• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang NAPZA di Sekolah MAN Aek Natas Kabupaten Labuhan Batu Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang NAPZA di Sekolah MAN Aek Natas Kabupaten Labuhan Batu Utara"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.1 Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin (adolescere) (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 2015).

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda dan akhir. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat defenisi tentang remaja yaitu:

1. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefenisikan remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun dan umur 12-20 tahun anak laki- laki.

2. Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. 3. Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah

mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal.

(2)

5. Menurut dinas kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah. 6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun

(Soetjiningsih, 2010)

2.1.2 Tahap-tahap Perkembangan Remaja

1. Remaja awal (early adolescent) : umur 11-13 tahun

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terpengaruh dengan ajakan teman sebayanya. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti.

2. Remaja menengah (middle adolescent) : umur 14-16 tahun

(3)

ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan.

3. Remaja akhir (late adolescent) : umur 17-20 tahun

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu:

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

e. Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (Soetjiningsih, 2010).

Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.

(4)

ditimbulkan oleh masalah sosial di masyarakat. Apabila masyarakat atau orang tua menolak kehadiran para remaja untuk berperan dalam kehidupan masyarakat, maka remaja akan dapat berbuat hal-hal yang tidak dikehendaki oleh masyarakat, berbuat hal-hal yang dapat menarik perhatian, yang pada dasarnya para remaja ini menghendaki adanya pengertian dari eksistensinya dalam kehidupan bermasyarakat ini. Oleh karena itu, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat luas perlu dimengerti bahwa remaja membutuhkan pengakuan akan keberadaannya dan karena itu diperlukan perhatian serta bimbingan yang cukup buatnya.

2.1.3 Ciri-ciri masa remaja

1. Masa remaja sebagai periode yang penting

a. Semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun kadar kepentingannya berbeda-beda. Ada beberapa periode yang lebih penting daripada beberapa periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada lagi yang penting karena akibat-akibat jangka panjangnya. Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada beberapa periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Pada periode remaja keduanya sama-sama penting. 2. Masa remaja sebagai periode peralihan

(5)

remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk “bertindak sesuai umurnya”. Kalau remaja berusaha berperilaku seperti orang dewasa, ia sering dituduh “terlalu besar untuk celananya” dan dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mecoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku,nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya. 3. Masa remaja sebagai periode perubahan

a. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat.perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun.

(6)

Keempat, remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.

4. Masa remaja sebagai usia bermasalah

a. Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.

5. Masa remaja sebagai masa menjadi identitas

a. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan, lambat launmereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

(7)

membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

a. Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang dia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang di tetapkan sendiri.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

(8)

2.1.4 Tumbuh Kembang Remaja

Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang remaja, merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap remaja.

1. Perkembangan dan proses perubahan pada masa remaja

Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri, yang bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada masa remaja perubahan-perubahan besar terjadi dalam kedua aspek yang bersifat fisiologis maupun psikologis. Proses perubahan tersebut dan interaksi antara beberapa aspek yang berubah selama masa remaja meliputi perubahan fisik, emosional, kognitif, spiritual dan psikososial.

a. Perkembangan dan perubahan fisik

(9)

tahun pada pria. Hormon-hormon baru diproduksi oleh kelenjar endokrin dan memberikan perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Gejala ini memberikan isyarat bahwa fungsi reproduksi atau kemampuan untuk menghasilkan keturunan sudah mulai bekerja. Pertumbuhan fisik, baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Pada masa remaja, keadaan fisik dipandang sebagai hal yang penting. Oleh karena itu, ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dan self picture), dia merasa tidak puas dan kurang percaya diri (Marliani, 2016).

b. Perkembangan dan Perubahan Emosional

Akibat langsung dari perubahan fisik dari perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat dari perubahan fisik dan hormonal dan pengaruh lingkungan yang terkait dengan perubahan badaniah.

