• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DAN MOTIV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DAN MOTIV"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

DAN MOTIVASI BELAJAR DAN RPP K13

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran

Dosen :

Dr. Acep Supriadi, M.Pd, M.AP. M. Dani Wahyudi, M.Pd

OLEH :

ANDYA AGISA

[1610112220003]

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula saya kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluargaNya, para sahabatNya, dan seluruh ummatNya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang berjudul “Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran Dan Motivasi Belajar Dan RPP Kurkulum 2013”.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini, khususnya kepada bapak Dr. Acep Supriadi, M.Pd, M.AP dan M. Dani Wahyudi, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya memperoleh banyak manfaat setelah menulis makalah ini.

Akhirul kalam, saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Karena itu saya mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan laporan di masa mendatang. Harapan saya semoga laporan ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.

Demikian laporan ini saya tulis, semoga bisa memberikan manfaat kepada pembaca.

Banjarmasin, Desember 2017

(3)

DAFTAR ISI

COVER...1

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang...4

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Penelitian...5

D. Manfaat Penulisan...5

BAB 2 TEORI BELAJAR A. Makna Teori Belajar...8

B. Persamaan Teori Belajar...18

C. Perbedaan Teori Belajar...18

D. Penekanan Teori Belajar...19

E. Hubungan Teori Belajar Dengan Kurikulum 2013...24

BAB 3 MOTIVASI A. Definisi Motivasi...25

B. Tujuan Dan Manfaat...26

C. Dampak Motivasi...27

D. Hubungan Motivasi Dengan Kurikulum 2013...28

BAB 4 MAKNA BELAJAR & PEMBELAJARAN A. Makna Belajar...29

B. Makna Pembelajaran...32

C. Kesimpulan Makna Belajar dan Pembelajaran...35

BAB 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Pengertian dan Tujuan RPP...36

B. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembuatan RPP...36

C. Kurikulum 2013...37

(4)

LAMPIRAN...38

BAB 6 PENUTUP

A. Kesimpulan...58 B. Saran...58

(5)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah kurang mampu mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam kemampuan intelektual. Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan beberapa gambaran tentang perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas, serta beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas para guru.

Berdasarkan penelitian selama beberapa tahun terakhir, cukup jelas dari Jerome S.Bruner, bahwa dari segi psikologis dan dari desain kurikulum itu sendiri, sangatlah minim dibahas tentang teori pembelajaran. Teori pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada kepentingan teoritis semata. Sebagai contoh, pada saat membahas tentang teori perkembangan, seorang anak tidak diajarkan pengaruhnya terhadap tantangan sosial dan bagaimana pengalaman nyata yang nantinya akan dialami anak ketika berada di masyarakat.

Masih banyak contoh-contoh lain, bagaimana sebuah teori pembelajaran tidak menyentuh aspek sosial dari murud, dan hal ini merupakan bentuk pembodohan secara intelektual dan tidak memiliki tangungjawab moral. Dari permasalahan di atas, kita menyadari bahwa, sebuah teori pembelajaran sebaiknya juga menyangkut suatu praktek untuk membimbing seseorang bagaimana caranya ia memperoleh pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Akan hal itu, mari kita susun beberapa teorema yang memungkinkan, yang mungkin akan membawa kita kepada sebuah teori pembelajaran yang baik.

Di dalam proses belajar dan mengajar ada berbagai kendala. Kendala tersebut bisa berupa kondisi pembelajaran yang membosankan, siswa yang kurang memperhatikan dan tidak mau mendengarkan penjelasan gurunya,serta anak didik yang bandel. Bagi guru semua peristiwa tersebut adalah peistiwa yang sangat menjengkelkan,sehingga guru menganggap kelas tersebut menjadi kelas yang bandel,sulit di diurus dan lain sebagainya.

Guru yang demikian tidak bisa dikatakan sebagai guru yang bijak karena hal-hal yang membosankan pada proses pembelajaran dikelas dipicu oleh guru tersebut yang tidak mampu mengkondisikan kelas senyaman mungkin bagi siswanya disaat proses belajar dilaksanakan.

(6)

untuk berpikir.Komunikasi terjadi hanya pada satu arah,yaitu dari guru kesiswa. Guru berpikir bahwa materi pelajaran lebih penting daripada mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik.Lalu guru menganggap peserta didik sebagai tong kosong yang harus diisi dengan sesuatu yang dianggap penting.Hal-hal demikian adalah kekeliruan guru dalam mengajar. Oleh karena itu makalah yang membahas mengenai teori belajar ini disusun agar para pendidik mampu mengetahui dan memahami secara teoritis perubahan perilaku peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran sehingga proses belajar tersebut bisa berjaalan secara maksimal berdasarkan tujuan awal pembelajaran itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu teori belajar?

2. Bagaimana makna dari teori pembelajaran tersebut?

3. Apa persamaan dan perbedaan dari teori pembelajaran tersebut? 4. Apa penekan dari masing masing teori belajar tersebut?

5. Apa hubungannya teori belajar tersebut dengan kurikulum 2013? 6. Apa yang dimaksud dengan motivasi?

7. Apa tujuan dan manfaat motivasi? 8. Apa dampak dari motivasi?

9. Apa hubungannya motivasi dengan kurikulum 2013?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini ialah

- Tujuan Umum : Sebagai media pembelajaran

- Tujuan Khusus :

 Agar mahasiswa mengetahui teori belajar?

 Agar mahasiswa mengetahui makna dari teori pembelajaran tersebut?

 Agar mahasiswa mengetahui persamaan dan perbedaan dari teori pembelajaran tersebut?

 Agar mahasiswa mengetahui penekan dari masing masing teori belajar tersebut?

 Agar mahasiswa mengetahui hubungannya teori belajar tersebut dengan kurikulum 2013?

 Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan motivasi?

 Agar mahasiswa mengetahui tujuan dan manfaat motivasi?

 Agar mahasiswa mengetahui dampak dari motivasi?

 Agar mahasiswa mengetahui hubungannya motivasi dengan kurikulum 2013?

