• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi, Sikap dan Partisipasi Masyarakat Desa Idamdehe, Halmahera Barat,Terhadap Rencana Pembangunan PLTP T2 092013020 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi, Sikap dan Partisipasi Masyarakat Desa Idamdehe, Halmahera Barat,Terhadap Rencana Pembangunan PLTP T2 092013020 BAB I"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Bab Satu

Pendahuluan

Latar Belakang

Dalam tahapan Pembangunan, baik itu pembangunan tingkat nasional maupun daerah, diperlukan partisipasi masyarakat mulai dari perancangan pembangunan sampai pada tahapan evaluasi, Damanik, dan Tahitu, (2007), menekankan bahwa untuk menunjang keberhasilan suatu pembangunan, partisipasi dari masyarakat merupakan elemen penting dalam keberhasilan pembangunan. Partisipasi yang diharapkan terjadi adalah partisipasi sukarela oleh masyarakat, yang saat mereka menyadari bahwa pembangunan yang terjadi berimplikasi positif bagi kehidupan mereka.

Menurut Todaro (dalam Bryant dan White, 1998), pembangunan adalah proses multidimensi yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap rakyat dan lembaga-lembaga nasional dan juga akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan. Untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran, pemerintah lebih fokus pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah berkolaborasi dalam proses pemerataan pembangunan, dengan beberapa kebijakan yang dianggap relevan dalam membantu memberantas kemiskinan dan masalah kesejahteraan masyarakat.

(2)

2

Banyak cara yang bisa digunakan untuk menghasilkan energi listrik. diantaranya yaitu PLTP1 PLTN2, PLTU3.

Dalam penelitian ini, penulis hendak meneliti aspek partisipasi, persepsi dan sikap masyarakat pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Berdasarkan data KESDM4 (2014),

Indonesia menempati posisi ketiga dalam pemanfaatan energi panas bumi setelah Amerika dan Filipina. Di Indonesia tercatat 299 daerah penghasil panas bumi dengan total potensi energi sekitar 28.835 MW, yang sebagian besar mengikuti jalur vulkanik dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi, Maluku, Kalimantan dan Papua (Badan Geologi, 2012). Pada tahun 2025, pemerintah menargetkan penggunaan star energy sebesar 25%, dalam rangka mewujudkan kemandirian energi.

Salah satu provinsi yang memiliki potensi panas bumi dan dapat dikembangkan menjadi energi listrik adalah Provinsi Maluku Utara. Berdasarkan data Dinas Pertambangan Energi Maluku Utara, Potensi Panas Bumi di Maluku Utara terdapat di Pulau Halmahera, Pulau Makian, Pulau Tidore dan Pulau Bacan.5.

Potensi panas bumi di Halmahera yang akan dieksploitasi berada di Desa Idamdehe Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat. Wilayah ini memiliki potensi sumber alam yang dapat menghasilkan listrik. Berdasarkan Kep. Men. ESDM6 No. 1787

K/33/MEM/2007, lapangan panas bumi di Jailolo seluas WKP 13.580 Ha. Berdasarkan keputusan Men. ESDM maka Bupati Halmahera Barat mengeluarkan Kebijakan No. 179 Tahun 2009 tertanggal 9 Desember, mengatakan bahwa PT Star Energy Geothermal Halmahera (SEGH) mempunyai wewenang untuk mengelola lapangan panas bumi Jailolo dalam rangka memproduksi listrik yang meliputi kegiatan

1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi 2 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Nuklir 3 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Uap 4 Kementrin Sumber Daya Mineral

(3)

3 eksplorasi, studi kelayakan dan eksploitasi (Laporan Star Energy dan Pertamina geothermal energy 2012).

Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat merencanakan pembangunan guna memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat menyadari bahwa kebutuhan listrik saat ini tidaklah mencukupi. maka pemerintah membuat program untuk menghasilkan energi listrik secara mandiri melalui potensi panas bumi yang dimiliki oleh Kabupaten Halmahera Barat. PKPBM7 (2014) untuk saat ini,

ketersediaan listrik di Kabupaten Halmahera Barat hanya berkisar sebesar 1 MW, yaitu menggunakan pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Meskipun sudah ada pembangkit listrik tenaga diesel, namun masih belum dapat memenuhi kebutuhan listirk untuk Kabupaten Halmahera Barat, sehingga tidak maksimal untuk memberikan penerangan selama 24 jam/hari dan terkadang masih sering mengalami pemadaman.

