala urusan, dan Badan Permusyawaratan Desa atau Maujana Nagori sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun No. 13 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Nagori.

Berdasarkan Pasal 55 Perda Kabupaten Simalungun No. 13 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Nagori dibentuk susunan pemerintahan yang terdiri dari:

a. Pangulu

b. Tungkat Nagori c. Maujana Nagori

Disamping organisasi-organisasi formal pemerintah tingkat Nagori di atas, di Nagori Mekar Sari Raya dibentuk juga lembaga kemasyaratan Nagori yang tidak kalah pentingnya dalam rangka meningkatkan kinerja aparatur pemerintah desa dalam pelaksanaan tugas - tugasnya dalam bidang pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Nagori (LPMN). Adapun organisasi kemasyarakatan yang ada di Nagori Mekar Sari Raya adalah sebagai berikut :

1. GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani)

2. PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga)

3. Karang Taruna

(18)

Bagan 4. 1Struktur Organisasi Pemerintahan Nagori

Sumber: Kantor Pangulu Nagori Mekar Sari Raya

Adapunjabatan dalam struktur organisasi Pemerintahan Nagori Mekar Sari Raya disajikakan pada tabel berikut :

(19)

7 Gamot Huta Tanjung Selamat Darman 46 SMP

8 Gamot Huta Kampung III Moruli Pakpahan 41 SMP

9 Gamot Huta Bahsawah Sadiman Napitupulu 42 SMA

10 Gamot Huta Pondok X Umar Berutu 35 D3

11 Gamot Huta Pondok XV Nyono 35 SMA

Sumber: Penelitian Tahun 2017

Dari data diatas menunjukkan bahwa struktur organisasi Pemerintahan

Nagori Mekar Sari Raya diisi berdasarkan jabatan dengan latar belakang pendidikan SLTA sebanyak 8 orang, kemudian SLTP sebanyak 2 orang dan D3 hanya 1 orang.

4.1.7 Sarana dan Prasarana Pemerintahan Nagori

Ketentuan umum Pasal 1 ayat (11) Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Nagori menyebutkan bahwa Pemerintahan Nagori adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah Nagori dan Maujana Nagori dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(20)

Tabel 4. 4Sarana dan Prasarana Nagori

No Sarana/Prasarana Jumlah

1 Kantor Pangulu 1 Unit

2 Poskesdes 1 Unit

3 Masjid 4 Unit

4 Mushola 1 Unit

5 Jembatan 4 Unit

6 Balai Nagori 1 Unit

7 Balai Pertemuan 1 Unit

8 SD 2 Unit

9 PAUD 1 Unit

10 Taman Pendidikan Alquran (TPA) 1 Unit

11 TK/RA (Taman Kanak-Kanak/ Raudatul Atfal) 1 Unit

12 Gereja 1 Unit

13 Air Minum 3 Unit

Sumber: Penelitian Tahun 2017

Dari data diatas dapat diketahui bahwa terdapat berbagai sarana dan prasarana yang tersedia di Nagori Mekar Sari Raya yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Nagori baik secara ekonomi, sosial, politik, dan pendidikan serta kegiatan spiritual keagamaan menjadi faktor pendukung segala kegiatan pemerintahan dan meningkatkan pembangunan di Nagori Mekar Sari Raya.

(21)

Tabel 4. 5Ketersediaan Pelayanan Nagori

No Jenis Pelayanan Keterangan

1 Pelayanan Kependudukan Ada/Tersedia

2 Perijinan Ada/Tersedia

3 Ketentraman Ada/Tersedia

4 Pelayanan Kesehatan Ada/Tersedia

5 Pemakaman Ada/Tersedia

Sumber: Penelitian 2017

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dalam hal pelayanan terhadap masyarakat Pemerintah Nagori Mekar Sari Raya menyediakan pelayanan seperti pelayanan kependudukan yang dilaksanakan setiap hari jam kerja, namun pelayan juga dilakukan diluar jam kerja karena mayoritas penduduk merupakan petani dan tidak menentu jam yang dapat dipergunakan dalam melayani masyarakat. Dalam hal perijinan, Pemerintah Nagori Mekar Sari Raya juga memberikan pelayanan berupa ijin keramaian. Ijin keramaian diwajibkan bagi kegiatan yang biasa mendatangkan massa yang berjumlah banyak misalnya hiburan rakyat, kibod, ijin ini selain ditujukan kepada pemerintahan Nagori juga diteruskan kepihak yang terkait. Dalam menjaga ketentraman Nagori, pemerintah juga menyediakan pelayanan kesehatan bagi warga Nagori seperti bidan Nagori dan dinas kesehatan dari Kecamatan Panei. Selain itu di setiap Huta yang berada di Nagori Mekar Sari Raya ini tersedia pemakaman bagi warga masyarakat setempat.

4.1.8 Maujana Nagori Mekar Sari Raya

(22)

lingkup Negara, di desa juga dibentuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai sebuah lembaga legislatif yang menjembatani antara kepentingan masyarakat dengan Pemerintah desa sebagai eksekutif di tingkat Desa. Dengan adanya pemisahan tersebut maka kewenangan mulai dibagi dan dibatasi. Eksekutif desa (Pemerintah Desa) tidak lagi menjadi “pusat” dari proses pembuatan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan desa, namun proses pembuatan kebijakan desa dilakukan dengan melakukan pelibatan partisipasi masyarakat melalui saluran formal berupa Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai badan Legislatif di tingkat Desa.

Di Nagori Mekar Sari Raya telah dibentuk sebuah lembaga legislatif di tingkat Nagori yaitu Maujana Nagori yang merupakan penyebutan istilah nama lain dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang umumnya kita ketahui selama ini. Istilah penyebutan nama lain dari BPD ini disesuaikan dengan hak tradisional dan adat istiadat yang dimilki daerah setempat sebagaimana yang telah ditegaskan dalam ketentuan Pasal 1 ayat (12) Perda Kabupaten Simalungun No. 13 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Nagori bahwa “Maujana Nagori adalah lembaga yang merupakan perwujudan Demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Nagori sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Nagori.”

Menurut Perda tersebut bahwa anggota Maujana Nagori dipilih dari calon-calon yang diajukan oleh kalangan adat, agama, organisasi sosial politik, golongan profesi dan unsur pemuka masyarakat lainnya yang memenuhi persyaratan. Penetapan anggoata Maujana Nagori dilaksanakan dalam rapat pemilihan

(23)

dihadiri oleh para calon anggota Maujana Nagori, Tunggkat Nagori, Lembaga Kemasyarakatan dan pemuka-pemuka Masyarakat.

Sejalan dengan itu, maka Pangulu Mekar Sari Raya mengadakan rapat desa dan membentuk panitia pemilihan anggota Maujana Nagori. Maujana Nagori Mekar Sari Raya terbentuk sejak tahun 2003 yang berjalan selama II (dua) periode hingga tahun 2014 dan pada Tanggal 8 Juli 2015 terbentuklah kepengurusan Maujana Nagori yang baru yang mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 nomor 125, tambahan lembaran Negara nomor 4437), Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, (Lembaran Negara RI Tahun 2005 No. 54, tambahan lembaran Negara RI nomor 4587), Undang-Undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No.6 tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun No. 13 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Nagori, dan Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun No. 14 Tahun 2006 Tentang Keuangan

Nagori yang kemudian disahkan pada tanggal 13 Oktober Tahun 2015 dengan dikeluarkannnya Surat Keputusan Camat Panei Noomor 188.45/435.1/PEM/2015 tentang Pengesahan Penetapan Pengurus Maujana Nagori Mekar Sari Raya untuk periode 2015 s/d 2021.