D. MANFAAT PENULISAN

(7)

BAB 2

TEORI BELAJAR

Apa yang dimaksud dengan teori pembelajaran? Adapun beberapa teorema untuk memisahkan apa yang kita maksud dengan teori pembelajaran dari teori-teori yang sudah ada selama ini. Hal pertama yang perlu diketahui adalah, bahwa nature dari teori pembelajaran adalah prescriptive, bukan deskriptif. Teori tersebut memiliki tujuan untuk menghasilkan akhir yang luar biasa dan proses menghasilkannya melalui cara yang kita sebut optimal. Itu bukan sebuah deskripsi tentang apa yang terjadi saat proses belajar terjadi-itu adalah sesuatu yang normatif, yang memberikan sesuatu yang mengena pada dirimu, dan pada akhirnya, harus memberikan suatu catatan mengenai dirimu pada saat kamu memberikan pembelajaran di dalam kelas. Namun faktanya, banyak orang yang terlibat didalam dunia pendidikan berasumsi bahwa mereka dapat mengandalkan jenis-jenis teori yang lain selain teori pembelajaran. Sebagai contoh, saya menemukan bahwa ketergantungan para pendidik terhadap teori belajar sangat besar, padahal yang menjadi masalah adalah teori belajar bukan teoeri pembelajaran. Teori belajar adalah teori yang mendeskripsikan apa yang sedang terjadi saat proses belajar berlangsung dan kapan proses belajar tersebut berlangung.

Tidak ada batasan yang jelas, bagaimana seseorang yang mengandalkan teori belajar dapat mengambil intisari yang tepat yang akan membimbing dia pada saat menyusun kurikulum. Ketika mengatakan bahwa teori pembelajaran itu prescriptive, yang dimaksud adalah suatu yang ada sebelum adanya fakta. Itu adalah sesuatu yang ada sebelum proses belajar terjadi, bukan ketika, dan bukan setelahnya. Teori pembelajaran harus mampu menghubungkan antara hal yang ada sekarang dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut. Teori belajar menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, namun teori pembelajaran ’hanya’ membimbing apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut.

Ada 4 hal yang terkait dengan teori pembelajaran:

(1) Teori pembelajaran harus memperhatikan bahwa terdapat banyak kecenderungan cara belajar siswa, dan kecenderungan ini sudah dimiliki siswa jauh sebelum ia masuk ke sekolah.

(2) Teori ini juga terkait dengan adanya struktur pengetahuan. Ada 3 hal yang terkait dengan struktur pengetahuan:

a. struktur pengetahuan harus mampu menyederhanakan suatu informasi yang sangat luas

b. struktur tersebut harus mampu membawa siswa kepada hal-hal yang baru, melebihi informasi yang anda jelaskan

c. struktur pengetahuan harus mampu meluaskan cakrawala berpikir siswa, mengkombinasikannya dengan ilmu-ilmu lain.

(3) Teori pembelajaran juga terkait dengan hubungan yang optimal. Seorang guru harus mampu mencari hubungan yang mudah tentang sesuatu yang akan diajarkan agar murid lebih mudah menangkap informasi tersebut.

(8)

Maka dapat disimpulkan bahwasanya teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar. Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan. Yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan lainnya. Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Berdasarkan paparan diatas, adapun beberapa teori pembelajaran yaitu Teori Pembelajaran Behavioristik, Teori Pembelajaran Kognitivistik, Teori Pembelajaran Humanistik, dan Teori Pembelajaran Konstruktivistik.

A. MAKNA TEORI BELAJAR

1) Teori Pembelajaran Behavioristik

Teori belajar behavioristik merupakan teori yang didasarkan pada perubahan prilaku yang bisa diamati. behavioristik memfokuskan diri pada sebuah pola perilaku baru yang diulangi samapai prilaku tersebut menjadi otomatis atau membudaya. Teori behavioristik mengkonsentrasikan pada kajian tentang prilaku nyata yang bisa diteliti dan diukur. Teori ini memandang pikiran sebagai sebuah kotak hitam, dalam artian bahwa respon terhadap stimulus bisa diamati secara kuantitatif, apa yang ada dalam pikiran menjadi diabaikan karena proses pemikiran tidak bisa diamati secara jelas perubahan prilakunya.

Behavioristik berkeyakinan bahwa setiap anak manusia lahir tanpa warisan kecerdasan, warisan bakat, warisan perasaan dan warisan yang bersifat abstrak lainnya (Syah, 2004: 104) dan menganggap manusia bersifat mekanistik, yaitu merespon terhadap lingkungan dengan kontrol yang terbatas dan mempunyai peran yang sedikit terhadap dirinya sendiri. Dalam hal ini konsep behavioristic memandang bahwa perilaku individu merupakan hasil belajar yang dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasikan kondisi-kondisi belajar dan didukung dengan berbagai penguatan (reinforcement) untuk mempertahankan perilaku atau hasil belajar yang dikehendaki (Sanyata, 2012: 3). Semuanya itu timbul setelah manusia mengalami kontak dengan alam dan lingkungan sosial budayanya dalam proses pendidikan. Maka individu akan menjadi pintar,terampil, dan mempunyai sifat abstrak lainnya tergantung pada apakah dan bagaimana ia belajar dengan lingkungannya.

(9)

stimulus (Smith, 2009:74). Sementara itu Thorndike menyatakan bahwa pembelajaran merupakan formasi sebuah koneksi antara stimulus dan respons. Teorinya dikenal dengan nama koneksionisme. Dalam teori koneksionisme, Thorndike mengungkapkan terdapat hukum efek, hukum latihan dan hukum kesiapan. Pada hukum efek dinyatakan bahwa ketika sebuah koneksi antara stimulus dan respons diberi imbalan positif maka koneksi diperkuat, dan ketika diberi imbalan negatif maka koneksi diperlemah, namun Thorndike kemudian merivisi bahwa imbalan negatif tidak memperlemah ikatan dan imbalan positif belum tentuk memperkuat koneksi. Sedangkan dalam hukum latihan, Thorndike menyatakan bahwa semakin ikatan stimulus-respons dipraktekan lebih kuat maka ia akan menjadi semakin kuat, sebalikanya jika stimulus-respons jarang dipraktekan maka akan semikin lemah. Untuk Hukum kesiapan sendiri Thorndike menyatakan struktur sistem saraf, unit koneksi tertentu, dalam situasi tertentu menjadi lebih mempengaruhi prilaku daripada yang lain. Teori belajar behavioristik yang dikemukan oleh Watson berangkat dari gagasan Pavlov. Watson mengungkapakan manusia dilahirkan dengan beberapa reflex dan reaksi emosional cinta dan kemarahan. Semua prilaku dibentuk melalui asosiasi stimulus-respons dengan jalan pengkondisian. Ekperimen Watson yang terkenal adalah dengan melibatkan seorang anak dan tikus, dimana seorang anak yang awalnya tidak takut dengan seekor tikus dengan pengkondisiaan tertentu dapat berubah menjadi takut. Hal ini menunjukan pengkondisoan sangant mempengaruhi perilaku seseorang.