(10)

perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, yang selama masa kanak-kanak, mereka tidak didipersiapkan untuk menghadapi keadaan-keadaan tersebut. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah cinta/kasih, gembira, amarah,takut dan cemas, cemburu, sedih dan lain-lain (Marliani, 2016).

c. Perkembangan dan Perubahan Kognitif

Piaget (1972) mengemukakan bahwa perubahan dalam berfikir ini sebagai tahap terakhir yang disebut sebagai tahap formal operation dalam perkembangan kognitifnya. Dalam tahapan yang bermula pada usia 11-12 tahun ini, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak, hipotesis dan kontrafaktual yang pada memberikan peluang bagi individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal, yang berkaitan dengan kondisi masyarakat, diri sendiri, aturan-aturan orangtua atau apa yang akan dia dilakukan dalam hidupnya (Agustiani, 2006).

d. Perkembangan dan Perubahan Spiritual

(11)

perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya.

Pada masa ini, remaja berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensinya. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya. Remaja masa kini menaruh minat pada agamadan mangangap bahwa agama berperan penting dalam kehidupan. Minat tersebut tampak dengan keinginan kuat pada remaja untuk membahas masalah agama, mengikuti pelajaran agama di sekolah dan perguruan tinggi, mengunjungi tempat ibadah, dan mengikuti berbagai upacara agama (Marliani, 2016).

e. Perkembangan dan Perubahan Psikososial

Semua perubahan yang terjadi dalam waktu yang singkat ini membawa akibat bahwa fokus utama dari perhatian remaja adalah dirinya sendiri. Pada saat di mana remaja sangat tidak siap untuk berkuat dengan kerumitan dan ketidakpastian, berikutnya muncul faktor-faktor lain yang menimpa dirinya. Remaja dalam masyarakat kita secara tipikal dituntut untuk membuat satu pilihan, suatu keputusan tentang apa yang akan dia lakukan bila dewasa.

(12)

mereka jalankan tanpa menyelesaikan beberapa pertanyaan lain tentang dirinya sendiri. Perasaan tertentu yang berada dalam suatu krisis bisa muncul, krisis yang membutuhkan jawaban yang tepat tentang siapa sebenarnya dirinya (Aguatiani, 2006).

Menurut Erikson (1968, dalam Agustina, 2006) dilemma tersebut sebagai krisis identitas. Seorang remaja bukan sekedar mempertanyakan siapa dirinya, tapi bagaimana dan dalam konteks apa atau dalam kelompok apa dia bisa menjadi bermakna dan dimaknakan. Erikson juga mengungkapkan masa remaja merupakan tahap perkembangan lainnya karena orang harus mencapai tingkat identitas tingkat ego yang cukup baik.tahap ini merupakan masa standardisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, usia, dan kegiatan. Teman sebaya dipandang sebagai teman senasib, partner, dan saingan. Melalui kehidupan berkelompok ini, remaja bereksperimen dengan peranan dan dapat menyalurkan diri. Remaja memilih orang-orang dewasa yang penting baginya yang dapat mereka percayai dan tempat mereka berpaling saat krisis (Nasir & Muhith, 2006).

2.1.5 Tugas Perkembangan Remaja

(13)

a. Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin.

b. Mencapai peran sosial feminim atau maskulin.

c. Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif. d. Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab

secara sosial.

e. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.

f. Mempersiapkan untuk karir ekonomi.

g. Mempersiapkan untuk menikah dan berkeluarga

h. Memperoleh suatu set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku (Sumiati, 2009).

2.2 NAPZA

2.2.1. Definisi NAPZA

(14)

2.2.2 Jenis-jenis Napza

1. Narkotika (UU No 35 Tahun 2009)

Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dapat dibedakan kedalam beberapa golongan yaitu :

a. Narkotika Golongan I :

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contohnya adalah heroin/putauw, kokain, ganja).

b. Narkotika Golongan II :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin).

c. Narkotika Golongan III :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).

(15)

2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut

a. Psikotropika golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)

b. Psikotropika golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuatmengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh: amfetamin, metilfenidat atau ritalin)

c. Psikotropika golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).

d. Psikotropika golongan IV

(16)

bromazepam, Fenobarbital, klonazepam,klordiazepoxide, nitrazepam,seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).

Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain : Psikostimulansia(amfetamin, ekstasi, shabu), Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur), Halusinogenika (Iysergic acid dyethylamide (LSD), Mushroom).

