19/10/2016 Harian Umum PELITA
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=51266 1/3
Halaman Muka | Kontak Kami | Tentang Kami | Iklan | Arsip Edisi Selasa, 18 Oktober 2016
Politik dan Keamanan Ekonomi dan Keuangan Metropolitan
Opini
Agama dan Pendidikan Nusantara
Olah Raga Luar Negeri Assalamu'alaikum Derap TNIPOLRI Hallo Bogor
Cari
Login
Password
Submit
Dunia Tasawuf Forum Berbangsa dan Bernegara
Swadaya Mandiri Forum Mahasiswa Lingkaran Hidup
Pemahaman Keagamaan Otonomi Daerah
Lemb Anak Indonesia Parlementaria
Budaya Kesehatan Pariwisata Hiburan Pelita Hati ..
DATABASE ..
NILAI TUKAR RUPIAH Source : www.klikbca.com
Jual Beli
Teologi Lingkungan Dalam Islam [Opini]
Teologi Lingkungan Dalam Islam
Oleh Ahmad Khoirul Fata
MONOTEISME sering dikritik sebagai keyakinan yang kurang memiliki kepekaan terhadap alam dan ligkungan hidup. Penyebabnya, dalam agama agama monoteisme, manusia diposisikan lebih unggul daripada alam (Yonky Karman, Teologi Ramah Lingkungan, Kompas 23 November 07). Superioritas manusia itu ditegaskan dengan konsep imago dei (manusia citra Tuhan) dalam doktrin Yahudi dan Kristen, serta khalifah fil ardh dalam Islam. Doktrin superioritas inilah yang seringkali dijadikan legitimasi bagi manusia untuk melakukan segala tindakan atas alam, termasuk mengeksploitasinya. Tetapi benarkah doktrin khalifah fi alardh dalam Islam merupakan stempel bagi manusia untuk memperlakukan alam seenaknya? Bagaimana
sesungguhnya konsep teologi Islam tentang relasi manusiaalam? Relasi manusiaalam
Alam sesungguhnya memiliki posisi istimewa sebagai salah satu tanda eksistensi Allah Swt (ayat kauniyah) (QS alFusshilat: 53, alJatsiyah: 13). Keberadaan alam secara langsung menunjukkan adanya sang pencipta. Seandainya alam tercipta secara kebetulan, maka tidak akan ditemukan keteraturan di dalamnya. Selain sebagai tanda eksistensi Allah Swt, Surat al Jatsiyah di atas dan alBaqarah: 29 juga menegaskan bahwa penciptaan alam juga terkait dengan kepentingan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Karenanya alam diciptakan dalam polapola tertentu yang teratur (QS al Furqan: 2 dan alQamar: 49) agar manusia dapat dengan mudah memahami alam dan memanfaatkannya.
Pandangan dunia Islam (Islamic world view) memposisikan manusia sebagai makhluk Allah Swt par excellence (QS alTin: 4, alIsra\': 70). Islam
memandang manusia secara positif dan optimistik dengan melekatkan sifat fitrah (kesucian) dan hanif (cenderungan kepada kebenaran) padanya (QS al Rum: 30), yang kemudian ditegaskan dengan ikrar kesaksian pada
ketauhidan (QS alA\'raf: 172). Sisi keunggulan inilah yang menempatkan manusia layak menerima amanat kekhilafahan Allah Swt di muka bumi (QS alBaqarah: 30, alAn\'am: 165). Khalifah berarti wakil/pengganti. Dalam konteks ini manusia adalah wakil Allah Swt yang memiliki kewajiban moral menjabarkan segala kehendak Allah Swt di muka bumi ini agar bumi tetap dalam kondisi naturenya (QS Hud: 61).
Meski dicipta dengan berbagai keunggulan, secara eksistensial manusia tetaplah ciptaan (makhluk) layaknya ciptaanciptaan Allah swt yang lainnya. Derajat manusia sebagai makhluk tidak pernah berubah hanya karena ia adalah khalifah Allah Swt. Pada titik ini manusia dan alam adalah dua hal yang sama; samasama ekspresi eksistensi ketuhanan (QS alFusshilat: 53). Kedekatan relasi manusiaalam dalam Islam tergambarkan pada berbagai ritus ibadat yang wajib dijalani kaum muslim yang seringkali terkait dengan pergerakan alam. Waktuwaktu shalat wajib ditentukan sesuai pergerakan spesifik matahari, demikian juga dengan waktu pemulaan dan akhir bulan puasa yang berpedoman pada peredaran bulan. Selain itu, Islam juga memandang bumi ini sebagai masjid.
19/10/2016 Harian Umum PELITA
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=51266 2/3
USD 9200.00 9100.00
SGD 6325.65 6236.65
HKD 1187.90 1173.10
CHF 7874.45 7769.45
GBP 18868.05 18609.05
AUD 8331.10 8203.10
JPY 80.82 79.36
SEK 1437.75 1407.65
DKK 1776.20 1737.00
CAD 9530.55 9376.55
EUR 13145.74 12975.74
SAR 2466.00 2426.00 25Okt2007 / 15:41 WIB
alam juga (QS. alSajdah: 7).