4.1.8.1 Fungsi, Tugas Pokok, Hak dan Kewajiban Maujana Nagori

Fungsi Maujana Nagori dalam Pasal 98 Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun No. 13 tahun 2006 Tentang Pemerintahan Nagori yaitu :

(24)

Adapunyang menjadi tugas dan wewenang Maujana Nagori dalam Pasal 99 meliputi :

(1) Membahas rancangan peraturan Nagori bersama Pangulu.

(2) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Nagori dan Peraturan Pangulu.

(3) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Pangulu.

(4) Membentuk panitia pemilihan Pangulu.

(5) Menggali,menampung,menghimpun,merumuskan aspirasi masyarakat. (6) Menyusun tata tertib Maujana Nagori.

Pasal 100 Maujana Nagori mempunyai hak:

1. Meminta keterangan kepada Pemerintah Nagori.

2. Mengajukan rancangan peraturan Nagori.

3. Mengajukan pertanyaan.

4. Menyampaikan usul dan pendapat. 5. Memilih dan dipilih.

6. Memperoleh tunjangan.

Selanjutnya dalam Pasal 102 Kewajiban Maujana Nagori meliputi:

(1) mempunyai kewajiban menyampaikan informasi hasil kerjanya kepada masyarakat.

(2) Penyampian hasil kerja Maujana Nagori disampaikan paling sedikit satu kali dalm satiu tahun.

(3) Anggota Maujana Nagori berkewajiban untuk memberikan penjelasan atas pertanyaan peserta pertemuan.

4.1.8.2 Pencalonan, Penetapan dan Pemberhentian Maujana Nagori

Mekanisme persyaratan menjadi Maujana Nagori diatur dalam Pasal 103 Perda Kabupaten Simalungun sebagai berikut:

(1) AnggotaMaujana Nagori adalah wakil dari penduduk Nagori bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah (Huta).

(2) Anggota Maujana Nagori terdiri dari pemangku adat,golongan propesi,pemuka agama dan tokoh pemuka masyarakat lainnya.

(3) Syarat lain untuk dapat dicalonkan menjadi anggota Maujana Nagori adalah:

a. Bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa

(25)

d. Sehat Jasmani dan Rohani

e. Tidak sedang menjalani hukuman atau terdakwa f. Bersedia dicalonkan

g. Berdomisili di Nagori yang bersangkutan minimal 2 tahun berturut-turut.

Sedangkan untuk Penetapan Maujana Nagori Pada Perda Kabupaten Simalungun No.13 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Nagori Pasal 104, yaitu:

(1) Calon anggota Maujana Nagori ditetapkan secara musyawarah dan mufakat.

(2) Mekanisme musyawarah dan mufakat adalah:

a. Penetapan Anggota Maujana Nagori dilaksanakan dalam rapat Pemilihan Maujana Nagori yang didampingi oleh Pangulu dibantu Sekretaris Nagori dengan dihadiri oleh para Calon Anggota Maujana Nagori,Tungkat Nagori, Lembaga Kemasyarakatan dan Pemuka Masyarakat

b. Musyawarah mufakat dapat dilakukan dan jika tidak tercapai musyawarah mufakat dilakukan dengan cara voting.

(3) Peserta musyawarah adalah Gamot, Pemangku Adat, Golongan Profesi, Pemuka Agama dan Tokoh atau Pemuka Masyarakat lainnya.

(4) Yang dapat dipilih menjadi Calon Anggota Maujana Nagori adalah peserta musyawarah.

(5) Jumlah Anggota Maujana Nagori ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan Nagori, dengan ketentuan:

a. Jumlah penduduk sampai dengan 1500 jiwa, jumlah anggota 5 (lima) orang.

b. Jumlah penduduk 1501 jiwa sampai dengan 2000 jiwa, jumlah anggota 7 (tujuh) orang.

c. Jumlah penduduk diatas 2001 jiwa, jumlah anggota 9 (sembilan) orang

(6) Hasil pemilihan anggota Maujana Nagori dan Pengurus Maujana Nagori dimuat dalam Berita Acara dan Surat Keputusan Pangulu kemudian diajukan kepada Camat untuk diterbitkan Surat Keputusan Pengesahan Pengangkatan oleh Kepala Daerah.

(7) Selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah Pemilihan Pengurus Maujana Nagori, nama-nama yang terpilih diajukan kepada Kepala Daerah melalui Camat.

(26)

1. Meninggal dunia

2. Atas permintaan sendiri

3. Telah berakhirnya masa jabatan dan telah dilantiknya anggota Maujana Nagori yang baru

4. Melanggar sumpah/janji

5. Melakukantindak pidana atas Keputusan pengadilan yang telahmempunyai kekuatan hukum yang tetap.

6. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Nagori

7. Tidak berdomisili lagi di Nagori tempat terpilih sebagai Maujana Nagori 4.1.9.3 Pengaturan Tata Tertib dan Mekanisme Kerja Maujana Nagori

Pengaturan tata mekanisme kerja Maujana Nagori diatur dalam Pasal 119 Perda Kabupaten Simalungun yaitu sebagai berikut:

(1) Rapat Maujana Nagori diadakan dalam hal penetapan peraturan Nagori yang bersifatinsidentil, pemilihan Pangulu, laporan keterangan pertanggung jawaban Pangulu dan kebijakan Pangulu lainnya.

(2) Penetapan rapat Maujana Nagori sekurang kurangnya 1 (satu) kali dalam satu tahun.

(3) Rapat Maujana Dipimpin oleh salah seorang unsure pimpinan Maujana Nagori.

(4) Pengturan tata tertib dan mekanisme kerja Maujana Nagori akan diatur dengan keputusan Kepala Daerah.

(5) Pengambilan keputusan dinyatakan syah apabila disetujui sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)dari jumlah yang hadir.

Berdasarkan Surat Keputusan Camat Panei No. 188.45/435.1/PEM/2015, tanggal 8 Juli 2015 Tentang Pengesahan Penetapan Pengurus Maujana Nagori Mekar Sari Raya Periode 2015 s/d 2021 telah menetapkan susunan Maujana Nagori sebagai berikut:

(27)

Tabel 4. 6Jabatan dalam Struktur MaujanaNagori Mekar Sari Raya

No Nama Jabatan Umur Pendidikan

1 Ngatino Ketua Maujana 35 S1

2 Japutih Sinaga Wakil Ketua Maujana 55 SMA

3 Ramli Sekretaris Maujana 41 S1

4 Widayatmo Anggota 44 SMA

5 Pardamean Silalahi Anggota 41 SMK

6 Wagiran Anggota 41 SMP

7 Suyadi Anggota 36 SMA

Sumber: Penelitian 2017

Dari data diatas menunjukkan bahwa jabatan dalam struktur Maujana Nagori Mekar Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun diisi berdasarkan latar belakang pendidikan Sarjana sebanyak 2 orang, SMA/Sederajat sebanyak 4 orang dan SMP hanya 1 orang. Namun dalam struktur kepengurusan

Maujana Nagori di Mekar Sari Raya telah memenuhi mekanisme persyaratan sesuai dengan Perda Kabupaten Simalungun No. 13 Tahun 2006 bahwa pengisian Anggota Maujana Nagori adalah wakil dari penduduk Nagori bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah (Huta) dan melalui pemilihannya melalui mekanisme musyawarah.

