BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses menuamerupakan proses alami yang akandihadapi oleh setiap manusia dan tidak dapat dihindarkan. Kondisi-kondisi khas dapat muncul pada masa lansia.Kondisi tersebut merupakan penurunan dalam berbagai hal, yakni penurunan kemampuan fisik dan penurunan aktivitas fisik karena berbagai gejala penyakit degeneratif, mulai berhenti bekerja, serta mulai ditinggalkan oleh anak-anak mereka.Kondisi ini sering menimbulkan perasaan kesepian, tidak berguna dan tidak diperlukan oleh lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Septiningsih & Na’imah(2012) tentang kesepian pada lansia,bahwa faktor munculnya kesepian pada lansia yakni, kehilangan figur yang dapat memberikan perhatian, kehilangan integrasi sosial baik tidak adanya teman berkomunikasi, maupun keinginan untuk berkomunikasi, kondisi fisik yang menurun, serta ditinggal oleh orang-orang yang dicintainya, seperti meninggal dunia, maupun bekerja dalam waktu panjang sehingga usia lanjut sendirian dirumah. Perubahan yang dialami lansia tersebut dapatmenimbulkan respon stres.
perilaku. Reaksi tersebut dapat menyebabkan penurunan kesehatan dan perubahan pada diri seseorang, terutama bagi lansia.Perubahan tersebut dapat berupa insomnia, kelelahan, cepat marah atau mudah tersinggung, ingatan melemah, tidak mampu berkonsentrasi, frustasi, cemas, ketidakberdayaan atau keputusasaan, depresi dan kehilangan semangat (Nasir & Muhith, 2011).
Stres dapat menjadi penyebab awal dari gangguan kesehatan yang serius dan menyebabkan kematian pada seseorang. Hal ini sesuai dengan pengamatan Hans Selye (1956) dalam Rasmun (2009), tentang gejala spesifik dari stres psikologis terhadap perubahan tubuh seseorang, dimana terjadi perubahan yang signifikan antara stres psikologis yang dirasakan dengan timbulnya penyakit perlukaan pada lambung dan usus dua belas jari, perubahan hormon endokrin, dan meningkatnya tekanan darah. Sulastri (2015) dalam penelitiannya tentang hubungan antara stres dan riwayat kontrol dengan kekambuhan hipertensi pada lansia, menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat stres responden makasemakin sering tingkat kekambuhannya. Satu dari 23 orang lansia dengan tingkat stres ringan, mengalami kekambuhan penyakit hipertensi , sedangkan pada tingkat stres sedang terdapat 36 dari 41 orang lansia yang mengalami kekambuhan. Koping yang baik menjadi hal yang dibutuhkan untuk mencegah hal tersebut.
merugikan diri sendiri, dimana individu menjadi stres berkepanjangan sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi terhadap penyakit yang diderita.
Tuntutan dari dunia yang semakin modern membuat lansia seringkali dianggap sebagai hambatan bagi keluarga, sehingga tidak jarang anggota keluarga menitipkan para lansia pada panti wreda.Lansia yang masuk dan tinggal di panti wredaakan mengalami perubahan perubahan sosial dalam hidupnya. Lansiaakan bertemu dengan teman sebayanya yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Lansia tersebut harus beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan kelompok sosial yang baru.Lansia yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan merasa kesepian dan kesejahteraan mereka akan menurun.
Lansia yang tinggal di panti wreda biasanya mengalami kesulitan pada penyesuaian diri dengan peran sosial dengan baik.Hal tersebut didukung dengan penelitian Wreksoatmodjo (2013), bahwa social engagement( hubungan sosial ) lansia yang tinggal di panti wreda lebih buruk dibandingkan dengan yang tinggal bersama keluarga. Persentase karakteristik social engagement lansia di panti wreda yaitu 89.5 % buruk dan 10.5 % baik, sedangkan lansia yang tinggal dengan keluarga yaitu 16.2 % buruk dan 83.8 % baik.
anggota keluarga, perubahan dalam pilihan maupun kuantitas olahraga maupun rekreasi serta perubahan dalam status pekerjaan.
Setelah melakukan survei awal pada bulan Oktober 2016 di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan, diperoleh data bahwa terdapat 80 orang lansia yang tinggal disana. Kegiatan untuk lansia diatur sesuai jadwal kegiatan harian dan dilakukan secara rutinitas.Dukungan keluarga sangat dibutuhkan pada lansia yang tinggal di panti wreda, namun ketika melakukan survey awal, terdapat lansia yang jarang dikunjungi keluarganya sehingga merasa kesepian.Dan hal tersebut ditengarai dapat memicu stres pada lansia.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana mekanisme koping lansia dalam menghadapi stres di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akandiangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanamekanisme koping lansia dalam menghadapi stres di Graha Residen SeniorKarya Kasih Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi mekanisme koping lansia dalam menghadapi stres di Graha Residen SeniorKarya Kasih Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Penelitian Keperawatan
Diharapkan dapat menjadi sumber data tambahan bagi penelitian selanjutnyayang berkaitan dengan mekanisme koping lansia terhadap stres. 1.4.2. Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi peningkatan kualitas pendidikan baik keperawatan jiwa, komunitas, dan gerontologi dalam hal Asuhan Keperawatan.
1.4.3. Institusi Kesehatan Setempat