B.F. Skinner percaya pada pola stimulus-respons dalam prilaku yang terkondisikan. Karya Skinner berbeda dengan pendahulunya (pengkondisia klasik) karena Skinner mengkaji operant behavior (perilaku disengaja yang digunakan dalam pengoperasian pada lingkungan). Mekanisme pengkondisian operant behavioryaitu (1) penguatan atau imbalan positif; respons yang diberi imbalan kemungkinan akan diulangi. (2) penguatan negatif; respons yang membuat lari dari rasa sakit atau situasi yang tidak diharapkan kemunkinan akan diulangi. (3) penghentian atau tidak ada penguatan; respons yang tidak diperkuat kemungkinan tidak akan diualangi. (4) hukuman; respon yang membawa rasa sakit atau konsekuensi yang tidak diharapkan akan ditekan.

Teori belajar behavioristik telah melahirkan banyak desain pembelajaran dan memberikan dampak yang luas terhadap praktik pengajaran serta penggunaan perangkat pembelajaran. Teori behavioristik menjadi pijakan bagi hadirnya model-model pembelajaran seperti mastery learning, belajar terprogram, pembelajaran individual, pembelajaran berbantuan komputer, pendekatan sistem dalam pembelajaran dan lain sebagainya. Termasuk dalam hal ini pengaruh teori belajar behavioristik dalam pengembangan media pembelajaran. Dalam hal ini Sumadi Suryabrata (1990) memberikan ciri-ciri teori behavioristik sebagai berikut:

(a) Perkembangan tingkah laku seseorang itu tergantung pada belajar. (b) Mementingkan bagian-bagian atau elemen-elemen, tidak keseluruhan.

(10)

(d) Bertinjauan historis, artinya segala tingkah lakunya terbentuk karena pengalaman dan latihan (Suryabrata, 1990: 256).

Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan dari teori belajar Behavioristik ini ialah sebagai berikut.

Kelebihan:

 Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.  Mampu mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif.  Membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk

bisa bebas berkreasi dan berimajinasi.

 Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.

 Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan

 Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

 Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif, yang didasari pada perilaku yang tampak.  Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang kontinue dapat mengoptimalkan bakat dan

kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam satu bidang tertentu maka akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang kontinue tersebut dan lebih optimal.

 Bahan pelajarn yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilkan sustu perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.

Kekurangan:

 Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.

(11)

 Siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata kasar , ejekan , jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.

 tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.

 tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.

 Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.  Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini. Penerapan teori behavioristik yang

salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.

 Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.

 Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.

 Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu kondisi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah guru melatih dan menetukan apa yang harus dipelajari murid sehingga dapat menekan kreatifitas siswa.

 Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan meghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatif siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaiakn oleh siswa.

2) Teori Pembelajaran Kognitivistik

(12)

behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.

Dijelaskan oleh Baharuddin dkk. (2008: 87) menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang anak melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terputus-putus, tetapi melalui proses yang mengalir, sambungmenyambung, dan menyeluruh. Teori kognitif ini muncul dipengaruhi oleh psikologi gestalt. Asumsi yang mendasari teori ini adalah, bahwa setiap anak telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan didalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambung) secara “klop” dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh anak.

Kognitif mengalihkan perhatiannya pada “Otak”. Para ahli berpendapat bagaimana manusia memproses dan menyimpan informasi sangat penting dalam proses belajar. Sebagaimana Baharuddin (2010.167) menjelaskan bahwa peristiwa belajar yang dialami manusia bukan semata masalah respon terhadap stimulus (rangsangan), melainkan adanya pengukuran dan pengaturan diri yang dikontrol oleh otak. Adapun pengertian dari sistem pembelajaran kognitif adalah pemprosesan informasi pada otak, menyerap input dari dunia luar dan semua sistem lain, menginterpretasikan input tersebut serta memandu pemecahan masalah/problem solving dan pengambilan keputusan (Given.2002: 188).

Kognitivisme tidak seluruhnya menolak gagasan behaviorisme, namun lebih cenderung perluasannya, khususnya pada gagasan eksistensi keadaan mental yang bisa mempengaruhi proses belajar. Pakar psikologi kognitif modern berpendapat bahwa belajar melibatkan proses mental yang kompleks, termasuk memori, perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah (problem solving). Mereka meneliti bagaimana manusia memproses informasi dan membentuk representasi mental dari orang lain, objek, dan kejadian.

(13)

(2) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian (3) Mementingkan peranan kognitif

(4) Mementingkan kondisi waktu sekarang (5) Mementingkan pembentukan struktur kognitif

Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek tersebut yang kemudian representasikan atau dihadirkan dalam diri seorang anak melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan kunjungan wisata, atau selama melakukan aktifitas tertentu.

Menurut Martinus Yamin dkk, (2013:25) Model belajar kognitif merupakan model pemrosesan pengetahuan dengan menyatakan bahwa pengetahuan yang diterima terlebih dahulu disimpan pada pendaftar sensor. Pengetahuan baru yang diterima akan dibandingkan dengan kognitif yang telah dahulu ada. Pengetahuan tersebut dapat diperbaiki, ditambah, disesuaikan, digabungkan dengan pengetahuan yang baru yang selanjutnya pengetahuan tersebut dipindahkan ke memori jangka pendek dan jika ingatan itu dianggap penting akan dipindahkan keingatan jangka panjang. Beberapa tahap-tahapan kognitif: dimulai dari pengkodean (cooding) - penyimpanan (storing) -perolehan kembali (retreiving) - pemindahan informasi (transfering information).

Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan dari teori belajar Kognitivistik ini ialah sebagai berikut.

Kelebihan:

 Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.

 Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memeberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan unruk pengembangan dan kelanjutannya deserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah diberikan.

 Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah diberikan.

(14)

 Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan

Kekurangan:

 Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.

 Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.

 Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan .

 Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.

 Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.

3) Teori Pembelajaran Humanistik

Aliran humanistik muncul pada tahun 1940-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh dikatakan relatif masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-menerus mengeluarkan konsep yang relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan hal-hal yang bersifat positif tentang manusia.

Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia, proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah:

(15)

Teori ini mengajarkan peserta didik untuk berkreasi dan berinofasi sebebas-bebasnya untuk menemukan hal-hal baru sebagai latihan. Peran guru disini tidak begitu banyak karena guru hanya membimbing dan mengarahkan bukan mengatur peserta didik. Guru hanya membantu peserta didik untuk mengenal dirinya juga lingkungannya. Teori ini lebih mementingkan apa yang dipelajari bukan bagaimana cara belajarnya. Humanistik sangat bertentangan dengan behavioristik karena menurutnya manusia bukan gelas yang siap diisi dengan apa saja. Pembelajaran ini biasanya menciptakan suasana yang menyenangkan agar peserta didik tidak bosan dan dapat membangkitkan semangat belajar mereka

Psikologi humanistik sangat relevan dengan dunia pendidikan, karena aliran ini selalu mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui penghargaannya terhadap potensi-potensi positif yang ada pada setiap insan. Seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman, proses pendidikan pun senantiasa berubah. Dengan adanya perubahan dalam strategi pendidikan dari waktu ke waktu, tujuan ini.

Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan dari teori belajar Humanistik ini ialah sebagai berikut.

Kelebihan:

 Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

 Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

 Bersifat pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap,analisis terhadap fenomena sosial. Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar. Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.

 Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya dan mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi danbudaya populer.  Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan

humanis.

 Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.

 Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalahkemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunyamempunyai pandangan yang berbeda-beda.

Kekurangan:

(16)

 Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar.

 Bersifat individual, proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung, sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.

 Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.  Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah dan banyak konsep dalam psikologi humanistik.

4) Teori Pembelajaran Konstruktivistik

Teori konstruktivistik adalah teori yang menyatakan bahwa peserta didik secara individual harus menemukan dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi yang baru terhadap aturan-aturan informasi yang lama, dan merevisi aturan-aturan yang lama bila sudah tidak sesuai lagi. Konstruktivisme adalah pendekatan untuk pembelajaran yang menekankan bahwa individu akan belajar dengan baik apabila mereka secara aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman.

Pembelajaran konstruktivistik merupakan suatu teori yang menganggap bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Jadi, dalam hal ini siswa dituntut harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pembelajaran ini juga sangat berguna dalam meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Hal tersebut dapat meningkatkan pola berpikir siswa kearah yang lebih baik dan sistematis.

(17)

Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan dari teori belajar Konstruktivistik ini ialah sebagai berikut.

Kelebihan:

 Pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorongsiswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.  Pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberi pengalaman yang berhubungan dengan

gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.

 Pembelajaran konstruktivistik memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasangagasan pada saat yang tepat.

 Pembelajaran berdasarkan konstruktvistik memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.

 Pembelajaran konstruktivistik mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

 Pembelajaran konstruktivistik memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

Kekurangan:

 Siswa mengkonstruksi pengetahuan-nya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga menyebabkan miskonsepsi.

 Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.  Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana

prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.

(18)

Persamaan dari ke-empat teori belajar tersebut yaitu sama-sama pendekatan yang digunakan untuk membentuk perilaku dan dapat digunakan dalam proses belajar dan pembelajaran. Dari ke-empat teori belajar yang telah dibahas ini juga sama-sama memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

C. PERBEDAAN TEORI BELAJAR

Dari Keempat aliran teori belajar, keempat teori belajar memiliki karakteristik yang berbeda, yakni:

1) Teori Pembelajaran Behavioristik

Aliran behavioristik menekankan pada hasil belajar.

- Perkembangan tingkah laku seseorang itu tergantung pada belajar - Mementingkan bagian-bagian atau elemen-elemen, tidak keseluruhan

- Mementingkan reaksi dan mekanisme “Bond”, refleks dan kebiasaan-kebiasaan

- Bertinjauan historis, artinya segala tingkah lakunya terbentuk karena pengalaman dan latihan - Menekankan pada stimulus dan respon dalam pembentukan perilaku

- Setiap perilaku dapat dipelajari

- Tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru - Menekankan pada perubahan perilaku yang teramati

2) Teori Pembelajaran Kognitivistik

Aliran kognitifistik menekankan pada proses belajar.

- Menekankan pada perubahan atau proses-proses mental dan perilaku tidak kasat mata - Melakukan banyak eksplorasi

- Aktif berinteraksi untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan - Mementingkan apa yang ada dalam diri anak

- Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian - Mementingkan peranan kognitif

- Mementingkan kondisi waktu sekarang - Mementingkan pembentukan struktur kognitif

3) Teori Pembelajaran Humanistik

Aliran humanistik menekankan pada isi atau apa yang dipelajari

- Menekaankan pada keunikan sikap individu (lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia)

- Individu adalah orang yang bebas menentukan apa yang dipelajarinya.

(19)

Aliran konstruktivistik menekankan pada sistem informasi yang dipelajari.

- Pembelajar adalah orang yang secara aktif membangun pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi atau kolaborasi dengan orang lain.

- Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglihatan dalam dunia sebenar

- Menggalakkan soalan/idea yang dimul akan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.

- Menyokong pembelajaran secara koperatif

- Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid

- Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru

- Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran. - Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen

D. PENEKANAN TEORI BELAJAR

1) Teori Pembelajaran Behavioristik

Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang menekankan pada perubahan tingkah laku dengan unsur utama stimulus respons. Namun demikian teori ini telah memberaikan landasan bagi lahirnya desain pembelajaran, setidaknya ada area yang mendemonstrasikan damapak teori behaviorisme terhadap pembelajaran (Seattler dalam Smith, 2009) diantaranya gerakan sasaran behavioral, fase mesin pengajaran, gerakan pengajaran terprogram, pendektan pembelajaran individu, pembelajaran berbatuan komputer dan pendekatan sistem terhadap pengajaran.

Teori ini di dalam linguistik diikuti antara lain oleh L.Bloomfield dan B.F.Skinner. Dalam hal belajar, termasuk belajar bahasa, teori ini lebih mementingkan faktor eksternal ketimbang factor internal dari individu, sehingga terkesan siswa hanya pasif saja menunggu stimulus dari luar (guru). Belajar apa saja dan oleh siapa saja (manusia atau binatang) sama saja, yakni melalui mekanisme stimulus – respons. Guru memberikan stimulus, siswa merespons, seperti tampak pada latihan tubian (drill) dalam pelajaran bahasa Inggris. Pelajaran yang mementingkan kaidah tatabahasa, struktur bahasa (fonem, morfem, kata, frasa, kalimat) dan bentuk-bentuk kebahasaan merupakan penerapan behaviorisme, karena behaviorisme lebih mementingkan bentuk dan struktur bahasa ketimbang makna dan maksud.