4.2 Optimalisasi Tugas Pokok dan fungsi Maujana Nagori dalam Pembangunan Desa

Dalam bab ini dipaparkan mengenai hasil penelitian tentang Optimalisasi Tugas pokok dan fungsi Maujana Nagori dalam pembangunan desa di Nagori

(28)

melalui wawancara, observasi (pengamatan), studi kepustakaan dan studi dokumentasi langsung maka diperoleh data dari para informan dalam kaitannya dengan Optimalisasi Tugas pokok dan fungsi Maujana Nagori dalam pembangunan desa di Nagori Mekar Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun.

Dalam mewujudkan performa Maujana Nagori agar keberadaanya dapat memberikan kontribusi dan wujud nyata dalampembangunan desa haruslah didukung dengankapasitas yang memadai sehingga upaya pengembangan kapasitas Maujana Nagori menjadi perhatian yang sangat penting agar Maujana Nagori dapat berdaya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan optimal. Pentingnya pengembangan kapasitas Maujana Nagori adalah untuk menjadikan suatu lembaga lebih efektif dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara berkelanjutan sehingga dapat bertahan dan mampu mengatasi tantangan perubahan yang terjadi secara cepat dan tak terduga.

Dengan demikian, indikator yang digunakan untuk menganalisis optimalisasi tugas pokok dan fungsi Maujana Nagori dalam pembangunan desa di

(29)

4.2.1 Keterkaitan Pengembangan Kapasitas Individudengan Optimalisasi Tupoksi Maujana Nagori dalam Pembangunan Desa

Faktor sumberdaya manusia merupakan faktor yang mendasar sebagai instrumen penggerak organisasi. Kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki Maujana Nagori merupakan aspek dasar yang harus dikembangkan kemampuannya karena dengan SDM yang berkualitas prima akan mampu mendorong terwujudnya performa atau kinerja pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Maujana Nagori secara optimal. Kemampuan Maujana Nagori yang dimaksud adalah kompentensi berupa pengetahuan, keterampilan dan etika yang harus dimiliki Maujana Nagori untuk dapat mengaktualisasikan pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang dimiliki dalam kaitannya dengan pelaksanaan fungsi utama Maujana Nagori yang melekat padanya.

Tugas pokok dan fungsi Maujana Nagori yang dimaksud merupakan tanggung jawab lembaga sebagaimana yang telah diamanatkan dalam ketentuan peraturan Undang-undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa dan kebijakan Peraturan Daerah No. 13 tahun 2006 tentang Pemerintahan Nagori, dimana fungsi utama yang harus dilaksanakan Maujana Nagori tersebut terdiri dari:

a. Fungsi Legislasi

(30)

b. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan disini adalah kewenangan yang dimiliki Maujana Nagori untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa atau

Pangulu.

c. Fungsi representatif

Fungsi representatif disini adalah fungsi Maujana Nagori sebagai lembaga yang bertindak sebagai pembawa aspirasi masyarakat dan mengajukan beraneka ragam pandangan yang berkembang dalam masyarakat untuk kemudian disalurkan dan dibahas bersama pemerintah desa dalam rangka membuat suatu peraturan atau kebijakan yang pastisipatif berdasarkan kebutuhan masyarakat.

Jika dilihat lebih mendalam, tugas yang harus dikerjakan oleh Pemerintah

Nagori dan Maujana Nagori sangatlah berat. Dalam penyelenggaraan pembangunan desa, pertama mereka harus membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang berlaku selama 6 (enam) tahun, kedua Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) yang berlaku selama 1 (satu) tahun, ketiga Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), dan terakhir Peraturan Desa (Perdes).

Sebagai sebuah lembaga yang merupakan mitra bagi pemerintah Nagori

(31)

pemerintahan desa. Selanjutnya Maujana Nagori sebagai sebuah lembaga reresentatif, maka Maujana Nagori dituntut untuk mampu mengaktualisasikan aspirasi yang disampaikan masyarakat dengan cara memahami tentang teknik penjaringan aspirasi masyarakat. Disamping itu Maujana Nagori juga harus memilki kemampuan berkomunikasi dengan baik sehingga mampu mengkomunikasikan informasi dan menganalisis aspirasi yang sedang berkembang dalam masyarakat.

Untuk dapat mewujudkan kinerja pelaksanaan Tupoksi Maujana Nagori

dengan optimal, maka pengembangan kapasitas sangat erat kaitannya dengan perbaikan kemampuan sumber daya yang dimiliki sebuah lembaga, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non-manusia untuk dapat berfungsi dengan baik. Sebagaimana diketahui bahwa hakikat pengembangan kapasitas itu sendiri merupakan suatu proses pembelajaran dimana individu dan kelompok meningkatkan kemampuannya baik dari aspek pengetahuan, keterampilan dan etika untuk menjalankan fungsi pokoknya dengan optimal.

4.2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki Maujana Nagori merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting dalam dimensi pengembangan kapasitas pada level inidividu. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan tentang tugas pokok dan fungsinya maupun pengetahuan terkait peraturan atau kebijakan umum sebagai landasan yang mengatur tentang penyelenggaraan suatu fungsi.

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki Maujana Nagori,

(32)

fungsinya. Berikut kutipan wawancara dengan beberapa informan di lokasi penelitian terkait pengetahuan tentang Tupoksi Maujana Nagori sebagaimana diungkapkan oleh ketua Maujana Nagori:

Kalau tugas dan fungsinya Maujana Nagori itu kan memang sudah di atur secara khusus dalam undang-undang, jadi fungsi yang pertama itu ada namanya fungsi legislasi yang berarti kita Maujana bersama Pangulu membahas dan menetapkan peraturan Nagori. Yang kedua itu fungsi pengawasan yaitu kita

Maujana mengawasi kinerja Pangulu dan yang terakhir fungsi kami Maujana itu ya menyalurkan aspirasi masyarakat karena kita inikan istilahnya wakilnya masyarakat Nagori jadi ketika rapat aspirasi masyarakat ini kita bahas bersama.1

Ibaratnya Maujana inikan partnernya pemerintah Nagori terutama

Pangulu apalagi dalam membahas perencanaan, nah jadi fungsikita Maujana ya untuk bersama-sama Pangulu menetapkan peraturan Nagori, selain itu ya kami juga punya tugas untuk mengawasi kinerja Pangulu apalagi masa pembangunan sekarang. Kalau fungsi lainnya Maujana ini ya memperhatikan dan mencermati aspirasi masyarakat.

Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Sekretaris Maujana Nagori:

2

Ya kalau fungsinya Maujana ini apalah ya, ya kami masing-masing punya pekerjaan pokok, kalo seperti saya bertani ya paling fungsi kami sering ikut musyawarah kalo diundang sama pemerintah Nagori.”