Berdasarkan kebutuhan akan pasokan listrik tersebut maka pemerintah berinisiatif untuk membangun PLTP di Desa Idamdehe yang merupakan bagian dari Kabupaten Halmahera Barat memenuhi kebutuhan listrik. Potensi panas bumi di Jailolo berkisar 75 MW. Pembangunan tahap awal akan dibangun pembangkit listrik panas bumi 2 x 5MW (Unit-1 dan 2). Pembangkit listrik unit 1 sebesar 5 MW diharapkan sudah dapat memproduksi listrik pada tahun 2016 (Laporan Star Energy dan Pertamina geothermal energy 2012).

Menurut Laporan Star Energy dan Pertamina geothermal energy (2012), pada tahun 2009-2010 pihak SEGH8 telah melakukan

survey dan studi lebih lanjut mengenai geologi, tahun 2011 kegiatan pengembangan menitikberatkan pada survey dan studi untuk mengkonfirmasi tentang cadangan panas bumi, persiapan pekerjaan sipil, persiapan pemboran, UKL9/UPL10 dan juga studi kelayakkan

diselesaikan pada tahun tersebut.

7 Pembangunan Kawasan Pedesaan Berbasis Masyarakat 8 Star Energy Geothermal Halmahera

(4)

4

Berikut merupakan gambar lokasi di mana panas bumi di Desa Idamdehe akan dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi.

Sumber: Laporan Star Energy Dan Pertamina Geotermal, 2012

Gambar 1.1. Peta Lokasi Panas Bumi Di Desa Idamdehe

Namun dalam implementasinya pembangkit listrik PLTP di berbagai daerah di Indonesia maupun di belahan dunia seringkali mengundang reaksi dari masyarakat. Antaranya ada yang setuju dan tidak setuju terhadap pembangunan tersebut. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh Cornish dan Romanack (2014). Penelitian yang mereka lakukan di negara Australia. Dari 101 informan yang diambil sampel, diperoleh informasi bahwa sebagian besar masyarakat Australia menyetujui akan masuknya teknologi baru panas bumi. Alasan mereka setuju terhadap kegiatan ini di antaranya adalah (1) Segi pengetahuan, mereka sudah mempunyai pengetahuan terhadap kegiatan ini. (2). Di balik kegiatan ini, ada manfaat yang dihasilkan karena ramah lingkungan (bersih), dari aspek ekonomi akan lebih baik.

(5)

5 Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Wangke (2011). Wangke melakukan riset di kabupaten Bolang Mongondow Timur, yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara. Daerah ini merupakan area pembangunan Proyek Lapangan Uap dan PLTP. Dari 161 responden diperoleh informasi bahwa proyek ini mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat di sekitar proyek. masyarakat yang berada di area ini telah menerima ganti rugi lahan dari PT Pertamina Geothermal Energy, sehingga masyarakat bisa membeli lahan pertanian di tempat lain membuka usaha, membangun rumah, disimpan di bank, membeli kendaraan bermotor, membeli sapi, membeli mesin paras, dan menikahkan anak. Di sisi lain ada peningkatan kesempatan bagi penduduk sekitar dengan adanya penyerapan tenaga kerja, serta adanya usaha baru di desa-desa sekitar lokasi kegiatan.

Penelitian Wangke (2010) lainnya, yang dilakukan di Provinsi yang sama yaitu Sulawesi Utara, tentang “Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Unit 5 dan 6 PT Pertamina Geothermal Energy”. Jumlah responden yang digunakan yaitu 280 orang. Pada kegiatan di Cluster LHD-26 Terdapat 99,64% responden yang menyatakan tidak ada pencemaran. Pada

cluster LHD-27, terdapat 62,86% menyatakan tidak ada pencemaran, dan 25,00% responden di Desa Sendangan, Talikuran, Tonsewe, Pinabetengan Utara dan Tompaso II di kecamatan Tompaso yang menyatakan ada gangguan pada pengairan sawah akibat matinya mata air. Dalam upaya mengatasi masalah air irigasi ini, pihak PT Pertamina Geothermal Energy sedang mengusahakan sumber air pengganti di wilayah ini juga. Gangguan lain adanya kegiatan ini juga akan menimbulkan kebisingan. Namun tingkat kebisingan yang tinggi ini bersifat sementara. Responden mengatakan bahwa mereka sudah biasa dengan kebisingan tersebut, asalkan dilakukan sosialisasinya. Di cluster

(6)