(20)

stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan perilaku SR (stimulus-Respon).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:

a) Mementingkan pengaruh lingkungan b) Mementingkan bagian-bagian

c) Mementingkan peranan reaksi

d) Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon e) Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya

f) Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan g) Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif.

Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.

Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur: Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya (contoh: percakapan, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya).

(21)

Teori belajar kognitiv lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.

Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Teori ini sangat erat berhubungan dengan teori Sibernetik. Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Pada masa-masa awal diperkenalkannya teori ini, para ahli mencoba memperjelaskan bagaimana siswa mengolah stimulus, dan bagaimana siswa tersebut bisa sampai ke respons tertentu (pengaruh aliran tingkah laku masih terlihat disini). Namun, lambat laun perhatian ini mulai bergeser. Saat ini perhatian mereka terpusat pada proses bagaimana suatu ilmu yang baru berasimilasi dengan ilmu yang sebelumnya telah dikuasai oleh siswa.

Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan (Margaret Bell, 1991). Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tetapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, menyeluruh. Ibarat seseorang yang memainkan musik, orang ini tidak-memahami not-not balok yang terpampang di partitur sebagai informasi yang saling lepas berdiri sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan yang secara utuh masuk ke pikiran dan perasaannya. Seperti juga ketika anda membaca tulisan ini, bukan alfabet-alfabet yang terpisah-pisah yang dapat diresap dan dikunyah dalam pikiran, tetapi adalah kata, kalimat, paragraf yang kesemuanya itu jadi satu, mengalir, menyerbu secara total bersamaan. Dalam praktik, teori ini antara lain terwujud dalam tahap-tahap perkembangan‖ yang diusulkan oleh Jean Piaget, belajar bermakna‖ nya Ausubel, dan belajar penemuan secara bebas (free descovery learning) oleh Jerome Bruner.

Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot dalam benak kita yang merupakan “pusat” penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai masalah, mencari informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya.

(22)

genetif, dibawa sejak lahir, sedangkan struktur kognisi bisa berubah sesuai dengan kemampuan dan upaya individu. Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi yang terusmenerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi.

3) Teori Pembelajaran Humanistik

Bagi penganut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari kecepatan teori belajar teori humanistik inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini sangat bersifat elektik. Teori apapun dapat dia manfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya itu) dapat tercapai.

Dalam praktek, teori ini antara lain terwujud dalam pendekatan yang diusulkan oleh Ausubel (1968) yang disebut belajar bermakna‖ atau meaningful learning. (sebagai catatan, teori Ausubel ini juga dimasukkan ke dalam aliran kognitif). Teori ini juga terwujud dalam teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk taksonomi Bloom. Selain itu, empat pakar lain yang juga termasuk kedalam tubuh teori ini adalah Kolb, Honei dan Mumford, serta Habermas.

4) Teori Pembelajaran Konstruktivistik

(23)

Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).

Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).

Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Konstruktivisme ini oleh Vygotsky disebut konstruktivisme sosial (Taylor, 1993; Wilson, Teslow dan Taylor,1993; Atwel, Bleicher dan Cooper, 1998).

Menurut konstruktivisme, pebelajar (learner, orang yang sedang belajar) akan membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan apa yang sudah diketahuinya. Karena itu belajar tentang dan mempelajari sesuatu itu tidak dapat diwakilkan dan tidak dapat “diborongkan” kepada orang lain. Siswa sendiri harus proaktif mencari dan menemukan pengetahuan itu, dan mengalami sendiri proses belajar dengan mencari dan menemukan itu. Di sini diperlukan pemahaman guru tentang “apa yang sudah diketahui pebelajar”, atau apa yang disebut pengetahuan awal (prior knowledge), sehingga guru bisa tepat menyajikan bahan pengajaran yang pas: Jangan memberikan bahan yang sudah diketahui siswa, jangan memberikan bahan yang terlalu jauh bisa dijangkau oleh siswa. Patut diingat bahwa sebelum belajar bahasa Indonesia siswa sudah mempunyai bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai “pengetahuan awal”mereka. Pengetahuan, pengalaman, dan keterampilannya dalam bahasa daerahnya itu harus dimanfaatkan oleh guru untuk belajar berbahasa Indonesia dengan lebih baik.

(24)

Jadi, dalam hal ini siswa dituntut harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.

E. HUBUNGAN TEORI BELAJAR DENGAN KURIKULUM 2013

1) Teori Belajar Behavioristik/Behaviorisme

Hubungan antara Teori Belajar Behavioristik dengan Kurikulum 2013 adalah mengenai hasil yang diharapkan dalam proses pembelajaran, yang dimana kurikulum 2013 salah satunya menekankan pada hasil belajar siswa, yaitu diharapkan siswa mencapai hasil yang maksimal di dalam pembelajarannya, begitu pula yang ditekankan pada teori behavioristik, maka dari itu kedua hal ini saling berkaitan satu sama lain.

2) Teori Belajar Kognitif/Kognitifisme

Hubungan antara Teori Belajar Kognitif dengan Kurikulum 2013 adalah sesuai dengan hal yang ditekankan pada teori Kognitif, yaitu penekanan pada proses belajar, proses mental dan aktif berinteraksi untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan, tentu hal ini sejalan dengan kurikulum 2013, karena kurikuum 2013 juga menuntut peserta didik untuk aktif terutama dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.

3) Teori Belajar Humanistik/Humanisme

Hubungan antara Teori Belajar Humanistik dengan kurikulum 2013 yaitu berkaitan dengan penekanannya yang dimana lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia, salah satunya Individu adalah orang yang bebas menentukan apa yang dipelajarinya, hal ini sesuai dengan kurikulum 2013 mengenai prinsipnya dalam membentuk siswa aktif.

4) Teori Belajar Konstruktivistik/Konstruktivisme

(25)

BAB 3

MOTIVASI

Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan siswa setelah melaksanakan pengalaman belajar (Sadirman, 2004). Tercapai tidaknya tujuan pengajaran salah satunya adalah terlihat dari prestasi belajar yang diraih siswa. Dengan prestasi yang tinggi, para siswa mempunyai indikasi berpengetahuan yang baik.

Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi siswa adalah motivasi. Dengan adanya motivasi, siswa akan belajar lebih keras, ulet, tekun dan memiliki dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses belajar pembelajaran. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan salah satu hal yang perlu dibangkitkan dalam upaya pembelajaran di sekolah.

Penelitian Wasty Soemanto (2003) menyebutkan, pengenalan seseorang terhadap prestasi belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai maka siswa akan lebih berusaha meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian peningkatan prestasi belajar dapat lebih optimal karena siswa tersebut merasa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar yang telah diraih sebelumnya.

A. DEFINISI MOTIVASI

Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Menurut Clayton Alderfer (dalam Nashar, 2004:42) Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.

Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu belajar (Koeswara, 1989 ; Siagia, 1989 ; Sehein, 1991 ; Biggs dan Tefler, 1987 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006).

(26)

B. TUJUAN DAN MANFAAT MOTIVASI

1) Tujuan Motivasi

Tujuan dari motivasi ialah sarana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Bagi seorang guru , tujuan dari motivasi adalah dapat menggerakan atau memacu para siswa agar dapat timbul keinginan dan kemauan untuk meningkatkan prestasi belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah. Suatu tindakan memotivasi atau memberikan motivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh pihak yang diberi motivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan diberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian yang akan dimotivasi, termasuk di dalamnya antara seorang guru dan siswanya. Sebagai contoh, seorang guru memberikan pujian kepada seorang siswa yang maju ke depan kelas dan dapat mengerjakan hitungan matematika di papan tulis. Dengan pujian itu, dalam diri anak tersebut timbul rasa percaya diri, di samping iti timbul keberaniannya sehingga ia tidak takut dan malu lagi jika disuruh maju ke depan kelas (Purwanto, 2007).

Pada hakekatnya tujuan pemberian motivasi kepada seseorang adalah untuk mengubah perilaku orang tersebut agar menjadi lebih baik. Misalnya yang awalnya orangnya pemalas jadi rajin, yang awalnya tidak memiliki cita-cita menjadi memiliki harapan/impian dan mimpi-mimpi yang ingin diraih.

Yang dimana Tujuan akhir dari sebuah motivasi adalah untuk merealisasikan citra pribadi (selfconcept) yaitu, untuk hidup dalam cara yang sesuai dengan peranan yang diinginkan, untuk diperlakukan dalam cara yang sesuai dengan kedudukan, dan untuk dihargai dalam cara yang mencerminkan tingkat kemampuan. Dengan demikian, semua orang berada dalam upaya untuk memburu apapun yang dipandang sebagai peran yang diinginkannya, dan mencoba untuk merealisasi ide subyektif tentang diri sendiri menjadi kebenaran obyektif.

2) Manfaat Motivasi

Motivasi mempunyai manfaat yang penting dalam belajar, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Adapun manfaat dari motivasi belajar yaitu sebagai berikut.

 Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

(27)

 Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkanperbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

 Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.

 Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.

 Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan perbuatan yang perlu diabaikan.

C. DAMPAK MOTIVASI

Mengenai dampak dari sebuah motivasi, tentu banyak memberikan dampak positif terhadap seseorang, yaitu salah satunya meningkatkan semangat dalam mencapai suatu keinginan, dan hal demikian bisa dilihat dari ciri-ciri yang ada pada diri seseorang tersebut, yaitu Ciri-ciri orang termotivasi antara lain tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, selalu merasa ingin membuat prestasinya semakin meningkat. Sardiman (2009: 83) mengemukakan motivasi yang ada pada setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Tekun menghadapi tugas & Ulet menghadapi kesulitan; b) Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah;

c) Lebih senang bekerja mandiri & Dapat mempertahankan pendapatnya; d) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu;

e) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal”.

Adapun pendapat lainnya dari Nana Sudjana (2002: 61), yang berpendapat bahwa motivasi siswa dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain:

a) Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran;

b) Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya;

(28)

D. HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KURIKULUM 2013

(29)

BAB 4

MAKNA BELAJAR & PEMBELAJARAN

A. MAKNA BELAJAR

Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989:28). Sejalan dengan konsep di atas Cronbach (Surya, 1979:28) menyatakan, “Learning may bedefined as the process by which a relavitely enduring change in behavior occurs as result of exprience or practice”. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa indikator belajar ditunjukkan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Witherington (1952) menyebutkan bahwa “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman”.

Belajar merupakan suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Contoh lain, sebut saja Andi, yang tadinya tidak dapat membaca menjadi dapat membaca adalah karena Andi sudah belajar membaca. Xdemikian pula halnya anak SD menjadi pintar matematika, bahasa, IPA, IPS kalau anak itu rajin belajar bidang studi tersebut. Tentu Anda jadi bertanya, kalau begitu apa hakekat belajar itu?

Menurut Gagne (1984), belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (lihat Winataputra dkk, 1997, 23). Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku dan pengalaman.

a. Belajar terjadi karena adanya proses

Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaanya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri. Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Guru melihat dari kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Sebagai contoh, siswa bertanya, menanggapi, menjawab pertanyaan guru, berdiskusi, memecahkan soal matematika, melaporkan hasil kerja, membuat rangkuman, adalah gejala yang nampak dari aktivitas mental dan emosional siswa.

(30)

Tetapi perlu dicatat, bahwa belajar tidak hanya dengan mendengarkan penjelaskan guru saja (tidak harus ada yang mengajar),karena belajar dapat dilakukan siswa dengan berbagai macam cara dan kegiatan, asal terjadi interaksi antara individu dengan lingkungannya. Misalnya dengan mengamati demonstrasi guru, mencoba sendiri, mendiskusikan dengan teman, melakukan eksperimen, memecahkan persoalan, mengerjakan soal, membaca sendiri dan sebagainya. Belajar hendaknya diarahkan pada melakukan aktivitas mental pada kadar yang tinggi. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat. (Arief Sadiman, 1986;1).

Coba anda bandingkan dan tentukan mana di antara kegiatan belajar berikut ini yang memiliki kadar aktivitas mental yang tinggi.

1) Yulia sedang menyimak penjelasan guru secara seksama, kemudian bertanya mengenai materi yang tidak dipahami

2) Andi dan Lia sedang mendiskusikan materi baru dengan dua temannya secara serius. 3) Rio melakukan eksperimen tentang pentingnya udara bagi hidup manusia.