Sementara pernyataan yang berbeda disampaikan oleh Bapak W selaku anggota Maujana Nagori:

3

Begitu juga pernyataan Bapak S selaku anggota Maujana Nagori: “Kalo fungsi kita Maujana ini menyelenggarakan musyawarah sama pemerintah dan masyarakat di kampung kita ini.”4

Begitu juga dengan pernyataan Bapak Wi selaku anggota Maujana Nagori: “Tugas kami inikan mitranya Pangulu, jadi tugas kami ya ikut

1

Hasil wawancara penulis dengan Ketua Maujana Nagori, tanggal 14 Februari 2017.

2

(33)

mengadakan musyawarah, selain itu kita punya tugas untuk membentuk panitia pemilihan Pangulu diakhir masa jabatannya.5

Sudah pasti ada, yaitu undang-undang nya No 6 tahun 2014 dan ada satu lagi perda Simalungun No 13 tahun 2006. Adapun yang diatur dalam Undang-undang itu ya terkait tentang bagaimana mengelola desa karena semua Undang- undang-undang tadi kan mengatur tentang wewenang desa jadi ya termasuk apa-apa saja yang menjadi tugas Maujana Nagori.

Tupoksi Maujana Nagori merupakan suatu tugas yang sudah di format secara khusus dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh sebab itu

Maujana Nagori juga harus memahami regulasi kabijakannya karena regulasi tersebut merupakan landasan dalam penyelenggaraan tugas lembaga. Ketua

Maujana Nagori mengemukakan pendapatnya:

6

Saya gak tau nomor berapa peraturannya, karena setiap kebijakan ini sering berubah-ubah, kadang kita belum sepenuhnya memahami eh udah ada yang baru nanti diterbitkan sama pemerintah.

Berbeda dengan pemahaman yang dikemukakan oleh Bapak W selaku anggota Maujana Nagori:

7

Gimana ya itu pasti adanya, cuman saya kurang taulah kan nomor berapa yang dibentuk pemerintah itu kan pasti seluruh Undang artinya Undang-Undangnya ada kan gitu, cuman kita gak tau isinya gimana karena saya memang belum pernah lihat itu untuk maujana, cuman kenapa itu dibuat karena untuk mengatur fungsinya maujana ini.

Bapak PS selaku anggota Maujana Nagori juga menyatakan hal yang sama;

8

Peraturannya saya nggak ingat nomor berapa karena seingat saya itu cuma disampaikan waktu pelantikan di Kecamatan, dan belum tentu semua anggota

Maujana ini punya pegangan undang-undang tadi termasuk sayalah, jadi kalo Begitu juga pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Wi selaku anggota

Maujana Nagori:

5

Hasil wawancara penulis dengan Bpk.Wi, tanggal 28 Februari 2017

6

Hasil wawancara penulis dengan Ketua Maujana Nagori, tanggal 14 Februari 2017.

7

Hasil wawancara penulis dengan Bpk.W, tanggal 15 Februari 2017

8

(34)

fungsi kami ini Maujana ya sering disampaikan aja sama Pangulu kalo memulai rapat-rapat .9

Selama dua tahun berjalan semenjak tahun 2015 kepengurusan kami

Maujana Nagori belum ada pelatihan ataupun bimtek yang kami ikuti. Ya sejauh ini kitapun masih banyak belajar dari Maujana yang lama karena mereka pastinya sudah mempunyai pengalaman selama menjabat sebagai Maujana.

Berdasarkan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan di atas dapat diketahui bahwa ternyata hanya sebagian Maujana Nagori yang mengetahui tentang rincian tugas pokok dan fungsinya dikarenakan tidak semua anggota

Maujana Nagori memiliki dokumen peraturan yang dapat dijadikan bahan bacaan ataupun panduan dalam melaksanakan Tupoksinya melainkan hanya didengar melalui penyampaian lisan oleh Pangulu dalam rapat-rapat yang diadakan oleh pemerintah Nagori.

Berdasarkan keterbatasan kapasitas pengetahuan yang dimiliki Maujana Nagori, maka diperlukan upayapeningkatan pengetahuan bagi Maujana Nagori

hal ini dapat dilakukan melalui proses pembelajaran langsung (Pendidikan) atau tidak langsung (pendampingan). Proses pendidikan ditujukan untuk memelihara potensi manusia dan untuk meningkatkan kualitas manusia. Dalam proses pendidikan terdapat dua kegiatan yaitu pembinaan dan pendampingan, dimana dengan tindakan yang dilakukan orang-orang dapat lebih berdaya guna dan mampu mengembangkan kemampuannya dalam rangka mencapai tujuan lembaga. Intinya dengan pendidikan, terjadi kegiatan pencerahan dan peningkatan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, Ketua Maujana Nagori mengutarakan jawabannya terkait pendidikan dan pelatihan yang sudah diberikan:

10

(35)

Dalam memperjelas pernyataan yang dikemukakan sebelumnya, Kasi PMD juga mengutarakan pendapatnya:

Sejauh ini belum ada karena prioritas pembangunan saat ini masih lebih difokuskan pada perbaikan infrastruktur Nagori. Tapi tentunya Maujana Nagori

ini pasti taunya Tupoksinya karena setelah keluar SK Maujana Nagori, mereka di lantik di Kecamatan pada bulan November 2015. Kalau upaya dalam bentuk pelatihan itu sudah pernah diselenggarakan oleh Pemkab melalui BPMPN di Simalungun City Hotel pada bulan November 2013 selama 6 hari, dalam rangka membenahi penataan pemerintahan. Tapi kalau untuk Maujana Nagori Mekar Sari yang baru terbetuk tahun 2015 setau saya belum ada bentuk pelatihannya. Tapi untuk kedepannya pelatihan itu mungkin akan diselenggarakan melalui diklat khusus Maujana Nagori apalagi menjelang pemilihan Pangulu.11

Kalau Bimtek untuk Maujana Nagori secara khusus belum pernah dilaksanakan, kalau upaya dari kami pemerintah Nagori program peningkatan kapasitas Maujana Nagori itu sudah kami masukan dalam RKPDes termasuklah didalamnya peningkatan kapasitas perangkat Nagori.

Pernyataan lainnya juga disampaikan oleh Pangulu Nagori Mekar Sari Raya :

12

Dari hasil kutipan wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa Maujana Nagori belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan maupun pelatihan semenjak dilantik pada bulan November tahun 2015. Dalam hal ini Pemerintah Nagori

sudah mengupayakan peningkatan kapasitas bagi Maujana Nagori dengan memasukan program tersebut dalam RKPDes tahun 2016. Namun menurut interpretasi peneliti, meskipun Pemerintah Nagori telah memasukan usulan program pengembangan Kapasitas Maujana Nagori kedalam RKPDes tahun 2016 namun apabila kesadaran dan komitmen dari Pemerintah Nagori sendiri, Maujana Nagori maupun masyarakat tidak ditumbuhkan terkait betapa pentingnya program yang harus diprioritaskan pada perbaikan sumber daya manusia, tentu hal ini tidak akan mampu mewujukan terealisasinya program yang telah diusulkan, karena

11

wawancara penulis dengan Kasi PMD, tanggal 6 Maret 2017.

12

(36)

sebuah program yang diusulkan harusnya tidak hanya sekedar dituangkan diatas kertas melainkan perlu dianalisis kebutuhannya, karena syarat dari pengembangan kapasitas salah satunya adalah adanya komitmen bersama antar Stakeholder yang terkait baik Pemerintah Nagori, Maujana Nagori, masyarakat maupun pemerintah Daerah sebagai fasilitator dalam kegiatan pengembangan kapasitas Maujana Nagori agar dapat berfungsi dengan optimal.