6

Penelitian Olympia dan Sofia (2010), mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat di pulau Milos dan Nisoros Yunani, tidak setuju dengan pembangunan PLTP. Masyarakat di dua pulau tersebut menganggap bahwa aktivitas PLTP akan terjadi masalah lingkungan, berpengaruh terhadap pengembangan wisata di pulau Nisoros. Dari sisi pengetahuan tentang pembangkit ini, sebagian besar (86,8% masyarakat Milos dan 94.4% masyarakat Nisoros) masyarakat di kedua pulau tersebut sudah memiliki pengetahuan akan energi panas bumi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PPLH Unud tentang Amdal UKL (Upaya pengelolaan lingkungan)/ UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan), Ardhana (2009) menemukan bahwa Pembangunan PLTP Bedugul memunculkan dampak negatif. Masalah

amblesan atau turunnya permukaan tanah pada saat volume cairan menurun, tidak dapat diprediksinya kapan akan terjadi kerusakan hutan, serta hilangnya satwa dan akan menurunkan biodiversitas flora dan fauna. Akan tetapi penelitian yang sama tentang Amdal yang dilakukan oleh Puslitbang LIPI menemukan bahwa tidak ada dampak yang berarti bagi lingkungan. Buangan limbah baik padat, cair, gas akan langsung dimanfaatkan pada saat operasional. Direkomendasikan bahwa Pembangunan PLTP Bedugul layak untuk dilanjutkan. Kontroversi dari kedua Konsultan Amdal tersebut mengakibatkan seluruh masyarakat Bali telah menolak rencana kegiatan pembangunan tersebut. Sisi lain penolakan masyarakat disebabkan karena daerah tersebut merupakan kawasan suci dan tanah leluhur yang mempunyai landasan jati diri umat Hindu di Bali, sehingga harus dipertahankan.

(7)

7 politik bagi pembangunan PLTP. Tanpa dukungan ini, pembangunan tidak dapat dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada bulan Desember 2013, terdapat pro dan kontra yang terjadi di masyarakat terhadap proses pembangunan PLTP yang terjadi di Desa Idamdehe. Dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan pada persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat terhadap rencana pembangunan PLTP di Desa Idamdehe, Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku.

Alasan penulis mengambil topik ini adalah Pertama,

berdasarkan Review literatur diatas, terdapat pro dan kontra terhadap pembangunan ini di beberapa negara. Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah di daerah pedalaman yang masyarakat sangat sulit mendapatkan akses informasi, terlebih mengenai PLTP. Sehingga penulis ingin melihat dan menganalisa tentang persepsi dan sikap masyarakat mengenai PLTP. Kedua, masyarakat yang digunakan sebagai narasumber oleh penulis adalah masyarakat lokal di mana PLTP akan dibangun.

Rumusan Persoalan

Rumusan persoalan dalam penelitian ini adalah:

1.

Bagaimana partisipasi masyarakat dalam rencana pembangunan PLTP di Desa Idamdehe?

2.

Bagaimana persepsi terhadap rencana pembangunan PLTP?

3.

Bagaimana sikap masyarakat terhadap rencana pembangunan PLTP?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

(8)

8

2. Mendeskipsikan dan menganalisis sikap masyarakat terhadap rencana pembangunan PLTP di Desa Idamdehe.

Gambar

Gambar 1.1. Peta Lokasi Panas Bumi Di Desa Idamdehe

Referensi

Dokumen terkait

Menggunakan perspektif ekonomi politik kelembagaan dan teori arena, kami menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi desa di daerah sabana adalah sebuah arena

Literatur di atas menyiratkan peran tenaga kerja dalam pembangunan ekonomi desa dianggap berhasil bila terjadi peningkatan penggunaan tenaga manusia yang bekerja pada

Sistem pemerintahan yang sentralistik berpengaruh pada pembangunan di berbagai bidang.Oleh karena itu sistem pemerintahan yang terpusat berdampak pembangunan hanya di sektor

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan partisipasi anggota dalam pengembangan Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto Kecamatan Suruh.. Jenis Penelitian

75-100 ribu / hari, sehingga sebagian besar masyarakat begitu setuju terhadap rencana pembangunan ini karena masyarakat mendapatkan pendapatan/ upah di balik

Data Responden beserta Skoring Persepsi dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa Pangkalan Siata Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat dalam Kegiatan

FIVI ANDRIANI , Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Pembangunan Proyek Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Mentok Kabupaten Bangka Barat. Dibimbing oleh Jamilah Cholillah

75-100 ribu / hari, sehingga sebagian besar masyarakat begitu setuju terhadap rencana pembangunan ini karena masyarakat mendapatkan pendapatan/ upah di balik