3. Zat Adiktif lainnya

Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika yaitu antara lain :

a. Minuman Beralkohol

Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/ zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minumanberakohol, yaitu :

a. Golongan A: kadar etanol 1-5%, (Bir)

b. Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur) c. Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson

House, Johny Walker, Kamput.) b. Inhalansia

(17)

2.2.3. Klasifikasi NAPZA

Pengolongan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) didasarkan atas pengaruhnya terhadap tubuh manusia.

1. Opiates (opiat)

Opiod mengurangi rasa nyeri dan menyebabkan mengantuk atau turunya kesadaran. Contohnya adalah opium, morfin, heroin dan petidin.

2. Ganja.

Ganja menyebabkan perasaan riang, meningkatkan daya khayal dan berubahnya perasaan waktu.

3. Kokain.

Kokain dan daun koka tergolong dalam stimulan meningkatkan aktivitas otak atau fungsi organ lain.

4. Golongan amfetamin (stimulan).

Contohnya adalah amfetamin, ekstasi dan shabu. 5. Alkohol

Alkohol terdapat dalam minuman keras menyebabkan ataxia. 6. Halusinogen

Menyebabkan halusinasi (khayalan), Contohnya (lysergic acid diethylamide). 7. Sedative dan hipnotika

Obat penenang atau obat tidur. 8. Solvent dan inhalasi.

(18)

9. Nikotin.

Terdapat pada tembakau (termasuk stimulan) 10.Kafein (stimulansia).

Terdapat dalam kopi, berbagai jenis obat penghilang rasa sakit atau nyeri dan minuman cola (WHO, 2011).

2.2.4 Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA pada seseorang. Berdasarkan pendekatan kesehatan masyarakat, faktor-faktor penyebab timbulnya penyalahgunaan NAPZA terdiri dari :

1. Faktor zat

Tidak semua zat yang digunakan akan memberikan pengaruh yang sama bagi pemakai, dalam hal ini hanya pengaruh obat dengan pengaruh farmakologik tertentu yang akan menimbulkan gangguan penyalahgunaan NAPZA, baik yang menimbulkan ketergantungan maupun tidak menimbulkan ketergantungan.

2. Faktor individu

Tiap individu memiliki perbedaan tingkat resiko untuk menyalahgunakan NAPZA. Faktor yang mempengaruhi individu terdiri dari faktor kepribadian dan faktor konstitusi.

3. Faktor lingkungan sosial

(19)

kurang harmonis, lingkungan pergaulan individu, komunikasi orang tua dan anak kurang baik, orang tua yang bercerai atau kawin lagi, orang tua terlampau sibuk, orang tua yang acuh dan otoriter, kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya dan kurangnya kehidupan beragama.

Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selau membuat seseorang kelak menjadi penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktor-faktor diatas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA. Penyalahguna NAPZA harus dipelajari kasus demi kasus.Faktor individu, faktor lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan tidak selalu sama besar perannya dalam menyebabkan seseorang menyalahgunakan NAPZA. Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang berasal dari keluarga yang harmonis dan cukup komunikatif menjadi penyalahguna NAPZA (Sumiati, dkk, 2009).

2.2.5Bahaya Penyalahgunaan NAPZA

Bahaya penyalahgunaan NAPZA (BNN, 2009) adalah : 1. Bahaya terhadap diri pemakai

a. Merubah kepribadian si pemakai

b. Merubah perilaku menjadi masa bodoh, pemurung, pemarah dan melawan terhadap siapapun

c. Semangat kerja atau semangat belajar menurun, suatu saat bersikap seperti orang yang mengalami gangguan jiwa

d. Tidak ragu melanggar norma masyarakat

(20)

2. Bahaya terhadap keluarga

a. Tidak segan mencuri uang dan barang keluarga untuk membeli NAPZA b. Tidak sopan dan melawan orang tua

c. Tidak menghargai harta untuk keluarga (merusak barang) d. Mencemarkan nama baik keluarga

3. Bahaya terhadap lingkungan masyarakat

a. Berbuat tidak senonoh (mesum)dengan orang lain

b. Mengambil dan mencuri harta milik tetangga atau orang lain c. Mengganggu ketertiban umum

d. Tidak merasa menyesal apalagi melakukan kesalahan atau pelanggaran 4. Bahaya terhadap bangsa dan negara

a. Rusaknya mental dan fisik generasi muda b. Kehilangan rasa patriotisme dan cinta bangsa

c. Dipengaruhi pihak lain untuk menghancurkan negara

2.2.6 Dampak Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA

Penggunaan NAPZA dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi: 1. Kesehatan

(21)

pemakaian NAPZA melalui jarum suntik bersama dengan orang yang sudah terinfeksi HIV). Juga banyak remaja meninggal karena penyakit, kecelakaan dan perkelahian akibat pengaruh NAPZA.