Dengan demikian agar pengembangan kapasitas bagi Maujana Nagori

tersebut dapat terwujud, baik Maujana Nagori maupun pemerintah Nagori perlu menyadarai akan pentinya pembangunan pada sektor non fisik yaitu memprioritaskan pengembangan kapasitas bagi Maujana Nagori sehingga perumusan visi dan misi Nagori bukan hanya formalitas belaka. Selain itu, pihak Kecamatan selaku fasilitator bagi Nagori Mekar Sari Raya perlu mengarahkan dan memberikan pandangan kepada Pemerintah Nagori, Maujana Nagori maupun masyarakat bahwa pengembangan kapasitas Maujana Nagori merupakan hal yang perlu dilakukan sehingga pembangunan yang dilaksanakan di Nagori benar-benar di kelola oleh sumber daya manusia yang berkualitas.

4.2.1.2 Keterampilan

Upaya pengembangan keterampilan dilatarbelakangi oleh kebutuhan, tuntutan, dan perkembangan lingkungan sehingga agar Maujana Nagori dapat benar-benar berfungsi, mau tidak mau pimpinan dan anggota Maujana Nagori

(37)

keterampilan dan keahlian secara memadai dalam mendesign sebuah peraturan, penguasaan teknis yang digunakan dalam melakukan pengawasan maupun kemampuan analisa yang baik dalam menampung aspirasi masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian dapat diketahui bahwa Maujana Nagori belum memiliki kemampuan teknis yang baik di bidang perencanaan, hal ini ditandai dengan jawaban yang dikemukakan oleh informan penelitian ternyata Maujana Nagori belum mengetahui cara membuat peraturan

Nagori, baik peraturan tentang RKPDes maupun APBDes dikarenakan mereka tidak pernah diajarkan cara menyusun dan merancang sebuah peraturan. Selama ini penetapan peraturan Nagori hanya diketahui oleh Pangulu, Sekretaris Desa,Ketua Maujana Nagori dan Sekretaris Maujana karena merekalah yang terlibat dalam menadatangani keputusan bersama Pangulu setelah dibahas dalam Musrenbang Nagori sementara proses pembuatan peraturan tersebut lebih diprakarsai oleh Pemerintah Nagori sebagaimana kutipan wawancara dengan Sekretaris Maujana Nagori:

Dalam pembuatan peraturan Nagori itu sebenarnya yang lebih banyak tau pemerintah Nagori karena peraturan itu saya lihat sudah bagus dan rapi karena sudah ada pendamping desa yang membantu proses penyusunan perencanaan, jadi saya pribadi pun tidak tau cara penyusunannya karena kita Maujana tidak pernah diajari untuk membuat ataupun menyusun peraturan, selama ini Cuma kita musyawarahkan aja peraturan itu bertentangan tidak dengan masyarakat, ya selanjuttnya rancangan itu nanti dituangkan dalam bentuk peraturan yang diketahui Pangulu, Ketua Maujana, dan saya sekretaris Maujana.13

Walaupun Maujana ini tidak ikut menyusun, tentunya Maujana Nagori ini tetap mengetahui perencanaannya karena kita undang Maujana Nagori ini dalam Musrenbang untuk sama-sama membahas apa yang mau kita prioritaskan. Jadi

Untuk mempertegas pernyataan tersebut Sekretaris Desajuga menyampaikan pendapatnya:

13

(38)

Rancangan peraturan itu pada dasarnya kami susun bersama Pangulu sesuai dengan sistematika atau format dari Kecamatan karena kita akui SDM kita disini istilahnya belum cukup profesional dalam menyusun dokumen perencanaan, jadi ini kita konsultasikan dengan yang lebih ahlinya seperti Pendamping Desa sehingga format perencanaan kita itu gak bersalahan saat kita kumpulkan ke Kecamatan.14

Maujana Nagori maupun Pendamping Desa ini sebenarnya adalah mitranya Pemerintah Nagori untuk mengkonsultasikan perencanaan, hanya saja menurut saya Maujana Nagori ini belum mempunyai Skill yang cukup baik dalam membuat perencanan karena memang belum ada bentuk pelatihan yang diberikan agar Maujana Nagori ini berkembang kemampuannya dan mengerti bagaimana caranya menyusun sebuah perencanaan contohnya saja menyusun RKPDes maupun RAPDes. Maka dari itu saya selaku pendamping lokal yang ditugaskan di Mekar Sari ini tujuannya adalah untuk membantu menyusun program pembangunan dan mendampingi Nagori agar Pemerintah Nagori ini mampu menetukan prioritas pembangunan yang akan dilakukan.

Pendamping Lokal Desa juga mengemukakan pendapatnya:

15

Berdasarkan hasil kutipan wawancara diatas, dapat diketahui bahwa kurangnya keterlibatan Maujana Nagori dalam penyusunan peraturan Nagori

karena selama ini belum ada program pelatihan yang diberikan kepada Maujana Nagori sehingga mereka belum memiliki keterampilan teknis dalam mendesign

perencanaan pembangunan seperti peraturan RKPDes dan RAPBDes sehingga mereka belum mengerti bagaimana cara membuat peraturan yang ada selama ini. Disamping itu, sumber daya manusia yang dimiliki Pemerintah Nagori juga belum cukup profesional dalam menyusun dokumen rancangan peraturan Nagori

(39)

Selanjutnya, keterampilan Maujana Nagori dalam melaksanakan fungsi pengawasan juga dapat dianalisis dengan mengetahui bagaimana teknik yang digunakan Maujana Nagori dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja

Pangulu. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan penelitan, bahwa pengawasan yang dilakukan Maujana Nagori yaitu masih bersifat pasif dan belum terstruktur sebagaimana diketahui berdasarkan kutipan wawancara yang dikemukakan oleh Ketua Maujana Nagori:

Kalau teknis dalam melakukan pengawasan gak ada kami standart bakunya, tapi ya kita lihat saja kinerja pangulu maupun pemerintah Nagori ini, sesuai nggak sama usulan masyarakat.Lagian kalau sudah dikonsultasikan sama pendamping desa maupun pihak Kecamatan pasti sudah bagus. Selama masyarakat itu gak ada komplain ya berarti kan peraturan itu udah bagus diterapkan dan bagi saya selama itu sesuai dengan masyarakat saya rasa gak perlu dipermasalahkan.16

Contohnya saat proyek pembangunan itu dilaksanakan di tiap-tiap dusun itu kan sudah ada plang anggarannya, jadi teknis yang saya gunakan dengan cara melihat langsung pekerjaan dilapangan. Ada 6 titik pembangunan di Nagori kita ini, di bahtangan ada 2 titik, bahsawah 2 titik, dan tanjung selamat 2 titik, dari kesemuanya itu mencapai totalnya 600 jutaan. Waktu Musrenbang januari 2017 kemarin kan juga sudah di tempel di dinding berapa berapa persen kegiatan pembangunan yang sudah selesai beserta penggunaan anggarannya.

Wakil ketua Maujana Nagori juga menyampaikan hal yang tidak jauh berbeda:

17

Ya sebetulnya dia mengawasi, cuman makanya tadi saya bilang kadang

Maujana itu tergantung sama kita. Makanya sebenarnya kita bukan istilahnya mau dikoreksi, cuman maunya pekerjaan kita inikan ditanya tapi Maujana ini kayak mana baiknya, kayak mana bagusnya apa yang dibuat Pemerintah udah bagusnya kan gitu.