Jawabannya kegiatan belajar ke dua dan ke tiga merupakan kegiatan belajar yang berkadar aktivitas mental tinggi, Karena siswa menyampaikan argumentasi argumentasi dalam berdiskusi menggunakan proses berpikir (mental) yang kompleks. Sedangkan yang pertama kadar pembelajaran rendah karena siswa hanya diminta untuk mengingat saja apa yang disampaikan gurunya.

b. Belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku

Hasil belajar akan nampak pada perubahan perilaku individu yang belajar. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat kegiatan belajarnya. Pengetahuan dan keterampilanya bertambah, dan penguasaan nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula. Menurut para ahli psikologi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubahan perilaku karena faktor kematangan, karena lupa, atau karena minum minuman keras bukan termasuk sebagai hasil belajar, karena bukan perubahan dari hasil pengalaman (berinteraksi dengan lingkungan), dan tidak terjadi proses mental emosional dalam beraktivitas. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga domain yaitu: Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Domain kognitif meliputi perilaku daya cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan intelektual manusia, antara lain: kemampuan mengingat (knowledge), memahami (comprehension), menerapkan (application), menganalisis (analysis), mengevaluasi (evaluate) dan menciptakan (create). Domain afektif berkaitan dengan perilaku daya rasa atau emosional manusia, yaitu kemampuan menguasai nilai-nilai yang dapat membentuk sikap seseorang. Domain psikomotorik berkaitan dengan perilaku dalam bentuk keterampilan-keterampilan motorik (gerakan fisik).

(31)

pembelajaran: “Siswa dapat mengubah pecahan biasa ke dalam bentuk pecahan desimal dan mengurutkannya” Kata dapat mengubah merupakan perilaku hasil belajar yang akan dicapai dalam pembelajaran. Silahkan Anda mencoba merumuskan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang lain. Diskusikan hasilnya dengan rekan sesame mahasiswa atau kolega Anda sesama guru SD.

c. Hasil belajar diperoleh dari pengalaman

Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah lingkungan di sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural/alamiah) maupun dalam bentuk hasil ciptaan manusia (cultural/budaya). Macam-macam lingkungan fisik yang bersifat alamiah antara lain pantai, hutan, sungai, udara, air, dan sebagainya. Bersifat budaya adalah buku, media pembelajaran, gedung sekolah, perabot sekolah, dan sebagainya. Adapun lingkungan sosial siswa di antaranya guru, orang tua, pustakawan, pemuka masyarakat, kepala sekolah.

Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat peraga tentu kurang merangsang/menantang siswa untuk belajar. Apalagi bagi siswa SD yang perkembangan intelektualnya masih membutuhkan alat peraga untuk memudahkan penjelasan dan pemahaman berbagai konsep yang abstrak sifatnya. Semua lingkungan yang diperlukan untuk belajar siswa ini harus dirancang secara utuh agar sebagai bahan belajar agar proses pembelajaran menjadi efektif.

Belajar dapat dilakukan melalui pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung. Siswa yang melakukan eksperimen adalah contoh belajar dengan pengalaman langsung. Sedangkan siswa yang belajar dengan mendengarkan penjelasan guru atau membaca buku adalah contoh belajar melalui pengalaman tidak langsung. Coba Anda tetapkan mana kegiatan belajar berikut ini yang merupakan pengalaman langsung dan tidak langsung.

a) Siswa kelas IV sedang mengamati permukaan air dalam sebuah bejana berhubungan, untuk mengetahui salah satu sifat air.

b) Siswa kelas III sedang mendengarkan penjelasan guru tentang bagaimana proses terjadinya gerhana matahari dan bulan.

c) Siswa kelas I SD belajar menghitung penjumlahan dan pengurangan 1-10 menggunakan jari-jari tangannya.

d) Dalam kunjungan di tempat bersejarah, siswa kelas V SD mendapat penjelasan dari juru kunci (penjaga) tentang sejarah tempat yang dikunjungi tersebut.

Dari keempat tugas latihan tersebut, jelas tugas pertama dan ketiga merupakan pengalaman langsung, sedang tugas kedua dan keempat merupakan pengalaman tidak langsung. Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan beberapa hal yang menyangkut pengertian belajar sebagai berikut.

(32)

b) Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen. c) Hasil belajar ditujukan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara keseluruhan.

d) Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi, emosional, sikap dan sebagainya.

e) Hasil belajar terjadi karena adanya perubahan perilaku sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan.

Beberapa ahli pendidikan menguraikan terjadinya proses belajar (Bigge, 1982; Willis 1986:20; dan Crow & Crow dalam Surya, 1979:32). Proses belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada situasi di mana ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-rintangan yang mengganggu kegiatan-kegiatan yang diinginkan. Proses penyesuaian diri mengatasi rintangan terjadi secara tidak sadar, tanpa pemikiran yang banyak terhadap apa yang dilakukan.

Dalam hal ini pelajar mencoba melakukan kebiasaan atau tingkah laku yang telah terbentuk hingga ia mencapai respon yang memuaskan. Belajar merupakan suatu proses interaksi antara berbagai unsur yang berkaitan. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, dan situasi belajar yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar. Dengan demikian maka manifestasi belajar atau perbuatan belajar dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku. Mengenai jenis perubahan tingkah laku dalam proses belajar ini, Gagne dan Briggs, (1988:105), menyatakan bahwa perbuatan hasil belajar menghasilkan perubahan dalam bentuk tingkah laku dalam aspek a) kemampuan membedakan; b) konsep kongkrit; c) konsep terdefinisi; d) nilai; e). nilai/aturan tingkat tinggi; f) strategi kognitif; g) informasi verbal; h) sikap ; dan i). keterampilan motorik.

B. MAKNA PEMBELAJARAN

Pembelajaran merupakan istilah yang diambil dari terjemahan kata "Instructional". Seringkali orang membedakan kata pembelajaran ini dengan "pengajaran", akan tetapi tidak jarang pula orang memberikan pengertian yang sama untuk kedua kata tersebut. Menurut Arief S. Sadiman (1989) bahwa kata pembelajaran dan kata pengajaran dapat dibedakan pengertiannya. Kalau kata pengajaran hanya ada di dalam konteks guru-murid di kelas formal. Sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru-murid di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri oleh guru secara fisik.