2. Pendidikan

Misalnya kebiasaan malas, sering bolos, dikeluarkan dari sekolah 3. Pekerjaan

Misalnya konflik dengan teman kerja, tidak masuk kantor, pemutusan hubungan kerja (PHK)

4. Ekonomi

Misalnya kerugian materi yang mengakibatkan kemiskinan 5. Sosial dan Psikologis

Ketergantungan pada NAPZA menyebabkan orang tidak lagi dapat berpikir dan berperilaku normal. Perasaan, pikiran dan perilakunya dipengaruhi oleh zat yang dipakainya. Berbagai gangguan psikis atau kejiwaan yang sering dialami oleh mereka yang menyalahgunakan NAPZA antar lain rasa tertekan, cemas, ketakutan, ingin bunuh diri, kasar, marah agresif pergaulan yang terbatas karena lebih mudah bergaul dengan sesama pengguna NAPZA. Gangguan psikologis yang paling jelas adalah pengguna tidak bisa mengendalikan diri untuk terus menerus menggunakan NAPZA.

6. Hukum

(22)

2.2.7 Upaya Pencegahan penyalahgunaan NAPZA

Ada beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada penyalahgunaan NAPZA yaitu:

1. Pencegahan primer

Yang menjadi sarana adalah pada kelompok remaja atau orang-orang yang belum menggunakan NAPZA dapat dilakukan penyuluhan mengenai bahaya napza dan kerugian akibat penyalahgunaan NAPZA

2. Pencegahan sekunder

Yang menjadi sasaran orang-orang yang menggunakan NAPZA yang masih dalam tahap dini untuk segera mendapatkan pengobatan yang tepat agar dapat terbebas dari efek ketergantungan zat tersebut.

3. Pencegahan tertier

Yang menjadi sasaran adalah pada pengguna NAPZA yang sudah kecanduan berat, dalam pencegahan disini selain pengobatan juga harus ditempuh dengan usaha-usaha rehabilitasi fisik, mental, dan sosial, sehingga dapat sehat kembali. Dengan kondisi sehat diharapkan dapat berfungsi kembali dalam kehidupan sehari-hari secara fisik, mental dan interksi sosial sesama masyarakat dilingkungannya.

2.3. Terapi dan Rehabilitasi

2.3.1 Terapi

(23)

komplikasi medik seperti gangguan mental organik yang hampir selalu dijumpai pada pasien pengguna zat.

Terapi tersebut terdiri dari 2 tahap yaitu detoksifikasi dan pasca detoksifikasi (pemantapan) yang mencakup komponen-komponen sebagai berikut:

1. Terapi medik-psikiatrik (Detoksidikasi tanpa anastesi dan substitusi) Terapi (detoksifikasi) adalah bentuk terapi untuk menghilangkan “racun” (toksin) NAPZA dari tubuh pasien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA. Metode detoksifikasi ini tidak hanya dapat berlaku untuk NAPZA jenis heroin (putaw) saja melainkan juga berlaku untuk jenis zat-zat lainnya misalnya cannabis (ganja), kokain, alkohol, amphetamin (shabu-shabu, ekstasi) dan zat adiktif lainnya. NAPZA dapat mengganggu sistem neuro –transmitter dalam susunan saraf pusat (otak).

2. Terapi medik somatik (komplikasi medik)

Yang dimaksud dengan terapi medik somatik adalah penggunaan obat-obatan yang berkhasiat terhadap kelainan-kelainan fisik sebagai akibat dilepaskannya NAPZA. Termasuk dalam terapi medik somatik ini adalah larangan merokok dan mengkonsumsi alkohol bagi pasien pengguna pemakai NAPZA.