Pernyataan yang lain juga disampaikan oleh Pangulu Nagori Mekar Sari Raya terkait fungsi pengawasan:

18

16

Hasil wawancara penulis dengan Ketua Maujana Nagori, tanggal 14 Februari 2017.

17

Hasil wawancara penulis dengan Wakil Ketua Maujana Nagori, tanggal 14 Februari 2017

18

(40)

Berdasarkan hasil kutipan wawancara diatas, dapat diketahui bahwa pengawasan yang dilakukan Maujana Nagori terhadap kinerja Pangulu masih bersifat pasif hal ini ditandai dengan respon Maujana Nagori yang cenderung menunggu keluhan ataupun laporan dari masyarakatterkait proyek pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, Maujana Nagori juga merespon positif terhadap pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan karena perencanaannya sudah dikonsultasikan dengan yang lebih ahli dibidang perencanaan seperti pendamping desa. Disamping itu, pengawasan yang dilakukan Maujana Nagori juga tidak berdasarkan standart pengawasan yang dapat digunakan dalam melakukan pengawasan sehingga pengawasan yang dilakukan cenderung tidak terstruktur, ada yang hanya menunggu laporan atau komentar dari masyarakat, ada sebagian anggota Maujana Nagori yang melakukan pengawasan dengan cara melihat langsung plang anggaran di lokasi pembangunan dan ada sebagian anggota

Maujana Nagori yang belum menyadari pentingnya pengawasan.

Keterampilan lain yang harus dimilki Maujana Nagori adalah keterampilan dalam menjaring aspirasi masyarakat Nagori, Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, cara yang dilakukan Maujana Nagori untuk mengetahui isu yang sedang berkembang di masyarakat yaitu dengan cara penyampaian langsung kepada Maujana Nagori baik saat ngobrol-ngobrol di warung, di ladang dan dimanapun Maujana Nagori dan masyarakat dapat berinteraksi serta saat musyawarah yang diadakan oleh Pemerintah Nagori.

Berikut kutipan wawancara dengan Ketua Maujana Nagori:

(41)

secara gak formalnya, tapi kalau yang formal ya waktu musyawarah dusun atau rapat nagori lah kita bahas bersama.19

Kalau menurut saya Maujana untuk menampung aspirasi nggak ada hal khusus yang dilakukan, saat ngobrol diwarung maupun musyawarah

Nagoriaspirasi itu bisa kita sampaikan. Tapi tentukan setiap anggota Maujana ini tentu beda-beda menanggapi aspirasi kita ini masyarakat, ada yang responnya positif ada yang kadang gak terlalu peduli, jadi kebanyak aspirasi masyarakat yang memang penting seperti pembangunan itu lebih sering di sampaikan dalam musyawarah Nagori.

Untuk mempertegas pernyataan tersebut, jawaban yang lain juga disampaikan oleh Tokoh masyarakat Nagori:

20

Kalau saya pribadimenyampaikan aspirasi apalagi masalah pendidikan untuk kampung kita ini sebenarnya saya lebih banyak sharing sama gamot dan Bapak Juni lah, karena beliau kan ketua yayasan sekaligus kaur disini, selain itu aspirasi yang memang penting saya sampaikan di Musdus kalau di undang dan dalam musyawarah itu adalah saya lihat Maujananya.

Pernyataan yang berbeda justru disampaikan oleh Ny. L selaku Tokoh Pendidikan juga menyampaikan jawabannya:

21

Berdasarkan hasil kutipan wawancara yang dikemukakan oleh informan diatas dapat diketahui bahwa dalam menjaring aspirasi masyarakat, Maujana Nagori tidak mempunyai alur atau prosedur tersendiri dalam menampung aspirasi masyarakat. Aspirasi masyarakat dapat disampaikan secara secara langsung saat bertemu dimana saja seperti di warung dan secara formal seperti Musrenbang

Nagori. Adapun kemampuan Maujana Nagori dalam merespon aspirasi masyarakat ini secara umum ditanggapi positif oleh masyarakat meskipun ada sebagaian anggota Maujana Nagori yang cenderung tidak terlalu peduli dalam memperhatikan aspirasi yang disampaikan masyarakat.

19

Hasil wawancara penulis dengan Ketua Maujana Nagori, tanggal 14 Februari 2017

20

Hasil wawancara penulis dengan tokoh masyarakat, tanggal 10 Februari 2017

21

(42)

4.2.1.3 Etika

Pengembangan etika erat kaitannya dengan perbaikan sikap, perilaku dan disiplin kerja. Etika diibaratkan sebagai unsur yang sangat melekat dalam menghasilkan kinerja individu. Pengembangan sikap, perilaku dan disiplin kerja dibutuhkan untuk mengarahkan dan merubah cara pandang, cara berpikir, dan berprilaku, sadar akan peran dan hak-hak serta kewajibannya sebagai anggota

Maujana Nagori dalam pembangunan dan berani dalam menggunakan hak-haknya bahwa Maujana Nagori adalah satuan organisasi yang senantiasa turut terlibat dalam proses pembangunan desa.

Sebagaiamana telah dibahas sebelumnya bahwa masih kurangnya perhatian berupa pendidikan dan pelatihan kepada Maujana membuat Maujana Nagori kurang percaya diri dalam menggunakan hak-haknya sebagai sebuah lembaga yang turut andil dalam proses perencanaan pembangunan hingga pada pengawasannya, hal ini juga ditandai dengan kurangnya inisiatif Mauajana Nagori sebagai contoh dalam melaksanakan fungsi pengawasan, Maujana Nagori

cenderung pasif dan hanya menunggu laporan dari masyarakat setempat, bahkan ada anggota yang sama sekali belum menyadari pentingnya fungsi pengawasan yang harusnya dilakukan sebagaimana kutipan wawancara yang dikemukakan oleh Bapak w salah satu anggota Maujana Nagori:

(43)

Selain itu adanya anggapan bahwa pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan Pangulu sudah tentu baik karena sudah dikonsultasikan kepada yang lebih ahli dibidangnya membuat Maujana Nagori pesimis sehinggakurang berinisiatif untuk mencari tau dan mempelajari bagaimana semestinya hak-hak

Maujana Nagori ini dapat digunakan dalam pembangunan desa. Dari uraian tersebut sebenernya dapat dikatakan bahwa etika Maujana Nagori dalam bekerja belum cukup baik. Adapun upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Nagori dalam memperbaiki etika Maujana Nagori dalam bekerja yaitu dengancara melibatkan

Maujana Nagori dalam setiap musyawarah Nagori dan menghimbau agar

Maujana Nagori juga aktif dalam kegiatan musyawarah. Sebagaimana kutipan wawancara yang disampaikan oleh Pangulu Nagori terkait etika kerja Maujana Nagori dan upaya yang sudah dilakukan:

Ya tidak terlalu aktif, karena mereka juga tidak banyak memberikan komentar atau masukan tehadap rancangan peraturan Nagori yang telah kita susun. Kalau upaya yang sudah kami lakukan, kami selalu mengundang mereka dalam musyawarah, dan sering juganya kami himbau agar Maujana aktif ketika rapat, dengan begitu secara tidak langsung sebenarnya itu tuntutan agar Maujana Nagori ini paham sama tugasnya.23