(33)

Kedua pandangan tersebut dapat digunakan, yang terpenting adalah interaksi yang terjadi antara guru dan siswa itu harus adil, yakni adanya komunikasi yang timbal balik di antara keduanya, baik secara langsung maupun tidak langsung atau melalui media. Siswa jangan selalu dianggap sebagai subjek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang, minat, kebutuhan, serta kemampuan yang berbeda. Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Interaksi siswa-guru harus dibuat lebih manusiawi, artinya siswa memposisikan sebagai pelaku pembelajaran bukan sebagai objek. Dalam hal ini guru berlaku sebagai fasilitator dan tidak menunjukkan kekuasaan yang membuat siswa menjadi tertekan. Sebagai organisator, guru harus pandai mengelola pembelajaran, membagi peran-peran yang tepat buat siswanya dalam upaya pencapaian pembelajaran. Dengan demikian aspek yang terlibat pada diri siswa bukan sekedar fisik tetapi juga mental. Terlebih kalau guru memperhatikan betul prinsip-prinsip optimalisasi otak manusia dalam kegiatan pembelajaran, yakni optimalisasi otak kanan dan kiri secara seimbang.

a) Kegiatan Pembelajaran

Setelah guru mempelajari kurikulum yang berlaku, selanjutnya membuat suatu desain pembelajaran dengan mempertimbangkan kemampuan awal siswa (entering behavior), tujuan yang hendak dicapai, teori belajar dan pembelajaran, karakteristik bahan yang akan diajarkan, metode dan media atau sumber belajar yang akan digunakan, dan unsurunsur lainnya sebagai penunjang. Setelah desain dibuat, kemudian pembelajaran dilakukan. Dalam hal ini ada dua kegiatan utama, yaitu guru bertindak mengajar dan siswa bertindak belajar. Kedua kegiatan tersebut berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya implementasi pembelajaran itu akan menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil ini akan memberikan dampak bagi guru dan siswa.

Bagi guru sebagai dampak pembelajaran (instructional effect) berupa hasil yang dapat diukur sebagai data hasil belajar siswa (angka/nilai) dan berupa masukan bagi pengembangan pembelajaran selanjutnya. Sedangkan bagi siswa sebagai dampak pengiring (nurturing effect) berupa terapan pengetahuan dan/atau kemampuan di bidang lain sebagai suatu transfer belajar yang akan membantu perkembangan mereka mencapai keutuhan dan kemandirian. Jadi, ciri utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. lnteraksi yang terjadi antara si belajar dengan lingkungan belajarnya, baik itu dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan/atau sumber-sumber belajar yang lain. Sedangkan ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen-komponen pembelajaran itu sendiri, yaitu tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media, evaluasi, anak didik/siswa, dan adanya pendidik/guru.

b) Sistem Pembelajaran

(34)

merujuk pada tujuan yang telah ditentukan, dan materi itu disampaikan menggunakan strategi yang tepat yang didukung oleh media yang sesuai. Dalam menentukan evaluasi pembelajaran akan merujuk pada tujuan pembelajaran, bahan yang disediakan, media, dan strategi yang digunakan. Semua komponen sistem pembelajaran saling bergantung dan saling mempengaruhi satu terhadap yang lain.

Dalam memaknai konsep maka akan berhubungan dengan teori, sedangkan teori akan berkaitan dengan sesuatu hal yang dipandang secara ilmiah. Demikian pula uraian tentang konsep dasar pembelajaran akan tertuju pada landasan ilmiah pembelajaran. Melalui landasan ilmiah yang disebut dengan konsep dasar inilah maka semua pihak akan memahami apa itu pembelajaran. Pada uraian ini akan dibahas beberapa tema yang dapat membantu pemahaman tentang pembelajaran, yaitu yang berhubungan dengan landasan-landasan filsafat, psikologis, sosiologis, dan komunikasi yang banyak ditemukan dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan teori komunikasi, kegiatan pembelajaran merupakan proses komunikasi antara sumber pesan yaitu guru dengan penerima pesan, yaitu siswa. Guru dapat berperan sebagai sumber pesan atau mungkin hanya pengelola pesan. Sebagai sumber pesan berarti guru harus menciptakan kondisi yang memungkinkan proses komunikasi berjalan lancar, agar pesan yang disampaikan dapat diterima melalui saluran komunikasi, dalam hal ini adalah alat-alat indera siswa. Guru perlu mengidentifikasikan berbagai kemungkinan atau hal-hal yang dapat mengganggu proses terjadinya komunikasi yaitu dengan menggunakan alat-alat bantu pengajaran. Alat bantu bukan hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk merespon dengan cepat tentang pesan yang akan disampaikan. Oleh sebab itu alat bantu yang dapat mendukung proses kelancaran komunikasi antara guru dan siswa dapat dipandang sebagai media pengajaran. Apabila guru berperan sebagai pengelola pesan maka yang menjadi sumber pesan bukan guru melainkan sumber lain seperti film, slide suara, program televisi atau radio. Dalam peran ini guru berperan sebagai pencipta kondisi dan pengontrol agar proses komunikasi antar siswa sebagai penerima pesan dengan sumber pesan terhindar dari berbagai gangguan (noise) yang dapat membuat proses komunikasi menjadi tidak lancar. Oleh sebab itu sumber-sumber belajar seperti program-program televisi, film, radio dan sebagainya dapat dipandang sebagai media pengajaran.

Referensi

Dokumen terkait

• Analisa MTBF ini digunakan untuk memperkirakan kecenderungan kapan Dies akan mengalami kerusakan, sehingga bisa dilakukan kegiatan preventive maintenance misalnya

Tujuan utama penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan jenjang pendidikan pada Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga, Jurusan Teknik

dengan adanya asarr hasil melabolisme nrikroba rcmgga mulul Salah salu usha pencegahan karics adalah dcngan Ineningkatkan proses remineralisilsi untLrk nrcngimbangi

Metodologi yang digunakan adalah analisis regresi, uji simultan ,uji parsial, uji asumsi klasik, hipotesis dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan dan penerapan

Pengertian terminal berasal dari kata terminate (berakhir), maksudnya derivasi berakhir jika sentensial yang dihasilkan adalah sebuah kalimat (yang tersusun atas

SMPN 24 Padang telah mengembangkan kegiatan lingkungan yang berbasis partisipatif diantaranya: a) Memelihara dan merawat gedung dan lingkungan sekolah oleh warga sekolah

Amanat undang-undang ini dipertegas lagi pada ayat (3) bahwa warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PENINGKATAN