Karena itu Allah Swt secara tegas melarang manusia merusak keteraturan alam (QS alA\'raf: 56, 74, 85, alSyuara: 151) dengan menempatkan kesalahan tersebut setingkat di bawah memusuhi Allah dan Rasul, serta mengancam pelakunya dengan hukuman mati, disalib, dipotong tangan dan kakinya bersalangseling, atau diasingkan, sesuai dengan tingkat kerusakan alam yang ditimbulkannya (QS alMaidah: 33). Selain hukuman melalui tangan manusia lain tersebut, Allah Swt juga akan memberikan siksa secara langsung kepada manusia itu sendiri, seperti pemanasan global, angin puting beliung, banjir, atau longsor (QS alRum: 41).
Krisis kemanusiaan
Jika alam tercipta secara teratur dan memiliki hubungan yang harmonis dengan manusia, lalu kenapa saat ini alam seakan memusuhi manusia? Jawabannya terletak pada QS alRum ayat 41 di atas: Telah timbul kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangantangan manusia, sehingga Allah memberikan kepada mereka sebagian (akibat) dari perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.
Ayat di atas secara tegas memberitahukan pada kita bahwa alam tidak pernah merusak dirinya sendiri. Kerusakan alam lebih disebabkan oleh adanya kekuatankekuatan luar yang menghilangkan keseimbangan dan keteraturannya sehingga menghasilkan chaos, dan kekuatan perusak itu adalah manusia.
Kenapa manusia merusak alam? Bukankah manusia adalah khalifah di alam ini dan kehadirannya untuk melestarikan alam?
Meski dicipta dengan segala keunggulannya, secara nature manusia adalah ciptaan Allah yang memiliki sifatsifat kelemahan (QS alNisa: 28) dan menjadi sebab kelalaian manusia pada misi utama penciptaannya. Dengan demikian, dalam diri manusia terdapat dua sifat yang bertentangan:
kesempurnaan dan kelemahan, kebaikan dan kekurangan (QS alSyams: 7 8).
Kedua unsur tersebut berdialektika memperebutkan dominasinya atas diri manusia. Ketika unsur kesempurnaan mendominasi, maka manusia hidup di atas rel ketuhanan dan memperoleh kebahagiaan (QS alSyams: 9),
sebaliknya, dominasi unsur negatif mengakibatkan manusia terjebak pada bencana dan kerugian (ayat 10), pribadi yang terakhir ini disebut alQuran sebagai pribadi yang condong kepada kejahatan (QS Yusuf: 53) sehingga melupakan Tuhan dan dirinya sendiri (QS alHasyr: 19).
Maka dapat kita simpulkan bahwa berbagai bencana yang menimpa bangsa ini beberapa tahun terakhir ini sesungguhnya berakar pada satu hal: krisis kemanusiaan. Manusia telah lupa pada dirinya sendiri, hakikat, visi dan misi kehadirannya di muka bumi ini. Manusia, dalam lingkup yang lebih sempit: bangsa Indonesia, lupa bahwa dirinya adalah khalifah Allah yang bertugas menjaga alam agar tetap berjalan sesuai dengan kehendak Allah.
Kelupadirian manusia telah menjatuhkannya ke derajat yang lebih rendah: binatang, bahkan lebih rendah dari itu. Untuk memuaskan nafsu
kebinatangannya manusia melakukan apa pun tanpa memedulikan akibatnya. Alam, yang sejatinya harus dilindunginya, berubah menjadi obyek eksploitasi demi pemuasan dirinya. Maka tidak heran bila hutanhutan di Jawa, Papua, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi habis tereksplotasi. Akibat dari semua itu adalah, seperti tertera dalam Surat alRum di atas, terjadinya pemanasan global, banjir, longsor, gempa bumi, angin puting beliung, kecelakaan
transportasi, kebakaran hutan, kekeringan, semburan lumpur panas dan berbagai bencana alam lainnya.
Lalu apa yang mesti kita lakukan? Jawaban yang diberikan Surat alRum di atas sudah sangat jelas: kembali ke jalan kebenaran, yaitu kembali kepada visimisi penciptaan kita sebagai khalifah di muka bumi. Allahu A\'lam. (Penulis adalah Koordinator Jaringan KBPII Muda Jawa Timur)
Alamat: Jl. Ketintang III/10 (blk) Surabaya Telp. 03171324819
19/10/2016 Harian Umum PELITA
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=51266 3/3
Baca Komentar Beri Komentar
Kirimkan Artikel Cetak Artikel
Artikel sebelumnya
• Menakar Keberhasilan UN ?
• Figur Kepemimpinan Nasional Pasca Demokratik • Kepemimpinan ke Depan, Bagaimana?
• Mengoreksi Arah Kiblat
• Pemikiran Alternatif Hikmah Dibalik Waiting List Pendaftaran Haji
Halaman Muka | Politik dan Keamanan | Ekonomi dan Keuangan | Metropolitan | Opini | Agama dan Pendidikan | Nusantara | Olah Raga | Luar Negeri | Assalamu'alaikum | Derap TNIPOLRI | Hallo Bogor | Dunia Tasawuf | Forum Berbangsa dan Bernegara | Swadaya Mandiri | Forum Mahasiswa | Lingkaran
Hidup | Pemahaman Keagamaan | Otonomi Daerah | Lemb Anak
Indonesia | Parlementaria | Budaya | Kesehatan | Pariwisata | Hiburan | Pelita Hati
DATABASE: Rumah Sakit | Puskesmas
Redaksi Harian PELITA: redaksi@pelita.or.id Copyright © 2003 pelita.or.id