Namun demikian, berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap sikap

Maujana Nagori, Pemerintah Nagori belum serius dalam mengupayakan perbaikan pada etika kerja Maujana Nagori hal ini ditandai dengan sikap ketua

Maujana Nagori yang masih tampak kebingungan dalam membawakan agenda pembahasan usulan pembangunan Nagori tahun 2017. Dengan demikian, perbaikan etika yang dilakukan oleh Pemerintah Nagori kepada Maujana Nagori

tidak cukup hanya sebatas himbauan kepada Maujana Nagori agar aktif

23

(44)

keterlibatannya, melainkan pemerintah juga perlu menginfomasikan terlebih dahulu kepada pimpinan Maujana Nagori terkait apasaja agenda rapat yang akan dibahas sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

4.2.2 Keterkaitan Pengembangan Kapasitas Lembagadengan Optimalisasi Tupoksi Maujana Nagori dalam Pembangunan Desa

Aspek kelembagaan melipiuti seluruh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi. Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa pengembangan kapasitas organisasi terdiri dari dua unsur utama, yaitu unsur perangkat keras (hardware) dan unsur perangkat lunak (software). Unsur perangkat keras organisasi meliputi sarana dan prasarana fisik seperti infrastruktur (gedung), struktur organisasi, serta dukungan anggaran. Sedangkan perangkat lunak organisasi adalah kultur organisasi, prosedur kerja, dan sumber daya informasi yang dimiliki organisasi dalam proses ketatalaksanaan dan pengambilan keputusan.

Dengan demikian untuk menganalisis pengembangan kapasitas pada dimensi kelembagaan sesuai indikator yang dikemukakan oleh Leavit, maka pengembangan kapasitas dilakukan untuk memperkuat dan memperbaiki aspek Sumber daya organisasi, Ketatalaksanaan, strukutur dan sistem pengambilan keputusan sehingga organisasi mampu melaksanakan Tupoksinya secara optimal.

4.2.2.1 Sumber daya

(45)

bukan berupa faktor manusia, seperti kemampuan sarana dan prasarana atau infrastruktur dan keuangan sebagai penunjang terlaksananya kegiatan organisasi.

Pengembangan kapasitas sumber daya fisik ditekankan pada perbaikan kapasitas infrastruktur yang dibutuhkan organisasi untuk dapat mengembangkan kemampuan organisasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan penelitian, dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Maujana Nagori belum mampu memenuhi kebutuhan untuk melancarkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

Maujana Nagori. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ketua Maujana Nagori:

Kita bisa lihat sendiri sekretariat kita seperti apa, ruangannya pun di dalam kantor Pangulu bersebelahan dengan ruangan PKK, bisa jadi masyarakat pun nggak tau Maujana Nagori ini punya sekretariat atau tidak, tidak ada disediakan meja atau kursi apalagi komputer, jadi gimana kita mau kerja nggak ada fasilitas yang bisa kita gunakan di sekretariat itu.24

24

Hasil wawancara penulis dengan Ketua Maujana Nagori, tanggal 14 Februari 2017

Berdasarkan hasil pengamatan dan dokumentasi penulis selama di lokasi penelitian, peneliti juga menemukan kondisi sekretariat Maujana Nagori

(46)

Gambar 4. 2 Kondisi Fisik Sekretariat Maujana Nagori

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi tersebut dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana Maujana Nagori belum cukup baik dan masih sangat terbatas hanya berupa sarana gedung dan belum dilengkapi dengan prasarana yang dapat digunakan Maujana Nagori dalam memperlancar pekerjaanya. Adapun sarana dan prasarana yang belum terpenuhi seperti fasilitas ruang kerja yang belum dilengkapi dengan peralatan seperti komputer, meja, kursi, dan lain sebagainya.

(47)

kegiatan yang diterima oleh Maujana Nagori sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua Maujana Nagori:

Sejauh ini tidak pernah ada tunjangan operasional yang kita terima untuk memperlancar kegiatan Maujana selain insentif saja yaitu sebesar Rp.400.000/bulan yang diperuntukkan untuk kesejahteraan kita Maujana ini, dan itupun tentunya tidak dapat dikatakan penghasilan pokok kita karena Maujana ini istilahnya Cuma pengabdian sama masyarakat ajanya karna kita mewakili mereka diluar itu kita fokus sama pekerjaan masing-masing seperti bertani dan lain-lain.”

Berdasarkan telaah dokumentasi RKPDes 2016, Maujana Nagori harusnya mendapatkan besaran tunjangan operasional sebesar 500.000/tahun dalam memperlancar dan mendukung kinerjanya, namun justru pengalokasiannya dimanfaatkan untuk keperluan ATK dan biaya konsumsi rapat Nagori, dan setelah dilakukan wawancara lebih mendalam ternyata keterbatasan anggaran yang juga dialami Pemerintah Nagori membuat pemerintah Nagori belum mampu mengupayakan perbaikan sarana dan prasarana yang memadai untuk Maujana Nagori, sebagaimana pernyataan yang diungkapkan oleh Pangulu Nagori:

Sebenarnya kalau dibilang bukan hanya sarana dan prasarana Maujana Nagori saja yang harus diupayakan, karena meskipun anggaran itu tertera dan kita rencanakan, nyatanya belum tentu itu cair dari pemerintah, karena itu kan bersumber dari APBD, jadi kalau dana ini tidak cair bagaimana kita mengusahakan uang untuk menyediakan konsumsi rapat, sementara kita gak punya sumber pendapatan yang memang berasal dari aset Nagori.25

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diatas, maka penulis menginterpretasikan bahwa Pemerintah Nagori belum mengupayakan perbaiakan sarana dan prasarana yang memadai bagi terlaksananya kegiatan

Maujana Nagori, hal ini ditandai dengan belum sesuainya pengalokasian tunjangan operasional sebesar Rp.500.000/ tahun yang harus diperuntukkan dalam

25

(48)

memperlancar kerja Maujana Nagori justru dialokasikan untuk pembiayaan rapat

Nagori. Dengan demikian, dibutuhkan segenap perhatian dari pemerintah Nagori

maupun pemerintah daerah akan hak yang harus diberikan kepada Maujana Nagori dalam memperlancar kinerjanya karena dengan tersedianya prasarana yang memadai tentu akan menambah semangat Maujana Nagori untuk dapat memperbaiki kinerjanya.

4.2.2.2 Ketatalaksanaan

Kapasitas proses ketatalaksanaan sangat penting dalam menentukan keberhasilan organisasi dalam mencapai visi dan misinya. Ketersediaan dokumen proses operasional menjadi pedoman bagi pegawai dalam melaksanakan pekerjaan mereka sehari-hari, sekaligus menjadi panduan bagi Maujana Nagori

untuk menjaga konsistensi kinerjanya. Berdasarkan Perda Kabupaten Simalungun, tata mekanisme kerja Maujana Nagori telah diatur dalam Pasal 119 Perda Kabupaten Simalungun No. 13 tahun 2006 yaitu sebagai berikut:

(1) Rapat Maujana Nagori diadakan dalam hal penetapan peraturan Nagori yang bersifatinsidentil, pemilihan Pangulu, laporan keterangan pertanggung jawaban Pangulu dan kebijakan Pangulu lainnya.