3. Terapi psikoreligius

(24)

memperkuat rasa percaya diri (self confidence), harapan (hope), dan keimanan (faith).

4. Terapi psikososial

Terapi psikososial adalah upaya untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi penyalahguna NAPZA kedalam kehidupan sehari-hari. Dengan terapi psikososial ini perilaku anti sosial tersebut dapat berubah menjadi perilaku yang secara sosial dapat diterima (adaptive behavior)(Hawari, 2006).

2.3.2 Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah bukan sekedar memulihkan kesehatan semula si pemakai, melainkan memulihkan serta menyehatkan seseorang secara utuh dan menyuruh. Rehabilitasi korban narkoba adalah proses yang menyeluruh dan berkelanjutan. Karena itu rehabilitasi yang dilakukan harus meliputi usaha-usaha untuk mendukung para korban, hari demi hari, dalam membuat pengembangan dan pengisian hidup secara bermakna serta berkualitas di bidang fisik, mental, spiritual dan sosial. Dengan kondisi yang sehat tersebut diharapkan mereka mapu kembali ke fungsi wajar dalam kehidupannya sehari-sehari baik di rumah, di sekolah/kampus, tempat kerja dan lingkungan sosialnya (Hawari, 2006).

2.4. Pengetahuan

2.4.1 Pengertian Pengetahuan

(25)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan untuk merubah pengetahuan, sikap dan prilaku adalah dengan pendidikan dan pelatihan. Menurut Vener dan Davison yang dikutip oleh Notoadmodjo mengatakan bahwa usia mempengaruhi proses belajar, karena dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan mulai bergerak makin jauh. Dengan bertambahnya usia, kemampuan menerima sesuatu makin berkurang sehingga pembicaraan orang lain terlalu cepat sukar ditangkapnya. Dengan kata lain, makin bertambahnya usia maka kemampuan menerima stimulus makin berkurang.

Pengetahuan secara kognitif mempunyai 6 tingkatan meliputi :

1. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. 2. Memahami (comprehention) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginpresentasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

(26)

5. Sintesis (syntesis) merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu obyek atau materi (Priyoto, 2014).

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Budiman (2013) menjelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseroang semakin rendah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

2. Informasi/media massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3. Sosial, budaya, dan ekonomi

(27)

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhdap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timnal balik maupun tidak, yan akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

6. Usia

Usai mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2.4.3 Cara Pengukuran pengetahuan

(28)

2.5 Sikap

2.5.1 pengertian sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dari berbagai batasan tentang sikap, dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yakni:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

(29)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.5.2 Faktor-faktor yang mepengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain :

1. Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. pengaruh orang lain yang dianggap penting

pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang komformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting.

(30)

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang membericorak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media massa

Dalam pemberian surat kabar mauoun radioatau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisannya , akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6. Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang disadari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk.

2.5.3 Cara Pengukuran Sikap

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Repulik Indonesia Nomor

Penelitian Ini dilakukan di Home Industri Asri Rahayu di Kelurahan Cijati Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : 1) Gambaran

Sumatera Barat dari bahan dasar susu kerbau atau biasa dikenal dengan dadih.. yang dapat

Berdasarkan olah data statistik SPSS untuk orang tua yang mencakup tentang hubungan antara faktor ekonomi orang tua terhadap kejadian defisiensi seng, dapat disimpulkan

Persamaan dan perbedaan tersebut antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut, persamaan dalam penelitian ini meliputi variabel yang digunakan sama yaitu Kredibilitas merek,

Faktor psikologis emosi pada beberapa anak dapat memicu gejala dan dewasa yang berpenyakit asma, tetapi emosional atau sifat-sifat perilaku yang dijumpai pada anak

a. Kemampuan motorik halus. a) Stimulasi yang perlu di lanjutkan. 1) Memasukan benda kedalam wadah. 2) Bermain dengan mainan yang mengapung di air. 3) Menggambar, menyusun kubus

Pada zaman sekarang ini, kata hijrah adalah sebuah kata yang sangat ngetren dan bahkan tergolong populer, dimana banyak kita lihat dalam