(2) Penetapan rapat Maujana Nagori sekurang kurangnya 1 (satu) kali dalam satu tahun.

(3) Rapat Maujana dipimpin oleh salah seorang unsure pimpinan Maujana Nagori.

(4) Pengturan tata tertib dan mekanisme kerja Maujana Nagori akan diatur dengan keputusan Kepala Daerah.

(5) Pengambilan keputusan dinyatakan syah apabila disetujui sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)dari jumlah yang hadir.

Terkait dengan pelaksanaan prosedur kerja Maujana Nagori, Ketua

Maujana Nagori mengutarakan jawabannya:

(49)

luar itu kita belum pernah buat rapat secara khusus Maujananya saja karena gak ada agenda yang mau kita bahas. Tapi untuk kedepannya rapat itu akan kita buat apalagi menjelang pemilihan Pangulu.26

Jawaban yang berbeda justru disampaikan oleh Bapak S salah satu anggota

Maujana Nagori: “Ya sejauh ini apapun kegiatan di Nagori ini, kita Maujana

selalu bersedia dan siap bila diikutsertakan. Tapi kalau prosedur formalnya gitu saya kurang tau. ”27

Berdasarkan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa prosedur kerja Maujana Nagori yang telah diatur secara khusus dalam Perda Kabupaten Simalungun No. 13 tahun 2006 ini belum dilaksanakan sepenuhnya oleh Maujana Nagori, hal ini ditandai dengan belum diterapkannya prosedur formal yang dijadikan pedoman dalam melakukan mekanisme musyawarah,sejauh ini Maujana Nagori hanya mengikuti kegiatan Musrenbang yang diadakan oleh Pemerintah Nagori dan belum pernah mengadakan rapat internal secara khusus untuk membahas dan mempersiapkan mekanisme musyawarah seperti kegiatan musyawarah terkait laporan keterangan pertanggungjawaban Pangulu yang seharusnya laporan ini disampaikan dan dibahas setiap akhir tahun anggaran, sehingga dapat dikatakan kegiatan yang selama ini dilakukan Maujana Nagori cenderung tidak terstrukur terlebih lagi tidak semua anggota Maujana Nagori memahami ketentuan tentang Tupoksi

Maujana Nagori. Namun demikian, untuk kedepannya Maujana Nagori akan mengadakan rapat internal guna mempersiapkan panitia pemilihan Pangulu.

26

Hasil wawancara penulis dengan Ketua Maujana Nagori, tanggal 14 Februari 2017.

27

(50)

4.2.2.3 Struktur

Struktur pada dasarnya merupakan ciri organisasi untuk mengendalikan atau membedakan semua bagian. Adanya struktur akan memudahkan organisasi dalam mengendalikan perilaku anggota dan pimpinan, dalam arti anggota

Maujana Nagori tidak mampu membuat pilahan yang mutlak dalam melakukan sesuatu pekerjaan dan cara mengerjakannya. Di samping itu struktur juga mempengaruhi perilaku dan fungsi kegiatan dalam organisasi. Sehingga untuk dapat menciptakan efektifitas dan efesiensi organisasi diperlukan keputusan dengan mendesain struktur organisasi. Keputusan desain organisasi berupa pembagian kerja, pendelegasian wewenang, dan rentang kendali yang menghasilkan struktur organisasi dengan mempertimbangkan kualifikasi pendidikan, prestasi, perilaku, dan motivasi.

Kualitas sumber daya manusia yang menduduki jabatan dalam struktur

(51)

Tabel 4. 7Jenjang Pendidikan MaujanaNagori Mekar Sari Raya

No Nama Jabatan Pendidikan

1 Ngatino Ketua Maujana S1

2 Japutih Sinaga Wakil Ketua Maujana SMA

3 Ramli Sekretaris Maujana S1

4 Widayatmo Anggota SMA

5 Pardamean Silalahi Anggota SMK

6 Wagiran Anggota SMP

7 Suyadi Anggota SMA

Sumber: Penelitian 2017

Dari data diatas menunjukkan bahwa jabatan dalam struktur Maujana Nagori Mekar Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun diisi berdasarkan latar belakang pendidikan Sarjana sebanyak 2 orang, SMA/Sederajat sebanyak 4 orang dan SMP hanya 1 orang. Namun dalam struktur kepengurusan

Maujana Nagori di Mekar Sari Raya telah memenuhi mekanisme persyaratan sesuai dengan Perda Kabupaten Simalungun No. 13 Tahun 2006 bahwa pengisian Anggota Maujana Nagori adalah wakil dari penduduk Nagori bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah (Huta) dan melalui pemilihannya melalui mekanisme musyawarah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian juga dapat diketahui bahwa penempatan orang-orang dalam struktur Maujana Nagori ini sudah mempertimbangkan jenjang pendidikan yang dimiliki, namun berhubung

(52)

Maujana inikan wakil masyarakat, jadi sistem pemilihan kita waktu itu berdasarkan hasil musyawarah Nagori, jadi yang kita pertimbangkan bukan Cuma pendidikannya saja, tapi pengaruhnya di masyarakat juga, contohnya saya, saya ini Cuma tamatan S1 di bidang perbandingan hukum islam, jadi sebenarrnya tugas

Maujana ini tidak sesuai dengan bidang saya, tapi karena sumber daya di Nagori

kita yang tamatan sarjana itu masih minim dan sedikit pula yang antusias dalam kepengurusan ini, maka hasil kesepakatan musyawarah kita waktu itu berdasarkan ketersediaan kita lah yang jadi Maujana sekarang ini.28

Kalau pemilihannya berdasarkan musyawarah Nagori. Jadi yang dipertimbangkan selain pendidikan yang lebih penting juga pengalam, seperti sayalah sebelum jadi Maujana saya aktif di kegiatan sosial keagamaan, jadi berdasarkan pengalaman saya di masyarakat, kita sepakati siapa yang jadi ketua, wakil ketua maupun sekretarisnya.

Pengalaman juga merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam mekanisme pemilihan anggota Maujana Nagori seperti pernyataan yang disampaikan oleh Sekretaris Maujana Nagori:

29

Berdasarkan hasil kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam perekrutan Maujana Nagori, faktor kualifikasi pendidikan yang sesuai bukan prioritas dalam pemilihan anggota Maujana Nagori dikarenakan minimnya SDM yang lulusan sarjana di Nagori Mekar Sari Raya, oleh karena itu faktor lain yang dipertimbangkan dalam penempatan orang-orang dalam struktur Maujana Nagori

dipertimbangkan dari minat atau ketersediaannya dan pengaruhn seseorang tersebut dimasyaraat, seperti keaktifan kegiatan sosial keagamaan yang dilakukan dengan masyarakat serta kedekatan dalam menjalin hubungan dengan masyarakat, mengingat bahwa penduduk Nagori pada umumnya sistem kekerabatannya masih kuat, dengan hal ini tentu Maujana Nagori dapat dengan mudah berinteraksi dengan masyarakat Nagori.

Gambar

Gambar 3. 1Pekerjaan Rabat Beton dan Parit Pasangan di Huta Bahsawah
Tabel 3. 1 Informan Penelitian
Gambar 4. 1 Peta Nagori Mekar Sari Raya
Tabel 4. 1Pembagian Wilayah Nagori Mekar Sari Raya
+7

Referensi

Dokumen terkait